Seulas Pinang
Menyongsong Pilrek, Siapa Siap Berlaga? AKTU terus berputar, empat tahun tak terasa sudah berlalu. Bau-bau pemilihan rektor perlahan-lahan sudah tercium. Beberapa orang mulai sibuk petakan ancang-ancang sebelum positif mendaftar.
W
Masa Aras Mulyadi mengomandoi UNRI sudah hampir tiba di penghabisan. Tahun depan, sudah saatnya kampus biru langit ini punya pucuk pimpinan baru. Hampir sewindu, Guru Besar Bidang Biologi Populasi dan Ekologi ini duduk sebagai orang nomor satu. Pilrek tahun 2018 jadi momen yang mengantarkan Aras memangku jabatan rektor 2 periode. Tak mulus begitu saja, sampai molor berbulan-bulan. Terhitung tiga kali Kemenristek Dikti batal datang ke UNRI. Berdasarkan Statuta tahun 2017, rektor dipilih oleh Senat dan perwakilan kementerian. Porsinya 65 persen dari suara anggota Senat yang hadir, sementara 35 persen lagi dari kementerian. Lambannya proses pemilihan saat itu berbuah masam. UNRI sempat alami kekosongan pimpinan. Tempo Aras sudah finis, sementara rektor baru belum ada. Akhirnya, Kemenristek Dikti tunjuk seorang pelaksana tugas (Plt). Saat itu pula PT Hasrat Tata Jaya ambil kesempatan. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi, pengembangan dan penyedia jasa jalan tol itu memagari tanah kampus. Tanah yang masih dalam sengketa hitungan tahun. Belajar dari pengalaman, kita tentunya tak mau memori nahas ini terulang. Pesta demokrasi perlu dipersiapkan
6
Bahana Mahasiswa Edisi Awal Tahun 2022
secara matang. Baik dari si bakal calon maupun penyelenggara pemilihan. Bersiapnya sejumlah sosok menghadapi kontestasi pilrek adalah hal wajar. Seperti mengangkat-angkat namanya, mencari dukungan sejumlah pihak, hingga rancang janji yang manis. BM menjemput suara civitas akademika. Meskipun, yang punya hak suara hanyalah anggota Senat dan kementerian. Berangkat dengan karsa mengendus sosok figur calon rektor idaman. Baik dari mahasiswa, dosen, pegawai, hingga alumni sekalipun. Kembali lagi bahwa rektor akan mengimami seluruh unsur, bukan Senat semata. Baik buruk kebijakan, segenap elemen kampus akan menanggungnya. Survei terbuka selama dua pekan, sejak 28 September 2021. Sebanyak 16 nama kami sodorkan sesuai kriteria. Sejatinya, ada satu nama yang tak memenuhi kriteria, tapi ia digadang-gadang sebagai sosok idaman. Delapan di antara nama itu berpacu ke posisi tertinggi. Deni Efizon, Dedi Afandi, Bayhakki, Iwantono, Firdaus LN, Syafri Harto, Jimmi Copriady, dan Sri Indarti. Dari keseluruhan, tiga nama top masuk dalam lingkar terdekat rektor petahana. Sebagai pemuncak, sesungguhnya Deni Efizon bukan orang baru. Deni adalah satu-satunya kriteria yang layak asal Fakultas Perikanan, sama dengan Aras Mulyadi. Ia juga sempat tumbang di hadapan Aras, kala maju di tahun 2018. Keinginan jadi pucuk segala kebijakan masih mengendap di dalam diri Deni. Ia tegas nyatakan hendak bertarung kembali. Sedang Iwantono, bisa dikatakan se-
bagai orang yang khatam prosesi pilrek. Ia mengetuai panitia pilrek 2018 lalu. Periode keduanya, Aras menarik Iwantono sebagai wakil ketiga. Kemudian, ada Syafri Harto Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Ia yakin mampu kantongi dukungan Aras, wakilnya, serta anggota senat. Sementara itu, Sri Indarti jadi satu-satunya srikandi yang adekuat untuk ikut berlaga. Sayangnya, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis dua masa ini, mengaku belum menentukan sikap. Masih abu-abu, antara maju atau diam. Berbanding terbalik dengan Deni dan Syafri, sosok lain menyatakan tak akan ambil bagian. Misalnya Firdaus, Dedi Afandi, dan Jimmi Copriady. Salah satu faktor yang mendukung mulusnya jalan untuk naik ke kursi pimpinan adalah elektabilitas. Apalagi ditambah dukungan dari tokoh yang punya gaung besar. Menilik hasil survei, tampak jelas gambaran peta politik ini. Tiga nama yang masuk lingkaran Aras Mulyadi tak menampik keikutsertaannya dalam kontestasi mendatang. Meskipun, Iwantono belum keluarkan pernyataan secara gamblang. Elektabilitas Syafri memang tinggi, bertengger di posisi enam besar. Sepertinya, Syafri harus mulai mengubur dalam-dalam mimpinya itu. Ia tersandung kasus kekerasan seksual. Ketika kasusnya mencuat, survei BM sudah tamat. Bekas sekretaris panitia pilrek 2014 itu sempat mengaitkan kasus pelecehan yang menjerat namanya sebagai penjegal cita-citanya jadi orang nomor satu UNRI. Tindakan Syafri ini mencerminkan bahwa jauh hari sebelum start, laga pilrek sudah jadi kambing hitam atas dosanya. Siapapun yang duduk sebagai UNRI 1, tentu harapan kita dialah yang jempolan dan loyal. Tak hanya loyal bagi keuntungan diri sendiri dan kolega terdekat semata. Seluruh civitas akademika menggantungkan harapan akan kejayaan UNRI di pundaknya.