Kajian Famcos #3 Doom Spending di Kalangan Anak Muda

Page 1


Divisi Action, Strategic Issues, and Advocacy (ASA) HIMAIKO

Haya Syimah Luthfia
Zahra Khalila Putri

Kajian Famcos merupakan salah satu program kerja dari divisi ASA (Action, Strategic Issues, and Advocacy) Himaiko IPB yang mengkaji lebih lanjut isuisu atau permasalahan terkait lingkup keilmuan

IKK, yakni keluarga, anak, dan konsumen.

Pada Kajian Famcos #3 kali ini membahas tentang fenomena yang tidak kalah menarik dari kajian sebelumnya, yakni tren anak muda yang berbelanja untuk meredakan stress padahal sedang krisis keuangan. Lantas, apa sih alasan anak muda melakukan hal tersebut?

Stay tune dan baca sampai habis yah!

ZAHRA KHALILA PENGKAJI FAMCOS #3
HAYA SYIMAH PENGKAJI FAMCOS #3

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Indonesia mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut pada tahun 2024, memicu kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi Deflasi ini, yang dipicu oleh turunnya harga pangan akibat dampak El Niño, melemahkan daya beli masyarakat. Meski OJK menyatakan sektor keuangan masih stabil dengan pengawasan ketat, beberapa ekonom menilai lemahnya permintaan domestik dan kebijakan yang kurang efektif turut memperburuk situasi

Deflasi berkepanjangan juga mencerminkan menurunnya kepercayaan konsumen. Walaupun daya beli melemah, perilaku konsumtif tetap marak, terutama di kalangan anak muda, yang terdorong membeli barang-barang non-esensial Kebiasaan ini diperkuat oleh media dan perkembangan teknologi, memicu pengeluaran berlebihan yang mengurangi peluang menabung.

Tren belanja online meningkat pesat, didukung oleh platform seperti Tokopedia dan Shopee, dengan generasi muda sebagai konsumen utama. Mereka terdorong oleh pemasaran influencer, metode pembayaran mudah seperti PayLater, serta fenomena FOMO, YOLO, dan FOPO. Hal ini memicu "doom spending, " yakni belanja impulsif akibat stres, yang dapat merugikan keuangan jangka panjang.

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Perilaku Doom Spending dapat membahayakan di tengah krisis keuangan yang terjadi. Krisis keuangan dapat diperparah dengan perilaku doom spending. Pada fenomena doom spending, seseorang menenangkan diri dengan belanja tanpa berpikir karena pesimis dengan ekonomi dan masa depannya Belanja tanpa berpikir dalam masa krisis finansial membuat anak muda rentan melakukan utang. Maraknya aplikasi pinjaman online dan pay later tak jarang membuat anak muda tergiur untuk menggunakan nya. Akhirnya, banyak anak muda yang tidak dapat membayar hutang Hal ini membuat anak muda rentan depresi yang akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka pada 2023 mencapai 5,86 persen, dengan sebagian besar pengangguran berasal dari kelompok usia muda, yang memberi tekanan ekstra bagi Gen Z, yang sering kali mencari pelarian dengan belanja impulsif Selain faktor ekonomi, Gen Z Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang ditampilkan di media sosial.

Doom spending merupakan fenomena yang dapat membahayakan nasib anak muda Oleh karena itu mengkaji fenomena tersebut merupakan hal yang penting. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor, dampak, fenomena doom spending, dan memberikan rekomendasi dalam mengelola keuangan dengan bijak sehingga fenomena doom spending dapat dihentikan

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Dilansir dari laman Tempo, fenomena nyata doom spending terjadi saat konsumsi massal ketika Black Friday dan Cyber Monday, di mana pengeluaran mencapai rekor tertinggi meskipun kekhawatiran akan inflasi meningkat. Black Friday merupakan istilah yang dipakai di Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa, atau negara-negara yang merayakan Thanksgiving yang dilaksanakan pada hari Jum’at. Pada hari Black Friday, hampir semua toko menawarkan diskon besarbesaran untuk menarik pembeli menjelang musim belanja Natal dan akhir tahun. Sementara itu, Cyber Monday jatuh pada hari Senin setelah Thanksgiving. Berbeda dengan Black Friday, pada Cyber Monday, fokusnya adalah pada produk-produk digital atau berbasis internet Istilah ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2005 oleh perusahaan pemasaran agar para penjual online dapat ikut serta dalam promosi besar-besaran Black Friday.

Selain pada saat Black Friday dan Cyber Monday, di Indonesia pun terjadi fenomena yang sama. Dilansir dari laman kompas, Boneka Labubu yang sedang tren saat ini dan harganya cukup mahal tetap diburu oleh masyarakat padahal saat ini kondisi ekonomi di Indonesia sedang lesu. Harga boneka Labubu dimulai dari 65,9 dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 998.638. Sedangkan harga boneka Labubu termahal di situs itu adalah 167,90 dolar AS atau setara dengan Rp 2,5 jutaan

INSTITUT

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Teori pembelian impulsif pertama kali dikemukakan oleh Hawkin Stern pada tahun 1962 Hawkins Stern berpendapat bahwa konsumen bisa melakukan pembelian impulsif di bawah pengaruh kekuatan eksternal. Impulsive buying theory percaya bahwa pemasar dapat meyakinkan konsumen untuk membeli lebih dari apa yang sebenarnya mereka rencanakan. Impulsive buying adalah perilaku membeli yang terjadi karena adanya dorongan yang sangat kuat, tiba-tiba, dan terus-menerus, yang mendorong konsumen untuk segera membeli suatu produk dan melakukannya secara langsung

Menurut Solomon, Bamossy, Askegaard, dan Hogg (2013), impulsive buying diartikan sebagai dorongan yang dirasakan seseorang untuk melakukan pembelian secara tiba-tiba, sehingga individu tersebut tidak mampu menahan keinginan tersebut.Impulse buying adalah keputusan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. Pembelian ini terjadi secara mendadak dan disertai keinginan serta dorongan yang kuat untuk membeli barang, yang sulit untuk dihentikan dan sering kali mengabaikan potensi konsekuensi dari pembelian tersebut. Verplanken & Herabadi (2001) mengemukakan dua aspek pembelian impulsif, yakni aspek kognitif dan aspek afektif Aspek kognitif lebih mengarah kepada kekurangan pada unsur pertimbangan dan unsur perencanaan dalam pembelian yang dilakukan. Sedangkan aspek afektif meliputi dorongan emosional yang secara serentak meliputi perasaan senang dan gembira setelah membeli tanpa perencanaan

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Sedangkan Doom spending dikutip dari RRI.co.id adalah perilaku belanja impulsif yang terjadi sebagai respons terhadap stres, kecemasan, atau ketidakpastian. Saat menghadapi tekanan, banyak orang cenderung membeli barang atau layanan untuk mengalihkan perhatian dari masalah mereka, meskipun hanya sementara. Istilah ini menggambarkan kecenderungan untuk mencari kepuasan instan melalui konsumsi, meskipun pembelian tersebut tidak direncanakan dan sering kali tidak diperlukan (bersifat konsumtif).

Dalam laman kompasiana menyebutkan fenomena doom spending memang bukan sesuatu yang sepenuhnya baru, tetapi popularitasnya meningkat di kalangan generasi muda, terutama Gen Z (lahir antara 1997 dan awal 2010-an). Gen Z tumbuh di era digital yang serba cepat dan sangat terhubung dengan internet. Sejak usia dini, mereka telah terpapar pada budaya konsumsi dan pengaruh media sosial, yang secara signifikan membentuk pola belanja mereka. Kemudahan akses ke aplikasi e-commerce, berbagai penawaran diskon online, serta rekomendasi produk dari influencer di platform seperti Instagram dan TikTok membuat belanja impulsif semakin sulit untuk dihindari.

Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube dipenuhi dengan konten dari influencer yang sering memamerkan gaya hidup konsumtif. Mereka mempromosikan produk-produk baru dengan pesan bahwa kebahagiaan atau status sosial dapat diraih melalui konsumsi. Hal ini menciptakan tekanan bagi Gen Z untuk terus mengikuti tren, karena mereka terpapar secara terusmenerus oleh promosi barang-barang yang dianggap relevan, mendorong terjadinya belanja impulsif yang tidak direncanakan. Pembelian impulsif dan doom spending memiliki keterkaitan erat, karena keduanya melibatkan keputusan membeli yang dilakukan tanpa perencanaan sebelumnya dan didorong oleh emosi atau situasi psikologis tertentu

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Menurut para ahli, Doom Spending sering dijumpai pada kalangan muda, yang mungkin menganggap pembelian barangbarang baru sebagai cara untuk mengatasi kecemasan atau memberi kepuasan instan Namun, perilaku ini dapat berisiko buruk bagi kesehatan finansial, karena kebiasaan belanja yang tidak terkendali bisa menyebabkan utang atau kesulitan ekonomi jangka panjang. Seorang psikolog dari Universitas Airlangga pada

DetikJatim mengemukakan pendapatnya bahwa faktor-faktor utama yang memicu doom spending antara lain kemudahan akses belanja online, promosi yang masif di media sosial, serta kebutuhanvalidasisosialyangtinggi.

Generasi Z sangat dipengaruhi oleh iklan yang menargetkan mereka dengan produk-produk yang tidak selalu esensial atau kebutuhan utama, seperti barang-barang lucu, unik, atau yang dianggap "trendy." Iklan-iklan ini sering kali menggunakan desain yang menarik secara visual dan menggugah rasa ingin tahu mereka, mendorong perilaku impulsif dalam membeli produk-produk sekunder. Media sosial memainkan peran besar dalam hal ini, karena platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube digunakan sebagai saluran utama untuk promosi yang bersifat menghibur dan visual, yang langsung menarik perhatian GenZ.

HIMPUNAN MAHASISWA ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Doom spending sering kali dipicu oleh gabungan faktor emosional dan psikologis, termasuk stres, kecemasan, dan rasa tidak berdaya. Berikut beberapa penyebab utama fenomena ini:

Stres dan Kecemasan: Ketika seseorang merasa tertekan atau cemas, mereka mungkin berbelanja untuk mencari kepuasan sementara atau untuk melarikan diri dari perasaan negatif, yang dikenal sebagai belanja emosional.

Kemudahan dalam

Berbelanja: Teknologi yang memudahkan proses belanja, seperti pembayaran dengan satu klik atau metode pembayaran digital, mengurangi kesadaran akan pengeluaran

Doom Scrolling:Kebiasaan menghabiskan waktu berlarut-larut membaca berita buruk atau konten negatif di media sosial dapat menumbuhkan perasaan pesimisme atau ketidak berdayaan. Perasaan ini seringkali memicu membeli barang

Pengaruh Media Sosial: Melihat kehidupan mewah teman atau influencer di media sosial dapat menumbuhkan rasa harus "mengejar ketertinggalan" atau memenuhi standar tertentu.

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Dampak yang diberikan karena adanya fenomena doom spending dan impulsive buying ini sangat banyak. Dikutip dari laman Fimela, dampak yang diberikan dengan adanya fenomena ini secara finansial, belanja impulsif dapat menyebabkan kesulitan dalam mengelola anggaran bulanan. Ketika pengeluaran melebihi pemasukan, individu berisiko terjebak dalam siklus utang yang sulit diatasi, yang dapat memicu stres dan berdampak buruk pada kondisi keuangan secara keseluruhan.

Gen Z, yang banyak di antaranya belum stabil secara ekonomi, berisiko terjebak dalam utang karena kebiasaan belanja impulsif yang tidak terkendali. Pengeluaran yang tidak direncanakan ini sering kali mengalihkan perhatian mereka dari prioritas keuangan yang penting, seperti menabung, membayar utang, atau berinvestasi. Ketika utang, terutama melalui kartu kredit atau pinjaman online, terus menumpuk, beban finansial mereka semakin berat dan sulit untuk diatasi. Hal ini dapat menciptakan tekanan finansial yang berkelanjutan, memperburuk kesejahteraan mereka, dan menghambat upaya mencapai stabilitas keuangan jangka panjang.

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Dari sisi psikologis, perilaku ini dapat memperburuk kondisi kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Ketika belanja dijadikan sebagai mekanisme pelarian, individu mungkin akan merasa semakin tertekan saat menghadapi realitas keuangan mereka. Hal ini menciptakan lingkaran di mana mereka terus merasa terdorong untuk berbelanja sebagai pelarian, yang pada akhirnya mengganggu kesejahteraan emosional dan menurunkan kualitas hidup Meskipun memberikan kepuasan sesaat, perilaku doom spending seringkali diikuti oleh perasaan bersalah dan penyesalan. Gen Z mungkin menyadari bahwa barang-barang yang mereka beli sebenarnya tidak diperlukan, namun dorongan untuk berbelanja kembali muncul, terutama ketika menghadapi tekanan emosional Hal ini tidak hanya berdampak pada kondisi keuangan, tetapi juga mengganggu kesejahteraan mental mereka dalam jangka panjang.

Dalam sisi sosial budaya, Doom Spending dapat memengaruhi perubahan dalam norma dan nilai sosial yang berkaitan dengan konsumsi, terutama di kalangan generasi muda seperti Gen Z. Doom spending mengarah pada normalisasi perilaku konsumtif dimana pembelian barang atau layanan dianggap sebagai cara untuk mengatasi masalah atau stres, alih-alih sebagai kebutuhan yang terencana Hal ini dapat menyebabkan masyarakat, terutama generasi muda, lebih mengutamakan kepuasan instan daripada nilai-nilai seperti tabungan, investasi, atau keberlanjutan finansial. Dengan adanya peningkatan konsumsi impulsif, ada pergeseran nilai yang lebih materialistis, di mana kebahagiaan dan status sosial sering kali diukur berdasarkan barang-barang yang dimiliki

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Perilaku Doom Spending dapat muncul saat kondisi ekonomi tidak stabil dan kekhawatiran tentang masa depan ekonomi meningkat. Karena itu, pemerintah juga perlu berperan aktif. Setidaknya, pemerintah harus menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri. Meskipun saat ini ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh rata-rata sekitar 5 persen, masalah seperti pengangguran di kalangan muda tetap menjadi tantangan yang belum teratasi. Oleh karena itu, pengangguran di kalangan muda harus dapat diselesaikan.

Pemerintah juga dapat memberikan programpendidikanliterasi keuangan bagi anak muda. Saat ini, tingkat literasi keuangan masih sangat rendah Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 mencatat bahwa indeks literasi keuangan penduduk Indonesia mencapai 65,43 persen, sedangkan indeks inklusi keuangannya berada di angka 75,02 persen. Menurut Yusuf, tingkat literasi keuangan yang relatif rendah tentu akan berkorelasi dengan fenomena atau perilaku doom spending.

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Mengelola stress tanpa menggunakan belanja sebagai pelarian dapat dilakukan dengan menyibukan diri dengan berbagai aktivitas Aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengelola stress menurut UnitPelayananKesehatanKemenkes yaitu:

Meningkatkan ibadah kepada Tuhan Yang Maha

Esa: Memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan dapat memberikan ketenangan batin, membantu kita menghadapi tantangan hidup, dan memperkuat keyakinan

Melakukan hobi yang sesuai dengan minat dan bakat: Mengembangkan hobi yang kita sukai dapat memberikan kesenangan, mengurangi stres, dan memungkinkan kita untuk mengekspresikan diri, sekaligus menambah keterampilan

Menjaga kesehatan dengan berolahraga secara teratur, seperti berjalan dan bersepeda, serta mencukupi kebutuhan tidur dan makan makanan yang bergizi seimbang

Berpikir hal-hal yang menyenangkan dalam hidup: Menjaga pikiran positif membantu kita melihat sisi baik dari setiap pengalaman, meningkatkan mood, dan menjaga kesehatan mental.

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Agar tidak terjadi pemborosan, kita harus merencanakan keuangan agar keuangan kita tetap stabil. Terdapat 6 cara mengelolafinansial menurut Leon (2018), yaitu:

Tahap 1 : Mempertimbangkan Posisi Keuangan Saat

Ini: Menentukan berapa banyak uang yang akan dibelanjakan bulan depan, ditabung, maupun diinvestasikan tergantung dari posisi keuangan saat ini.

Tahap 3: Mengidentifikasi dan Mengevaluasi

Rencana Alternatif untuk Mencapai Tujuan Keuangan dilakukan dengan mengingat posisi keuangan agar dapat digunakan di masa depan

Tahap 5: Evaluasi Rencana Keuangan: Memantau kemajuan keuangan penting untuk memastikan bahwa rencana tersebut berjalan sesuai seperti apa yang diinginkan

Tahap 2: Menetapkan Tujuan Keuangan: Pendekatan yang dapat digunakan dalam menetapkan tujuan keuangan yaitu SMART (Specific, Measurable, Action, Realistic, Time Based)

Tahap 4: Mengevaluasi

Alternatif dengan Mempertimbangkan Risiko dan Nilai Waktu dari Uang: cara untuk mempertimbangkan risiko dengan mengumpulkan informasi berdasarkan pengalaman sendiri dan orang lain

Tahap 6: Memperbaiki rencanakeuangan Perencanaan: mencakup proses yang dinamis sehingga diperlukan evaluasi secara berkala mengenai keputusan finansial

INSTITUT

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Fenomena Doom Spending menunjukkan adanya kecenderungan belanja impulsif yang tidak terkendali di tengah ketidakpastian ekonomi. Fenomena ini lebih sering terjadi pada kalangan generasi muda, khususnya Gen Z, yang terpengaruh oleh media sosial, iklan, dan dorongan emosional untuk mencari pelarian melalui konsumsi. Penyebab utama doom spending meliputi stres, kecemasan, dan pengaruh sosial media yang mendorong kebutuhan untuk mengikuti tren. Dampaknya sangat besar, baik secara finansial, psikologis, maupun sosial, di mana belanja impulsif dapat menyebabkan kesulitan ekonomi, utang, serta dampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan. Untuk mengatasi hal ini, penting bagi pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi. Selain itu, program pendidikan literasi keuangan juga dapat dilakukan pemerintah. Sementara bagi individu perlu mengelola pengeluaran dan mencari cara untuk mengurangi stres tanpa harus berbelanja impulsif.

Kesadaran, baik dalam konteks pengelolaan keuangan pribadi maupun perilaku konsumtif, sangat penting untuk menjaga stabilitas finansial dan kesejahteraan mental Dalam menghadapi fenomena seperti Doom Spending, kesadaran akan dampak negatif dari belanja impulsif dapat membantu individu untuk lebih bijak dalam membuat keputusan keuangan. Kesadaran tentang pentingnya perencanaan keuangan, pengelolaan stres, dan pengaruh media sosial dapat mendorong individu untuk menghindari pembelian yang tidak perlu dan lebih fokus pada tujuan keuangan jangka panjang Selain itu, meningkatkan kesadaran kolektif mengenai literasi keuangan di masyarakat, terutama di kalangan generasi muda, dapat memperkuat kemampuan mereka untuk mengelola pengeluaran dan mengurangi risiko utang, sehingga menciptakan masa depan finansial yang lebih stabil dan sehat

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Fenomena Doom Spending bukan hanya masalah individu, tetapi juga tantangan sosial yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak. Saat tekanan hidup semakin membebani generasi muda, penting bagi kita semua, mulai dari individu hingga komunitas, serta sektor pendidikan dan pemerintah untuk mengambil langkah nyata dalam mengatasi akar masalah ini

Kita perlu memahami bahwa konsumsi impulsif sebagai respons terhadap stres bukan solusi jangka panjang, melainkan dapat memperburuk kondisi emosional dan finansial anak muda.

Mari bersama-sama membangun kesadaran kolektif mengenai dampak negatif doom spending. Orang tua dan pendidik dapat mengajarkan literasi keuangan serta keterampilan mengelola emosi sejak dini, sementara komunitas dapat menciptakan ruang-ruang aman di mana anak muda dapat berbagi pengalaman tanpa takut dihakimi. Institusi kesehatan mental perlu meningkatkan akses dan edukasi tentang pentingnya mengelola stres dengan cara-cara sehat Pemerintah dan pelaku industri juga diharapkan bisa berperan aktif dalam membatasi promosi konsumtif yang berlebihan, terutama di media sosial yang sering menjadi pemicu perilaku ini.

Jangan tunggu sampai terlambat, mari bertindak sekarang dan jadilah bagian dari perubahan yang membawa kebaikan bagi kitasemua!

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

5 Cara Mengatasi Rasa Tidak Nyaman Akibat Stress. 2022 Okt 2. Kemenkes Unit Pelayanan Kesehatan Rubrik Beranda [diakses 2024 Nov 14]https://upkkemkesgoid/new/5-cara-mengatasi-rasa-tidak-nyaman-akibat-stress

Author, A A (2024, October 11) Deflasi dan krisis daya beli Kompasid https://wwwkompasid/baca/opini/2024/10/11/deflasi-dan-krisis-daya-beli

Bahaya Doom Spending dan Cara Mengatasinya Menurut Psikolog 2024 Okt 10 Tempo Rubrik Gaya Hidup [diakses 2024 Nov 14] https://wwwtempoco/gaya-hidup/bahayadoom-spending-dan-cara-mengatasinya-menurut-psikolog-1064141

Detikcom (2023) Kata pakar soal fenomena doom spending yang lagi ngetren di anak muda. https://www.detik.com/jatim/berita/d-7565784/kata-pakar-soal-fenomenadoom-spending-yang-lagi-ngetren-di-anak-muda

Deposito BPR (nd) Gaya hidup konsumtif: Ciri-ciri dan 4 cara mengatasinya Deposito BPR. https://depositobpr.id/blog/gaya-hidup-konsumtif-ciri-ciri-dan-4-caramengatasinya

Hidayatullah MR. 2024 Sep 26. Hati-hati, Gejala Doom Spending yang Miskinkan Gen Z Mulai Jangkiti RI CNN Indonesia Rubrik Makro [diakses 2024 Nov 14] https://wwwcnnindonesiacom/ekonomi/20240926064751-532-1148460/hati-hatigejala-doom-spending-yang-miskinkan-gen-z-mulai-jangkiti-ri/amp

Kementerian Keuangan Republik Indonesia (nd) Ekonomi global 2024 diperkirakan masih lemah.https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Ekonomi-Global-2024-Diperkirakan-Masih-Lemah

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2022). Perilaku konsumtif: Pembawa petaka di era modern Direktorat Jenderal Kekayaan Negara https://wwwdjknkemenkeugoid/kpknl-bandung/baca-artikel/15276/PerilakuKonsumtif-Pembawa-Petaka-Di-Era-Modern.html

Kompascom (2022) Model Hawkins-Stern dalam teori perilaku konsumen https://wwwkompascom/skola/read/2022/07/27/100000369/model-hawkins-sterndalam-teori-perilaku-konsumen

Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (2024) Mengenal istilah doom spending. RRI. https://www.rri.co.id/keuangan/1010380/mengenal-istilah-doomspending

Leon FM 2018 Mengelola Keuangan Pribadi Jakarta: Salemba Empat

Lestarina, E, Karimah, H, Febrianti, N, Ranny, R, & Herlina, D (2017) Perilaku konsumtif di kalangan remaja JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 2(2)

Media Indonesia (2024) Populix bagikan tren belanja online dan investasi digital di tahun 2024 Media Indonesia https://mediaindonesiacom/ekonomi/635813/populixbagikan-tren-belanja-online-dan-investasi-digital-di-tahun2024​:contentReference[oaicite:0]{index=0}

NU Online (2023) Fenomena doom spending di kalangan Gen Z, begini kata pengamat NU Online.https://jakarta.nu.or.id/nasional/fenomena-doom-spending-di-kalangangen-z-begini-kata-pengamat-epVtV

Nur, S. (2023). Sejarah doom spending dan dampaknya yang tengah marak di kalangan Gen Z Kompasianahttps://wwwkompasianacom/suhendriknur/67146918c925c40d3857bbc2/sejarahdoom-spending-dan-dampaknya-yang-tengah-marak-di-kalangan-gen-z

Gedung Departemen IKK-FEMA Lantai 2 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Web: himaiko.lk.ipb.ac.id;email:ipbhimaiko@apps.ipb.ac.id

CP: Ahmad Darmawan(088808966157)

Rahma A 2024 Okt 1 Kata Pakar Soal Fenomena Doom Spending yang Lagi Ngetren di Anak Muda detikJatim Rubrik Berita [diakses 2024 Nov 13] https://www.detik.com/jatim/berita/d-7565784/kata-pakar-soal-fenomena-doomspending-yang-lagi-ngetren-di-anak-muda

Rachman, A (2024, September 26) 3 tren belanja warga RI: YOLO, FOMO & FOPO, Ah sudahlah! CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/news/20240926095649-4574731/3-tren-belanja-warga-ri-yolo-fomo-fopo-ahsudahlah​:contentReference[oaicite:0] {index=0}​:contentReference[oaicite:1]{index=1}

Ratri Z, Purnawanti A 2024 Okt 6 Anomali Demam Labubu di Tengah Situasi Ekonomi yang Lesu Kompasid Rubrik Riset [diakses 2024 Nov 14] https://wwwkompasid/baca/riset/2024/10/06/anomali-demam-labubu-di-tengahsituasi-ekonomi-yang-lesu

Siaran Pers Bersama: OJK dan BPS Umumkan Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Tahun 2024 2024 Agu 2 Otoritas Jasa Keuangan Rubrik Siaran Pers [diakses 2024 Nov 14]. https://ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/OJK-danBPS-Umumkan-Hasil-Survei-Nasional-Literasi-dan-Inklusi-Keuangan-Tahun-2024aspx

Smith, J (2024) Jurus OJK antisipasi ancaman kinerja sektor keuangan di 2024 Tirtoid https://tirto.id/jurus-ojk-antisipasi-ancaman-kinerja-sektor-keuangan-di-2024gUh3#google vignette

Solomon, M R, Bamossy, G J, Askegaard, S T, & Hogg, M K (2013) Consumer Behaviour: A European Perspective. England: Pearson Education Limited.

Trifena & Lestari, (2024) Kenali istilah doom spending dan akibatnya bagi generasi Z dan milenial Fimela https://wwwfimelacom/lifestyle/read/5712766/kenali-istilahdoom-spending-dan-akibatnya-bagi-generasi-z-dan-milenial?page=4

Verplanken, B & Herabadi, A (2001) Individual Differences in Impulse Buying Tendency: Feeling and no Thinking European Journal of Personality 15, S71-S83

Wibowo KF Hari ini Cyber Monday, Apa Bedanya dengan Black Friday? detikInet Rubrik Consumer [diakses 2024 Nov 14] https://inetdetikcom/consumer/d-4317409/hari-inicyber-monday-apa-bedanya-dengan-black-friday

Yaung M 2024 Jan 26 Apa Itu Laporan Posisi Keuangan? Ini Penjelasan Lengkapnya! Pina Rubrik Arus Kas [diakses 2024 Nov 14] https://pinaid/artikel/detail/apa-itulaporan-posisi-keuangan-ini-penjelasan-lengkapnya-pz8cm4kmv38

Yurivito B 2024 Sep Jadi Tren Anak Muda Indonesia, Apa itu Doom Spending? Klasika Rubrik Kelola Dana [diakses 2024 Nov 14] https://klasikakompasid/baca/apa-itudoom-spending/

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.