
1 minute read
Sidokare awal Sidoarjo


Advertisement
Karya: Nur Azizah Dwiyani (Guru IPS)
Setelah kita menguak sejarah terbentuknya kerajaan Jenggala di Sidoarjo. Kali ini kita akan belajar bagaimana keadaan awal kota Sidoarjo di masa colonial Belanda. Sidoarjo dulu merupakan bagian wilayah administrasi Surabaya. Akhir abad ke 17 Surabaya menjadi Kadipaten yang mempunyai wilayah kekuasaan yang luas. Pada waktu itu kadipaten ini mencakup daerah Pasuruan, Madura, sebagaian Kalimantan bagian selatan, Sedayu, Bojonegoro dan Sidoarjo (yang pada saat itu bernama kawedanan Sidokare).
Kemudian karena adanya pemberontakan dari Adipati Jayenggrana yang tidak suka melihat kekuasaan Belanda dan lemahnya pemerintahan Kasunanan Pakubuwono, akhirnya ia disingkirkan dengan membunuh sang Adipati ketika memenuhi panggilan Kasunanan. Adipati Jayenggrana adalah putra dari Onggowongso, Tumenggung Surabaya yang masih saudara kandung dari Tumenggung Onggojoyo di Pasuruan. Sikap Adipati Jayenggrana yang non kooperatif ini membuat Belanda kerepotan. Dengan terbunuhnya Jayenggrana Belanda memecah wilayah Surabaya. Salah satu pecahannya berbentuk kabupaten Sidoarjo. Dengan dua lembar surat keputusan Belanda yakni surat yang menyatakan sebagai Kabupaten dan surat lain untuk mengubah nama dari Sidokare menjadi Sidoarjo. Dasar hukum pembagian ini adalah Keputusan Pemerintah Hindia Belanda no. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatblad No. 6. Untuk memerintah Kabupaten baru ini diangkatlah Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) yang berasal dari Kasepuhan Surabaya sebagai Bupati pertama. Sebagai awal dari pemerintahannya di Sidoarjo baru ia membangun masjid di Pekauman (Masjid Abror sekarang), sedangkan alun-alunnya pada waktu itu adalah pasar lama (sekarang pertokoan Matahari Store).