
5 minute read
RINGKASAN RIWAYAT KEPEMIMPINAN
Sejak duduk di bangku sekolah, jejak kepemimpinan Anies Rasyid Baswedan mulai terekam. Anies sering dipilih oleh teman-temannya untuk memimpin. Saat bersekolah di SD Negeri Laboratori 2 dan SMP 5 di Yogyakarta, Anies hampir selalu dipilih sebagai ketua kelas dan ketua pramuka. Ketika kelas 1 di SMA 2 Yogyakarta, Anies dipilih sebagai wakil ketua OSIS dan di kelas 2 dipercaya menjadi ketua OSIS. Bahkan ketika mewakili SMA-nya untuk pelatihan kepemimpinan yang diikuti oleh 500-an ketua OSIS dari seluruh Indonesia, Anies yang terpilih menjadi ketua mereka. Kemudian, pada masa kuliah, Anies dipilih sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM dan pada tahun berikutnya dipilih sebagai Ketua Senat Mahasiswa UGM.
Cakupan pengalaman kepemimpinan Anies sangat luas. Mulai dari skala desa, lokal, nasional, hingga internasional. Anies pernah memimpin gerakan mahasiswa, LSM, universitas, organisasi internasional, kementerian, juga pemerintahan provinsi. Walaupun berstatus akademisi, di kampus Anies tidak hanya fokus mengajar atau penelitian saja, tetapi selalu dalam posisi memimpin yaitu sebagai rektor. Pada tahun 2007-2014, Anies terpilih menjadi Rektor Universitas Paramadina pada usia 37 tahun. Dia menjadi rektor termuda di Indonesia saat itu.
Kepercayaan yang diberikan kepada Anies untuk memimpin berbagai situasi menunjukkan bahwa dia adalah pribadi yang tepercaya, autentik, cerdas, tegas, inovatif, dan berani. Anies memiliki kemampuan melakukan perubahan dan efektif dalam situasi krisis. Dia menjiwai persoalan yang rentangnya luas, mulai dari urusan di akar rumput rakyat hingga urusan di arena percaturan dunia.
Kesadaran dan pemahamannya tentang masalah yang dihadapi rakyat, membuat Anies dekat dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Baru pertama kali terjadi di Jakarta, seorang gubernur dilepas oleh puluhan ribu rakyat Jakarta yang secara spontanitas dan swakarsa mendatangi balai kota di hari terakhirnya bertugas. Di akhir masa jabatannya, 84% rakyat Jakarta menyatakan puas dan sangat puas atas kepemimpinannya. Sebuah rekor di Jakarta, angka kepuasan yang amat tinggi. Padahal publik Jakarta itu kritis dan tidak mudah puas. Dia disebut merakyat karena komitmen nyata membela rakyat sejak dalam pikiran hingga kebijakan, bukan sebatas pencitraan di depan media.
Selain artikulatif dalam menyampaikan narasi dan gagasannya, sejak masa kuliah Anies telah membuat karya-karya besar yang berdampak. Sebelum di pemerintahan, Anies menginisiasi berbagai gerakan seperti Pelatihan Pemuda Desa Tertinggal di Kalimantan dan Jawa (mulai 1994), Gerakan Indonesia Mengajar (mulai 2009), Gerakan Indonesia Menyala (mulai 2011), Kelas Inspirasi (mulai 2012) dan Gerakan Turun Tangan (mulai 2013).
Anies adalah seorang akademisi yang mampu melibatkan dan menggerakkan masyarakat dalam kegiatannya. Tidak hanya wacana, karya-karyanya nyata dan berdampak positif bagi masyarakat.
Selama bertugas sebagai Gubernur DKI Jakarta (2017-2022), Anies dipilih oleh para gubernur se-Indonesia untuk menjadi Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi se-Indonesia. Dia juga dipilih oleh C-40 (Asosiasi kota besar sedunia) menjadi Wakil Ketua Dewan Pengarah C-40 bersama Wali Kota London dan Gubernur Tokyo. Anies menjadi orang Indonesia pertama yang menduduki posisi kepemimpinan pada asosiasi kota sedunia tersebut.
Sebelumnya, Anies bertugas sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2014-2016). Dalam setiap peran yang dijalani, baik di luar maupun di dalam pemerintahan, Anies selalu aktif mempromosikan good governance, pemerintahan yang bersih, demokratis dan aspiratif. Selama masa kuliahnya pada awal 1990-an, Anies dikenal luas, khususnya di Yogyakarta, sebagai tokoh gerakan mahasiswa pro-demokrasi. Komitmen antikorupsi dan kiprah aktifnya di publik terkait tata kelola pemerintahan yang baik membuat Anies diminta menjadi Ketua Komite Etik KPK (2012) dan Anggota Tim-8 untuk penanganan masalah di KPK (2011).
Peran dan kontribusinya di masyarakat sudah dilakukan jauh sebelum Anies bertugas di pemerintahan. Atas itu semua, Anies menerima lebih dari 30 penghargaan individu bergengsi dari lembaga dalam negeri dan internasional.
Anies dinobatkan sebagai salah satu dari 100 Intelektual Publik Dunia oleh Majalah Foreign Policy (2008) dan masuk dalam 20 Tokoh Masa Depan Dunia oleh Majalah Foresight (2009). Anies juga termasuk dalam 500 Muslim Paling Berpengaruh versi Royal Islamic Strategic Studies Center (2010).
Transformative Urban Mobility Initiative (TUMI) di Jerman menilai Anies sebagai tokoh yang berjasa dalam transformasi mobilitas perkotaan dan menobatkannya sebagai salah satu dari “21 Heroes 2021”. Tahun 2023, Anies diangkat menjadi board member pada Pusat Studi Asia, Universitas Oxford yang membuatnya menjadi orang Indonesia pertama yang mendapat kepercayaan sebagai anggota dewan di salah satu universitas tertua di dunia.
Anies meraih gelar PhD di bidang Kebijakan Publik dari Northern Illinois University dengan disertasi tentang otonomi daerah dan demokrasi. Meraih gelar master dari School of Public Policy di University of Maryland, AS dengan tesis tentang kebijakan nilai tukar rupiah dan volatilitas pasar uang. Meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada. Selama masa studinya, ia dianugerahi banyak penghargaan dan beasiswa. Sebagai dosen di kampus, Anies mengajarkan berbagai mata kuliah, di antaranya mata kuliah Ekonomi Makro.
Pemikiran dan kiprah kepemimpinannya menjangkau seantero nusantara, bahkan dunia, tapi kesehariannya adalah pribadi bersahaja dan serba apa adanya. Mobilitas kesehariannya dengan sepeda, sepeda motor, atau mobil Kijang Innova, termasuk saat bertugas sebagai menteri dan gubernur. Tinggalnya tetap di dalam kampung Lebak Bulus di Jakarta Selatan yang gang masuknya hanya selebar satu mobil. Hingga kini Anies tetap menjadi penasehat Karang Taruna di kampungnya.
Rumahnya tanpa pagar dan menyatu dengan lingkungan kampung. Joglo rumahnya selalu digunakan untuk kegiatan warga. Mulai dari majelis taklim, yasinan, rapat warga, kegiatan kesehatan lansia Posbindu (Pos Binaan Terpadu), bahkan tempat pernikahan bagi tetangganya, dan aktivitas warga lainnya.
Joglo itu adalah peninggalan Kiai Besari, Pondok Pesantren Tegalsari di Ponorogo, yang sangat terkemuka pada awal abad 18. Salah satu pesantren tertua dan cikal bakal konsep pondok di Indonesia.
Joglo kuno jenis “Satrio Pinayungan” ini hanya dibangun di kompleks Kraton. Pada tahun 1743, Joglo ini diberikan oleh Raja
Jawa masa itu, Sunan Pakubuwono II, kepada Kiai Besari yang kemudian digunakan untuk ngaji para santri. Santri yang pernah ngaji di Tegalsari, misalnya Sunan PB II itu sendiri, lalu Ronggowarsito, pujangga Jawa paling terkenal atau cicitnya Kiai Besari, HOS Cokroaminoto, yang disebut Raja Jawa Tanpa Mahkota.
Bangunan kayu tua bersejarah itu, yang usianya lebih dari 300 tahun, ditemukan telantar, bahkan hendak dijadikan bahan baku membuat mebel. Oleh penemunya diselamatkan dan pada tahun 2009 diberikan kepada Anies untuk dirawat dan diteruskan pemanfaatannya.
