Samantabadra 2019-04

Page 1

SAMANTABADRA PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Media informasi, komunikasi, pendidikan, dan pembinaan umat

Di dalam Bab XII, Devadatta Saddharmapundarika-sutra diterangkan bahwa putri dari Raja Naga Sagara mencapai kesadaran Buddha pada usia delapan tahun dengan badan naga. Pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga menerangkan tentang pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita, serta pencapaian kesadaran Buddha dan umat manusia Tiga Dunia Buruk; Dunia Neraka, Dunia Kelaparan dan Dunia Kebinatangan. Dengan demikian, jelas bahwa pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita, dwiyana orang jahat, serta seluruh umat manusia tanpa terkecuali, hanya diterangkan dalam Saddharmapundarika-sutra.

SAMANTABADRA | APRIL 2019 | NOMOR. 303

Pahlawan nasional Indonesia, R.A. Kartini. Jasanya dalam memperjuangkan hak perempuan untuk mengenyam pendidikan yang memadai pada zamannya menjadi teladan dan inspirasi bagi perempuan Indonesia untuk turut membangun bangsa. Karena jasanya, tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini.

gosyo kensyu Surat Perihal Kesadaran Buddha bagi Perempuan

gosyo cabang Surat Balasan kepada Nanjo-dono

Surat Perihal Subhakarasimha #303

04

a p r i l 2 0 1 9


Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Keterangan halaman muka Bunga teratai, perlambang hukum sebab-akibat sesaat.

B

Surat Perihal Pencapaian Kesadaran Buddha Bagi Perempuan

Surat Perihal Pencapaian Kesadaran Buddha Bagi Perempuan

agaimanakah caranya kita lepas dari triloka? Jawabnya ialah, dengan kurnia pertapaan Hukum Agama Buddha inilah kita dapat menerangi kegelapan kesesatan jiwa dan membuka kesadaran jiwa. Lalu dalam Hukum Agama Buddha ini, pertapaan seperti apakah yang kita jalankan untuk melepaskan diri dari penderitaan hidup dan mati? Yaitu tidak lain dari Saddharma (Myoho) yang tunggal.

Seluruh ajaran yang dikhotbahkan Buddha Sakyamuni sebenarnya tidak lebih dari satu ajaran tunggal. Pencapaian kesadaran Buddha dari seluruh Buddha terdapat dalam Saddharma (Myoho), enam Paramita dari kaum Bodhisattva terdapat dalam Pundarika (Renge), sedangkan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum Sravaka dan Pratyekabuddha terdapat dalam Sutra (Kyo).

Hadirin Dharma Talk “Ketuhanan dalam Perspektif Agama Buddha Niciren Syosyu� dengan nara sumber Ketua Umum NSI, MPU. Suhadi Sendjaja. Vihara Sadaparibhuta NSI. Jakarta, 17 Maret 2019.

DPP, DPW, dan umat NSI wilayah Bangka-Belitung seusai dokyo syodai peringatan kehadiran Buddha Niciren. Vihara Vimalakirti NSI Bangka. 16 Februari 2019.


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat kepada Nicimyo Syonin Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 23-24 Februari 2019

Nammyohorengekyo,

A

gama Buddha adalah agama yang hanya ingin menyadarkan umatnya bahwa mereka punya segala-galanya untuk mengatasi kesulitan dan masalah-masalah dalam hidup sehari-hari. Semua kekuatan itu sudah kita miliki namun kita perlu melakukan upayaupaya agar kekuatan itu dapat terwujud dengan baik. Itulah tujuan dari agama Buddhayang membuatnya dapat bertahan sampai hari ini. Agama pada hakikatnya mempunyai kekuatan. untuk memunculkan kesungguhan hati untuk melepaskan diri dari keterikatan melalui aksi menyumbang. Biasanya gambaran kita kalau mendengar kata “menyumbang” adalah sumbangan uang atau donasi. Tidak sepenuhnya keliru namun menyumbang adalah sebuah budaya yang mempunyai nilai tinggi. Apabila kita perhatikan pergerakan alam semesta,

pada dasarnya semua gerakannya bersifat memberi. Matahari terbit untuk memberi sinarnya, bukan untuk menerima. Begitu juga tanah yang memberi nutrisi bagi pepohonan, tumbuhtumbuhan, dan makhluk hidup lainnya seperti cacing dan serangga. Pergerakan manusia sebagai bagian dari alam semesta sewajarnya juga begitu, terlebih karena manusia adalah makhluk yang sempurna, bisa berpikir, mencukupi dirinya dan memberdayakan dirinya untuk memberi manfaat kepada orang lain dan lingkungannya. Namun seiring perkembangan peradaban, sifat “memberi” manusia ini semakin lama semakin tergerus dan memudar. sifat memberi bergeser menjadi “maunya diberi”, bahkan kalau bisa mengambil. Dengan demikian, dalam gerakan hidup yang sudah berubah, kekuatan murni dari manusia juga tenggelam. Yang muncul

ke permukaan adalah energi atau kekuatan-kekuatan yang membesarkan ego; keserakahan, kemarahan, kebodohan, merusak diri sendiri dan orang lain. Ketika agama Buddha muncul 3,000 tahun yang lalu, ada sebuah konsep untuk mengembalikan ini. Buddha berkata bahwa semestinya tidak begitu. Kita harus melatih diri kita kembali untuk menjadi makhluk yang memberi. Kemudian, dalam konteks ini, memberi juga banyak macamnya. Gosyo kensyu sebelum ini menjelaskan tentang cerita tentang Raja Asoka yang Berjaya dalam peperangan. Dulunya, dia adalah seorang raja yang jahat. Tapi, akhirnya ia sadar dan bertemu dengan Buddha. Dia dibimbing dan akhirnya pun berubah menjadi seorang raja yang menyumbang segala-galanya untuk mengembangkan dan memelihara agama Buddha. Agama Buddha menjelaskan bahwa hidup kita ini adalah Samantabadra | April 2019

1


sebuah hubungan yang terjalin dari masa lampau, sekarang, dan akan datang (tiga masa). Salah satu kekuatan Buddha sebagai orang yang sadar adalah mengetahui kehidupannya sendiri dan orang lain pada ketiga masa. Raja Asoka dulunya adalah seorang yang bernama Sri Sambava. Suatu waktu, ia sedang bermain-main di depan rumahnya, ketika Buddha Sakyamuni tiba-tiba lewat. Sri Sambava kagum sekali melihat satu sosok manusia yang begitu anggun. Hati Sri Sambava sekejap terbuka dan ia langsung ingin memberi dan mempersembahkan sesuatu, tapi ia tidak mempunyai apa-apa. Akhirnya, ia cepat-cepat membuat kue dari tanah dengan sangat sungguh-sungguh, dan mempersembahkannya pada Buddha. Itu dana paramita dari Sri Sambava. Akibat kebajikannya pada kelahiran kemudian adalah ia terlahir sebagai seorang raja. Waktu itu, Sri Sambava menyumbang ke Buddha. Sekarang semua murid Niciren Daisyonin tidak menyumbang kepada Buddha Niciren karena beliau sudah moksa, yang kita lakukan adalah menyumbang kepada Dharma. Dalam gosyo ini, semua cerita menjelaskan tentang sumbangan kepada Dharma. Buddha bisa menjadi Buddha karena Dharma. Sebetulnya, Dharma itu adalah guru dari Buddha. Memang menyumbang 2

Samantabadra | April 2019

Buddha bisa menjadi raja, tapi menyumbang Dharma bisa menjadi Buddha, menjadi orang yang paling bahagia. Oleh karena itu, dana paramita kita hanya satu, yaitu menyumbang untuk Dharma. Kisah-kisah dalam gosyo ini adalah teladan untuk kita melaksanakan pertapaan dana paramita. Ketika Putra Himalaya sudah mendengar sebait kalimat sutra, ia berjanji kepada iblis bahwa dirinya akan menyerahkan jiwa raganya. Ia menyadari bahwa setelah meninggal, jasadnya akan dimakan oleh binatang-binatang dan rayap. Ia menyadari bahwa apabila dibandingkan, tulang dagingnya yang akan membusuk tidak akan berarti dibandingkan dengan aksara Buddha yang akan diterimanya. Semua makhluk hidup mengalami proses atau siklus yang sama, yakni lahir, tua, sakit, dan mati. Maka itu, kualitas jiwa kita pada saat meninggal sangat penting. Dalam agama Buddha, kapan pun dan di mana pun, kita harus memikirkan untuk membahagiakan orang lain. Kita harus betulbetul memahami Dharma, melaksanakan, dan memberi tahu orang-orang tentang pelajaran dari Dharma. Jangan sampai kebahagiaan kita diukur pada materi. Jangan kita pentingkan materinya, tapi yang penting adalah merubah rezeki jiwanya.

Pada tanggal 17 Maret, NSI akan menyelenggarakan Dharma Talk untuk menjelaskan tentang ketuhanan menurut agama Buddha Niciren Syosyu. Banyak sekali miskonsepsi dalam pemahaman ajaran Buddha, sehingga terjadi sinkretis dan pencampuradukan yang mengakibatkan melemahnya pemaknaan terhadap kekuatan agama Buddha. Ketuhanan di agama Niciren Syosyu kita adalah Trikaya yang Ekakaya dan Ekakaya yang Trikaya. Jadi, kalau bicara tentang ketuhanan, berarti kita juga bicara tentang jiwa. Jiwa menurut perspektif Niciren Syosyu adalah Nirmanakaya, Sambhogakaya, dan Dharmakaya yang menjadi satu. Dewasa ini, anak-anak muda zaman sekarang cenderung tidak mau beragama. Mereka disebut agnostik dan ateis. Tuhan dari anak muda sekarang adalah penguasa-penguasa teknologi, seperti Steve Jobs, Larry Page, Jack Ma, dan banyak lainnya. Persaingan antara ilmu pengetahuan dan Tuhan juga semakin ketat. Agama lain percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia. Tapi, sekarang manusia sudah bisa menciptakan robot yang memiliki sifat lebih bagus dan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dari manusia. Dalam gosyo ini, dijelaskan tentang keteladanan untuk menyumbang. Kita semua di sini adalah orang-orang yang bercita-cita untuk mencapai


kesadaran Buddha, kehidupan yang bahagia, saat ketika kita bisa memaksimalkan potensi diri kita sehingga dapat mengatasi berbagai permasalahan hidup; masalah kesehatan, keluarga, usaha, pertemanan, rumah tangga, dan lain sebagainya. Dengan begitu, semakin lama kita akan semakin percaya diri sehingga kita tidak hanya bisa membahagiakan diri sendiri, tapi juga mampu membahagiakan orang lain. Itulah wujud pencapaian kesadaran Buddha. Tujuan Buddha hadir di dunia adalah agar tiap manusia bisa memaksimalkan potensi kebaikan dalam dirinya, karena sebetulnya diri masing-masing manusia sudah mempunyai kesempurnaan. Hanya, selama ini kesempurnaannya tertutup oleh kesarakahan, kemarahan, dan kebodohan. Apabila kita memelihara ketiga racun ini, kita sedang memelihara penderitaan dan karma buruk di dalam diri kita sendiri. Sebaliknya, kalau kita merawat dan memelihara jiwa Buddha kita, sebetulnya kita sedang mengembangkan kebahagiaan di dalam diri kita. Pilihan ada di tangan kita. Untuk memunculkan kesadaran Buddha memang tidak mudah, diperlukan usaha yang gigih. Memunculkan kesadaran Buddha itu adalah hasil dari perjalanan kita dalam pertapaan kebodhisattvaan, yaitu menjalankan Enam Paramita.

Dana paramita adalah menyumbang dana dan melatih kemurahan hati. Kualitas dana paramita tidak diukur dari seberapa besar atau kecil jumlah uangnya, tetapi seberapa besar kesungguhan hatinya (Kokoro Zasi). Memberikan dana paramita harus dilaksanakan dengan sikap yang terhormat, diterima dan digunakan secara terhormat untuk kepentingan penyebarluasan Dharma, bukan untuk hal-hal lain. Ketulusan berarti tidak pamrih atau tidak mengharapkan imbalan apa pun. Dana paramita juga bisa berupa sumbangan tenaga. Mengikuti kebersihan, menjaga lingkungan di wihara, mengikuti kesenian juga merupakan contoh berdana paramita. Dana paramita juga bisa berupa memberi ketenangan melalui Dharma. Misalnya, kalau ada orang yang baru meninggal, sebaiknya kita jangan hanya memberi sumbangan untuk keluarganya melalui uang duka, tapi juga menyemangati sesama umat dan melakukan daimoku bersama. Dana paramita berarti menyumbangkan tenaga, Dharma, dan materi. Ini semua harus dilaksanakan demi agama Buddha. Kedua, sila paramita adalah menjaga pantangan. Pantangan kita hanya satu, yaitu tidak meninggalkan Gohonzon. Kalau kita selalu memegang Gohonzon, kesadaran kita akan muncul. Untuk itu, kita

harus menjalankan GongyoDaimoku setiap pagi dan sore. Ketiga, ksanti paramita adalah ketabahan dan melatih kesabaran. Dalam menghadapi segala masalah, umat NSI harus selalu memiliki kekuatan untuk tabah. Tabah bukan berarti pasrah, namun sikap menerima kenyataan dan tetap fokus pada tujuan hidupnya dan tidak menyerah untuk terus berusaha. Viriya paramita berarti terus bersemangat dalam syinjin, mempunyai semangat yang tidak padam untuk terus bisa bertapa untuk memunculkan kesadaran Buddha dan membahagiakan orang lain dengan menyebarluaskan Dharma. Viriya paramita berarti melatih keuletan. Kemudian, dhyana paramita berarti bermeditasi. Meditasi berarti konsentrasi, melatih ketenangan pikiran. Meditasi dalam Niciren Syosyu adalah menjalankan Gongyo Daimoku pagi dan sore. Saya sekarang pun sedang bermeditasi, karena harus fokus dan konsentrasi pada topik pembicaraannya pada gosyo. Begitu juga bagi yang menuntut ilmu dan bersekolah, mereka harus fokus dalam pelajaran, dan ibu rumah tangga pun harus konsentrasi dalam hal memasak dan mencuci piring. Ketika ini semua dijalankan dengan sungguh hati, prajna kita akan muncul. Prajna paramita adalah Prajna dari Dunia Buddha sebagai hasil daripada usaha Samantabadra | April 2019

3


kita menjalankan dana paramita, sila paramita, ksanti paramita, viriya paramita, dhyana paramita. Kita perlu syukuri bahwa rejeki dari karma baik kita membuat kita dapat bertemu ajaran Buddha Niciren dan diberikan kemudahan jalan untuk mewujudkan kebuddhaan dengan terwujudnya Gohonzon. Inti dari keteladanan dari Putra Himalaya dan contohcontoh yang lain dalam gosyo ini adalah pelaksanakan Enam Paramita. Dengan Nammyohorengekyo, kesadaran kita akan muncul untuk menjalankan Enam Paramita. Bagi umat Niciren Syosyu, pantangannya (sila paramita) muncul dari kesadaran. Ksanti paramita kita juga ada, maka itu kita perlu menjalankan syinjinnya dengan gembira. Kemudian, gosyo ini juga menjelaskan tentang kekuatan perempuan. Buddha Niciren Daisyonin menyitir keistimewaan seorang perempuan dalam masalah kelembutan. Perempuan itu lembut seperti angin sepoi-sepoi, sementara lelaki mempunyai sifat yang keras. Ini adalah Hukum Alam. Tapi, bukan berarti perempuan harus lemah. Lembut dan lemah berbeda. Mengenai masalah yang kaitannya dengan aksara: di sini dikatakan, “Myohorengekyo terdiri dari delapan rol. Membaca delapan rol ini sama dengan 4

Samantabadra | April 2019

membaca enam belas rol, karena merupakan sutra yang dibabarkan dan dijelaskan oleh kedua Buddha: Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna. Keenam belas rol itu merupakan rolrol yang tidak terbatas dan tidak terhingga. Alasannya karena kebenarannya telah jelas dibuktikan oleh para Buddha dari 10 penjuru dengan cara yang sama. Satu aksara sutra tersebut sama dengan dua aksara, karena merupakan aksara dari kedua Buddha, Sakyamuni dan Prabhutaratna. Lagipula, satu aksara adalah aksara yang tak terhingga karena sutra tersebut terang dibuktikan oleh para Buddha dari seluruh penjuru. Sebagai umpama, walau permata kintamani itu hanya sebutir, namun dapat mencurahkan harta berupa dua permata sampai permata tak terhingga. Demikian pula halnya satu aksara dalam Saddharmapundarika-sutra adalah satu pusaka. Aksara yang tak terhingga adalah permata pusaka yang tak terhingga. Pada satu aksara, ‘Myo’, terdapat dua lidah, yakni lidah kedua Buddha Sakyamuni dan Prabhutaratna. Lidah dari kedua Buddha itu adalah Pundarika berkelopak delapan. Di atas susunan Pundarika berkelopak delapan terdapat permata pusaka. Ini adalah satu aksara ‘Myo.’ Myo dalam bahasa Mandarin adalah Miao, yang berarti gaib. Jadi, Myo dalam agama kita bukan atraksi

potong lidah atau sejenisnya. Tulisan Myo terdiri dari karakter perempuan dan kurang atau shao. Jadi, kalau perempuan mengurangi sifat-sifat yang menjadi kekurangannya, itu akan menjadi kekuatan gaib. Banyak hal-hal yang tidak terjangkau oleh pikiran kita yang bisa dikerjakan oleh perempuan. Di dalam agama Buddha, ada Upacara Menara Pusaka. Ketika terjadi Upacara Menara Pusaka, kita benarbenar memberi usaha agar suasananya menjadi serius, sebagai formalitas dan upaya untuk memberi kesan sebagaimana upacara kejiwaan harus dilaksanakan. Di dalam upacara kejiwaan yang terjadi, Buddha Sakyamuni berkata bahwa besar Menara Pusaka sebesar 500 yojana, dengan lebar yang setengah dari tingginya. Ketika Menara Pusaka itu muncul dari bumi, Menara Pusaka tersebut menjulang ke langit. Seluruh alam semesta bisa melihat ini. Di dalam Menara Pusaka, duduk dua Buddha yang saling memberikan tempat duduknya. Mereka duduk berdua, dan Buddha Sakyamuni menjelaskan tentang kebenaran-kebenaran Dharma. Setiap kata yang diucapkan Buddha, Tathagata Prabhutaratna selalu menyetujuinya dan berkata, “Iya, benar”, sampai terkadang Beliau menjulurkan lidahnya sampai ke langit. Artinya, di dalam budaya


India, kalau seseorang mengatakan kebenaran yang sangat benar, Beliau pasti akan menggoyangkan kepala dan menjulurkan lidahnya. Semakin panjang lidahnya, semakin benar perkataannya. Hal ini berarti Tatagatha Prabhutaratna dan Buddha Sakyamuni adalah kehadiran untuk membuktikan kebenaran dari Saddharmapundarikasutra. Begitu juga kita dalam kehidupan sehari-hari. Kalau semua yang diajarkan oleh Buddha Niciren masuk ke badan kita dan dilaksanakan di dalam kehidupan sehari-hari, semua yang ada di lingkungan kita adalah Tathagata Prabhutaratna. Mereka akan mengatakan, “benar.� Satu lidah menjadi dua lidah, satu huruf Myo menjadi Pundarika berkelopak delapan. Myo sebetulnya adalah Pundarika. Pundarika adalah Renge, yaitu In Ga Guji (sebabakibat secara langsung). Yang namanya gaib di agama kita itu bukan hal yang aneh-aneh atau sulap. Dalam hidup banyak hal yang tidak terjangkau oleh pikiran kita. Teknologi video call misalnya, 30 tahun yang lalu belum terbayangkan bisa menjadi nyata. Di masa akan datang pasti akan ada temuantemuan yang jauh lebih hebat. Di alam semesta ini, masih banyak temuan yang belum kita ketahui. Semua itu tidak lepas dari In Ga Guji, hukum karma.

Buddha selalu bercita-cita agar semua umat manusia bisa sama dengan dirinya, dapat mewujudkan kebuddhaan, Buddha seperti ayah dan semua umat manusia adalah anak-anaknya. Namun seringkali anak-anak tidak percaya pada ayahnya dan lupa membalas budi. Balas budi kepada Buddha adalah dengan percaya sungguhsungguh dan menyebarluaskan Dharma. Ketika kita menjalankan itu, pasti kita menjadi Buddha karena asal-usul kita adalah anakanak Buddha, memiliki bibit kebuddhaan. Yang penting adalah mengembangkan semua potensi itu. Jalankan apa yang sudah menjadi kebiasaan daripada Sang Buddha, yaitu Isyo Jobutsu Kosenrufu. Oleh karena itu, kita harus melaksanakan syinjin dengan penuh kesungguhan hati, waktu pertemuan, Gongyo Daimoku, kunjungan anggota, maupun hal-hal yang dikerjakan dalam keseharian kita. Sehingga dengan demikian, dari kesungguhan hati itu, kita bisa memasuki jalan kebuddhaan. “Syonin� dari Nicimyo Syonin adalah gelar yang berarti arif bijaksana. Nicimyo Syonin dinilai layak untuk mendapat gelar ini karena kesungguhan hatinya. Ia perempuan, seorang janda yang membawa anak kecil, tapi ia punya kesungguhan hati untuk menuntut Dharma yang tidak kalah dalamnya dengan

Putra Himalaya. Kisah dari Putra Himalaya adalah sebuah kisah, namun perjuangan Nicimyo Syonin adalah sebuah kenyataan. Nicimyo pergi untuk mengunjungi Niciren Daisyonin di Pulau Sado, Icinosawa, yang memerlukan waktu perjalanan selama berminggu-minggu. Pada waktu itu, Buddha Niciren berkata bahwa beliau tidak pernah melihat wanita yang memiliki ketulusan yang begitu hebat. Maka itu, Nicimyo Syonin satu-satunya wanita yang mendapatkan gelar tersebut. Buddha Sakyamuni terkadang menceritakan tentang dirinya sendiri, terkadang beliau menceritakan tentang diri kita, dan terkadang beliau menceritakan tentang orang lain. Ini semua adalah upaya Buddha untuk menjelaskan satu hal, yakni kesadaran Buddha. Oleh karena itu, Buddha Sakyamuni juga menerangkan bahwa sebetulnya Tathagata Prabhutaratna termasuk tokoh yang dimunculkan. Agama Buddha terdiri atas berbagai perumpamaan dalam menjelaskan maknanya. Di dalam Namun demikian semua perumpamaan itu adalah upaya untuk menjabarkan Buddhisme agar dapat diterapkan oleh umat manusia. ***

Samantabadra | April 2019

5


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat kepada Nicimyo Syonin Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 23-24 Februari 2019

Nammyohorengekyo,

S

urat ini diberikan kepada Nicimyo Syonin, seorang janda muda yang mempunyai seorang anak bayi. Surat ini diberikan kepadanya karena Niciren Daisyonin sebagai bentuk pujian kepada Nicimyo atas kekuatan hati kepercayaan dan sikapnya dalam menuntut Hukum Buddha. Sebutan “Nicimyo Syonin� pun diberikan oleh Niciren Daisyonin kepada wanita tersebut. Dalam surat ini, nama aslinya tidak dicantumkan. Tapi, diperkirakan, oleh Bhikkhu tertinggi ke-59, bahwa ia adalah Ibu Oto Goze. Setelah Niciren Daisyonin mengalami berbagai penganiayaan yang berakhir dengan penganiayaan di Tatsunokuci, Beliau diasingkan ke Pulau Sado. Di situ beliau mulai menulis gosyo-gosyo yang 6

Samantabadra | April 2019

penting, di antaranya adalah Surat Membuka Mata, Surat Dari Sado, dan lain-lain. Setelah kejadian tersebut, banyak sekali penganut dan murid beliau yang ditindas dan diusir dari tempat tinggalnya. Jadi, murid-murid Niciren Daisyonin juga menghadapi kesulitan; diasingkan, diusir, dibebankan pajak yang berat, dan dijatuhkan hukuman penjara. Maka, tidak aneh bila ada umat yang mundur dari hati kepercayaan. Tapi, dalam keadaan demikian, Nicimyo Syonin bisa mempertahankan kepercayaan. Hebatnya lagi, ia pergi mengunjungi Niciren Daisyonin di Pulau Sado, Icinosawa, dalam kondisi yang sulit. Dalam perjalanannya menuju Pulau Sado, banyak sekali tantangan dan rintangan. Karena inilah Niciren

Daisyonin memujinya sebagai seorang wanita muda yang memiliki hati kepercayaan yang begitu kuat dan mempunyai semangat untuk menemui Buddha. Dalam gosyo ini, Niciren Daisyonin mengambil contoh-contoh yang menjelaskan mengenai perjuangan menuntut Hukum Buddha dan pentingnya menyumbang jiwa raga. Pertama-tama, Beliau mengambil contoh dari Dharma-Arthin. Ia ingin sekali belajar Hukum agama Buddha. Selama 12 tahun di Jepang, ia berkelana ke mana-mana, tapi ia tetap tidak menemukan Buddha, Dharma, dan Sangha. Walaupun demikian, ia tidak putus asa dan terus mencarinya, seperti orang kehausan yang mencari air dan orang kelaparan yang mencari makanan.


Karena ia merasa dirinya membutuhkan ajaran Buddha, dan karena adanya kesungguhan hati untuk menuntut hukum Buddha, ia tetap mencarinya walaupun sulit. Akhirnya, ia bertemu dengan seorang Brahmana, yang mengetahui sebait sutra dari Ajaran Suci. Dharmaarthin sangat gembira ketika mengetahuinya. Tapi, untuk mendengar syair itu ia harus memenuhi beberapa syarat: “Kalau Anda sungguh-sungguh ingin mendengar, kupaslah kulit Anda untuk dijadikan kertas. Cabutlah sebuah tulang untuk dijadikan kuas, hancurkanlah sumsumnya sebgai tinta, dan cucurkanlah darah menjadi pelarut.”Apabila kita mau mendengar gosyo tapi kita harus berjuang seperti Dharma Arthin, sanggupkah kita? Menyumbangkan sesuatu yang sangat berharga bagi diri kita. Ini memberitahu kita bahwa menuntut Hukum Buddha bukanlah hal yang mudah. Pasti ada perjuangan dan bermacam-macam kesulitan. Yang terpenting adalah keinginan diri kita sendiri untuk mencari, bukannya menunggu. Akhirnya, Dharma-Arthin memenuhi semua syarat yang dituturkan oleh Brahmana itu. Tapi,

setelah ia menjalankan apa yang diinginkan, Brahmana tersebut tibatiba menghilang. Dia adalah Brahmana yang tidak menepati janji. Dari situ, Dharma-Arthin meratap dan Buddha mendengar ratapan itu. Buddha muncul dan menuturkan kalimat yang ingin didengar oleh Dharma-Arthin. Kalimatnya adalah sebagai berikut: “Bertapalah pada Hukum yang sebenarnya, jangan melaksanakan hukum yang sesat. Baik dalam hidup ini maupun yang akan datang, orang yang melaksanakan Hukum yang sebenarnya akan menetap dengan tenang dan tenteram.” Jadi, kalau kita menjalankan sifat kepercayaan seperti ini kepada hukum yang sebenarnya, selama-lamanya hidup kita akan penuh dengan ketenangan dan ketentraman. Selanjutnya dijelaskan contoh lain dari Raja Cakravarti. Ini mengisahkan tentang kehidupan masa lampau Buddha Sakyamuni, yang pada waktu itu sedang menjalankan pertapaan sebagai Bodhisattva. Dikatakan bahwa Bodhisattva tersebut sangat menghormati delapan aksara. Saking menghormatinya, ia berani

menyumbangkan badannya menjadi seribu obor untuk disumbangkan pada kedelapan aksara. Ia berani menyumbangkan jiwa raga demi kata-kata aksara yang berbunyi, “Setiap orang yang dilahirkan tentu akan mati, penderitaan hidup musnah ini untuk menjadi bersuka ria (bussyo kyosyi mece I raku).” Jadi, kalau kita semua bisa mengerti bahwa segala yang hidup akan lenyap, pasti penderitaan hidup-mati akan menjadi sebuah kebahagiaan pada akhirnya, karena tidak ada lagi keterikatan pada kehidupan maupun kematian. Berdasarkan Ajaran Mahayana, kita tidak akan mati dalam hal kejiwaan. Jiwa kita kekal selama-lamanya, walaupun fisik kita tidak bergerak lagi. Ini adalah hal yang bukan main. Di sini, kita bisa melihat bahwa Buddha Sakyamuni berani mengorbankan badannya menjadi seribu obor. Terlebih lagi, ia juga menuliskan aksara-aksara tersebut pada dindingdinding batu dan jalan utama. Ini adalah upayanya untuk menyebarluaskan Dharma, berarti ia berani berkorban demi kebahagiaan umat. Memang kelihatannya ia hanya menyumbang obor seribu Samantabadra | April 2019

7


untuk penerangan orang lain, tapi sebetulnya ia juga menerangi diri sendiri. Kalau kita menjalankan ajaran Buddha demi kebahagiaan orang lain, akhirnya kita pun bisa mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya. Maka itu, kita harus berani menyumbang jiwa raga dalam hal ini. Kemudian, dijelaskan lagi bahwa Bodhisattva Sakyamuni pernah menemui seorang penderita kusta. Penderita kusta itu mengatakan bahwa ia mempertahankan Hukum sebenarnya, yang terdiri dari dua puluh aksara. Untuk menuntut Hukum Buddha, syaratnya adalah untuk memeluk dan menjilati tubuh penderita kusta tersebut, dan memberinya makan dua atau tiga kati daging dari tubuh Bodhisattva Sakyamuni sendiri. Syarat tersebut pun dipenuhi olehnya. Berarti, kalau kita ingin menjalankan pertapaan, kita juga harus bertemu berbagai rintangan. Beranikah kita menghadapinya? Ini adalah salah satu perjuangan dari Buddha Sakyamuni yang sebenarnya memberikan semangat untuk kita. Kita pun harus menjalankan demikian. Kemudian, ada pula contoh dari Putra Himalaya. 8

Samantabadra | April 2019

Putra Himalaya baru mendengar setengah bait kata-kata Buddha dari seorang Iblis. Ia ingin belajar lebih dalam, maka ia tidak puas dan tidak merasa cukup ketika hanya mendengar setengahnya. Putra Himalaya mendengar kalimat: “Segala sesuatu adalah fana, ini adalah Hukum hidup dan musnah.� Karena ingin sekali mendengar kelanjutannya, Putra Himalaya juga memenuhi syarat untuk menyumbangkan dirinya sebagai makanan segar untuk Iblis tersebut. Yang paling istimewa dari Putra Himalaya adalah tanggapannya pada keragu-raguan iblis itu. Dia berkata bahwa dirinya sendiri adalah puing-puing yang tidak berharga, yang akan diganti dengan emas dan perak, yakni kata-kata Buddha. Ia menganggap bahwa menukar nyawanya dengan aksara-aksara selanjutnya seperti menukar kotoran dengan nasi. Ini mengingatkan kita bahwa, saat kita meninggal, segala harta yang kita kumpulkan akhirnya tidak akan mempunyai nilai. Ini mengingatkan kita juga untuk selalu mengutamakan Dharma, karena yang paling penting adalah untuk menjaga harta jiwa kita dalam siklus hidup ini.

Setelah Putra Himalaya mendapatkan seluruh bait tersebut, ia juga tidak bersikap egois. Ia menuliskan syair itu pada pepohonan dan batu-batu di sekitarnya. Ini menunjukkan bahwa Putra Himalaya mempunyai sikap dengan dasar keinginan untuk membahagiakan orang lain. Kemudian, ada pula contoh dari Bodhisattva Baisyajaraja. Selama 72,000 tahun, Baisyajaraja membakar sikunya sebagai persembahan untuk Sang Buddha. Artinya, kita tidak mengenal kata selesai dalam menjalankan hati kepercayaan, namun kita harus menjalankannya hingga akhir hayat. Tugas syinjin kita harus diteruskan selama-lamanya. Ini berarti kita harus berusaha dari pagi sampai malam untuk membahagiakan orang lain. Contoh selanjutnya adalah kisah dari Bodhisattva Sadaparibhuta. Sadaparibhuta berkata bahwa dirinya tidak berani meremehkan satu orang juga karena semua orang punya Jiwa Buddha, dan ia harus menghormati itu. Maka itu, kita harus berusaha, dari pagi sampai malam, untuk tidak meremehkan orang lain. Semua contoh yang diberikan sebetulnya


menjelaskan bahwa dalam menjalankan pertapaan untuk mencapai kesadaran Buddha dan menuntut Hukum Buddha, segala hal memerlukan perjuangan. Jangan kita menjadi goyah dan malas pertemuan hanya karena alasan jarak, misalnya. Pada Kensyu kemarin, ada beberapa umat yang datang dari Surabaya, Baturaja, Palembang, Lampung dan Semarang. Mereka sudah menjalankan ajaran yang sesuai dengan gosyo, jauh-jauh datang untuk mendengar kata-kata Buddha. Buddha Sakyamuni menyadari tentang Hukum Myohorengekyo dengan sungguh hati. Menyadari demikian, beliau memberikan Hukum ini pada umat manusia melalui pembabaran Saddharmapundarikasutra. Buddha Sakyamuni mengatakan bahwa semua umat adalah anakanaknya. Karena itu beliau membagikan cara satusatunya untuk mencapai kebahagiaan mutlak, yakni pencapaian kesadaran Buddha. Artinya, kita tidak perlu lagi bertapa seperti Buddha Sakyamuni yang menyumbang bagian dari tubuhnya dan mengorbankan nyawa. Hanya dengan

menerima, percaya, dan mempertahankan GohonzonNammyohorengekyo, kita bisa memunculkan Dunia Buddha kita. Misalnya, kita semua menerima warisan dari orangtua berupa uang. Maka itu, kita tidak perlu lagi berjuang dan mengeluarkan keringat darah – kita tidak perlu menjalankan itu semua untuk mengumpulkan uang yang mereka kumpulkan. Kita tinggal menerima saja. Begitu juga Buddha, yang memberikan kita warisan yang bukan main agungnya, sebuah Hukum Myohorengekyo untuk seluruh umat manusia. Menyadari hal itu, kita harus berterima kasih dan berbahagia bahwa kita telah berjodoh dengan hukum ini, yang tepat waktu dan tepat guna pada Masa Akhir Dharma ini. Terlebih lagi, Buddha Niciren Daisyonin sudah mempermudah jalan untuk memunculkan kesadaran Buddha, dengan mewujudkan Dai Gohonzon yang kita terima setiap hari sebagai cermin jodoh untuk memunculkan Dunia Buddha kita. Kalau kita disuruh berkorban seperti Buddha Sakyamuni, kita pasti tidak akan tahan. Jangankan satu hari, setengah hari saja pasti sudah menyerah. Untuk itu,

dengan cara yang sudah ada sekarang dan dengan gosyo-gosyo yang sudah dibabarkan, kita seharusnya berterima-kasih dan bersikap sungguh-sungguh dalam tujuan pencapaian kesadaran Buddha. Kita semua adalah anakanak Buddha, berarti kita bisa menjadi Buddha. Dalam gosyo Buddha Niciren menjelaskan bahwa untuk menjadi Buddha kita harus berbakti pada ayah bunda dan berbakti pada Buddha Sakyamuni, berarti menjalankan sikap hidup yang sesuai ajarannya. Kalau kita tidak berbudi bakti, tidak mungkin kita bisa mencapai kesadaran Buddha. Di sini pun ada contoh yang menjelaskan bahwa walaupun seseorang adalah anak raja, tapi kalau ia tidak berbakti pada orangtuanya, raja pun bisa menurunkan anaknya sendiri menjadi rakyat biasa. Tapi sebaliknya, seorang rakyat biasa yang sungguh-sungguh menjalankan budi baktinya bisa dinaikkan pangkatnya. Artinya, kita seharusnya jangan merasa rendah diri, tapi kita harus tetap yakin, karena ada Icinen Sanzen yang menjelaskan tentang 10 dunia yang mencakupi 10 dunia. Inilah Hukum yang memungkinkan dan membantu kita untuk Samantabadra | April 2019

9


mengubah nasib. Misalnya, meskipun perasaan jiwa kita ada di dunia neraka, kalau memiliki kepercayaan yang kuat pada Nammyohorengekyo, kita bisa mencapai Dunia Buddha dengan sekejap.Kalau begitu, yang harus kita jalankan adalah untuk menerima dan mempertahankan Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Kita tidak perlu mengupas kulit atau mencabut tulang. Kita harus menuntut ajaran Buddha sesuai waktu. Kita harus merenungkan kembali dan melakukan refleksi, “Apakah selama ini kita sudah melaksanakan ajaran yang sesuai dengan Dharma Buddha?” Kemudian dijelaskan juga mengenai kodrat wanita. Dikatakan, “Kalimat sutra menerangkan bahwa wanita pandai dalam halhal seksual, tetapi sampai sekarang belum pernah terdengar seorang wanita yang pandai dalam Hukum Buddha.” Wanita harus pandai dalam hal seksual karena itu memang keahlian wanita. Ini adalah sebuah kelebihan wanita yang harus ditunjukkan. Hati seorang wanita diumpamakan sebagai angin sepoi-sepoi, bahkan meskipun dapat mengikat angin, sulit sekali 10

Samantabadra | April 2019

menangkap hati wanita. Hati seorang wanita diumpamakan sebagai menulis di permukaan air, tidak berbekas. Jadi, walaupun wanita sering mengomel, tapi di hatinya, perasaan kesal sudah hilang. Seorang wanita dikatakan sebagai pembual, karena pada suatu saat bisa menjadi orang yang benar, namun pada saat-saat yang lain menjadi orang yang munafik. Seorang wanita juga diibaratkan sebagai sungai yang berliku-liku, berarti segala kesulitan berani dihadapi olehnya. Kemudian, ada sebuah perkataan penting yang menyatakan, “sifat-sifat khas tersebut tidak berlaku untuk semua wanita, dan juga meskipun dikatakan sebagai sifat khas wanita tidak berarti pria luput dari sifat-sifat ini.” Bagaimana pun, yang terpenting adalah baik pria maupun wanita, semuanya harus mau memperingatkan diri sendiri dengan keras terhadap hati yang sengit dan labil. Sebaliknya, kita semua harus menjalankan dan menerapkan ajaran Buddha yang sebenarnya dengan sungguh-sungguh, dan terus mempertahankan dan melaksanakannya. Ini adalah hal yang paling utama. Hendaknya kita juga mencontoh dan

meladani Nicimyo Syonin dalam kekuatan hati kepercayaannya dan kekuatannya dalam menuntut ajaran Buddha. Menanggapi ketulusan Nicimyo Syonin, Niciren Daisyonin sampai mengangkat topi, beliau tidak bisa berkata apaapa. Janda tersebut pun diberi gelar ‘Syonin.’ Gelar ini tidak mudah diperoleh. Tapi, kehebatan Nicimyo Syonin adalah bahwa ia, sebagai seorang janda yang membawa seorang anak kecil, berani mengarungi lautan, hutan, dan gunung, hanya untuk bertemu dengan Buddha Niciren, menuntut ajaran Buddha yang sesungguhnya, bukan yang lain. Bagi ibu-ibu, kita harus berterima kasih sekali pada gosyo ini, karena kita mendapatkan bimbingan yang sangat berharga dari sikap hidup Nicimyo Syonin. Bukan hanya perempuan, para lelaki di NSI juga harus bersatu hati, sungguhsungguh bertujuan untuk mencapai kesadaran Buddha, satu hati untuk mencapai Isyo Jobutsu dan kosenrufu. ***


liputan

Galeri Dokyo Syodai Peringatan Imlek 2019 Bali, Pangkal Pinang, Muncul

Umat NSI wilayah Bali seusai melaksanakan upacara dokyo syodai di Wihara Vimalakirti NSI Denpasar, Bali.

Umat NSI wilayah Bangka-Belitung seusai melaksanakan upacara dokyo syodai di Wihara Vimalakirti NSI Pangkal Pinang.

Umat NSI daerah Muncul seusai melaksanakan upacara dokyo syodai di Wihara Vimalakirti NSI Muncul.

Samantabadra | April 2019

11


Memaknai Kehadiran Buddha Niciren

Tugas Kejiwaan Umat NSI untuk Membahagiakan Umat Manusia

Dokyo syodai peringatan kehadiran Buddha Niciren di Wihara Sadaparibhuta NSI dipimpin oleh Ketua Umum NSI

J

akarta, 16 Februari 2019 - Umat Buddha Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) di seluruh Indonesia secara serempak melaksanakan upacara dokyo sodai di wihara dan cetya masingmasing untuk memperingati hari kehadiran Buddha Niciren Daisyonin 797 silam, yaitu 16 Februari 1222. Pada kesempatan ini, Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja mengajak segenap umat Buddha NSI untuk semakin percaya, sungguh hati melaksanakan, dan bergerak untuk membahagiakan umat manusia. “Nammyohorengekyo, semoga kita semua dapat manfaat dan semakin 12

Samantabadra | April 2019

memaknai ajaran kita ini. Hidup yang tadi menderita, kini menjadi hidup yang penuh dengan kebahagiaan. Hingga kini Buddha Niciren masih dikenang dan diperingati harihari pentingnya oleh umat Niciren Syosyu. Hari ini kita memperingati 797 tahun Buddha Niciren lahir. Tujuan kelahirannya untuk mewujudkan Dai Gohonzon. Buddha Sakyamuni lahir untuk mewujudkan Sadharma Pundarika Sutra. Dai Gohonzon diwujudkan agar manusia bisa lebih mudah mewujudkan kesadaran Buddha melalui jodoh dunia Buddha (Gohonzon) itu sendiri. Memperingati hari lahir atau kehadiran Buddha Niciren hendaknya membuat kita semakin percaya kepada

Gohonzon dan sungguh sungguh agar dalam hidup kita sehari hari bisa memunculkan dunia Buddha. Dunia Buddha adalah sumber kekuatan untuk bahagia. Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja juga diundang menjadi narasumber untuk dialog bersama masyarakat, pada Senin 18 Februari 2019 dalam acara Jelajah Kebangsaan yang diinisiasi oleh Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., di Stasiun Gambir bersama Ibu Megawati, Alissa Wahid, Dr. H. Abdul Mull, M.Ed., Prof.Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd, Dra. Hj. SInta Nurlyah Wahid, dan Jendral TNI (Purn.) Tri Sutrisno dan Bapak Sutrisno. Hal ini berarti masyarakat memantau gerakan NSI membawa kebaikan. “Jika kita bisa membawa kebaikan, maka umat akan semakin bahagia. Karena gerakan kita gerakan membahagiakan orang lain. Dengan membahagiakan orang lain maka kita bisa bahagiakan diri kita juga.� ungkap Ketua Umum NSI.


Dokyo syodai di Wihara Vimalakirti NSI Tangerang, Banten

Dokyo Syodai di Wihara Vimalakirti NSI Tangerang Sekitar 130 umat NSI yang terdiri dari umat daerah Tangerang dan Citra Raya turut serta dalam upacara Dokyo Sodai, hari yang sangat bermakna dan sejarah panjang atas perjuangan Buddha Niciren dalam penyebarluasan dharma agama Buddha. Diawali dengan Daimoku pada pukul 18.00 yang dipimpin oleh Bapak Suryandi dan dilanjutkan dengan Dokyo Sodai yang dipimpin oleh Bapak Djuanda Widjaja. Usai menjalankan Daimoku dan Dokyo Sodai, pimpinan NSI Banten menyampai kata sambutan. Dengan hati kepercayaan kita yang kuat, sungguhsungguh menjalankan Gongyo dan Daimoku, kita akan memunculkan Dunia Buddha yang ada di dalam diri kita sendiri. Kita harus yakin bahwa tujuan Buddha adalah ingin agar kita semua dapat mencapai kebahagiaan dan mencapai kesadaran Buddha. Kita harus yakin bahwa tujuan Buddha adalah ingin agar kita semua mencapai kebahagiaan yang mutlak, dan mencapai kesadaran Buddha.

Karena itulah hukum ini harus lestari, harus tersebar luas dan dapat diteruskan kepada generasi berikutnya. Dengan memperhatikan banyaknya umat yang hadir, ini membuktikan rasa syukur dan kegembiraan yang luar biasa dalam kehidupan sekarang. Orang menyebut Nammyohorengekyo, hati dan jiwa nya mantap, selalu semangat, cepat bangkit dan sadar bagaimana balas budi. Kelahiran Buddha Niciren ini

ingin menunjukkan pada kita, di dalam jiwa kita terdapat jiwa Buddha yg dapat di munculkan dan di keluarkan oleh badan kita ini bisa jadi badan Gohonzon, sehingga dapat menyadari dan menjalankan balas Budi demi kelestarian Dharma ini. Acara ditutup dengan makan bersama dan ramah tamah. (Maeya, Yansen)

Dokyo syodai di Wihara Vimalakirti NSI Solo Baru, Jawa Tengah.

Pimpinan dan umat NSI wilayah Bangka-Belitung bersama DPP NSI Ibu Irawati seusai dokyo syodai di Wihara Vimalakirti NSI Pangkal Pinang.

Samantabadra | April 2019

13


Audiensi Pengurus Hikmahbudhi 2019-2021 dengan Ketua Umum NSI

B

ertempat di kantor Pusat Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) pada tanggal 12 Februari 2019 pukul 16.00 – 17.30 Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja menerima kunjungan dari 6 orang pengurus Hikmahbudi periode tahun 2019 – 2021. Maksud kedatangan atau kunjungan adalah untuk silahturami serta sekaligus meminta masukan dan Arahan dari Ketua Umum NSI kepada pengurus baru yang akan segera bertugas. Kedatangan pengurus baru disambut hangat oleh Ketua Umum NSI. Selain memberikan masukan dan arahan kepada pengurus baru Hikmahbudi. Dalam arahannya, MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan bahwa kiranya organisasi Hikmahbudhi ini tidak hanya fokus pada pembangunan kader dengan kepemimpinan saja, namun

14

Samantabadra | April 2019

juga harus menjunjung tinggi nilai-nilai dharma yang dijadikan landasan dalam kehidupan sehari-hari. MPU Suhadi juga menambahkan, bahwa sebagai organisasi Mahasiswa Buddhis, Hikmahbudhi harus juga bergerak secara aktif berinteraksi secara intens dengan berbagai organisasi mahasiswa lainnya. Dengan segala perkembangan dan kemajuan teknologi yang tidak terhentikan di zaman/ era yang dirasakan anak-anak muda saat ini harus dimaknai sebagai hikmah baik yang hadir untuk menunjang peningkatan kebahagiaan seluruh umat manusia, bukannya manusia menjadi ketergantungan dan tergantikan oleh teknologi yang tercipta. Sebab kehadiran manusia sama sekali tidak dapat digantikan oleh kecerdasan buatan/teknologi manapun, yakni perasaan,

hati nurani, atau spiritualitas. Spiritualitas ini adalah kunci bagi kemajuan bangsa Indonesia yang dalam perjalanannya selalu menuju pada kebenaran dan kebahagiaan yang hakiki. Sehingga harus betul-betul bisa memahami agama yang diyakini dengan secara baik dan diamalkan serta dijadikan landasan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian semua warga Indonesia itu akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas unggul. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum NSI Mpu Suhadi Sendjaja juga memberikan buku Icinen Sanzen terbitan yang baru kepada pengurus baru Hikmahbudi 2019-2021. Pertemuan ditutup dengan sesi foto bersama antara pengurus baru dan Ketua Umum NSI MPU Suhadi Sendjaja. ***


K

amis, 28 Februari 2019, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja melakukan audiensi dengan Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri RI, Bapak Cecep Herawan. Pertemuan tersebut membicarakan tentang rencana NSI akan membawa umat NSI ke Beijing dalam rangka HUT RI ke-74 tahun 2019, tim kesenian Umat Buddha NSI ingin turut merayakan dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat Indonesia di Tiongkok (khususnya) dan masyarakat Tiongkok (umumnya). Sebelumnya, pada tahun 2015 di Myanmar, NSI telah menjalin hubungan persahabatan dengan masyarakat Myanmar yg mayoritas beragama Buddha melalui pendekatan Kebudayaan (dalam hal ini kesenian tarian) untuk mencairkan suasana yg sempat menegang antara umat Muslim di Indonesia dg Umat Buddha akibat masalah ‘Rohingya’ saat itu, selain itu jg sekaligus turut merayakan dan mengisi acara dalam rangka HUT Kemerdekaan Republik Indonesia di KBRI Myanmar. Pendekatan Kebudayaan tersebut dikemas dalam bentuk kegiatan Join Culture

Festival (Memadukan Kesenian Tarian Myanmar dengan Kesenian Tarian Indonesia yang dipentaskan di dalam satu panggung, di Gedung Kesenian Myanmar), Ceremonial Reception dan Panggung Gembira (di KBRI Myanmar). Kegiatan ini berlanjut pada tahun berikutnya, di tahun 2016 atas rekomendasi dari Dubes RI di Myanmar (Komjen (Purn) Ito Sumardi) NSI melanjutkan upaya menjalin hubungan persahabatan dengan Umat Buddha di Laos, namun pada kesempatan ini konsentrasinya lebih diarahkan untuk mengisi acara Kesenian Resepsi Diplomatik yang diselenggarakan oleh KBRI Laos dalam rangka HUT RI di hadapan para tamu undangan dari negara-negara sahabat dan juga pemerintah Laos. Materi kesenian yang ditampilkan dalam kesempatan tersebut adalah: Angklung dan Tari tarian khas Indonesia. Dubes RI untuk Laos saat itu, Bapak Irmawan Emir Wisnandar mendukung penuh akomodasi (di Wisma Negara dan Hotel Lokal di dekat KBRI Vientiane), konsumsi, dan transportasi lokal seluruh tim kesenian NSI serta memberikan support peningkatan hubungan persahabatan antara Umat Buddha NSI dengan Umat Buddha Laos. Atas arahan dan dukungan moral dari Duta Besar RI untuk Laos (Pak Emir) Pada tahun 2017 kami melanjutkan misi persahabatan ini dengan Vietnam. Melalui KBRI Vietnam tim kesenian kami diarahkan untuk mengisi acara ASEAN Song, Dance, and Music Festival 2017, dengan materi kesenian tari tarian khas Indonesia. Pada tahun 2019 ini NSI memiliki keinginan untuk melanjutkan misi persahabatan tersebut dengan Tiongkok. Beberapa pertimbangannya: 1. Berdasarkan liputan salah satu media TV swasta di Indonesia, masyarakat Indonesia yang pindah ke Tiongkok setelah terjadi peristiwa PP 10 Tahun 1960an ternyata

Samantabadra | April 2019

15

liputan

Audiensi Ketua Umum NSI dengan Dirjen Informasi & Diplomasi Publik Kemenlu RI


masih sangat cinta dan selalu merindukan Indonesia, kami ingin bisa memberikan cinta dan mengobati kerinduan mereka terhadap Indonesia 2. Mayoritas umat Buddha NSI adalah WNI keturunan Tionghoa yang sangat Indonesia, oleh karena itu kami merasakan ada kedekatan emosional dengan masyarakat Indonesia di Tiongkok yg sangat mencintai dan merindukan Indonesia. 3. Belakangan ini di Indonesia muncul Polemik mengenai masalah di Xin Jiang yang diframe sebagai masalah Agama, oleh karena itu kami memiliki keinginan untuk dapat membawa kesejukan terhadap masyarakat di Indonesia tentang persahabatan Indonesia dan Tiongkok 4. Dukungan moral dari Pak Irmawan Emir Wisnandar yang merasakan bahwa kegiatan ini sangat positif dan dapat membawa kemaslahatan untuk banyak pihak sehingga layak untuk terus berlanjut. Pada pertemuan tersebut Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja sekaligus memberikan album foto kegiatan kegiatan kesenian NSI. Kiranya audiensi ini mendapat tanggapan positif untuk mewujudkan upaya dalam menjalin persahabatan ini yang juga merupakan upaya NSI untuk membina umat agar semakin mendalam rasa cinta dan balas budinya terhadap tanah air Indonesia untuk terus melestarikan dan mengembangkan kesenian Nasional sebagai ajang budaya pemersatu bangsa serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. ***

Dharma Talk NSI Perdana

Ketuhanan Agama Buddha Niciren Syosyu

P

ada hari Minggu, 17 Maret 2019 Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) menyelenggarakan Dharma Talk atau diskusi dharma yang terbuka untuk umum. Acara dharma talk yang pertama kali diselenggarakan ini mengangkat topik ketuhanan dalam agama Niciren Syosyu dengan nara sumber Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja dan moderator Prajna Purnama. Dharma talk berlangsung dari pukul 13 hingga 17, terbagi atas dua sesi dan dihadiri oleh sekitar 350 hadirin dari kalangan umat NSI dan umum. Pembahasan oleh Ketua Umum NSI mencakupi hal-hal yang mendasar dari

16

Samantabadra | April 2019

MPU Suhadi Sendjaja, nara sumber Dharma Talk NSI membahas tentang konsep ketuhanan agama Buddha Niciren Syosyu.


agama Niciren Syosyu; dimulai dari pengertian ketuhanan secara umum, kaitannya dengan Pancasila sila pertama, pemaknaan ketuhanan dan prinsip-prinsip dasar dari agama Niciren Syosyu. Kegiatan dharma talk NSI ini menjadi kesempatan yang baik bagi umat NSI untuk mengingat kembali dasardasar ajaran agama Buddha Niciren sehingga diharapkan mampu mengamalkan Buddhisme secara lebih tepat dan aplikatif. Bagi hadirin umum, acara ini menjadi ajang perkenalan agama Buddha Niciren Syosyu yang kurang familiar dibandingkan agama Buddha sekte lain. Acara dharma talk NSI juga memiliki fungsi strategis sebagai forum komunikasi NSI dalam memberikan akses keterbukaan informasi bagi publik. Tujuan dari forum ini agar ajaran Buddha Niciren Daisyonin dapat dikenal secara lebih luas di Indonesia. Dalam perkembangan masyarakat modern, banyak orang terutama generasi muda mulai mempertanyakan fungsi dan manfaat dari beragama. Hal ini menjadi tantangan bagi organisasi dan komunitas agama untuk semakin memperdalam wawasan keagamaannya dan menariknya dalam sebuah konteks aplikatif dan bersifat inklusif. ***

Samantabadra | April 2019

17


Ketua Umum NSI dalam Deklarasi Tolak Kampanye di Tempat Ibadah

S

elasa 19 Februari 2019, bertempat di Aula MUI Kabupaten Bogor, Ketua Umum Parisadha Buddha Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja diundang dalam Acara Deklarasi Tolak Kampanye di Tempat Ibadah. Kegiatan ini digelar untuk menekankan sikap bersama bahwa rumah ibadah jangan sampai diisi oleh kegiatan politik praktis, juga sebagai deklarasi pemilu damai dan melawan politisasi rumah ibadah. Karena rumah ibadah adalah sarana masyarakat untuk berdoa. giatan ini penting untuk menciptakan kedamaian dan kesejukan dalam beribadah. Deklarasi ini digagas bersama pemuka agama dan pengurus FKUB 18

Samantabadra | April 2019

untuk pemilu yang sejuk, damai dan kondusif. Deklarasi itu juga menolak dijadikannya tempat ibadah sebagai tempat kampanye, sasaran penyebaran isu hoaks, SARA, dan radikalisme. Sesuai dengan ketentuan UU Pemilu, tempat ibadah dilarang untuk dijadikan tempat kampanye. Larangan penggunaan tempat ibadah untuk kegiatan kampanye diatur dalam Pasal 280 ayat 1 huruf h UndangUndang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Dalam pasal tersebut berbunyi, “Pelaksana, peserta, dan tim kampanye pemilu dilarang: menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan”. Selain itu, pemasangan

spanduk dilakukan sebagai pencegahan. Pihaknya pun akan memberikan sanksi apabila ditemukan pelanggar selama menempuh upaya pencegahan tersebut. “Dalam larangan tersebut ada sanksi dan dalam kegiatan (pemasangan spanduk peringatan) ini adalah model pencegahan atau yang disebut CAT; Cegah, Awasi dan Tindak. Kami lakukan pencegahan dengan sosialisasi bahwa berkampanye di tempat ibadah dilarang”. Perwakilan dari Porles Kabupaten Bogor mengatakan, jajarannya selalu mendukung kegiatan FKUB dalam menyebarkan pesan kebaikan terutama jelang Pemilu 2019. “Kami ingin agar kegiatan ini bisa


bermanfaat bagi kerukunan umat beragama di Kabupaten Bogor, dan rumah ibadah apapun tak boleh dijadikan sarana kampanye atau memecah belah� ungkapnya. Ketua Umum NSI, MPUS Suhadi Sendjaja dalam kesempatan ini memberikan masukan bahwa tokoh agama dalam menjalankan tugasnya sebagai pemuka agama seyogyanya selalu berada di tengah-tengah (jalan tengah) karena hakekat dari fungsi agama adalah agar segala sesuatunya kembali pada hakekat kebenaran yang sejati. Tokoh agama mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka menggerakan partisipasi masyarakat dalam sebuah pemilihan umum (pemilu). Karena sesungguhnya tanpa disadari dimata masyarakat tokoh agama merupakan sosok yang paling disegani dan patut untuk diteladani yang juga berperan dalam menciptakan atau membentuk opini publik atau pendapat umum yang sehat. Maka dari itu Setiap Tokoh Agama/pemimpin komunitas umatnya harus memahami ajaran yang dia yakini dengan benar dan tepat serta melaksanakan ajaran yang di yakini dengan benar serta tepat juga. Tokoh agama harus memahami makna agama. Perlu pemahaman dan penghayatan yang baik terhadap ajaran agama yang diyakini oleh masing-masing agama. Bahwa agama untuk mewujudkan perdamaian

(menyelesaikan masalah). Beliau juga menyampaikan bahwa tokoh agama harus terus aktif menumbuhkan rasa kebangsaan diantara umat beragama dalam menghantarkan pemilu dengan suasana yang rukun, damai dan bermartabat. Tokoh agama juga juga harus memberi pesan kepada umatnya bahwa memaknai agenda politik sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan bangsa dan memperkokoh persatuan bangsa. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa tokoh agama juga harus memberikan pemahaman kepada umat terhadap partisipasi menggunakan hak pilihnya secara demokrasi dalam pemilu agar berjalan optimal dan efektif, sehingga masyarakat dapat menggunakan hak memilih untuk menentukan kandidat pemimpin secara lebih rasional dan obyektif dan membuka peluang bagi umatnya masingmasing untuk mengaktualisasi hak-hak politiknya secara lebih baik tanpa harus dikaitkan oleh kepentingankepentingan elite politik tertentu. Serta memberikan himbauan/nasehat kepada umatnya dalam menghadapi pemilu misalnya masyarakat harus hati-hati agar tidak terpengaruh dengan money politic, juga memberikan edukasi kepada umatnya akan pentingnya pemilu yang damai meliputi dukungan terhadap Pemilu yang mengedepankan kesatuan

terhadap kebhinnekaan suku dan agama, pemilu yang berkualitas dan mencerdaskan masyarakat, menyerukan Pemilihan Umum yang berlangsung tanpa hoax, Politisasi SARA, praktik politik yang merendahkan, dan politik uang yang mengancam keberagaman. Sehingga, melalui Pemilu yang damai akan muncul pemimpin yang terbaik bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. Terakhir, masyarakat/umat diajak berdoa agar bangsa terhindar dari hal-hal yang buruk, sehingga Bangsa ini bisa mendapatkan Pemimpin yang terbaik dan berkualitas. Usai deklarasi tersebut, kegiatan diakhiri dengan foto bersama dan kegiatan ramah tamah. ***

Samantabadra | April 2019

19


Ketua Umum NSI menjadi Nara Sumber Dialog Mengokohkan Kebangsaan

S

enin 18 Februari 2019, bertempat di Stasiun Gambir, Jakarta. Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja menjadi Narasumber dalam dialog bertemakan ‘Mengokohkan Kebangsaan Menyongsong Indonesia Emas 2045’ yang di inisiasi oleh Gerakan Suluh Kebangsaan. Selain Ketua Umum NSI, kegiatan ini juga dihadiri oleh Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD., S.H., S.U, Alissa Wahid, Dr. H. Abdul Mull, M.Ed., Prof.Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd, Dra. Hj. SInta Nurlyah Wahid, Jendral TNI (Purn.) Tri Sutrisno, Direktur PT. KAI 20

Samantabadra | April 2019

beserta seluruh jajarannya. Dialog ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Jelajah Kebangsaan 2019 yang bekerjasama dengan PT KAI. Acara tersebut digelar dalam rangka merawat Kebhinekaan itu diselenggarakan di 9 stasiun kereta mulai dari Merak hingga Banyuwangi. Dalam kesempatan ini, Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan bahwa pada tahun 2045 Indonesia akan memiliki “bonus demografi” yang berarti penduduk berusia produktif menjadi kelompok penduduk dominan. Saat ini kita memasuki era revolusi yang disebut revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan

digitalisasi, otomatisasi, dan perkembangan kecerdasan buatan yang mulai menggantikan tenaga, bahkan mulai menggantikan pikiran manusia. Revolusi Industri 4.0 dan terkikisnya keimanan/ ketuhanan menjadi menarik karena perkembangan revolusi industri 4.0 berjalan seiringan dengan pertumbuhan kematangan para generasi millenial. Pada akhirnya fenomena ini sedikit demi sedikit mengikis keimanan mereka yang dianggap tidak dapat menyelesaikan masalah layaknya yang dilakukan teknologi. Tentu hal ini apabila terus berjalan akan berlanjut pada generasi-generasi selanjutnya, sehingga dapat


Ketua Umum NSI bersama direktur PT KAI, Edi Sukmoro.

Ketua Umum NSI bercengkrama dengan Mantan Wakil Presiden RI, Tri Sutrisno.

berujung pada pesatnya pertumbuhan manusia Indonesia yang agnostik, bahkan atheis. Kemajuan teknologi, kebenaran dan spiritualitas kemajuan teknologi yang tidak terhentikan ini dimaknai sebagai hikmah baik yang hadir untuk menunjang- peningkatan kebahagiaan seluruh umat manusia. Oleh karenanya perlu disadari bahwa dalam kemajuan yang begitu tidak terprediksi ini kecerdasan manusia tetap tidak dapat dikalahkan, karena manusia adalah pencipta berbagai teknologi tersebut. Lebih jauh lagi terdapat satu inti dari kehadiran manusia yang sama sekali tidak dapat digantikan oleh kecerdasan buatan, teknologi, robot, dan sebagainya, yakni perasaan, hati nurani, atau spiritualitas yang merupakan sumber dari luhurnya suatu kebudayaan. Semakin tinggi suatu kualitas kejlwaan atau spiritual pada masyarakat, maka akan berbanding lurus dengan luhurnya kebudayaan. Hal ini menjadi sebuah keunggulan bagi bangsa Indonesia, karena bangsa ini tidak menjadikan kecerdasan buatan, robot, alat, atau teknologi lainnya

sebagai basis, tetapi bangsa Indonesia sejak dulu adalah bangsa yang sangat mengandalkan spiritualitas, sehingga pada sila pertama yang menjadi landasan bagi sila lainnya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa�. Para founding fathers dengan kearifan, kebijaksanaan, kemuliaan hati telah menyusun sebuah dasar negara yang final dengan menempatkan ketuhanan sebagai pokok kehidupan berbangsa dan bernegara. Spiritualitas ini adalah kunci bagi kemajuan bangsa Indonesia yang dalam perjalanannya selalu menuju pada kebenaran dan kebahagiaan yang hakiki. Kebenaran dan Kebahagiaan yang hakiki itu sampai kapanpun tidak dapat dicapai oleh kecerdasan buatan, robot, dan lain sebagainya, karena kebenaran yang hakiki, kebahagiaan yang hakiki, hati nurani, spiritualitas dan kejlwaan merupakan Inti dari kemanusiaan yang hanya dapat dijawab oleh agama. Oleh karena itu Moderasi Agama yakni mengembalikan kemurnian agama sebagaimana memang tertuang pada kitab suci masing-masing. Sila pertama pancasila menjadi kunci bagi siapnya bangsa ini menyambut Indonesia emas. Agama hadir untuk mengatasi berbagai masalah di dunia, bukan justru sebaliknya kehadiran agama pada hakikatnya adalah untuk membuat dunia tidak kacau. Kegiatan ini diakhiri dengan pelepasan para peserta Jelajah Kebangsaan menaiki kereta khusus untuk menuju ke stasiun selanjutnya ***

Samantabadra | April 2019

21


Partisipasi Tim Kesenian NSI dalam Bogor Street Festival 2019

B

ogor Street Festival (BSF) 2019 yang di gelar pada 19 Februari 2019 tetap konsisten mengusung tagline “Ajang Budaya Pemersatu Bangsa”. Event tahunan sejak tahun 2000 ini, di setiap tahunnya sudah banyak pihak yang turut meramaikan ajang budaya ini, dengan menampilkan budaya masing-masing peserta. Event ini berlangsung di sepanjang Jalan Suryakencana, Kota 22

Samantabadra | April 2019

Bogor, mengambil tema kemasan ‘Katumbiri’ yang mengandung nilai keindahan dalam keberagaman. Katumbiri dari bahasa Sunda, yang berarti pelangi diharapkan dapat menjadi semangat bersama warga Bogor untuk Indonesia dalam merawat keberagaman. Perpaduan warna-warni pelangi yang biasa dilihat menghiasi langit setelah hujan, mengibaratkan

persembahan indahnya persatuan, kekayaan budaya dan kebersamaan warga Bogor yang juga dikenal sebagai Kota Hujan. Dalam Bogor Street Festival tahun ini Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) berpartisipasi dengan mengirimkan kesenian tim Angkulung Gita Pundarika NSI, beranggotakan kurang lebih 45 orang. Tim Angklung Gita Pundarika NSI tampil dengan penuh semangat bergelora dan wajah penuh antusias mengikuti Parade ini. Keikutsertaan atau partisipasi NSI dalam Parade Kebudayaan ini adalah untuk yang ketiga kalinya sejak tahun 2016. Menurut Ketua Umum NSI MPU Suhadi Sendjaja, parade kebudayaan ini diharapkan sebagai ajang budaya pemersatu bangsa, dan misi yang dibawa umat NSI mengikuti kegiatan ini untuk terus melestarikan dan mengembangkan kesenian Nasional, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta semakin cinta tanah air yang


merupakan tugas sebagai Bodhisatva Gadgasvara yang muncul dari bumi demi menyebarluaskan Dharma. Sejak beberapa tahun terakhir, karya budaya Jawa Barat dan nusantara mulai konsisten dihadirkan dalam BSF. Cantiknya kilau pesona budaya Kota Bogor, Jawa Barat dan nusantara akan nampak jelas dari ragam dan suguhan kreasi tiap pendukung acara. Tak hanya itu, sebagai bentuk kemajemukan pesta rakyat, gelaran budaya ini secara khas selalu dibuka dengan doa dari enam pemuka agama yang secara berdampingan dan bergiliran yang dipimpin para tokoh agama di Kota Bogor. Kegiatan yang dinilai bertaraf internasional ini, dimeriahkan dengan pertunjukan seni berjudul “Kilau Pesona Katumbiri” sebelum segmen karnaval budaya berlangsung. Sedangkan segmen karnaval budaya itu sendiri akan berbeda dari sebelumnya dengan kemasan suguhan pesta cahaya dengan nama “Katumbiri Lighting Carnaval”. Ketua Pelaksana Bogor Street Festival Pesta Rakyat CGM 2019, Arifin Himawan mengungkapkan aksi budaya ini merupakan penegasan atas nilai persatuan bangsa yang

selalu dijaga oleh Kota Bogor. “Ini menjadi bukti bahwa semangat pluralisme, nilai toleransi dan kekayaan budaya yang diperlihatkan Kota Bogor sangat efektif mempersatukan warga. Ini juga sebuah fakta betapa masyarakat kita sangat dewasa menjaga kebangsaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tegasnya. Sebagai salah satu ajang kebanggaan Kota Bogor, Arifin sangat mengapresiasi dukungan dan antusias masyarakat yang setiap tahun menyaksikan seluruh rangkaian acara dan berbagai persembahan dalam pesta rakyat ini. Puluhan ribu massa dari berbagai pelosok, dipastikan memadati area sepanjang jalur Suryakencana. Karena itulah, ia juga menegaskan nuansa kedekatan dengan rakyat menjadi salah satu nilai yang tergambarkan dalam festival di jalan raya ini. Sementara itu, dalam sambutannya, walikota Bogor Bima Arya mengatakan, bahwa BSF bukan hanya peristiwa budaya tetapi sebagai warisan bangsa Indonesia.“Ini bukan simbol keagamaan, tetapi ini warisan bangsa, bukan hanya budaya dalam arti kesenian atau tradisi yang

turun temurun yang bisa dinikmati atau di tonton,” ujarnya.Lebih lanjut Bima mengungkapkan bahwa BSF adalah ajang budaya Pemersatu bangsa, tapi BSF itu kegiatan dari Bogor untuk Indonesia karena momentumnya tepat, sebab bangsa kita saat ini sedang di uji dalam konteks komitmen kita terhadap kebersamaan dalam keberagaman. Harus diakui masih banyak kelompokkelompok yang tidak berani menyuarakan kebersamaan dalam keberagaman padahal ini yang diwariskan secara turun-temurun. *** Referensi : https://apakabarnews. com/2019/02/15/bogor-street-festivaldigelar-19-februari/

Samantabadra | April 2019

23


Partisipasi NSI dalam Kegiatan Komunikasi Sosial TNI

S

elasa, 5 Maret 2019, Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja bersama 4 orang umat NSI (Bapak Tjong Nie Kie, Bapak Efendi Alih Diharjo, Bapak Tan Kris Setiawan dan Sdr. Arya Prasetya) hadir dalam kegiatan Komunikasi Sosial( Komsos) TNI TA 2019 yang diadakan oleh Pusbintal TNI. Bertempat di Puri Caping Gunung Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, kegiatan tersebut dihadiri oleh dengan tokoh lintas agama, tokoh masyarakat dan para Perwira 24

Samantabadra | April 2019

Pembina Mental TNI Kegiatan Komsos ini merupakan forum silaturahim dan sarana komunikasi serta bertukar informasi antara TNI dengan para tokoh agama dan tokoh masyarakat, yang samasama memiliki fungsi sebagai perekat atau pemersatu umat dan pemersatu bangsa dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa NKRI yang berdaulat dan sejahtera. Tema Komsos Pusbintal TNI tahun 2019 adalah “ Melalui Komunikasi Sosial TNI Kita Pelihara

Kemanunggalan Dengan Rakyat Guna Meningkatkan Semangat Bela Negara�. Kegiatan tersebut mendapat tanggapan positif dari tokoh agama, tokoh masyarakat dan undangan yang hadir. Tanggapan positif dan antusias peserta dalam kegiatan Komunikasi Sosial dan forum silaturahmi yang digelar dipandang cukup efektif dalam membangun komunikasi guna memelihara dan meningkatkan kebersamaan, bahkan kesamaan pandangan


dalam memahami setiap permasalahan khususnya terkait Netralitas TNI, sehingga diharapkan komsos ini dapat memperkuat hubungan emosional prajurit TNI dengan berbagai elemen bangsa dalam hal ini diwakili tokoh agama dan tokoh masyarakat sebagai simbol pemersatu umat dan pemersatu bangsa.  Untuk menyikapi munculnya sejumlah masalah yang terjadi di Indonesia, kegiatan Komsos ini menjadi penting untuk dilaksanakan, alasannya, selain sebagai ajang mempererat tali silaturahmi, juga sebagai momen untuk saling membangun kerjasama yang erat serta kebersamaan, menyamakan dalam rangka mewujudkan kemanunggalan TNIRakyat.Kegiatan ini merupakan salah satu program dalam mewujudkan kemanunggalan TNI, dimana komunikasi sosial ini sangatlah penting untuk dilaksanakan, karena dengan komunikasi yang baik antara TNI dengan Pemerintahan, para tokoh agama dan tokoh masyarakat kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Kegiatan ini juga salah satu forum yang bisa digunakan untuk memberikan wawasan kepada masyarakat tentang program-program TNI dalam upaya membantu pemerintah dalam mensejahterkan masyarakat. Dalam kesempatan ini Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja

menyampaikan tanggapan dan masukannya terkait banga Indonesia ke depan. MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan bahwa dirinya tidak khawatir bangsa kita akan berantakan. Karena ideologi ini sumbernya jauh. Jika sumbernya jauh, alirannya panjang. Jadi pancasila digali dari kearifan bangsa ini yang sumbernya sudah ribuan tahun jauh sekali dan sudah teruji. Pemikiran ke depan tentu kaitannya dengan kita melihat bahwa ketuhanan yang maha esa sbg sila pertama sehingga demikian harus memberikan landasan kepada sila-sila yang lainnya. Penghayatan ajaran agama lah yang harus menjadi landasan utama di dalam menjalankan sila ke-2 s.d ke-5. Selain itu, kita juga harus mengenal apa, siapa kita, dan bangsa ini. Sehingga demikian kita jelas identitas dan jati dirinya. Dalam konteks tersebut, agama masih menjadi peran sentral. Maka dari itu perlu ads moderasi agama dan harus diaruutamakan. Pandangan dari para Nabi dari semua agama hingga saat ini belum terbantahkan. Buktinya dengan banyaknya orang-orang yang menganut agama tersebut, yang kiranya jumlahnya lebih banyak

dibandingkan dengan pengikut ajaran bersifat ilmu pengetahuan, seperti Newton. Ini merupakan sebuah fakta, bahwa agama adalah sebuah kekuatan yang bagus dan baik. Hanya harus kita kembalipada ajaran yang sesungguhnya. Sekarang ini, ada kelompokkelompok yang ingin merusak agama. Bukan agama nya yang rusak. Ini yang harus diwaspadai. Sehingga dengan demikian umpamanya anak-anak sekarang cenderung berfikit tentang agnostisme hingga atheis, agama masih punya kekuatan untuk bisa menarik kembali. Asalkan agama bisa memosisikan pada posisi yang sebenarnya. Agama jangan dijadikan ajang untung mencari uang, keuntungan. Karena kehadiran agama mula-mula nya bukan untuk itu. Maka dari itu harus diiringi dengan satu upaya untuk mengarusutamakan moderasi agama, sehingga dengan wawasan mengenai nilai-nilai/filsafat agama yang baik dan benar maka dapat dijadikan landasan kita untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan Bangsa demi terjaganya keutuhan NKRI ***

Samantabadra | April 2019

25


Ketua Umum NSI menjadi Nara Sumber FGD Pengarusutamaan Moderasi Beragama

S

enin 25 Februari 2019, bertempat di Hotel Aryaduta, Jakarta. Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja menjadi Narasumber perwakilan dari Agama Buddha dalam FGD Pengarusutamaan Moderasi Beragama. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Puslitbang Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Ketua Umum NSI memberikan masukan yang konstruktif dan proporsional serta berpandangan sebagai seorang Buddhis. Dalam forum tersebut juga disampaikan mengenai Spiritual, keagaman, berbangsa dan bernegara dalam mengamalkan ajaran agama. Dalam Kesempatan ini beliau menyampaikan beberapa point-pont pembahasan yakni: 1. Indonesia emas 2045 dan dunia dengan revolusi 4.0 Pada tahun 2045 Indonesia akan memiliki “bonus demografi� yang berarti penduduk berusia produktif menjadi kelompok penduduk dominan. Saat ini kita memasuki era revolusi yang disebut revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan digitalisasi, otomatisasi, dan perkembangan kecerdasan buatan yang mulai menggantikan tenaga, bahkan mulai menggantikan pikiran manusia. Revolusi Industri 4.0 dan terkikisnya keimanan/ketuhanan menjadi menarik karena perkembangan revolusi industri 4.0 berjalan seiringan dengan pertumbuhan kematangan para generasi millenial. Pada akhirnya fenomena ini sedikit demi sedikit mengikis keimanan mereka yang dianggap tidak dapat menyelesaikan masalah layaknya yang dilakukan teknologi. Tentu hal ini apabila terus berjalan akan berlanjut pada generasi-generasi selanjutnya, sehingga dapat berujung pada pesatnya pertumbuhan manusia Indonesia yang agnostik, bahkan atheis. Kemajuan teknologi, kebenaran dan spiritualitas kemajuan teknologi yang tidak terhentikan ini dimaknai sebagai hikmah baik yang hadir untuk menunjang- peningkatan kebahagiaan seluruh umat manusia. Oleh karenanya perlu disadari bahwa dalam kemajuan yang begitu tidak terprediksi ini kecerdasan manusia tetap tidak dapat dikalahkan, karena manusia adalah pencipta berbagai teknologi tersebut. Lebih jauh lagi terdapat satu inti dari kehadiran manusia yang sama sekali tidak dapat digantikan oleh kecerdasan buatan, teknologi, robot, dan sebagainya, yakni perasaan, hati nurani, atau spiritualitas

26

Samantabadra | April 2019


yang merupakan sumber dari luhurnya suatu kebudayaan. Semakin tinggi suatu kualitas kejiwaan atau spiritual pada masyarakat, maka akan berbanding lurus dengan luhurnya kebudayaan. Hal ini menjadi sebuah keunggulan bagi bangsa Indonesia, karena bangsa ini tidak menjadikan kecerdasan buatan, robot, alat, atau teknologi lainnya sebagai basis, tetapi bangsa Indonesia sejak dulu adalah bangsa yang sangat mengandalkan spiritualitas, sehingga pada sila pertama yang menjadi landasan bagi sila lainnya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa�. Para founding fathers dengan kearifan, kebijaksanaan, kemuliaan hati telah menyusun sebuah dasar negara yang final dengan menempatkan ketuhanan sebagai pokok kehidupan berbangsa dan bernegara. Spiritualitas ini adalah kunci bagi kemajuan bangsa Indonesia yang dalam perjalanannya selalu menuju pada kebenaran dan kebahagiaan yang hakiki. Kebenaran dan Kebahagiaan yang hakiki itu sampai kapanpun tidak dapat dicapai oleh kecerdasan buatan, robot, dan lain sebagainya, karena kebenaran yang hakiki, kebahagiaan yang hakiki, hati nurani, spiritualitas dan kejlwaan merupakan Inti dari kemanusiaan yang hanya dapat dijawab oleh agama. 2. Moderasi Agama menghadapi bonus demografi dan Revolusi industri 4.0 Untuk siap menyambut Indonesia emas dan memanfaatkan dampak dari revolusi industri 4.0 ini, tentunya perjalanan bangsa dan negara ini harus yakin dan mantap. Konflik-konflik disintegrasi yang didasari oleh etno religius sentris atau primordialis yang menyudutkan pihak yang berbeda adalah hal yang seharusnya tidak terjadi lagi di masa emas Indonesia, karena ini menghambat laju bangsa Indonesia menuju kesejahteraan umum dan mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu Moderasi Agama yakni mengembalikan kemurnian agama sebagaimana memang tertuang pada kitab suci masing-masing. Sila pertama pancasila menjadi kunci bagi siapnya bangsa ini menyambut Indonesia emas. Agama hadir untuk mengatasi berbagai masalah di dunia, bukan justru sebaliknya kehadiran agama pada hakikatnya adalah untuk membuat dunia tidak kacau. Agama sebagai sumber kebenaran hakiki, sumber daripada pedoman moral merupakan “kompas� bagi manusia termasuk generasi millenial dan generasi-generasi setelahnya untuk dapat menentukan arah pendayagunaan berbagai kemajuan teknologi. Alat dan media ini harus digunakan sepenuhnya untuk kemanusiaan, membawa bangsa Indonesia mencapai kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Untuk siap maju dan memimpin dunia ini, sebagai bangsa Indonesia kita perlu mengetahui kekuatan dan jati diri kita sebagai bangsa dan negara. Indonesia adalah bangsa yang spiritual dan keberagaman serta kekayaan yang ada di dalamnya adalah sumber kekuatan tegaknya negara ini. Oleh karenanya perbedaan itu bukanlah sumber perpecahan, melainkan sumber kekuatan yang terhimpun bagi kedaulatan Indonesia. Maka saat ini untuk menyambut Indonesia Emas dan revolusi Industri 4.0 kita siap dengan sumber kekuatan kita, yakni tetap berpegang teguh dan mengembangkan nilai-nilai spiritualitas melalui moderasi agama dan persatuan. 3. Bahwa penghayatan ajaran agama lah yang harus menjadi landasan utama di dalam menjalankan perilaku kita dalam kehidupan, karena pada dasarnya semua agama membimbing manusia untuk menjadi baik. Perlu pemahaman dan penghayatan yang baik terhadap ajaran agama, sehingga jika ajaran agama dijadikan landasan kehidupan maka akan menjadi kebaikan serta kerukunan dan keutuhan bangsa, namun sebaliknya jika agama tidak bisa memosisikan pada posisi yang sebenarnya maka akan menghasilkan perpecahan bangsa. Mewujudkan perdamaian dunia di kalangan masyarakat persatuan dan perdamaian dalam agama Buddha adalah menyadari hukum sebab-akibat dan menjaga keselarasan serta keseimbangan di dalam kehidupan.*** Samantabadra | April 2019

27


Ketua Umum NSI dalam Rapat Koordinasi Bersama Wakil Bupati Bogor

B

ertempat di Kantor MUI Kabupaten Bogor, Cibinong Selasa, 12 Februari 2019, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Nicirens Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja diundang dalam Rapat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bogor membahas mengenasi isu dari luar terkait intoleransi di Kabupaten Bogor bersama Wakil Bupati Bogor, Bapak Iwan Setiawan. Dalam pertemuan tersebut, Wakil Bupati Bogor, Bapak Iwan Setiawan menjelaskan bahwa pihak FKUB membantah adanya isu tersebut. “Memang ada dari luar bahwa Bogor intoleran. Mereka jawab sendiri kok dari perwakilan agama katholik, protestan dan lainnya bahwa Kabupaten Bogor ini sangat toleran,»ujarnya. Selain itu, menurutnya dalam

28

Samantabadra | April 2019

pertemuan ini FKUB juga mendukung program Bupati tentang Pancakarsa ‘Bogor Berkeadaban”, serta bagaimana membangun toleransi umat beragama dan menilai bahwa keberadaan FKUB sendiri, cukup membantu Pemkab Bogor dalam membahas permasalahan keagamaan. Seperti mendiskusikan permasalahan adanya temuan aliran sesat dari enam agama yang ada serta rekomendasi pembangunan tempat ibadah. “Kami sangat terbantu, keberadaan mereka bermanfaat, karena bicara soal agama itu sensitif,” ungkapnya. Pada kesempatan ini, Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja memberikan masukan bahwa seharusnya kehadiran semua organisasi harus terdaftar, keberadaannya, sehingga tidak melenceng dari hukum dan tidak dengan gampang/mudah mengeluarkan

surat edaran. Selain itu, belaiu juga memaparkan mengenai Peraturan Bersama Menteri (PBM) Nomor 9 tahun 2006 danNomor 8 tahun 2006, bahwa PBM ini bukan bukan hanya mengatur mengenai pendirian rumah ibadah saja tetapi merupakan pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah/wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat bergama. MPU Suhadi Sendjaja juga memberi masukan dalam kaitan memelihara kerukunan kepada penyuluh bahwa dalam fungsinya sebagai penyuluh baik dari agama manapun harus melihat bahwa semua penduduk Indonesia itu semua warga negara nya beragama. Sehingga harus betul-betul bisa memahami agama yang diyakininya masing-masing dengan secara baik dan diamalkan serta dijadikan landasan hidup


dalam keseharian. Dengan demikian semua warga Indonesia itu akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Rapat koordinasi ini juga membahas pembangunan di sektor keagamaan, dimana memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten Bogor agar lebih harmonis, bermodal dan berkualitas, sehingga capaian visi dan misi akan sejalan dengan harapan masyarakat serta bagaimana peran pemimpin informal dan keariifan lokal dalam menjaga harmonisasi kerukunan antar umat beragama dan pemberdayaan masyarakat Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bogor. Pertemuan rapat koordinasi yang dilaksanakan ini diharapkan dapat menghasilkan hal positif dalam meningkatkan kerukunan hisup umat beragama dan pembangunan di Kabupaten Bogor. Kegiatan ini ditutup dengan acara ramah tamah dan diakhiri oleh foto bersama. *** Ketua Umum NSI bersama Wakil Bupati Bogor.

referensi: http://bogor.tribunnews.com/2019/02/12/bahas-intoleransi-dikabupaten-bogor-iwan-setiawan-lakukan-pertemuan-dengan-fkub.

Pembinaan Umat NSI Daerah Cirebon

Suasana pertemuan NSI di daerah Cirebon, juga dihadiri oleh umat dari daerah Comal dan dharma duta Ibu Chairani.

Samantabadra | April 2019

29


ajaran

Gosyo Kensyu

Surat perihal Pencapaian Kesadaran Buddha bagi Wanita

Latar Belakang S

urat “Pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita� ini ditulis pada tahun 1265. Kepada siapa surat ini diberikan, kurang jelas, tetapi pada bagian penutup dari surat ini, Niciren Daisyonin mengungkapkan bahwa Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra telah diterangkan untuk seorang wanita yang telah meninggal, dan sehubungan dengan itu dinyatakanlah prinsip pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Dengan ini, kita bisa mengetahui bahwa penerima surat ini sudah pasti seorang penganut wanita. Garis besar dari surat ini adalah sebagai berikut. Pertama-tama, dikemukakanlah bahwa dalam Bab Devadatta Saddharmapundarikasutra diterangkan mengenai pencapaian kesadaran Buddha bagi orang jahat dan kaum wanita. Kemudian, dengan mengutip kalimatkalimat sutra, diterangkanlah mengenai berbagai macam pahala atau kurnia yang dapat diterima oleh seseorang yang menganut Saddharma (Myoho) secara ikhlas dan murni. Sesudah itu diterangkan pula, bahwa umat manusia yang telah menumpuk karma buruk yang dalam dan berat harus berputar-putar atau bersamsara dalam penderitaan serta kesesatan triloka dari keenam dunia. Maka diterangkanlah bahwa justru kepercayaan yang tulus ikhlas terhadap Saddharma (Myoho) adalah terpenting bagi segenap umat manusia 30

Samantabadra | April 2019

yang ingin mencapai kesadaran Buddha. Dan oleh karenanya, Niciren Daisyonin memberi anjuran untuk semakin giat menjalankan kepercayaan. Selanjutnya, dalam sutra ini Niciren Daisyonin membandingkan sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra (Sutra Nizen) dengan Saddharmapundarika-sutra, lalu Beliau menerangkan bahwa dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra, bukan saja pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita itu tidak dijelaskan, akan tetapi kaum wanita bahkan amat dikecam dan dibenci dalam sutra-sutra tersebut. Sebaliknya dalam Saddharmapundarika-sutra, prinsip pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh wanita telah dibuktikan oleh Putri Naga yang telah dapat mencapai kesadaran Buddha dengan keadaan sebagaimana adanya (Sokusyin Jobutsu). Dan akhirnya, Niciren Daisyonin memberi penjelasan mengenai karunia agung Saddharmapundarika-sutra, bahwa membaca dengan bersuara setiap kalimat dan kata serta menyalin setiap huruf dari sutra ini saja akan menjadi sebab dan jodoh untuk mencapai kesadaran Buddha, lalu Beliau menyimpulkan bahwa orang yang telah meninggal itu pasti akan mencapai Dunia Buddha, oleh karena kepercayaan yang kuat semasa hidupnya dan karena kurnia agung Saddharma (Myoho).


Isi Gosyo

D

alam Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra dikatakan sebagai berikut: Sang Buddha bersabda kepada para bhiksu; “Seandainya didalam dunia yang mendatang terdapat putra dan putri yang baik, yang mendengarkan Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra ini dengan hati yang bersih dan penuh kepercayaan, serta rasa takjub tanpa keraguan sedikitpun, maka orang seperti ini tidak akan terjerumus ke dalam jiwa neraka, kelaparan dan kebinatangan. Akan tetapi ia akan lahir di hadapan para Buddha dari kesepuluh penjuru. Di manapun juga ia lahir, ia selalu akan mendengar sutra ini�. Kalau ia terlahir di antara manusia dan dewa, ia akan menikmati kebahagiaan yang tiada tara. Tetapi kalau ia lahir di hadapan Buddha, ia akan dengan sendirinya lahir sebagai bunga teratai. Bab Devadatta ini mengandung dua macam petuah. Pertama adalah mengenai usaha penyebaran ajaran Buddha oleh Devadatta, serta pencapaian kesadaran Buddha oleh Buddha Sakyamuni. Kedua, usaha penyebaran sutra oleh Manjusri serta pencapaian kesadaran Buddha oleh Putri Naga. Bab ini (Bab Devadatta) tertinggal di Istana Chang An sehingga Saddharmapundarika-sutra yang tersebar di masyarakat Tiongkok hanyalah terdiri dari 27 Bab. Oleh karena itu, tujuh orang raja sejak Dinasti Chin sampai Dinasti Liang hanya mendengar dan membaca 27 Bab dari Saddharmapundarika-sutra. Sesudah itu, seorang Dharma Duta bernama Man telah menyadari bahwa dalam Saddharmapundarika-sutra yang tersebar di Tiongkok, tidak ada Bab Devadatta ini, sehingga ia bertanya pada pihak Istana Chang An dan mengambil Bab ini kembali. Oleh karena itu, saat ini Saddharmapundarika-sutra tersebar kembali dalam bentuk yang utuh, terdiri dari 28 Bab. Bab Devadatta ini menguraikan tentang kurnia-kurnia yang dapat diterima oleh orang yang mendengarkan Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra ini dengan hati yang bersih dan penuh kepercayaan, yaitu: pertama, tidak jatuh ke dalam ketiga dunia buruk; kedua, terlahir di hadapan Buddha; ketiga, di manapun juga lahirnya akan mendengar sutra ini; keempat, kalau terlahir di antara manusia dan dewa akan memperoleh kebahagiaan yang tiada tara dan kelima, kalau terlahir di hadapan Buddha akan lahir dengan sendirinya sebagai bunga teratai. Sungguhpun demikian, seluruh umat manusia telah tersesat dan keluar dari ibu kota kesadaran sejati dan memasuki pelosok pikiran yang sesat serta hati yang goncang. Sejak saat itu, di antara segala perbuatannya dalam ketiga karma: badan, mulut dan hati, sedikit sekali karma yang baik tetapi banyak karma buruknya, maka itu dalam kalimat sutra dikatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia terdapat delapan ratus juta empat ratus icinen, tetapi apa yang dibuat dalam setiap icinen adalah karma ketiga dunia buruk. Kita umat manusia berputar-putar dan bersamsara dalam 25 macam dunia triloka, ibarat burung-burung yang berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain. Kita lahir dan mati kemudian lahir dan mati lagi, ibarat roda pedati yang berputar, tiada awal maupun akhir. Kita adalah umat manusia yang semakin menambah karma buruk yang dalam dan berat, setiap kali kita lahir dan mati. Samantabadra | April 2019

31


Oleh karena itulah, dalam Sutra Syinchikan dikatakan, “Mahluk berperasaan berputar-putar dan lahir dalam keenam dunia, tanpa awal dan tanpa akhir, ibarat roda pedati yang berputar. Satu saat menjadi ayah ibu, satu saat menjadi suami istri, hidup demi hidup, lahir demi lahir saling berhutang budi”. Sementara dalam Bab Perumpamaan Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Triloka tidak pernah tentram, tetap seperti rumah yang terbakar”. Dalam Bab XXII Sutra Nirvana dikatakan, “Para Bodhisattva Mahasatva melihat seluruh umat manusia dan menyadari bahwa oleh karena sebab dan jodoh dari lingkungan yang mempunyai rupa, wangi, rasa dan sentuhan, seluruh umat manusia menerima segala penderitaan sejak masa lampau yang tidak terbatas hingga saat ini, selama kalpa-kalpa yang tidak terhitung jumlahnya. Banyaknya tulang yang telah ditimbun oleh setiap manusia selama satu kalpa adalah setinggi Gunung Vipula di Rajagriha, air susu yang telah diminumnya lebih banyak dari air laut dari keempat lautan besar; darah yang telah dikeluarkan pun lebih banyak dari air laut dari keempat lautan besar. Dan air mata yang telah dikeluarkan oleh ayah ibu, kakak adik, anak istri dan segala sanak saudara pun lebih banyak dari air keempat lautan. Meskipun seluruh pohon dan rumput dalam alam semesta ini kita potong-potong menjadi potongan kecil ukuran sejengkal, jumlah ini tidaklah cukup untuk menghitung jumlah ayah ibu seorang manusia dan jumlah penderitaan yang kita terima sejak masa lampau kalpa-kalpa yang tak terbatas hingga saat ini, dimana kita selalu berada dalam ketiga dunia: neraka, kelaparan, dan kebinatangan. Apalagi untuk menghitung jumlah tulang tengkorak seluruh manusia”. Demikianlah, tulang-tulang yang tertimbun karena kita mengorbankan jiwa kita secara siasia, lebih tinggi daripada Gunung Vipula; sedangkan air mata yang tercucur karena rasa cinta dan rasa kasihan lebih banyak daripada keempat lautan besar, akan tetapi tiada sebatang tulangpun yang telah dikorbankan untuk Hukum Agama Buddha. Begitu juga tiada setetes air matapun yang tercucur karena mendengar satu kata dan satu bait sutra. Oleh karena itulah, kita menjadi manusia yang tak dapat keluar dari kurungan sangkar triloka dan berkelana di lorong-lorong 25 macam dunia fana. Kalau demikian, bagaimanakah caranya kita lepas dari triloka? Jawabnya ialah, dengan kurnia pertapaan Hukum Agama Buddha inilah kita dapat menerangi kegelapan kesesatan jiwa dan membuka kesadaran jiwa. Lalu dalam Hukum Agama Buddha ini, pertapaan seperti apakah yang kita jalankan untuk melepaskan diri dari penderitaan hidup dan mati? Yaitu tidak lain dari Saddharma (Myoho) yang tunggal. Bhiksu Eshin Sozu dari Mazhab Tien-tai di Jepang, selama 7 hari bertapa di Kuil Kamo dan berdoa agar ia diberitahu ajaran seperti apa yang dapat melepaskan kita dari penderitaan hidup dan mati, maka ia mendapat wahyu sang dewa yang mengatakan, “Seluruh ajaran yang dikhotbahkan Buddha Sakyamuni sebenarnya tidak lebih dari satu ajaran tunggal. Pencapaian kesadaran Buddha dari seluruh Buddha terdapat dalam Saddharma (Myoho), enam Paramita dari kaum Bodhisattva terdapat dalam Pundarika (Renge), sedangkan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum Sravaka dan Pratyekabuddha terdapat dalam Sutra (Kyo)”. Dalam Sutra Bodhisattva Samantabadra dikatakan, “Sutra Mahayana ini adalah gudang pusaka bagi seluruh Buddha, mata dari seluruh Buddha, serta bibit yang mengalirkan seluruh Tathagata”. Selain sutra ini, tidak ada sutra yang dapat memungkinkan pencapaian kesadaran Buddha. Apalagi pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita, sama sekali tidak diizinkan dalam sutra-sutra lainnya. Terlebih lagi dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra, kaum wanita sangat dibenci. 32

Samantabadra | April 2019


Maka itu, dalam Sutra Kegon (Buddhavatamsaka Mahavaipulya Sutra) dikatakan, “Kaum wanita adalah utusan neraka. Mereka selalu memutuskan bibit kesadaran Buddha. Mereka kelihatannya merupai Bodhisattva tapi hatinya seperti iblis Yaksa”. Kemudian dalam sebuah Sutra mengenai wanita yang berwarna perak dikatakan, “Meskipun mata dari seluruh Buddha selama ketiga masa jatuh ke tanah, seluruh wanita dalam alam semesta ini tidak akan dapat mencapai kesadaran Buddha”. Selain itu diterangkan pula bahwa kaum wanita mempunyai kelima rintangan, dan ketiga hal yang harus ia turuti. Dalam ajaran-ajaran Agama Buddha diterangkan mengenai kelima rintangan, sedangkan dalam ajaran-ajaran non-Buddhis diterangkan mengenai ketiga hal yang harus dituruti oleh wanita, yaitu pada masa kanak-kanak ia harus tunduk pada ayah ibu, pada masa dewasa harus tunduk pada suami, sedangkan pada masa tuanya tunduk pada anak, sehingga sepanjang hidupnya ia tak dapat bebas. Maka itu, seorang pemikir Tiongkok bernama Chi Chi menyebut tiga macam kebahagiaan seorang manusia dan dalam salah satunya ia mengatakan bahwa seorang manusia bisa bahagia karena tidak terlahir sebagai seorang wanita. Mahaguru Tien-tai mengatakan bahwa sutra-sutra lain memberi anugerah pencapaian kesadaran Buddha hanya kepada kaum Bodhisattva dan tidak kepada kaum Sravaka dan Pratyekabuddha, kemudian juga hanya kepada kaum pria dan tidak kepada kaum wanita. Dengan ini jelas, bahwa dalam sutra-sutra lain sama sekali tidak ada penganugerahan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Selain itu, ketika Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna duduk berdampingan dalam stupa pusaka, Bodhisattva Manjusri yang telah masuk ke dalam samudera untuk menyebarkan Saddharma (Myoho), telah kembali ke hadapan Buddha. Pada waktu itu seorang murid Buddha Prabhutaratna dari dunia pusaka suci yang bernama Bodhisattva Pragnakuta menyangkal pencapaian kesadaran Buddha Putri Naga. Ia mengatakan, “Aku telah menyaksikan betapa Sang Buddha Sakyamuni selama kalpakalpa yang tidak terhitung telah lama melakukan pertapaan yang amat sulit dan penuh derita, menimbun kurnia dan kebajikan, menuntut jalan Bodhisattva tanpa pernah terhenti dan beristirahat. Kalau aku melihat 3.000 dunia besar, tidak pernah ada satu tempat sebesar sebutir debupun, dimana beliau tidak mengorbankan jiwa dan raganya sebagai seorang Bodhisattva. Semuanya ini adalah untuk umat manusia”. Selama Pragnakuta dan Manjusri saling bertanya jawab, 80.000 Bodhisattva dan 12.000 Sravaka hanya mendengarkannya saja secara seksama tanpa mengemukakan satupun pendapatnya. Namun Sariputra yang paling unggul hikmahnya, tidak pernah menyangkal Manjusri kecuali menyangkal pencapaian kesadaran Buddha Puteri Naga dengan berbagai macam alasan. Antara lain ia menyangkalnya dengan mengemukakan ajaran Theravada dan ajaran sementara, bahwa seorang wanita adalah kotor dan tidak merupakan bejana untuk mencapai kesadaran Buddha. Maka Manjusri mengatakan bahwa benar tidaknya pencapaian kesadaran Buddha Sang Puteri Naga akan diperlihatkan saat ini di hadapan Sang Buddha. Ternyata ucapan Manjusri ini tidaklah meleset, ketika pada saat itu juga Sang Puteri Naga yang baru berusia 8 tahun itu tampil di hadapan Buddha tanpa membenahi dirinya sebagai ular naga dan mempersembahkan sebuah permata yang sama nilainya dengan 3.000 dunia besar alam semesta. Dan Sang Buddhapun menerima persembahan ini dengan gembira, maka pada saat itu baik Bodhisattva Pragnakuta maupun Sariputra menimbulkan keraguan dan berkeinginan untuk mengetahui jalan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Dari sinilah berawal tauladan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Untuk lebih jelasnya, bacalah Saddharmapundarika-sutra jilid kelima. Samantabadra | April 2019

33


Dalam kitab Hokke Shuyu, Mahaguru Dengyo mengatakan, “Sang Puteri Naga sebagai pembimbing tidak pernah melakukan pertapaan yang berkalpa-kalpa lamanya dan umat yang dibimbingnyapun tidak pernah melakukan pertapaan demikian. Baik pembimbing maupun umat yang dibimbing, tidak pernah melakukan pertapaan yang berkalpa-kalpa lamanya. Inilah kekuatan Sutra Hukum Gaib ini; memungkinkan kita dapat mencapai kesadaran Buddha dalam sebagaimana adanya (Sokusyin Jobutsu))”. Dalam Kitab keterangan Tien-tai pun dikatakan, “Pragnakuta menjadi ragu karena berpegang pada ajaran yang hanya untuk kaum Bodhisattva (Bekkyo), maka Sang Puteri Naga mengatasi keraguannya dengan menjelaskan ajaran yang bulat sempurna (Enkyo). Sementara Sariputra menyangkalnya dengan menggunakan ajaran sementara, maka Puteri Naga pun mengatasi keraguannya dengan menunjukkan satu kebenaran yang tunggal”. Kemudian dalam sebuah sutra mengenai Sang Raja Naga Laut dikatakan, “Puteri Naga mencapai kesadaran Buddha di negeri yang bernama Rasmiprabhasa dan dengan gelar Mukusyo Nyorai”. Dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra, pencapaian kesadaran Buddha bagi seorang wanita yang berasal dari kalangan manusia dan dewa pun tak dapat dibayangkan. Sungguhpun demikian Puteri Naga telah dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan sebagaimana adanya, tanpa merubah wujudnya sebagai mahluk dunia binatang. Ini adalah hal yang sangat gaib. Dimulai dari Puteri Naga ini, seorang saudara perempuan dari Ibunda Buddha Sakyamuni, Bhiksuni Mahaprajapati telah mendapat anugerah pencapaian kesadaran Buddha dalam Bab “Anjuran untuk Mempertahankan Hukum” Saddharmapundarika-sutra (Bab XIII) dengan gelar Tathagata Sarva-Sattva-Priya-Dharsana. Demikian pula ibu dari Rahula, Yasodhara, bersama para bhiksuni para pengikutnya menjadi Tathagata Rasmi-Sata-Sahasra-PripurnaDwaga. Bahkan Dasa Raksasi atau kesepuluh Raksasa Wanita yang berasal dari dunia iblispun telah dapat mencapai kesadaran Buddha. Kalau memang demikian adanya, sepatutnyalah sutra ini semakin dianut oleh kaum wanita. Sebenarnya, membaca satu kalimat dan satu kata serta menyalin satu huruf dan satu titik dari Sutra ini saja sudah merupakan “sebab” untuk melepaskan diri dari penderitaan lahir dan mati serta mencapai kesadaran agung. Oleh sebab itu, orang yang telah berjodoh dengan huruf-huruf sutra ini pasti dapat dibebaskan dari raja neraka Yamaraja. Sementara orang yang telah menulis 64 huruf dari sutra ini, sudah dapat mengirimkan arwah ayahnya ke dunia surga. Karena bagaimanapun juga, diri dan lingkungan Sang Buddha adalah tidak lebih dari icinen manusia biasa. Wujud kesadaran Sang Buddha juga tidak keluar dari pikiran sesat manusia biasa. Mantera gaib (Daimoku) ini akan mencapai dunia akhirat Gridhrakuta (Ryojusen), sehingga 69.000 arwah orang yang telah meninggal pun akan mendapat pancaran sinar emas. Apalagi arwah yang anda doakan telah menjalankan kepercayaan ini sedari masa hidupnya, sehingga dengan kurnia sutra ini pasti akan terlahir di hadapan Buddha dan memperoleh sebab unggul untuk mencapai kesadaran Buddha. Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo. tertanda Niciren

34

Samantabadra | April 2019


Kutipan Gosyo

1

Sungguhpun demikian, seluruh umat manusia telah tersesat dan keluar dari ibu kota kesadaran sejati dan memasuki pelosok pikiran yang sesat serta hati yang goncang. Sejak saat itu, diantara segala perbuatannya dalam ketiga karma: badan, mulut dan hati, sedikit sekali karma yang baik tetapi banyak karma buruknya.

GM

Keterangan : Dengan membaca kalimat seperti ini, kita bisa menyadari betapa buruknya keadaan jiwa kita sebelum mengenal Gohonzon, karena pada waktu itu kita tidak mengenal Dunia Buddha dari Gohonzon yang memiliki kurnia yang begitu besar, sehingga kita selalu kalah pada hawa nafsu diri sendiri dan terus menerus menimbun karma buruk. Kesadaran jiwa yang sejati dalam istilah agama Buddha, bahasa Jepangnya disebut Hossyo Syinnyo No Miyako atau ibu kota kesadaran sejati. Agama Buddha mengumpamakan jiwa Buddha yang terdapat pada dasar jiwa manusia biasa sebagai “Ibukota”, karena jiwa Buddha adalah sumber kebahagiaan mutlak. Oleh karena itu, sumber kebahagiaan yang mutlak bukanlah berada diluar jiwa manusia, melainkan di dalam jiwa manusia. Inilah yang disebut “Ibukota Kesadaran Sejati” atau “Hossyo Syinnyo No Miyako”. Sungguhpun demikian, pada umumnya seorang manusia biasa tak pernah mengenal “Harta Pusaka” termulia yang terdapat dalam jiwanya sendiri, sehingga ia selalu mencari kebahagiaan di luar jiwanya dan hidup berdasarkan dirinya yang tidak

menentu. Keadaan seperti ini oleh agama Buddha disebut memasuki “pelosok pikiran yang sesat dan hati yang goncang”, sebagai lawan kata dari “ibukota kesadaran sejati”. Sebagai akibatnya, setiap perbuatan (karma badan), ucapan (karma mulut) dan perasaan (karma hati) akan bersifat egois, sehingga akan tertimbun karmakarma buruk sifat egois yang tak pernah memikirkan orang lain. Dalam surat tadi dikatakan “Dalam kehidupan satu hari seorang manusia terdapat delapan ratus juta empat ribu icinen, tetapi apa yang dibuat dalam setiap icinen adalah karma ketiga dunia buruk”. Jadi, dalam kehidupan sehari seorang manusia biasa terdapat delapan ratus juta empat ribu icinen, tetapi kesemuanya itu tidak pernah terlepas dari keenam dunia. Dalam enam dunia inilah manusia biasa mengulangi mati hidupnya berulangulang kali. Dalam samsara ini kadang kala kita menjadi ayah ibu, suami istri dan sebagainya, senantiasa mempunyai jodoh tertentu. Di sini tiada awal tiada akhir, laksana roda pedati yang berputar, berulang kali lahir dan mati membuat karma buruk.

2

Kalau demikian, bagaimanakah caranya kita lepas dari triloka? Jawabnya ialah dengan kurnia pertapaan Hukum Agama Buddha inilah, kita dapat menerangi kegelapan kesesatan jiwa dan membuka kesadaran jiwa yang sejati.

GM

Samantabadra | April 2019

35


Keterangan : Pada bagian sebelumnya telah diuraikan, bahwa dalam kehidupan seorang manusia biasa selama satu hari, akan timbul delapan ratus juta empat ribu icinen, tetapi hampir seluruhnya merupakan icinen yang menimbulkan karma buruk. Oleh karena itu, kita selalu berkisar dalam keenam dunia, terutama dalam ketiga dunia buruk; neraka, kelaparan dan kebinatangan, sehingga kita pun tak bisa keluar dari penderitaan keenam dunia dan triloka atau dunia dimana kita masih terikat pada hawa nafsu. Maka pada bagian ini Niciren Daisyonin mengatakan, bahwa untuk melepaskan diri dari penderitaan triloka dan keenam dunia, tiada jalan lain kecuali kita menjalankan pertapaan agama Buddha ini agar kita dapat menerangi kegelapan kesesatan jiwa kita (Gampo No Mumyo) dan membuka kesadaran jiwa kita yang sejati (Gampo No Hossyo). Mumyo (kesesatan), berarti tidak terang atau kegelapan, tetapi Hossyo (kesadaran) adalah keadaan yang terang. Contohnya adalah, seperti kalau kita berjalan di hutan atau gunung pada waktu malam hari yang gelap gulita, pasti kita merasa sangat takut. Kita tak dapat menduga apa yang akan keluar dan juga kita tak dapat melihat langkah-langkah kita. Dalam keadaan ini sudah tentu jiwa kita penuh dengan rasa takut. Tetapi kalau kita berjalan di hutan atau gunung pada waktu sinar matahari yang terang benderang menerangi sekelilingnya, sudah pasti kita dapat berjalan secara riang gembira sambil menikmati pemandangan yang indah. Demikian pula dengan pertapaan agama Buddha, karena ia akan menerangi jiwa kita yang tertutup oleh kegelapan kesesatan jiwa dengan sinar matahari kesadaran jiwa yang sangat cerah, sehingga kita dapat menikmati hidup ini secara penuh. 36

Samantabadra | April 2019

3

Lalu Dharma atau Hukum Buddha seperti apakah yang harus kita jalankan untuk melepaskan diri dari penderitaan hidup dan mati? Yaitu tidak lain dari Saddharma (Myoho) yang tunggal.

Anak Cabang

Keterangan : Maka pertanyaan yang akan timbul ialah Dharma/hukum mana yang harus kita jalankan untuk menerangi kegelapan kesesatan jiwa dan mengatasi penderitaan hidup dan mati. Maka Niciren Daisyonin menegaskan di sini, bahwa untuk itu tiada jalan lain kecuali Saddharma yang tunggal. “Saddharma yang tunggal� ini oleh Niciren Daisyonin diwujudkan sebagai Dai Gohonzon Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung, dan ditinggalkan untuk seluruh umat manusia zaman Akhir Dharma yang kekal abadi. Agama Buddha Niciren Daisyonin yang berintikan Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung ini adalah, agama Buddha yang seperti matahari. Karena kalau kita percaya pada Gohonzon, dan setiap hari menjalankan Gongyo serta penyebutan Daimoku, maka kita akan dapat menikmati hidup ini seakan-akan seperti diterangi oleh matahari. Sedangkan orang yang tidak percaya pada Gohonzon, adalah sama seperti orang yang menutup matanya sendiri, lalu beranggapan bahwa alam ini memang gelap. Maka itu kita perlu membuka mata kepercayaan kita untuk membangun kehidupan kita.

4

Selain sutra ini, tidak ada sutra yang dapat memungkinkan pencapaian kesadaran Buddha. Apalagi pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita sama sekali tidak diizinkan dalam sutra-sutra lainnya.

Anak Cabang


Keterangan : Dalam kalimat ini Niciren Daisyonin menegaskan, bahwa hanya dalam Saddharmapundarika-sutra diajarkan, bahwa kaum wanita dapat mencapai kesadaran Buddha. Karena memang dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarikasutra banyak dilontarkan kecaman-kecaman terhadap kaum wanita. Misalnya, dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarikasutra dikatakan, bahwa kaum wanita mempunyai kelima rintangan, yaitu: pertama, ia tidak dapat menjadi Dewa Brahma; kedua, Dewa Indra; ketiga, Raja Mara; keempat, Raja Cakravartin; kelima, seorang Buddha. Kemudian dalam ajaran Kong Hu Cu dikatakan, bahwa pada waktu muda wanita harus tunduk kepada orang tua, pada waktu dewasa tunduk pada suami, pada waktu tua tunduk pada anak. Juga dalam sutra-sutra selain Saddharmapundarika-sutra dikatakan bahwa seorang wanita rupanya mirip Bodhisattva tetapi hatinya bagaikan iblis Yaksa, selalu berubah-ubah tak menentu dan penuh kekeruhan, sehingga tidak akan mungkin menjadi Dewa Brahma, Dewa Indra, Raja Mara, Raja Cakravartin dan Buddha. Dan bukan hanya itu, seorang wanita tidak dapat mencapai kesadaran Buddha, akan tetapi ia juga menimbulkan nafsu birahi pada kaum pria dan menjadi penggoda untuk menjerumuskannya ke dalam dunia buruk. Dalam sutra-sutra seperti Amitayuvasutra, Amitayur-Dhyana-Sutra dan Sutra Amitabha dikatakan, bahwa jauh di sebelah barat terdapat sebuah tanah suci di mana tidak ada seorang pun kaum wanita, sehingga kaum pria dapat melaksanakan pertapaan agama Buddha dengan tenang. Sutra-sutra ini termasuk sutra-sutra yang paling memandang rendah kedudukan kaum wanita.

Sementara dalam kitab-kitab Tiongkok kuno dikatakan, bahwa kaum wanita mempunyai hati yang bengkok, dan segala malapetaka timbul dari tiga orang wanita. Dalam sutra-sutra tertua ada dialog antara Buddha Sakyamuni dan Ananda. Ananda bertanya pada Sakyamuni mengapa kaum wanita tidak boleh menghadiri upacara-upacara yang resmi dan tak boleh mempunyai pekerjaan. Maka Buddha Sakyamuni menjawab, bahwa kaum wanita tak boleh menghadiri upacara resmi dan tak mempunyai pekerjaan, karena mereka mudah marah, sering cemburu dan iri hati, selalu menyayangi barang dan kikir, kemudian juga mereka bodoh. Tetapi dalam Saddharmapundarika-sutra, semua pandangan yang negatif mengenai kaum wanita ini telah dimusnahkan. Karena Sang Puteri Naga, puteri dari Raja Naga Sagara yang berusia 8 tahun, ketika mendengar khotbah Bodhisattva Manjusri mengenai Saddharmapundarika-sutra di Istana Naga, telah menimbulkan keinginan untuk mencapai kesadaran Buddha, sehingga di Gridhrakuta (Ryojusen), ia telah mencapai kesadaran Buddha dengan keadaan sebagaimana adanya (Sokusyin Jobutsu). Dengan demikian ia telah membuktikan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. ***

Samantabadra | April 2019

37


38

Samantabadra | April 2019


Samantabadra | April 2019

39


40

Samantabadra | April 2019


Samantabadra | April 2019

41


ajaran

Surat Subhakarasimha Perihal Keistimewaan Perempuan Gosyo Suplemen

Heisei Syinben Gosyo Halaman 508

K

eistimewaan perempuan adalah memiliki Lima Rintangan dan Tiga Kepatuhan Mengenai Lima Rintangan dan Tiga Kepatuhan ini banyak dibabarkan dalam berbagai Gosyo. Namun, penjelasan yang terperinci terdapat dalam Surat Pencapaian Kesadaran Buddha. Bagi Penganut Baru Saddharmapundarika-sutra. Lima Rintangan, sesuai dengan yang dibabarkan dalam Bab Devadatta Sadharmapundarika-sutra adalah: 1. Tidak dapat menjadi Dewa Mahabrahma (Dai Bontenno) 2. Tidak dapat menjadi Sakradevanam Indra (Taisyaju Tenno) 3. Tidak dapat menjadi Raja Iblis (Ma O); 4. Tidak dapat menjadi Cakravartin (Tenrin Jo O); 5. Tidak dapat menjadi Buddha. Selanjutnya, yang dimaksud dengan Tiga Kepatuhan adalah : 1. Ketika masih kecil perempuan patuh pada orang tua 2. Setelah menikah, perempuan patuh suami. 3. Setelah tua, perempuan patuh pada anak. Demikianlah sejak kecil hingga tua, perempuan terus menerus harus patuh pada orang lain, sehingga timbul bermacam-macam penderitaan. Dalam Gosyo Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Seluruh sungai dan anak sungai berliku-liku. Karena air adalah benda cair, bila alirannya terhalang oleh benda yang keras seperti batu karang atau sebuah gunung , maka aliran itu akan terpecah dan mengalir tak tentu arah. Perempuan juga demikian. Hati keinginannya dapat diumpamakan seperti air. Kelemahan hatinya bagaikan air. Walaupun mengetahui teori kewajaran yang benar, bila mereka berhadapan dengan keinginan yang kuat dari seorang pria, dan hal tersebut menjadi penghalang, maka mereka akan menuju ke arah yang tidak baik (menyimpang dari teori kewajaran yang semula diyakini)”. Dalam Surat Kepada Nicimyo Syonin, Niciren Daisyonin mengatakan, “Hati seorang perempuan diumpamakan seperti angin sepoi-sepoi. Sekalipun dapat mengikat

42

Samantabadra | April 2019

angin, sulit sekali memegang hati perempuan. Hati seorang perempuan dapat diumpamakan seperti lukisan atau aksara yang ditulis di permukaan air. Seperti tidak tetapnya aksara yang ditulis di atas air, hati perempuanpun tidak tetap. Perempuan juga dapat diumpamakan sebagai seorang pembual. Suatu saat sebagai orang yang jujur, dan pada saat lain menjadi menjadi orang yang munafik. Seorang perempuan dapat diumpamakan sebagai sungai. Seperti sungai yang berliku-liku, hati perempuan saja bukan saja tidak tulus dan jujur, tapi juga berhati bengkok “ (Heisei Syinben Gosyo halaman 606). Demikianlah Niciren Daisyonin menerangkan mengenai ciri khas dari hati perempuan, yang bagaikan air dan angin, sulit ditangkap maupun dipegang. Hati perempuan tidak memiliki inisiatif dan tidak dapat mandiri bila tidak bertumpu pada pohon yang besar. Hati yang tidak memiliki inisiatif ini dapat terombang-ambing kesana kemari, tidak dapat berpikir atau melihat sesuatu secara nyata apa adanya sehingga diumpamakan sebagai sungai yang berliku-liku. Dalam Surat Balasan Kepada Istri Sajiki Niciren Daisyonin mengatakan, “Keberadaan perempuan seperti anak panah yang bersandar pada busur, atau seperti kapal yang berlayar ke arah manapun tergantung kemudi” (Heisei Syinben Gosyo halaman 1125).


Memang di satu sisi perempuan banyak memiliki ciri khas yang tidak baik. Namun di sisi lain, dengan sifat itu perempuan dapat menyesuaikan diri dengan bebas, tanpa terikat dan luwes, seperti sifat air yang dapat sesuai dengan segala bentuk bejana. Daripada dikatakan ‘lemah’, sifat perempuan lebih tepat dikatakan sebagai kekuatan yang luar biasa, seperti kekuatan air. Perempuan justru memiliki sifat polos yang tidak dibuat-buat. Lao Tze menganjurkan agar manusia mempelajari cara hidup yang benar dengan belajar dari keistimewaan air. Keistimewaan air yang dimaksud oleh Lao Tze adalah: 1. Luwes, yakni dapat mengubah dan menyesuaikan diri dengan wadah apapun juga. 2. Selain memberikan kebajikan dan manfaat yang amat besar kepada seluruh mahluk, namun juga memiliki sifat kerendahan hati yang mau mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah , yang kadang kala tidak disenangi oleh manusia. Hal ini menyatakan sifat kerendahan hati seorang perempuan. Lao Tze menyebut sifat kebajikan hati seorang perempuan. Lao Tze menyebut sifat kebajikan air ini sebagai sifat kebajikan yang tidak menuntut balasan. Jika kebajikan ini dapat kita resapi dalam jiwa, maka dalam zaman yang sulit dan keras seperti apapun dapat terus hidup dengan baik. Dalam Surat Ikegami Bersaudara Niciren Daisyonin mengatakan, “Perempuan mengikuti sesuatu, akan tetapi dapat membuat sesuatu itu mengikutinya� (Heisei Syinben Gosyo halaman 987). Oleh sebab itu jelas bahwa perempuan memiliki kekuatan dan sifat yang dapat menyesuaikan diri atau luwes. Yang dimaksud bahwa seorang perempuan mengikuti orang lain bukan berarti mengikuti dari segi luarnya saja. Dengan mengikuti pendapat atau pemikiran orang lain, membuat orang lain itu memberi kepercayaan penuh, memahami serta mengutamakannya. Karena perempuan mengikuti orang lain dari dasar jiwa, maka akan menimbulkan tenaga kebajikan yang menggetarkan dan mempengaruhi orang tersebut akhirnya malah mengikutinya. Sifat dan watak yang kuat tapi penuh dengan kelembutan merupakan kekuatan sesungguhnya dari perempuan. Perempuan yang mempertahankan Hukum Sesungguhnya diharapkan dapat memiliki kebajikan yang menggetarkan dan memberi pengaruh baik kepada orang lain sebagaimana yang dikemukan di atas. Kaum pria yang cenderung hidup hanya demi kedudukan dan kesombongan saja hendaknya juga belajar dari kebajikan perempuan tersebut, sehingga memiliki kekuatan yang besar sebagai manusia. Pencapaian Kesadaran Buddha Bagi Perempuan Hanya Ada dalam Saddharmapundarika-sutra Bagi para perempuan yang membaca pandangan Sutra Sementara mengenai perempuan mungkin ada yang merasa tidak senang. Namun hendaknya jangan menjadi susah hati, karena Niciren Daisyonin mengutip Sutra Sementara sebagai perbandingan dengan Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian akan terlihat bahwa Saddharmapundarika-sutra merupakan ajaran yang agung dan sungguh sangat berharga bagi seorang perempuan. Di dalam Sutra Sementara, Dwiyana (kaum Sravaka dan Pratyekabuddha), perempuan dan orang jahat dinyatakan tidak dapat mencapai kesadaran Buddha. Sebaliknya Saddharmapundarika-sutra membabarkan bahwa Dwiyana, perempuan seperti Putri Naga dan lain-lain, orang jahat seperti Devadatta dan lain-lain, orang jahat seperti Devadatta dan lain-lain, serta umat manusia Sepuluh Dunia semuanya dapat mencapai kesadaran Buddha. Mengenai pencapaian kesadaran Buddha bagi perempuan, di dalam Bab XII, Devadatta Saddharmapundarika-sutra diterangkan bahwa putri dari Raja Naga Sagara mencapai kesadaran Buddha pada usia delapan tahun dengan badan naga. Pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga menerangkan tentang pencapaian kesadaran Buddha bagi perempuan, serta pencapaian kesadaran Buddha dan umat manusia Tiga Dunia Buruk : Dunia Neraka, Dunia Kelaparan dan Dunia Kebinatangan. Dengan demikian, jelas bahwa pencapaian kesadaran Buddha bagi perempuan, Dwiyana orang jahat, serta seluruh umat manusia tanpa terkecuali hanya diterangkan dalam Saddharmapundarika-sutra. *** Samantabadra | April 2019

43


ajaran

Surat Balasan kepada Nanjo Dono Gosyo Cabang

Latar Belakang S

urat balasan ini ditulis di Gunung Minobu pada tanggal 24 bulan 3 tahun Kenji Ke-2 (1276) dan diberikan kepada Nanjo Tokimitsu. Dalam surat ini dikutip legenda Ohasyi Taro dan anaknya. Oleh karena itu, surat ini dinamakan Surat Ohasyi Taro atau Surat Ohasyi, atau Surat Balasan Kepada Nanjo Syiciro Jiro. Surat asli masih tersimpan di Kuil Pusat Taiseki-ji. Isi surat ini diawali dengan penghargaan Nichiren Daisyonin terhadap sumbangan pakaian musim panas, garam, dan minyak. Sumbangan ini merupakan pernyataan hatikepercayaan Nanjo Tokimitsu. Selain itu, sumbangan ini juga merupakan perwujudan hati-kepercayaan Nanjo Hyoe Syiciro yang dinyatakan oleh anaknya, Tokimitsu. Maka, dalam surat ini dikatakan almarhum ayah Nanjo Tokimitsu juga turut merasa amat bergembira. Selanjutnya dikutip legenda tentang anak dari Ohasyi Taro secara terperinci. Dengan karunia kebajikan pembacaan Saddharmapundarika-sutra, anak tersebut mampu menggugah hati Syogun Minamoto Yoritomo. Karunia kebajikan tersebut pada akhirnya dapat menyelamatkan ayah Ohasyi Taro yang ditangkap karena dianggap bersalah terhadap Syogun. Cerita ini dijadikan sebagai bukti dan contoh bahwa kesungguhan hati Tokimitsu dalam menjalankan hati-kepercayaan 44

Samantabadra | April 2019

itulah yang menjadi bakti terunggul bagi almarhum ayahnya. Pada bagian akhir dijelaskan bahwa serbuan dari Mongolia tidak dapat dihindari, karena pemerintah Kamakura bukan hanya mengabaikan peringatan Nichiren Daisyonin; bahkan sampai menganiaya Beliau. Dengan demikian dianjurkan agar Tokimitsu semakin bersungguh hati dan semakin bersemangat dalam melaksanakan hati-kepercayaan. Ketika Nichiren Daisyonin memasuki Gunung Minobu, pada bulan 7 tahun Bun-ei ke-11 (1274) Nanjo Tokimitsu langsung pergi menemui Beliau. Semenjak itu ia terus melaksanakan hati-kepercayaan secara tulus dan murni. Pada bulan 1 tahun berikutnya, tahun Bun-ei ke-12 (1275), sesudah Nikko Syonin mewakili Nichiren Daisyonin mengunjungi makam ayahnya, Hyoe Syiciro, Tokimitsu meminta bimbingan dari Nikko Syonin. Kemudian setelah itu ia turut menyebarluaskan Hukum ini. Sesudah bulan 7 tahun Bun-ei ke-11 (1274) sampai dengan bulan 3 tahun Kenji ke-2 (1276), selama kurang dari dua tahun, ia menerima surat balasan yang sampai sekarang masih ada sejumlah 11 pucuk. Dari surat-surat ini dapat diketahui bahwa ia memberikan bermacam-macam sumbangan.


Isi Gosyo S

ehelai pakaian musim panas, satu muatan-kuda garam, dan 5 sou (sekitar 9 liter) minyak sudah diterima. Pakaian berguna untuk menahan dingin dan panas, juga untuk menutupi serta menghias tubuh. Dalam Bab Bodhisattva Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra rol ke-7 dikatakan, “Seperti orang yang tak berpakaian sama sekali mendapat baju”. Kalimat ini bermaksud menyampaikan perasaan hati yang gembira, bagai orang yang tak berpakaian sama sekali mendapat baju. Di antara pewaris Buddha Sakyamuni, ada yang bernama Sanavasa. Ia telah terlahir dengan mengenakan pakaian, karena pada masa lampau ia menyumbang pakaian kepada Hukum Buddha. Itulah sebabnya di dalam Saddharmapundarika-sutra diterangkan tentang ‘pakaian zirah ketabahan’, dan sebagainya. Seluruh Gunung Kun Lun terdiri dari batu permata, sama sekali tidak ada batu biasa. Di daerah Gunung Minobu tidak ada garam. Pada tempat di mana tidak terdapat batu, sebuah batu biasa akan jauh lebih berharga daripada batu permata. Di tempat di mana tidak terdapat garam, garam lebih berharga daripada beras. Pusaka raja negara adalah menteri kanan dan menteri kiri1. Menteri kanan dan menteri kiri ini dikatakan sebagai ambai2 (garam dan plum ). Tanpa taoco dan garam, sukar untuk hidup. Tanpa ada menteri kanan dan kiri sukar untuk menenteramkan negara. Mengenai minyak, di dalam Sutra Nirvana dikatakan, “Dalam angin tidak ada minyak, dalam minyak tidak ada angin”. Maka, untuk menyembuhkan penyakit akibat angin, obat utamanya adalah minyak. Kiriman bermacam-macam barang ini menyatakan kesungguhan hati yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Bagaimanapun juga hal ini menyatakan betapa dalamnya hati-kepercayaan almarhum ayahanda Nanjo kepada Saddharmapundarika-sutra. Keinginan hati raja disampaikan kepada menteri, keinginan hati ayah disampaikan kepada anak. Dalam hal ini bukan main besar kegembiraan hati almarhum ayahanda Nanjo! Dahulu hidup seorang daimyo3 daerah Tsukusyi yang bernama Ohasyi Taro. Ia mendapat kemarahan Syogun4 Minamoto Yoritomo atas kesalahan yang diperbuatnya. Dua belas tahun lamanya ia ditahan dalam sebuah penjara yang terbuat dari tanah. Penjara tersebut terletak di daerah Yuigahama, Kamakura. Ketika Ohasyi Taro ditangkap untuk dibuang dari Propinsi Tsukusyi, ia berkata kepada istrinya, “Sebagai seorang samurai yang biasa menggunakan senjata busur dan panah, hukuman dari majikan tidak akan membuatku mengeluh ataupun sedih. Namun, bukan main beratnya penderitaan untuk berpisah dengan Anda yang telah akrab semenjak kecil. Seandainya aku dapat mengenyampingkan perasaan ini, penyesalan dan kesedihan yang lebih dalam dari itu adalah bahwa kita belum mempunyai anak seorang pun, baik seorang putra maupun putri. Akan tetapi, aku dengar Anda sedang mengandung. Aku sungguh menyesal tidak dapat melihat sendiri anak laki-laki atau wanita ini, kelak, setelah anak ini dewasa, tentu ia merasa menyesal karena tak mempunyai ayah. meskipun aku terus memikirkan hal ini, aku tak dapat berbuat apa-apa”. Setelah berkata demikian kepada istrinya, Ohasyi Taro berangkat untuk menjalani hukumannya. Di kemudian hari, setelah hari-hari dan bulan-bulan berlalu, lahirlah seorang bayi laki-laki dengan selamat. Ketika berusia tujuh tahun, anak tersebut masuk ke sebuah kuil5 di Gunung. Di kuil itu, teman-teman sebayanya sering menertawakannya sebagai anak yang tak berayah. Akhirnya si anak kembali ke rumah dan menanyakan perihal ayahnya pada ibunya. Sang ibu tak mampu berkata apaapa selain menitikkan air mata. Anak kecil itu berkata, “Jika tidak ada langit, tentu hujan tak turun;

Samantabadra | April 2019

45


jika tak ada tanah, tentu tumbuhan tidak tumbuh. Sekalipun ada ibu, bila tak ada ayah tentu tak terlahir manusia. Mengapa ibu merahasiakan di mana ayah berada?” anak itu mengulangi pertanyaan tersebut terus-menerus. Perasaan sang ibu menjadi sangat tersiksa, sehingga pada akhirnya ia berkata, “Karena kamu masih kecil, maka hingga sekarang tidak kuceritakan. Sesungguhnya kisah ayahmu adalah seperti ini...” Mendengar cerita ibunya, anak kecil itu menangis terus menerus, “Kalau begitu, tidak adakah kenang-kenangan dari ayah?” “Ada anakku, inilah dia...” jawab sang ibu seraya mengeluarkan catatan silsilah keluarga Ohasyi, serta surat tulisan ayah sendiri untuk diberikan kepada sang anak yang ketika itu masih berada dalam kandungan. Hal ini semakin memperbesar rasa rindu sang anak kepada ayahnya. Setelah itu ia tak dapat berbuat apapun selain terus menangis. “Kalau begitu, apa yang harus aku perbuat?” tanyanya. Ibunya menjelaskan, “Ketika ayah akan meninggalkan tempat ini, banyak anak buahnya mengikuti ayah. akan tetapi, karena ayahmu mendapatkan kemarahan besar dari Syogun, maka semua anak buahnya lalu bubar dan menghilang entah kemana. Setelah itu tak ada seorang pun dari mereka yang memberi kabar. Kini, ibu tak tahu apakah ayahmu masih hidup atau sudah meninggal”. Anak kecil menangis sambil berguling-guling. Ia sama sekali tidak mau mendengar nasihat apa pun. Namun ibunya kemudian berkata, “Kamu masuk kuil di Gunung adalah untuk berbakti kepada ayah. Persembahkanlah bunga di hadapan Buddha, atau boleh juga membaca satu jilid sutra sebagai bakti”. Setelah mendengar kata-kata ibunya itu, cepat-cepat anak tersebut berlari menuju kuil agar dapat berbakti kepada ayah yang belum pernah dilihatnya. Tak sedikit pun terlintas dalam hatinya, keinginan untuk pulang kembali ke rumah. Siang dan malam ia terus membaca dan menyebut Saddharmapundarika-sutra, sehingga pada akhirnya bukan hanya menjadi lancar membaca, ia bahkan dapat menghafal seluruh sutra itu. Selanjutnya, ketika usianya menginjak 12 tahun, ia memutuskan diri untuk tidak menjadi seorang bhiksu. Ia mengikat rambutnya dan dengan susah payah melarikan diri dari Propinsi Tsukusyi. Ia terus bertanya kesana kemari, dan akhirnya ia tiba di Kamakura. Di sana ia sembahyang di muka Tsuruoka Haciman-gu. Seraya menundukkan kepala penuh hormat ia berkata, “Mahabodhisattva Haciman, Raja ke-16 negeri Jepang! Pendirianmu yang sesungguhnya adalah leluhur Buddha Sakyamuni yang membabarkan Saddharmapundarika-sutra di Gridhrakuta. Aku dengar Mahabodhisattva Haciman muncul sebagai dewa untuk memenuhi keinginan umat. Maka, sekarang penuhilah keinginanku. Apakah ayahku masih hidup atau sudah meninggal!” Ia berkata demikian pada Waktu Anjing (sekitar jam 20.00). Setelah itu ia terus membaca Saddharmapundarika-sutra sampai dengan Waktu Macan (Sekitar jam 04.00). Suara anak kecil itu amat jernih dan bergema di seluruh ruang altar pusaka. Suara itu begitu menggetarkan hati, sehingga orang-orang yang bersembahyang di kuil menjadi lupa untuk pulang. Orang-orang tersebut ramai berkumpul di sekelilingnya, dan melihat bahwa suara itu keluar dari mulut seorang anak kecil, bukan oleh Guru hukum ataupun wanita. Tepat pada waktu itu, istri Syogun dari Kyoto datang bersembahyang. Sebenarnya ia ingin bersembahyang tanpa diketahui oleh orang-orang lain. Akan tetapi, keindahan suara pembacaan sutra yang belum pernah didengar hingga saat ini membuatnya terpaku. Ia duduk untuk terus mendengar hingga pembacaan tersebut selesai. Setelah itu barulah ia kembali pulang. Namun, karena amat terpukau, ditinggalkannya orang tersebut di tempat itu. Ia lalu melaporkan mengenai pembacaan sutra yang didengarnya tadi kepada suaminya, Syogun dari Kyoto. Syogun lalu memerintahkan untuk segera memanggil anak kecil tersebut. Ketika bocah itu telah berada di hadapannya ia lalu menyuruhnya untuk membaca Sutra di Ruang Jibutsu. 46

Samantabadra | April 2019


Keesokan harinya, ketika Syogun sedang mendengar kembali pembacaan sutra ini, terdengar orang-orang ramai di pintu Barat. Lalu bertanya, “Apa yang terjadi?” pertanyaan itu dijawab dengan lantang, “Hari ini seorang tahanan akan dipenggal kepalanya!” Mendengar akan hal itu bocah tersebut meneteskan air mata dan berkata, “Ah… Sekalipun selama ini aku pikir bahwa ayahku tak mungkin masih hidup, namun bila aku mendengar orang yang akan dipenggal kepalanya, aku merasa seolah-olah hukuman itu adalah juga penderitaanku sendiri”. Mendengar perkataan itu, Syogun menjadi ragu tentang siapa anak tersebut. “Hai anak kecil siapakah engkau? Ceritakanlah secara jujur!” Mendengar perintah itu, bocah tersebut menceritakan segala yang diketahuinya selama ini. Baik Daimyo maupun Syomyo yang mendampingi Syogun, juga kaum ibu yang berada di balik tirai, semuanya merasa terharu dan menitikkan air mata mereka. Sampai-sampai lengan kimono mereka basah oleh air mata. Syogun memanggil Kagetoki Kajiwara “Bawalah kemari tahanan yang bernama Ohasyi Taro!” Mendengar perkataan itu Kajiwara menjawab, “Baru saja ia diantarkan ke Yuigahama untuk dipenggal kepalanya. Mungkin sekarang ia telah di penggal!”Sekalipun pada waktu itu berada di hadapan Syogun, anak kecil tersebut tak peduli. Ia membanting dirinya dan menangis meraung-raung. Syogun kemudian memerintahkan lagi, “ Kajiwara! Cepat engkau lari ke sana. Seandainya orang tersebut belum dipenggal, bawalah ia kemari!” Mendengar perintah itu, Kajiwara cepat-cepat berlari menuju Yuigahama. Ketika ia telah dekat dengan tempat yang dituju, Kajiwara berteriak dengan lantang untuk menahan pedang yang telah teracunguntuk memenggal kepala Ohasyi Taro. Pedang yang teracung, akhirnya diturunkan kembali. Setelah itu Kajiwara membawa Ohasyi Taro yang terikat dengan tali serta menariknya sampai ke halaman yang luas. Syogun kemudian memerintahkan, “Berikanlah orang itu kepada anak kecil ini!” Mendengar perintah Syogun tersebut, anak kecil itu segera berlari melepaskan tali yang mengikat ayahnya. Ohasyi Taro yang tidak mengetahui bahwa bocah di depannya adalah anaknya sendiri menjadi tak mengerti, mengapa ia akhirnya dapat diselamatkan dari hukuman mati. Syogun kembali memanggil bocah itu dan memberikan bermacam-macam sumbangan. Syogun bukan hanya mengembalikan Ohasyi Taro kepadanya, bahkan tanahnya yang semula diambil dikembalikan lagi kepadanya. Selanjutnya Syogun berkata, “Meskipun semenjak dahulu aku telah mendengar bermacam-macam karunia kebajikan mengenai Saddharmapundarika-sutra dari orang lain, bagiku sendiri ada dua hal yang tepat. Pertama, karena kepala ayahku almarhum (Minamoto Yosyitomo) dipenggal oleh TajoNyudo (Taira Kiyomori), maka timbul penyesalan yang tak terkatakan besarnya. Aku berpikir, kepada dewa atau Buddha manakah aku harus berdoa? Ketika aku belajar membaca Saddharmapundarika-sutra dari Bhiksuni Myoho di Gunung Izu, lalu setelah membaca berulang-ulang sebanyak seribu bab, Takao Bunkaku-bo membawa tengkorak kepala ayah almarhum untuk menggerakkan tentara (Dalam memimpin pasukan tentara untuk menjatuhkan Heike). Bukan saja aku dapat membalas dendam ayahku, bahkan aku juga dapat menjadi Syogun dari seluruh samurai di negeri Jepang. Ini semua semata-mata berkat karunia dari Saddharmapundarika-sutra”. “Kedua, sungguh hal yang aneh bahwa seorang anak kecil dapat menyelamatkan ayahnya. Aku, Yoritomo, menganggap Ohasyi Taro bukanlah orang yang baik. Seandainya datang amanat untuk membebaskannya, mungkin akan kukembalikan amanat tersebut. Biar bagaimanapun juga, kepalanya akan dipenggal. Kebencianku sedemikian mendalam, sehingga 12 tahun lamanya aku memenjarakannya dalam penjara yang terbuat dari tanah. Akan tetapi terjadi peristiwa yang sedemikian aneh seperti ini. oleh karena itu karunia Saddharmapundarika-sutra bukan main besarnya. Yoritomo, sebagai Syogun dari para samurai, telah menumpuk dosa yang tak terhitung banyaknya. Namun, karena percaya Samantabadra | April 2019

47


Saddharmapundarika-sutra, aku pikir tidak akan terjatuh ke dalam Jalan Buruk�. Demikian katanya sambil hampir menitikkan air mata. Sekarang, melihat kesungguhan hati Anda karena hubungan ayah dan anak, tentu Anda merasa sangat sayang pada almarhum ayah Nanjo. Namun, tentu saja sama sekali tidak terpikir olehnya akan mendapatkan bakti melalui karunia Saddharmapundarika-sutra. Seandainya berada di manapun karena mempunyai dosa, bakti kesungguhan hati ini sudah diketahui oleh Raja Hukum Yama, Dewa Brahma, Sakra Devanam Indra. Oleh karena itu, bagaimana mungkin Buddha Sakyamuni membuang Saddharmapundarika-sutra? Perbuatan anak kecil melepaskan ikatan tali ayahnya sama sekali tidak berbeda dengan kesungguhan hati Anda. Surat Balasan ini ditulis sambil berurai air mata. Kemudian, perihal penyerbuan Mongolia sekali lagi, di sini belum terdengar. Mengenai penyerbuan Mongolia, ada orang yang mengatakan, “Nichiren-bo bergembira kalau dikatakan Mongolia menyerbu�. Perkataan ini sebenarnya sama sekali tidak mempunyai dasar. Kalau Aku mengatakan akan terjadi seperti itu, orang-orang akan menyiksa Nichiren seperti musuh membalas dendam. Akan tetapi, oleh karena hal ini dibabarkan dalam kalimat sutra, maka penyerbuan itu pasti akan datang. Apapun yang dikatakan orang, Aku tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka bukan saja tidak mau menggunakan orang yang sama sekali tidak berdosa dan hanya berkeinginan untuk menyelamatkan negeri, mereka bahkan memukul wajah Nichiren dengan Saddharmapundarikasutra rol ke-5. Dewa Brahma dan Sakra Devanam Indra menyaksikan hal ini. Mahabodhisattva Haciman di Kamakura juga melihatnya. Bagaimanapun telah berusaha, karena sekarang jamannya tidak menghiraukan peringatan, maka akhirnya Aku masuk ke dalam gunung seperti ini. Meskipun Aku memprihatinkan keadaan Anda, sukar untuk membantu. Hanya siang dan malam Aku mendoakan kepada Saddharmapundarika-sutra. Anda juga sebaiknya berdasarkan kepercayaan, berdoa dengan sungguh hati tanpa menyayangi tenaga sendiri. Keadaan ini tentu bukan karena kesungguhan hati pihak kita lemah. Semua ini tergantung dari tebal tipisnya hati kepercayaan Anda sekalian. Akhirnya, pasti orang-orang yang berkedudukan tinggi di negeri Jepang akan ditawan hidup-hidup. Sungguh memalukan! Sekian.

Tanggal 24 bulan 3 Surat Balasan Kepada Nanjo Dono tertanda, Nichiren

48

Samantabadra | April 2019


Catatan: 1. Menteri kanan dan Menteri Kiri: Jabatan dalam sistem pemerintahan Jepang yang dimulai pada abad ke-7. Saat itu Kaisar dibantu oleh tiga menteri utama, yaitu perdana menteri, menteri kanan, dan menteri kiri. 2. Ambai ( garam dan plum/cuka): Rasa seimbang yang cocok dengan selera. Ketika membuat sup, kalau kebanyakan garam tentu menjadi asin, kalau kebanyakan acar plum menjadi asam. Bila garam dan plum seimbang barulah menjadi sup yang lezat. Makna tersirat adalah sekalipun seorang raja bijak, ia tetap memerlukan nasihat dan bantuan dari menteri yang arif. Dengan demikian dapat menjalankan pemerintahan dengan baik. 3. Daimyo: Bangsawan tinggi Jepang zaman feodal. Memiliki tanah-tanah yang luas. Pada abad ke12 memegang kekuasaan lebih besar daripada pemerintah kerajaan, sampai kepada saat Minamoto Yoritomo membentuk sistem pemerintahan feodal yang berpusat. Sejak itu daimyo memerintah suatu daerah, memerintah tentara sendiri-sendiri dibawah kekuasaan Syogun. 4. Syogun: Gelar penguasa militer yang memerintah Jepang pada abad ke-12 sampai abad ke-19; berawal dari tahun 794. Syogun mula-mula berarti ‘Panglima Tertinggi Tentara Kerajaan’. Ke-Syogun-an sebagai sistem pemerintahan didirikan oleh Minamoto Yoritomo dan dikenal sebagai Bakufu (markas besar tentara). Raja memerintah hanya dalam teori saja, sedang kekuasaan yang sebenarnya dipegang oleh Syogun secara turun temurun. Keluarga Minamoto memegang kekuasaan Syogun tahun 1192-1333, keluarga Asyikaga 1338-1597, dan keluarga Tokugawa 1603-1868. Runtuhnya Syogun mengembalikan kekuasaan kepada kaisar (1868) dan berarti lahirnya Jepang modern. 5. Masuk Kuil: Belajar di kuil sebagai calon bhiksu.

Samantabadra | April 2019

49


Kutipan Gosyo

1

Seluruh Gunung Kun Lun terdiri dari batu permata, sama sekali tidak ada batu biasa... Maka, untuk menyembuhkan penyakit akibat angin, obat utamanya adalah minyak. Keterangan: Dalam bagian ini diterangkan mengenai kegunaan dari garam dan minyak. Mengenai garam, diuraikan, “Di daerah Gunung Minobu tidak ada garam... Dimana tempat dimana tidak terdapat garam, garam lebih berharga daripada beras�. Dengan demikian mendapatkan garam di gunung yang jauh dari laut merupakan sesuatu yang amat berharga. Hal ini dikatakan di dalam Surat Balasan Kepada Nanjo Tokimitsu yang ditulis pada bulan 9 tahun ko-an ke-1 (1278), “Sejak tahun baru ini, hujan turun setiap hari. Apalagi sejak bulan 7, hujan lebat turun tak henti-hentinya. Tempat ini bukan hanya terletak di tengah pegunungan; di Selatan terdapat daerah Hakiri; di Utara terdapat Sungai Haya; di Timur terdapat Sungai Fuji; di Barat terdapat hutan rimba. Maka, selama hujan lebat turun terus menerus setiap hari, tanah gunung menjadi longsor menimbun lembah. Batu-batu bergulir menutup jalan. Juga air sungai mengalir deras sekali sehingga membuat perahu tidak dapat menyeberang. Orang kaya tidak ada di daerah ini dan daerah ini juga kekurangan lima macam bahan makanan pokok. Para pedagang tak ada, sehingga tak ada orang yang berkumpul. Apalagi pada bulan 7, garam satu gantang berharga uang 100, garam setengah gantang dapat ditukar dengan gandum 1 to (sekitar 18 liter). Sekarang, dimana-mana tak ada garam. Dengan apa kita dapat membeli.. Taoco pun habis, bagaikan bayi yang menginginkan susu�. (Gosyo Zensyu halaman 1551). Dari 50

Samantabadra | April 2019

surat ini terlihat jelas betapa sukarnya kehidupan di Gunung Minobu. Garam merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan manusia. Kalau tak ada garam maka akan timbul bermacam-macam akibat buruk, baik pada badan maupun jiwa. Oleh karena itu, manusia menggunakan segala usaha agar bisa mendapatkan garam. Pada zaman dahulu di tempat-tempat yang merupakan sumber garam, seperti di pantai, danau air asin, atau tambang garam merupakan pusat perdagangan yang penting. Ada pula jalan perdagangan yang dibuka khusus untuk garam. Dalam surat ini dijelaskan sumbangan garam satu muatankuda. Dapat diperkirakan keluarga Nanjo menyumbang garam sejumlah dua muatankuda setiap tahun secara terus menerus. Kutipan cerita Tiongkok tentang menteri kiri dan menteri kanan yang membantu raja negara yang diumpamakan dengan garam dan plum. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa penyedap rasa seperti garam dan taoco. Demikianlah dijelaskan mengenai pentingnya garam dalam kehidupan manusia di Jepang pada saat itu. Ambai berarti garam dan cuka plum. Dalam kitab kuno diceritakan, “Untuk membuat sup panas dibutuhkan penyedap, yakni garam dan cuka plum. Bila dibubuhi garam terlalu banyak tentu menjadi terlalu asin. Begitu pula kalau dituangkan cuka terlalu banyak, akan terlalu asam sehingga tak dapat dimakan. Bila rasa garam dan cuka seimbang, baru sup tersebut menjadi lezat. Seorang majikan memerlukan nasihat orang yang bijaksana. Demikian pula para bawahan menggunakan cara yang lunak untuk menetralkan yang keras; dan dengan hal-hal yang positif menyelamatkan yang negatif. Dari kiri dan kanan saling meluruskan


menuju jalan yang benar sehingga dapat benar-benar menjalankan kebajikan”.

2

Kiriman bermacam-macam barang ini menyatakan kesungguhan hati yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Keterangan: Sesuai dengan isi surat, “Kesungguhan hati yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata”, sumbangan bermacam-macam barang tersebut dikatakan oleh Nichiren Daisyonin sebagai pernyataan hatikepercayaan Tokimitsu. Berdasarkan hal ini juga Nichiren Daisyonin memuji betapa dalamnya hati-kepercayaan alamarhum sang ayah, Nanjo Hyoe Syiciro. Pujian ini disampaikan dalam isi surat, “Bagaimanapun juga hal ini menyatakan betapa dalamnya hati-kepercayaan almarhum ayahanda Nanjo kepada Saddharmapundarika-sutra”. Selain itu, juga dikatakan, “Keinginan hati raja disampaikan kepada menteri, keinginan hati ayah disampaikan kepada anak. Dalam hal ini, bukan main besar kegembiraan hati almarhum ayahanda Nanjo!” Dengan demikian, Nichiren Daisyonin dapat merasakan kegembiraan dalam hati almarhum Hyoe Syiciro. Ketulusan hati Tokimitsu dalam memberi sumbangan telah memenuhi amanat almarhum ayahnya dengan benar. Nichiren Daisyonin ingin mengajarkan bahwa sumbangan Nanjo Tokimitsu tersebut merupakan bakti yang paling unggul terhadap almarhum ayahnya.

Perihal Ohasyi Taro dan Anaknya

Berkenaan dengan bakti kepada almarhum ayah Nanjo Tokimitsu, Nichiren Daisyonin mengambil cerita Ohasyi Taro secara terperinci. Ohasyi Taro, penguasa daerah Kyusyu, yang ditangkap karena kemarahan Minamoto Yoritomo, diselamatkan oleh anaknya melalui karunia membaca dan menyebut Saddharmapundarika-sutra.

Dari uraian Nichiren Daisyonin yang sangat terperinci dan jelas, dapat diperkirakan bahwa legenda ayah dan anak tersebut merupakan cerita yang hidup pada waktu itu. Cerita itu adalah cerita tentang karunia kebajikan membaca dan menyebut Saddharmapundarika-sutra. Akan tetapi, kini sudah tidak diketahui dengan jelas siapa sebenarnya Ohasyi Taro itu. Kemungkinan peristiwa ini terjadi pada waktu keluarga Minamoto dan keluarga Taira menguasai Jepang, pada waktu itu ada seseorang yang bernama Ohasyi Taro Saemon-no-jo yang bekerja pada Taira Kiyomori. Menurut sejarah, Taira Sadayosi, daimyo Propinsi Higo di Kyusyu yang juga mantan menteri Taira Kiyomori, mempunyai anak bernama Micisada. Micisada menamakan diri sebagai Ohasyi Taro Saemon-no-jo. Ia memiliki anak bernama Sadatsune, yang waktu kecil bernama Icimyo Maru. Cerita mengenai ayah dan anak itu sama dengan uraian Nichiren Daisyonin dalam surat ini. Akan tetapi, karena tidak ada catatan yang pasti, maka kenyataan yang sebenarnya tidaklah terlalu jelas. Dari kalimat, “Ia mendapat kemarahan Syogun...” dapat diketahui bahwa Ohasyi Taro pernah ditangkap karena kemarahan Syogun Minamoto Yoritomo, yang merupakan pendiri pemerintahan Kamakura. Pada waktu itu keluarga Taira dikalahkan oleh Minamoto Yoritomo. Seandainya Ohasyi Taro adalah Taira Micisada, maka ayahnya, Taira Sadayosyi adalah salah satu orang kuat dari keluarga Taira. Taira Sadayosyi adalah orang yang ditugaskan untuk menjaga Propinsi Higo, Kyusyu. Setelah keluarga Taira musnah tidak diketahui kemana ia pergi. Namun, pada bulan 7 tahun Genreki ke-2 (1185) ia diizinkan oleh Yoritomo untuk menjadi bhiksu dan dititipkan pada Tomotsuna. Mungkin, di kemudian hari Micisada memberontak kepada pemerintah sehingga ditangkap. Bagaimanapun juga, dapat diperkirakan bahwa ia mendapat kemarahan yang bukan main besarnya. Diterangkan dalam isi surat bahwa ia menerima hukuman Samantabadra | April 2019

51


berat selama 12 tahun ditahan di penjara yang terbuat dari tanah bahkan kemudian mendapatkan hukuman penggal kepala. Demikian beratnya hukuman yang harus diterima oleh Micisada. Karena ayahnya sudah ditangkap semenjak ia dalam kandungan, anak Micisada tidak mengenal wajah ayahnya sama sekali, namun karena amat rindu pada ayahnya, ketika berusia 12 tahun ia melakukan perjalanan yang amat jauh dari Kyusyu ke Kamakura. Di Kamakura, tepat di muka patung Bodhisattva Haciman, ia berdoa untuk mengetahui di mana ayahnya berada. Dia berdoa, membaca dan menyebut Saddharmapundarika-sutra. Suaranya menggetarkan hati Masako, istri Yoritomo. Maka, anak kecil itu diundang untuk membaca Saddharmapundarikasutra di Ruang Jibutsu. Pada waktu itu, ketika mendengar seorang tawanan akan dijatuhkan hukuman mati, bocah itu menitikkan air matanya. Ketika Yoritomo menanyakan mengapa ia menangis, si bocah kecil lalu menceritakan keadaan dirinya. Dengan demikian akhirnya anak itu dapat menyelamatkan ayahnya sebelum hukuman mati sempat dilakukan. Yoritomo sendiri membaca dan menyebut Saddharmapundarika-sutra. Mungkin karena itu keluarga Taira, musuh orang tua Yoritomo, dapat ditaklukkan. Bahkan Yoritomo dapat menjadi Syogun dari para samurai di seluruh negeri Jepang, tidak lain karena karunia agung mempercayai Saddharmapundarikasutra. Dalam isi surat dikatakan, “Pertama, karena kepala ayahku almarhum (Minamoto Yosyitomo) dipenggal oleh Tajo Nyudo (Taira Kiyomori) ..� Ini berarti Yosyitomo, ayah dari Yoritomo, kalah ketika menyerbu keluarga Genji. Yosyitomo kemudian melarikan diri ke Propinsi Owari untuk meminta perlindungan dari bekas pejabatnya, Nagata. Akan tetapi kemudian hati Nagata berubah, ia membunuh Yosyitomo. Ini semua atas perintah Taira Kiyomori. Dengan 52

Samantabadra | April 2019

demikian seluruh keluarga Taira menjadi musuh keluarga Minamoto. Yoritomo, anak Yosyitomo yang ketiga, ketika itu masih muda. Jiwanya terselamatkan, sebab ia dibuang ke Propinsi Izu. Karena ia ingin menyumbang doa kepada almarhum ayahnya, Yoritomo bertekad membaca seribu bab Saddharmapundarika-sutra. Setelah membaca Saddharmapundarika-sutra sebanyak 800 bab, ia membentuk tentara untuk menyerang keluarga Taira. Demikian seperti yang diuraikan dalam catatan sejarah. Pertikaian antara keluarga Taira dan keluarga Minamoto berakhir dengan kalahnya keluarga Taira yang menjadikan keluarga Minamoto berkuasa. Nichiren Daisyonin mengatakan bahwa alasan mengenai hal ini dapat dilihat dalam Surat Perihal Tanya Jawab Mengenai Pusaka Pemujaan, “Berdasarkan prajna dangkal Nichiren merenungkan alasannya... menjadi raja negara, baik besar maupun kecil, semuanya karena ditentukan oleh Dewa Mahabrahma, Dewa Indra, Dewa Surya, Dewa Candra, dan Caturmaharaja. Dan juga, mereka berjanji akan segera menghukum orang yang menjadi musuh Saddharmapundarika-sutra. Oleh karena itu, ketika raja negara ke-81 Kaisar Antoku berdoa untuk membantu keluarga Tajo Nyudo dalam menggempur Yoritomo Hyoe no Suke, ia menentukan kuil di Gunung Hiei sebagai kuil keluarga. Sekalipun telah mengandalkan raja gunung sebagai dewa kuil keluarga, kaisar Antoku tenggelam di laut Barat. Dan Myo-un dibunuh Yosyinaka sehingga seluruh rumpun keluarga musnah dalam sekejap... Doa Hyoe no Suke sekarang membaca dan menyebut Saddharmapundarika-sutra mendapat bukti nyata�. (Gosyo Zensyu halaman 372) Pertempuran antara keluarga Minamoto dan keluarga Taira merupakan perang antar keluarga terbesar dalam sejarah Jepang yang tercatat hingga saat itu. Negeri Jepang seakan-akan terpecah menjadi dua dalam pertempuran bersenjata itu. Keluarga Taira


yang sedemikian jaya menjadi runtuh karena mempercayai hukum buruk Syingon yang memusnahkan negara, keluarga, dan manusia. Dengan berdasarkan hukum buruk Syingon itu, mereka berdoa untuk menghancurkan keluarga Minamoto. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, mereka sendiri menjadi musnah. Yoritomo dari keluarga Minamoto mendapat karunia karena membaca dan menyebut Saddharmapundarika-sutra. Dalam salah satu Gosyo dikatakan, “Memasuki Masa Akhir Dharma tiada sutra-sutra lainnya, termasuk Saddharmapundarika-sutra... kecuali Nammyohorengekyo”. (Gosyo Zensyu halaman 1546). Dari kalimat ini dapat direnungkan bahwa membaca dan menyebut Saddharmapundarika-sutra pada waktu itu tidak dapat memperoleh karunia, karena ketika itu sudah memasuki Masa Akhir Dharma. Sekalipun demikian, jika pada waktu itu Buddha Pokok Nichiren Daisyonin belum timbul secara nyata, membaca dan menyebut Saddharmapundarika-sutra dengan sungguh-sungguh setulus hati masih dapat memperoleh karunia. Yoritomo dapat merasakan sepenuh hati karunia Saddharmapundarika-sutra. Oleh karena itu, permintaan anak Ohasyi Taro yang sungguh hati menyebut Saddharmapundarika-sutra untuk membebaskan ayahnya dari hukuman mati dikabulkan. Dan bahkan bukan hanya itu, harta kekayaannya yang semula diambil dikembalikan lagi padanya.

3

Sekarang, melihat kesungguhan hati Anda, karena hubungan ayah dan anak, tentu Anda merasa sangat sayang pada almarhum ayah Nanjo. Namun, tentu saja sama sekali tidak terpikir olehnya akan mendapatkan bakti melalui karunia Saddharmapundarika-sutra.

Keterangan: Nichiren Daisyonin telah menerangkan tentang bakti yang paling unggul bagi ayah dengan mengutip cerita Ohasyi Taro. Sekarang, kiriman berbagai sumbangan dari Tokimitsu kepada Nichiren Daisyonin menunjukkan kesungguhan kepercayaannya kepada Hukum Sakti. Nichiren Daisyonin memuji bahwa sumbangan Nanjo Tokimitsu tersebut pasti membantu ayahnya untuk masa akan datang. Kesungguhan hati dalam berbakti ini tidaklah lebih rendah daripada sumbangan anak Ohasyi Taro. Hati kepercayaan kepada Saddharmapundarika-sutra merupakan bakti yang terunggul untuk almarhum orang tua kita semua. Teori-hukum ini tertera di dalam Surat Mengenai Ullambana, “Bagi Maudgalyayana yang agung, kebaikan besar percaya pada Saddharmapundarikasutra bukan hanya membuat dirinya sendiri menjadi Buddha, ayah dan ibunya juga menjadi Buddha, bukan hanya ayah dan ibu dari tujuh generasi sebelumnya dan tujuh generasi berikutnya, bahkan ayah dan ibu selama masa yang tak terhitung akan menjadi Buddha pula. Juga, anak, suami, istri pengikut, dan penganut serta umat manusia yang tak terhingga tidak hanya terlepas dari Tiga Jalan Buruk, bahkan semuanya dapat mencapai tingkat pertama, yakni menjadi Buddha Myokaku”. (Gosyo Zensyu halaman 1430). Di dalam Gosyo dikatakan, “Bila diri sendiri tidak menjadi Buddha, tentu tidak dapat menyelamatkan ayah dan ibu, apalagi orang lain”. (Gosyo Zensyu halaman 1429). Demikianlah diuraikan dalam Gosyo bahwa karunia kebajikan dari kepercayaan kepada Hukum Sakti bukan berarti bahwa hanya diri kita sendiri yang dapat menjadi Buddha. Karunia kebajikan tersebut juga tersebar pada ayah dan ibu, nenek moyang, hingga kepada orang-orang lain. Ini juga merupakan sumbangan dan bakti yang terunggul bagi orang yang telah meninggal. Nichiren Daisyonin amat memahami perasaan hati samurai pada zaman itu. Samantabadra | April 2019

53


Mereka sangat menghormati nenek moyang dan sangat mementingkan keluarganya masing-masing. Beliau berulang kali mengajarkan bahwa doa kepada Hukum Sakti merupakan sumbangan doa yang paling unggul bagi orang yang telah meninggal. Sumbangan doa yang akan menyelamatkan mereka yang telah meninggal dari penderitaan; dan juga merupakan doa untuk masa yang akan datang.

4

Kemudian, perihal penyerbuan Mongolia sekali lagi... Sungguh memalukan!

Keterangan: Surat ini menyimpulkan bahwa menurut kabar yang beredar diantara orang banyak, Nichiren Daisyonin mengatakan akan terjadi penyerbuan dari Mongolia dalam waktu dekat. Tuntutan Nichiren Daisyonin akan adanya serangan dari Mongolia amat tepat dengan kalimat Sutra. Peringatan Nichiren Daisyonin mengenai terjadinya hal tersebut telah disampaikan antara lain di dalam Sastra Perihal Menentramkan Negara Dengan Menegakkan Filsafat Yang Benar, dan sebagainya. Namun, peringatan tersebut sama sekali tidak dihiraukan oleh pejabat pemerintah. Mereka bahkan menyerang Nichiren Daisyonin. Dengan demikian, terjadinya penyerbuan tersebut sama sekali tidak dapat dicegah. Oleh karena itu, Nichiren Daisyonin membimbing para penganut bahwa bila mereka tidak melaksanakan hati-kepercayaan dengan semangat yang berkobar-kobar, mereka tidak akan selamat. Serangan Mongolia ke Jepang tahun Bun-ei ke-11 (1274) gagal, namun mereka tidak putus asa untuk menyerang kembali. Pada bulan 4 tahun Bun-ei ke-12 (1275) datang para utusan kaisar Mongolia yang dipimpin oleh Toseicu. Ia memberi peringatan terakhir agar Jepang takluk kepada Mongolia. Pemerintah Jepang 54

Samantabadra | April 2019

menunjukkan reaksi penolakan yang keras dengan memenggal kepala kelima utusan Mongolia tersebut di Tatsunokuci. Pertahanan di Kyusyu diperkuat untuk menahan serbuan negeri asing tersebut. Para prajurit bergantian menjaga Pantai Kyusyu dan juga dibangun bendungan sebagai perlindungan. Persiapan ini dimulai sejak bulan 3 tahun Kenji ke-2 (1276), sehingga banyak orang merasa penyerbuan dari Mongolia sudah semakin dekat. Masyarakat yang tidak senang kepada Nichiren Daisyonin menuduh bahwa Beliau bergembira dengan adanya kemungkinan penyerbuan tersebut. Hal ini tertulis dalam surat, “Mengenai penyerbuan Mongolia, ada orang yang mengatakan, ‘Niciren-bo bergembira kalau dikatakan Mongolia menyerbu”. Tuduhan ini ditolak oleh Nichiren Daisyonin. Beliau hanya berkeinginan untuk menyelamatkan negeri Jepang. Sejak semula Beliau telah mengirim berbagai peringatan yang diawali dengan pengiriman Sastra Perihal Menentramkan Negara Dengan Menegakkan Filsafat Yang Benar. Namun, semua peringatan ini tidak dihiraukan, bahkan sebaliknya, Beliau malah dianiaya. Bagaimanapun, sesuai dengan yang diramalkan dalam Sutra, “Pasti akan terjadi penyerbuan dari negeri asing”. Dengan demikian, maka pasti Mongolia datang menyerang. Kalimat “Memukul muka Nichiren dengan Saddharmapundarika-sutra rol ke-5”, adalah peristiwa yang terjadi pada tanggal 12 bulan 9 tahun Bun-ei ke-8 (1271), menjelang penganiayaan Tatsunokuci. Ketika Nichiren Daisyonin akan ditangkap oleh Heino Saemon-no-jo, salah seorang prajurit yang bernama Syoubo mengambil Saddharmapundarika-sutra rol ke-5 dari balik jubah Nichiren Daisyonin. Lalu ia menggunakan Saddharmapundarika-sutra rol ke-5 itu untuk memukul wajah Nichiren Daisyonin. Kemudian Nichiren Daisyonin ditangkap dan diarak keliling kota. Beliau diperlakukan seperti seorang pemberontak.


Selanjutnya, pada tengah malam Beliau dikirim ke Tatsunokuci, tempat pelaksanaan hukuman mati. Mengenai makna dipukul dengan Saddharmapundarika-sutra rol ke-5, Nichiren Daisyonin mengatakan, “Di dalam Bab Anjuran Untuk Mempertahankan 80.000 milyar Bodhisattva mengeluarkan suara yang sama dan satu dari mulut yang berlainan. Namun syair 20 baris hanya dibaca oleh Nichiren seorang diri .... Dalam menerima dan penganiayaan ‘pedang dan tongkat’, hanya Kudengar orang yang menerima penganiayaan tongkat dari dua aksara ‘pedang dan tongkat’, namun tak pernah Kudengar sekalipun orang yang menerima penganiayaan aksara pedang’... Dari dua aksara ‘ pedang dan tongkat’, kedua-duanya sudah dihadapi oleh Nichiren. Terlebih lagi, penganiayaan pedang sesuai dengan yang sudah terjadi di Komatsubara daerah Tojo dan Tatsunokuci. Ada pula orang yang tidak menghadapi penganiayaan tersebut, sekalipun hanya satu kali. Nichiren menghadapi penganiayaan dengan pedang ini dua kali. Mengenai pemukulan dengan tongkat, Syoubo memukul mukaKu dengan rol ke-5. Anehnya, catatan mengenai masa akan datang yang gaib mengenai pemukulan dengan tongkat, terdapat dalam kalimat Sutra rol ke-5 tersebut’. (Gosyo Zensyu halaman 1557). Ini berarti, orang yang menyebarluaskan Hukum Sakti pada Masa Akhir Dharma pasti akan berhadapan dengan Tiga Jenis Musuh Kuat dan mendapat penganiayaan dengan pedang dan tongkat. Ramalan ini tercatat dalam Saddharmapundarika-sutra rol ke5. Dengan demikian, pemukulan Nichiren Daisyonin dengan rol ini merupakan bukti yang kuat bahwa Beliau adalah pelaksana Saddharmapundarika-sutra di Masa Akhir Dharma. Bukti nyata mengenai hal ini dikatakan, “Dewa Brahma dan Sakra Devanam Indra menyaksikan hal ini. Mahabodhisattva Haciman di Kamakura juga melihatnya”.

Bodhisattva Haciman adalah dewa pelindung negeri Jepang. Namun, bila negeri tersebut menjadi musuh Saddharmapundarika-sutra, ia tak mampu untuk melindunginya lagi. Seandainya Bodhisattva Haciman sendiri pun ingin menjaga negeri Jepang, melihat dewa pelindung yang lebih kuat (Dewa Brahma dan Dewa Indra) menentang musuh Saddharmapundarika-sutra, maka Haciman tidak jadi menjaganya. Ia takut akan hukuman dari kedua dewa tersebut. Oleh karena negeri Jepang telah menjadi negeri pemfitnah Saddharmapundarika-sutra, maka Haciman tidak lagi menjaga negeri tersebut. Maka, tak ada lagi yang menjaga negeri Jepang dari serbuan Mongolia. Nichiren Daisyonin sendiri sebenarnya dengan sungguh hati berusaha menjaga negeri Jepang dari serbuan Mongolia. Akan tetapi, maksud Beliau tidak tercapai. Akhirnya Beliau memutuskan untuk berdiam diri di Gunung Minobu. Ini tidak berarti Nichiren Daisyonin hanya berdiam diri menyaksikan rakyat negeri Jepang tenggelam dalam penderitaan. Mengenai hal ini jelas dinyatakan dalam kalimat sutra, “Meskipun Aku memprihatinkan keadaan Anda, sukar untuk membantu. Hanya siang dan malam Aku mendoakan kepada Saddharmapundarika-sutra”. Dan, satu-satunya hal yang terpenting untuk dapat selamat atau tidak dari malapetaka yang penuh dengan kesengsaraan akibat serangan Mongolia, adalah tebal tipisnya hati-kepercayaan dari setiap orang. Sebagai kesimpulan dari surat ini, Tokimitsu dianjurkan untuk berdoa dengan penuh kesungguhan hati kepada Saddharmapundarika-sutra. ***

Samantabadra | April 2019

55


56

Samantabadra | April 2019


Samantabadra | April 2019

57


58

Samantabadra | April 2019


Samantabadra | April 2019

59


Forum Diskusi

Pertanyaan: Bagaimana meningkatkan suasana jiwa yang dapat merombak sifat seseorang? Jawab : Meningkatkan suasana jiwa bukanlah berarti merombak jiwa seseorang secara keseluruhan. Meningkatkan suasana jiwa adalah menimbulkan kebaikan-kebaikan dari sifat yang ada pada diri seseorang. Ada juga yang bertanya, “apakah sifat atau kebiasaan buruk dapat dihilangkan? Bagaimana caranya merombak sifat buruk menjadi sifat yang baik, sehingga orang yang dulunya mempunyai sifat buruk dapat mempunyai keistimewaan yang berupa sifat kemanusiaan?� Sifat kemanusiaan dapat dipakai dalam pekerjaan dan kehidupan. Umpamanya ada seseorang yang bersifat emosional dan sering marah-marah, orang tersebut tidak disenangi di lingkungannya karena ia sering marah-marah akhirnya ia dikucilkan dari lingkungannya sehingga menderita. Kemarahan orang ini adalah kemarahan yang didasari dunia kemurkaan. Orang tersebut tidak dapat membuang sifatnya yang emosional dan juga tidak dapat meninggalkan penderitaan akibat kemarahannya yang terus menerus 60

Samantabadra | April 2019

tersebut. Apabila kita juga mengalami keadaan seperti ini, bagaimanakah cara menjalankan dan meningkatkan suasana jiwa ? Melaksanakan peningkatan suasana jiwa bukan berarti merombak sifat manusia sehari-hari. Baik atau buruknya sifat seseorang tidak tergantung dari rupa sifat itu sendiri. Jadi, sifat pemarah itu tidak dapat langsung diartikan sebagai sifat yang buruk; sifat pemarah itu sebenarnya merupakan keistimewaan seseorang. Sifat pemarah dapat dikatakan sebagai sifat yang buruk apabila sifat itu didasari oleh Dunia Kemurkaan. Tetapi sifat pemarah merupakan sifat yang baik apabila didasari oleh pandangan yang tinggi dan suci; pandangan dan tujuan yang mendorong kita untuk menjalankan tugas kemanusiaan. Pandangan, tujuan dan jalan kehidupan yang tinggi suci akan membuka mata kita; mengubah pandangan mata kita yang gelap akibat perasaan hati yang didasari oleh Dunia Kemurkaan hingga menjadi terang. Dasar jiwa yang berada di Dunia Kemurkaan akan mendorong kita untuk marah pada segala hal di sekeliling kita. Marah ini adalah marah untuk menjaga diri sendiri. Apabila kita meningkat ke Dunia Buddha, maka kita tidak akan mementingkan diri sendiri lagi.

ajaran

ajaran

Meningkatkan Mutu Sifat Jiwa


Kita akan tetap memiliki sifat pemarah, tetapi kita hanya menjadi marah pada hal-hal yang mengakibatkan penderitaan pada orang lain. Kita juga menjadi marah pada keburukan-keburukan yang ada di masyarakat, karena kita merasa prihatin bahwa keburukan-keburukan itu akan merusak jiwa kita manusia. Jadi kita mempunyai suatu keistimewaan, kita menjadi marah apabila melihat hal-hal yang menyimpang dari kebenaran. Jadi meningkatkan suasana jiwa bukanlah menghilangkan sifat-sifat seperti marah, serakah, benci dan lain-lain. Meningkatkan sifat jiwa adalah mengubah tujuan yang mendasari sifat-sifat tersebut. Apabila kita dahulu marah, serakah atau benci untuk kepentingan diri sendiri, maka yang dikatakan meningkatkan sifat jiwa adalah menjadikan marah, serakah dan benci untuk membela kepentingan umat manusia. Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa meningkatkan atau merombak sifat jiwa adalah perjuangan merombak keinginan-keinginan yang tadinya untuk menguntungkan diri sendiri, kepada keinginan untuk kebaikan orang lain. Ada orang yang sejak lahir mempunyai bibit-bibit kemarahan dan keserakahan dalam jiwanya. Bibit ini tidak dapat dirubah menjadi bibit yang lain, oleh karena bibitbibit sifat yang ada dalam jiwa orang itu telah tertanam pada masa-masa kehidupannya sejak dahulu. Untuk lebih jelasnya kita ambil perumpamaan sebuah sungai yang kotor. Sungai mempunyai fungsi untuk mengalirkan air dari daerah dataran tinggi ke dataran rendah dan akhirnya ke laut. Apabila air sungai itu kotor, maka sungai akan menyebarkan bibit penyakit. Air sungai yang kotor akan menyebarkan penyakit bagi seluruh mahluk yang hidup dari air sungai tersebut.

Penyakit-penyakit yang akan timbul adalah kolera, disentri dan juga penyakit-penyakit kulit bagi orang-orang yang mandi, mencuci dan minum dari air sungai tersebut. Manusia tidak dapat menghapuskan penderitaan akibat air sungai tersebut dengan jalan mengubah bentuk dan keadaan sungai tersebut. Misalnya menghilangkan sungai tersebut atau juga mengeringkan air sungai itu. Ini disebabkan karena sungai terbentuk dari gerakangerakan alam semesta yang amat panjang. Tetapi manusia dapat mengubah air sungai tersebut menjadi air sungai yang bersih dan sehat; misalnya dengan jalan melakukan reboisasi (penanaman pepohonan) di sepanjang tepian sungai tersebut atau membiakkan ikan-ikan pemakan kotoran dan lain-lain. Pada akhirnya tanpa mengubah keistimewaan alam sungai itu, manusia dapat mengubah fungsi sungai tersebut dari sebuah sungai berair keruh yang dahulu menyebarkan kotoran manjadi sungai berair jernih yang membersihkan kotoran-kotoran. Kini orang-orang yang mandi, mencuci dan minum dari air sungai tersebut tidak akan terkena penyakit. Air sungai tersebut kini justru membersihkan orang-orang tersebut dari bibit penyakit dan penderitaan. Makna pokok dari meningkatkan sifat jiwa adalah menimbulkan pandangan dan tujuan yang tinggi dan suci. Pandangan ini dapat menghidupkan sifat-sifat yang baik. Untuk menimbulkan pandangan yang tinggi dan suci kita harus melakukan suatu hal yang amat penting; kita harus mematahkan pandangan dan tujuan yang buruk atau rendah. Misalnya Anda tidak disenangi karena sifat-sifat Anda. Anda lalu membuang pandangan dan tujuan mementingkan diri sendiri dan menimbulkan pandangan dan tujuan untuk membahagiakan orang lain. Samantabadra | April 2019

61


Pandangan ini akan mendorong Anda untuk menggunakan sifat-sifat Anda yang dahulu menyebabkan Anda tidak disenangi, menjadi sifat-sifat yang dapat membahagiakan lingkungan Anda. Begitulah gambaran nyata dari perombakan sifat jiwa. Kita hanya dapat mengetahui sifat keistimewaan kita dari gerakan-gerakan yang menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri. Hanya dengan meletakkan pandangan dan tujuan yang tinggi dan suci, kita dapat menimbulkan gerakangerakan yang pada akhirnya menjadikan kita dapat melihat sifat-sifat keistimewaan kita. Kita harus mempunyai inisiatif untuk menjalankan tugas berdasarkan pandangan dan tujuan yang tinggi dan suci tersebut. Untuk menjalankan tugas itu kita harus mengetahui keistimewaan kita yang dapat digunakan; kemampuan sebagai pendidik, pemimpin, perawat atau yang lainnya. Pada akhirnya untuk dapat menjalankan tugas dengan kemampuan yang maksimal kita harus mengetahui hingga yang terdalam tentang diri kita. Niciren Daisyonin mengajarkan mengenai hal meninjau diri dengan mengambil perumpamaan kaca atau cermin. Apabila kita berdiri di hadapan sebuah cermin yang keruh, maka kita tidak mungkin melihat keadaan atau rupa kita dengan jelas. Tetapi bila cermin tersebut dibersihkan maka rupa diri kita akan terlihat dengan jelas dan nyata. Untuk dapat melihat diri kita yang sebenarnya kita harus membersihkan cermin jiwa kita. Untuk membersihkan cermin jiwa kita harus menjalankan kepercayaan tunggal pada Gohonzon; menerima dan menjalankan katakata Buddha. Dengan menyebut Nammyohorengekyo di hadapan Gohonzon, kita dapat melihat diri kita yang 62

Samantabadra | April 2019

sebenarnya; kita dapat melaksanakan perombakan sifat jiwa. Pada akhirnya kita dapat menimbulkan tenaga jiwa yang memang sudah ada dalam diri kita itu. Tenaga jiwa yang merupakan keistimewaan kita secara pribadi. Keistimewaan itu dapat kita gunakan semaksimal mungkin untuk tujuan membahagiakan seluruh umat, negara dan seluruh dunia. Inilah yang dikatakan perombakan sifat jiwa yang sebenarnya. ***


inspirasi

Inspirasi dari Jambi I

bu Sri Bintang adalah seorang lansia berusia 82 tahun, anggota NSI daerah Jambi yang masih bisa berkarya membuat kue semprong dan kue gapit. Buatan rumahan tradisional tanpa pemanis dan pengawet. Beliau sudah tekun membuat kue sejak usia muda dan hingga kini sudah berlangsung sekitar 40 tahun. Pada peringatan tahun baru imlek 2019, beliau masih bisa menerima pesanan kue dan memproduksi 600 batang kue semprong per hari. Pada bulan imlek produksinya mencapai 25ribu hingga 30ribu batang. Hal ini adalah karunia yang dirasakan Ibu Sri dari kekuatan hati kepercayaannya kepada GohonzonNammyohorengekyo dan aktif dalam kegiatan susunan NSI seperti air yang mengalir. Tujuannya tak lain adalah untuk mencapai issyo jobutsu dan kosenrufu. Beliau menerima Gohonzon pada tahun 1993. Bila ada yang berminat untuk memesan bisa menghubungi koperasi Prabutaratna NSI di Jl. Minangkabau No. 25 Jakarta atau telepon 0741-22918.

A

da juga Ibu Julai. Wanita berusia 65 tahun ini adalah anggota NSI daerah Jambi pembuat stik (kerupuk) udang tradisional. Pada peringatan imlek tahun ini, Ibu Julai bisa memproduksi hingga 200 kg stik udang. Masa kecil dan remaja Ibu Julai hidup dalam kondisi yang sangat miskin. Ia tidak dapat bersekolah karena ekonomi keluarga yang sulit dan mengalah demi adik-adiknya bersekolah. Membuat stik udang dan kemplang awalnya adalah kegiatan yang mau tak mau ia lakukan untuk menyokong ekonomi keluarga. Namun setelah dilakukan bertahun-tahun, hal ini menjadi kemahirannya dan kualitasnya pun semakin baik. Usaha rumahan ini telah dilakukan selama 10 tahun untuk membantu ekonomi keluarga Ibu Julai. Apabila ada yg berminat bisa menghubungi telepon 081274780468.

Samantabadra | April 2019

63


bagi rasa

Dharma Duta NSI Ibu Hanny Kumala

Menerima dan Mengatasi Karma Penyakit ada di dalam diri kita. Tibatiba saja saya mendapatkan penyakit ini. Saya sudah ke dokter empat kali, dan semua aya menerima pendapat dokter sama bahwa Gohonzon sejak tahun saya kena syaraf kejepit dan 1975. Saya berterima dianjurkan untuk operasi. Saya kasih karena selama ini saya tidak mau operasi. mendapatkan kesempatan Tapi karena kita memiliki memupuk karma baik Gohonzon dan susunan NSI dengan menjalankan tugas dan saya banyak belajar sebagai penanggungjawab gosyo dan filsafat jiwa, karma cabang hingga dharma masa lampau dan hukum duta di susunan NSI. Hal ini sebab akibat sehingga saya merupakan suatu kegembiraan menyadarinya. bagi saya. Jika bicara soal penyakit, Pada pertengahan Juli 2018, sakitnya bukan main, bahkan saya masih menjalankan tugas lebih sakit daripada orang dengan menemani DPP NSI Ibu melahirkan. Tidur sakit, jalan Tristina ke Bandung, karena sakit, duduk pun sakit. Apalagi pada saat itu dharma duta Ibu pinggang saya, sehingga untuk Sri Anggreini berhalangan. gongyo daimoku saya harus Setelah dua hari di Bandung, merangkak naik tangga karena pagi-pagi saya tidak dapat Gohonzon ada di lantai dua. bangun dan berjalan. Dengan kekuatan daimoku Tapi, saya tidak sedikitpun dan kesungguhan hati menyalahkan suasana, apalagi kepercayaan dan keyakinan menyalahkan Gohonzon. kepada Gohonzon, saya dapat Selama ini saya dapat menerima karma penyakit ini. menjalankan tugas, hal ini Terima karma ini bukan hanya merupakan kegembiraaan ucapan di mulut saja tapi betulterbesar. Saya menjalankan betul dari dasar jiwa. tugas sebagai dharma Dengan saya terima karma duta sudah puluhan tahun penyakit ini, saya tobat kepada bersama Ibu Sri, ke Karawang, Gohonzon. Saya yakin dosa Sukabumi, Cianjur, dan berat menjadi dosa ringan. Bandung. Saya yakin bahwa musim Di dalam ajaran ada dingin pasti menjadi musim dijelaskan bahwa setiap orang semi. memiliki karma dan nasibnya Rintangan iblis penyakit masing-masing. Kita tidak tahu dapat mengalahkan hati kapan dan karma apa yang

S

64

Samantabadra | April 2019

kepercayaan kepada Gohonzon, tetapi saya tidak mau kalah oleh penyakit ini. Saya terus daimoku walaupun sakitnya luar biasa. Pada suatu hari seorang anggota NSI Bapak Tommy menghubungi saya, menanyakan kabar saya. Kemudian bapak Tommy menyarankan saya untuk ke shinshe yang ada di WTC Mangga Dua. Kemudian saya coba pergi dan sampai sekarang sudah berobat selama lima bulan dan sekarang sudah bisa jalan. Shinshe ini bukan urut biasa tapi juga dia mengenal tentang syaraf. Saya berterima kasih Gohonzon, jodoh-jodoh baik di sekitar saya, keluarga saya, Bapak Tommy, kepada pimpinan maupun anggota NSI yang telah berkunjung, daimoku bersama dan memberikan perhatiannya kepada saya. Karena dalam susunan NSI saya mendapatkan dukungan dan semangat dari kawankawan seperjuangan, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Walau sudah bisa berjalan, saat ini saya masih dalam masa pemulihan, belum bisa naikturun tangga. Di tahun 2019 ini saya berharap semuanya sehat selalu dan semoga syinjinnya dapat semakin semangat. ***


A

slinya Kyobon berbahasa Jepang (kanji). Umat Jepang membacanya langsung dari bahasa Jepang. Dengan pola penyebaran Dharma Nam-myoho-renge-kyo ke seluruh dunia, semakin besar tuntutan untuk melatinkan Kyobon agar berterima di sebagian besar negara di dunia yang notabene negaranegara berbahasa Latin. Penulisan Kyobon dengan bahasa Latin oleh umat Amerika tentunya dengan upaya menotasikan cara pengucapan dan pelafalan penutur asli Jepang. Ada beberapa notasi yang ditampilkan: 1. 2. 3. 4. 5.

Di bawah setiap aksara Kanji diberi pelafalan Latin guna menggambarkan lafal Jepangnya Tanda titik Tanda hubung untuk menunjukkan kesatuan antara 2 atau lebih aksara Tanda garis lengkung di antara 2 aksara untuk menunjukkan penyingkatan bunyi Tanda garis-atas untuk menunjukkan bunyi panjang pada aksara tertentu

Jika sukar memanjangkan bunyi, bisa juga jika kita memberi tekanan pada suku kata tertentu. Dalam bahasa Inggris, tekanan pada suku kata tertentu sungguh perlu diperhatikan dan dilakukan, karena akan memberi pengertian yang berbeda. Bunyi-bunyi panjang itu contohnya: myo-ho-ren-ge-kyo, ho-ben, jo-butsu. Berikut adalah artikel terjemahan dari Nichiren Shoshu : Basics of Practice, berjudul “How to Do Gongyo”. Tata cara gongyo juga dijelaskan dalam buku paritra (panduan gongyo) NSI. CARA GONGYO Gongyo terdiri atas serangkaian Puja Bakti. Lantunkan kelima Puja Bakti ini semua pada pagi hari. Pada malam hari, lantunkan hanya Puja Bakti ke-2, ke-3 dan ke-5. Untuk

mudahnya, buku sutra dibagi menjadi 4 bagian: A: Kutipan dari Bab Upaya Kausalya/Hoben, h. 1-5 dalam “Paritra Niciren Syosyu.” B: Chogyo atau bagian prosa Bab Panjang Usia sang Tathagata/Juryo, h. 6-27. C: Jigage atau bagian syair Bab Panjang Usia sang Tathagata/Juryo, h. 27-38. D: Puja Bakti Dalam Hati, h. 39-45. URUTAN PEMANJATAN PUJA BAKTI (DOA) Puja Bakti Pertama Menghadap Gohonzon, lantunkan Nam-MyohoRenge-Kyo tiga kali (Sansyo Daimoku*), sambil membungkukkan badan menghormat kepada Tri Ratna agama Buddha Sejati (Buddha Pokok, Niciren Daisyonin; Dharma Sejati, Nam-MyohoRenge-Kyo; dan Sangha, yakni, Nikko Syonin. Menghadap ke timur, lantunkan Nam-MyohoRenge-Kyo tiga kali, bungkukkan badan, dan baca Bagian A. Cuplikan Bagian A dari “Sho-i sho-ho” hingga “nyo ze hon- mak-ku-kyo to” selalu diulangi tiga kali. Bungkukkan badan setelah pembacaan yang ketiga. Bacalah judul Bab Panjang Usia sang Tathagata/ Juryo (dua baris pertama Bagian B), loncati isi Bagian B dan bacalah Bagian C, sambil membungkukkan badan di akhir Bagian C. Lantunkan tiga Daimoku Panjang (HikiDaimoku**, yang diucapkan: Namu-MyohoRenge-Kyo, yakni, lantunkan Namu, tarik napas, Myoho-RengeKyo, Namu, tarik napas, lantunkan Myoho-RengeKyo, Namu, tarik napas, lantunkan Myoho-Renge-yo).

Samantabadra | April 2019

65

wawasan

Panduan Pelaksanaan Gongyo


Bungkukkan badan, lantunkan NamMyoho-Renge-Kyo tiga kali dan sambil membungkukkan badan, panjatkan Puja Bakti Pertama (Bel tidak dibunyikan selama Puja Bakti Pertama.) Puja Bakti Kedua Menghadap Gohonzon, bunyikan bel tujuh kali. Baca Bagian A, bunyikan bel tiga kali. Baca Bagian B, C, lantunkan tiga Daimoku Panjang dan bungkukkan badan.

Puja Bakti Kelima Bunyikan bel, baca Bagian A. Bunyikan bel, baca dua baris pertama Bagian B, loncati isi selebihnya Bagian B dan baca Bagian C. Lalu, pukul bel tujuh kali sambil mulai melantunkan Daimoku (Nam-Myoho-Renge-Kyo). Untuk mengakhiri pengucapan Daimoku, pukul bel seiring dengan saat merapal setiap suku kata Myoho-Renge-Kyo terakhir dan bungkukkan badan.

Bunyikan bel lima kali , lantunkan Nam-MyohoRenge-kyo tiga kali, bungkukkan badan dan panjatkan Puja Bakti Kedua. Inilah saatnya sekali-kalinya satu buku sutra dibaca penuh.

Lantunkan Nam-Myoho-Renge-Kyo tiga kali lagi, dan sambil membungkukkan badan, panjatkan Puja Bakti Kelima. Pukul bel terus-menerus selama bagian pertama Puja Bakti Kelima.

(Saat-saat yang ditunjukkan untuk membungkukkan badan dalam Puja Bakti Pertama sama untuk semua Puja Bakti lainnya. Jumlah bel yang harus dipukul selalu sama dengan yang ditunjukkan di atas, kecuali sebagaimana yang ditunjukkan di dalam Puja Bakti Kelima.

Lalu, setelah membaca bagian terakhir Puja Bakti Kelima, bunyikan bel dan simpulkan Gongyo dengan melantunkan Nam-MyohoRenge-Kyo tiga kali dan membungkukkan badan.

Puja Bakti Ketiga Bunyikan bel, baca Bagian A. Bunyikan bel, baca dua baris pertama Bagian B, loncati isi B dan baca Bagian C. Lantunkan tiga Daimoku Panjang, bunyikan bel, lantunkan Nam-Myoho-Renge-Kyo tiga kali, dan panjatkan Puja Bakti Ketiga. Puja Bakti Keempat Bunyikan bel, baca Bagian A. Bunyikan bel, baca dua baris pertama Bagian B, loncati isi selebihnya B dan baca Bagian C. Lantunkan tiga Daimoku Panjang. Bunyikan bel, lantunkan Nam-Myoho-Renge-Kyo tiga kali, dan panjatkan Puja Bakti Keempat.

66

Samantabadra | April 2019

KETIKA BERGONGYO DENGAN DUA ORANG ATAU LEBIH Ketika Gongyo dilakukan bersama-sama orang lain, satu orang memimpin sementara yang lainnya memadukan suara mereka dengannya. Jika setiap orang mematuhi kecepatan si pemimpin, dan lantunkan dengan volume sedang, ritmenya akan mudah diikuti. Selama pembacaan sutra, pemimpin membaca Judul Hoben-pon dan Juryo-hon, lalu semua mengikutinya berbarengan dalam pembacaan sutra. Sansyo Daimoku selama Puja Bakti Dalam Hati dilantunkan sang pemimpin sendirian. Ketika Hiki-Daimoku diucapkan selama Gongyo, Nam-mu yang pertama dilantunkan sendiri oleh pemimpin, yang diikuti oleh semua orang dengan melantunkan berbarengan. Sansyo Daimoku pertama untuk memulai Gongyo, dan Sansyo Daimoku terakhir untuk mengakhiri Gongyo dilantunkan oleh semua peserta Gongyo. (kyanne virya)


Oleh: Samanta

W

arga dunia dikejutkan dengan berita penembakan 49 orang di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood, di kota Christchurch pada tanggal 15 Maret 2019. Aksi terorisme dilakukan oleh seorang pria kaukasia menggunakan senjata api, menembak secara brutal, dan disiarkan secara langsung dalam akun media sosial pribadinya. Kejadian ini terjadi di negara Selandia Baru yang mendapat predikat kota terdamai ke dua di dunia setelah Islandia berdasarkan data Global Peace Index 2018. Terorisme tidak mengenal agama, bukan pula wujud dari ajaran agama. Dalam definisi di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terorisme berarti penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan (terutama tujuan politik); praktik tindakan teror. Tidak ada unsur agama di dalam definisi tersebut. Jelas bahwa segala aksi yang menimbulkan ketakutan atau tindakan teror sesungguhnya adalah penyimpangan sosial yang harus dikecam dan dilawan bersama.

Terorisme berkembang di sekitar kita Terorisme tidak muncul begitu saja. Fakta menunjukkan bahwa sebelum melakukan aksi brutalnya di kota Christchurch, si teroris menulis sebuah manifesto (pernyataan terbuka tentang tujuan dan pandangan seseorang atau suatu kelompok, biasanya bersifat politis), yang antara lain menyebutkan, “Penyerangan di Selandia Baru akan memusatkan perhatian pada kebenaran serangan terhadap peradaban kami, tidak ada tempat di dunia ini yang aman, para penyerbu berada di semua tanah kami, bahkan di daerah-daerah terpencil di dunia dan tidak ada tempat yang aman dan bebas dari imigrasi.� Rasa benci yang begitu dalam mendorongnya untuk membunuh 49 orang di tempat ibadah, dan menyatakan: “Saya hanya berharap bisa membunuh lebih banyak penjajah, dan lebih banyak pengkhianat juga.� Banyak faktor yang bisa membentuk seseorang untuk

menjadi teroris atau bagian dari kelompok teroris. Di satu sisi ada teori konspirasi yang memandang terorisme sebagai instrumen kekuasaan yang dipelihara. Di sisi lain, terorisme muncul karena represi sosial yang terjadi di sekitar kita. Seseorang bisa nekat membunuh banyak orang dan merasa tindakan tersebut adalah sesuatu yang diyakininya sebagai kebenaran, bukanlah sesuatu yang instan. Pembentukan pola pikir, pergaulan, asupan informasi, pengalaman hidup, tekanan sosial, adalah rangkaian proses yang manusia alami hingga akhirnya membentuk karakter dan mewujudkan sikap, perilaku, dan tindakan. Kita semua memiliki andil dalam membentuk masyarakat dan orang-orang di sekitar kita, karena kita dan lingkungan saling terhubung dan berada dalam ekosistem yang saling mempengaruhi. Buddha Niciren menyadari fenomena ini dalam konsep esyo funi (keterkaitan manusia dan lingkungan). Kita mungkin berpikir kejadian penembakan di Selandia Baru tidak ada Samantabadra | April 2019

67

refleksi

Melawan Terorisme dengan Mewujudkan Koeksistensi


hubungannya dengan kita yang berada di Indonesia karena jarak yang jauh dan kita tidak pernah berinteraksi dengan orang asing. Namun sesungguhnya dari sikap hidup kita sehari-hari; meneruskan informasi di media sosial tanpa memverifikasi kebenarannya terlebih dahulu (ternyata hoax), bersikap diskriminatif terhadap orang yang berbeda suku, agama, dan rasnya dengan kita, praduga bersalah, berburuk sangka, melalui sikap-sikap tersebut sesungguhnya kita berkontribusi dalam menumbuhkan bibit-bibit teroris di sekitar kita, dan dampaknya seperti riak air di kolam ketika kita melemparkan batu ke dalamnya (ripple effect). Walau riaknya kecil, namun akan tetap menjangkau seluruh area kolam.

berbeda pendapat dengan kita saja, dalam sebuah diskusi misalnya, dapat berujung pada ketidaksukaan terhadap orang tersebut, hingga menimbulkan rasa benci. Kita merasa kehadiran orang tersebut mengusik ketentraman kita. Terlintas dalam pikiran kita keadaan akan jauh lebih baik tanpa kehadiran orang-orang yang memiliki pandangan dan identitas sosial yang berbeda dengan kita. Aksi brutalnya adalah wujud dari kebencian dan ketidaksukaan manusia terhadap perbedaan dalam konteks yang lebih parah. Hidup berdampingan dengan orang-orang yang memiliki latar belakang sosial yang serupa dengan kita memang terasa lebih menenangkan karena ada ketidakpastian yang tereduksi. Semakin pasti suatu kondisi, maka kita akan merasa semakin tenang dan Perbedaan bukan untuk damai. Ketika kita sekolah dibenci di luar negeri misalnya, kita Benci atau kebencian cenderung lebih senang adalah hal yang wajar dan berkumpul dengan temanmerupakan bagian dari teman sesama orang mekanisme mempertahankan Indonesia karena terasa lebih diri yang inheren dalam nyaman dengan kesamaan diri manusia. Dalam taraf kebiasaan. Membangun jalinan yang akut, kebencian yang pertemanan baru dengan terpelihara dalam jiwa akan orang dari negara lain akan mendorong keinginan untuk terasa lebih menantang dan meniadakan faktor yang tidak nyaman karena kita menjadi sumber kebencian berhadapan dengan situasi tersebut. Namun kita perlu baru yang tidak pasti. Kita mengidentifikasi rasa benci ini tidak tahu kebiasaannya, agar tidak berlebihan dan tidak keyakinan dan cara berpikirnya menjadi landasan pergerakan dalam mendefinisikan teman perasaan jiwa kita. yang baik, dan sebagainya. Terhadap orang lain yang Namun demikian, dua anak 68

Samantabadra | April 2019

kembar sekali pun memiliki karakter yang berbeda. Seorang manusia memiliki tiga ribu gejolak perasaan jiwa (icinen sanzen) di dalam pikirannya. Keberagaman adalah bagian alamiah dari kehidupan manusia. Meniadakannya berarti meniadakan eksistensi peradaban itu sendiri. Oleh karena itu, hal yang perlu kita upayakan adalah memperbesar zona nyaman interaksi positif di antara kita dan manusia lainnya melalui keterbukaan dan lebih mengenal satu sama lain alihalih mencoba (memaksakan) identitas sosial kita kepada orang lain. Kita harus memahami bahwa perspektif atau sudut pandang dalam melihat satu fenomena tidak pernah tunggal. Apa yang kita anggap sebagai biasa-biasa saja, ternyata dianggap esensial bagi manusia lain. Apa yang kita anggap sebagai prinsip moral, ternyata hanya sebagai hal remeh bagi orang lain. Misalnya, memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan pak, bu, atau kak, adalah nilai etika yang penting dan patut bagi masyarakat Indonesia yang menjunjung adat ketimuran. Namun bagi orang barat, bocah belasan tahun memanggil orang paruh baya dengan sebutan nama saja adalah hal yang lumrah dan tidak dipandang sebagai suatu hal yang tidak pantas. Ketidakmampuan diri untuk memahami konteks


sosial di mana ia berada dan beradaptasi dengan lingkungannya (koeksis), menjadi penyebab konflik sosial dan kebencian, dalam konteks yang lebih luas menjadi kekuatan pendorong bagi seseorang untuk melakukan tindakan ekstrim. Dalam manifesto yang ditulis teroris Selandia Baru sebelum melakukan pembantaian, ia menggambarkan tindakannya sebagai “balas dendam” pada penjajah atas ratusan ribu kematian yang disebabkan oleh penjajah asing di tanah Eropa sepanjang sejarah. Ia menjustifikasi kebenciannya sebagai pembenaran untuk meniadakan orang yang dianggapnya mengancam kehidupannya dan kelompoknya. Ia mengidentifikasi dirinya sebagai “orang kulit putih biasa” dan merasa perlu untuk memastikan masa depan diri dan kelompoknya. Hal yang perlu mendapat perhatian kita bersama adalah bahwa terorisme diawali dari pikiran buruk, termasuk di dalamnya prasangka, stereoptip, dan pola pikir eksklusif yang mebedakan antara “aku” dan “kamu/ mereka”. Walaupun tidak ada unsur “agama” dalam definisi terorisme, namun agama (dan/atau ideologi) adalah instrumen efektif untuk dalam amplifikasi ketakutan dan merupakan identitas asasi yang menyentuh

lapisan emosional terdalam manusia. Pemahaman yang cenderung ekstrim terhadap suatu paham dapat membuat seseorang terdorong untuk “membela” agama/ideologi dan kelompoknya, hingga melakukan pembunuhan. Menempatkan perbedaan secara proporsional Aksi terorisme Selandia Baru terjadi di masjid dan menewaskan umat Islam adalah sebuah fakta. Hal ini adalah tragedi kemanusiaan dan tindakan kriminal yang kita kutuk bersama. Apabila kejadian serupa menimpa orang beragama Buddha, Katolik, Hindu, atau Kristen, kita seharusnya merasakan duka mendalam yang sama karena mereka adalah saudara kita sesama manusia. Motivasi si teroris melakukan aksi terorisme adalah hasil dari pengalaman pribadinya dan hendaknya tidak menjadi sebuah generalisasi atas kelompok orang dengan identitas sosial yang sama dengannya. Para teroris tentu ingin mewariskan kebencian dan dendam yang mereka rasakan kepada orang-orang-orang yang merasakan persamaan identitas dengannya serta menebarkan ketakutan bagi orang yang tidak sepaham dengannya. Kejadian terorisme di Selandia Baru hendaknya mengingatkan kita bahwa di tengah-tengah kita berkembang orang-orang yang

memiliki mimpi dan cita-cita untuk hidup dalam sebuah utopia kebenaran tunggal yang membenci perbedaan. Perbedaan keyakinan hendaknya tidak disikapi secara ekstrim. Perbedaan adalah sesuatu yang alamiah dalam kehidupan manusia yang sudah ada sejak awal mula kehidupan dan akan selalu ada. Sesungguhnya di mana pun kita berada bisa menjadi tempat yang damai sekaligus tempat yang berbahaya. Semua tergantung manusianya. Seperti yang Buddha Niciren jelaskan, tiada tanah suci atau tanah kotor yang ada hanyalah hati yang suci dan hati yang kotor. Di mana pun kita berada, kemungkinan terjadinya bencana alam, gejolak politik, terorisme, tidak pernah nihil. Walau demikian, bukan berarti kita harus merasa selalu khawatir. Kita sadari secara penuh bahwa kemungkinan itu selalu ada, dan yang harus kita lakukan adalah memaksimalkan daya dan potensi kita untuk membangun masyarakat dan menciptakan koeksistensi (hidup berdampingan secara damai dan positif) dengan orang-orang dari latar belakang sosial yang berbeda. *** (Referensi: https://tirto.id/alasan-pelakupenembakan-masjid-christchurchterungkap-di-manifesto-djAJ)

Samantabadra | April 2019

69


kesehatan

Tips Mengatasi Rambut Menipis

Bagi wanita maupun pria, memiliki rambut yang terus menipis tentu sangat menjengkelkan, bahkan mengkhawatirkan. Rambut yang menipis umumnya terjadi secara bertahap. Oleh karena itu, kita masih punya kesempatan untuk mengatasinya. Penipisan rambut terjadi karena banyak faktor, baik itu genetik, gaya hidup, atau kombinasi keduanya. Berikut beberapa cara mengatasi penipisan rambut akibat rambut rontok. 1. Mengonsumsi makanan yang dapat memicu pertumbuhan rambut Cobalah untuk memerhatikan asupan nutrisi yang kamu makan. Makan-makanan yang mengandung protein, zat besi, zinc, dan vitamin B12 bisa merangsang pertumbuhan rambut. Daging tanpa lemak, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan ikan bisa kamu sisipkan dalam menu makan dan camilan sehari-hari. 2. Memijat kulit kepala Cara termudah dan termurah untuk mendapatkan rambut yang lebih tebal dan menghentikan penipisan rambut ialah dengan memijat kulit kepala. Ketika keramas, berikan sedikit pijatan sehingga kepala terasa nyaman. 70

Samantabadra | April 2019

Selain membantu penyerapan sampo menjadi lebih maksimal, memijat kulit kepala secara perlahan juga berfungsi untuk melancarkan aliran darah di kepala. Hal ini dapat membantu mendorong pertumbuhan rambut baru. Dengan memijat kulit kepala, sel-sel kulit mati yang menumpuk di kulit kepala yang mungkin memicu penipisan rambut juga bisa terangkat. 3. Menggunakan minyak esensial Minyak esensial terbuat dari tanaman tertentu yang biasanya digunakan dalam berbagai jenis aromaterapi dan pengobatan alternatif lainnya. Minyak rosemary merupakan salah satu minyak esensial terbaik yang dapat merangsang pertumbuhan rambut. Minyak


ini dipercaya bisa meningkatkan metabolisme sel yang dapat menstimulasi pertumbuhan rambut sehingga menjadi lebih tebal.Walaupun belum banyak bukti bahwa minyak esensial dapat mengatasi rambut tipis, tetapi kita bisa mencobanya di rumah sebagai perawatan tambahan. Pastikan untuk menguji reaksi alergi sebelum mengaplikasikannya di kepala. Teteskan sedikit minyak di lengan atau belakang telinga.Jika dalam waktu 24 jam kulit tidak menunjukkan reaksi alergi yang ditandai dengan kemerahan dan gatal-gatal, maka kamu bisa melanjutkan pemakaiannya di kulit kepala. Perlu diingat, minyak esensial wajib diencerkan dengan minyak lainnya seperti minyak zaitun atau minyak jojoba. 4. Menghindari penataan rambut yang berlebihan Cara mengatasi rambut tipis lainnya ialah dengan menghindari penataan rambut yang berlebih. Kurangi pemakaian pengering rambut, catokan, pewarna rambut, dan serangkaian penataan lainnya yang sangat berkontribusi pada kerusakan dan penipisan rambut. 5. Gunakan sampo yang tepat Sampo untuk rambut tipis biasanya bekerja dengan dua cara. Pertama, menambah volume rambut sehingga terlihat lebih tebal. Cara ini biasanya membantu orang yang memiliki rambut tipis alami. Kedua, sampo ini mengandung vitamin dan asam amino yang akan membuat kulit kepala lebih sehat

sehingga mampu menghasilkan lebih banyak rambut dari waktu ke waktu. 6. Akupunktur Menurut praktisi pengobatan tradisional Tiongkok, kesehatan rambut berkaitan dengan dua hal, yaitu energi ginjal dan darah, di mana keduanya beperan dalam memelihara kesehatan rambut. Maureen Conant, seorang praktisi Acupuncture di Seattle menyatakan bahwa pada beberapa kasus, akupunktur membantu mengurangi penipisan rambut pada wanita dan berangsur-angsur membaik dalam hitungan minggu hingga bulan setelah perawatan. 7. Mengelola stress Stres bisa menjadi pemicu sebagian besar penyakit, termasuk penipisan rambut. Oleh karena itu, kita perlu mengelola stres dengan berbagai cara. Entah dengan jalan-jalan, olahraga, atau meditasi. Usahakan agar tubuh dan pikiran tetap rileks walaupun kita sedang memiliki masalah, agar tubuh tetap terjaga kesehatannya, termasuk kulit kepala. Sumber: https://lifestyle.kompas.com/ read/2018/03/14/141138820/7-cara-mengatasi-rambut-yangterus-menipis

Samantabadra | April 2019

71


wawasan

prestasi Pratiwi terpilih oleh NASA seolah menjadi simbol kemajuan wanita Indonesia, juga cermin kemajuan pengetahuan Indonesia yang mewakili negara berkembang. Tapi semuanya berubah pada 28 Januari 1986. Pesawat ulang-alik AS Challengger yang hendak menuaikan misi STS-51-L, meledak beberapa saat setelah diluncurkan. Challenger meledak tanggal 28 Januari 1986, hanya 73 detik setelah diluncurkan. Tujuh kru tewas dalam insiden ini. Akibat dari insiden ini, NASA membatalkan beberapa penerbangan ke luar angkasa. Termasuk Columbia yang akan mengangkut satelit Palapa B-3 milik Indonesia. Para astronot dalam misi penerbangan itu pun batal berangkat. Kesempatan Pratiwi 6S. Palapa B3 merupakan benar-benar hilang 11 tahun satelit Indonesia. Karena itu kemudian saat pemerintah pemerintah merasa perlu benar-benar menggagalkan memberangkatkan astronot misinya pada 1997 karena sendiri. Bulan Oktober 1985, badai krisis moneter. Pratiwi ia terpilih untuk ambil bagian Pujilestari Sudarmono yang dalam misi Wahana Antariksa lahir di Bandung pada 31 Juli NASA STS-61-H sebagai Spesialis Muatan. Taufik Akbar 1952 itu kini menjabat sebagai profesor mikrobiologi di adalah cadangannya dalam Universitas Indonesia. Sejak misi ini. gagalnya misi antariksanya. Selain Pratiwi, pemerintah beliau masih kerap diundang Indonesia juga berencana ke luar negeri, terutama memberangkatkan Taufik negara-negara tetangga Akbar, seorang insinyur yang mempunyai rencana telekomunikasi Institut mengirimkan astronotnya ke Teknologi Bandung (ITB). Taufik merupakan pendamping luar angkasa. Pratiwi dalam misi itu. Sumber: Dua nama itu merupakan https://www.goodnewsfromindonesia. id/2019/03/01/perempuan-indonesia-astronothasil saringan dari sekitar 200 wanita-pertama-di-asia orang yang diseleksi langsung oleh NASA. Keberanian dan

Mengenang Astronot Pertama di Asia dari Indonesia

S

ekitar tiga dekade lalu, seorang pakar biologi molekuler Universitas Indonesia (UI), Pratiwi Sudharmono, tengah bersiap menjadi wanita Asia pertama yang akan menjelajah luar angkasa dalam misi NASA. Untuk misi yang sangat langka dan penting itu, Dr. Pratiwi sudah menyiapkan riset selama bertahun-tahun terkait ilmu yang digelutinya. Saat itu rencananya Indonesia akan memberangkatkan astronot dalam misi STS-61-H yang menggunakan pesawat ulangalik Columbia. STS-61-H yang direncanakan berangkat tahun 1986 ini akan meluncurkan tiga satelit komersil Skynet 4A, Palapa B3 and Westar 72

Samantabadra | April 2019


Hans Christian Andersen Sosok di Balik Hari Buku Anak Sedunia

S

iapa yang tidak tahu dongeng tentang putri duyung, yang ingin memiliki kaki setelah bertemu pangeran tampan? Atau cerita itik buruk rupa yang ternyata seekor angsa cantik. Kedua cerita dongeng tersebut merupakan karya seorang penulis berkebangsaan Denmark, Hans Christian Andersen yang lahir di Odense pada 2 April 1805. Kelak tanggal lahir Hans dijadikan sebagai hari buku anak sedunia. Awal Kehidupan dan Karya Pertama Andersen terlahir dalam sebuah keluarga miskin. Hal itu membuatnya harus berjuang

keras untuk bertahan dalam struktur kelas masyarakat yang kaku di masa itu. Harapan untuk memperbaiki hidupnya muncul setelah dia bertemu dengan Jonas Collin, salah seorang sutradara di Royal Theatre di Kopenhagen, ketika Andersen muda mencoba peruntungan sebagai aktor. Collin membiayai sekolah Andersen. Meski masa sekolah merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan baginya karena memiliki kepala sekolah yang keras, berkatnya Andersen dapat melanjutkan pendidikan ke Universitas Kopenhagen pada 1828. Setahun setelahnya, Andersen berhasil menerbitkan karya

pertamanya, sebuah kisah romantis berjudul “Berjalan dari Kanal Holmen ke Titik Timur Pulau Amager� pada tahun 1829. Karya pertamanya terbilang sukses hingga membawanya menjadi seorang penulis naskah drama. Sebagai penulis naskah drama, Andersen mengalami tantangan yang berbeda dengan yang pernah ditemui sebelumnya. Dia sempat beberapa kali mengalami kegagalan sebelum meraih sukses pertamanya melalui drama The Mullato pada 1840, yang mengisahkan tentang kekejaman perbudakan.

Samantabadra | April 2019

73


Buku Kumpulan Dongeng Meski pada akhirnya berhasil membuat naskah drama yang diakui, Andersen merasa dunia itu bukanlah untuknya. Andersen pun lebih dikenal sebagai seorang penulis novel. Selain itu, Andersen juga lebih terkenal karena buku kumpulan kisah dongengnya yang dia terbitkan pertama kali pada 1835 yang berjudul “Dongeng, Cerita untuk Anak-anak”. Dua tahun berselang, Andersen mengeluarkan buku kumpulan dongeng keduanya. Dalam kumpulan seri dongeng itulah terdapat sejumlah cerita yang paling banyak dikenal hingga saat ini, yakni “Putri dan Kacang Polong”, “Putri Duyung”, dan juga “Baju Baru Sang Raja”. Namun demikian, kedua buku kumpulan dongengnya itu tak langsung meraih sukses karena justru tidak banyak terjual. Baru beberapa tahun setelahnya, kisah-kisah dongengnya banyak diceritakan hingga akhirnya diterjemahkan ke dalam empat bahasa pada 1845. Selain menulis kisah bersadarkan imajinasinya, Andersen ternyata juga banyak menulis kisah catatan perjalanan. Selama hampir 30 tahun dari 1831 hingga 1873, Andersen telah banyak menghabiskan waktunya dengan melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan negara. Dia telah berkeliling negara-negara 74

Samantabadra | April 2019

di Eropa, Asia kecil, hingga Afrika. Pengalaman saat dalam perjalanan itupun dituangkannya ke dalam sejumlah buku, di antaranya “Bazar Puisi” (1942), “Swedia” (1851) dan “Di Spanyol” (1863). Buku-buku karya Andersen dikenal telah mendobrak aturan dalam penulisan karya sastra pada masanya dengan menggunakan idiom serta kalimat bahasa lisan. Cerita fantasi yang ditulisnya banyak mengisahkan tentang keyakinan dan kemenangan yang akhirnya diraih oleh kebaikan. Tapi tidak semuanya seperti itu, karena Andersen juga menulis sejumlah kisah kelam yang berakhir dengan tidak bahagia. Akhir Kehidupan Pada musim semi tahun 1872, Andersen terjatuh dari tempat tidurnya dan mengalami cedera yang tak pernah sembuh sepenuhnya. Beberapa waktu setelahnya, Andersen didiagnosis menderita gejala kanker hati. Hingga pada 4 Agustus 1875, Andersen dinyatakan meninggal dunia di usia 70 tahun akibat sakit yang dideritanya. Dia meninggal dunia di sebuah rumah di Kopenhagen, dekat dengan tempat tinggal teman baiknya, seorang bankir bernama Moritz Melchoir. Dia dimakamkan di Kopenhagen di makam keluarga Collins sebelum akhirnya dipindahkan pada 1914 ke sebuah makam

bagi anggota keluarga muda Collins. Di batu nisannya dipahat nama H.C.Andersen. Referensi: www.tribunnews.com/ pendidikan/2018/04/02/hans-christianandersen-sosok-dibalik-hari-buku-anaksedunia https://internasional.kompas.com/ read/2018/04/02/17000061/biografi-tokohdunia--hans-christian-andersen-sangpendongeng?page=2


Tata Cara Pencoblosan Pemilu 2019

U

ntuk pertama kalinya Indonesia menggelar pemilihan presiden dan pemilihan anggota legislatif secara serentak. Sebagai pemilih, kita tentu perlu tahu tata cara pencoblosan saat pemilihan nanti. Termasuk juga jumlah surat suara yang harus dicoblos. Namun sebelum mencoblos surat suara tersebut, pastikan terlebih dahulu nama kita sudah masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Untuk masuk DPT, ada tiga syarat wajib yang mesti dipenuhi pemilih yaitu Warga Negara Indonesia (WNI), berusia 17 tahun atau lebih saat memilih, pernah atau pun sudah menikah. Setelah dipastikan terdaftar dalam DPT, selanjutnya periksalah nama dan lokasi tempat pemungutan suara (TPS) untuk mencoblos nanti. Cara termudahnya, bisa bertanya kepada ketua RT atau ketua RW tempat tinggal.

Hal itu penting agar suara yang diberikan sah dan tidak sia-sia. Baru pada pemilihan berlangsung, datanglah ke TPS untuk menyalurkan hak pilih kita. Di lokasi TPS, akan ada panitia yang kemudian mempersilakan kita mengisi daftar hadir. Selanjutnya, kita diminta menyerahkan KTP dan surat C6. Kemudian kita akan diminta menunggu hingga panitia memanggil nama kita. Usai dipanggil, hal yang perlu dilakukan yakni mengambil surat suara, kemudian pergi ke bilik suara untuk melakukan pencoblosan. Karena dilaksanakan berbarengan, ada lima surat suara yang harus dicoblos pada pemilihan Rabu, 17 April 2019 mendatang. Pertama, surat suara warna abu-abu untuk pemilihan presiden. Kedua, surat suara warna kuning untuk anggota DPR. Ketiga, surat suara warna biru untuk pemilihan legislatif

DPRD Provinsi. Keempat, surat suara warna hijau untuk pemilihan legislatif kabupaten atau kota. Terakhir, surat suara berwarna merah untuk pemilihan legislatif DPD. Ketentuan untuk mencoblos kelima surat suara tersebut pun telah diatur dalam UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Pada surat suara pilpres, ketentuannya harus mencoblos satu kali pada nomor, nama, foto pasangan calon, atau tanda gambar partai politik pengusung dalam satu kotak di surat suara. Kemudian, surat suara DPR ketentuannya mencoblos satu kali pada nomor atau tanda gambar partai politik, dan atau nama calon anggota DPR. Sementara surat suara Pileg DPRD Provinsi, ketentuannya mencoblos satu kali pada nomor atau tanda gambar partai politik, dan atau nama calon anggota DPRD Provinsi. Selanjutnya, untuk surat Samantabadra | April 2019

75


suara Pileg Kabupaten atau Kota, mencoblos satu kali pada nomor atau tanda gambar partai politik, dan atau nama calon anggota DPRD Kabupaten/Kota. Terakhir, surat suara Pileg DPD ketentuannya mencoblos satu kali pada nomor, nama, atau foto calon untuk Pemilu anggota DPD. Surat suara caleg DPD disertai dengan foto calon, tidak seperti caleg DPR/DPRD yang hanya daftar nama. Setelah dicoblos, kemudian lipatlah surat suara sesuai petunjuk. Lalu masukkanlah surat suara itu ke kotak yang tersedia. Sebelum meninggalkan TPS, jangan lupa mencelupkan salah satu jari ke tinta. Ini sebagai bukti anda telah memberikan hak suara pada Pemilu 2019. Referensi: https://www.alinea.id/pemilu/pahami-tata-cara-pencoblosan-saat-pemilu-2019-b1WZF9hcN

76

Samantabadra | April 2019


Resep Choipan Bahan Isian Choipan: 1 buah bengkoang ukuran besar,kupas dan parut dengan parutan buah 40 gram daging ayam cincang halus (boleh tidak pakai) 4 siung bawang merah Bahan Minyak Bawang Putih: 4 siung bawang putih 150 ml minyak sayur Ebi udang atau udang rebon 5 atau 6 siung bawang putih Garam Lada Bahan Sambal Cocolan Choipan: 10-15 buah cabe rawit Bahan kulit Choipan: 2 buah cabe merah 15 sdm tepung beras 2 siung bawang putih Gula Cuka/ asam jawa/ jeruk nipis 4 sdm tepung sagu Ebi udang Garam Gula Merah Air Garam 3 sdm minyak sayur Langkah: 1. Membuat minyak bawang putih: Kupas dan cincang halus 5-6 buah bawang putih. Panaskan 150 ml minyak goreng. Lalu tumis bawang putih hingga matang (jangan sampai gosong) lalu sisihkan di mangkuk. 2. Membuat isian Choipan: Haluskan bawang putih, bawang merah, serta ebi, garam, gula. Panaskan minyak goreng lalu tumis hingga harum. Masukan daging ayam cincang masak hingga matang. Terakhir masukan parutan bengkoang. Tumis setengah matang, cicipi hingga rasa pas. Setelah matang lalu sisihkan di mangkuk. 3. Membuat sambal Choipan: Haluskan cabe rawit, cabe merah, bawang putih dan ebi dengan blender. Lalu siapkan satu gelas air di dalam panci. Masukan bumbu yg sudah halus, tambahkan gula merah, garam, dan asam jawa/perasan jeruk nipis/cuka. Masak hingga mendidih. Rasakan sambal Choipan apabila rasanya sudah manis pedas asam pas, lalu tambahkan setengah sdm tepung maizena yg sdh dilarutkan. Masak hingga sambal Choipan sedikit mengental 4. Membuat kulit Choipan: Masukan 15 sdm tepung beras dan 4 sdm sagu di atas wajan. Tambahkan 1 sdt garam dan gula. Tambahkan air sedikit demi sedikit. Lalu masak adonan dengan api kecil hingga adonan menggumpal. Apabila adonan sudah menggumpal tambahkan 3 sdm minyak sayur aduk rata hingga adonan kalis. Lalu angkat adonan taruh diwadah tunggu hingga uap panasnya menghilang. 5. Membuat Choipan: Ambil adonan bikin bulatan lalu taruh diatas talenan. Pipihkan adonan dengan menggunakan botol yg sudah dilapisi plastik dan dibaluri minyak goreng agar tidak lengket. Cetak adonan kulit Choipan dengan menggunakan tutup gelas. Lalu masukan isian Choipan. 6. Lipat adonan Choipan. Lalu tutup adonan dan pipihkan/rekatkan ujung kulit Choipan dengan jari. Lakukan berulang hingga adonan habis. 7. Selanjutnya siapkan kukusan isi dengan air. Panaskan kukusan. Lapisi atas kukusan dengan daun pisang lalu masukan Choipan satu persatu. Kukus kira-kira 15 menit hingga Choipan matang. Setelah matang siram Choipan dengan minyak bawang putih satu persatu di atasnya. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/1858200-choipan-bengkoang-ayam

Samantabadra | April 2019

77


Hai anak-anak NSI! Kamu sudah tahu belum nama planet-planet yang ada di tata surya kita dalam bahasa Inggris? Coba tes pengetahuanmu melalui pencarian kata di bawah ini, ya!

https://id.pinterest.com/pin/401101910546586876/?lp=true

78

Samantabadra | April 2019


3

1

4

5

7

teka-teki silang

2

6

8 2

9

3

4

5

7

10

6

8

11

12 13

9

14

15

10

11

16 12

17 13

18 14

15

16

19

17

20

18

21 19

20

21

22

23

22

23

24 24

Mendatar Mendatar 6. 7. 8. 9. 10. 13. 15. 17. 18.

Salah satu satu warna dasardasar 6. Salah warna 7. Merenungkan (Istilah Jepang) Merenungkan (Istilah Jepang) 8. Sinonim kata 'hewan' Sinonim kata 'hewan' 9. Bagai ... , Merindukan Bulan Bagai ... , Merindukan Bulan 10. 50+50 50+50 13. Ibukota provinsi Jawa Barat 15. Menerima Jepang) Ibukota provinsi(Istilah Jawa Barat 17. Indra (Istilah Pendengaran Menerima Jepang) 18. Timbunan Penderitaan Hidup & Mati Indra(Istilah Pendengaran Jepang) Timbunan Penderitaan Hidup & Mati (Istilah Jepang)

Menurun Menurun 1. Ju (Istilah Indonesia) 1. Ju (Istilah Indonesia) 2. Menutupi JiwaBaik yang Baik (Istilah 2. Menutupi Jiwa yang (Istilah Jepang) Jepang) 3. Karma badan, Karma mulut, Karma ... 3. Karma badan, KarmaInggris) mulut, Karma ... 4. Botol (Istilah 4. Botol Inggris) 5. (Istilah Menimbun Kebahagian Abadi 11. Salah satu dari 5 unsur dalam makhluk 5. Menimbun Kebahagian Abadi berjiwa Buddha 11. Salah satu darimenurut 5 unsur agama dalam makhluk 12. 21 April adalah hari untuk memperingati berjiwatokoh menurut agama Buddha pahlawan emansipasi wanita 12. 21 April adalah hari untuk memperingati tokoh pahlawan emansipasi wanita

Samantabadra | April 2019

79


Berita Duka Cita

Ibu Ibu Asri Suryaningsih Ng

Ibu Surjati Wijaya

Meninggal pada usia 56 tahun 18 Februari 2019 Umat NSI daerah Cengkareng DKI Jakarta

Meninggal pada usia 81 tahun 20 Februari 2019 Umat NSI daerah Bogor Jawa Barat

Bakti donor mata mendiang Ibu Asri Suryaningsih diserahkan oleh pihak keluarga kepada pihak bank mata.

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

80

Samantabadra | April 2019

Jawaban TTS April 2019

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

1

M E N

2

Z

E

E

R

N 4 7

S

B

P

O

O

T

O

T

N

L 10

S

E

8

A

A

U

G

G

U

P

U

U

N

11

S

A

H A

H

T I

K

Y

O

H

O

15

J

I

R

T

J

U

T

B

16

U 17

K J

12 13

J

I

Y

W

E

L

O

H E

R

O

Y S

20

E

K T 14

S

N

M

R 9

I

18

6

J

F

G R

3

I 5

21

T

H

R

E

I

A

N

D

U

N

G

K N

G

A

N

R

T

T

E

I

I

N

N

R 22

T

I

19

P

N

D

A

K

23

A

N

H 24

A

M

A

L I

A


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan April 2019 Tanggal 01 02 03 04 05 06 07

Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

08 09

Senin Selasa

10

Rabu

11 12 13 14 15 16 17

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

18 19 20 21

Kamis Jumat Sabtu Minggu

22 23 24

Senin Selasa Rabu

25 26

Kamis Jumat

27 28

Sabtu Minggu

29 30

Senin Selasa

Jam Kegiatan 13.00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta

Tempat Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

19.00 Pendalaman Gosyo Jabotabekcul 19.00 Ceramah Gosyo 10.00 10.00 10.00 13.00 19.00 12.00 14.00 19.00 19.00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak-Anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Pimpinan Ibu Pertemuan Ibu Umum Pertemuan Wanita Karier Pertemuan Pria Umum

Daerah masing-masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.1 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1

19.00 Pertemuan Cabang

Daerah Masing-Masing

19.00 Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

Pemilihan Umum 19.00 Pertemuan Pria Daerah 14.00 Pertemuan Wanita Daerah 19.00 Pertemuan Anak Cabang

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

10.00 Pertemuan Anak-Anak Daerah 10.00 Pertemuan Generasi Muda Daerah 14.00 Pertemuan Lanjut Usia Umum

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

19.00 Pertemuan Empat Bagian

Daerah Masing-Masing

13.00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta 19.00 Pertemuan DPD & DPW Jabotabekcul Kensyu Gosyo Umum Mei 2019 (Peringatan Hari Kartini) Kensyu Gosyo Umum Mei 2019 (Peringatan Hari Kartini) Peringatan Penyebutan Kumandang Nammyohorengekyo 13.00 Pendalaman Gosyo Pimpinan Jabotabekcul

Wihara Sadaparibhuta NSI Wihara Sadaparibhuta NSI Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

Samantabadra | April 2019

81


Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

82

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | April 2019

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.