Samantabadra 2019-01

Page 1

SAMANTABADRA PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Media informasi, komunikasi, pendidikan, dan pembinaan umat

B

etapapun, batu biasa tidak dapat dijadikan berlian, sebaliknya walau berlian dikatakan sebagai batu biasa, namun tetap adalah berlian. Seperti halnya

ajaran filsafat sesat yang berdasarkan pada ajaran sementara adalah sama seperti batu biasa. Walau ajaran filsafat sementara dianggap sebagai Saddharmapundarikasutra, betapapun itu bukanlah Saddharmapundarika-sutra. Betapapun Saddharmapundarika-sutra difitnah, namun sama seperti berlian yang tidak dapat dijadikan sebagai

SAMANTABADRA | JANUARI 2019| NOMOR. 300

Generasi muda NSI melakukan bakti kebersihan di Mahawihara Saddharma NSI di penghujung tahun 2018.

gosyo kensyu Surat Kelahiran dan Nama yang Sama (Dosyo-Domyo) gosyo cabang Surat Balasan kepada Ota Nyudo

batu biasa, keagungan Saddharmapundarika-sutra sama sekali tidak dapat tercacatkan.

01

# 300

Surat perihal Kelahiran dan Nama yang Sama

Januari

2 0 1 9


Dalam rol ke-7 Saddharmapundarikasutra, Sutra Mahamaitri dan menyeluruh, dikatakan, “Sutra ini merupakan obat manjur untuk penyakit manusia di seluruh dunia. Jika seseorang jatuh sakit dan dapat mendengar sutra ini, penyakitnya langsung hilang dan musnah serta menjadi tidak tua dan tidak mati”.

Surat Balasan kepada Ota Nyudo-dono Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Keterangan halaman muka Melantunkan gongyo pagi pribadi di alam terbuka.

Gerakan generasi muda NSI memberdayakan Mahawihara Saddharma NSI sebagai ecowihara. Desember 2018.


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Memperpanjang Karma Tetap Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 01-02 Desember 2018

Nammyohorengekyo,

T

obat itu artinya menjalankan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh; duduk di depan Goonzon setiap hari, menyebut Nammyohorengekyo. Melaksanakan pertapaan ini dapat menimbulkan kesadaran Buddha, dimana kita akan menyadari bahwa selama ini, pada umumnya, cara hidup kita, terutama perasaan jiwa kita, umumnya berada di 4 dunia yang buruk. Perasaan jiwa yang seperti itulah yang menjadi energi-energi yang menggerakan kita untuk mengundang jodohjodoh yang buruk. Itu berarti kita harus merubah cara hidup kita. Yang terpenting adalah tekad dan pelaksanaan kita hari ini untuk berubah, memupuk rezeki jiwa. Kalau kita bisa melaksanakan dan mempertahankan ini, maka usia kita pun dapat diperpanjang. Sebagai contoh, umat NSI kita banyak yang terkena penyakit

kanker, tapi buktinya sekarang, setelah mereka merombak sifat jiwa, mereka masih hidup sampai hari ini. Itu adalah hasil dari tobat. Bila hidup kita sedang sulit, yang harus kita lakukan adalah menerima kesulitan tersebut, dan merubah cara pandang dan cara pikir kita dengan dasar kesadaran Buddha, agar dapat mengatasi segala apapun. Tentunya, semua orang ingin berusia panjang. Tapi, Niciren Daisyonin juga pernah berkata, bahwa lebih baik jika kita hidup untuk satu hari tapi membuat kebaikan, daripada hidup selama seribu tahun, tapi terus berbuat kejahatan. Jadi, intinya bukan ada pada masalah panjang atau pendeknya umur, tapi sebetulnya ada pada isi kehidupan kita. Kalau isinya bagus, ini akan menjadi sebab baik, yang akan menghasilkan akibat-akibat baik; perasaan, pikiran, dan lingkungannya semua menjadi baik.

Kita jangan pikir bahwa kita selalu harus minta didoakan agar umur kita panjang. Doa yang paling manjur adalah doa yang diucapkan oleh diri kita sendiri. Walaupun begitu, dalam Agama Buddha kita, diajarkan satu prinsip, kenzo kumyo, yang berarti ikatan kuat antara orang-orang yang memiliki hubungan darah. Contohnya, Buddha Niciren sendiri mendoakan ibunya yang sakit, yang akhirnya diperpanjang umurnya selama empat tahun. Sehingga, dengan demikian, ibunya pun mulai berubah dan turut berdoa. Kembali pada gosyo ini, Ama Goze diingatkan untuk terus menjalankan hati kepercayaannya. Lebih lanjut, ada pula penanganan yang tepat, Ama Goze telah menemukan dokter yang cocok. Sekarang yang harus beliau lakukan adalah memperkuat hati kepercayaan untuk membantu kondisi fisiknya dari dalam. Samantabadra | Januari 2019

1


Kesulitan belum tentu menjadi siksaan. Kalau kita tanggapi sebuah rintangan sebagai sebuah siksaan, maka itu akan betul-betul menjadi sebuah kesulitan. Tapi, kalau kita menerima kesulitan sebagai rintangan, maka akan timbul kesadaran bagi kita untuk melatih diri (bonno soku bodai). Jiwa bagi manusia adalah sebuah pusaka yang sukar diperoleh. Ketika kita GongyoDaimoku, itu adalah sebuah kegiatan ibadah, sebuah upacara kejiwaan. Tujuan beribadah menurut Agama Buddha adalah mencapai kesadaran Buddha, maka setiap kali kita melaksanakan pertapaan, kita harus ingat itu. Perasaan spiritual harus kita bangun. Di dalam Butsudan, ada perpaduan hukum dan manusia, nin po ika. Di ruangan ini, disemayamkan Buddha. Dalam Saddharmapundarika-sutra, dijelaskan bahwa kita harus sungguh-sungguh meletakkan perasaan hati kita dengan penuh takjub dan penuh takjib. Maka itu, saya ingin mengucapkan terima kasih bahwa bapak ibu hari ini sudah menertibkan diri sendiri. Ketika kita masuk di ruangan beribadah seperti ruangan ini, perasaan jiwa kita paling tidak ada di empat dunia yang suci. Ada perasaan ingin menjalankan pelaksanaanpelaksanaan yang diajarkan oleh Buddha, kemudian muncul kesadaran Buddha. 2

Samantabadra | Januari 2019

Oleh karena itu, mengenai sikap dan ketertiban, anak GM juga sudah bertekad untuk bangun pagi dan membersihkan vihara untuk menjaga lingkungan. Mereka mulai melatih dirinya, karena ada kesadaran. Selain mendengarkan gosyo, mereka juga sudah menanam sayur-sayuran hidroponik dan organik, dalam upaya untuk mengembalikan kehidupan pesantrenan di vihara ini. Mereka juga akan mengatur diri mereka untuk melayani bapak ibu semua. Ini janji saya kepada Direktur Buddha.

mendapatkan guru yang jahat, tak lama beliau pun ikut menjadi jahat. Ayahnya, seorang raja yang tadinya merupakan pengikut Buddha Sakyamuni, meninggal. Maka, Ajatasatru menjadi raja, dan beliau memusuhi Buddha Sakyamuni. Namun, saat beliau putus asa, beliau mendatangi Buddha. Kemudian, Sakyamuni berkata bahwa hal yang paling penting adalah bahwa Ajatasatru harus bertobat, menghentikan semua kejahatan-kejahatannya. Begitu Ajatasatru bertobat berdasarkan Saddharmapundarika-sutra, seketika perasaannya berubah menjadi begitu jernih. Sejak itu beliau berhenti melakukan kejahatan dan mulai mengumpulkan kebaikan. Akhirnya pun, umurnya diperpanjang selama 40 tahun.

Oleh karena itu, kaitannya dengan gosyo adalah bahwa karma tetap, atau usia, bisa diperpanjang dan diperpendek. Usia rata-rata menurut agama Buddha pada zaman sekarang adalah 60 tahun. Pada zaman ini, peluang hidup semakin panjang; ada BPJS, ada temuanOleh karena itu, umur yang temuan kedokteran yang men- pendek disebabkan oleh peremukan pengobatan tepat buatan buruk yang dilakukan untuk berbagai penyakit. terus-menerus, yang terus diKemudian, bapak-ibu, saya ulang. Kalau dari sekarang mau kira bahwa tujuannya merubah berubah, berarti harus berubah sebab-sebab yang kita perbuat seterusnya. Itu yang saya kira dari sekarang adalah untuk harus menjadi pokok pikiran memperpanjang usia. Kalau dari kita. Kita harus melakukan perbuatan kita selalu perbua- usaha untuk memperbaiki diri tan jelek, usia kita yang tadinya kita, apalagi sekarang dimana panjang menjadi pendek. Tapi, kita melatih diri dalam dua hari kalau kita bisa merubah diri bersama di rumah ibadah. Mukita, maka usia kita yang mesti- dah-mudahan gosyo ini dapat nya pendek bisa diperpanjang. membantu kita memahami arti Ajatasatru, misalnya, mengi- dari kehidupan dan kematian. kuti Devadatta. Karena beliau ***


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Memperpanjang Karma Tetap Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 01-02 Desember 2018

Nammyohorengekyo,

B

ulan lalu, kita sudah belajar mengenai perihal kematian; tentang bagaimana kita harus meninggal dengan berdasarkan Dunia Buddha, karena jiwa kita kekal abadi. Mati adalah persiapan kita untuk masa akan datang. Kita juga sudah belajar tentang tanda-tanda alamat, dimana kita menyadari bahwa kalau kita ingin meninggal untuk mencapai kesadaran Buddha, kita harus melihat dalam kehidupan kita sendiri, bahwa apa yang terjadi adalah bayangan kita, yang harus kita ubah menjadi yang terbaik. Kensyu kali ini, kita belajar tentang memperpanjang karma tetap. Kita sudah diajarkan untuk mempersiapkan kematian, karena semua orang pasti akan mengalaminya. Karma tetap itu adalah usia, berarti usia kita dapat diperpanjang. Gosyo ini ditulis pada tahun 1279 di Minobu, dan diberikan

kepada Istri Toki Jonin, yaitu Ama Goze. Bulan lalu, kita belajar Gosyo Cabang yang diberikan kepada Ama Goze. Pada Gosyo itu pun dikatakan, bahwa Toki Jonin menemui Niciren Daisyonin membawa tulang abu ibunya yang sudah meninggal. Pada saat itu juga, Toki Jonin memberitahukan Niciren Daisyonin bahwa istrinya, Ama Goze, sedang sakit. Surat tersebut ditulis pada tahun 1276, sementara surat ini ditulis tiga tahun kemudian; ini berarti penyakit Ama Goze berlarut-larut sedemikian lama. Maka itu, Niciren Daisyonin menulis Gosyo ini untuk memberikan semangat dan dukungan pada Ama Goze, agar beliau tidak takut, karena kekuatan Hukum Buddha dapat memperpanjang karma tetap. Dengan kepercayaan terhadap Hukum Saddharmapundarikasutra, usia dapat diperpanjang.

Salah satu sifat dari Ama Goze menunjukkan ketulusan dan kesungguhan dalam mengikuti suaminya dalam mengikuti syinjin. Ketika suaminya menjadi Bhikkhu, istrinya pun sama-sama menggunduli rambutnya menjadi Bhikkhuni. Selain itu, Ama Goze memiliki watak yang tenang dan budi pekerti yang halus. Saya rasa ini adalah sifat-sifat idaman pria yang memiliki istri sedemikian rupa. Kalau kita ingat gosyo bulan lalu, Ama Goze mengizinkan Toki Jonin menemui Niciren Daisyonin, walaupun dirinya sedang sakit. Ini menunjukkan dukungan seorang istri yang begitu besar kepada suami yang menjalankan hati kepercayaan. Tentunya, sebaliknya , suami pun harus mendukung istri dalam menjalankan tugas kosenrufu ini. Kita harus meniru sikap ini. Niciren Daisyonin tahu tentang penyakit yang dialami

Samantabadra | Januari 2019

3


Ama Goze, maka beliau ingin mendorongnya untuk tetap semangat. Disini dikatakan, bahwa sebetulnya, berdasarkan Saddharmapundarika-sutra, karma tetap dapat diperpanjang (disebut sebagai Ka En Jo Gosyo dan Jo Go En Myo Syo). Dijelaskan pada isi Gosyo bahwa ada dua macam karma: karma tetap dan karma tidak tetap. Kedua ini berbeda berdasarkan tiga penggolongan. Golongan pertama adalah berdasarkan isi imbalan akibat. Ini berarti karma yang imbalannya sudah ditetapkan, adalah karma tetap. Tapi, karma yang imbalannya belum ditetapkan, menjadi karma yang tidak tetap. Kedua, adalah penggolongan yang berdasarkan waktu. Karma yang waktunya sudah ditetapkan akan memperoleh imbalan menjadi karma tetap. Sebaliknya, kalau waktunya untuk mendapatkan imbalan tidak ditetapkan, itu menjadi karma yang tidak tetap. Yang ketiga adalah penggolongan berdasarkan isi imbalan dan waktunya sudah ditetapkan. Karma tetap adalah karma yang memiliki imbalan dan waktunya sudah sampai, dan sebaliknya adalah karma yang tidak tetap.

tan atau kebersihan hati. Jadi, kalau kita membuat karma tetap, itu tergantung dari baik atau buruknya perbuatan kita, yang didasarkan dengan icinen (kekuatan kesungguhan hati). Kebaikan atau keburukan kita itu tergantung dari icinen kita. Terbuatnya karma juga tergantung dari tempat terbuat sebab tersebut, yang nantinya akan timbul dalam tempat karma kebajikan. Ini mengacu pada karma yang diulangi. Bila karma buruk yang kita perbuat terus kita ulangi, walaupun kita sadar bahwa perbuatan itu salah, karma tetap yang akan dibentuk adalah akibat yang buruk. Sebaliknya, bila kita terus mengulangi perbuatan baik, maka akibatnya akan menjadi karma yang baik.

Nammyohorengekyo itu, tidak pilih-pilih; tidak membedakan. Ajaran ini berlaku pada semua yang percaya dengan sungguhsungguh. Juga ditekankan, bahwa Saddharmapundarikasutra menjanjikan pencapaian kesadaran Buddha bagi wanita, maka penyakit bagi kaum wanita seperti Ama Goze pun dapat disembuhkan oleh obat ini. Niciren Daisyonin sendiri juga telah membuktikan ini, karena beliau bukan hanya mendoakan kesembuhan dari ibunya, tapi juga memperpanjang usianya selama empat tahun.

Sebelum Saddharmapundarika-sutra, dikatakan bahwa wanita sudah tidak memiliki harapan untuk mencapai kesadaran Buddha. Justru, Niciren Daisyonin mau menekankan Semua karma tetap dan kar- bahwa Ama Goze tidak perlu ma tidak tetap tergantung diri khawatir, karena Saddharmakita. pundarika-sutra menjanjikan Di sini Niciren Daisyonin kebahagiaan. mengingatkan kepada kita Hal ini terbukti dengan kebahwa memperpanjang karma hidupan Ajatasatru. Pada waktetap hanya bisa dilakukan me- tu itu, beliau sudah mengetahui lalui hati yang percaya kepada bahwa sisa hidupnya tinggal 21 Nammyohorengekyo. Maka hari. Walaupun beliau sudah itu, Niciren Daisyonin men- berobat kemana-mana, ketika gambil bukti dari kalimat Sad- beliau mendengar sutra ini, Ajadharmapundarika-sutra, dari tasatru menjalankan pertapaan Baisyajaraja, dimana dikatakan, dan akhirnya umurnya bisa per“Saddharmapundarika-sutra panjang. Disini juga dikatakan, bah- adalah obat manjur untuk meKemudian, Chen Chen, yang wa karma tetap bisa terjaga. nyembuhkan penyakit seluruh hidup di zaman sebelum SadDiambil dari Abidharmakosa umat manusia di dunia.� dharmapundarika-sutra, 1.500 Sastra, dikatakan bahwa karma Jadi, Saddharmapundari- tahun setelah Buddha Sakyaitu terbuat dari bobot kesesa- ka-sutra, yang intinya adalah muni moksya, mendengarkan 4

Samantabadra | Januari 2019


itu adalah Dunia Buddha. Jadi, yang paling utama adalah diri kita sendiri. Kalau jiwa kita lemah, kita tidak akan bisa menJadi, artinya kekuatan Sad- emukan dokter yang cocok. Saya sendiri telah mengaldharmapundarika-sutra tidak terjangkau oleh pikiran ma- ami hal ini. Waktu saya mendnusia. Yang tidak mungkin erita penyakit tiroid, awalnya menjadi mungkin. Ini satu ke- tidak ketahuan karena gejalanhebatan. Pada umumnya, kita ya mirip dengan gejala penyasudah memvonis, misalnya, kit typhus. Saya pergi ke banbahwa orang yang mengalami yak rumah sakit, ganti dokter, penyakit kanker pasti tidak tetap tidak ada yang tahu bahmempunyai harapan. Itu menu- wa itu tiroid; ini dikarenakan rut ilmu kedokteran. Tapi, den- perasaan jiwa saya yang tidak gan kesungguhan hati, disini benar, sebab saya tidak bisa dikatakan, bahwa hanya den- terima kenyataan bahwa saya gan bertobat; duduk di depan sakit. Saya sudah putus asa. Gohonzon, Daimoku, melak- Tapi, begitu saya mendapatkan sanakan sesuai ajaran Buddha, bimbingan dari kawan-kawan orang itu bisa sembuh dan hid- dan keluarga, saya akhirnya bisa menyadari dan bisa menerup lebih lama. Kematian umumnya dise- ima apa adanya. Tidak lama kebabkan oleh penyakit, yang mudian, saya pun bisa sembuh. terdiri dari dua macam; penya- Ini berarti bahwa penyakit yang kit ringan dan penyakit berat. kita timbul dapat disembuhJika mengalami penyakit yang kan bila kita menjaga perasaan berat, tapi ketemu dokter yang jiwa kita. Semua orang pasti tepat, umur kita bisa diperpan- akan mati, tapi tetap saja; bila jang. Namun, jika mengalami perasaan jiwa kita selalu tidak penyakit yang ringan, tapi dok- enak, selalu dalam kesesatan ternya tidak tepat - apalagi ka- dan keempat dunia buruk, pasti lau perasaan jiwanya sedang memanggil jodoh-jodoh buruk, lemah, orang itu bisa mening- dalam bentuk penyakit. pembabaran Tien Tai (dari sekte Saddharmapundarika-sutra), dan bisa memperpanjang umurnya selama 15 tahun.

gal. Semua manusia bisa sakit. Maka dari itu, Niciren Daisyonin menganjurkan Ama Goze, selain untuk menjalankan kepercayaan dan tobat, untuk berobat pula. Dasarnya dalam diri kita, ada kekuatan yang dapat menyembuhkan penyakit; dan

Di ruangan ini pun, banyak yang umurnya sudah dan bisa diperpanjang. Tapi, yang paling penting adalah apa yang dilakukan setelah usia kita diperpanjang. Kita harus sadar dan merasa berterima kasih, dengan sungguh-sungguh menjalankan kata-kata Buddha.

Sulitnya adalah untuk sungguh-sungguh percaya. Kalau kita, ketika mengalami penyakit, sudah ragu-ragu; otomatis jiwa kita menjadi lemah, sehingga tidak mungkin kita memiliki semangat hidup. Bila itu terjadi, ada kemungkinan besar bahwa kita akan meninggal. Dengan kekuatan hati kepercayaan, kita dapat membuat karma yang baik. Dengan begiitu, besok kita pasti masih bisa bangun lagi. Niciren Daisyonin mengingatkan, bahwa kalau kita masih hidup, berarti masih ada tugas yang harus kita laksanakan. Untuk itu, kita harus menjalankan tugas itu. Niciren Daisyonin juga mengingatkan bahwa penyakit Ama Goze akan sulit disembuhkan bila masih menyayangi harta benda. Penyakit ini bukan hanya penyakit fisik, tapi juga penyakit tiga keharmonisan, penyakit dirongrong suami, penyakit dirongrong istri, segala apapun. Kalau kita masih menyayangi harta benda. Jiwa bagi manusia adalah sebuah pusaka yang sukar diperoleh. Jiwa tidak bisa dijual, tidak bisa ditukar-tambah. Perpanjangan hidup sehari saja lebih berharga dari puluhan ribu kilo emas. Materi dan harta benda hanya bernilai kalau kita hidup. Kalau kita sudah mati, hal-hal itu tidak memiliki arti lagi. Kita harus memenuhi hidup kita dengan nilai-nilai yang pentSamantabadra | Januari 2019

5


ing, penuh dengan karma baik; membahagiakan keluarga kita, memikirkan orang lain, mengikut Kensyu dan belajar kata-kata Buddha. Dengan melakukan hal-hal ini, maka perasaan jiwa

kita otomatis akan enak dan gembira karena kita telah memunculkan jiwa Buddha kita. Kalau begitu, penyakit pun tidak akan datang, sehingga umur kita akan terus tambah.

Maka itu, selagi kita hidup, kita harus berterima kasih dan menjalankan tugas penyebarluasan dharma, memupuk rezeki jiwa agar karma tetap kita bisa diperpanjang. ***

Umat NSI Sukabumi Memperingati Satu Abad Usianya

O

ma Jileng, umat NSI Sukabumi, Jawa Barat mungkin salah satu umat NSI tertua saat ini. Beliau memperingati hari ulang tahunnya yang ke seratus tahun pada bulan Desember 2018. Di usianya yang ke satu abad, Oma Jileng masih dalam kondisi fisik yang relatif sehat dan senantiasa konsisten menjalankan gongyo dan daimoku setiap hari. Oma Jileng berpesan agar kita yang sudah mengenal dan percaya hukum Nammyohorengekyo agar terus meningkatkan hati kepercayaan kita dan tidak pernah mundur. ***

6

Samantabadra | Januari 2019


Samantabadra | Januari 2019

7


8

Samantabadra | Januari 2019


liputan

Ketua Umum NSI sebagai Tim Perumus Deklarasi Pecenongan

M

ufakat Budaya Indonesia (MBI) menggelar temu akbar ke III di Hotel RedTop, Jalan Pecenongan Jakarta Pusat pada Jumat-Minggu, 2325 November 2018. Dalam pertemuan itu mendeklarasikan hasil sidang yang dirangkum dalam satu rumusan. Temu akbar MBI III 2018 ini dihadiri tokoh dari beberapa daerah dengan latar belakang beragam seperti akademisi, budayawan, sastrawan, dan tokoh agama. Dalam acara ini peserta beradu gagasan dengan konsep musyawarah dalam lima komisi, yakni kebudayaan, kebangsaan, ideologi, konstitusi, dan kenegaraan. Hasil dari komisi-komisi tersebut lalu di rumuskan oleh delapan tokoh menjadi rekomendasi yang dinamakan Deklarasi Pecenongan, mengambil daerah di Jakarta yang menjadi lokasi pertemuan. Deklarasi Pecenongan ditandatangani tim perumus, yaitu Abdullah Sumrahadi, M. Amin Abdullah, Maria Hartiningsih, Marko Mahin, M. Jadul Maula, Refly Harun, Saifur Rohman, dan Suhadi Sendjaja. Lima bidang yang dibahas itu diyakini saling terhubung. Ini karena MBI meyakini tidak ada kebangsaan tanpa kebudayaan, tidak ada ideologi tanpa bangsa, serta tidak ada

konstitusi tanpa kebudayaan, kebangsaan, dan ideologi. Sementara itu, sistem dan tata kelola kenegaraan menjadi implementasi dari empat bidang yang disebut sebelumnya. Dari seluruh komisi tersebut kemudian dirangkum menjadi satu bundel rumusan. Poin dalam rumusan tersebut, yaitu kebudayaan Indonesia merupakan manifestasi dari nilai luhur tiap suku bangsa yang perlu diwariskan, dilestarikan, dan diciptakan kembali. Selain itu, kebudayaan Indonesia yang berbasis pada kebudayaan Bahari mengikat ratusan suku bangsa dan sistem ekologisnya berproses, berinteraksi, dan bereproduksi dalam hubungan dengan pembentukan identitas kebangsaan.�Karena itu diperlukan pranata baru yang melahirkan kembali identitas budaya Indonesia. Kebudayaan Indonesia harus menjadi kebudayaan yang tidak pernah berhenti belajar,�. Terkait kebudayaan, MBI III merekomendasikan perlunya pranata baru yang melahirkan kembali identitas budaya Indonesia yang berbasis pada kebudayaan bahari. Kebudayaan Indonesia juga harus menjadi kebudayaan yang terus belajar. Dari aspek kebangsaan, disepakati bahwa yang menjadi

identitas bangsa Indonesia ialah menghargai keberagaman, bergotong royong, dan inklusif. MBI III juga menilai perlu ada upaya bersama untuk merumuskan kembali nilai-nilai utama kebangsaan yang bersifat nondiskriminatif, punya sensitivitas jender, berorientasi kemajuan, serta adil bagi semua generasi. Konsep kebangsaan Indonesia harus bisa melihat secara jujur seluruh perjalanan sejarah, termasuk kisah traumatiknya. Dari aspek ideologi, Pancasila diyakini sebagai sari pati dari nilai luhur bangsa Indonesia yang sudah “selesai� sebagai ideologi formal. Namun, diperlukan pemalmaan Pancasila yang tidak bersifat indoktrinasi sehingga bisa membuat Pancasila menjadi ideologi lintas generasi bagi bangsa Indonesia. Masalah ideologi Pancasila, perlu dilakukan internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui berbagai cara yang tidak indoktrinatif, antara lain, melalui proses pendidikan kewarganegaraan yang mempersatukan. Sementara itu, terkait konstitusi, MBI III merekomendasikan perubahan UUD 1945 dengan berdasarkan pada nilai demokrasi, pluralisme, kearifan lokal, serta mewadahi kemajuan ilmu dan teknologi. Samantabadra | Januari 2019

9


Namun, Pancasila tetap harus menjadi dasar hidup bernegara dan berbangsa. Konstitusi masih diperlukan perubahan yang lebih fundamental. Konstitusi “baru� tersebut haruslah didasarkan nilai-nilai demokrasi, pluralisme, kearifan lokal, serta mewadahi kemajuan ilmu dan teknologi, dengan tetap mempertahankan Pancasila sebagai dasar hidup berbangsa dan bernegara. Terakhir, masalah kenegaraan, Temu Akbar MBI III bermufakat bahwa harus ada gerakan untuk mengembalikan sistem politik dan hukum ke dalam relnya, kepada spirit dan nilai-nilai yang ada dalam suasana batin para pendiri bangsa. MBI III juga mendorong sistem politik dan hukum dikembalikan pada jalur yang benar, sesuai dengan nilai yang ada dalam suasana kebatinan para pendiri bangsa. Dalam konteks itu, Pancasila harus dijadikan sebagai sumber tertinggi dan ukuran moralitas berbangsa. “Pancasila jadi pengintegrasi pemikiranpemikiran dan menyatukan satu dengan yang lain. Sebagai fungsi ideologis, semua tetap harus bersumber dari nilai Pancasila. Dalam musyawarah tersebut, MPU Suhadi Sendjaja memaparkan sebagai seorang Buddhis dan dari unsur tokoh agama, bahwa Sejatinya bangsa Indonesia adalah orangorang yang memiliki kesadaran secara paripurna untuk membahagiakan orang lain. Kita sebagai makhluk sosial ada 10

Samantabadra | Januari 2019

pemikiran bahwa dalam diriku ada dirimu, dalam dirimu ada diriku (Simbiosis Mutualisme) dan hakikat sejati dari bangsa Indonesia yang bahari. Bersimbiose yang mutualisme di alam semesta menjadi suatu ciri khas karena perbedaan manusia, tempat kedudukan, pribadi-pribadi menjadi kekuatan bersama ketika kita sepakat untuk tingkatan kesejahteraan bagi seluruhnya. Selain itu, sangat perlunya mengahayati dan mengamalkan ajaran agama yang baik dan benar terhadap agama yang diyakini oleh masih-masing tiap individu masyarakat Indonesia. Sehingga, sejatinya, landasan ini tidak boleh berubah. Landasannya harus kesadaran, tujuannya adalah menjadi manusia-manusia yang memiliki kesadaran secara paripurna untuk membahagiakan orang lain. Itulah bangsa Indonesia, bangsa bahari. Melandasi segala tindak tanduk kehidupannya dengan menyadari bahwa diri kita dengan lingkungan adalah satu kesatuan yang saling memengaruhi. Di dalam kebahagiaan bangsa ada kebahagiaan diri kita. Semua manusia itu bersaudara. Indonesia menjadi satu bangsa yang dilandasi oleh kebudayaan dari 17 ribu pulau. Di laut kehidupan jutaan, ikan kecil menjadi makanan ikan besar, plankton ada rumput laut, dan biota lain. Semua bersimbiose mutualisme. Begitu juga bangsa indonesia dengan ribuan suku bangsa dan ratusan bahasa. Masing-masing menjadi landasan komunitas dan perbe-

daan menjadi kekuatan untuk membentuk sebuah kebangsaan yang unggul. Nantinya hasil dari deklarasi ini diajukan kepada Presiden Joko Widodo. Serta akan dibentuk komisi strategis untuk merancang taktik dan strategi agar rekomendasi ini bisa didiseminasikan dan diinternalisasikan dengan baik ke semua kalangan, lalu bisa diimplementasikan. Selain perlu disebarkan, rekomendasi yang menjadi semacam titik pijak bersama dan berisi nilai-nilai bangsa Indonesia itu juga perlu “dioperasionalisasikan� dengan menjalin komunikasi dengan penyelenggara negara, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, komunitas kebudayaan, agamawan/tokoh agama dan juga komunitas akademik. *** Referensi : https://www.mufakatbudayaindonesia. org/temu-akbar-mufakat-budaya-indonesia-iii-2018-deklarasi-pecenongan/ http://korongno.blogspot.com/2018/11/ temu-akbar-mbi-hasilkan-rumusan.html https://www.pressreader.com/indonesia/ kompas/20181126/281509342238770


Ketua Umum NSI dalam Rakornas Bawaslu Persiapan Pemilu 2019

P

ada tanggal 10 Desember 2018, bertempat di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI menggelar rapat koordinasi nasional untuk memperkuat pengawasan pemilu di tingkat pusat sampai tingkat kabupaten/ kota untuk menyongsong penyelenggaraan pemilu yang luber dan jurdil sesuai tagline Bawaslu dalam rangka mewujudkan pemilu yang berintegritas. Ketua Bawaslu, Abhan mengatakan Bawaslu telah melantik 1.114 orang anggota Bawaslu untuk

meningkatkan pengawasan di tingkat kabupaten/ kota. Begitu juga dengan tingkat pedesaan, pihaknya telah menyiapkan puluhan ribu pengawas di tingkat kelurahan. Dengan begitu diharapkan pemilu berjalan dengan prinsip langsung, umum, bebas, rahasia (luber) serta jujur dan adil (jurdil). Selain itu Bawaslu juga telah membuat indeks kerawanan pemilu dengan mengelompokkan 4 dimensi. Indeks tersebut merupakan salah satu upaya untuk mencegah adanya potensi pelanggaran pemilu. juga disampaikan bahwa

dalam melakukan upaya untuk potensi pelanggaran pemilu Bawaslu melaunching indeks kerawanan pemilu, indeks kerawanan pemilu ini sudah dilaunching pada bulan September tahun 2017, kemarin. Indeks kerawanan pemilu ini disusun dengan peta kerawanan, dinilai dari 4 dimensi yaitu, konteks sosial politik, dimensi penyelenggaraan pemilu, dimensi kontestasi, dan dimensi partisipasi dari peta itu lah Bawaslu merancang mendesain strategi. Rakornas ini dihadiri dan dibuka langsung oleh Samantabadra | Januari 2019

11


Wakil Presiden Republik Indonesia, M. Jusuf Kalla, dengan dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, Anggota Bawaslu RI, Sekjen Bawaslu, Ketua dan Anggota Bawaslu Provinsi se-indonesia, Ketua Bawaslu kabupaten/ kota seluruh Indonesia, perwakilan Partai Politik peserta Pemilu 2019, perwakilan Tim pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor urut 01 dan 02, hadir perwakilan dari Kemenkopolhukam, Kemendagri, Komisi II DPR RI, Polri, Jaksa Agung, dan KPU RI dan para tokoh lintas Agama: PerwakilanAgama Islam, Perwakilan Agama Katolik, Perwakilan Agama Kristen, Perwakilan Agama Buddha yang diwakilkan oleh Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) yang dihadiri langsung oleh Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja, Lembaga umat Hindu yang diwakilkan oleh Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI), unsur agama Konghucu yang diwakilkan oleh Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN) juga mengikutsertakan Ketua Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI). Selain itu, salah satu acara 12

Samantabadra | Januari 2019

pada kegiatan tersebut adalah pembacaan Doa Lintas Agama. Pembacaan Doa dari unsur Agama di pimpin lansung oleh Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja untuk memimpin doa menurut agama Buddha Niciren Syosyu dalam acara tersebut. Sebelumnya, pada tanggal 6 Desember 2018 bertempat di Kantor Pusat NSI di jalan Minangkabau No.23A-25 telah dilakukan syuting pembuatan videon tapping mengenai Ajakan dan Harapan Tokoh Lintas Agama Untuk Pemilu Indonesia 2019. MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan bahwa harapannya partisipasi aktif masyarakat agar pelaksanaan pemilu dapat tewujud luber dan jurdil. Pemilu yang demokratis sejatinya harus selalu melibatkan rakyat, karena pelaksanaan demokrasi tertinggi di tangan rakyat. Pelaksanaan pemilu yang baik melahirkan harapan yang lebih baik akan masa depan demokrasi bangsa. Untuk menuju Indonesia yang semakin sejahtera. Dengan hati yang baik, tidak akan menyampaikan hal-hal yang diluar dari kebenaran. Serta perlunya memahami akan pentingnya pemilu yang damai meliputi dukungan terhadap Pemilu mengedepankan kesatuan

terhadap kebhinnekaan suku dan agama, pemilu yang berkualitas dan mencerdaskan masyarakat, menyerukan Pemilihan Umum yang berlangsung tanpa politik hoax, Politisasi SARA, praktik politik yang merendahkan, dan politik uang yang mengancam keberagaman. Tokoh agama dalam menjalankan tugasnya sebagai pemuka agama seyogyanya selalu berada di tengah-tengah (jalan tengah) karena hakekat dari fungsi agama adalah agar segala sesuatunya kembali pada hakekat kebenaran yang sejati. Tokoh agama harus terus aktif menumbuhkan rasa kebangsaan diantara umat beragama dalam menghantarkan pemilu dengan suasana yang rukun, damai dan bermartabat. Sehingga, melalui Pemilu yang damai akan muncul pemimpin yang terbaik bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia dan memaknai agenda politik sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan bangsa dan memperkokoh persatuan bangsa. *** http://www.tribunnews.com/ nasional/2018/12/10/bawaslu-gelarrakornas-untuk-soliditas-awasipemilu-2019?page=2.


kerukunan ini bisa kita pelihara bersama-sama yaitu antara pemerintah dan umat beragama secara bersama-sama. Jadi bukan hanya urusan Pemerintah dan FKUB atau FBM saja tapi bersama-sama antara pemerintah daerah dan seluruh umat beragama.

Silahturahmi Kebangsaan NSI dengan FBM di Surabaya

P

ada Jumat, 16 November 2018, Ketua Umum NSI-MPU Suhadi hadir dalam forum Silahturahmi antar Lintas agama Forum Beda tapi Mesra (FBM) dengan Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) yang bertempat di Cetya NSI Surabaya di alamat Jalan Mayjen Sungkono Komplek Wonokitri Indah S-48, Kota Surabaya. Seperti halnya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), FBM juga merupakan organisasi lintas agama dan iman. Di dalamnya terdiri dari perwakilan-perwakilan agama di Indonesia serta aliran. Keluarga besar NSI Surabaya

menerima kedatangan keluarga besar FBM dengan perasaan bergembira. Dalam silahturahmi tersebut juga dihadiir langsung oleh Kyai Achmad Suyanto selaku ketua umum FBM. Silahturahmi tersebut membahas mengenai kebangsaan dan kebudayaan berbagi pandangan mengenai bagaimana peran tokoh lintas dalam merawat kerukunan umat beragama di Indonesia. Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja memberikan perspektif dari sudut pandang Buddha. Ada beberapa hal yang disampaikan beliau, yaitu : - Pertama diharapkan

-

Kedua, adalah mengenai Agama, Ketua Umum NSI menjelaskan bahwa semua agama itu baik. Karena kemunculan suatu agama itu adalah satu kemunculan di mana situasi itu adalah tidak baik menjadi baik, dalam bahasa Sansekerta “A berarti “tidak” dan gama berarti “kacau” jadi Agama itu adalah suatu kemunSamantabadra | Januari 2019

13


culan ketika suasana kacau, dalam agama Buddha masa-masa ini disebut masa akhir dharma. Agama tidak ada yang mengajarkan tidak baik. Mereka didasarkan pada ajaran yang mewajibkan umatnya untuk mencintai sesama dan hidup rukun dan tujuan menuju pada satu titik temu, yaitu kemanusiaan/kebahagiaan/ perdamaian. Konstruksi berpikir ini yang harus dibangun ketika kita ingin membangun sebuah suasana damai, suasana yang baik rukun, karena agama tidak pernah mengajarkan kita tidak rukun. Jadi mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dari masingmasing komunitas itu untuk menjaga kemurnian dan juga kesucian agama yang diyakini. -

14

Ketiga, Karena negara Indonesia adalah negara yang agamis artinya semua orang-orang Indonesia adalah orang yang beragama dan agama yang dilayani oleh Pemerintah Indonesia itu ada 6 yaitu Kristen, Islam, Katholik, Buddha, Hindu dan yang terakhir Kong Hu Cu. Oleh karena itu suasana damai bisa diartikan dengan satu suasana dari rukunnya semua umat beragama, kalau semua umat beragama Samantabadra | Januari 2019

rukun, intern-nya rukun, antar umat beragamanya rukun, dengan pemerintah-nya Rukun, berati suasana itu akan menjadi suasana yang damai. Artinya damai itu sebagai modal yang penting. Di India Sakyamuni muncul karena ada kekacauan kemudian karena kemunculan Sakyamuni membabarkan pemikiran yang arif sehingga kekacauan itu bisa diatasi. Sehinggga disebut sebagai Agama. Agama harus dijadikan sebagai sumber kekuatan, jadi tidak benar kalau pada suatu saat Ada peristiwa yang dikatakan ini konflik antar agama. Agama tidak mengajarkan untuk berkonflik, tapi Agama sering disalahgunakan, diperalat, atau ditunggangi untuk kepentingan-kepentingan lain. Oleh Karena itu agama harus dijadikan sumber kekuatan. -

Keempat, harus ada pemahaman sejak dini/ kecil di mana anak-anak harus tahu pemahaman agamanya,. Beliau juga menyampaikan bahwa “Agama hadir untuk membela umat manusia, bukan

sebaliknya�,pungkasnya. Semua Agama Punya Konsep Ketuhanannya Masing-masing yang Menuju pada Satu Titik Temu, yaitu Kemanusiaan/ Kebahagiaan/Perdamaian. Sehingga kalau ada pihak yang menjadikan agama sebagai sumber kekacauan, sumber konflik artinya mereka tidak menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. tidak mewujudkan ketuhanan dalam dirinya. Sehingga, sejatinya, tidak ada konflik antaragama. Karena ajaran agama yang selalu mengutamakan untuk selalu hidup berprilaku baik , saling menghormati dan menyayangi dengan orang yang beragama berbeda dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan dan sebagai alat untuk menuju perdamaian dunia, maka perdamian dunia akan selalu terpelihara dengan baik. -

Kelima, mewujudkan perdamaian dunia di kalangan masyarakat beragama dengan toleransi saja tidaklah cukup. Karena masih menyisakan jarak dan kadar toleransi bisa berkurang. Kita harus melihat bahwa kita semua adalah saudara. Memang berbeda suku, berbeda adat, berbeda adat istiadat dan agama. Tetapi kita semua bersaudara. Kita harus menerima sepenuhnya keberadaan agama


lain seperti di dalam satu keluarga besar. Kita harus sadar bahwa karena kamu adalah aku. Ada kesadaran dan tindakan yang mewujudkan bahwa ada kamu di dalam diriku dan ada aku di dalam dirimu. Aku ada karena kau ada, kau ada karena aku ada (sebuah sinergi yang harmonis). Bukan saling meniadakan tetapi saling memberdayakan sehingga dengan demikian perdamaian pasti terwujud. Maka dari itu, peran tokoh agama/lintas agama harus selalu terus membangun, melestarikan, dan mengimplementasikan semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan juga spirit berkorban kepada negara Indonesia. Dengan spirit berkorban, berarti masyarakat memiliki kebesaran jiwa untuk menanggalkan partikularisme, agar tercipta kehidupan yang harmonis dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. ***

Doa Lintas Agama pada Pertemuan Akbar Lansia KPPPA

Pandita Sinaheriati Gunadi (paling kanan) dari NSI membacakan doa agama Buddha Niciren Syosyu dalam Pertemuan Akbar 1000 perempuan lansia se-Jabodetabek, Garut, Bandung, dan Banten yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) RI di Garuda Theater Taman Mini Indonesia Indah, Sabtu, 08 Desember 2018.

Suasana Pertemuan Gosyo di Widoro, Jawa Tengah

Samantabadra | Januari 2019

15


Doa Bersama untuk Keluarga Korban Jatuhnya Pesawat Lion Air JT-610

P

eristiwa jatuhnya Pesawat Lion Air JT-610 memberikan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga korban tetapi bagi masyarakat Indonesia yang juga turut berduka atas peristiwa nahas itu. Sebelumnya, Lion Air PK-LQP JT 610 membawa 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak dan 2 bayi, juga 2 pilot dan 5 pramugari-dilaporkan hilang kontak setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta sekitar pukul 06.00 WIB. Hari ke- 8 pencarian terhadap korban dan badan pesawat 16

Samantabadra | Januari 2019

kecelakaan tersebut, Pada hari Selasa, 6 November 2018, diadakan doa bersama keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air Jt-610. Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) diundang dalam acara syukuran tersebut. BapakTjong Nie Kie dan Bapak Robert Ridwan Mulyadi yang mewakili dari NSI untuk memimpin doa menurut agama Buddha Niciren Syosyu dalam acara doa bersama tersebut. Prosesi doa bersama dan tabur bunga dilakukan di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat yang merupakan tempat di mana jatuhnya

Lion Air PK-LQP. Acara ini diselenggarakan oleh TNI AL bersama dengan pihak terkait seperti Basarnas, KNKT, dan juga pihak dari Lion Air. Keluarga korban, pihak Lion Air serta tim gabungan SAR berangkat pukul 08.20 WIB dari Pelabuhan Tanjung Priok dan tiba di lokasi sekitar pukul 11.00 WIB. Perjalanan dilakukan dari dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok ke perairan Tanjung Pakis, Karawang dengan diantar dua Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yakni KRI Banjarmasin dan KRI Banda Aceh. Sesi doa bersama ini


keluarga korban yang menangis. Dengan kejadian musibah ini, hendaknya kita selalu mawas diri dan semakin percaya dan memperkuat hati kepercayaan kepada Gohonzon, agar selalu dipimpin oleh 5 pemuka Doa bersama tersebut yang mendapat perlindungan dari agama. dilanjutkan dengan tabur Dewa Dewi bagi pelaksana Terlihat Ratusan orang bunga. Saddharmapundarika berkumpul dalam Sebuah Kegiatan berdoa Sutra. Selanjutnya dengan tenda berukuran besar bersama dan tabur penuh kesadaran mari tampak dipasang di geladak bunga di laut sebagai kita berdoa berdasarkan dua kapal tersebut. Ratusan tanda penghormatan Saddharmapundarika Sutra, bangku disediakan di dalam dan perpisahan kepada demi tercapainya kesadaran tenda sebagai tempat duduk seluruh penumpang korban Buddha bagi para korban para anggota keluarga kecelakaan pesawat nomor musibah Pesawat Lion Air dan kerabat. Belasan penerbangan JT610 itu. JT-610 sehingga saudarakeranjang berisi bunga dan Sementara doa terus saudara kita dapat kembali sejumlah karangan bunga dipanjatkan dan dipimpin kepada kedamaian Tanah juga terlihat di sudut-sudut oleh masing-masing pemuka Air Buddha yang kekal abadi tenda. Saat doa dibacakan, agama. Suasana khusyuk serta semoga keluarga yang isak tangis pecah di atas pun begitu terasa di atas ditinggalkan dapat tetap KRI Banda Aceh. Para KRI Banda Aceh saat doa kuat, ikhlas, dan tabah keluarga tak kuasa menahan mulai dipanjatkan. Sambil dan agar di tahun ini dan air mata mereka yang terus berdoa, kapal pun tahun-tahun selanjutnya tengah berduka karena berputar sebanyak dua tanah airku Indonesia kehilangan keluarganya. kali mengelilingi titik lokasi senantiasa terlindungi, Beberapa di antaranya pun jatuhnya pesawat Lion Air seluruh bangsaku ada yang nyaris pingsan PK-LQP. Selepas berdoa Indonesia tercerahkan, karena tak kuasa menahan keluarga korban didampingi sehingga dapat keluar dari kesedihan. Derai air mata oleh 2-3 prajurit TNI untuk kegelapan jiwa/batin untuk jatuh bersamaan dengan melakukan penaburan memulihkan keselamatan jatuhnya bunga ke Laut bunga. Mereka juga terlihat dan ketentraman bangsa Jawa. Berbagai lantunan dipayungi oleh relawan. Tak dan Negara, serta terhindar doa terus dipanjatkan oleh hanya memayungi, relawan dari bencana dan musibah. masing-masing anggota juga terlihat membawakan Nammyohorengekyo *** keluarga sesuai dengan keranjang bunga. Suasana kepercayaannya. Mereka haru tampak tergambar Referensi : tak menyangka anggota kuat ketika keluarga korban http://wow.tribunnews. com/2018/11/06/keluarga-korbankeluarganya harus tewas melihat hamparan laut lion-air-jt-610-ikuti-doa-bersamadalam kecelakaan pesawat tersebut. Relawan dan TNI dan-tabur-bunga-di-lokasi-jatuhnyapesawat. anyar milik Lion Air tersebut. berusaha menenangkan Samantabadra | Januari 2019

17


Ketua Umum NSI sebagai Narasumber dalam FUB Banten

Pada tanggal 11 November 2018, bertempat di Aula Kantor Kanwil Prov. Banten Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja diundang menjadi narasumber dalam Forum Kegiatan Kebulatan Tekad Kerukunan dan Kebangsaan Organisasi Keagamaan Buddha Povinsi Banten dengan tema “Umat Buddha Banten Mengaku Satu Nusa Satu Bangsa Dengan Penuh Cinta Damai�. Dalam Kesempatan ini Mpu Suhadi Sendjaja menyampaikan beberapa point-point pembahasan yakni: Sekilas Sejarah Perjalanan Umat Buddha Nusantara Buddhisme atau Agama Buddha merupakan salah satu agama yang sejak lama telah dianut oleh sebagian besar masyarakat Nusantara. Jaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit merupakan jaman keemasan bagi Buddhisme. Masuknya agama Buddha di Indonesia pada 18

Samantabadra | Januari 2019

saat dimulainya perdagangan melalui jalur laut Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya merupakan asal mula peranan kehidupan agama Buddha di Indonesia dimulai pada jaman Sriwijaya di Sumatera. pada abad ke-7. Keberadaan Buddhisme di Nusantara (Indonesia) dapat dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan sejarah berupa prasasti-prasasti dan bangunan-bangunan berupa candi serta literaturliteratur asing khususnya yang berasal dari Tiongkok. Catatan seorang sarjana dari China bernama I-Tsing yang melakukan perjalanan ke India dan Nusantara serta mencatat perkembangan agama Buddha di sana. Pancasila dan Agama. Pancasila bukan agama dan dilahirkan tidak berpretensi menggeser apalagi mengganti posisi wujud formalisme agama. Pancasila adalah

ideologi negara yang lahir, salah satunya untuk menjadi payung bagi seluruh umat beragama. Dengan begitu, mereka bisa mengamalkan keyakinannya sesuai agama masing-masing dengan tenang dan penuh penghayatan. Keberagaman Agama di Indonesia serta peran agama dalam Kebhinnekaan di Indonesia. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan suatu hal yang dapat memperindah fenomena kehidupan beragama. Satu Warna Kurang Indah, Beraneka Warna Menjadi Lebih Indah. Agama Muncul Dengan Tujuan Untuk Mewujudkan Perdamaian, Menghilangkan Kekacauan.


Semua Agama Punya Konsep Ketuhanannya Masing-masing yang Menuju pada Satu Titik Temu, yaitu Kemanusiaan/Kebahagiaan/Perdamaian. Sehingga jika ada pihak yang menjadikan agama sebagai sumber kekacauan, sumber konflik artinya mereka tidak menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. Tidak mewujudkan Ketuhanan dalam dirinya. Sehingga sejatinya, tidak ada Konflik antar agama. Peran Majelis Agama Buddha Dalam Pemeliharaan dan Penguatan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia Menginternalisasikan nilai hakiki yang diajarkan oleh Buddha dalam diri setiap umat Buddha: “Mai Ji Sa Ze Nen. I Ga Ryo Shujo. Toku Nyu Mu-Jo Do. Soku Joju Busshin”. “Hal Ini Adalah Pikiranku Senantiasa, Bagaimana Aku Dapat Membuat Seluruh Makhluk Hidup Memperoleh Jalan Menuju “Jalan Teragung” dan

Cepat Memperoleh Kesadaran Buddha.” (Saddharmapundarika-Sutra, Bab 16 Panjangnya Usia Sang Tathagata, dalam Buku Paritra NSI, 2017, h.38). “Apabila Sebuah Kapal Dikemudikan Oleh Juru Mudi yang Tidak Terampil, Maka Akan Mendatangkan Kerugian Bagi Jiwa Seluruh Penumpang. Sama Halnya, Sekalipun Seseorang Memiliki Tenaga Fisik yang Kuat, Jika Semangatnya Lemah, Bagaimana pun Banyak Keistimewaan Tidak Akan Ada Gunanya.” (Gosyo Berita Kepada Otogoze, Surat Perihal Badan Ringan Hukum Berat). Semangat disini adalah semangat beragama. Harus Menjadikan Ajaran Agama / Dharma / Hukum Buddha / Kesadaran Sebagai Landasan Dalam Seluruh Aspek Kehidupan. Semangat beragama harus menjadi sesuatu yang paling penting didalam hidup kita. Sehingga Badan Menjadi Ringan Karena Huk-

umnya (Dharmanya) Berat. Selain itu, dalam pemeliharaan dan penguatan kerukunan umat beragama di Indonesia toleransi saja tidaklah cukup. Ada nilai yang lebih tinggi dibandingkan sekedar toleransi. Toleransi saja tidak cukup, karena masih menyisakan jarak dan kadar toleransi bisa berkurang. Kita harus melihat bahwa kita semua adalah saudara. Memang berbeda suku, berbeda adat, berbeda adat istiadat dan agama. Tetapi kita semua bersaudara. Seperti itu dalam kearifan lokalnya. Namun kenapa dalam bersikap beragama kita tidak bisa seperti itu. Kita harus menerima dengan sepenuhnya bahwa kita semua adalah satu keluarga besar NKRI yang harus betul-betul menerima perbedaan itu secara tulus bahwa kita adalah keluaraga besar NKRI. Selanjutnya, harus melakukan moderasi.Sebab hakekat dari fungsi agama adalah agar segala sesuatunya kembali pada hakekat kebenaran yang sejati. ***

Samantabadra | Januari 2019

19


Ketua Umum NSI sebagai Narasumber dalam Deklarasi Pemilu Damai Pada tanggal 15 November 2018, bertempat di Ballroom Hotel Menara Peninsulla, Jakarta Barat Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja mendapat kepercayaan diundang menjadi narasumber yang mewakili dari unsur Agama Buddha dalam Seminar Nasional dan Deklarasi Pemilu Damai dengan tema “Peran Tokoh Lintas Agama di Tahun Politik. Seminar yang diselenggarakan oleh Komisi kerukunan Antar Umat beragama ini dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Republik Indonesia dan doa yang yang diikuti oleh seluruh peserta dan narasumber yang hadir. Pembukaan acara ini dibuka oleh Asrena Kapolri Irjen Pol Dr. Gatot Eddy Pramono, M.Si yang juga menjabat sebagai Kasatgas Nusantara Polri. Dalam sambutannya, Polri mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga serta menghindari konflik – konflik tersebut yang dapat memecah belah kedamaian dalam keberagaman yang telah dibangun oleh masyarakat Indonesia. Terutama dalam pemberitaan di media sosial, hal tersebut akan 20

Samantabadra | Januari 2019

menjadi ancaman serius bagi kemajemukan dan toleransi serta keberagaman yang ada pada masyarakat, di antaranya penyebaran berita berita yang tidak benar atau Hoax dan kampanye hitam. Seminar ini dihadiri oleh seluruh Majelis Keagamaan dari seluruh Indonesia diantaranya, DR. K.H. As’ad Said Ali, Dr. K.H. Yusnar Yusuf, MS, Romo Agustinus Ulahayanan, MPU Suhadi Sendjaja, Pdt. Dr.Henriette L. Hutabarat – Lebang, Wayan Suyasa, Drs. Uung Sendana L. Linggaraji, SH, M.Ag, Ketua Bawaslu RI Abhan SH,MH dan Ketua KPU RI Dr. Arif Budiman, M.Si. Dalam Kesempatan ini MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan poin-poin pembahasan mengenai Memahami Bagaimana Peran Tokoh Lintas Agama di Tahun Politik. 1. Definisi Pemuka Agama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia; Tokoh diartikan sebagai orang yang terkemuka/ terkenal, panutan. ; Pemuka Agama adalah tokoh komunitas umat beragama baik yang memimpin ormas

keagamaan maupun tidak memimpin ormas keagamaan yang diakui dan atau dihormati oleh masyarakat setempat sebagai panutan Pemuka Agama tidak memiliki ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Sosialisasi PBM & Tanya Jawabnya dalam Bab I ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 5). Sehingga Seorang tokoh Agama harus mampu menempatkan dirinya ditenggah-tengah masyarakat pada umumnya, kemudian akan mengambil tugas–tugas kemasyarakatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 2. Keberagaman Agama di Indonesia serta peran agama dalam Kebhinnekaan di Indonesia. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan suatu


hal yang dapat memperindah fenomena kehidupan beragama. Satu Warna Kurang Indah, Beraneka Warna Menjadi Lebih Indah. 3. Peran Tokoh Agama Dalam Pemeliharaan dan Penguatan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia dengan Menginternalisasikan nilai hakiki yang diajarkan oleh Buddha dalam diri setiap umat Buddha: “Mai Ji Sa Ze Nen. I Ga Ryo Shujo. Toku Nyu Mu-Jo Do. Soku Joju Busshin”. “Hal Ini Adalah Pikiranku Senantiasa, Bagaimana Aku Dapat Membuat Seluruh Makhluk Hidup Memperoleh Jalan Menuju “Jalan Teragung” dan Cepat Memperoleh Kesadaran Buddha.” (Saddharmapundarika-Sutra, Bab 16 Panjangnya Usia Sang Tathagata, dalam Buku Paritra NSI, 2017, h.38). “Apabila Sebuah Kapal Dikemudikan oleh Juru Mudi yang Tidak Terampil, Maka Akan Mendatangkan Kerugian Bagi Jiwa Seluruh Penumpang. Sama Halnya, Sekalipun Seseorang Memiliki Tenaga Fisik yang Kuat, Jika Semangatnya Lemah,

Bagaimana pun Banyak Keistimewaan Tidak Akan Ada Gunanya.” (Gosyo Berita Kepada Otogoze, Surat Perihal Badan Ringan Hukum Berat). Semangat disini adalah semangat beragama. Harus Menjadikan Ajaran Agama / Dharma / Hukum Buddha / Kesadaran Sebagai Landasan Dalam Seluruh Aspek Kehidupan. Semangat beragama harus menjadi sesuatu yang paling penting didalam hidup kita. Sehingga Badan Menjadi Ringan Karena Hukumnya (Dharmanya) Berat. Mengenai Toleransi, toleransi saja tidaklah cukup. Ada nilai yang lebih tinggi dibandingkan sekedar toleransi. Toleransi saja tidak cukup, karena masih menyisakan jarak dan kadar toleransi bisa berkurang. Kita harus melihat bahwa kita semua adalah saudara. Memang berbeda suku, berbeda adat, berbeda adat istiadat dan agama. Tetapi kita semua bersaudara. Seperti itu dalam kearifan lokalnya. Namun kenapa dalam bersikap beragama kita tidak bisa seperti itu. Kita harus menerima den-

gan sepenuhnya bahwa kita semua adalah satu keluarga besar NKRI yang harus betul-betul menerima perbedaan itu secara tulus bahwa kita adalah keluaraga besar NKRI. 4. Tokoh agama mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka menggerakan partisipasi masyarakat dalam sebuah pemilihan umum (pemilu). Karena sesungguhnya tanpa disadari dimata masyarakat tokoh agama merupakan sosok yang paling disegani dan patut untuk diteladani. Tokoh agama juga berperan dalam menciptakan atau membentuk opini publik atau pendapat umum yang sehat. Maka dari itu Setiap Tokoh Agama/pemimpin komunitas umatnya harus memahami ajaran yang dia yakini dengan benar dan tepat serta melaksanakan ajaran yang di yakini dengan benar serta tepat juga. Tokoh agama harus memahami makna agama. Perlu pemahaman dan penghayatan yang baik terhadap ajaran agama yang diyakini oleh masing-maisng agama. Bahwa agama untuk mewujudkan perdamaian (menyelesaikan masalah). Samantabadra | Januari 2019

21


- Tokoh agama dalam menjalankan tugasnya sebagai pemuka agama seyogyanya selalu berada di tengah-tengah (jalan tengah) karena hakekat dari fungsi agama adalah agar segala sesuatunya kembali pada hakekat kebenaran yang sejati. - Tokoh agama harus terus aktif menumbuhkan rasa kebangsaan di antara umat beragama dalam menghantarkan pemilu dengan suasana yang rukun, damai dan bermartabat. Sehingga, melalui Pemilu yang damai akan muncul pemimpin yang terbaik bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. - Para tokoh agama harus memberi pesan kepada umatnya bahwa: memaknai agenda politik sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan bangsa dan memperkokoh persatuan bangsa. - Memberikan pemahaman kepada umat terhadap partisipasi menggunakan hak pilihnya secara demokrasi dalam pemilu agar berjalan optimal dan efektif, sehingga masyarakat dapat menggunakan hak memilih untuk menentukan kandidat pemimpin secara lebih rasional dan obyektif. - Membuka peluang bagi umatnya masing-masing untuk mengaktualisasi hak-hak politiknya secara lebih baik tanpa harus dikaitkan oleh kepentingan-kepentingan elite politik tertentu. - Memberikan himbauan/nasehat kepada umatnya dalam menghadapi pemilu, misalnya masyarakat harus hati-hati agar tidak terpengaruh dengan money politic dalam memberikan suaranya serta agar umatnya dapat aktif dalam pemilihan serta mendorong proses demokrasi aman dan lancar, secara jujur dan adil, dan mengedepankan nilai moral dan etika keagamaan secara konsisten dan konsekuen. - Memberikan edukasi kepada umatnya akan pentingnya pemilu yang damai meliputi dukungan terhadap Pemilu yang: mengedepankan kesatuan terhadap kebhinnekaan suku dan agama, pemilu yang berkualitas dan mencerdaskan masyarakat, menyerukan Pemilihan Umum yang berlangsung tanpa hoax, Politisasi SARA, praktik politik yang merendahkan, dan politik uang yang mengancam keberagaman. - Mengedukasi umat dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat Indonesia dengan menciptakan iklim politik yang aman, damai dan sejuk serta tunduk dan patuh pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. - Terakhir, masyarakat/umat diajak berdoa agar bangsa terhindar dari hal-hal yang buruk, sehingga Bangsa ini bisa mendapatkan pemimpin yang terbaik dan berkualitas. ***

22

Samantabadra | Januari 2019


Ketua Umum NSI sebagai Narasumber dalam Forum Mahasiswa Buddhis UI

P

ada tanggal 7-9 Desember 2018 yang lalu Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Indonesia (KMB UI) mengadakan Malam Keakraban (Makrab) Tahun 2018 dengan tema “ Be part of Everyone”s Life”. Makrab yang berlangsung selama 3 hari dua malam yang dilaksanakan di Komplek Mahawihara Saddharma NSI, Desa Sukaresmi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Kegiatan tersebut di ikuti oleh kurang lebih 200 peserta. Peserta sampai di Vihara Saddharma sekitar pukul 22.30 WIB. Keesokan harinya, peserta mengikuti Gongyo Pagi bersama didampingi oleh beberapa generasi muda NSI. Setelah Gongyo Pagi, Ketua Umum NSI-MPU Suhadi Sendjaja menjadi narasumber untuk memberikan kuliah umum kepada peserta Makrab KMB UI. Dalam Kesempatan beliau menyampaikan konsep ketuhanan Agama Buddha secara umum dan sekte Niciren Syosyu. Agama Buddha merupakan agama kesadaran, Buddha merupakan manusia yang sadar, Agama Buddha menjelaskan di dalam setiap jiwa manusia itu ada 10 alam dari Neraka, Kelaparan, Binatang, Marah, Manusia, Surga, Sravaka, Prayetka, Bodhisattva, dan Buddha. Ketuhanan agama Buddha adalah Hukum Sebab Akibat (karma). Siklus Lahir-Tua-SehatMeninggal, Semua Orang bisa menjadi Buddha karena semua orang memiliki kesadaran di dalam jiwanya. Agama Buddha tidak memandang Tuhan sebagai personifikasi. Secara sederhana Ketuhanan agama Buddha Niciren Syosyu adalah hukum gaib “NAM MYOHO RENGE KYO”. Di dalam akhir kuliah umumnya, Ketua umum NSI menekankan baiknya forum-forum seperti ini dan ini merupakan usaha yang benar, beliau menekankan pendidikan itu perlu dan perubahan harus dimulai dari diri sendiri. Agama adalah untuk kita bukan sebaliknya. Amalkan ajaran Buddha dengan sungguh-sungguh sehingga tercermin di badan kita melalui pelaksanaan kita sehari-hari dalam kehidupan. Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan NSI terhadap pembinaan remaja, khususnya melalui kegiatan seperti ini berharap kerjasama dan tali silahturahmi kekeluargaan semacam ini dapat terpelihara, dilanjutkan dan ditingkatkan sehingga terjalin hubungan yang lebih harmonis produktif antara umat Buddha dengan masyarakat. ***

Samantabadra | Januari 2019

23


ajaran

Gosyo Kensyu

Surat Perihal Kelahiran dan Nama yang Sama Surat Dosyo Domyo | Gosyo Zensyu halaman 1114

Latar Belakang

S

urat ini ditulis pada bulan 4 tahun 1272 (Bun-ei 9), dan diberikan kepada istri Syijo Kingo melalui perantaraan Syijo Kingo sendiri, yang tanpa menghiraukan jarak yang jauh dari Kamakura telah mengunjungi Niciren Daisyonin di Icinosawa, Pulau Sado. Syijo Kingo adalah seorang ksatria yang telah berbakti kepada keluarga Ema, keturunan marga Hojo. Sebagai seorang ksatria, sudah tentu Syijo Kingo selalu memberikan dana paramita ketika Niciren Daisyonin berada di Kamakura. Terlebih ketika Niciren Daisyonin menjalani hukuman pembuangan di Pulau Sado, Syijo Kingo tetap mengunjungi Niciren Daisyonin dengan menyumbang berbagai macam barang berupa uang, beras dan minyak. Kiranya hal ini bukanlah sesuatu yang biasa. Tanpa mengabaikan kekuatan dan kemurnian hati kepercayaan Syijo Kingo, hendaknya jangan melupakan tebalnya kepercayaan sang istri yang menunjang kepercayaan sang suami. Oleh karenanya, Niciren Daisyonin telah menulis dan menitipkan kepada Syijo Kingo ‘Surat 24

Samantabadra | Januari 2019

Penghormatan dan Dorongan’ untuk diberikan kepada istrinya dengan memuji kepercayaan sang istri yang telah merelakan sang suami berkunjung ke Pulau Sado yang sangat jauh itu. Garis besar surat ini menjelaskan bahwa hati suami istri yang bersatu akan menimbulkan kepercayaan yang kuat, dan juga kesungguhan hati seorang istri yang telah merelakan dan mendorong suaminya untuk berkunjung ke Pulau Sado yang sangat jauh ini, lebih tebal dari bumi serta lebih tinggi dari angkasa. Jadi, karunia kebajikannya pasti diketahui dengan jelas oleh Buddha (Gohonzon), kemudian menasehati mereka untuk meneruskan kepercayaan yang berkelangsungan dan tidak mundur. Isi surat ini terbagi dalam empat bagian, yaitu: Bagian pertama, menunjukkan maitri karuna dari Saddharmapundarika-sutra dan menjelaskan cara pelaksanaan kepercayaan seorang wanita.


Bagian kedua, menarik perumpamaan arif bijaksana dahulu kala di Tiongkok, di mana Bhiksu Hodosanjo dari kerajaan Sung Utara yang telah mengalami penganiayaan demi Hukum agama Buddha, sebagai perbandingan dengan penganiayaan yang dialami Beliau, yaitu dibuang ke Pulau Sado. Bagian ketiga, menjelaskan bahwa kepercayaan sang istri tidak hanya berakhir untuk mengetahui prinsip hakekat Hukum Agama Buddha, terlebih lagi memberikan dorongan bahwa kepercayaan berkelangsungan dapat dipertahankan

karena Dunia Buddha dan bahwa Dunia Bodhisattva telah menetap dalam jiwa sendiri. Dalam bagian keempat dijelaskan bahwa dengan prinsip ‘Dewa Kelahiran yang sama dan Dewa Nama yang sama (Dosyo Domyo)’, maka kesungguhan hati sang istri yang mencurahkan jiwa raga dalam pertapaan Hukum Agama Buddha demi menunjang kepercayaan sang suami pasti diketahui dengan jelas oleh Gohonzon.

Isi Gosyo H

endaknya surat ini selalu diperlihatkan dan dibaca bersama dengan Nyonya Tosiro. Sinar matahari akan menyirnakan kegelapan, hati seorang wanita diibaratkan sama seperti kegelapan. Sedangkan Saddharmapundarika (Gohonzon) adalah sama seperti sinar matahari yang menyirnakan kegelapan tersebut. Walau seorang bayi tidak mengetahui perihal ibunya, namun sang ibu sekejap pun tidak pernah melupakan bayinya. Bila diperumpamakan, Buddha Sakyamuni adalah sama seperti ibu yang tidak pernah melupakan bayinya, hati seorang wanita adalah sama seperti seorang bayi. Kalau ibu dan anak keduanya saling memikirkan, maka pasti tidak akan terpisah satu dengan lainnya. Walaupun demikian, kalau hanya sepihak saja yang memikirkan, sedangkan pihak lainnya tidak memikirkan orang lain, maka pada suatu kesempatan dapat berjumpa, mungkin pada waktu yang lain tidak berjumpa. Dikatakan bahwa Buddha adalah orang yang selalu memikirkan orang lain, sedangkan seorang wanita sedikitpun tidak pernah memikirkan orang lain (Buddha). Kalau kita dengan kesungguhan hati memikirkan Sang Buddha, apakah mungkin Buddha tidak muncul di hadapan kita. Betapapun batu biasa tidak dapat dijadikan berlian, sebaliknya walau berlian dikatakan sebagai batu biasa, namun tetap adalah berlian. Hal mana seperti ajaran filsafat sesat sekarang yang berdasarkan pada ajaran sementara adalah sama seperti batu biasa, walau ajaran filsafat sementara dianggap sebagai Saddharmapundarika-sutra, betapapun itu bukanlah Saddharmapundarikasutra. Betapapun Saddharmapundarika-sutra difitnah, namun sama seperti berlian yang tidak dapat dijadikan sebagai batu biasa, keagungan Saddharmapundarika-sutra sama sekali tidak dapat tercacatkan.

Samantabadra | Januari 2019

25


Dahulu kala di Tiongkok pada zaman kerajaan Sung Utara, terdapat seorang raja jahat yang bernama Wei Cung. Raja ini telah dihasut seorang pendeta Tao untuk merusak patung Buddha, membakar dan membuang sutra-sutra Buddha serta mengembalikan bhiksu dan bhiksuni menjadi orang biasa, dan tiada seorang pun yang menentang tindakan sang raja. Hanya Bhiksu Hodosanjo seorang yang tidak gentar terhadap perintah raja dan mengkoreksi kekeliruan tersebut, sehingga ia telah dijatuhi hukuman, wajahnya dicap oleh stempel yang dibakar api serta dibuang ke daerah sebelah selatan Sungai Yang Ce. Sekarang bhiksu-bhiksu Zensyu sama seperti para pendeta Tao yang memperoleh kepercayaan dari penguasa dilahirkan di dunia ini, oleh karenanya penganiayaan yang dialami Niciren adalah sama seperti yang terjadi pada diri Hodosanjo. Anda sekalian dilahirkan sebagai seorang yang tidak memiliki kedudukan dalam masyarakat dan berada dekat dengan pemerintahan Kamakura, namun demikian tanpa takut akan perhatian orang lain, Anda telah melaksanakan kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra tanpa menyayangi jiwa raga. Kiranya hal itu bukanlah sesuatu yang biasa. Hanya dalam perkiraan bahwasannya sama seperti kalau berlian dimasukkan ke dalam air yang keruh, maka airnya akan menjadi jernih. Begitupun kalau mempercayai sepenuhnya ajaran para arif bijaksana terhadap hal-hal yang tidak diketahui oleh diri sendiri, maka hal itu dapat diterima sebagai sesuatu yang wajar. Apakah Buddha Sakyamuni, Bodhisattva Samantabadra, Bodhisattva Baisyajaraja, Bodhisattva Syukuoke, dan lain-lain terdapat di dalam hati anda sekalian? Dalam kutipan kalimat Bab ‘Nasehat Bodhisattva Samantabadra’ Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Dalam Jambudwipa ini yang dapat menganut kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra adalah berdasarkan pada kekuatan Bodhisattva Samantabadra.� Wanita diumpamakan sama seperti rotan, sedangkan lelaki sama seperti pohon cemara, rotan tidak akan dapat berdiri tegak kalau tidak bersandar pada pohon cemara. Hal yang demikian diandalkan dan tidak dapat digantikan dengan apapun dimana dalam keadaan masyarakat yang sedemikian kacau ini, anda telah mengutus suami anda ke Pulau Sado, kesungguhan hati anda lebih tebal daripada bumi besar. Pasti Dewa Bumi mengetahui dengan jelas. Begitupun kesungguhan hati anda lebih tinggi daripada angkasa; pasti Dewa Indra dan Dewa Brahma mengetahuinya dengan jelas. Sang Buddha mengajarkan bahwa dalam jiwa manusia terdapat dua dewa Dewa Kelahiran yang sama (Dosyo) dan dewa nama yang sama (Domyo) yang terdapat sejak seseorang dilahirkan. Kedua dewa ini sama seperti bayangan yang mengikuti tubuhnya, sesaat pun tidak pernah meninggalkan jiwa orang tersebut. Semua dosa besar, dosa kecil, kurnia besar, serta kurnia kecil orang itu, tidak ada yang tertinggal sedikitpun dari perhatian kedua dewa yang silih berganti melaporkan kepada dewa di surga. Jadi anda yang mengutus suami anda pasti diketahui oleh para dewa. Sungguh menggembirakan sekali. Hormat saya, tertanda, Niciren 26

Samantabadra | Januari 2019


Kutipan Gosyo

1

Hendaknya surat ini selalu diperlihatkan dan dibaca bersama dengan Nyonya Tosiro.

GM

Keterangan: Dalam kutipan yang singkat ini terkandung bimbingan bahwa kawan seperjuangan yang bersama-sama menganut Saddharma hendaknya berdasarkan pada surat-surat yang diberikan Niciren Daisyonin dalam saling memberi dorongan mempelajari agama Buddha demi mencapai kemajuan bersama. Persatuan kekuatan suami dan istri merupakan sesuatu yang wajar. Jalinan tali persahabatan antar suami istri yang saling memberi dorongan merupakan syarat mutlak untuk kemajuan dan pertumbuhan dari hati kepercayaan. Niciren Daisyonin melihat secara tajam bahwa kemajuan seorang istri akan langsung mempengaruhi kemajuan suaminya. Melalui Syijo Kingo, Niciren Daisyonin telah memberikan dorongan dan nasehat kepada istrinya. Hal mana akan membangkitkan hati kepercayaan dari istri Tosiro yang merupakan kawan akrab dari istri Syijo Kingo. Terlebih dari itu mungkin melalui surat ini Niciren Daisyonin mengharapkan kemajuan dari Tosiro. Sikap para penganut Niciren Daisyonin yang selalu berpusat pada Gosyo dengan selalu bersama-sama membacanya, saling memberi dorongan satu dengan lainnya, dan berusaha maju dalam hati kepercayaan merupakan bentuk dasar yang terpokok dalam mempelajari Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin. Semangat ini tidak akan berubah untuk selama-lamanya dan betapapun tidak boleh berubah.

2

Sinar matahari akan menyirnakan kegelapan, hati seorang wanita adalah diibaratkan sama seperti kegelapan. Sedangkan Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) adalah sama seperti sinar matahari yang menyirnakan kegelapan itu. Keterangan: Dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra, wanita direndahkan dengan dikatakan sebagai, “Wajah mirip Bodhisattva namun hatinya sama seperti iblis� dan telah ditetapkan bahwa wanita tidak dapat mencapai kesadaran Buddha. Namun dalam Saddharmapundarika-sutra dibabarkan tentang pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga dan penganugerahan kesadaran Buddha kepada Bhiksuni Yasodhara dan lain-lain, serta menjelaskan pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh wanita. Oleh karenanya, Saddharmapundarikasutra diagungkan oleh kaum wanita sebagai sutra pegangan satu-satunya untuk mencapai kesadaran Buddha. Pencapaian kesadaran Buddha bagi wanita dalam masa Akhir Dharma tidak lain hanya berdasarkan pada Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Mengapa hati seorang wanita diumpamakan sebagai kegelapan? Hati umat manusia masa Akhir Dharma yang penuh dengan pandangan sesat yang kuat dengan ketiga racun, semuanya merupakan kegelapan. Teristimewa dalam segi kewanitaan menunjukkan kegelapan yang lebih dalam sehingga dikatakan sebagai kegelapan di dalam kegelapan. Dengan demikian, mengapa hati kegelapan wanita dalam sekali?

Samantabadra | Januari 2019

27


Kalau memikirkan sifat khas wanita, maka teristimewa wanita memiliki sifat menjaga diri yang kuat sekali, namun di segi lain memiliki kesabaran dan ketabahan yang kuat serta sifat yang mendambakan perdamaian dan rasa aman, sehingga dalam kehidupan yang nyata telah terikat untuk memperoleh keadaan yang aman dan sejahtera. Namun demikian, terutama Hukum agama Buddha Sakyamuni, pertapaan Hukum agama Buddha yang agak menonjol adalah sama seperti yang dilambangkan dalam bentuk pertapaan menjadi seorang bhiksu, yakni melampaui keinginan nafsu masa sekarang dan bertolak menuju pada penyempurnaan diri sendiri yang kokoh demi mencapai kebahagiaan yang kekal abadi. Justru keterikatan wanita pada hal yang nyata ini merupakan hambatan dan rintangan yang besar dalam menuntut Hukum agama Buddha. Saddharmapundarika-sutra, Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin mengatakan bahwa, “Masa sekarang yang aman dan sejahtera, masa mendatang dilahirkan pada tempat yang baik.” Karena kenyataan ini merupakan sesuatu yang diterangkan dalam prinsip “kefanaan adalah kesadaran” sehingga telah mencakup seluruh keterikatan keinginan nafsu masa sekarang, kemudian dapat dikembangkan untuk mencapai suasana kesadaran Hukum agama Buddha. Jadi, dalam masyarakat yang nyata ini, doa terhadap Saddharma yang mendambakan kebahagiaan yang nyata tidak hanya mengabulkan keinginan sekarang, bahkan hanya Himyo Hoben akan menjadi rejeki yang kekal abadi serta akan mencapai penyempurnaan diri sendiri. Di sini, dengan prinsip filsafat Saddharmapundarika-sutra untuk pertama kali dibuka jalan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. 28

Samantabadra | Januari 2019

Akan tetapi, sifat khas wanita yang terikat pada hal-hal sekarang yang nyata, tidak akan dibiarkan begitu saja. Ajaran Hukum agama Buddha memberi kesadaran terhadap pandangan kebahagiaan yang kekal abadi dan membuka wawasan luas menuju tujuan agung. Kalau tanpa kesadaran demikian, ketika dihadapi oleh berbagai rintangan, akan membabi buta pada tujuan kecil di hadapan mata yang semata-mata demi menjaga diri sendiri, maupun melindungi keluarga sehingga pada akhirnya meninggalkan Hukum agama Buddha, hal mana akan menyebabkan kehancuran diri sendiri maupun keluarga. Dengan demikian, ketika kita menyadari tujuan agung dan hidup berjuang dengan cita-cita demikian, maka tidak hanya akan memperoleh kebahagiaan sekarang yang nyata, malah dapat memperkokoh pondasi kehidupan yang kuat.

3

Kalau kita dengan kesungguhan hati memikirkan Sang Buddha, apakah mungkin Buddha tidak muncul di hadapan kita?

GM

Keterangan: Dalam Bab ke-16 Panjang Usia Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra dikatakan: “Aku selalu berada di dunia saha ini untuk membabarkan dharma dan pembinaan.” Hal mana berarti Sang Buddha selalu berada di dunia saha ini untuk mengajar serta membimbing umat manusia. Apakah Buddha dapat terlihat oleh mata kita atau tidak, itu tergantung pada sikap icinen kepercayaan kita terhadap Sang Buddha. Dalam masa Akhir Dharma, Sang Buddha adalah Buddha Niciren Daisyonin (Gohonzon). Bagi orang yang tidak memiliki hati kepercayaan, Gohonzon terlihat dan terbayangkan sebagai sesuatu yang berbentuk tulisan saja.


Namun, kalau dipandang dengan hati kepercayaan, maka Gohonzon adalah Tathagata Jijuyusyin dari Kuon Ganjo, yakni Buddha masa Akhir Dharma, Niciren Daisyonin. Dan juga, walau berada di manapun, orang yang memiliki kepercayaan yang kuat terhadap Gohonzon, selalu akan dengan tegas dilindungi Gohonzon dan dapat dinikmati kehidupan yang bebas dan tentram. Memperbandingkan penderitaan yang dialami Bhiksu Hodosanjo di Tiongkok dari kerajaan Sung Utara dengan penganiayaan yang dialami Niciren Daisyonin dalam hukuman pembuangan di Pulau Sado. Ketika Kaisar Wei Cung dari kerajaan Sung Utara dihasut oleh seorang pendeta Tao untuk menindas agama Buddha, hanya Bhiksu Hodosanjo seorang diri demi kebenaran telah menentang sehingga Beliau dibuang ke daerah Selatan Sungai Yang Ce. Musibah yang menimpa diri Niciren Daisyonin disebabkan oleh penguasa pada waktu itu sedang hangat-hangatnya menaruh kepercayaan kepada Zensyu sehingga dihasut oleh para bhiksu yang tersesat. Hanya Niciren Daisyonin seorang diri yang mempertahankan kebenaran dan keagungan Saddharmapundarika-sutra, oleh karenanya telah dijatuhi hukuman pembuangan ke Pulau Sado. Dalam kedua peristiwa tersebut di atas terkandung beberapa persamaan: - Pertama, penguasa yang tidak memahami dengan baik agama Buddha ataupun filsafat dan agama lainnya, telah dipengaruhi oleh filsafat yang tersesat dan menindas orang-orang yang membabarkan filsafat dan agama yang benar. - Kedua, persamaan dari ajaran Tao dan Zensyu. Zensyu adalah salah satu ajaran di dalam agama Buddha, sedangkan

ajaran Tao adalah ajaran di luar agama Buddha. Walaupun demikian, ajaran Tao yang muncul setelah tersebar luasnya agama Buddha di Tiongkok, telah banyak memasukkan dan mengambil ajaran agama Buddha ke dalamnya. Sedangkan di pihak lain, Zensyu sesungguhnya, pada mulanya merupakan suatu ajaran dari Hukum Meditasi Tien-tai. Namun untuk menyangkal hal itu mereka telah menarik kutipan ajaran Sang Buddha yang berbunyi, “Tidak melebihi jari yang menunjuk bulan.� Oleh karenanya dapat dikatakan telah mendekati ajaran di luar agama Buddha. Di samping itu, Zensyu telah menjauhkan diri dari kenyataan hidup, dengan bermeditasi di hutan yang sunyi dan mendoakan ketenangan pikiran saja. Begitupun ajaran Tao mendoakan tercapainya suasana yang luar biasa yang dilambangkan dengan dewa sehingga keduanya terdapat persamaan. Keduanya beranggapan bahwa kenyataan hidup itu merupakan sesuatu yang buruk dan harus dibuang, sehingga dijelaskan hidup demi cita-cita yang agung. - Ketiga, persamaan dari Hodosanjo dan Niciren Daisyonin dalam menghadapi penganiayaan adalah, kedua-duanya demi mempertahankan kebenaran Hukum menghadapi penganiayaan dari penguasa dengan berdiri seorang diri. Begitupun hukuman pembuangan adalah serupa, kemudian karena pihak penguasa tidak dapat membuktikan kesalahannya sehingga pada akhirnya Beliau dibebaskan. - Keempat, Kaisar Wei Cung yang menindas Hodosanjo telah diserang oleh Kerajaan Kim, sedangkan penguasa Hojo yang telah menindas Niciren Daisyonin telah diserang oleh tentara Mongolia, hal

Samantabadra | Januari 2019

29


Nyonya Tosiro sehingga sekarang dapat meneruskan kepercayaan yang kuat sedemikian rupa terhadap Saddharmapundarika-sutra. Umat manusia masa Akhir Dharma bakatnya sedemikian buruk, sehingga sewajarnya Betapapun, bagian ini mengajarkan bahwa jika berpikir bahwa umat manusia masa bila masyarakat suatu negara yang memfitnah Akhir Dharma sulit untuk menjalankan dan Hukum agama Buddha terdapat seorang yang mempertahankan kepercayaan yang kuat dan meneruskan dan mempertahankan kebenaran pasti akan mengalami penganiayaan, hal mana tulus terhadap Saddharmapundarika-sutra. Namun demikian, walau dihadapi dengan merupakan suatu kewajaran. berbagai penganiayaan dan penderitaan Sekarang, walau Niciren Daisyonin sebagai namun tidak terkalahkan olehnya, malah seorang yang sedang menjalani hukuman dapat meneruskan kepercayaan yang pembuangan, namun sebelumnya telah kuat, tidak lain karena di dalam jiwa telah memiliki kesadaran akan terjadinya peristiwa menetap jiwa Buddha dan Bodhisattva dari tersebut di atas. Saddharmapundarika-sutra. Kalau dipandang berdasarkan mata Apakah Buddha Sakyamuni, dari Hukum agama Buddha, penuntutan Bodhisattva Samantabadra, Bodhisattva Baisyajaraja, Bodhisattva pencapaian kesadaran Buddha dengan hati yang giat melaksanakan kepercayaan adalah Syukuoke dan lain-lain terdapat di dalam hati jiwa dari Bodhisattva, sedangkan pembuktian Anda sekalian? dalamnya adalah Dunia Buddha. Mengenai hal ini Bhiksu Tertinggi ke-26 Yang Arya Nicikan Keterangan: Syonin mengatakan, “Hati kepercayaan yang Bagian ini menjelaskan bahwa dalam kuat terhadap Saddharmapundarika-sutra masyarakat masa Akhir Dharma yang tidak dinamakan Dunia Buddha.” mengetahui hakekat Hukum agama Buddha, Jiwa kita dikatakan sebagai manusia biasa akan bermunculan berbagai penganiayaan yang bukan hanya terdiri dari Dunia Kemanusiaan tiada terhitung jumlahnya. saja, namun merupakan jiwa dari Sepuluh Dunia Oleh karenanya, dapat dipertahankannya dan Tiga Ribu Dunia yang terwujudkan dalam kepercayaan yang berkelangsungan adalah Gohonzon yang telah terlengkapi sejak asal disebabkan karena di dalam jiwa kita menetap mula dan merupakan perwujudan yang terpadu jiwa Buddha dan Bodhisattva. dan sempurna. Sang Buddha Sakyamuni adalah leluhur Jadi, kutipan surat ini sepintas lalu telah ajaran Saddharmapundarika-sutra, sedangkan menjelaskan dengan berbagai perumpamaan, Bodhisattva Samantabadra dan Bodhisattva namun sesungguhnya telah menunjukkan lainnya adalah Bodhisattva yang muncul wujud Icinen Sanzen secara mudah untuk dalam upacara Saddharmapundarika-sutra dimengerti. telah berprasetya untuk menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra setelah moksyanya Sang Buddha Sakyamuni. Oleh karena jiwa Buddha dan Bodhisattva telah ada dalam jiwa istri Syijo Kingo dan mana menunjukkan bukti nyata yang tegas prinsip “Hukum sebab-akibat” dari Hukum agama Buddha.

4

Anak Cabang

30

Samantabadra | Januari 2019


Mengenai Tugas dan Kewajiban Bodhisattva Samantabadra Bodhisattva Samantabadra bersama Bodhisattva Manjusri merupakan pembantu utama Buddha Sakyamuni dari ajaran Mahayana. Manjusri dengan menunggangi singa, berkedudukan di sebelah kiri, sedangkan Samantabadra dengan menunggangi gajah putih berkedudukan di sebelah kanan. Manjusri mewujudkan prajna yang hebat dan selalu menunggangi singa. Sedangkan di lain pihak Samantabadra dikatakan mengurusi kebenaran dan kewajaran. Demikian berbagai tugas dan kewajiban kedua Bodhisattva. Untuk ini, Buddha Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa manusia masa Akhir Dharma yang dapat menaruh kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra merupakan perwujudan kekuatan pengaruh yang baik (Zencisyiki) dari Bodhisattva Samantabadra. Bodhisattva Samantabadra berada di negara Buddha Raja Tohohoitokujo, dan datang ke dunia saha ini karena mendengar Buddha Sakyamuni membabarkan Saddharmapundarika-sutra, kemudian telah berprasetya pada lima kali lima ratus tahun setelah moksyanya Buddha Sakyamuni, akan melindungi para pelaksana Saddharmapundarika-sutra dalam dunia yang kotor dan buruk ini. Penyebarluasan Saddharmapundarikasutra adalah perlindungan dari Bodhisattva Samantabadra. Begitupun Bodhisattva Samantabadra yang terdapat dalam Bab Nasehat Bodhisattva Samantabadra adalah pembantu utama sebelah kanan dari Buddha Sakyamuni dengan mengurus kebajikan-

kebajikan berupa kebenaran dan kewajaran, keteguhan (meditasi) dan pelaksanaan. “Samanta” berarti menyebarluaskan dengan merata, “Badra” merupakan perwujudan kebaikan. Kebajikan Bodhisattva ini menyebarluas dengan merata ke seluruh dunia, di samping itu pun merupakan perwujudan dari penyebab kebaikan. Kekuatan Bodhisattva Samantabadra ini menyebarluas dengan merata ke seluruh alam semesta serta dikatakan sebagai jiwa yang terkandung di dalam jiwa setiap manusia.

5

Wanita diumpamakan sebagai rotan, sedangkan lelaki bagaikan cemara. Rotan tidak akan dapat berdiri tegak kalau tidak bersandar pada cemara. Keterangan: Kutipan ini menunjukkan pendirian umum yang dikatakan sebagai seorang wanita (istri). Kehadiran sang istri tergantung pada sang suami, kalau kehilangan sang suami, maka akan kehilangan dasar pokok kehadiran dirinya dalam masyarakat. Istri Syijo Kingo telah merelakan suaminya mengadakan perjalanan yang berbahaya untuk mengunjungi Niciren Daisyonin di Pulau Sado. Mengenai kepercayaan yang kuat dari istri Syijo Kingo itu tertulis dalam kutipan kalimat selanjutnya yang memuji, dengan berkata, “Anda telah mengutus suami anda ke Pulau Sado, kesungguhan hati Anda lebih tebal dari bumi besar ini,” sedangkan dalam Surat Kepada Toki Ama dikatakan, “Meluncurnya anak panah tergantung pada kekuatan busur, bergeraknya awan adalah kekuatan naga, keberhasilan pekerjaan sang suami tergantung pada kekuatan sang istri.” Anak panah itu sendiri tidak ada kekuatan untuk meluncur. Meluncurnya anak panah adalah karena busur memberikan kekuatan kepada panah.

Anak Cabang

Samantabadra | Januari 2019

31


Sama halnya sang suami dapat sedemikian giat berjuang demi penyebarluasan Hukum agama Buddha adalah karena sang istri secara mendalam memahami Hukum agama Buddha, dan memberi bantuan serta kekuatan kepada sang suami. Justru, kutipan kalimat ini mengajarkan bahwa ketika suami istri bersatu dalam satu kesatuan, giat berjuang demi mempertahankan Hukum agama Buddha dan penyelamatan kebahagiaan umat manusia, akan berkembang bunga rejeki dan keluarga yang berbahagia.

Kelahiran dan Nama Yang Sama Seorang manusia sejak dilahirkan pasti di kedua pundaknya terdapat dua dewa yang bernama ‘Dewa Kelahiran yang Sama’ dan ‘Dewa Nama yang Sama’, di mana kedua dewa sekejap saat pun tidak pernah meninggalkan orang itu, serta mencatat setiap gerakan orang itu baik berupa kebaikan, kejahatan, besar maupun kecil tanpa tertinggal sedikit pun dan saling bergantian melaporkan kepada dewa surga. Kedua dewa itu juga dikatakan ‘dewa lahir bersamaan’. Dewa kelahiran yang sama ini berdasarkan kalimat sutra dikatakan terdapat seorang dan kadang kala terdapat dua orang pria dan wanita. Kedua dewa dari pria dan wanita dikatakan dewa wanita dari kelahiran sama berada di pundak sebelah kanan dengan tugas untuk mencatat karma buruk, sedangkan dewa pria dari kelahiran yang sama berada di pundak sebelah kiri dengan tugas untuk mencatat karma baik, namun demikian berbeda berdasarkan kalimat sutra. Makna dari kedua dewa ini adalah mewujudkan prinsip Hukum sebab-akibat yang dimiliki dalam jiwa diri sendiri, yakni segala gerakan, icinen yang mencakupi kebaikan dan

32

Samantabadra | Januari 2019

kejahatan dalam jiwa kita, walau tidak diketahui oleh siapapun, namun semuanya akan terukir dalam jiwa sendiri, dan kemudian pasti akan menerima imbalan nyata dari kebaikan dan kejahatan itu. Hukum sebab-akibat yang tegas ini merupakan prinsip Hukum dasar yang telah dijelaskan dalam Hukum agama Buddha. Kalau dikatakan secara mudah, maka karma masa lampau akan diterima sebagai akibat imbalan masa sekarang. Dan juga, karma masa sekarang akan menjadi sebab dari akibat imbalan kebaikan dan kejahatan yang akan diterima pada masa akan datang. Dalam sutra-sutra agama Buddha, dijelaskan dengan tegas Hukum sebab-akibat ini, dan juga Niciren Daisyonin telah menulis berbagai surat yang menyatakan bahwa bagi yang tidak mengetahui prinsip hukum ini sebagai sesuatu yang tidak ber-prajna. Kalau dipandang berdasarkan pada kekekalabadian dari jiwa, maka jiwa tidak hanya terbatas pada masa sekarang ini saja, malah berkelangsungan dari masa lampau, sekarang dan akan datang. Hendaklah diketahui bahwa bekerjanya Hukum sebab-akibat adalah berdasarkan pada jiwa yang berkelangsungan ini. Dalam Surat dari Sado dikatakan, “Orang yang mendaki gunung yang tinggi pasti akan turun lagi. Orang yang meremehkan orang lain pasti akan diremehkan, orang yang mencerca wajah dan perawakan yang gagah pasti akan terlahir dalam rupa yang buruk. Orang yang merenggut pakaian, makanan dan minuman orang lain pasti akan menjadi iblis kelaparan. Orang yang menertawakan seorang bhiksu mulia yang mempertahankan pantangan dengan baik pasti akan terlahir dalam keluarga yang hina dan miskin. Orang yang mencela keluarga penganut Hukum yang benar pasti akan terlahir dalam keluarga yang berpandangan sesat. Orang yang mentertawakan seorang pertapa yang menjaga


pantangan dengan baik, pasti akan terlahir sebagai orang yang berkedudukan rendah dan ditindas oleh penguasa. Akan tetapi kita tidak mengetahui hal-hal selain masa sekarang saja, untuk itu perihal sebab-sebab masa lampau akan diterima sebagai nasib buruk atau masyarakat yang buruk saja. Pada akhirnya, kalau tidak mengamati secara mendalam kedalaman dari jiwa, maka tidak mungkin dapat menyelesaikan masalah pokok yang dikatakan sebagai nasib�.

Dalam Surat Kebajikan Tidak Nyata dan Imbalan Nyata dikatakan, “Kalau terdapat kebajikan tidak nyata, maka akan terwujud imbalan yang nyata.� Hal mana menunjukkan prinsip Hukum Sebab-Akibat yang tegas. Dan fungsi sebabakibat ini dijelaskan dengan wujud nyata adalah Dewa Kelahiran yang Sama dan Dewa Nama yang Sama. ***n 5

Catatan

Samantabadra | Januari 2019

33


34

Samantabadra | Januari 2019


Samantabadra | Januari 2019

35


ajaran

Gosyo Cabang

Surat Balasan kepada Ota Nyudo Dono Gosyo Zensyu halaman 1009

Latar Belakang

S

urat Balasan kepada Ota NyudoDono ini ditulis di Gunung Minobu pada tanggal 13 bulan 11 tahun Kenji pertama (1275), ketika Nichiren Daisyonin berusia 54 tahun. Surat ini diberikan kepada Ota Nyudo yang tinggal di Propinsi Simofusa, daerah Nakayama. Nama lain dari surat ini adalah Perihal Tenju Kyoju atau Kobyonoji no Koto. Ota Nyudo adalah seorang samurai dan nama aslinya adalah Ota Saemon Nojo Noriaki. Setelah ia membuang hati kepercayaan kepada Sekte Syingon dan menjadi penganut Nichiren Daisyonin, di belakang nama Nyudo diberi nama Jomyo. Ia tinggal di Propinsi Simofusa, daerah Nakayama dan memiliki tanah di daerah Etcyu dan Hitaci. Ota Nyudo, Toki Jonin, dan Soya Kyosin adalah pemimpin di daerah Simofusa. Dalam Surat dari Ota Nyudo yang dikirim kepada Nichiren Daisyonin tertulis mengenai keadaan Nyudo yang sakit. Maka, “Surat Balasan kepada Ota Nyudo Dono� adalah surat balasan atas surat tersebut. 36

Samantabadra | Januari 2019

Dalam surat ini terdapat bimbingan mengenai penyakit dengan mengutip sutra dan sastra yang membahas penyakit, seperti Vimalakirti-sutra, Nirvana-sutra, Saddharmapundarikasutra, Mahaprajnaparamita-sastra dari Bodhisattva Nagarjuna, Makasyikan dari Mahaguru Tien-tai dan lain-lain. Jika seluruh kalimat sutra dalam surat ini dibahas akan menjadi panjang. Maka, mengenai pembahasan penyebab penyakit dititikberatkan pada yang dibabarkan di dalam Nirvana-sutra dan Makasyikan.


Isi Gosyo

D

alam Nirvana-sutra dikatakan, “Pada waktu itu, Sang Tathagata ... mengambil penampilan sebagai orang yang tubuhnya sakit dan berbaring di sisi kanannya seperti orang yang sakit.” Saddharmapundarika-sutra menyatakan, “Dengan sedikit penyakit dan sedikit kesulitan.” Dalam Makasyikan rol ke-8 dikatakan, “Vimalakirti menggunakan tempat tidur tempat ia terbaring sakit di Vaisali untuk membabarkan ajarannya ... Tathagata menggunakan kematiannya untuk mengajarkan kekekalabadian jiwa dan menjelaskan kekuatan Hukum Buddha melalui penyakit.” Kalimat lainnya dari Makasyikan mengatakan, “Ada enam sebab jodoh timbulnya penyakit (1) ketidakharmonisan dari empat unsur besar, (2) makan dan minum yang tidak mengenal kepuasan, (3) keadaan tubuh yang buruk, (4) serangan Ki dari luar, (5) serangan iblis dari dalam, (6) akibat karma.” Dalam Nirvana Sutra dikatakan, “Ada tiga macam orang di dunia yang penyakitnya susah disembuhkan. Mereka adalah (1) orang yang memfitnah ajaran Mahayana, (2) orang yang melakukan lima dosa besar, (3) icchantika. Orang-orang tersebut menderita penyakit yang terparah.” Bagian lain dari Nirvana-sutra mengatakan, “Orang yang membuat karma buruk pada masa ini, pasti akan jatuh ke dalam penderitaan neraka pada masa berikutnya. Bagaimanapun juga, dengan menyumbang kepada Tri Ratna, seseorang dapat terhindar dari terjatuh ke dalam penderitaan neraka pada kehidupan yang akan datang. Akan tetapi, sebagai gantinya ia akan menderita penyakit kepala, mata atau punggung pada hidup kali ini.” Dalam Makasyikan dikatakan, “Meskipun seseorang memiliki karma berat ... akibatnya dapat dikurangi dalam kehidupan kali ini. Dengan demikian, penyakit muncul pada saat karma buruk akan dihapus.” dan lain-lain. Dalam Mahaprajnaparamita-sastra, Bodhisattva Nagarjuna mengatakan, “Bertanya dengan berkata, jika demikian, tidak ada sutra dari Avatamsaka sampai dengan Prajnaparamita yang merupakan hukum rahasia dan tersembunyi (Himitsu), namun Saddharmapundarika-sutra adalah rahasia dan tersembunyi ... Saddharmapundarika-sutra bagaikan tabib agung yang mengubah racun menjadi obat.” Dengan mengutip kalimat sastra itu, Mahaguru Tien-tai mengatakan, “Sutra ini membuat Dwiyana dapat mencapai kesadaran dengan cara yang sama seperti tabib ahli mengubah racun menjadi obat.” Oleh karena itu, dalam Mahaprajnaparamita-sastra dikatakan, “Tidak ada sutra lainnya yang rahasia dan tersembunyi, namun Saddharmapundarika-sutra adalah rahasia dan tersembunyi.” Dalam Makasyikan dikatakan, “Karena Saddharmapundarika-sutra dapat sungguh-sungguh menyembuhkan, maka disebut juga gaib (Myo).” Mahaguru Miao-lo mengatakan, “Karena dapat menyembuhkan yang benar-benar sulit untuk disembuhkan, maka disebut gaib (Myo).” Samantabadra | Januari 2019

37


Dalam Nirvana-sutra dikatakan, “Pada waktu itu, Raja Ajatasatru dari Rajagriha bersifat buruk ... ia membunuh ayahnya, tetapi kemudian dalam hati timbul penyesalan sehingga ia menjadi demam dan bisul tumbuh di seluruh tubuhnya. Bisul ini menjadi buruk dan berbau busuk, sehingga orang-orang yang mendekatinya merasa jijik. Pada waktu itu, ibunya, Vaidevi, mencoba menolong dengan menggunakan bermacam-macam obat, namun semuanya hanya membuat bisul itu bertambah parah, kelihatannya tidak ada harapan untuk disembuhkan. Raja menjelaskan kepada ibunya bahwa bisul itu disebabkan dari hati, bukan timbul dari ketidakharmonisan keempat unsur besar. Oleh karena itu, tabib biasa tidak dapat sungguh-sungguh menyembuhkannya. Pada saat itu, Buddha Sakyamuni, guru pembimbing yang maha karuna, demi sang raja, memasuki ‘meditasi mencintai bulan’. Ketika Beliau memasuki tingkat meditasi yang terdalam, seberkas sinar yang cemerlang memancar keluar dari Buddha dan menyinari tubuh raja. Bisul di tubuhnya itu dalam sekejap langsung sembuh.” Dalam rol ke-7 Saddharmapundarika-sutra, Sutra Mahamaitri dan menyeluruh, dikatakan, “Sutra ini merupakan obat manjur untuk penyakit manusia di seluruh dunia. Jika seseorang jatuh sakit dan dapat mendengar sutra ini, penyakitnya langsung hilang dan musnah serta menjadi tidak tua dan tidak mati.” Catatan kaki: ‘Meditasi mencintai bulan’ berarti, maha karuna Sang Buddha yang tak terbatas dibandingkan dengan sinar bulan yang menghilangkan kekhawatiran seseorang dan dapat membawa ketenangan pikiran.

38

Samantabadra | Januari 2019


Kutipan Gosyo

1

Dalam Nirvana-sutra dikatakan, “Pada waktu itu, Sang Tathagata ... mengambil penampilan sebagai seorang yang tubuhnya sakit dan berbaring di sisi kanannya seperti orang yang sakit.” Keterangan: Dalam Nirvana-sutra dibabarkan bahwa ketika Buddha Sakyamuni sakit dan berbaring miring ke kanan, Beliau menugaskan Mahakasyapa untuk mewakilinya membabarkan Hukum. Pada saat itu, timbul keragu-raguan dari Mahakasyapa terhadap penyakit Buddha Sakyamuni. Keragu-raguannya adalah, “Sang Buddha sebenarnya sudah terlepas dari semua penderitaan dan penyakit. Pada semua umat manusia terdapat empat racun yang merupakan penyebab penyakit. Itu adalah keserakahan, kemarahan, kebodohan dan kesombongan. Oleh karena tergantung pada empat penyebab penyakit ini, maka timbul penyakit segi jasmani dan penyakit segi kejiwaan. Tetapi, empat penyebab penyakit ini tidak terdapat pada Buddha.” Selanjutnya, “Orang yang memiliki dua macam sebab jodoh tidak akan menderita karena penyakit. Dua macam sebab jodoh tersebut adalah hati, yang berbelas kasihan terhadap umat manusia dan memberikan obat kepada orang yang sakit. Di masa lampau, Sang Buddha telah menumpuk sebab jodoh tersebut sampai tak terhitung banyaknya, maka Sang Buddha tidak akan menjadi sakit. Kalau Buddha menjadi sakit, akan

timbul keragu-raguan dari orang-orang di dalam masyarakat, maka mohon Sang Buddha bangun dan kami ingin menerima pembabaran hokum.” Demikianlah Kasyapa memohon dengan sungguh hati. Menjawab permohonan tersebut, Sang Buddha bangun dari tempat peristirahatan-Nya dan dengan menyinari cahaya terang ke sepuluh penjuru dunia Beliau membabarkan, “Semua umat ini mempunyai sifat Buddha, maka semua mahluk hidup mempunyai kemungkinan untuk menjadi Buddha,” dan “Para Buddha tidak mempunyai penyakit yang sesungguhnya, karena telah terlepas dari semua penyakit. Tetapi di dalam masyarakat, orang-orang yang tidak mengetahui hukum rahasia dan tersembunyi dari Mahayana saja yang merasakan bahwa sebenarnya Buddha mempunyai penyakit!”

2

Dalam Makasyikan rol ke-8 dikatakan,“ ... ada enam sebab jodoh timbulnya penyakit ... ”

Keterangan: Mahaguru Tien-tai dari Tiongkok dalam Makasyikan rol ke-8 mengatakan bahwa ada enam penyebab timbulnya penyakit. Pertama, ketidakharmonisan di antara empat unsur besar yang menyusun tubuh kita ini. Berarti, ketika unsur tanah, unsur air, unsur api, dan unsur angin menjadi tidak seimbang, maka akan dapat menimbulkan penyakit. Kedua, makan yang tidak teratur, berlebihan atau kekurangan makan dan

Samantabadra | Januari 2019

39


hanya memakan makanan yang disukai saja akan menimbulkan penyakit. Ketiga, sembahyang yang tidak teratur, hidup yang tidak teratur, sikap yang buruk, hati yang malas juga akan menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, marilah kita menjalankan Gongyo dan Daimoku pagi dan sore dengan benar serta menjalankan kehidupan yang teratur. Keempat adalah penyakit Ki. Ki buruk mencari kesempatan pada orang yang lengah, masuk ke dalam empat unsur besar tubuh dan lima organ tubuh, sehingga menimbulkan penyakit. Penyakit Ki ini dapat merenggut nyawa manusia. Kelima, adalah penyakit iblis. Iblis surga merasuk ke dalam hati seseorang, menghancurkan hati menuju pencapaian kesadaran Buddha, menimbulkan hati yang sesat dan merampas karunia kebajikan yang telah kita tumpuk. Penyakit Ki yang dijelaskan terdahulu adalah penyakit jasmani, sedangkan penyakit iblis adalah penyakit perasaan hati. Keenam adalah penyakit karma. Karma buruk dari masa lampau bergerak berdasarkan sebab karma buruk masa sekarang, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Orang yang membunuh mahluk hidup di masa lampau akan terkena penyakit jantung dan mata. Orang yang mabuk-mabukan di masa lampau akan terjangkit penyakit hati atau mulut. Orang yang melakukan perzinahan di masa lampau akan terjangkit penyakit ginjal atau telinga. Orang yang melakukan pemfitnahan di masa lampau akan terjangkit penyakit empedu atau lidah. Orang yang mencuri di masa lampau akan terjangkit penyakit paru-paru atau hidung. Ketiga macam penyakit yang pertama di antara enam macam penyakit tersebut 40

Samantabadra | Januari 2019

dapat disembuhkan dengan obat atau dokter. Tetapi, tiga macam penyakit yang disebut terakhir hanya dapat disembuhkan melalui pelaksanaan hati kepercayaan yang benar terhadap Hukum Buddha. Empat penyebab penyakit, keserakahan, kemarahan, kebodohan, dan kesombongan yang dibabarkan di dalam Nirvana-sutra, semuanya timbul dari dalam perasaan hati kita sekalian. Sebaliknya, dalam Makasyikan dibabarkan mengenai penyebab dari dalam dan penyebab dari luarnya.

3

Dalam Nirvana-sutra dikatakan, “Ada tiga macam orang di dunia yang penyakitnya susah disembuhkan......� Keterangan: Dalam Nirvana-sutra dibabarkan bahwa di dalam masyarakat ada tiga macam penyakit yang tidak dapat disembuhkan, sekalipun oleh Sang Buddha. Ketiga macam penyakit berat itu adalah pertama, orang yang memfitnah Dharma, yakni memfitnah orang yang mempertahankan Hukum Buddha yang sesungguhnya. Kedua, orang yang menjalankan Lima Dosa Besar, yakni orang yang membunuh ayah, orang yang membunuh ibu, orang yang membunuh arahat (bhiksu), orang yang mengeluarkan darah dari badan Sang Buddha, dan orang yang memecah belah perkumpulan Sangha yakni memecah belah susunan agama Buddha. Ketiga, adalah Icchantika, yakni orang yang sama sekali tidak memiliki hati kepercayaan, orang yang sama sekali tidak memiliki hati yang ingin mencari Hukum Buddha. Dibabarkan bahwa ketiga penyakit ini merupakan penyakit berat di dunia.


Jika menumpuk karma buruk di masa sekarang, maka di masa akan datang pasti terjatuh ke dalam neraka. Tetapi, kalau menyumbang kepada Tri Ratna, Buddha, Dharma dan Sangha, pasti tidak akan terjatuh ke dalam neraka, dan di masa sekarang dapat menerima imbalan dengan ringan berupa terkena penyakit kepala, mata, atau punggung. Inilah yang dikatakan karunia kebajikan dari Tenju Kyoju (merombak dosa berat, sehingga diterima dengan ringan).

4

Dalam Makasyikan dikatakan, “Meskipun seseorang memiliki karma berat... akibatnya dapat dikurangi dalam kehidupan kali ini. Dengan demikian, penyakit muncul pada saat karma buruk akan dihapus�, dan lain-lain. Keterangan: Mengenai kalimat di atas, dalam Makasyikan Mahaguru Tien-tai menjelaskan bahwa seandainya di masa lampau seseorang memiliki dosa berat, maka pada saat akan ditebus dengan ringan pada masa sekarang ia akan terkena penyakit. Kalau ada yang terkena penyakit, sering orang mengatakannya sebagai terkena hukuman dan sebagainya. Orang yang mengatakan demikian ini seharusnya merasa malu sebagai manusia. Kalau kita mengetahui ada orang yang menderita karena penyakit, seharusnya kita menyebut Daimoku demi orang tersebut, dan jika ada waktu senggang pergilah menjenguk dan memberi semangat. Inilah sikap orang yang menjalankan hati kepercayaan kepada Hukum Buddha. Jangan sampai mudah mengatakannya sebagai terkena hukuman.

Empat penderitaan dari lahir, tua, sakit, dan mati secara merata dialami oleh setiap umat manusia. Buddha Sakyamuni maupun Nichiren Daisyonin pun pernah jatuh sakit. Orang yang percaya kepada Hukum Buddha dapat menghapus dosa pemfitnahan dharma dari masa lampau melalui penyakit.

5

Saddharmapundarika-sutra bagaikan tabib agung yang mengubah racun menjadi obat.�

Keterangan: Hanya Saddharmapundarika-sutra lah yang merupakan obat manjur untuk penyakit Ki, penyakit iblis, penyakit karma, penyakit yang sulit disembuhkan, dan lain-lain. Mahaguru sastra dari India, Bodhisattva Nagarjuna dalam Mahaprajnaparamita-sastra mengatakan, “Bertanya dengan berkata, jika demikian, tidak ada sutra dari Avatamsaka sampai dengan Prajnaparamita yang merupakan hukum rahasia dan tersembunyi, namun Saddharmapundarika-sutra adalah rahasia dan tersembunyi..... bagaikan tabib agung yang mengubah racun menjadi obat. Sariputra dan Maudgalyayana yang merupakan dwiyana yang dikatakan di dalam sutra lainnya pasti tidak dapat mencapai kesadaran Buddha, dalam Saddharmapundarika-sutra mendapat penganugerahan pencapaian kesadaran Buddha seperti racun yang diubah menjadi obat. Oleh karena itu, sutra yang lain, bukan hukum rahasia dan tersembunyi. Saddharmapundarika-sutra lah yang merupakan Hukum rahasia dan tersembunyi.�

Samantabadra | Januari 2019

41


Mahaguru Tien-tai mengatakan, “Karena Saddharmapundarika-sutra dapat sungguhsungguh menyembuhkan, maka disebut juga gaib (myo).....” Dan Mahaguru Miao-lo mengatakan, “Karena dapat menyembuhkan yang benar-benar sulit untuk disembuhkan, maka disebut gaib (myo).”

6

Dalam rol ke-7 Saddharmapundarika-sutra--Sutra Mahamaitri dan menyeluruh dikatakan, “Sutra ini merupakan obat manjur untuk penyakit manusia di seluruh dunia. Keterangan: Kalimat ini menyatakan maha maitri karuna bahwa semua umat manusia dapat mencapai kesadaran Buddha. Dalam Bab ke-23 Saddharmapundarikasutra dikatakan, “Sutra ini merupakan obat manjur untuk penyakit manusia

42

Samantabadra | Januari 2019

di seluruh dunia. Jika seseorang jatuh sakit dan dapat mendengar sutra ini, penyakitnya langsung hilang dan musnah serta menjadi tidak tua dan tidak mati. Akan dapat memperoleh jiwa Buddha yang kekal abadi.” Ini menyatakan bahwa Saddharmapundarika-sutra adalah obat yang terunggul, dan Sang Buddha adalah tabib yang terunggul. Di dalam Masa Akhir Dharma, Nammyohorengekyo adalah obat yang terunggul dan Nichiren Daisyonin, Buddha Pokok Masa Akhir Dharma, justru merupakan tabib yang terunggul. Nammyohorengekyo ini merupakan dasar pokok seluruh sutra dan juga merupakan intisari Saddharmapundarika-sutra. Dalam Surat Balasan Kepada Soya Dono dikatakan, “Yang dikatakan Nammyohorengekyo bukan hanya merupakan sumber dari sutrasutra seumur hidup Buddha Sakyamuni, bahkan merupakan hati, badan, dan intisari Saddharmapundarika-sutra" (Gosyo Zensyu halaman 1058). ***


Samantabadra | Januari 2019

43


44

Samantabadra | Januari 2019


Forum Diskusi

ajaran

Tanya Jawab Perihal Karma Tetap Dialog dengan MPU Suhadi Sendjaja

1

Dalam pandangan masyarakat umum adan istilah, apa yang kita tanam maka hal itu yang akan kita tuai. Di dalam gosyo perihal memperpanjang karma tetap, ada penjelasan bahwa kita bisa mengubah karma kita. Jika demikian, apakah kita bisa berbuat jahat dahulu, lalu bertobat dan mengubah karma kita kemudian? Mohon penjelasannya. Hukum karma itu adil. Semua sebabsebab yang kita buat secara langsung akan masuk ke dalam gudang karma kita sebagai akibat yang akan kita peroleh ketika waktunya matang, tanpa ada intervensi dari karma orang lain. Sebab dari perbuatan jahat akan menghasilkan akibat buruk, begitu pula sebaliknya, sebab dari perbuatan baik akan menghasilkan akibat yang baik. Maksud dari mengubah karma dalam hal ini berarti mengubah kebiasaan dan kesesatan pokok jiwa kita dengan berhenti melakukan sebab-sebab yang buruk dan tobat; sungguh-sungguh berikrar pada diri sendiri untuk tidak mengulangi keburukan

yang pernah diperbuat atau berbuat keburukan lainnya. Akibat yang akan kita peroleh dari sebab-sebab (perbuatan, ucapan, pikiran) yang telah kita lakukan tidak akan berubah, namun dengan kekuatan dari Nammyohorengekyo— Saddharmapundarika-sutra kita mampu mengubah karma tetap kita. Karma tetap dapat kita artikan sebagai panjangnya usia kita yang sesungguhnya ditentukan oleh diri kita sendiri; elaborasi antara sebab-sebab perbuatan kita di masa lampau dan sikap hidup (pola hidup) yang kita jalani pada hidup kali ini. Kita tidak dapat menentukan atau memperkirakan kapan kita akan mati (kecuali jika berencana bunuh diri), namun ketika sikap hidup kita diarahkan pada hal-hal yang positif, sebabsebab tersebut mampu memperpanjang masa hidup kita. Hal ini dikarenakan tubuh dan jiwa kita mampu menarik energi positif dari alam semesta dan sel-sel di dalam tubuh pun dapat beregenerasi secara optimal ketika misalnya kita dalam kondisi sakit kritis dan sembuh atau bertahan hidup lebih lama.

Samantabadra | Januari 2019

45


Jadi yang berubah bukanlah sebab buruk menjadi akibat baik, melainkan perubahan (perpanjangan) karma tetap, yaitu panjangnya usia kita. Beberapa bukti nyata perubahan karma tetap ini dialami oleh anggota NSI yang divonis penyakit berat atau selamat dari kecelakaan maut. Apabila kita amati perjalanan hidupnya, terjadi perubahan sifat dan sikap hidup mereka dari dominasi kecenderungan sifat buruk, bertobat. Secara berkelangsungan mengembangkan sikap-sikap baik dan meninggalkan kebiasaan buruk. Hal ini akan menjadi dasar kecukupan rejeki jiwa (karma baik) yang berlangsung dari kehidupan masa lampau hingga saat ini. Dengan rejeki jiwa yang cukup, jiwa kita memiliki kekuatan dan ketahanan untuk mengatasi kesulitan hidup, menarik jodohjodoh baik yang ada di sekitar kita, dan mewujudkan hidup yang lebih bernilai. Perpanjangan usia berarti terbukanya kesempatan bagi kita untuk berbuat lebih banyak karma baik. Waktu hidup inilah yang perlu kita manfaatkan dengan sebaikbaiknya.

2

Apabila perpanjangan karma tetap bisa ditentukan,bagaimana dengan cara meninggal, apakah bisa kita tentukan juga? Perpanjangan karma sesungguhnya bersifat tertentu namun tidak dapat kita pastikan kapan terjadinya. Walau demikian, indikator umumnya bisa kita amati ketika seseorang, misalnya, selamat dari kecelakaan maut atau pulih dari penyakit kritis.

46

Samantabadra | Januari 2019

Sikap hidup yang berdasarkan syinjin sesungguhnya secara wajar akan membuat orang tersebut sadar dan meningkatkan semangat hidup untuk hidup secara lebih bernilai. Tumpukan karma baik dan karma buruk di dalam gudang karma kita sesungguhnya sudah menentukan nasib kita; bagaimana dan kapan kita akan meninggal. Namun kita sendiri tidak dapat memprediksi atau memastikannya. Oleh karena itu fokus kita sebaiknya bukan pada mengetahui akhir waktu kita, tetapi bagaimana kita bisa memanfaatkan setiap detik yang kita miliki dengan hal-hal yang bernilai dan penghidupan yang benar sesuai Buddha dharma. Dengan demikian, ketika saat ajal kita akhirnya tiba, tidak akan ada penyesalan dan kita bisa meninggal dengan tenang dan membawa tumpukan karma baik yang lebih banyak untuk kehidupan mendatang.

3

Jika karma tetap bisa diperpanjang, apakah karma tetap bisa diperpendek juga?

Bisa. Karma tetap dalam hal ini berarti usia atau masa hidup manusia. Perpanjangan atau pemendekkan karma tergantung dari sikap hidup (sikap syinjin) kita sehari-hari yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan baik, penghidupan yang benar, akan menghasilkan rejeki jiwa dan perpanjangan karma (usia). Pola hidup yang buruk, penghidupan yang keliru, akan menghasilkan karma buruk dan pemendekkan karma. Hal ini sesungguhnya adalah bagian dari proses kewajaran.


4

Apakah orang-orang yang tidak percaya Gohonzon juga bisa memperpanjang karma tetapnya?

Bisa. Namun bagi yang memiliki dan percaya Gohonzon, kita mempunyai keunggulan dalam hal jalan pencapaian kesadaran Buddha. Ajaran dari Saddharmapundarika-sutra sesuai dengan bakat dan karakater umat manusia masa mutakhir dharma (kita semua yang hidup pada zaman ini). Dengan menyebut mantera agung Nammyohorengekyo kita dapat mengubah kesesatan pokok jiwa menjadi kesadaran. Tentu hal ini harus diiringi dengan pelaksanaan yang konsisten dan dicerminkan dalam pikiran, ucapan dan perbuatan yang berdasarkan Buddhisme. Buddha telah menunjukkan jalan terbaik dan paling tepat bagi kita untuk mewujudkan kebuddhaan dan memperpanjang karma tetap kita. Kini semua tergantung dari pelaksanaan dan kesungguhan hati kita.

5

Apabila ada anak kecil yang meninggal di usia balita ketika dia belum bisa banyak mencipta nilai, apakah ia tidak akan bisa mengubah karma mati mudanya di kehidupan yang akan datang? Bisa, di sinilah peran dari doa orang-orang terdekatnya yang masih hidup, terutama keluarganya. Dengan melantunkan Nammyohorengekyo dalam daimoku dan gongyo, sesungguhnya kita menyampaikan getaran dunia Buddha ke alam semesta, termasuk kepada jiwa anak tersebut. Getaran doa dari pihak

keluarga adalah yang paling kuat, dan dapat berkontribusi dalam perubahan gejolak dasar kejiwaan orang yang sudah meninggal. Ketika sudah meninggal, hakikat wujud jiwa kita terurai dan menjadi pasif. Manusia yang masih hiduplah yang dapat secara aktif membawa perubahan karma dan nasib bagi dirinya sendiri dan lingkungannya, termasuk jiwa orang yang telah meninggal.

6

Ada orang yang semasa hidupnya gemar berderma dan aktif dalam kegiatan sosial, namun ia meninggal dalam kecelakaan mobil. Bagaimana pandangan agama Buddha mengenai hal ini? Perjalanan jiwa manusia itu unik, berbeda antara satu dan yang lainnya. Buddha Sakyamuni dengan prajna Buddha dan kebijaksanaan yang paripurna dapat memproyeksikan kehidupan ketiga masa dari sebuah jiwa. Namun kita manusia biasa yang kondisi jiwanya masih labil, sulit untuk menjangkau kemampuan untuk memproyeksikan kehidupan seperti halnya Buddha Sakyamuni. Perwujudan nasib manusia terbentuk dari karma di kehidupan kali ini dan masa-masa lampau yang berkalpa koti lamanya; perjalanan hidup-mati yang begitu banyaknya. Begitu kompleksnya sedemikian rupa sehingga kita tidak bisa menganggap orang yang suka berderma pasti akan berumur panjang dan meninggal dalam kondisi sakit tua. Atau pembunuh bayaran akan mati mengenaskan dimakan binatang buas. Anggapan-anggapan seperti itu hanya akan menyesatkan cara berpikir Samantabadra | Januari 2019

47


kita dan menghambat kita dari pelaksanaan Buddhisme yang tulus dan sesungguhnya. Kenyataannya, orang dengan sikap hidup yang baik mungkin memiliki tumpukan karma buruk yang begitu berat dari kehidupan sebelumnya. Begitu juga dengan orang yang kelihatannya jahat dan picik, bisa jadi memiliki tumpukan karma baik dari kehidupan sebelumnya. Karma adalah hal yang pasti, namun formula dari sebab perbuatan hingga akibat hasilnya terdiri dari banyak faktor dan elemen yang tidak dapat dikalkukasi oleh pikiran manusia biasa; hanya bisa dilakukan oleh Buddha dan Buddha. Oleh karena itu, anggapan bahwa “orang baik” harus berumur panjang serta mulia, sedangkan “orang jahat” pasti cepat mati dan hidup sengsara menjadi tidak relevan dan merupakan stigma negatif yang akhirnya membuat banyak manusia terfokus pada keheranan yang tidak berujung dan kontra produktif. Saatnya kita fokus dan menyadari setiap langkah dalam perjalanan hidup kita. Petikan kalimat gosyo “saat ajal adalah sekarang” hendaknya mengingatkan kita bahwa kita tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi panjangnya usia kita. Yang bisa kita lakukan adalah memaksimalkan waktu hidup kita sebaik mungkin dengan hal-hal yang bernilai kebaikan bagi orang lain dan lingkungan sekitar kita, terus berkreasi, berinovasi, dan berkontribusi bagi perubahan sosial yang positif di masyarakat. ***

48

Samantabadra | Januari 2019


refleksi

Waspada Depresi Penyebab Bunuh Diri

F

enomena bunuh diri bukan hanya menjadi masalah di Indonesia saja, melainkan juga banyak terjadi di negara-negara lain di dunia. Berdasarkan data yang dikeluarkan World Health Organization (WHO) pada 2012, sebanyak 804.000 kematian di dunia ini disebabkan oleh bunuh diri. Secara global tingkat rasio bunuh diri adalah 11,40 orang per 100.000 penduduk. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang untuk memutuskan mengakhiri hidupnya. Beberapa di antaranya jika dipandang dari sudut pandang agama Buddha adalah tidak bisa menerima kenyataan, ingin lari dari kenyataan

karena tidak ada kekuatan untuk menghadapinya, masalah ekonomi, tidak dapat melupakan trauma masa lalu yang sangat menyakitkan, merasa menderita tertekan menghadapi pendamping hidup yang kasar dan suka selingkuh, menderita sakit yang tak kunjung sembuh, mempunyai pandangan yang salah mengenai konsep kematian, serta tidak ada orang yang dipercaya untuk diajak berdiskusi. Kebanyakan masyarakat umumnya masih terikat dengan penderitaan. Namun ajaran agama Buddha mengajarkan kepada kita harus melepaskan keterikatan yang membuat kita menderita. Banyak masyarakat tidak bisa

nengontrol sekejap-kejap perasaannya yang terbungkus dengan ketiga racun kemarahan, keserakahan, dan kebodohan. Sebagaimana dalam Saddharmapundarika Sutra dikatakan, “Semua mahluk hidup bersuka ria (sjujo syo yuraku).� Hal ini bukanlah suatu sikap melarikan diri dari penderitaan hidup, melainkan suatu prinsip yang mengungkapkan kegembiraan hidup yang tertinggi yang hanya dapat dicapai melalui perjuangan tegas melawan penderitaan. Hendaknya umat Buddha tidak melarikan diri dari penderitaan hidup. Ini adalah satu kesadaran tertinggi yang dicapai oleh sang Buddha Samantabadra | Januari 2019

49


Sakyamuni. Niciren Daisyonin mengungkapkan pengertian ini secara lebih tegas sebagai prinsip kesatuan hidup dan mati yang tidak terpisahkan (syoji funi). Prinsip ini menegaskan bahwa kematian bukan lagi satu upaya tetapi hidup dan mati pada hakekatnya satu adanya. Dalam Icinen Sanzen dikatakan agama Buddha mempunyai konsep tentang karma. Berdasarkan konsep karma ini, kebanyakan filsafat Timur melihat kebahagian dan penderitaan dalam kehidupan seorang manusia sebagai perwujudan hukum sebab akibat yang terdapat di dalam jiwanya. Agama Buddha melihat jelas suatu kenyataan sebab pokok segala penderitaan saat ini terkandung di dalam jiwa manusia itu tersendiri. Oleh karena itu, agama Buddha nengajarkan bahwa kita harus menerima akibat dari sebab-sebab tersebut untuk dirombak dan diatasi agar kita dapat meraih suatu kebahagian yang mutlak. Kehidupan dan kematian semuanya terkandung di dalam jiwa kita. Sehingga sambil mengulangi kehidupan dan kematian, jiwa manusia membangkitkan arus yang amat besar dalam jangka waktu yang abadi. Makanya adanya kematian tidak lain 50

Samantabadra | Januari 2019

untuk kelahiran dan kehidupan yang akan datang, serta untuk semakin memperkaya kehidupan yang akan datang. Salah satu kalimat Saddharmapundarika Sutra berbunyi, “Sebagai suatu upaya aku wujudkan nirwana atau kemoksyaan (hoben gen nehan).� Maksud dari kalimat tersebut adalah kematian

diwujudkan sebagai suatu upaya untuk kebahagian hidup. Di dalam gosyo Pencapaian Kesadaran Buddha dikatakan, “Sebenarnya membaca satu kalimat dari satu kata, serta menyalin satu huruf dan satu titik dari sutra ini sudah merupakan sebab untuk melepaskan diri dari penderitaan lahir dan mati, serta mencapai kesadaran agung.� Oleh sebab itu, orang yang telah berjodoh dengan huruf-huruf sutra ini

pasti dapat dibebaskan dari raja neraka. Maka, dengan menjalan gongyo daimoku sungguh hati selain diri sendiri bisa mengatasi penderitaan dan mencapai kesadaran Buddha, kebahagian yang sesungguhnya. Buddha Niciren katakan untuk melepaskan penderitaan triloka dan keenam dunia ini tiada jalan lain selain menjalankan pertapaan hukum agama Buddha agar kita dapat menerangin kegelapan dan kesesatan jiwa kita, serta dapat membuka kesadaran Buddha yang sejati. Sebarkanlah hukum Buddha Niciren Syosyu agar seluruh umat manusia dapat keluar dari penderitaan hidup dan mati. Dengan menjalankan gongyo daimoku sungguh hati dapat mengatasi orang yang mengalami depresi berat. Disarankan kepada semua umat jika memiliki kesulitan atau masalah yang membuat kita menderita, selain doa di hadapan Gohonzon, kita juga dapat mencari orang yang dapat dipercaya untuk berbagi. (Lily Happy)


wawasan

Kisah Perjuangan Pahlawan Nasional Depati Amir

S

alah satu tokoh yang baru dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional adalah Depati Amir. Mendengar nama itu memang langsung teringat sebuah bandara. Ya, Depati Amir adalah tokoh dari Bangka Belitung. Dikutip dari situs Kemendikbud, Pemerintah Hindia Belanda memberikan gelar Depati kepada Amir pada tahun 1830. Namun Amir menolak jabatan tersebut yang kemudian membuat Belanda khawatir. Amir diminta oleh

Pemerintah Hindia Belanda menggantikan ayahnya, Depati Bahrain. Selain putra dari Depati Bahrain, sosok Amir juga disegani Belanda karena sepak terjangnya menumpas perompak di perairan Bangka bersama dengan 30 pengikutnya. Meski jabatan itu ditolak oleh Amir, namun rakyat Bangka kala itu tetap memanggilnya Depati. Hingga kini tokoh pejuang itu dikenal dengan nama Depati Amir. Dikutip dari buku “Konflik di Kawasan Pertambangan Timah Bangka Belitung: Persoalan

dan Alternatif Solusi� terbitan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Depati Amir termasuk golongan elite Bangka. Tak mau wilayahnya terus-menerus dikuasai pihak lain, tentu saja elite seperti Depati Amir memberontak. Depati Bahrain selaku ayah Depati Amir sudah mengawali pemberontakan. Ada pula pejuang bernama Batin Tikal yang bersama menghantam Belanda. Pertempuran sudah dimulai pada tahun 1818 di sekitar Bangka Kota dan berakhir dengan perdamaian ada Samantabadra | Januari 2019

51


1829. Batin Tikal meneruskan perjuangan Depati Bahrain, hingga Depati Amir yang melanjutkan perjuangan, melibatkan pula para penambang Tionghoa. Penambang Tionghoa tersebut ikut berjuang karena juga merasa dirugikan sebagai akibat korupsi para staf kolonial Belanda dalam pemberian fasilitas makanan dan kebutuhan pokok mereka. Perjuangan menghantam penjajah dilakukan sampai ke aktivitas gerilya. Pasukan tambahan Belanda dari Batavia didatangkan untuk menumpas pemberontakan Depati Amir dan kawan-kawan. Dijelaskan Dien Madjid dalam “Depati Amir and Chinese People’s Resistance against Dutch Colonialism in Bangka, 1848-1851: An Archival Study”, para gerilyawan pimpinan Depati Amir yang terdiri dari orang Bangka dan orang Tionghoa itu menggunakan senjata yang tak memadai, sementara pasukan Belanda menggunakan senjata yang lebih baik plus strategi yang lebih modern. Namun Belanda tak cuma memakai alat dan strategi modern. Mereka menggunakan taktik politik pecah-belah. Mereka mempekerjakan pribumi (Dien Madjid menggunakan istilah ‘indigenous’ dalam tulisan Bahasa Inggrisnya itu) untuk membujuk Depati Amir supaya menyerah. Pada 17 Januari 1851, lewat sepucuk surat laporan, 52

Samantabadra | Januari 2019

diketahui kondisi Depati Amir dan rekan-rekannya sudah semakin lemah. Mereka kekurangan makanan di tengah aktivitas gerilya yang keras. Mereka bersembunyi di hutan Mendu Barat. Belanda menggelar sayembara, siapa yang bisa menyerahkan Depati Amir ke pihak Belanda maka akan diberi hadiah. Empat orang antek Belanda berhasil melakukannya. Depati Amir akhirnya harus mengakhiri gerilyanya dengan tanda menyerahkan keris, cincin emas, dan duit 6 Gulden Spanyol ke empat orang antek Belanda itu. Dengan kata lain, Depati Amir menyerah. Di sekitar Depati Amir juga sudah bersiaga pasukan Belanda. Depati Amir kemudian diikat dengan tali dan digelandang ke tempat Residen setempat. Dan benar saja, Belanda menepati janjinya yakni memberi hadiah untuk orang yang berhasil menyerahkan Depati Amir. Hadiahnya 1.000 gulden. Duit 1000 gulden itu dibagibagi untuk banyak orang yang punya andil dalam membawa Depati Amir ke pihak Belanda. Angar dan Sawal masingmasing dapat 100 gulden, Haji Mohammad Seman dapat 100 gulden, Batin (penghulu adat) Awal dari Bukit mendapat 100 gulden, Batin dari Mundu Barat dapat 100 gulden, pasukan Mohamad dapat 100 gulden, Batin dari Mundu Timur dapat 25 gulden, dan 36 pasukan dapat 375 gulden.

Depati Amir tak dibunuh Belanda, karena ada kekhawatiran itu bisa memicu kemarahan seluruh orang Bangka. Maka Depati Amir dibuang ke Kupang, Nusa Tenggara Timur. Meski diasingkan, Depati Amir tak berhenti berjuang mengusir Belanda. Dia bahkan menjadi penasehat raja-raja di Timor dan menyebarkan agama Islam di sana. Depati Amir yang lahir di Pulau Bangka tahun 1805 itu meninggal di Kupang NTT pada 28 September 1869. Sumber: https://news.detik.com/ berita/4296279/ujung-gerilya-depatiamir-menyerah-di-depan-pribumi-antekbelanda


Indonesia Punya Perpustakaan Kayu Terlengkap di Dunia

I

ndonesia memiliki Xylarium Bogoriense atau biasa dikenal dengan perpustakaan kayu nomor satu dunia dengan 192.395 spesimen, per September 2018. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengelola perpustakaan yang menyimpan ribuan spesimen kayu dari seluruh Indonesia. Perpustakaan yang terletak di Kota Bogor, Jawa Barat ini memiliki koleksi hingga 192.395 spesimen kayu. Akhir September 2018, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya menandatangani prasasti deklarasi Xylarium Bogoriense di Yogyakarta. ”Sebuah prestasi yang patut kita syukuri bersama, dan sebagai bukti nyata bahwa Indonesia mampu berkiprah pada tataran internasional dalam bidang pengelolaan

keragamanan sumberdaya hayati,” katanya dalam keterangan kepada media. Penandatangan prasasti ini di atas kayu leci (Litchi chinensis) dengan diameter 108 (terbesar) dan 90 (terkecil). Pohon ini merupakan endemik Tiongkok yang ditanam di Kebun Raya Bogor pada 1923, salah satu pohon tertua di Kebun Raya Bogor dan tumbang pada 2018. Sejak 1914, Xylarium Bogoriense pertama kali didirikan oleh pemerintah Belanda. Perpustakaan ini satu dari 184 xylarium di dunia yang ada di 60 negara. Sejak 1975, perpustakaan ini telah tercatat dalam Index Xylariorum, Institutional Wood Collection yang dikelola oleh International Association of Wood Anatomists (IAWA). Data KLHK, Juli 2018, Xylarium Bogoriense menempati peringkat keempat perpustakaan kayu di dunia dengan koleksi 67.864 spesimen Samantabadra | Januari 2019

53


kayu. Belanda (Leiden) menduduki urutan pertama dengan 125.000 spesimen, diikuti Amerika Serikat (Laboratory USDA) dengan 105.000 spesimen dan Belgia (the Royal Museum of Central Africa) dengan 69.000 spesimen. Kini koleksi perpustakaan ini sudah meningkat hingga 192.395 spesimen, pada September 2018. Pencapaian angka ini tak lepas peran dari berbagai pihak, seperti Kemenristekdikti, LIPI, perguruan tinggi, industri perkayuan, pemerintah provinsi, lembaga swadaya masyarakat dan pengelola kesatuan pemangku hutan turut serta menambah koleksi. Pada 10 Agustus 2018, Menteri Siti mengirimkan surat kepada gurbernur agar bersama berkontribusi meningkatkan koleksi spesimen kayu ke Xylarium Bogoriense ini. Xylarium jadi basis utama identifikasi kayu dalam perdagangan produk kayu. Pasalnya, dokumentasi ini memuat dokumentasi keragaman jenis kayu di Indonesia yang bermanfaat sebagai penunjang penelitian dan sumber informasi ilmiah jenis kayu. Krisdianto, peneliti madya di Laboratorium Anatomi Tumbuhan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor mengatakan, spesimen kayu yang disimpan berbentuk trapesium. Setiap spesimen didokumentasikan berdasarkan nomor koleksi, asal kayu, nama latin, nama lokal, suku, tanggal pengoleksian hingga nama kolektor. Spesimen ini, katanya, tak hanya untuk para peneliti, juga bagi bea cukai, aparat kepolisian dan importir kayu negara lain. Hal ini, katanya, untuk mengidentifikasi dalam penegakan hukum dan perdagangan kayu bebas. Pendeteksi kayu dalam hitungan detik September lalu, Puslitbang Hasil Hutan KLHK meluncurkan alat identifikasi kayu otomatis (AIKO) berbasis computer vision. AIKO merupakan aplikasi untuk 54

Samantabadra | Januari 2019

identifikasi jenis kayu lebih cepat dan akurat. Alat ini hasil kerjasama KLHK dan LIPI sejak 2017 melalui dukungan program Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (INSINAS), Kemenristekdikti. Hanya dalam hitungan detik, AIKO mampu mengidentifikasi kayu. Jelas, aplikasi sangat efisien dalam mengidentifikasi kayu secara manual, yang biasa memerlukan waktu 1-2 minggu karena ada 163 karakter perlu dicermati. Basis data dalam aplikasi ini didukung koleksi kayu yang ada Xylarium Bogoriense, yang memiliki lebih 45.000 contoh kayu dari 3.000 spesies kayu se-Indonesia. Aplikasi berbasis data digital ini dapat memberikan informasi berupa nama latin atau jenis kayu, berat jenis, kelas kuat, kelas awet, klasifikasi perdagangan, dan rekomendasi kegunaan. Berdasarkan data License Information Unit (LIU) sebanyak 1.044 jenis kayu yang diperdagangkan di Indonesia. Kini, jumlah bertambah sekitar 226 jenis kayu masih belum terdata. Adapun, 132 jenis spesies kayu belum terdaftar dalam Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 163/2009.


Aplikasi AIKO ini dapat digunakan pada aplikasi Android dengan memotret penampang kayu, selanjutnya ponsel yang terkoneksi internet akan mengidentifikasi jenis kayu dalam hitungan detik. Aplikasi ini akan melakukan kesamaan data dengan gambar dari data yang tersimpan dalam server. Peningkatan PNBP Terobosan pengembangan aplikasi AIKO ini pun diharapkan mampu meningkatkan pendapatan negara bukan pajak (PNBP).

per identifikasi, akan menghasilkan miliaran rupiah bagi PNBP. Saat ini, Pusat Litbang Hasil Hutan menyetor sekitar Rp300 juta PNBP per tahun dari identifikasi kayu. Meski saat ini, aplikasi ini masih belum bisa dipakai umum dan belum diunggah di Playstore maupun IOS karena terobosan ini masih terkendala pembiayaan lanjutan. Sumber:https://www.goodnewsfromindonesia. id/2018/12/02/siapa-sangka-indonesia-miliki-perpustakaan-kayuterlengkap-dunia

Diperkirakan bila dalam satu hari AIKO bisa dipakai sampai 500 kali dengan tarif Rp100.000

Resep Ayam Rica-rica Bahan-bahan: 1. 1/2 ekor ayam Bumbu halus: 2. 3 siung bawang putih 3. 3 siung bawang merah 4. 3 buah cabai merah besar 5. 5 buah cabai rawit pedas 6. 1 butir kemiri Pelengkap: 7. 1 cm jahe dan lengkuas, memarkan 8. 1 batang sereh, memarkan 9. 2 lembar daun jeruk dan daun salam 10. Secukupnya garam dan gula 11. 1 gelas air Langkah: 1. Tumis bumbu halus, masukkan daun salam, daun jeruk, lengkuas, sereh dan jahe 2. Setelah bumbu matang. Masukkan ayam, dan aduk-aduk 3. Tambahkan 1 gelas air, garam dan gula, tutup wajan, masak dengan api kecil sampai air agak surut 4. Setelah air agak surut, tes rasa, angkat dan sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/6472111-ayam-rica-rica?via=search&search_term=ayam%20rica%20rica

Samantabadra | Januari 2019

55


kesehatan

Bahaya Mengonsumsi Parasetamol Berlebihan

P

arasetamol tentu tidak asing lagi bagi kita. Obat jenis ini banyak dikonsumsi untuk pertolongan pertama, terutama saat menghadapi gejala seperti demam, panas karena flu, sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, dan lainlain. Namun, penggunaan paracetamol yang terlalu sering dapat menyebabkan risiko yang tidak diharapkan.

dengan risiko pendarahan lambung dan serangan jantung hingga stroke.

Sebuah studi besar menunjukkan parasetamol bila dikonsumsi hampir setiap hari dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan kematian dini.

Para ilmuwan dari Leeds Institute of Rheumatic and Musculoskeletal Medicine melihat delapan studi yang berisi informasi mengenai pasien yang memakai parasetamol setiap hari sampai 14 tahun, untuk kondisi seperti arthritis dan nyeri punggung yang parah.

Pasien yang diresepkan obat penghilang rasa sakit dosis tinggi untuk waktu yang lama, hampir 63 persen lebih mungkin meninggal tibatiba. Risiko terkena serangan jantung atau stroke juga naik 68 persen lebih tinggi dan hampir 50 persen kesempatan untuk pasien mengalami ulkus atau pendarahan lambung. Parasetamol dianggap oleh dokter lebih aman daripada aspirin dan ibuprofen, yang masing-masing dikaitkan

56

Samantabadra | Januari 2019

Namun para peneliti Inggris yang mengamati 666.000 pasien mengatakan, risiko tersebut selama ini mungkin hanya diremehkan. Mereka berpikir parasetamol dapat menyebabkan penyakit dengan mencegah aksi enzim dalam tubuh yang disebut COX-2.

Philip Conaghan, yang memimpin penelitian ini, menunjukkan bahwa sebagian besar pasien memiliki risiko yang sangat kecil, namun mereka yang menggunakan parasetamol dalam jangka panjang bisa mendapatkan penyakit yang bisa membunuh mereka awal. Selain efek jangka panjang,

parasetamil juga memiliki efek samping yang meskipun jarang terjadi, tetapi dapat menimbulkan: Reaksi alergi. Reaksi ini bisa menimbulkan kulit ruam atau pembengkakan. Satu dari 100 orang bisa mengalami kondisi ini. • Tekanan darah rendah dan detak jantung cepat. Seringnya ini terjadi pada parasetamol yang diberikan dalam bentuk suntikan di rumah sakit. • Gangguan darah. Contohnya trombositopenia (jumlah trombosit yang rendah) dan leukopenia (jumlah sel darah putih yang rendah). Efek ini termasuk jarang terjadi. Hanya satu dari 1000 orang berisiko mengalami kondisi ini. • Gangguan pada hati dan ginjal. Kerusakan hati dan ginjal bisa terjadi jika Anda meminum atau menggunakan terlalu banyak dosis parasetamol. Ini adalah efek samping yang paling parah. • Gejala overdosis obat. Parasetamol aman jika digunakan sesuai petunjuk dosis. Namun, karena obat ini umum diolah ke dalam banyak obat lainnya, Anda berisiko mengonsumsi dosis terlalu banyak tanpa menyadarinya. Gejalanya mulai dari, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, keringat berlebihan, nyeri perut, terasa sangat lelah, mata keruh atau menguning, urin berwarna sangat gelap. •

Sumber: https://www.msn.com/id-id/kesehatan/ health-news/apa-saja-efek-samping-dariparacetamol/ar-BBMU9Ma?li=AAv06fi https://lifestyle.okezone.com/ ead/2015/03/06/481/1114911/bahaya-seringkonsumsi-paracetamol


Hai anak-anak NSI! Yuk isi teka-teki silang di bawah ini menggunakan bahasa Inggris sesuai dengan petunjuk gambarnya, ya! Selamat mencoba.

https://www.kiddoshelter.com/crossword-puzzles-kids-forprimary-school/ Samantabadra | Januari 2019

57


Berita Duka Cita

Ibu Gina Erianawati Bapak Awang Wisnu

Meninggal pada usia 85 tahun 30 Agustus 2018 Umat NSI Bogor Jawa Barat

Bapak Mustopa

(Woe Yun Kwang) Meninggal pada usia 65 tahun 16 September 2018 Umat NSI Bogor Jawa Barat

(The Ute) Meninggal pada usia 74 tahun 17 September 2018 Umat NSI Muncul Banten

Bapak Edi Gunawan

Ibu Nenah

Meninggal pada usia 45 tahun 24 November 2018 Umat NSI Tangerang Banten

Meninggal pada usia 87 tahun 30 November 2018 Umat NSI Sukabumi Jawa Barat

(kanan) Bakti donor mata almarhum Bapak Theng Fung Hie Umat NSI daerah Cengkareng. Kornea almarhum diserahkan oleh pihak keluarga kepada pihak bank mata. Berita dukanya telah dimuat pada edisi Desember 2018.

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

Jadwal Keterampilan NSI Kelas Tanaman Hidroponik Sabtu 05 Januari 2019 Peserta mampu membudidakayan tanaman melalui media tanam air. Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan. Info lebih lanjut 021-8311844. 58

Samantabadra | Januari 2019

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Januari 2019 Tanggal

01 02 03 04 05 06

Hari Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

07 08

Senin Selasa

09

Rabu

10 11 12 13 14 15 16

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

17 18 19 20

Kamis Jumat Sabtu Minggu

21 22 23

Senin Selasa Rabu

24 25 26 27 28 29 30 31

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis

Jam Kegiatan 17.00 Kensyu Gosyo Umum Januari 2019 19.00 Pendalaman Gosyo Pimpinan Jabotabekcul

Mahawihara Saddharma NSI Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

19.00 Ceramah Gosyo

Daerah masing-masing

10.00 10.00 10.00 13.00 19.00 12.00 14.00 19.00 19.00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak-Anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Pimpinan Ibu Pertemuan Ibu Umum Pertemuan Wanita Karier Pertemuan Pria Umum

Tempat

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.1 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1

19.00 Pertemuan Cabang

Daerah Masing-Masing

19.00 Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

14.00 Pertemuan Wanita Daerah 19.00 Pertemuan Pria Daerah

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

19.00 Pertemuan Anak Cabang

Daerah Masing-Masing

10.00 Pertemuan Anak-Anak Daerah 10.00 Pertemuan Generasi Muda Daerah 14.00 Pertemuan Lanjut Usia Umum

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

19.00 Pertemuan Empat Bagian

Daerah Masing-Masing

13.00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta 19.00 Pertemuan DPD & DPW Jabotabekcul

Wihara Sadaparibhuta NSI Wihara Sadaparibhuta NSI

17.00 Kensyu Gosyo Umum Februari 2019 Kensyu Gosyo Umum Februari 2019

Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI

19.00 Pendalaman Gosyo Pimpinan Jabotabekcul

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

Samantabadra | Januari 2019

59


Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

60

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | Januari 2019

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.