lain, terutama dari Aliran Buddha Tanah Suci (red. Pelaksanaan dalam Ajaran Tiantai Jepang dan ditemui di jaman yang sama pula di awal abad 9—era Heian—di Sekolah Shingon). Untuk menghilangkan keragu-raguan yang ada, Niciren memutuskan untuk memperdalam Ajaran Buddha di Gunung Kōya, pusat Agama Buddha Shingon, dan juga di Nara, Ibukota Jepang jaman dahulu, di mana beliau belajar tentang Risshū, yang menekankan ketaatan terhadap Vinaya (red. Aturan pendidikan untuk Sangha). Selama jangka waktu itu Niciren meyakinkan keunggulan dari Saddharmapundarika- Sutra yaitu kebenaran dalam kebenaran yang sesungguhnya sehingga setiap kata atau setiap kalimat diperumpamakan sebagai ‘mutiara pusaka agung sekehendak hati’. Rencho kemudian kembali ke Seichō-ji pada tahun 1253. Penyebutan Nammyohorengekyo pertama kali Pada 28 April 1253, di usia 32 tahun, Rencho menyatakan pendirian atas penegakan Hukum Agama Buddha masa Mappo di Kuil Seichō-ji, dan juga untuk pertama kalinya menyebut Nammyohorengekyo, dan menguraikan secara terperinci mengenai makna dari Daimoku, menandai Sho Tempōrin (初転法輪: mengembalikan roda ajaran ke Hukum yang benar). Dengan ini Niciren mendeklarasikan bahwa ajaran dan Pelaksanaan Saddharmapundarika-sutra adalah ajaran Buddha yang paling tepat pada zaman ini (masa akhir dharma). Pada saat yang sama pula beliau mengubah namanya menjadi Niciren. Nichi (日) berarti “matahari” and ren (蓮) berarti “teratai”. Nama ini terkait dengan pemahaman dari Saddharmapundarika Sutra. Setelah itu, Niciren mulai melakukan penyebarluasan ajarannya di Kamakura, di mana saat itu juga merupakan pemerintahan pusat shogun berada. Beliau melakukan perjuangan yang besar di sana, menyakinkan para bhiksu dan kaum awam. Banyak dari penganut Niciren berasal dari kalangan samurai.
Kejadian di Kamakura Pada Tahun bulan Juli 1222 telah terjadi gempa bumi yang dasyat di Kamakura. Pada tanggal 10 Januari 1254 terjadi kebakaran yang merusak dan menyapu bersih kota Kamakura. Di Tahun 1256, Kamakura juga dilanda angin badai serta penyakit menular (epidemi). Pada Tahun 1259, terjadi kelaparan hebat dan penyakit kusta merajalela di Jepang, sehingga pada tanggal 12 Juni 1260, pemerintah Jepang memerintahkan seluruh kuil-kuil di Jepang untuk mendoakan penghapusan penyakit menular ini. Murid-murid Niciren Daisyonin Pada Tahun 1254 Toki Jonin menjadi pengikut Niciren Daisyonin. Pada saat Niciren Daisyonin berusia 35 tahun (1256), Shijo Kingo, Kudo Yoshitaka dan Ikegami Munenaka menjadi muridmurid Niciren Daisyonin. Pada saat Niciren Daisyonin berusia 37 tahun (1258) Nikko Syonin menjadi pengikut Niciren Daisyonin. Pada Tahun 1260, Oto Jomyo, Soya Kyoshin dan Akimoto Taro menjadi pengikut Niciren Daisyonin. Abutsubo beserta istrinya, Zenichi-ama, menjadi murid-murid Niciren Daisyonin di Bulan Pebruari 1272. Pada Tahun yang sama, Honma Rokurozaemon juga menjadi penganut Niciren Daisyonin. Tiga petani dari Atsuhara yaitu Jinshiro, Yagoro dan Yarokuro menjadi pengikut dari Niciren Daisyonin pada 27 Juli 1278. Invasi Mongolia Pada tahun 1253 Niciren memprediksi invasi Mongol akan datang ke Jepang, saat Niciren Daisyonin berusia 47 tahun, tepatnya pada 18 Januari 1268. Utusan dari Kerajaan Mongolia tiba di Jepang dengan sebuah surat tuntutan agar Jepang menyerah kepada Mongolia. Tanggal 23 September 1271, kunjungan utusan kerajaan Mongolia kembali ke Jepang. Niciren memandang bahwa cara terbaik untuk melawan invasi tersebut dan menghentikan bencana-bencana yang akan datang adalah dengan kembali ke ajaran Buddha yang sebenarnya dengan cara percaya kepada November 2017 | Samantabadra
57