2 minute read
UM Sumatera Barat Adakan Talkshow Internasional Lestarikan Budaya
Next Article
“
Sebagai generasi muda perlu untuk terus dibekali ilmu agama, adat, dan budaya agar tidak salah melangkah saat berada di negeri orang. Meskipun nantinya orang Minang telah tersebar ke seluruh penjuru dunia, falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah perlu menjadi dasar orang Minang dalam menjadikan Islam sebagai satu-satunya pedoman dan landasan.”
Begitu kiranya papar Alya Lawindo, mahasiswa American University sekaligus sebagai aktivis Minang di Amerika.
Kehadinya Alya, pada Rabu (11/01) di Kampus I Padang UM Sumatera Barat (UMSB) merupakan salah satu rangkaian acara dalam Talk Show Internasional yang diadakan UMSB.
Alya merupakan aktivis Minang yang lahir dan dibesarkan di Negeri Paman Sam. Namun hal ini tidak melunturkan jati diri Alya sebagai gadis Minang. Hal tersebut tidak terlepas dari didikan yang diberikan oleh orang tua
Alya Lawindo sedari kecil. Sejak kecil
Alya telah diajarkan tentang agama dan adat Minang. “Setiap Jum’at saya diajak Ayah ikut Jum’atan. Di rumah, Ibu dan Ayah juga selalu menggunakan bahasa Minang,” tuturnya. Selain itu dari kecil
Alya juga mulai belajar tarian dan lagu minang. Keterampilannya terus diasah hingga kini dia telah fasih berbahasa
Minang, menyanyikan lagu Minang, berpantun, dan bermain randai seperti orang Minang pada umumnya.
Di Amerika, Alya turut mengajar anak-anak untuk mengaji. Ia juga kerap tampil dalam pertunjukkan dan mempromosikan budaya Minang ke penjuru negara adidaya tersebut. “Saya mengikuti bermacam festival di antaranya Richmond Folklife Festival, Smithsonian Folklife Festival, the Kennedy Center, dan negara bagian lain. Di samping itu kami sering mengisi acara budaya di KBRI Washington DC,” paparnya. Di saat pandemi Covid-19 kemarin, Alya juga diundang mengisi seminar virtual sebagai ‘padusi milenial’ yang diadakan oleh Diaspora Network.
Kehadiran Alya turut mendapatkan respons yang baik oleh sivitas akademika UMSB. Wakil Rektor II UMSB, Dr Mursal MAg juga mengatakan bahwa Alya lebih Minang dari orang yang terlahir di ranah Minang. “Selamat datang di ranah Minang Alya Lawindo. Menurut saya, Alya Lawindo lebih Minang dari pada orang yang terlahir di ranah Minang. Dia fasih berbahasa Minang, lebih mengetahui adat dan budaya Minangkabau itu sendiri,” kata beliau. [] APR
UMP jadi Kampus Favorit Bagi
Munisa Mahasiswa
Asal Tajikistan
“Kuliah di UM Purwokerto (UMP) memberikan kesempatan yang sangat baik untuk belajar dan mem-
Kronik
perluas pengetahuan dan memiliki dosen yang berkualitas.” Begitu papar Khudoiverdieva Munisa, mahasiswa internasional UMP. Mahasiswa asal Tajikistan Asia Tengah itu turut membagikan pengalamannya menjadi mahasiswa Prodi S-2 Pendidikan Bahasa Inggris. “Pertama kali saya datang ke sini, kampus ini ternyata sangat besar dan saya terkesan dengan itu,” paparnya menggunakan Bahasa Inggris.
Ia melanjutkan, kuliah di UMP bukan sekadar memberikan pengalaman namun juga memperoleh ilmu yang bermanfaat dari para dosen. Gadis yang disapa Munisa tersebut mengaku pilihannya jatuh untuk kuliah di UMP karena saran dan rekomendasi dari temannya. “Belajar di UMP tentunya sangat menarik untukku, karena kita punya masjid disini, aku senang sekali. Kelas kami memiliki kelas offline dan online.
Prodi D-III di STIKES Maboro Raih Akreditasi Baik Sekali
STIKES Muhammadiyah Bojonegoro meraih akreditasi Lembaga
Akreditasi Mandiri Perguruan
Tinggi Kesehatan (LAM-PTKES) pada Program Studi D-III Perekam dan Informasi Kesehatan dengan hasil Baik Sekali. Hasil ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan akreditasi sebelumnya, yaitu C. Ketua STIKES Maboro, Sudalhar, mengucapkan syukur atas hasil tersebut sebab hasil ini menjadi bukti kerja nyata penuh integritas dari semua komponen, di antaranya pimpinan STIKES Maboro, Kepala Prodi D-III Perekam dan Informasi Kesehatan, dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, alumni, pengguna lulusan, pembimbing lapangan, hingga mitra kerja.
“Akreditasi ini tentunya dapat membangun kepercayaan publik akan hadirnya STIKES Maboro pada Prodi D-III Perekam dan Informasi Kesehatan ini,” ujar Sudalhar. Ke depannya, ia berharap bahwa STIKES Maboro akan memulai tahun 2023 dengan memberi peluang untuk tenaga kesehatan agar dapat menempuh pendidikan di STIKES Maboro melalui program rekognisi