2 minute read

Teknologi Apung UMY Jadi Solusi Gagal Panen Padi

Next Article
Warta dari PTM

Warta dari PTM

UMY melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) menghadirkan teknologi apung pada demplot padi dalam panen padi bersama di Green House Fakultas Pertanian UMY. Teknologi yang mewujudkan sistem pertanian padi apung ini menjadi solusi untuk mengatasi dan memanfaatkan kondisi lahan rawan banjir dan rawa dengan optimal. Hal ini disampaikan oleh Ketua LPM UMY, Dr Ir Gatot Supangkat MP IPM ASEAN Eng yang mendapati permasalahan tersebut di Desa Minta, Kutai Barat, Kalimantan Timur dan Desa Muhuran, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara. Di dua desa tersebut, Gatot mendapati bahwa masyarakat sering kali mengalami gagal panen sehingga produksi padi dan beras tidak optimal. Warga memanfaatkan area rawa yang surut sebagai lahan tanam padi, tetapi ada kalanya padi terpendam air dari luapan air sungai Mahakam yang mengakibatkan gagal panen. Oleh karena itu, LPM UMY menghadirkan demplot padi teknologi apung yang juga diterapkan dalam panen padi bersama, Rabu (4/1) lalu.

Gatot juga mengatakan jika sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim terutama faktor intensitas hujan karena berpengaruh terhadap pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil. “Intensitas hujan yang tinggi dan tidak menentu mengakibatkan kondisi lahan pertanian meng- pat membantu ibu dalam menyusui bayinya sehingga bukan hanya sekadar duduk untuk menyusui, melainkan mendapatkan fasilitas pijatan oksitosin. Pada Senin (9/1) lalu, Mufdlilah dalam wawancaranya kepada Humas Unisa Yogyakarta menyebutkan manfaat-manfaat pijatan oksitosin pada ibu menyusui, di antaranya memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak pada payudara (engorgement), mengurangi sumbatan Air Susu Ibu (ASI), dan merangsang pelepasan hormon oksitosin. “Pijatan oksitosin juga bisa mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit,” tambahnya.

Advertisement

Pada tanggal 23 November 2022, Korsimu yang merupakan kursi oksitosin karya dosen Unisa Yogyakarta ini telah mendapatkan hak paten sederhana dengan nomor paten IDS000005262 dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. [] RAS alami banjir atau tergenang air, karena itu diperlukan suatu teknologi inovasi terkait sistem pertanian. Salah satu inovasi teknologi budidaya pada lahan rawan banjir dan rawa yaitu dengan menerapkan sistem pertanian terapung yang UMY kembangkan ini,” lanjutnya.

Rektor UMY, Prof Dr Ir Gunawan Budiyanto MP IPM ASEAN Eng menjelaskan, teknologi yang dikembangkan oleh UMY ini 100% menggunakan sumber daya lokal. “Ini menjadi keuntungan tersendiri bagi kelestarian teknologi tersebut sehingga ketika tim pengabdian menarik diri, masyarakat masih tetap berdaya. Mulai dari bahan baku pembuatan alat hingga pupuk, mereka bisa dapatkan secara alami di sana,” ujarnya.

Gunawan juga mengungkapkan jika lahan pertanian apung ini memanfaatkan lahan gambut yang ada di rawarawa yang sering mendapat luapan sungai Mahakam. Ia menegaskan jika lahan gambut ini memiliki segudang manfaat bagi pertanian, tapi di sisi lain tanah gambut juga bisa memberikan dampak buruk bagi iklim. “Yang kami manfaatkan sebagai lahan pertanian di sini adalah lahan gambut. Lahan gambut ini sangat bermanfaat bagi pertanian. Namun, apabila lahan ini tidak dikelola dengan baik hal ini akan berakibat buruk bagi lingkungan dan juga iklim,” terangnya.

Gunawan juga menegaskan jika hal ini dilakukan UMY sebagai bentuk impelementasi program SDGs dalam menuntaskan kelaparan (Zero Hunger). “Dengan adanya pemanfaatan lahan ini sebagai media tanam padi, besar harapannya ini mempunyai kontribusi terhadapat program SDGs dalam menuntaskan kelaparan,” sambungnya.

LPM UMY juga berencana melakukan pengabdian serupa ke kota Pekalongan yang memiliki masalah sejenis.[] RAS

This article is from: