Balai Dolanan Anak Nusantara sebagai proyek yang menjawab Ketika Timur Bertemu Barat untuk memenuhi mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur VII. Pada era globalisasi, anak-anak mulai beralih dari permainan tradisional ke permainan modern yang disebabkan alat permainan, lahan bermain, dan teman bermain mulai sulit ditemukan. Sedangkan permainan modern dapat dilakukan dengan satu alat saja. Kondisi ini menyebabkan anak jarang beraktivitas fisik sehingga perkembangan motorik menurun dan muncul masalah kesehatan (obesitas dan kerusakan mata). Padahal permainan tradisional merupakan identitas budaya Indonesia yang seharusnya dilestarikan, apalagi berpengaruh positif pada perkembangan motorik, kemampuan bersosialisasi, dll. Proyek ini menghadirkan permainan tradisional yang didukung teknologi melalui balai bermain anak, ruang komunitas, workshop pembuatan mainan, dan edukasi berupa museum permainan tradisional. Diharapkan dapat menjembatani ketidakseimbangan antara dunia permainan virtual.