Saatnya Korban BIcara : Menata Derap Merajut Langkahh

Page 168

Rohman bercerita, ketika pondok dibakar, dia dan kakak perempuannya, Thoifah, sedang ada di dalam pondok. Mereka memberanikan diri keluar, di tengah kobaran api. Keduanya selamat, tapi sekujur tubuh mereka telah terbakar api. *****

L

ima hari, Rabu sampai Minggu, kami berada di tahanan Kodim. Kemudian, kami —saya, adik, nenek, dan isteri Paman Jayus—diangkut menuju Korem. Kawan-kawan lain tetap tinggal di penjara Kodim. Di penjara Korem, kami bertemu dengan Paman Joko dan Paman Jayus. Keduanya tampak kurus. Saya tidak mengira Paman Jayus masih hidup. Kami semua kemudian ke ruang kerja Bapak Komandan Resimen Militer Hendro Priyono. Bapak Hendro Priyono lebih banyak bertanya kepada paman, nenek, dan ibu saya. Pertanyaan yang diajukan itu seputar keluarga kami, berapa jumlah keluarga dan saudara, mereka tinggal di mana, berapa keluarga yang tewas ketika terjadi penyerbuan, kondisi rumah, apakah masih utuh atau terbakar, juga dari mana saja tamu-tamu yang datang ke rumah kami. Ada satu pertanyaan menggelayuti pikiran ketika itu. Mengapa hanya keluarga kami yang mendapatkan “dispensasi” untuk dikirim ke Korem? Saya menduga, keluarga kamilah yang selama ini dianggap sebagai tuan rumah dan juga pentolan “Jama’ah Warsidi” Empat hari kami berada di tahanan Korem. Kami semua ada di dalam satu sel. Saya, Paman Jayus dan isterinya, Paman Joko, ibu, adik, dan nenek berkumpul jadi satu. 142


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.