EMPAT UNTUK APA PEREMPUAN BERPOLITIK? Di ruang makan keluarga.. Pak Bulol dan Bu Dandan sedang sarapan. Di tengah saat mengunyah nasi goreng telur yang sedap, Bu Dandan memulai pembicaraan (yang sejak semalaman dipendamnya, karena menunggu suasana tepat). Pak..., mau tambah lagi nasi gorengnya ?
Hmm...mau bu..., enak banget nasi goreng ini. Buatan ibu kan ?
Bukan pak..., buatan si Inem ! Dia kan memang sudah pintar bikin nasi goreng...
Jadiii....aku makan nasi goreng buatan pembantu lagi...?!
Pak Bulol mendadak cemberut. Air mukanya terlihat butek. Memangnya kenapa toh pak ? Dia bisa masak enak begini, yaa aku yang mengajarinya kok ! Menularkan kemahiran pada pembantu kan salah satu upayaku agar dia bisa mengurangi bebanku. Bapak nggak sayang ya sama aku ? Bapak lebih senang kalau badanku selalu bau asap dapur pagi-pagi begini ? Bukankah kita bisa tenang sarapan berdua seperti ini lebih enak,...daripada bapak makan sendirian, sementara aku masih ribet di dapur dan lusuh ! Hayo‌pilih mana ? Iya‌iya‌, tentu saja aku lebih suka kita bersama di meja makan, sayaaang....! Ya sudah, nasi gorengnya nggak penting lagi buatan siapa...
32