PEREMPUAN ,Ayo Berpolitik, Jadilah Pemimpin

Page 124

Saat menatap wajah suaminya, Bu Dandan bukannya berbicara, ia malah berlari ke kamar, menutup pintu, menelungkupkan diri di atas tempat tidur dan membenamkan wajahnya ke bantal. Saat itu juga tangisnya tumpah, dan air matanya berlelehan. Pak Bulol terheran-heran, apalagi kedua anak mereka. Bertiga mereka mendekati sang ibu yang sedang tak kuasa membendung air mata kekecewaan. Pak Bulol meraih istrinya kemudian memeluknya. Ia biarkan Bu Dandan menumpahkan semua rasa kecewa dan gundah yang berkecamuk di dada sejak pagi. Kedua anak mereka pun ikut memeluk, berupaya menenangkan. Setelah tangisan reda, Bu Dandan pelan-pelan menyampaikan masalahnya, didengarkan suami dan anak-anak tercinta. Sudahlah Bu....., kita hadapi ini bersama-sama. Aku dan anak-anak akan tetap mendukung apapun keputusan Ibu. Sekalipun aku tidak begitu suka ibu masuk ke dunia politik, tapi kan aku tidak pernah melarang. Dengan kondisi seperti sekarang ini, aku hanya ingin mengingatkan,...... ibu harus siap menghadapi kekalahan agar nanti tidak terasa terlalu pahit !

.........Ya Tuhan..., aku nggak tega melihatnya. Masak aku harus menjatuhkan mentalnya lagi dalam kondisi seperti itu. Bagaimana pun ia adalah istriku yang harus selalu kudukung. Bukankah ia telah bekerja keras selama ini membangun bisnis yang membuat kehidupan kami menjadi mapan? Aku harus menghargai dia. Kalau dia sampai down, bisa berabe semua..........

115


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
PEREMPUAN ,Ayo Berpolitik, Jadilah Pemimpin by Tifa Foundation - Issuu