Potret Intervensi di Bilik Redaksi

Page 73

AJI Semarang

Alex yang ditugaskan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta menjelaskan, praktik pemberian amplop juga sering ditemui saat ia bekerja. “Tapi praktik amplop di Jogja tak sevulgar di Semarang. Saya kaget saat pertama kali melihat di Semarang kok sekasar itu,” jelasnya. Alex mencontohkan hal yang dianggapnya vulgar. Ia melihat ada jurnalis yang terang-terangan minta imbalan kepada narasumber jika kegiatannya hendak diberitakan. Bahkan ada jurnalis yang datang terlambat di sebuah acara dan mengetahui rekan-rekannya telah mendapatkan amplop, maka ia akan mencari panitia acara untuk minta jatah yang sama. Fakta tadi berbeda dengan di Yogya. Meski praktik pemberian amplop juga ada, tapi jurnalis tidak agresif menagih ke narasumber. “Kalau diberi ya diterima, kalau tak ada juga tak apa-apa. Bahkan kalau tidak kebagian juga tidak minta ke panitia,” jelasnya. Rata-rata nilai nominal amplop di Yogya lebih kecil dibandingkan di Semarang. Berdasarkan cerita rekan-rekannya yang sering mengambil jatah amplop, nilainya berkisar antara Rp50 ribu sampai Rp100 ribu. Sesekali memang ada yang nilainya lebih dari Rp100 ribu, meski sangat jarang. Sementara di Semarang, biasanya minimal Rp100 ribu. Pemerintah provinsi Yogya juga menyediakan jatah amplop bagi jurnalis yang diberikan setiap tiga bulan sekali, jumlahnya sekitar Rp400 ribu. “Nilainya tentu lebih kecil dibandingkan dengan di Semarang dan saya tak pernah ambil,” kata Alex. 60


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.