Mengelola Toleransi dan Kebebasan Beragama

Page 25

Sejarah Blasphemy lasphemy (penodaan agama) berasal dari blasphemein (Yunani kuno), blasphemen, (istilah Inggris zaman pertengahan), blafemer (istilah Perancis kuno), blasphemare (Latin), yang merupakan paduan dari kata blaptein (merusak) dan pheme (reputasi). Blasphemy juga bisa diartikan sebagai defamation of the name of God, yang berarti penistaan nama Tuhan. Dalam arti luas, blasphemy dapat diartikan sebagai penghujatan terhadap hal-hal yang dianggap suci oleh suatu keyakinan agama. Bentuk blasphemy umumnya adalah perkataan atau tulisan yang menentang ketuhanan terhadap agamaagama yang mapan.

B

Dalam tradisi agama-agama Abraham (Yahudi, dan Islam) dikenal berbagai bentuk larangan blasphemy. Dalam Yahudi, blasphemy adalah menghina nama Tuhan atau mengucapkan hal-hal yang mengandung kebencian terhadap Tuhan. Dalam Kristen, Kitab Perjanjian Baru, dikatakan menista roh kudus adalah dosa yang tak diampuni dan pengingkaran terhadap Trinitas juga digolongkan sebagai blasphemy. Dalam Kitab perjanjian lama, pelaku blasphemy diancam hukuman mati, dengan cara dilempari batu. Dalam Islam, blasphemy adalah menghina Tuhan, Nabi Muhammad dan nabi-nabi yang diakui dalam al-Qur’an serta menghina al-Qur’an itu sendiri.6 Buddha dan Hindu tak mengenal adanya blasphemy, paling tidak secara resmi. Blasphemy menjadi hukum negara sejak munculnya teokrasi, dimana terjadi penyatuan antara kekuasaan agama dengan kekuasaan politik. Negara-negara Eropa pada abad Ke-17 menetapkan pelaku penistaan agama 6 Mengenai penodaan dalam Islam, lebih jauh lihat Ahmad Suaedy, Rumadi et.all, Islam, The Constitution and Human Rights, (Jakarta: the Wahid Institute, 2010), Hal.. 89-91.

16

Mengelola Toleransi dan Kebebasan Beragama: 3 Isu Penting


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Mengelola Toleransi dan Kebebasan Beragama by Tifa Foundation - Issuu