Epaper Tanjungpinangpos 3 November 2013

Page 3

10

MINGGU 3 NOVEMBER 2013

TANJUNGPINANG POS

MINGGU 3 NOVEMBER 2013

TANJUNGPINANG POS

3

Sastra

Kehadiran Doni Terus Membayangi WAJAHNYA LUMAYAN TAMPAN, NAMUN TERLIHAT AGAK BODOH (1) Oleh : Hendy Syk

D ANDA mungkin sering ke Kawasan Kota Lama Tanjungpinang. Kini, di sana, tepatnya di Jalan Pos, ada sesuatu yang beda, dengan adanya sentuhan senimanseniman yang punya kepedulian terhadap kota ini. Ya, beragam lukisan tiga dimensi akan terlihat di sana. Bahkan, tempat ini pun menjadi objek berfoto pengunjung untuk berikutnya diyakini ditempatkan di dunia maya. Ya, karya kualitas luar biasa itu

Tanjungpinang Painting Art

AKSI NYATA, LUKISAN DI JALAN POS dipersembahkan seniman-seniman Tanjungpinang yang tergabung dalam “Tanjungpinang Panting

Art�. Mungkin belum terlalu populer komunitas ini. Ya, usianya juga baru lima bulan. Baru lima bulan terakhir terbentuk. Hanya, komunitasnya muda, bukan berarti anggotanya orangorang baru. Bahkan, ternyata, di antara anggotanya telah berkiprah dalam dunia seni lebih 10 tahun terakhir. Tak hanya itu, jika dilihat perjalanan mereka, bahkan sudah pernah mengikuti berbagai event pameran di luar daerah. Nama Kepulauan Riau telah pernah mereka harumkan di ajang temu karya taman budaya se -nusantara di Jambi beberapa bulan yang lalu. Tentu, untuk kegiatan lokal yang diadakan Pemko Tanjungpinang, mungkin tak terhitung lagi buah karya mereka. “Pada dasarnya seniman yang tergabung, membuat suatu karya untuk komersil dan untuk kepuasan seniman itu sendiri dan untuk dinikmati oleh orang lain,� kata

HOK-KIAN ďź?

!

ďź?

"#

$%

&'

()*

+,ďź?-

./

0

123ďź?456

Junaidi yang saat ini menjadi koordinator komunitas ini. Nah, atas kepedulian mereka, satu karya pun dipersembahkan untuk Kota Tanjungpinang. Kebetulan, saat itu ide pembuatan karya itu atas arahan Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Tanjungpinang, Efiyar M Amin. “Kami terkejut, pengunjung sudah berfoto-foto. Padahal pengerjaan belum selesai,� tambah Junaidi. Kini, lukisan tiga dimensi itu sudah selesai. Banyak objek yang bisa dijadikan tempat berfoto untuk diabadikan. Lukisan yang memang dibuat atraktif dan hidup, membuat seolah-olah penumpang bisa berinteraksi dengan yang ada di lukisan itu. “Kami berterima kasih ke Pemko Tanjungpinang khususnya karena memberikan fasilitas untuk berkarya. Tentu, ke depan kami tetap berharap untuk adanya fasilitas lagi yang bisa kita

NO.

NAMA KAPAL

1. KM. BINAIYA

Tanjungpinang Pos, sejak terbit—setiap terbitan hari Ahad—telah menyediakan satu halaman untuk menyiarkan karya sastra, terutama karya sastra kreatif, asli dan tidak plagiat ataupun jiplakan. Dalam kaitan itu, karya-karya anak muda (seusia sekolah dan mahasiswa) demikian diharapkan dapat mengisi hala-

RENCANA BERANGKAT

2013

TUJUAN

JAM

HARI

TANGGAL

JAM

DARI

HARI

TANGGAL

BLINYU

SABTU

2 Nov 13

08.00

KIJANG

SABTU

2 Nov 13

11.00 SERASAN - PONTIANAK - SURABAYA

LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI (PP)

0813 5906 1080

2. KM. SIRIMAU

BLINYU

KAMIS

7 Nov 13

10.00

KIJANG

KAMIS

7 Nov 13

BLINYU-TG.PRIOK-SEMARANG14.00 BATULICIN-MAKASAR-LARANTUKAKALABAHI-KUPANG

0857 8322 3229

3. KM. BINAIYA

LETUNG

SELASA

12 Nov 13

06.00

KIJANG

SELASA

12 Nov 13

09.00

PENGOBATAN HOK-KIAN

4. KM. BINAIYA

BLINYU

SABTU

16 Nov 13

08.00

KIJANG

SABTU

16 Nov 13

11.00 SERASAN - PONTIANAK - SURABAYA

21 Nov 13

BLINYU-TG.PRIOK-SEMARANG23.00 BATULICIN-MAKASAR-LARANTUKAKALABAHI-KUPANG

SOLUSI TEPAT MENUJU SEHAT

Pengobatan Hok-kian sudah Menerima Penghargaan Dari Pusat Pengurus Besar Indonesia Tingkat Nasional

5

KM. SIRIMAU

BLINYU - TG.PRIOK

LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI -

21 Nov 13

19.00

KIJANG

KAMIS

1. PERUBAHAN SCHEDULE TSB DIATAS BILA ADA PERUBAHAN / KOREKSI AKAN KAMI BERITAHUKAN. 2. KEPADA CALON PENUMPANG PEMBELIAN TIKET AGAR SESUAI IDENTITAS. 3. KHUSUS LANSIA (60 TH KEATAS) HARAP LAMPIRKAN FOTO KOPY KTP YG MASIH BERLAKU UNTUK MENDAPATKAN DISCOUNT 20% 4. KETERANGAN LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI PT. PELNI CABANG TANJUNGPINANG

TELP. 0771 - 21513 dan Website PT.PELNI : www.pelni.co.id 5. 1 (SATU) Jam sebelum kapal tiba sudah dipelabuhan

“Nama saya Doni, Tante.â€? “Doni? Doni‌ Ya Tuhan! Kau benar-benar Doni?â€? Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar di kepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu.

Ya, saya harus mati‌, mati‌, mati‌ Ketika tinggal se-inchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Doni melintas kembali di pikiran saya. Ya Doni, Ibu akan menjemputmu

Doni‌ Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Bram dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Lina, apa yang sebenarnya terjadi?â€?

“Oh, Bram, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu.� Tetapi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak. ..(bersambung)

man dimaksud. Sehingga pada gilirannya daerah ini, Provinsi Kepulauan Riau, khususnya Kota Tanjungpinang lahirlah atau muncullah lagi pengarang-pengarang karya sastra yang mumpuni sebagaimana generasi sebelumnya. Seperti Raja Ali Haji, Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda

Riau, dan Aisyah Sulaiman. Berkesinambung dengan generasi Sutardji Calzoum Bachri, Rida K Liamsi, Hasan Junus, dan Ibrahim Sattah. Belanjut sehingga sehingga generasi Husnizar Hood sampai dewasa ini. Adalah karya sastra dari anak-anak muda yang dimuat di halaman sastra koran ini, terutama di masa mendatang per-

lu kiranya diberi sentuhan berupa terokaan, tilikan atau dedahan. Sehingga karya anak-anak muda itu mendapatkan jalan, untuk melahirkan karya yang menjulang dan terbilang di pentas sastra nasional. Untuk itu kita percayakan kepada sastrawan Abdul Kadir Ibrahim, yang mulai dimuat awal bulan November ini. ***

�Taman Kreativitas Sastra� Tanjungpinang Pos

RENCANA TIBA

KAMIS

Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arah saya. Sambil tersenyum ia berkata, “Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada Mommy!â€? Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya, “Tunggu‌, sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?â€?

Pengantar Redaksi

DARI

BLINYU

Saat usia Putri 2 tahun Dimas meninggal dunia. Doni sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Putri. Doni yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu. Saya telah menikah kembali dengan Bram, seorang pria dewasa. Usia pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Bram, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Putri telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Doni dan tidak ada lagi yang mengingatnya.

ULASAN PUISI

JADWAL KEDATANGAN DAN KEBERANGKATAN KAPAL PENUMPANG PT.PELNI DI PELABUHAN KIJANG, TANJUNGPINANG DAN BATAM NOVEMBER

CHINA

ALAMAT : Bt. 8 Jl. Baru Arah Rumah Sakit Provinsi No.16 Tanjungpinang

fungsikan untuk mempromosikan wisata Tanjungpinang, khususnya di dunia perupa,� pungkas Junaidi. Saat ini, anggota komunitas ini belum banyak, baru 10 orang. Tentu, bukan hal mudah menyatukan satu pemikiran di antara seniman. Terlebih, diketahui pekerjaan seni tidak selalu dinilai dengan uang. (suhardi)

ua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lu mayan tampan namun terlihat agak bodoh. Dimas, suamiku, memberinya nama Doni. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan. Namun Dimas mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Doni dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Putri. Saya sangat menyayangi Putri, demikian juga Dimas. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun tidak demikian halnya dengan Doni. Ia hanya memiliki beberapa pakaian butut. Dimas berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Dimas selalu menuruti perkataan saya.

(PP)

30 OKTOBER 2013

Oleh: Abdul Kadir Ibrahim SEJUMLAH media masa (koran) yang terbit di Jakarta dan di beberapa daerah di Indonesia, ada yang sudah menutup (menghilangkan) halaman sastra. Apa pasalnya? Terbetik kabar karena halaman sastra rendah (sedikit) pembacanya dan tidak membawa (mendatangkan) keuntungan secara finansial untuk perusahaan penerbitan surat kabar yang mengasuh halaman sastra tersebut. Pada gilirannya halaman sastra itupun ditukar dengan hidangan berita, iklan atau lainnya yang sedikit banyak dapat memberikan pemasukan pundi-pundi keuangan untuk perusahaan. Adalah di Negeri Segantang Lada, Kepulauan Riau, ada antara lain Batam Pos dan Tanjungpinang Pos yang tetap berpendirian dan konsisten: bahwa halaman sastra perlu wujud di antara halaman-halaman lainnya. Niscayalah halaman sastra, itu dapat memberi kepada kebaikan lalu arus kreativitas kepengarangan sastra, dan keberadaan karya sastra di halaman dimaksud tidalah mustahil akan memberi manfaat dan faedah dalam penghalusan budi-bahasa, setidaktidaknya untuk penulis dan pembacanya sendiri. Maka itu mari kita ucapkan “salam sastra untuk Tanjungpinang Pos�. Sahdan, sebagai penggiat sastra yang otodidak sejak lama saya sudah memperhatikan, membaca dan memahami karya-karya sastra yang disajikan di halaman sastra Tanjungpinang Pos, terbit setiap hari Ahad (Minggu). Dapat kita tangkap dan pahami, halaman itu telah dimanfaatkan oleh anak-anak muda untuk menyalurkan bakat kreativitas sastra berupa puisi ataupun cerita pendek. Kemunculan dan kehadiran mereka sungguhlah menjadi penting, karena dengan begitulah kita merasa ada harapan akan masa depan di daerah ini akan lahir lagi sastrawan terbilang dan dibilang. Besar harapan dan maksud kita sudah niscaya Redaksi Tanjungpinang Pos _ agar halaman istimewa ini yang saya katakana sebagai “Taman

Kreativitas Sastra� Tanjungpinang Pos, benar-benar dimanfaatkan dan sekaligus memberi faedah kepada pertumbuh-kembangan aktivitas dan kreativitas anak-anak muda di daerah (khususnya Tanjungpinang, dan umumnya Kepulauan Riau) di dalam menulis karya sastra, terutama puisi. Bila demikian halnya, maka kepada anak-anak muda kita yang sudah menulis puisi dan ternyata sudah pula difublikasikan oleh halaman Sastra Tanjungpinang Pos selama ini, yang mungkin hanya sekedar menulis puisi, belum bersungguh-sungguh, dan mungkin masih setakat curahan hati, tumpahan kegalauan, pengalihan atau pelarian kepedihan dari kegagalan dan semacamnya, karena itu mulai sekarang kita berharap, tulislah puisi yang sebenar-benarnya puisi. Puisi? Pengertian puisi, secara pasti sehingga hari ini belum tuntas. Tetapi sebagai pemahaman kita, setidaktidaknya dapat kita pahami bahwa puisi adalah terbangun, tersusun, terangkai dari kata-kata yang terpilih, indah, tidak telanjang, sebagai perlambangan (metafora), kias, berirama, bersajak yang menyatu dalam jalinan dan untaian kalimat padat, padu-padan. Pusi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra (bagian yang dipakai dalam penyusunan baris sajak yang berhubungan dengan jumlah, panjang, atau tekanan suku kata), rima (pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan), serta penyusunan larik dan bait (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1990). Terpenting perlu diketahui dan dipahami bahwa sebagian besar penyair (penulis puisi) dan juga bentuk sastra yang lainnya, terkadang-kala bukanlah lulusan dari jurusan sastra, melainkan jurusan lainnya, dan bahkan tidak ada kaitan sama sekali dengan pendidikan yang ditekuninya. Tak sedikit orang hanya sekolah sampai menengah atas dan bahkan tamatan SD tetapi mampu menulis puisi dengan baik. Begitu pula jurusan lain, semacam teknik, pertanian, perikanan, kedokteran, pendidikan, filsafat, hukum, administrasi, keuangan, dan sebagainya tetapi berhasil menjadi penulis puisi (penyair). Tegasnya, tidak ada sekolah yang secara khusus melahirkan lulusan sebagai penyair ataupun sastrawan. Bila demikian halnya, untuk menjadi penyair, cerpenis, novelis (sastrawan) sepenuhnya terpulang dan tergantung kepada masing-masing orang (individu) baik dalam mendapatkan pengetahuan, dan pehamanan maupun keterampilan (kemahiran)di dalam melahirkan karya sastra. Banyak membaca karya sastra, belajar sendiri, mencoba menuliskannya secara terusmenerus, membaca ulang berkali-kali dan memperbaiki karya yang sudah

ditulis, senantiasa untuk mendapatkan karya kita itu yang dirasa dan dipandang sudah dapat dikatakan sebagai karya sastra.Dalam kaitan ini tentulah dengan rajin pula membandingkannya dengan karyakarya sastrawan lainnya, yang dalam hal puisi mestilah dengan puisi penyair lainnya. Pada gilran dan akhirnya, sesiapa yang sudah bersungguh-sunguh untuk melahirkan karya sastra, dalam hal ini puisi melalui membaca karya orang lain, belajar sendiri terhadap puisi orang lain, dan membongkar-pasang puisi kita sendiri, mencari pola dan bentuk, yang dalam hal ini bisa saja dikaitkan dengan daerah kita masingmasing (lokal genius), niscayalah akan melahirkan puisi yang baik, mempunyai keunikan, kekhasan dan berbeda bila dibandingkan dengan puisi penyair mana pun. Maka galilah puisi kita sendiri dan galilah khazanah budaya yang mengitari atau melekat pada kehidupan kita. Dengan kiat-kiat semacam itu—antara lainnya—kita suatu saat akan berhasil melahirkan karya puisi, yang diakui oleh orang lain (penyair, kritikus, akademisi, pembaca dan sesiapa saja).Karya kita mesti teruji di tengah masyarakat.Karenanya jangan alergi dan apalagi takut dengan kritikan dari siapa pun. Untuk itu, wahai anak-anak muda di Tanjungpinang khususnya dan Kepulauan Riau umumnya, marilah kita menulis puisi secara bersungguh-sungguh sehingga ianya bernilai sastra, dan sudah barang tentu memanfaatkan secara optimal “gelanggang� halaman yang sudah disediakan oleh Tanjungpinang Pos ini. Sebagai memulai “pengajukan� dan “penganjungan� kita terhadap puisi anak-anak muda di halaman sastra Tanjungpinang Pos, dapat kita baca ulang puisi-puisi yang sudah dimuat Ahad, 13 Oktober 2013 dan Ahad, 20 Oktober 2013. Nama penulis puisi tanggal 13 Oktober 2013, Juwwi Lailani, Asep Veri Mulia Permana, Dila Fitria, Dewi Yani, Bayu Renhaz dan Erni Mirnawati. Sedangkan puisi pada 20 Otober 2013 adalah Ifa Rifa Rafifah Raizkiyah, Reni Sulastri, Wulan Agustin, Windy Azkiya, Cen Rian, Suci Lailatul Jannah, dan Aziz Arlan. Puisi-puisi yang ditulis oleh mereka itu, bertolak dari tema yang sudah beragam. Seandainya kegalauan, kepedihan, keterasingan, kerinduan, kebencian, duka nestapa, ataupun suka-cita dan kegembiraan sekalipun, lalu mereka tulis dalam puisi yang diperas dari keseriusan sebagaimana alamat sebuah puisi yang baik, niscayalah puisinya dapat tampil lebih menarik, dan memukau pembaca. Karena itulah, ada pemahaman kita, bahwa puisi yang kita tulis bukan sepenuhnya sebagai luahan hati yang kita rasakan dengan kata-kata telanjang, lurus, datar. Bukanlah seperti kata-kata mutiara, kata-kata doa

ataupun pidato atau juga jargonjargon, iklan alias propaganda. Dalam kaitan ini, maka kita perhatikan dan benar-benar pahami apa yang dikatakan puisi sebagaimana disinggung di atas. Juwwi Lailani (Arti Do’a-Mu), saya kira sudah mendapatkan rasa puisi, hanya saja pasih perlu memilih dan memilah lalu menampilkan kata-kata yang mengena sebagaimana sebuah puisi ke dalam puisinya. Asep Veri Mulia Permana (Demi Ku), Dilla Fitria (Selamat Jalan Kasih), Dewi Yani (Kau yang terindah), Bayu Renhaz (Maafkan Aku), Erni Mirnawati (Ketakutan atau Motivasi), Ifa Rifa Rafifah Raizkiyah (Kain Sutra), Wulan Agustin (Harapan yang Rapuh), Windy Azkiyah (Ibuku), dan Cen Rian (Sajak Anak Dusun), telah menulis puisi dengan memanfaatkan metafora, kata-kata pilihan, tetapi masih diperlukan upaya yang jenius dan serius di dalam mendapatkan kata-kata yang indah, tidak lurus, tidak langsung, berterus terang, telanjang dan sebagainya. Mestilah dengan kemampuan pemaknaan sebagaimana lazimnya sebuah puisi. Hal terpenting, bahwa mereka itu sudah mendekati rimba-raya kata-kata puisi, yang jika terus diasah dan dilatih, niscayalah akan melahirkan puisi-puisi yang baik dan penentu pada zamannya. Kita patut gembira dan menaruh harapan terhadap nama-nama penulis muda di atas.Semakin gembira dan penuh harapan kita, karena di antara mereka itu sudah ada yang dapat memahami, menangkap, memaknai, dan mewujudkan puisi sebagaimana adanya. Meskipun masih perlu pendalaman-pendalaman, sehingga pada perjalanan dan arusnya nanti menemukan ciri, identitas dan kekhasan, baik dalam pengucapan, metafora, tipografi atau bentuk dan sebagainya.Hanya Aku, Reni Sulastri: Seperti terinjak waktu/ Tanpa arah tanpa tujuan/ Melayang di udara tak tau ujung/ Mengalir di air tak tau tepi. Dalam puisi ini, ada baiknya Reni memperhatikan kata-kata yang arti atau maknanya sama, jangan sampai menggunakan kata yang rancu. Kata “arah� dan “tujuan�.Reni, sayangnya untuk dua bait puisinya lebih lanjut belum memanfaatkan kekuatannya dalam menggunakan kata seperti dalam bait pertama. Kata puisi dua bait terakhir, adalah sebagai keluhan dan kegalauan biasa, belum menamcapkan sebagaimana kata puisi yang sanggam. Kita perhatikan pula puisi Sepenuh Jiwa, Suci Lailatul Jannah: Terlintas indah bayang semu/ meninggalkan bekas luka yang menderu/ meredupkan sinaran rasaku/ hingga diriku termangu/ ketika mengingat indahnya masa lalu// Luka ini mulai semakin dalam/ lantaran hati mereka mulai mendendam/ hanya mengharap sapa dan salam/ tak melihat diriku kian tenggelam. Pemilihan dan penempatan

kata-kata sudah elok, dan padu-padan. Perajakan dan irama, demikian sudah membayangkan indahnya.Tapi lagi-lagi masih perlu diperhatikan, karena untuk kelanjutan puisinya pada bait ketiga dan keempat, masih terlihat, terasa biasa-biasa saja, sebagaimana juga puisi pengalan terakhir puisi Reni Sulastri. Mestinya, Suci Lailatul Jannah dapat memanfaatkan bekalnya yang sudah memadai sebagaimana dua bait penggalan pertama puisinya itu untuk bait-bait selanjut puisnya tersebut. Selanjutnya puisi Kau, Aziz Azlan.Kiranya, Aziz Azlan memang lebih jauh sudah memaknai bagaimana seharusnya puisi ditulis.Meskipun masih seputar “kegalauanâ€? hati dan “cintaâ€?. Tapi bila kita perhatikan katakata, metafora, persajakan dan sebagainya dari puisi Aziz, niscayalah dapat kita katakan ia sudah mempunyai bekal yang berguna untuk mengayuh jongkong kata-kata sehingga berlabuh dalam untaian kalimat menjadi puisi yang lazim dikatakan puisi sebagaimana ciri-ciri dan kaidah-kaidah puisi. Tak kalah penting, Aziz tentulah mempunyai bekal pula untuk nanti menjadikan puisinya berdekatan dengan lingkungannya (lokal genius), kekhasan, keunikan dan sentakan bila dibanding-sandingkan dengan penyair mana pun nantinya. Kau: Setiap kali,/ Aku hanya bisa menunggu sunyi,/ Seperti ini./ Menantiku mendekap mimpi./ Dan aku akan bercerita tentang isi hati,/ untuk kekasih// Saat ini aku teteskan tinta merah dari ujung jari./ Meski aku takut akan rasa sakit,/ Aku relakan ia mengalir sampai terhenti/ sendiri,/ Untuk jejakkan symbol namamu di hati.// Aku tulis berarti diary,/ Aku ucap bukan sebagai puisi, Tapi karna engkau ada di sini,/ Selalu mengalir,/ Selalu denyutkan otot nadi.//‌.. Dan, puisi Aziz, dalam bait terakhir, masih terlihat kata-kata yang sebenarnya bermakna sama atau rancu, sehingga ianya menjadi kurang padat. Bahwa kata-kata yang ia tampilkan, segera terjawab oleh kata berikutnya. Alangkah eloknya kalau jawabannya itu menjadi misteri dan milik para pembaca atau bukan aku lirik.Laksana salju terkadang engkau dingin,/ Namun tak pernah beku tetap mencair,/ Dan selalu nyalakan harapan untuk/ nafas ini. Sekedar misal: “Laksana salju/ engkau/ namun tak pernah beku/ Dan selalu nyalakan harapan nafas ini.â€? Berikut mari kita perhatikan dan ambil pengajaran dari puisi penyair Melayu, Rida K Liamsi, yang sebenarnya dapat kita duga sebagai bertolak adanya dari “cintaâ€? dan mungkin juga “kegalauanâ€?, tetapi alangkah eloknya sebagai puisi! PADA HARI ITU kepada Asmini. Pada hari itu di sungai seputih susu angin peraman menghunjam pusar

mengguncang tebing dan rumpun ilalang butir-butir embun menyaput cadas yang pucat yang kusut Di rahim siang yang kerap gelisah matahari bangkit kembali membakar lembah dan puncak bukit bencah-bencah bening melelehi tebing yang merah yang rekah sementara angin mengemas sisa-sisa panas ke dalam lipatan sepi (1970), “Rose�, Yayasan Sagang, Pekanbaru, 2013:2. Adalah kepada nama-nama yang disebutkan di muka, perlu dipahami, sejatinya untuk menjadi penulis puisi yang baik, tak sebentar, tak sekali jadi. Ianya mesti ulet, dan berteguh hati dengan tiada henti belajar dengan cara membaca dan menulis, terus menulis, perbaiki, perbaharui, dan temukan jatidiri dalam puisi masing-masing. Belajar sendiri memperelok, dan memperkaya puisi niscayalah berproses dalam bentangan masa bertahuntahun.Namun bila sudah menemukan jati-diri puisi kita, maka selanjutnya tinggal melanjutkan, mengembangkan dan memperbaharui. Pada akhirnya, kita akhiri bual-bual ini dengan pendapat Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, seoerang sastrawan terkemuka di Indonesia, sekaligus sebagai kritikus dan akademisi.Katanya, ketika menulis puisi tidak usah menekankan pada makna, meskipun kalau dicari-cari makanya pasti ada, pasti ketemu.Sebenarnya puisi bukan itu yang dipentingkan.Sebab kalau kita mencari makna, maka puisi itu hanya menjadi wisdom, kata-kata mutiara saja (lihat Raudal Tanjung Banua dalam Mantra Cinta, Abdul Kadir Ibrahim (Akar Indonesia, Yogyakarta, 3013:57).Karenya, wahai anak-anak muda (penulis muda) tulislah puisi dengan bekal kata-kata indah, terpilih dan padu-padan sehingga akhirnya menyergam dan aduhai! Banyak orang bisa menjadi penyair (penulis puisi), dan tidak sekali-kali tersebab pendidikan formal, melalui jenjang pendidikan sekolah.Belajar dan ketekunan sendiri dengan pancaran akal dan hati dari lubuk yang paling dalam dengan tiada temberang, dan tinggi hati. Bertanya, diskusi dengan sesiapa pun adalah suatu perkara tak kalah mustahak pula untuk dilakoni.Sampai jumpa dalam “per-sekataan� puisi berikutnya dalam “Taman Kreativitas Sastra� Tanjungpinang Pos. Terimakasih, tabik, tahniah, dan mohon maaf. ***

Untuk mengasah bakat, minat, dan hobi para pembaca, Tanjungpinang Pos menerima hasil karya sastra untuk diterbitkan di setiap edisi Minggu. Sertakan identitas dan foto penulis, lalu kirimkan ke email tanjungpinangpos@yahoo.com. Redaksi Tanjungpinang Pos hanya menerima karya sastra berupa puisi, prosa, cerpen yang belum pernah terbit di media cetak lain.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.