Tanjungpinang Pos 13 Mei 2018

Page 1

TEPUNG GOMAK

Biar Pecah di Mulut

REKREASI VISUAL

H5

Kampung Melayu

H14

9H 1439 13 MEI 2018 / 2277 SYABAN 143

DEWAN PERS

Rp. 3000

www.tanjungpinangpos.id

MEDIA TERVERIFIKASI

2018

Kami Datang, Ramadan di depan mata harus disambut dengan segenap rasa bahagia. Dalam sebuah hadits, diriwayatkan, barangsiapa yang berbahagia dengan datangnya Ramadan, akan diharamkan atasnya api neraka. Mari berbahagia dalam menyongsong bulan penuh keberkahan. Jangan sampai kesempatan ini penuh kesia-siaan.

Ramadan!

H2

FOTO: OGEN UNTUK TANJUNGPINANG POS

Socrates Mandela Mahathir Setelah berusia tua, Socrates belajar musik. Lalu ada orang berkata padanya, “Apakah engkau tidak malu belajar di usia tua?”. Dia menjawab, “Aku justru merasa lebih malu menjadi orang yang pandir di usia sebegini”.

SELAKSA Kolom Muhammad Natsir Tahar

PERGI melawan arus, menolak untuk menyesuaikan diri, mengambil jalan yang jarang dilalui bukan jalan yang dipukuli. Tertawa dalam menghadapi kesulitan, dan melompat sebelum Anda melihat. Menari seakan semua orang menonton. Berbaris dengan ketukan drum Anda sendiri. Dan keras kepala menolak untuk menyesuaikan diri. Ini kata Penulis Amerika

redaksi@tanjungpinangpos.id REDAKTUR: FATIH

Serikat Mande Hale, sebagai saran agar setiap kita selalu punya jiwa muda, jiwa petarung. Rerata manusia yang menginjak kepala enam akan siap-siap menggulung perangkat kerja, mengatur kursi goyang di beranda, menunggu cucu berkunjung. Tak berminat akan apa-apa dan memulai hitung mundur menuju helaan nafas terakhir. Beberapa

facebook/tanjungpinangpos

terserang post power syndrome. Tidak bagi Colonel Sanders. Ia baru memulai bisnis ayam gorengnya pada usia 62 tahun, dan butuh sembilan tahun pula untuk meracik sebelas bumbu hingga lidah kita mencecap kesempurnaan rasa Kentucky Fried Chicken (KFC). Nelson Mandela punya alasan kuat untuk membusuk di dalam kurungan, 27 tahun bukan waktu sebentar. Bila pendiri Rolling Stone, Lewis Brian Hopkin Jones dilahirkan pada hari Mandela dipenjara, bintang rock dunia ini pun mati ketika Mandela dibebaskan. Dalam 27 tahun berbilang bintang telah lahir dan mati, gitaris Nirvana,

Kurt Cobain dan bintang bola Andrés Escobar sampai Raja Iraq, Ghazi bin Faisal adalah di antara para pesohor yang diberi jatah hidup seumur Mandela meringkuk dalam kurungan. Kita segera teringat kepada Sang Penyair Revolusioner Chairil Anwar yang wafat juga di usia segitu. Kembali pada Mandela, usia 72 ia bebas dan langsung melaksanakan serangan balik lewat kampanye multiras, dan merebut kursi Presiden Afrika Selatan dalam usia 76 tahun. Belum lama, kita dicengangkan oleh Sang Lagenda Mahathir Mohamad.

Bersambung ke Hal 7

@tgpinangpos LAYOUT: DOBBY FACHRIZAL


Liputan Khusus

2

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 13 MEI 2018

F-FATIH/TANJUNGPINANG POS

Suasana salat Jumat terakhir sebelum memasuki Ramadan di Masjid Al-Huda, Gang Lembah Purnama.

Unduh Berkah di Bulan Puasa Bagi umat muslim, bulan Ramadan adalah bulan sarat berkah. Keistimewannya tiada tara di bandingkan sebelas bulan lainnya. Karena itu, unduh berkah menjadi keharusan agar Ramadan yang sekali setahun itu jauh dari kesia-siaan.

FATIH MUFTIH, Tanjungpinang

J

IKA mengacu pada perkiraan tahunan, Ramadan tahun ini akan tiba Kamis (17/5) mendatang. Artinya, kurang dari sepekan, umat Muslim sedunia memasuki saat-saat paling berbahagia, ketika ibadah di bulan ini nilai dan pahalanya dihitung berlipat-lipat. Maka, agar Ramadan yang berkah ini jauh dari kesia-sian, perlu kiranya dilakukan persiapan terbaik. Sebab, tanpa itu semua bisa saja harapan mengunduh berkah di bulan ini tinggal angan-angan. Dan itu diyakini akan menjadi sesuatu yang merugi bagi umat muslim. Sebelum membicarakan kesiapan menuju Ramadan yang berkah dan berbahagia, di banyak daerah di Indonesia ada sejumlah kegiatan yang sengaja dilaksanakan dalam rangka menyambut Ramadan. Namun, tidak perlu berbicara tentang daerah yang jauh-jauh. Sebab, di kelurahan Kampung Bugis juga ada keceriaan dan kebahagiaan yang berpendar dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan. Kamis (10/5) malam lalu, masyarakat di Gang Harapan berduyun-duyun meriung di lapak pasar pagi. Kedatangan mereka ke sana tidak dalam tangan kosong. Ada yang menjinjing bakul nasi, ada yang membawa lauk-pauk, dan tidak sedikit yang menenteng kueh-mueh. Sudah menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat sekitar bahwasanya jelang memasuki Ramadan dilakukan doa. “Orang sini menyebutnya doa haul jelang Ramadan,” terang Ogen, warga Gang Harapan Kampung Bugis, kemarin. Di situ, sambung Ogen, masyarakat berbagi sesuai dengan kemampuannya. Makanan yang disajikan adalah simbol kebersamaan. Tidak diharuskan dan tidak pula ditentukan jenis makanan yang harus dibawa. Semuanya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Ogen bercerita, makanan yang terkumpul itu kemudian ditempatkan di satu tempat dan dimakan bersama-sama usai pembacaan tahlil dan tausiyah. “Lalu dilanjutkan dengan salam-salaman sesama warga sebelum bersurai,” tutur Ogen.

Kebahagiaan yang hadir di Gang Harapan Kampung Bugis hanyalah satu di antara kegembiraan yang ada di banyak tempat di Tanjungpinang. Beberapa masjid dan surau sejak akhir pekan lalu juga sudah terlihat sibuk berkemas. Gotong-royong bersih-bersih masjid dan surau seolah menjadi keharusan mengingat aktivitas ibadah selama Ramadan akan meningkat intensif selama 30 hari ke depan. Gegap-gempita menyambut Ramadan juga mulai terlihat dengan mulai berdirinya sejumlah lapak-lapak dagang yang nantinya akan buka setiap jelang berbuka dan menyajikan ragam pilhan takjil. Ramadan memang bulan berkah. Keimanan dan ketakwaan bertambah. Pun ekonomi mengalami pertumbuhan. Sebuah potret bahwasanya menyambut Ramadan sepenuh bahagia sebagai keharusan itu benar adanya. Kepala Kantor Kementerian Agama Tanjungpinang, Erman Zarudin menyatakan, setelah berbahagia, agar tidak lupa menyiapkan mental dan stamina terbaik dalam bulan Ramadan. Hal ini jadi penting, lantaran kewajiban puasa akan membutuhkan mental dan fisik yang prima. “Jadi biar puasanya bisa full dan ibadah lainnya pun bisa terus dijalankan,” ujarnya. Erman menilai, bulan Ramadan memang harus dimanfaatkan sebaikbaiknya oleh umat muslim. Tidak ada lebih baik dalam memanfaatkan momentum Ramadan ini selain meningkatkan kualitas iman dan takwa. Hal senada diucapkan Ustad Maulida Mustado. Aktivis Dakwah Islam sekaligus Imam Masjid Agung Al-Hikmah ini menandai setidaknya ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian umat muslim menyambut Ramadan. “Sudah pasti yang pertama itu adalah menyambut Ramadan dengan gembira. Jangan sampai bersedih hati, karena Ramadan ini bulan penuh berkah,” ujarnya melalui sambungan telepon. Tetapi, bahagia saja tidak cukup. Perlu pula disiapkan keilmuan. Ustad Maulida menjelaskan, persiapan keilmuan itu berkenaan dengan fikih puasa. “Jangan

Jangan malu untuk belajar dan mencari tahu, bagaimana puasa yang baik dan benar, sunnah puasa itu apa, makruhnya,”

malu untuk belajar dan mencari tahu, bagaimana puasa yang baik dan benar, sunnah puasa itu apa, makruhnya,” jelasnya. Selanjutnya adalah doa. Ustad Maulida menerangkan, doa adalah harapan agar diberikan kekuatan oleh Allah bisa menjalani Ramadan penuh berkah. “Berdoa agar bisa optimistis melewati Ramadan dengan baik,” katanya. Lalu tidak boleh ditinggal pula adalah mematangkan tekad untuk mengisi waktu selama Ramadan dengan ibadah terbaik, infak terbaik, sedekah terbaik. “Yang biasanya tilawah Quran-nya biasa saja, bisa ditingkatkan, ditargetkan paling tidak sekali khatam,” sarannya. Terakhir, sebagai pungkasan menyiapkan ruh dan jasad agar dibebaskan dari dosa, baik itu kepada Allah maupun sesama manusia. “Ya intinya, jangan sampai Ramadan ini terlewat dengan kesia-siaan. Dipersiapkan sebaik mungkin agar Ramadan ini menjadi berkah buat diri kita, keluarga kita, dan lingkungan kita,” pungkasnya.***

Mau pasang iklan?

IKLAN BARIS RUMAH INGIN MILIKI RUMAH SUBSIDI? DI KM 13 ARAH KIJANG. HUBUNGI : 0858 3477 3078 DI JUAL CEPAT RUMAH TYPE 105 LT. 96 M2, 2 KT, 2 KM, LISTRIK 1300 WATT, AIR PDAM. ALAMAT : HANGTUAH PERMAI KM. 11, BLOK H, GANG KASTURI 3 NO. 18 HUBUNGI : 0813 7220 7170 HARGA NEGO ANDA BUTUH RUMAH SUBSIDI? TYPE 36/ 98 (READY) DATANG LANGSUNG KE KANTOR PT. CAHAYA KRISTAL PROPERTI ALAMAT : JL. D.I. PANJAITAN KM 9. ATAU HUBUNGI : HP 0812 6891 0101

Hubungi : 0852 6404 0033 LAUNDRY

KEHILANGAN

CUCIAN MENUMPUK, LAUNDRY BOSS SOLUSINYA, NGELAUNDRY TANPA HARUS KEMANA-MANA, DRIVER JEMPUT PAKAIAN LANGSUNG DITIMBANG DIRUMAH PELANGGAN, SELESAI DILAUNDRY AKAN DIANTAR KEMBALI, FREE ONGKIR, HUBUNGI TLP/WA : 0822-8396-1617 (SITI), 0852-7199-9702 (FADILLAH) PINJAMAN PINJAMAN TANPA BI CHECKING CAIR SUPER CEPAT JAMINAN BPKB SEPEDA MOTOR, MOBIL, TRUK HUBUNGI RUSDI, HP 0821 5855 6420

MAKANAN -----------------SELERA KITA----------------“MENERIMA PESANAN PECAL LELE“ PENGANTARAN DARI JAM 15.00 (SORE) S/D JAM 03.00 (MALAM). ALAMAT : JL. HANDJOYO PUTRO PERTOKAN GESYA

TOKO BUKU ERDEKA BOOK STORE. MENJUAL BUKU SEJARAH & SASTRA MELAYU. WWW.ERDEKABOOKSTORE.COM

FOODY CV ORINEFA MENERIMA PESANAN KUE SNACK BOX, KUE KERING DAN NASI KOTAK, PEMESANAN WA/HP 08117016111, WA 08117709699, FB RIMAMELATI AZZAHRAH, INSTAGRAM FOODY_ TANJUNGPINANG, EMAIL RIMAMELAT I W R @ G M A I L . C O M

MENJUAL OBAT GAMAT. MENGATASI BERBAGAI PENYAKIT. BERMINAT BISA ANTAR KETEMPAT. HUB. : 0813 7209 4056

MENERIMA PESANAN BROWNIS KUKUS. SIAP ANTAR KE ALAMAT ANDA. #UK. 22 X 22 = RP.90.000# UK. 22 X 10 = RP. 45.000#. HUBUNGI : AMI. 0823 9297 9062

MENERIMA BELAJAR SILAT UNTUK PENGAJARAN DI HARI JUMAT MLM PUKUL 7.30 & MINGGU JAM 7.00 WIB PAGI. BERMINAT HUB. : HP. 0822 8816 6100

HERBAL

OLAHRAGA & BELADIRI

KEHILANGAN STNK, “NO POLISI BP 4738 RT“, NO BPKB F4512326, “NO RANGKA MH328D0029K572559, “NO MESIN 28D571175“, A.N PEMILIK : FATMAWATI TRAVEL BUANA SAWITTO PAKKAREZO TOUR & TRAVEL MELAYANI RENTAL MOBIL , JASA ANTAR JEMPUT CITY TOUR TANJUNGPINANG - BINTAN, SUPIR BERPENGALAMAN , HP. 0852 6498 9945 (DAENG MAPPATONRU) --------------------

SERBA-SERBI MASSAGENA ININNAWA KONSULTAN , MELAYANI JASA DESIGN BANGUNAN, JASA IT, JASA KONSULTING DOKUMEN LINGKUNGAN (UKL-UPL), JASA LAYANAN PERIZINAN. ----------------------------------HUB. 0853 5331 7949 (NURSYAMSI) TOPI DAN TOTEBAG BY DANNISA“, TERSEDIA DI...KEDAI OLEH2 SRI PINANG JL GANET BANDARA TPI, SOUVENIR SHOP BINTAN PARADISE JL PANCUR TPI. INFO ORDER CUSTOM DESAIN SILAHKAN KONTAK : 0853 3410 6699 MENERIMA ORDERAN HANDBOUQUET FLANEL DAN JASA UKIR HENNA, UNTUK KATALOG BISA CEK DI INSTAGRAM @SUHABOUQUET DAN @SUHAHENNA, PEMESANAN MELALUI WHATSAPP 0813 6530 1061 -----------------------------

D-1St Female Station in Bintan Island Indonesia

Jl. Yos Sudarso No.63 Lantai 2-4 Batu Hitam, Tanjungpinang Telp. 0771 - 318 637. Fax. 0771 - 319 489 Email : radioonine@gmail.com

Marketing : 0812 7099 8897 (Fira Rewadi) 0852 6453 3303 (Andy)

REDAKTUR: FATIH MUFTIH

LAYOUT: SYAFRINALDI


TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 13 MEI 2018

3

Tiga Hari Berpesta di Pantai Festival Padang Melang, Anambas

B

ERSIAPLAH untuk sebuah pesta rakyat yang tak biasa. Untuk kali ketiga, akan digelar Festival Padang Melang di Jemaja, Anambas pada 26-28 Juli mendatang. Selama dua penyelenggaraan terakhir, festival yang masuk kalender pariwisata provinsi ini menjadi satu di antara pesta rakyat yang dinanti. Apatah tidak, serangkaian gelaran festival akan dihelat di pesisir sepanjang 7 km pantai Padang Melang, kecamatan Jemaja di kabupaten Anambas. Sebagaimana yang diketahui bersama, pada helatan tahun lalu, festival ini mendapatkan sorotan positif dari dalam dan luar negeri setelah mendapatkan rekor MURI dan dunia untuk pelepasan tukik terbanyak mencapai 4.109 ekor. Karena itu, pada helatan ketiga tahun ini, keseruan dan kemeriahan adalah suatu garansi dari pesta tiga hari tiga malam di pantai. Plt Kepala Dinas Pariwisata Anambas, Masykur menjelaskan, untuk tahun ini, Festival Padang Melang mengangkat tema Helat Budaya Melayu Pesisir. “Kolaborasi berbagai tradisi upacara, atraksi budaya dan permainan rakyat dengan aktivitas pantai kekinian, pertunjukan musik dan artistik spot selfie serta tak lupa sajian berbagai kulinari tradisional, sehingga pengunjung dimanjakan dengan pengalaman yang kental akan khazanah budaya namun tidak meninggalkan sensasi masa kini,” terangnya. Berbeda tentu harus. Konsep ini pula yang diusung panitia agar festival ini kembali menjadi daya tarik utama wisatawan dalam dan luar negeri agar berduyung-duyun ke Anambas. Masykur menjelaskan, tahun ini penyelenggaraannya melibatkan tiga Pokdarwis dari Desa Wisata Batu Berapit, Desa Wisata Mampok Elok dan Desa Wisata Landak, yang nantinya akan diselenggarakan pula Festival Mini di desa-desa wisata tersebut pada waktu yang bersamaan sehingga wisatawan dapat menikmati pengalaman berkeliling ke desa wisata dan menjelajah obyek-wisata alam seperti air terjun Neraja, mangrove Genting Pulur, snorkeling di pantai Kusik, pulau Ayam, pulau Duwate maupun wisata sejarah pulau Kuku (bekas kamp pengungsian Vietnam) dan gunung Datuk (bekas basis pertahanan tentara Jepang). Acara yang dibuka pada sore hari ini akan dimulai dengan permainan gendang, silat kampung dan sajian makan bedulang serta suguhan aek buoh kepayang. “Ini salah satu herbal yang terdapat di pulau Jemaja dan berkhasiat tinggi untuk kesehatan,” terang Masykur. Sembari menikmati suasana senja di bibir pantai, para pengunjung akan disuguhkan sebuah pagelaran tari yang mengangkat tradisi Berume yaitu aktivitas membuka lahan untuk bercocok tanam secara bergotongroyong serta pada malam harinya akan digelar Coast Malay Culture Night, yaitu pertunjukan seni budaya khas melayu pesisir, diantaranya pertunjukan Topeng Gubang, Tambur Percussion, beragam tarian dan lantunan lagu melayu Anambas, berbalas pantun kanak yang kemudian ditutup dengan Festival Pompong Hias dengan berbagai lampu warna-warni yang menghiasi gelapnya lautan pantai Padang Melang. Belum habis di situ. Hari kedua akan diisi dengan berbagai permainan rakyat seperti pangkak gasing, galah panjang dan lempar canang, dimana para wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan mencoba permainan tersebut. Sementara sore harinya akan digelar Festival Tari Zapin serta pada malam harinya akan digelar Song on The Sea yaitu pertunjukan musik berlatar panggung di atas air dengan sajian utama artis ternama, hal ini tentu saja akan menambah romantisme dengan adanya Festival Lampion Apung dan Lampion Terbang yang menghiasi langit sepanjang pantai Padang Melang. Sementara pada hari ketiga, pengunjung akan diajak untuk bermain air laut, melalui lomba selam gong-gong dan pacu jongkong, sedangkan bagi pengunjung yang tetap ingin berdiam di pantai dapat mengikuti Festival Layang-layang. Hal baru lainnya adalah pada tahun ini akan dilaksanakannya upacara Tolak Bala yaitu bentuk upacara untuk menghalau segala mala petaka dengan tradisi utamanya memakan nasi Bertih dan melanjutkannya dengan tradisi Ngingkep Nyela yaitu menangkap ikan secara bersama-sama dengan cara menebarkan jala yang diarahkan ke pantai dengan harapan ikan-ikan akan naik terdampar ke pantai. Tentu saja hasil tangkapan ini akan dinikmati bersamasama pula oleh semua pengunjung dalam gelaran pesta bakar ikan yang oleh warga setempat disebut Gowoi Boko Ekan. “Kemudian Festival akan ditutup dengan menyaksikan pertunjukan drama Mendu semalam suntuk. Jadi festival ini benar-benar amat sayang kalau dilewatkan,” pungkas Masykur. (indra) REDAKTUR: FATIH MUFTIH

LAYOUT: AGUNG S PRASATYA


4

Komunitas

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 13 MEI 2018

Semarak Creative Space, Red n Blue Cafe

Titik Temu Orang Kreatif O

RANG kreatif itu senantiasa ada, ruangnya saja yang seringkali terbatas. Sebab menjadi kreatif adalah bawaan dasar manusia dalam tumbuh kembangnya dan atas bidang yang disuka. Di sini, Red n Blue (RnB) Cafe mencoba memberi wahana bertemu insan-insan kreatif Tanjungpinang. Bermodalkan pelataran kafe yang sederhana di bilangan Komplek D’Green Tanjungpinang, RnB menciptakan sebuah program bertajuk Creative Space. Seperti namanya, ruang ini menampilkan anak-anak muda kreatif di Tanjungpinang untuk saling berbagi pengalaman dan wawasan atas bidang yang dikuasai. Dan itu berlangsung tidak sekali. “Tapi sudah 16 kali tiap Rabu malam,” kata Windi, pemilik RnB Cafe, kemarin. Karena sudah berlangsung 16 kali, tentu yang hadir di sana tidak akan cukup dihitung pakai jari. Lebih dari seratus orang kreatif hadir dan ambil bagian. Latar belakangnya pun bermacam-macam. Windi menjelaskan, kreativitas itu tidak mengenal batas. “Dan yang paling membanggakan, kita semua jadi tahu anak-anak Tanjungpinang itu kreatif-kreatif. Bahkan punya local brand yang terus berkembang,” ujarnya. Dan siapa bisa menyangka, ajang berbagi ruang kreatif ini kelak bisa melahirkan ratusan atau bahkan ribuan lagi anak-anak muda kreatif di masing-masing bidang yang digeluti. Dari gema dan riuh selama 16 sesi Creative Space di tempatnya, Windi melihat hal itu bukan tidak mungkin. Sebab satu sama lain saling menyokong, mendukung, dan mau berbagi. “Tentunya untuk Tanjungpinang yang lebih kompak dan kreatif lagi ke depannya. Dan kita harus optimistis menjemput itu,” pungkas Windi. (fatih)

MEI

JADWAL KEDATANGAN DAN KEBERANGKATAN KAPAL PENUMPANG PT. PELNI DI PELABUHAN KIJANG, TANJUNGPINANG DAN BATAM

No.

NAMA KAPAL

1 2

KM. SABUK N-62 KM. BUKIT RAYA

RENCANA TIBA HARI TANGGAL

DARI SENAYANG BLINYU

SABTU

28-Apr-18

JAM 05.00

DARI TG.PINANG KIJANG

RENCANA BERANGKAT HARI TANGGAL SABTU

28-Apr-18

10.00

3

KM. SABUK N-39

K. MARAS

SABTU

28-Apr-18

11.00

KIJANG

RABU

02-Mei-18

13.00

4

KM. DOROLONDA

TG. PRIOK

SENIN

30-Apr-18

19.00

KIJANG

SENIN

30-Apr-18

22.00

5

KM. UMSINI

TG. PRIOK

JUMAT

04-Mei-18

04.00

KIJANG

JUMAT

04-Mei-18

14.00

6

KM. SABUK N 30

TAMBELAN

JUMAT

04-Mei-18

08.00

TG.PINANG

SELASA

08-Mei-18

13.00

7 8

KM. BUKIT RAYA KM. BUKIT RAYA

LETUNG BLINYU

SELASA SABTU

08-Mei-18 12-Mei-18

05.00 04.00

KIJANG KIJANG

SELASA SABTU

08-Mei-18 12-Mei-18

08.00 08.00

9

KM. SABUK N-39

K. MARAS

SABTU

12-Mei-18

11.00

KIJANG

RABU

16-Mei-18

13.00

10

KM. BUKIT RAYA

LETUNG

KAMIS

17-Mei-18

05.00

KIJANG

KAMIS

17-Mei-18

09.00

11

KM. SABUK N 30

TAMBELAN

JUMAT

18-Mei-18

08.00

TG.PINANG

SELASA

22-Mei-18

13.00

12 13

KM. BUKIT RAYA KM. BUKIT RAYA

LETUNG BLINYU

SELASA SABTU

22-Mei-18 26-Mei-18

05.00 04.00

KIJANG KIJANG

SELASA SABTU

22-Mei-18 26-Mei-18

08.00 11.00

14

KM. SABUK N-39

K. MARAS

SABTU

26-Mei-18

11.00

KIJANG

RABU

30-Mei-18

13.00

15

KM. BUKIT RAYA

LETUNG

RABU

30-Mei-18

05.00

KIJANG

RABU

30-Mei-18

10.00

1 2 3 4 5

KM. KELUD KM. KELUD KM. KELUD KM. KELUD KM. KELUD

TG.PRIOK TG.PRIOK TG.PRIOK TG.PRIOK TG.PRIOK

MINGGU RABU MINGGU RABU MINGGU

29-Apr-18 02-Mei-18 06-Mei-18 09-Mei-18 13-Mei-18

06.00 10.00 06.00 10.00 06.00

BATAM BATAM BATAM BATAM BATAM

MINGGU RABU MINGGU RABU MINGGU

29-Apr-18 02-Mei-18 06-Mei-18 09-Mei-18 13-Mei-18

11.00 13.00 11.00 13.00 11.00

1. PERUBAHAN JADWAL TSB DIATAS BILA ADA PERUBAHAN / KOREKSI AKAN KAMI BERITAHUKAN. 2. KEPADA CALON PENUMPANG PEMBELIAN TIKET AGAR SESUAI IDENTITAS/ KTP. 3. KETERANGAN LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI CALL CENTER 021 - 162 4. PT. PELNI CABANG TANJUNGPINANG TELP. 0771 - 21513 5. 2 (DUA) JAM SEBELUM KAPAL BERANGKAT SUDAH DI TERMINAL PELABUHAN

REDAKTUR: DESI LIZA PURBA

JAM

2018

TUJUAN DOCK LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI - SERASAN - PONTIANAK (PP) TAMBELAN - PONTIANAK - SERASAN - SUBI - RANAI - P.LAUT - SEDANAU P.TIGA - MIDAI - TAREMPA - K.MARAS TG.PRIOK (DOCKING TAHUNAN) TG.PRIOK - SURABAYA - MAKASAR - MAUMERE - LARANTUKA - LEWOLEBA KUPANG - ENDE (PP) KUALA MARAS - TAREMPA - MIDAI - P.TIGA - SELAT LAMPA - SEDANAU P.LAUT - RANAI - SUBI - SERASAN - SINTETE - TAMBELAN BLINYU - TG.PRIOK (PP) LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI - SERASAN - PONTIANAK (PP) TAMBELAN - PONTIANAK - SERASAN - SUBI - RANAI - P.LAUT - SEDANAU P.TIGA - MIDAI - TAREMPA - K.MARAS LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI - SERASAN - PONTIANAK (PP) KUALA MARAS - TAREMPA - MIDAI - P.TIGA - SELAT LAMPA - SEDANAU P.LAUT - RANAI - SUBI - SERASAN - SINTETE - TAMBELAN BLINYU - TG.PRIOK (PP) LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI - SERASAN (PP) TAMBELAN - PONTIANAK - SERASAN - SUBI - RANAI - P.LAUT - SEDANAU P.TIGA - MIDAI - TAREMPA - K.MARAS LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI - SERASAN - PONTIANAK SURABAYA - BLINYU TG.PRIOK (PP) TG.BALAI - BELAWAN TG.PRIOK (PP) TG.BALAI - BELAWAN TG.PRIOK (PP) TG.BALAI - BELAWAN

TANJUNGPINANG, APRIL 2018 TTD PT. PELNI CABANG TANJUNGPINANG

LAYOUT: SYAFRINALDI


TANJUNGPINANG POS

5

Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 13 MEI 2018

Tepung Gomak Khas Tanjungpinang

Biar Manisnya Pecah di Mulut R

UMAH Tok Dalang sedang riuh dengan kehadiran bocah-bocah. Bukan tanpa alasan mereka hadir di sana. Sehari sebelumnya, Tok Dalang meminta Upin dan Ipin mengajak teman-temannya main ke rumah dan menonton koleksi film P. Ramlee milik Tok Dalang. Usai penat menonton, Upin dan kawan-kawan bermain peran. Abang Saleh yang sedari jauh datang ikut singgah dan bermain peran. Kepada Upin, Abang Saleh berperan sebagai seorang keturunan raja. “Raja mana?” tanya Upin. “Aku keturunan Raja Kapur,” jawab Abang Saleh. “Oh,” timpal Upin, “tapi kenapa muka kau macam tepung gomak?” Abang Saleh merajuk dan pergi setelah wajahnya diumpamakan mirip tepung gomak. Namun, sebegitu burukkah tepung gomak? Jika cuma sebatas luaran, balutan bubuk kacang hijau membuat rupanya tak keruan. Pantas saja Abang Saleh merajuk diejek sedemikian oleh Upin. Tapi hukum alam jangan menilai sesuatu dari luaran juga berlaku dalam urusan tepung gomak. Sebab sekali gigitan saja, akan ada terasa sesuatu yang pecah di mulut. “Itu gula merahnya yang dibuat dengan parutan kelapa. Ketika bibir menyentuh tepung kacang hijau rasanya masih datar, tapi ketika mulai digigit dan meledaklah kemanisan itu,” kata Nurfatilla, penggemar kuliner khas Melayu, kemarin. Untuk menyicip tepung gomak, bukan hal yang susah. Sebab di hampir setiap kedai yang menjual juadah tradisional, tepung gomak seringkali ada. Bahan pangannya yang mudah didapat, kata Nurfatilla, menjadi penyebab itu. “Tapi juga pasti karena tepung gomak masih sangat diminati masyarakat Tanjungpinang,” ungkapnya. Hal ini pula, sambung Nurfatilla, boleh jadi berkenaan dengan falsafah orang Melayu bahwasanya segala kesedihan, kepahitan, duka, lara, dan segala yang kurang sedap itu biar pecah di perut. “Karena yang di mulut biar manisnya saja seperti tepung gomak,” pungkas Nurfatilla. (fatih)

F-CANO UNTUK TANJUNGPINANG POS

Rahayu Wulandari menunjukkan silky pudding kreasinya.

REDAKTUR: FATIH MUFTIH

LAYOUT: SYAFRINALDI


6

Goes to School

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 13 MEI 2018

Fokuskan Pembangunan Sekolah Terdepan

Kualitas Pendidikan Diratakan P

EMERINTAH Kabupat en Karimun memfokus kan dana alokasi khusus di bidang pendidikan untuk pembangunan sarana dan prasarana sekolahsekolah terdepan. Hal ini demi mewujudkan komitmen pemerataan kualitas pendidikan bagi masyarakat luas. Sehingga tidak lagi ada stigma sekolah negeri A lebih unggul dibandingkan sekolah negeri B. Apalagi dengan penerapan sistem zonasi, diharapkan semua sekolah bisa terus

berbenah dalam meningkatkan kualitas layanan pendidikan. Kepala Dinas Pendidikan Karimun, Bakri Hasyim menayatakan, komitmen ini dari tahun ke tahun tidak akan pernah berubah. Bakri menjelaskan, dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat akan sepenuhnya dialokasikan untuk pembenahan di sekolah-sekolah terdepan. “Termasuk di antaranya rehabilitasi bangunan sekolah maupun penambahan ruang belajar baru,” ujar Bakri.

Yang tidak kalah penting untuk dipersiapkan ke depan, sambung Bakri, adalah ketersediaan sarana komputer dan jaringan yang memadai di seluruh Sekolah Menengah Pertama Negeri yang ada di Karimun. Menurut Bakri, hingga tahun ini, baru segelintir sekolah di Karimun yang mampu melaksanakan ujian nasional berbasis komputer (UNBK). “Karena juga listrik di pulau-pulau masih terbatas. Kalau semua elemen UNBK sudah siap, tentu kami akan

mendukung pelaksanaan penuh UNBK tahun depan. Listrik oke, jaringan ada, pemerintah tinggal melengkapi ketersediaan komputer atau lapto saja,” tegas Bakri. Kendati begitu, Bakri berharap keterbatasan ini tidak jadi pelemah semangat belajar siswa dan semangat mengajar para guru. Mau UNBK atau ujian nasional berbasis kertas dan pensil, kata Bakri, adalah sekadar medium pelaksanaan ujian. Namun, semangat untuk terus belajar dan mengajar itu

menjadi kunci di balik kesuksesan pendidikan di Karimun. “Maka itu perlu terus memotivasi siswa agar terus semangat belajar dan yang paling penting adalah kemauan untuk melanjutkan sekolah. Jangan sampai masih ada anak Karimun yang pendidikannya hanya sampai setingkat SMP saja. Karena bagaimana pun, pendidikan juga jadi modal penting dalam peningkatan kualitas SDM Karimun ke depan,” pungkas Bakri. (alrion)

Kadis Pendidikan Karimun Bakri Hasyim, Kepala SMP Negeri 2 Tebing Raja Hernayati dan Wakil Kepala Sekolah Sigit.

F-ALRION/TANJUNGPINANG POS

Bupati Karimun Aunur Rafiq memberikan wejangan kepada peserta UNBK SMP Negeri 2 Tebing, Karimun.

F-ALRION/TANJUNGPINANG POS

Pelaksanaan UNBK di SMP Negeri 2 Tebing, Karimun. REDAKTUR: FATIH MUFTIH

LAYOUT: SYAFRINALDI


TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

7

MINGGU 13 MEI 2018

Hasil UN Tingkat SMP

Diumumkan Pukul 10 di Sekolah TANJUNGPINANG Pengumuman hasil ujian nasional tingkat SMP dan sederajat akan dilakukan pada 23 Mei mendatang. Dinas Pendidikan Tanjungpinang telah memutuskan, pengumuman akan dilangsungkan pada pukul 10.00 WIB dan tidak petang hari sebagaimana pengumuman UN tingkat SMA sederajat. Hal ini diterapkan lantaran pada tanggal tersebut sudah masuk bulan puasa. Sehingga diharapkan bisa memperkecil peluang anak-anak merayakan kelulusan dengan cara yang tidak perlu seperti konvoy dan coret-coret seragam. “Kami akan minta orang

tua juga datang ke sekolah. Jadi ada pengawasan langsung dari mereka terhadap anak-anaknya. Lalu juga akan salat zuhur bersama,” terang Kepala Bidang Pendidikan SMP, Tamrin Dahlan, Jumat (11/5) kemarin. Pencegahan coret-coret seragam sekolah juga dilakukan dengan menyeragamkan para siswanya, untuk mengenakan seragam kurung sekolah. Selain itu, Tamrin juga menjelaskan, kelulusan siswa SMP tahun ini ditentukan pada rapat majelis guru nanti. Dimana syarat kelulusan tersebut, yakni peserta ujian mengikuti seluruh rangkaian

UASBN dan UN. “Tanjungpinang ada satu murid yang kemarin sakit. Tapi sudah ikut susulan tanggal 8 kemarin,” terang Tamrin. Tidak hanya menentukan kelulusan dari nilai ujian, Tamrin menerangkan, nilai akhlak dan moral juga ikut memengaruhi kelulusan peserta ujian tingkat SMP kemarin. “Dalam rapat majelis guru nanti, ini yang akan dibahas. Jadi nilai ujian tak serta merta penentu kelulusan,” pungkasnya. (tih) Plt . Wali Kota Tanjungpinang Raja Ariza meninjau pelaksanaan UN SMP.

Socrates ..............................................................................................................................dari halaman 1 Di usia sangat sepuh, 92 tahun ia terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Malaysia. Tidak ada kata mati bagi Mahathir setelah sayap politiknya dibentang selama 70 tahun. Mestinya ia sudah tamat di usia 78 tahun ketika meninggalkan singgasana perdana menteri selama 22 tahun. Kini Mahathir adalah Kepala Negara paling tua di dunia menyusul mundurnya

Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe pada usia 93 tahun. Di belakangnya ada Ratu Inggris Elizabeth (91 tahun), Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi (91 tahun), Emir Kuwait, Sheikh Sabah AlAhmad Al-Jaber Al-Sabah (88 tahun), Presiden Kuba, Raul Castro (86 tahun) dan sebut saja yang lainnya. Apa kata Benjamin Franklin, orang-orang yang bisa mencintai secara mendalam,

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

Diterbitkan Oleh: PT Batam Intermedia Pers Terbit sejak tanggal 28 Oktober 2009 Alamat Redaksi: Komplek Pinlang Mas No.15 Lt 2-3 JL.DI Panjaitan-Batu IX Tanjungpinang, Telepon : (0771) 7447234 (hunting), Fax (0771) 7447085

tidak akan pernah tua. Mungkin mereka meninggal dalam usia tua, tapi jiwa mereka tetap muda. Dari itu, orang-orang tua yang tetap menjadi bintang hingga kepada tarikan nafas terakhirnya jangan pernah dilepas untuk panutan kita. Mereka adalah telaga inspirasi dunia. Usia memang milik Tuhan, tapi kita selalu punya pilihan untuk tidak mati sebelum mati. Bahkan sebagai bagian dari

ikhtiar manusia, angka harapan hidup dapat direkayasa dan bukan menjadi kebetulan semata. Pada laman Mediacology misalnya, terdapat catatan angka harapan hidup tertinggi di dunia secara berturut adalah Jepang (87,2 tahun), Swiss (83,4 tahun), Singapura (83,1 tahun), Australia dan Spanyol (82,6) tahun. Di kelima Negara tersebut terdapat fakta tentang

Pimpinan Umum/GM/Penjab : M Nur Hakim Wakil Pimpinan Umum : Ramon Damora Pemimpin Redaksi : Ramon Damora Wakil Pemimpin Redaksi : Zakmi Pimpinan Perusahaan : M Nur Hakim Manajer Umum/Adm/Keu : Ari Istanti Manajer Pemasaran : M Nur Hakim Manajer Iklan : M Nur Hakim

PEMBINA MANAJEMEN : Rida K Liamsi, Suhendro Boroma

Dewan Redaksi : M Nur Hakim, Ramon Damora, Zakmi, Martunas Situmeang, Abbas, Fatih Muftih

penyebab mereka tidak mati muda di antaranya oleh faktor gaya hidup kolektif, lingkungan, pola diet dan tentu saja kenteraman jiwa dan cinta sebagaimana disebutkan Franklin. Berbicara ke masa depan, melalui rekayasa sains, manusia akan menabrak hukum alam lewat serangkaian tindakan cerdas untuk memanipulasi kehidupan. Gen – gen paling cerdas dan

terkuat akan dikumpulkan dalam satu tubuh melalui rekayasa cyborg. Dengannya akan tercipta manusia super. Pada 2050 sebagian kecil manusia sudah menjadi amortal. Di dalam tubuhnya ditanamkan robot – robot nano atau supermikro yang akan menghancurkan semua jenis penyakit dan apapun yang dapat menyebabkan kematian. Memungkinkan manusia hidup terus menerus,

kecuali terjadi kecelakaan fatal yang merusak organ. Usia mutlak milik Tuhan, tapi Tuhan akan membuat alasan pembenaran bagi mereka yang usianya dipanjangkan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan untuk memanjang umur nabi Adam sampai 1.000 tahun. Silakan berikhtiar untuk memiliki umur panjang, dan mulailah belajar musik seperti Socrates. Sebagai misal. ***

DIVISI REDAKSI Redaktur Pelaksana Kompartemen: Martunas Situmeang, Abbas, Fatih Muftih. Redaktur: Martua P Butarbutar, Yusfreyendi, Adly Bara Hanani Reporter: Suhardi (Koordinator), Desi Liza Purba, Andri Dwi Sasmito, Raymon Sandy, Jendaras Karloan (Bintan Utara), Tengku Irwansyah (Lingga), Daniel Tambunan (Karimun), Hardiansyah (Natuna), Indra Gunawan (Anambas). Sekretaris Redaksi: Fauziatul Husna Ardelia

Tarif Iklan

Halaman Muka (FC) Rp 30.000,-/mm kolom. Halaman Muka (BW) Rp 25.000,-/mm kolom. Halaman Dalam,- (FC) DIVISI ONLINE Fatih Muftih (Penjab), Desi Liza Purba (Wakil Penjab) Rp 25.000,-/ mm kolom. Halaman Dalam (BW) DEPARTEMEN PRACETAK/LAYOUT/PERWAJAHAN: Dobby Fachrizal (Manajer), Syafrinaldi (Penjab Layout), Gilang Dhikapati, Agung Saputra Prastya (Staff). Rp 15.000,-/mm kolom. Jaringan/IT/Online: Rahmat Santoso (Penjab). Iklan Umum/Display DIVISI BISNIS (BW) Rp 15.000,-/mm Departemen Umum, Adm, & Keuangan: Penjab: Dahlia , Kasir: Reynaldi Syah kolom. Iklan Ucapan Customer Service: Dilas Tari Umum: Irhamna. Departemen Iklan: Saifullah (Ass. Manager), Penjab Selamat (FC) Rp 7.000,Desain Iklan: Kevin Perdana, Wira Harjuman. Penjab Adm Piutang: Dahlia Anna, Juni Ella. Penjab Penagihan: Jefri, Departemen Pemasaran & EO: Rijon Sitohang (Penjab Ekspedisi) Penjab Adm /mm kolom. Iklan Piutang dan Retur: Yurika Ucapan Selamat (BW) DEPARTEMEN PEMASARAN KORAN Rp 3.500,-/mm kolom. Penjab Ekspedisi: Rijon Sihotang, Eris Surahman, Pariadi (Staf) Iklan Dukacita Rp Penjab Pemasaran Koran: Hardian, Sudiarta, Wahyu Gustianto, Isep Ilham, Tarmizi 3.500,-/mm kolom. Sport Penjab Langganan Koran: Afriyanti, Sri Wahyuni (Staf) Color Rp 7.000,-/mm Perwakilan - Perwakilan kolom. Advertorial Rp Batam (Martua Butar-butar, Tarmizi Rumahitam), Lingga (Tengku Irwansyah), Bintan Utara (Jendaras Karloan), Karimun (Alrion Tambunan), Natuna (Hardiansyah), Anambas (Indra Gunawan), 5.000,-/ mm kolom. Kepala Biro Iklan Jakarta: Shanti Novita

Dicetak pada : PT Ripos Bintana Press. Isi di luar tanggung jawab percetakan. REDAKTUR: FATIH

LAYOUT: AGUNG S PRASATYA


TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 13 MEI 2018

REDAKTUR: ADLY BARA

IKLAN

8

LAYOUT: AGUNG PRASATYA


Jembia

MINGGU 13 MEI 2018

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

Jembia terbuka untuk semua tulisan dan foto seni kreatif. Kirim naskah, biodata, foto terbaru Anda ke alamat email: jembiatanjungpinangpos@gmail.com

Kebudayaan dan Pariwisata di Mata Gerald A. Hendrick

Turis Sekarang Haus Kebudayaan

K

EGELAP AN di sepanjang jalur menuju kawasan wisata Lagoi seketika EGELAPAN sirna sehadapan pintu masuk Bintan Lagoon Resort (BLR). Maklum saja, ini hunian ternama. Lampu kuning temaram berpendar hangat. Namun, yang lebih hangat adalah jabat tangan Gerald A. Hendrick. Sejak enam bulan lalu, ia dipercaya menjabat sebagai manajer umum di BLR. Walau belum genap setahun, pria berkewarganegaraan Malaysia ini mengusung semangat kebudayaan dalam bisnis kepariwisataan yang digelutinya. Suatu potensi yang, menurut dia, adalah modal paling utama di bidang kepariwisataan hari ini. "Apalagi Indonesia," kata Gerald, "negara dengan kebudayaan yang melimpah. Sebuah negara yang saya cintai karena keragaman budayanya." Kepada Jembia, Gerald berbagi gagasan tentang kebudayaan dari sudut pandang industri pariwisata hari ini. "Kebudayaan itu ibarat emas," tegasnya.

Anda percaya kebudayaan bisa berdampak positif buat pariwisata? Jelas. Pasti. Sesuatu yang tidak mungkin akan saya ingkari. Bagaimana bisa seyakin itu? Izinkan saya cerita dulu berdasarkan pengalaman di BLR. Bahawasanya 70 persen dari tamu yang datang ke sini itu berasal dari Singapura. Sisanya campurcampur. Ada yang dari Eropa, Amerika, Australia dan Selandia Baru. Oke. Lalu 15 persen dari 70 persen yang masuk dari Singapura ke hotel kami itu adalah ekspatriat. Bukan sembarang orang. Maksud Anda? Ya, bukan sembarang orang. Namanya juga ekspat. Kebanyakan adalah duta-duta besar yang tinggal di Singapura. Malam ini saja ada kok yang sedang menginap di tempat kami. Lalu, kaitannya dengan kebudayaan? Jadi begini. Dari angka di atas, sebagian besar ekspat itu ketika berlibur ke mari tentu ingin melihat kebudayaan, merasakan pengalaman kebudayaan, selain juga karena destinasi alam yang indah. Ini gaya orang berwisata lho. Memang seperti apa? Coba tanya diri Anda sendiri. Ketika mengunjungi sebuah negara, apa yang ingin Anda lihat? Anda pasti ingin mengenal negara itu, bukan? Lewat makanannya, bajunya, kehidupan masyarakatnya. Dan inilah kebudayaan. Saya ingin membawa budaya Indonesia, dan Melayu pastinya, ke sini, ke BLR. Untuk? Jelas. Untuk disuguhkan kepada tamu-tamu kami. Kami ingin memberikan pengalaman kebudayaan kepada mereka. Sebab itu sesungguhnya yang mereka cari. Itulah mengapa orang di dunia lebih tahu Bali, daripada Indonesia. Kamu tahu kenapa? Itu karena Bali menyuguhkan kebudayaannya dan itu membekas kepada siapa saja yang datang. Dan Anda ingin melakukan hal yang sama? Pastilah. Turis sekarang itu haus kebudayaan. Saya percaya budaya itu adalah sesuatu yang hmmm... amat besar, sesuatu yang tidak bisa dibeli. Dan Indonesia punya banyaaaak sekali kebudayaan. Saya menyukainya. Dan ini modal sebenarnya selain alam yang indah. „ REDAKTUR: FATIH MUFTIH

Apakah kemudian berdampak positif buat bisnis Anda? Absolutely. Memanfaatkan kebudayaan untuk kepariwisataan itu memberikan sentuhan emosional kepada wisatawan. Membekas di benak mereka. Ketika mereka datang kemari, kami sambut dengan sekapur sirih, lalu tari tradisional. Apa yang terjadi, mereka mengambil ponsel dan merekamnya, dan boom! Mereka unggah ke media sosial mereka. Digital marketing itu akan mempromosikan kebudayaan Indonesia ke dunia. Memangnya apa saja yang sudah Anda lakukan di BLR? Ada banyak. Mulai dari penerapan aksesori tradisional seperti tanjak dan baju kurung untuk tiaptiap kepala departemen. Tidak cuma itu saja, kami juga menyajikan tarian-tarian tradisional dan mengajak tamu menari. Dan sekarang, setiap Sabtu sore, saya mengundang anak-anak sekolah untuk memainkan permainan tradisional di sini. Ada yang main gasing, congklak, dan lompat karet. Seperti yang saya katakan tadi, turis-turis pun bergabung, ikut main, merekam, dan itu memberikan kesan tersendiri buat mereka. Bahkan setiap Minggu, kami juga menyajikan makanan-makanan tradisional. Kami namakan Kampong Brunch Sunday, semua makanan tradisional kami sajikan di sana. Dan saya tidak akan berhenti di sini. Masih banyak lagi kebudayaan Melayu yang ingin saya bawa ke mari agar bisa memberikan pengalaman kebudayaan buat tamu-tamu kami. Dari mana Anda punya ide semacam ini? Dari kesukaan dan kepercayaan saya terhadap budaya. Dan ide ini kemudian didukung oleh tim saya yang sangat solid. Saya dan tim percaya, kebudayaan yang membuat orang selalu ingin kembali dan kembali. Karena itu, kami selalu berpikir menyuguhkan sajian kebudayaan yang berbeda. Saya memang sudah jatuh hati dengan kebudayaan sejak lama. Anda bisa cek isi lemari saya. (Gerald kemudian mengajak melihat lemari pakaiannya dan menunjukkan ragam koleksi batik Indonesia tergantung di sana. Kemudian mengeluarkan satu helai pakaian berwarna putih gading) Baju ini punya songket. Ini juga bagian dari kebudayaan. Hampir semua relasi saya menyukainya. Dan mereka bertanya ini bahannya apa, tentu saya jawab dengan bangga bahwa ini songket. Itu baru urusan baju saja yang punya materi kebudayaan

F-FATIH MUFTIH/TANJUNGPINANG POS

GM Bintan Lagoon Resort, Gerald A. Hendrick menunjukkan baju songket favoritnya.

sudah memberikan perbedaan. Apalagi kalau seluruh unsur kebudayaan bisa diberikan kesempatan untuk tampil ke permukaan. Apa ide ini juga berlaku buat pasar wisatawan milenial? Justru di sinilah kesempatan untuk mengedukasi wisatawan dari generasi muda itu. Bahwasanya kebudayaan adalah sesuatu yang memberikan nilai pada kehidupan ini. Hanya saja tentu, ada kiat-kiat agar anak muda mau melirik kebudayaan. Pengemasan yang apik dan modern salah satunya. Apa kemudian mereka tidak suka? Siapa bilang. Ketika diajak menari tradisional khas Indonesia saja mereka senang kok. Karena itu pula Anda yakin budaya Melayu Kepulauan Riau bisa menjadi modal dalam pembangunan pariwisata daerah ini? Sudah saya katakan berulang kali. Saya tidak pernah ragu dengan apa yang bisa kebudayaan berikan buat kita, apalagi buat pariwisata yang memang sebenarnya bekaitan erat dengan kebu-

dayaan. Itu tadi, hanya kebudayaan yang bisa memberikan sentuhan emosional kepada wisatawan. Selanjutnya? Tentu memperkaya lagi BLR dengan konten kebudayaan yang bisa disuguhkan. Saya tidak akan berhenti hanya di sini. Juga harapannya bisa melibatkan seniman-seniman lokal di sini. Percayalah, saya saja yang orang Malaysia percaya kebudayaan Indonesia ini adalah modal terbesar untuk membangun pariwisata. Sudah seharusnya, kalian lebih-lebih percaya dari saya. Karena tanpa kebudayaan, kita semua bukan apa-apa. Oh iya satu lagi, rencananya tahun ini saya ingin mengadakan semacam festival kebudayaan di BLR, dan nanti relasi-relasi kami dari Singapura akan kami undang, juga seluruh agen travel dari sana. Tujuannya apa? Agar budaya ini semakin mendunia. Dampaknya jelas. Budayanya mendapat perhatian. Pariwisatanya mengalami kemajuan. That’s a big deal yang harus kita dukung bersama-sama.*** „ LAYOUT: DOBBY F


10

hari puisi

MINGGU 13 MEI 2018

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

sajak-sajak terkenang JUNEWAL ‘LAWEN’ MUCHTAR kekasih

wajah-wajah di mana-mana ada wajahmu di kedai kopi dan di warung remang-remang di pinggir jalan di belakang mobil bahkan di kompor ibu rumah tangga di mana-mana ada wajahmu di halaman surat kabar di bendera berkibar bahkan di kubur-kubur menabur makmur rakyat adalah panglima penjaga wajah-wajah

sekasih kasihnya kasih lebih kasih kasihnya tuhan pada hambanya sepandai pandai kau temukan kasih pada tuhan pandainya hanya meminta pertolongan kasih datanglah kau pada kasih yang dalam biar kutemukah kasihku pada-Nya

wajah-wajah ada di mana-mana di tembok di tiang-tiang listrik melayang di udara, berserakan di jalan antara wajah-wajah yang terlindas ban-ban mobil kucari, mana wajah-wajahmu di mana-mana ada wajah ada berapa banyak wajah yang kau punya kota kita jadi pesta wajah-wajah kota kita jadi kota umbul-umbul dan spanduk betapa meriah wajah-wajah menebar pesona seribu janji tak sebut tak minta walau harap tak cemas malu-malu tapi mau kaulah wajah idaman itu dan kutikam dengan nurani!

perih perih ini tak jua hilang bahkan menjadi serigala liar melahap rakus dengan suka

anak laut

tak percaya pada janji waktu tak percaya pada kegelapan malam tak percaya pada panasnya mentari tak percaya pada dinginnya musim tak pecaya!

makku laut, bapakku laut ombak sahabat kami, ikan, camar dan batu karang adalah serapah yang menghias rumahku

janji menista waktu malam menipu gelap mentari membunuh panas dingin tak mengikut musim perih semakin luka

aku terlahir dari laut jangan lihat aku dengan sebelah mata, awas! bicaraku asin dan selalu jadi apa yang kukatakan dan diramalkan

kata adalah senjata penguasa memanipulasi kepentingan penyair puisi semakin papa

aku orang laut penghuni awal bumi yang bermandikan garam dan matahari mulut asin memuntahkan kutukan tubuhku asin dan kering

apalagi yang kupunya selain perih yang kubawa berlari!

Jembia kembali memuat sajak-sajak JUNEWAL LAWEN MUCHTAR. Sejumlah sajak terpilih dari buku puisi Topeng Makyong. Pada 10 Mei dua tahun lalu, Lawen berpulang. Kendati begitu, melupakan dia jangan. Lawen hanya satu dan tiada dua. Cara baca puisinya ekspresif. Diksi puisinya kreatif. Semoga jalan lapang dan terang buatnya di sana.

ai, seperti ikan asin

Klinik Puisi #7

Apa yang Kita Dapatkan dari Puisi? T

OLEH: HASAN ASPAHANI

EKS puisi adalah sebentang tubuh bahasa. Sebuah matriks di mana kata-kata dikembangkan dan kalimat distrukturkan. Kata-kata adalah sel-sel yang bebas. Penyairlah yang memilih mereka, menyusunnya, membentuk organisme baru yang khas, yang memberi hidup dan kebebasan baru pada kata-kata itu. Kalimat diatas adalah tawaran cara pandang lain terhadap puisi dan posisi kata di dalamnya, sebuah imbauan kesadaran yang lain yang lebih memungkinkan terbangkitkannya dayacipta, bukan aturan yang mutlak harus dipatuhi. Puisi yang didekati dan dibangun dengan kesadaran itu seharusnya akan mengandung daya pikat dan memberikan dua hal kepada pembaca: Pertama, nikmat indrawi dan intuisi. Dalam puisinya penyair mengungkapkan pengalaman indrawi dan intuisinya, yang menggugah perasaan nikmat dan merangsang imajinasi. Perasaan nikmat dan rangsang imajinasi itulah yang menjelma menjadi penghiburan dan penyegaran jiwa.

Contoh 1. mula-mula jalan setapak yang berakhir di sebuah lorong kecil. Mula-mula matahari pertama yang membimbing kita ke kaki bukit tak berakhir di mana pun REDAKTUR: FATIH

(Lembah Manoa, Honolulu dalam Mata Pisau – Sapardi Djoko Damono, 1970) Sajak ini sebagian besar adalah penggambaran atau pengungkapan pengalaman indrawi. Si penyair melukiskan saja apa yang ia tangkap dengan matanya dalam kata-kata: jalan setapak, lorong kecil, matahari terbit, dan kaki bukit. Tentu saja ia memakai sarana puitika ketika melukiskan pemandangan itu, misalnya ada antropomorfisme pada matahari pertama yang membimbing kita(membayangkan benda mati berperilaku seperti manusia). Lihatlah, apa yang sebenarnya biasa saja itu, artinya siapa saja bisa dan punya kesempatan untuk menemukan atau mendapatkan pengalaman indrawi yang sama, di tangan penyair, menjadi sesuatu yang menarik, menyenangkan, dan menyegarkan. Kedua, hikmah. Dalam puisinya, penyair menyampaikan hasil penalarannya atas sesuatu hal. Dengan wawasan yang baik penalaran itu dapat memberikan hikmah kepada pembaca. Hikmah itu kemudian dapat menumbuhkan sikap rendah hati, reaksi yang wajar, tanggapan yang kritis, dan respon yang bijaksana. Contoh 2. langit di kaca jendela bergoyang terarah ke mana wajah di kaca jendela yang dahulu juga mengecil dalam pesona sebermula adalah kata baru perjalanan dari kota ke kota demikian cepat kita terperanjat: waktu henti ia tiada (Dalam Bus dalam DukaMu Abadi – Sapardi Djoko Damono, 1967)

ungkapan pengalaman indrawi dan sedikit intuisi. Melihat langit dari kace jendela bis adalah kerja indra, juga ketika melihat wajah yang tercermin di kaca itu, wajah kita seniri. Tapi membayangkannya sebagai sesuatu yang mengecil dalam pesona adalah ungkapan intuisi penyair. Bait berikutnya adalah penalaran. Kita bisa menangkap apa yang hendak disampaikan penyair, ketika melakukan apapun sebaiknya mulainya dengan menyengajakan (mengucapkan lafaz niat, memulai dengan kata), lalu tuntaskan apa yang diniatkan itu (perjalanan dari kota

ke kota), waktu akan berjalan dengan cepat, tak terasa, ketika sampai (ketika pekerjaan itu tuntas), maka selesailah segalanya, waktu itu pun habis, kita tak punya kesempatan lagi untuk mengulanginya.***

TELAH DIBUKA: KLINIK PUISI! Ketika orang sakit, dengan mudah kita tahu sekiranya hendak ke mana dibawa. Lain halnya ketika puisi yang sakit. Tidak ada rumah sakit, puskesmas, tabib, mantri, atau dukun sekali pun, yang sanggup mengobati atau kasih jampi-jampi. Tapi bisakah puisi sakit? Tentu saja. Era ketika menulis puisi dengan sedemikian mudahnya bisa terpublikasi, sejalan dengan semakin minornya kepercayaan pada kerja kurasi. Puisi yang belum puisi, ditayangkan di laman-laman media sosial, juga diterbitkan di buku-buku, padahal belum tampak benar kata-kata yang ditampilkan di sana adalah puisi. Itulah puisi sakit. Maka, Jembia kini telah membuka rubrik Klinik Puisi. Tempat penyakit yang diidap puisi bisa didiagnosa dan dicarikan obatnya. Hanya satu mantri yang praktik di sini. Namanya Hasan Aspahani. Kredibilitasnya dalam menekuni jalan puisi telah mengantarkannya pada ragam prestasi. Pada 2016 lalu, buku puisinya Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering menjadi buku puisi terbaik bersempena Hari Puisi Indonesia. Sekarang, ia membuka praktik di Klinik Puisi. Jika puisi Anda sedang sakit, Anda sudah tahu ke mana membawanya. Kepada Jembianis sekalian, jangan segan, bisa berkonsultasi suka-suka melalui surel jembiatanjungpinangpos@gmail.com dengan subjek Konsultasi Klinik Puisi untuk kemudian diteruskan kepada mantri yang bertugas. Kami percaya, tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Sekali pun itu penyakit puisi. Selamat menikmati.

Bait pertama sajak ini sajak ini adalah LAYOUT: SYAFRINALDI


11

MINGGU 13 MEI 2018

niskala

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

Modus Keadilan Tahanan 1433 Cerpen Susan

S

AAT aku terbangun, kegelapan menyambutku. Untuk sedetik, aku mengalami kebingungan akan keberadaanku. Ruangan tempatku terbangun lebih gelap dari pada tempatku terbangun yang biasanya. Lantainya terasa lebih dingin dan dindingnya terasa lebih sempit. Ruangan ini terasa asing. Meskipun asing, ruangan ini terasa lebih nyaman dibandingkan tempatku yang biasanya. Biasanya saat aku terbangun, aku akan merasa sakit di sekujur tubuhku, kepalaku akan terasa berat dan aku akan merasakan sesak, seolah-olah ada sebuah batu besar yang menimpa dadaku. Biasanya saat aku terbangun, aku akan merasa jijik kepada diriku sendiri, lalu merasa lelah meskipun aku baru saja bangun dari tidur, belum sempat melakukan apapun juga. Aku tak pernah merasa selega ini saat aku terbangun dari tidur. Aku mencoba bangkit dari posisi tidurku yang meringkuk, setelah duduk dan menghadap ke sebuah jendela kecil di ujung paling atas dinding, aku baru tersadar aku berada di mana. Sebuah sel. Aku tak pernah menyangka bahwa aku akan berakhir di sini. Yang lebih mengejutkannya lagi, ternyata penjara tidak seburuk yang kukira. Jika aku tahu rasanya semenenangkan ini berada di penjara, maka aku akan melakukan hal itu dari dulu, tak perlu menunggu sampai jiwaku busuk seperti ini. Aku mencoba mengingat sudah berapa lama keberadaanku di sini, tetapi ingatanku akan waktu sudah buyar. Aku tak bisa membedakan mana siang atau malam dengan jendela kecil yang terlalu tinggi untuk kugapai dan hanya mempersilakan seberkas cahaya kecil masuk, tidak cukup untuk menyinari seisi ruangan. Saat aku sibuk dengan pikiranku, tiba-tiba terdengar suara gerbang dibuka. Aku terlalu malas untuk membalikkan badan dan melihat siapa yang masuk ke dalam selku, jadi aku membiarkannya. Yang kudengar selanjutnya adalah bunyi pintu besi yang terdengar terseret, langkah kaki yang tegap dan kuat, diiringi sebuah suara halus yang tidak sesuai dengan beratnya langkah kaki pemilik suara tersebut. “Tahanan nomor 1433?” panggil suara itu halus, tetapi aku mengabaikan panggilannya. Aku bisa merasakan pemilik suara halus itu berdiri tepat di belakangku, tetapi aku menolak untuk menoleh atau berbicara meskipun ia sibuk menggerakan mulutnya untuk melontarkan sederet pertenyaan seperti: bagaimana kabarku? Kenapa aku tidak memakan makan siang dan makan malam lagi? Kenapa aku tidur di lantai bukannya di kasur yang sudah disediakan? Dan apakah aku sudah siap untuk pergi ke ruangan interogasi? Untuk merespon pertanyaan terakhir, aku bangkit dari dudukku dan berdiri dengan mengulurkan kedua tanganku. Pemilik suara halus yang merupakan seorang polisi wanita muda dengan wajah yang rupawan itu tampak terkejut sebelum kemudian tersenyum lembut kepadaku dan memborgol kedua pergelangan tanganku. Kami berjalan sekitar lima belas menit sebelum kemudian kami sampai ke sebuah ruangan berdekorasi hitam. Ruangan yang sudah tak asing lagi untukku, ruangan interogasi. Polisi wanita tadi menyuruhku duduk berhadapan dengan sebuah meja dan satu kursi lainnya, kemudian pergi tanpa melepaskan borgolku. Aku sempat terdiam dan menatap kosong ke depan sebelum mengalihkan pandanganku ke samping kanan, ke sebuah kaca satu arah berwarna hitam yang lebarnya seluas dinding di ruangan ini. Aku tahu, para polisi itu mencoba untuk menguji mentalku. Aku tertawa pelan, merasa bahwa tindakan mereka begitu bodoh dan konyol. Aku tidak sama seperti penjahat lainnya yang mencoba untuk menutupi kesalahan mereka. Jika ingin bertanya kepadaku mengenai hal yang kulakukan dengan kedua tanganku sendiri, maka datanglah dan tanya. Aku tidak akan mencoba untuk membohongi siapapun. Karena aku tidak memiliki keinginan untuk keluar dari tempat ini. Sebuah tempat yang bagi orang adalah neraka, adalah surga bagiku. Alasan mengapa setiap penjahat selalu berbohong saat mereka menjalani interogasi adalah karena mereka tidak ingin dipenjara, mereka tidak ingin dihukum mati, atau mereka memiliki sesuatu yang harus mereka lindungi. Bagi mereka, penjara adalah kematian dan kehidupan mereka yang penuh dengan dosa adalah nikmat dunia, sebuah anugerah yang luar biasa, tetapi bagiku tidak. Di luar sana adalah neraka, penghancur jiwa, tidak ada kebahagiaan di sana. Apa yang kalian cari di luar sana? Kita, para penjahat, tidak memiliki tempat untuk bahagia di sana. Kita adalah buangan, kaum yang tidak diinginkan. Kalaupun ada sebuah kebahagiaan, kita pasti tahu lebih dulu bahwa kebahagiaan itu hanyalah semu. Tidak ada bahagia dalam kamusku. Pintu terbuka, dan seorang polisi wanita lain masuk dan duduk di hadapanku. Polisi wanita yang satu ini memiliki aura berbeda dibandingkan yang tadi. Saat melihat matanya, aku bisa merasakan aura dingin dan kejam menguar dari sepasang bola mata hitam pekat itu. Jika aku adalah orang lain, pasti aku sudah merasa ketakutan bahkan untuk bernapas saja. Tetapi aku tidak. Aku bukan orang lain, aku adalah aku. Karena jika aku orang lain, aku sudah mati sedari dulu. Polisi wanita yang satu ini juga sudah tidak asing lagi untukku, karena ini bukan kali pertamanya menginterogasiku. Namanya Luna, seorang detektif wanita yang berprestasi dan memiliki pangkat yang cukup tinggi di sini. “Freya?” Detektif Luna memanggil namaku. Berbeda dengan polisi lain yang memanggil namaku dengan ‘Tahanan 1433’, ia adalah satu-satunya polisi yang memanggilku dengan nama asli. Aku menatapnya dan ia tersenyum. Senyumannya bukan senyuman ramah, tetapi aku bisa merasakan pemahaman yang luar biasa darinya. Detektif Luna memahamiku lebih dari aku memahami diriku sendiri, aku mengakuinya meskipun kami baru bertemu kurang dari lima kali. Ia cerdas dalam REDAKTUR: FATIH MUFTIH

membaca dan memahami perasaan juga pikiran seseorang. Jika bukan karena kesehatan mentalku yang sedikit bermasalah, interogasi ini tidak perlu diulang sampai empat kali dan ia seharusnya sudah menyelesaikan kasusku lalu beralih ke kasus lain. Tetapi ia sengaja menunda sampai mentalku stabil. Memberiku waktu tambahan sebelum aku menghadapi kematian. “Ini pertemuan terakhir kita.” Detektif Luna mengikuti posisi dudukku yang condong ke depan dengan kedua tangan terkepal di atas meja. Ia tidak pernah membawa dokumen apapun selama ia menginterogasiku, membuat suasana di sini tidak seperti interogasi antar tersangka dengan polisi, melainkan seperti kakak adik yang sedang berbincang-bincang di sebuah kafe. “Freya?” Ia kembali memanggilku, dan aku memandangnya sebagai ganti dari sahutan. Kami bertatapan cukup lama sebelum ia kembali bertanya, “Kenapa?” Akhirnya, pertanyaan yang sudah kunantikan sejak lama keluar juga. Di tiga interogasi sebelumnya, ia tidak pernah menanyakan alasanku melakukan tindakan yang membuatku masuk ke penjara. Kenapa? “Mereka pantas untuk itu.” Aku menjawab pertanyaannya dengan santai dan menambahkan sebuah senyum di akhir kalimat. Ia terdiam sebentar sebelum kembali mengubah posisi duduknya menjadi lebih santai, “Bukan itu pertanyaanku.” Aku mengernyit bingung sedangkan ia tersenyum melihat kerutan di dahiku, “Aku menghukum mereka.” ucapku “Kenapa kau membunuh mereka untuk menghukum mereka?” tanyanya. Aku terdiam sejenak lalu tertawa kencang setelahnya. “Kalian tidak ada.” Tawaku membeku, kemarahan merambat mengikuti aliran darahku. “Bagi kami, kalian –para polisi— hanyalah bagian dari dongeng belaka.” Kini giliranku yang tersenyum saat meihat kerutan di dahi sang detektif. “Katanya, kalian ada untuk melindungi orang-orang seperti kami, kalian ada untuk membantu kami, kalian ada untuk melawan ketidakadilan. Hah!” aku menggebrak meja sebelum kembali tersenyum sinis dan menatapnya tajam, “Bukankah itu pekerjaan Tuhan?” Aku bertanya pelan dan tidak mendapatkan respon darinya. “Kalian menganggap diri kalian itu Tuhan?” “Kami manusia biasa. Pekerjaan yang kami lakukan jauh dan tidak pantas untuk dibandingkan dengan tindakan Tuhan.” “Benar,” aku memperbaiki posisi dudukku seperti semula, “Kalian bukan Tuhan, kalian tidak bisa melawan semua ketidakadilan. Ada jutaan manusia di dunia ini dan dengan jumlah kalian yang banyak, kalian belum tentu bisa menangani semuanya.” “Lalu?” Ia kembali bertanya. “Karena kalian tidak bisa, maka aku yang melakukannya.” Keheningan menguasai ruangan ini untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Detektif Luna kembali membuka suara. “Yang kau lakukan kepada mereka semua, itu adalah ketidakadilan juga, tahu?” “Membunuh mereka adalah ketidakadilan?” Aku bertanya dengan nada tidak percaya, saat melihat Detektif Luna mengangguk, aku kembali tertawa. “Tahu apa kau tentang manusia-manusia hina itu?” tanyaku tetap dengan nada sinis yang sama. “Tahu apa kau tentang mereka? Tahu apa yang mereka lakukan kepadaku? Tahu apa yang mereka lakukan kepada ratusan perempuan yang seumuran dan bahkan lebih muda dibandingkan aku? Kau tahu!!! Dan kau masih mengatakan bahwa membunuh mereka adalah ketidakadilan?!” Segala penderitaan, segala jeritan, segala hinaan dan kesakitan yang aku dan ratusan perempuan lain alami tidak sebanding dengan kesakitan yang mereka semua rasakan saat aku mengambil nyawa mereka! “Mengambil nyawa seorang individu tanpa

kehendak individu itu sendiri adalah ketidakadilan, meskipun mereka pantas, Freya.” “Aku mengambil nyawa belasan manusia hina dan menyelamatkan ratusan kehidupan mulia, apakah itu juga ketidakadilan?” Detektif Luna tersenyum, ia lalu mengeluarkan sebuah kertas di atas meja, memintaku melihatnya. Sebuah foto. “Salah satu dari belasan manusia yang kau bunuh adalah ayahmu.” Aku mengambil foto itu, seorang pria tua tampak terbaring menyedihkan dengan tubuh berlumuran darah dan beberapa luka tembakan di dada, perut, dan kepalanya. “Ia korban tewas yang paling parah.” Aku tersenyum senang mendengarnya. “Aku tidak punya ayah.” Detektif Luna kembali mengeluarkan sesuatu dari kantung jas yang ia kenakan, sebuah dokumen yang berasal dari rumah sakit ternama. “Kau bisa mengelak, tetapi darah yang mengalir di tubuhmu tidak.” Aku merebut dokumen itu dari tangannya dan merobeknya tanpa perlu membacanya, “Aku tidak punya ayah.” “Freya ...” Keheningan kembali menguasai ruangan, kali ini, ruangan terasa lebih dingin dibandingkan sebelumnya. “Walaupun aku punya,” aku membuka suara dan menatap foto yang masih tergeletak di atas meja itu dengan tajam, “tetapi ia tidak pernah ada.” Ayah macam apa yang tega menjual anaknya sendiri? Dia tentunya. Setelah membunuh ibuku dan membuang mayatnya entah di mana, ia mengambilku dan menjualku begitu saja. membuat hidupku berantakan seperti sekarang. “Sebenarnya apa maksud dari interogasi ini?” Aku mengutarakan pertanyaan yang sudah ada dikepalaku sejak lama, “Aku mengakui bahwa aku adalah pembunuh mereka semua, aku bertindak sendiri, senjata yang kudapatkan juga kucuri, aku seharusnya sudah menghadapi hukumanku sejak lama. Lalu kenapa?” Detektif Luna kembali tersenyum. Aku heran, mengapa ia yang jarang tersenyum tiba-tiba menjadi sesering ini tersenyum? “Aku ingin berbincang-bincang denganmu.” Jawabnya santai sambil meminum segelas kopi yang disediakan di atas meja. Ia memberiku isyarat untuk meminum segelas kopi yang sama yang disediakan untukku, tetapi aku menolak. “Hanya karena itu?” “Berdiskusi denganmu itu menyenangkan.” “Kau sebut ini diskusi?” Tiba-tiba terdengar bunyi dentuman yang sangat keras. Keheningan lagi-lagi menguasai, tetapi keheningan yang ini lebih mencekam dibandingkan yang sebelumnya. Di hadapanku, Detektif Luna menghabiskan kopinya sebelum kemudian berdiri setelah meletakan gelas di atas meja. “Saatnya berpisah, Freya.” Ia mengulurkan tangannya untuk berjabatan denganku, dan aku membalasnya. “Kita tidak akan bertemu lagi.” Aku melepaskan tanganku dan berjalan sendirian menuju pintu keluar. Seharusnya, polisi wanita bersuara halus tadi menjemputku. “Detektif ...” aku berhenti sejenak dan membalikkan badan, menatapnya yang masih berdiri di sisi meja. “Apa makna sebenarnya dari keadilan?” tanyaku. Ia terdiam sambil menatapku dan aku membalas tatapannya dengan dalam, seolah-olah dengan begitu, ia bisa merasakan luka-luka yang kualami itu seperti apa. “Freya ...” Ia kembali tersenyum, kali ini, senyumannya menguarkan aura ramah dan kasih sayang yang tak kuduga. Ia menjawab pertanyaanku, dan aku tersenyum akan jawabannya. Saat ini, aku berada di ruangan yang berbeda. Ruangan ini tidak gelap, tetapi tidak terang juga. Tercium bau obat-obatan yang kuat. Aku berbaring di atas sebuah ranjang dengan tali pengekang mengikat

tubuhku. Sedari tadi, aku hanya memperhatikan lampu-lampu cantik yang tergantung di atas sana. Ruangan terasa penuh tapi aku tidak memperhatikan siapa yang datang atau siapa yang keluar, pandanganku memang mengarah ke arah lampu, tetapi fokusku tidak di sana. Aku bisa merasakan sebuah tusukan ringan di punggung tangan kananku, aku menoleh dan melihat sebuah jarum dan selang kecil sudah tertancap di sana. Tak lama kemudian, aku bisa merasakan cairan yang masuk ketubuhku melalui selang dan jarum itu. Ini adalah hukumanku. Pikiranku melayang ke mana-mana. Mulai dari saat aku pertama kali belajar membaca bersama ibu, saat pertama kali aku masuk sekolah, saat aku menemani ibu pergi ke pasar, saat aku menunggu masakan ibu selesai, teman-temanku yang sudah kulupakan keberadaannya sejak lama dan barangkali sudah melupakan keberadaanku, kucing kesayanganku yang mati setelah dibanting ayah, hahaha ... ayah? Aku akhirnya sadar bahwa aku pernah bahagia. Dulu, dulu sekali, hingga aku lupa bagaimana rasa bahagia itu. Pandanganku mulai buram, lampu-lampu yang tergantung dengan cantik itu semakin lama semakin tak berbentuk, tetapi segala macam kenanganku berhamburan memenuhi kepalaku. Kematian ibu, kemurkaan ayah, lalu saat aku dijual, saat aku terpaksa menjadi alat pemuas, tangisanku, tangisan perempuan-perempuan di sekitarku, pukulan dan cacian ayah, semuanya bergabung menjadi satu, membuat dadaku sesak sehingga aku kesulitan bernapas. Tubuhku terasa ringan, sesak di dadaku hilang, pandanganku semakin buram dan kegelapan yang sudah tak asing lagi kembali menyapa. Sebelum aku benar-benar tiada, jawaban dari Detektif Luna kembali terngiang di kepalaku. “Freya, keadilan itu tidak ada.” Karena keadilan itu tidak ada, kenapa aku harus menghabiskan waktu di dunia yang terkutuk ini? Seharusnya aku pergi dari awal, karena dengan begitu, aku tidak perlu merasakan sakit seperti ini. Barangkali, di sanalah aku dapat menemukan keadilan itu. *** “Detektif Luna, hukuman tahanan 1433 sudah selesai dilaksanakan.” Nadia, bawahanku yang memiliki suara dan wajah yang rupawan itu masuk ke ruanganku dengan wajah tertekuk dan aura suram. “Bagus.” Hanya itu responku “Gadis yang malang.” Nadia menggumam pelan. Tanganku terhenti begitu saja di atas kibor, pikiranku mendadak kosong. Aku hanya bisa menatap layar komputerku dalam diam. Tidak tahu harus merespon apa dan bagaimana. “Jika saja kita lebih cepat memberantas organisasi penjualan perempuan dan anak-anak itu lebih cepat. Tahanan 1433 tidak akan mengalami hal yang seperti ini.” “Kita hanyalah manusia, apa yang kita harapkan belum tentu dikabulkan semua.” Aku hanya bisa membalas pernyataan Nadia dengan itu. Aku merasa bersalah, tentu saja. Bagaimanapun juga, Freya tidak pernah berniat untuk membunuh siapapun juga jika bukan karena keadaan yang memaksanya. Ia adalah seorang remaja perempuan yang cantik, menarik, dan memiliki kepintaran yang luar biasa, jika keadaannya normal seperti yang lainnya, bukan tidak mungkin ia menjadi seorang mahasiswi di universitas ternama. “Kita tidak bisa memutar balik waktu, jadikan penyesalan sebagai sebuah pelajaran untuk menyelesaikan masalah yang sama kedepannya. Jangan membuang-buang waktu.” Aku berjanji kepada diriku sendiri, bahwa tidak akan ada perempuan yang mengalami nasib sama seperti Freya lagi.***

SUSAN, Siswi SMA Pelita Utama Batam. Menyukai anime Death Note dan cerita-cerita detektif. Bisa dikontak via nayutakamoto@gmail.com. LAYOUT: AGUNG PRASATYA


12

perada

MINGGU 13 MEI 2018

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

Pohon Perhimpunan Karya Raja Ali Kelana Laporan Jurnalistik tentang Pulau Tujuh Akhir Abad ke-19

KUTUBKHANAH KOL OM OLOM

ASWANDI SYAHRI

Sejarawan Kepri

DOK. ASWANDI SYAHRI

FOTO JURNALISTIK: Salah satu foto yang ditempelkan dalam Pohon Perhimpunan. Raja Ali Kelana (duduk paling tengah) dan Controleur J.J.E.F. Schwartz (duduk di sebelah kiri) ketika mengunjungi hulu Sungai Air Pasir, di Pulau Jemaja, 21 Februari 1896.

U

NGKAPAN yang mengatakan bahwa “berita adalah sejarah yang ditulis pada hari ini”, sangat tepat untuk menyebut esensi lain dari hasil kerja seorang jurnalis. Ungkapan ini tentu semakin mengena bila disandingkan dengan ungkapan terkenal yang menyebutkan bahwa “seorang jurnalis adalah pencatat sejarah di garis depan”. Di Kepulauan Riau, esensi kerja seorang jurnalis ini telah dimulai dan dipraktikkan oleh Raja Ali Kelana melalui karyanya yang berjudul Pohon Perhimpunan. Mengapa? Raja Ali Kelana Siapa Raja Ali Kelana? Beliau adalah seorang tokoh politik, intelektual anti kolonial, pengusaha, dan pembesar dari Kerajaan Riau-Lingga. Dalam struktur pemerintahan kerajaan Riau-Lingga pada akhir abad ke-19, jabatannya adalah Kelana atau calon Yang Dipertuan Muda Riau untuk mengganti posisi ayahnya, Raja Muhammad Yusuf Yang Dipertuan Muda Riau X. Sebagai seorang Kelana pembesar kerajaan yang menjalankan kerja-kerja Yang Dipertuan Muda Riau, posisi Raja Ali Kelana istimewa. Beliau adalah satusatunya calon Yang Dipertuan Muda Riau yang menghasilkan karya tulis, dan peneraju perkumpulan Rusydiah Club Riouw Pulau Penyengat yang luas pengetahuannya: baik dalam bidang agama, bahasa, siasah, dan ilmu lainnya. Sejauh yang diketahui, sebagai seorang penulis, Raja Ali Kelana telah menghasilkan sedikitnya delapan buah karya dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah Pohon Perhimpunan yang akan diperkenalkan dalam Kutubkhanah minggu ini. Dalam arena politik, Raja Ali Kelana adalah aktor-intelektual dibalik perlawanan pasif (lidelijk verzet) cendekiawan Riau-Lingga dalam “menggoyang” parlemen Hindia Belanda di Batavia, yang berujung kepada pemkazulan sultan dan penghapusan kerajaan RiauLingga pada 1913. Demi marwah, Kelana Riau-Lingga yang tak sempat menjabat Yang Dipertuan Muda Riau ini hijrah ke Johor setelah Belanda memakzulkan Sultan RiauLingga pada 1911. Raja Ali Kelana mangkat di Jl. Tebrau, Johor Baharu, pada hari Ahad pukul 8 pagi tanggal 10 Jumadil Akhir 1346 Hijriah bersamaan dengan 4 Desember 1927. Jenazahnya dimakamkan di komplek pemakaman diraja Johor di Bukit Mahmudiah. Pohon Perhimpunan Judul lengkapnya adalah Bahwa Inilah Cetera Yang Bernama Pohon Perhimpunan Pada Menyatakan Peri Perjalanan. Dalam katalogus perpustakaan, edisi cetaknya dalam huruf Arab Melayu yang dihasilkan Mathba’ah al-Riauwiyah Pulau Penyengat pada 1897, dan edisi alih aksara dalam huruf rumi atau latin yang muncul jauh kemudian, “judulnya populernya” adalah Pohon Perhimpunan. Ian Proudfoot telah mencantumkan Pohon Perhimpunan dalam katalog buku-buku Melayu cetakan yang muncul hingga tahun 1920-an yang dihimpunkannya dalam sebuah buku setebal 859 halaman berjudul Early Malay Printed Books (1993). Pohon Perhimpunan karya Raja Ali Kelana tergolong bahan pustaka klasik yang istimewa dan sangat langka atau rare books. Sangat terbatas eksemplarn-

REDAKTUR: FATIH MUFTIH

ya yang masih tersisa. Berdasarkan data dari sejumlah katalogus, satu satunya eksemplaar Pohon Perhimpunan, yang deketahui masih kekal dan telah direstorasi oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, kini berada dalam simpanan Pusat Maklumat Kebudayaan Melayu Riau di Penyengat. Berdasarkan informasi dalam Notulen Bataviaasch Genootschap (sekarang Museum Nasional) tahun 1903, Pohon Perhimpunan pernah menjadi salah satu koleksi perpustakaan museum yang dibangun oleh Thomas Stamford Raffles itu. Namun sayangnya, karya Raja Ali Kelana itu tak ditemukan lagi dalam koleksi perpustakaan tua yang kini diwariskan kepada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta.

Ramadhan yang bersamaan dengan hari Sabtu pukul 5 petang, tanggal 6 Maret tahun 1896. Melalui Pohon Perhimpunan sejumlah pakar telah menasbihkan Raja Ali Kelana sebagai seorang peletak dasar dunia jurnalistik di kerajaan Riau-Lingga. Mengapa? Menurut Hasan Junus, jarak atara peristiwa atau kejadian yang dilihat dan didengar oleh Raja Ali Kelana dengan penyiarannya dalam Pohon Perhimpunan kurang dari dua tahun, adalah satu ukuran yang cukup dekat dan cepat untuk ukuran zamannya: sebuah syarat yang cukup untuk menyebutnya sebagai sebuah karya jurnalistik untuk ukuran zaman itu, mengingat keterbatasan sarana dan prasarana transportasi dan infomasi. Di lain pihak, Jan van der Putten

menyebut Pohon Perhimpunan sebagai sebuah karya yang cukup syarat untuk disebut sebagai hasil kerja seorang jurnalis ‘pencatat’ sejarah di garis depan, karena benyaknya tempelan foto yang berkaitan dengan apa yang tertulis di dalamnya. Menurut Jan, hal ini menandakan Pohon Perhimpunan adalah sebuah publikasi yang ditujukan untuk dilihat dan dibaca oleh orang banyak . Pohon Perhimpunan adalah sebuah contoh sempurna peralihan dari tradisi manuskrip kepada teknik tipografi menggunakan huruf timah. Sebuah kecenderungan baru dalah tradisi tulis Riau-Lingga yang sedikit-banyaknya dipicu oleh perkembangan teknik percetakan di Kepulauan Riau-Lingga dan Singapura pada akhir abad ke19.***

Laporan Jurnalistik Pohon Perhimpunan adalah sebuah buku dengan tulisan Arab Melayu (huruf Jawi) yang bersikan laporan perjalanan Raja Ali Kelana selama 15 hari mengunjungi kawasan Pulau Tujuh (menacakupi Pulau Jemaja, Siantan, Bunguran, Serasan, dan Tambelan) dari tanggal 9 Februari 1896 hingga 6 Maret 1896, lengkap dengan sejumlah sejumlah “foto jurnalistik” yang mengabadikan momen-momen penting dalam perjalanan itu. Laporan perjalanan ini adalah saripati dari sebuah catatan komisi (perjalan inspeksi) bersama Controleur Tanjungpinang, J.J.E.F. Schwartz, sempena mengetahui hal ihwal di kawasan Pulau Tujuh, Kepulauan Riau, yang ketika itu berada dalam wilayah kerajaan Lingga-Riau dan daerah takluknya. Dalam Pohon Perhimpunan tedapat empat belas kisah perjalanan. Diawali dengan perjalanan pertama, yang bermula dari labuhan Tanjungpinang pada hari Arba’a tanggal 6 Ramadhan 1313 anno Heigira yang bersamaan dengan tanggal 19 Februari 1896 anno Miladiah. Seluruh rangkaian perjalanan ini juga berakhir di labuhan DOK. ASWANDI SYAHRI Tanjungpinang SALINAN LAPORAN: Halaman 23 Pohon Perhimpunan yang berisikan laporan perjalanan ke Teluk Bunguran pada tanggal 23 pada 12 Ramadhan hari Arba’a bersamaan dengan 26 Februari 1896. LAYOUT: AGUNG PRASATYA


perada

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 13 MEI 2018

13

Seperti Kebun Berpagar Duri P

JEMALA KOLOM ABDUL MALIK

ELBAGAI masalah kepemimpinan, bahkan persoalan apa pun dalam kehidupan, dapat diselesaikan dengan baik melalui musyawarah. Bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah tergolong sangat dianjurkan dan bernilai mulia dalam tamadun kita. Oleh sebab itu, pemimpin yang melaksanakan kebijakan kepemimpinannya berdasarkan hasil musyawarah akan diapresiasi dan dipuji oleh masyarakat dan atau rakyat dibandingkan pemimpin yang cenderung memaksakan pemikirannya sendiri. Pemimpin yang membiasakan diri mengambil keputusan kepemimpinan berdasarkan mufakat bersama orang-orang yang tepat cenderung berhasil mencapai visi dan misi kepemimpinannya secara meyakinkan. Keberhasilannya dapat diukur dari kemajuan negeri. Dalam hal ini, negeri yang dipimpinnya makmur dan rakyatnya sejahtera. Pemimpin dengan kualitas itu sanggup menjaga negeri dan rakyat secara baik berasaskan hikmah mufakat. Pemimpin yang mampu menjalankan pemerintahan berdasarkan musyawarah-mufakat yang baik tergolong arif sehingga wajar mendapat sokongan rakyat. Dalam Syair Abdul Muluk, Raja Ali Haji rahimahullah menarasikan keberhasilan kepemimpinan dan kemajuan negeri yang dikelola dengan mengutamakan musyawarah dan mufakat. Inilah nukilan bait karya yang tak hanya bernilai, tetapi juga memikat itu. Beberapa pula menteri perdana Di bawah Mansur yang bijaksana Mufakatnya baik dengan sempurna Tetaplah kerajaan duli yang gana Bait syair di atas merupakan lukisan yang dibuat oleh Raja Ali Haji tentang suasana Kerajaan Negeri Barbari yang makmur dan sejahtera. Negeri itu beroleh anugerah yang berlimpah dari Allah, antara lain, karena pentadbirannya dilaksanakan dengan kebiasaan bermufakat di antara para penyelenggaranya: sultan, para menteri, dan orang besarbesar (para pembesar) sekaliannya. Karena pemimpinnya membiasakan pengambilan keputusan melalui musyawarah itulah, Kerajaan Barbari berjaya menjadi negeri yang gana atau negara yang ‘makmur dan sejahtera’. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman kejayaan itu, menjelang sampai ajalnya karena gering (sakit)-nya yang tenat (parah), Sultan Abdul Hamid Syah—penguasa Negeri Barbari— berwasiat kepada putranya Abdul Muluk. Pesannya agar putra mahkota negeri itu melanjutkan tradisi bermusyawarah untuk mencari mufakat dalam pentadbiran negeri. Dalam hal ini, apa pun masalah yang dihadapi hendaklah diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat. Karena tuan orang yang muda Belumlah sampai akal anakanda Jikalau sesuatu pekerjaan ada Hendaklah mufakat dengan mamanda Melalui tokoh-tokoh ceritanya dalam Syair Abdul Muluk, Raja Ali Haji memandang sangat mustahak tradisi bermusyawarah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan negeri dan atau negara. Beliau berkeyakinan bahwa musyawarah dan mufakat merupakan strategi yang menentukan kejayaan kepemimpinan dan pemimpinnya. Oleh sebab itu, di dalam karya beliau yang ditulis setahun setelah Syair Abdul Muluk, yakni Gurindam Dua Belas, persoalan mufakat itu dikemukakan lagi pada

REDAKTUR: RAMON DAMORA

Pasal yang Kedua Belas, yang memang khusus membahas masalah penyelenggaraan negara, yang terekam pada bait 1. Raja mufakat dengan menteri Seperti kebun berpagar duri Bait gurindam di atas menegaskan bahwa negeri atau negara yang dikelola dengan cara musyawarah-mufakat akan sulit dijatuhkan oleh pihak mana pun, sama ada dari dalam ataupun dari luar. Pasalnya, mufakat itu dapat berperan bagai pagar untuk sebidang kebun (sebagai simbol negeri atau negara). Dengan demikian, mufakat itu menjadi pagar yang kuat lagi efektif untuk menangkal segala anasir yang berpotensi untuk menjatuhkan pemimpin dan kepemimpinannya sehingga negeri atau negara akan senantiasa berada dalam keadaan aman dan tenteram walaupun sebagaimana layaknya kehidupan berbangsa dan bernegara bahwa cobaan dan cabaran senantiasa datang silih berganti. Pagar mufakatlah yang mampu menjadi perisai yang mangkus bagi keamanan dan kenyamanan negeri. Alhasil, pagar mufakat itu sanggup menjulangkan sesebuah negara menjadi negeri yang gana, makmur-sejahtera, yang memang patut dihuni oleh makhluk yang bertamadun tinggi. Dengan demikian, pemimpin negerinya pun tak diragukan lagi kualitas budinya. Raja Ali Haji masih menegaskan mustahaknya musyawarah dalam pelaksanaan pemerintahan negeri. Kali ini melalui karya b e liau Tsamarat al-Muhimmah. Di dalam karya itu beliau menegaskan bahwa penyelenggaraan negara dengan mengutamakan musyawarah memang dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Oleh sebab itu, beliau meyakini bahwa negeri yang dikelola dengan cahaya musyawarah-mufakat akan dilapangkan jalan kebenaran dalam penyelenggaraanya. Dampaknya, negeri itu pun mudah mendulang kejayaannya. “Syahdan bermula pekerjaan musyawarah itu, yaitu yang disuruhkan oleh Allah Ta’ala dan RasulNya…. Dan, telah berkata setengah hukama barang siapa yang diberi empat perkara, tiada ditegahkan [dilapangkan, dipermudah, A.M.] empat perkara. Pertama, barang siapa diberi syukur tiada ditegahkan bertambahnya. Dan, barang siapa diberi taubat, tiada ditegahkan kabulnya. Barang siapa diberi istikharah tiada ditegahkan kebajikan. Dan, barang siapa diberi musyawarah, tiada ditegahkan kebenarannya, intaha,” (Raja Ali Haji dalam Abdul Malik, Ed., 2013:51). Perian di atas mengungkapkan keutamaan musyawarah dalam pentadbiran negeri, menurut Raja Ali Haji, berdasarkan pedoman dari Allah dan Rasulullah. Firman Allah yang dapat dirujuk untuk itu, antara lain, adalah ayat berikut ini. “Dan, bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-

Nya,” (Q.S. Ali Imran:159). Ayat di atas merupakan salah satu pedoman dari Allah yang membenarkan hujah Raja Ali Haji tentang keutamaan musyawarah. Itulah sebabnya, beliau sangat yakin bahwa kepemimpinan yang berpilarkan mufakat yang benar akan mendapat hidayah dari Allah. Walaupun begitu, Raja Ali Haji mengingatkan kita bahwa tak semua musyawarah dapat melapangkan jalan kebenaran penyelenggaraan pemerintahan. Bahkan, perkara yang sebaliknya boleh terjadi sebagai akibatnya. Dalam hal ini, melalui Tsamarat al-Muhimmah (lih. Raja Ali Haji dalam Abdul Malik, Ed., 2013:51—52), beliau mengingatkan janganlah bermusyawarah dengan (1) orang yang jahil, (2) orang yang memusuhi kita, (3) orang yang dengki, (4) orang yang riya’, (5) orang yang penakut, (6) orang yang bakhil (kikir, lokek), (7) orang yang suka bermain perempuan, dan (8) orang yang cenderung menjadi hamba sahaya hawa-nafsu. Pasalnya, kedelapan jenis orang atau makhluk itu akan mendatangkan kecederaan (kerusakan) pada musyawarah itu. Maksudnya, jika makhluk-makhluk tersebut yang diajak bermusyawarah, mereka akan menggiring musyawarah untuk menghasilkan mufakat yang dimurkai oleh Allah demi memuaskan hawa-nafsu mereka saja. Sebagai contoh, tukang bakar hutan yang dibawa bermusyawarah untuk mengatasi kebakaran hutan, pastilah mereka akan menggiring opini bahwa membakar hutan itu tak mendatangkan mudarat asal dilakukan dengan cara begini dan begitu dengan hujah atau argumentasi yang menyesatkan. Di sebalik hujah dan opini itu, hawanafsu mereka telah mengangankan sekian juta, bahkan mungkin miliaran, dolar keuntungan akan diraup dalam sekejap. Bagi para penyembah hawa nafsu duniawi itu, tak ada urusannya dengan rakyat yang harus tersedak menghirup asap sepanjang hari dengan segala dampak penyakit yang ditimbulkannya sampai kepada kematian sekalipun. Apatah lagi, keuntungan itu diperoleh di tengah nilai tukar rupiah yang kian menggila terhadap dolar yang kian menggoda semakin ke sini. Soal musuh yang dilarang dibawa bermusyawarah itu, dalam hal ini, para pemimpin harus betul-betul memahami karenahnya. Jangan dikira orang-orang yang selalu memberikan kritik yang konstruktif dianggap musuh pula. Merekalah, boleh jadi, ternyata teman terbaik yang harus selalu dibawa bermufakat. Pasalnya, tipe manusia seperti itu memang mengidealkan negeri dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang madani. Tentulah mereka berbeda dengan para pengeritik asal kritik, yang membawa udang di sebalik batu di kepalanya. Yang justeru harus diwaspadai adalah para musuh di dalam selimut. Mereka boleh menyamar menjadi apa saja: kerabat, sahabat atau, bahkan, bawahan sang pemimpin selama ini. Bahkan, derajat mereka pun dinaikkan oleh pemimpin itu dari sebelumnya bukan siapa-siapa. Malangnya, mereka bukanlah “orang kepercayaan” yang setia, melainkan musuh sejati yang siap menikam dari belakang ketika pemimpinnya lengah dan leka. Makhluk jenis inilah yang dibidalkan oleh Raja Ali Haji dalam Gurindam Dua Belas, Pasal yang Kesembilan, sebagai

syaitan/iblis yang menyerupai manusia. Jenis makhluk dayus seperti itu memang tak pernah berani menantang atau mencabar dari depan, kecuali mereka bermuka-muka atau mencari muka di depan pemimpinnya (pengampu). Semangat hedonistis dan pragmatis yang senantiasa merasuki memungkinkan mereka menghalalkan segala cara untuk keuntungan mereka, termasuk menjatuhkan pemimpin yang telah berjasa kepada mereka. Untuk menghadapi makhluk bermuka jamak seperti itu, memang diperlukan kecerdasan dan kearifan pemimpin. Dalam hal ini, hendaklah diingat nasihat orang tua-tua, “Hanya mutu yang mengenal manikam.” Rasulullah SAW bersabda, “Jika pemimpin-pemimpin kalian adalah orangorang yang terbaik di antara kalian, dan orang-orang kaya kalian adalah orangorang yang berlapang dada dari kalian, dan perkara kalian diselesaikan dengan musyawarah di antara kalian, maka punggung bumi akan lebih baik bagi kalian daripada perutnya. Dan, jika pemimpin-pemimpin kalian adalah orangorang yang jahat di antara kalian, dan orang-orang kayanya adalah orang-orang yang bakhil (kikir) dari kalian, dan perkara kalian kembali kepada perempuanperempuan kalian, maka perut bumi lebih baik daripada permukaannya,” (H.R. Tirmidzi). Kutipan hadits di atas juga membenarkan pernyataan Raja Ali Haji bahwa memimpin negeri dengan mengutamakan musyawarah-mufakat memang dianjurkan oleh Baginda Rasulullah SAW. Bahkan ditegaskan, karena mengutamakan musyawarahlah, manusia layak hidup di permukaan bumi. Sebaliknya pula, jika mufakat dinafikan, Baginda Rasul mengisyaratkan tempat hunian yang terbaik bagi makhluk itu adalah perut (bagian dalam) bumi. Begitulah mustahaknya musyawarah dan mufakat dalam penyelenggaraan pemerintahan menurut ajaran Islam sebagaimana yang diyakini oleh Raja Ali Haji. Hari boleh berganti sebagaimana musim boleh berubah. Bersamaan dengan itu, para pemimpin pun terus bertukar dan atau diganti dari masa ke masa. Oleh sebab itu, sesiapa pun yang berasa mampu boleh berbaris untuk mendaftar menjadi pemimpin negeri. Satu perkara yang tak pernah boleh berubah dalam kepemimpinan adalah hanya mufakat yang sempurnalah akan menjelmakan negeri yang gana. Matlamat itu hanya boleh dicapai jika negeri dipimpin oleh pemimpin sejati. Yang pasti, dia bukanlah orang yang setiap hari memasang muka untuk dikasihi dan atau unjuk kuasa untuk dihormati. Negeri makmur dan rakyat sejahtera memang menjadi cita-cita mulia bersama dalam pembentukan sesebuah negeri dan atau negara di mana pun di dunia ini. Oleh sebab itu, amat patut dicari pemimpin yang mampu menjulangkan daulat rakyat dalam kepemimpinannya. Artinya, pemimpin itu konsisten menerapkan strategi musyawarat dan mufakat agar rakyat memperoleh haknya untuk hidup layak dan selesa di permukaan bumi Allah yang berlimpah karunia-Nya seperti yang diwasiatkan oleh Rasulullah. Semoga tak pula terjadi, kita hidup di permukaan bumi, tetapi berasa terkurung di perut bumi. Padahnya, hidup rasanya segan, tetapi mati pun tak pula mau.*** LAYOUT: AGUNG S PRASATYA


14

imaji

MINGGU 13 MEI 2018

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

Visual Rekreasi

Kaya Nuansa

KAMPUNG Melayu dahulu hanya sekedar kampung biasa, hanya menjadi tempat warga lalu lalang yang bermastautin di sana. Tetapi kini Kampung Melayu, Kilometer Enam Tanjungpinang di tepi Sungai Carang, yang berdekatan dengan Pelabuhan Sri Payung bertransformasi menjadi kampung penuh pesona dan memanjakan mata. Menjelma menjadi tempat rekreasi visual yang kaya nuansa. Tidak hanya di dinding tembok dan rumah penuh ragam corak warna. Tetapi lantainya pun juga sama, penuh nuansa. Menjadi ramai dikunjungi warga. Jadilah ia lokasi wajib swafoto yang serta-merta diunggah ke jagad maya, menjadi promosi pariwisata. Semoga penduduknya semakin berjaya karena potensi ekonomi sebenarnya sudah berada tepat di depan mata.***

ADI PRANADIPA, dokumentator pelbagai helatan Melayu. Aktif di jantungmelayu.com. „ REDAKTUR: FATIH MUFTIH

„ LAYOUT: DOBBY F


jerumat

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 13 MEI 2018

15

Inilah Kemungkinan Tanggal Menikah Saya Catatan FATIH MUFTIH

Sayap Kiri Jembia

E

SOK tengah pekan sudah masuk bulan puasa. Sebulan kemudian tiba lebaran. Sejam setalah salat id saja akan sampai ke telinga pertanyaan dengan ragam gaya bahasa yang bermakna tunggal: kapan menikah? Lajang, 25+, berpendapatan cukup, tinggal di Indonesia, mengharuskan saya dan Anda kelewat sabar menghadapi pertanyaan sedemikian. Kita tidak bisa mengontrol pikiran orang lain. Yang bisa kita lakukan hanya mengatur sikap dan reaksi sebelum menimpali. Jangan sampai ucapan dan cara kita malah melukai suasana bahagia di Idul Fitri. Karena itu, saya kira, sejak sekarang alangkah lebih baik menyiapkan alternatif jawaban sehingga tidak keok dihantam kapan dari seluruh penjuru. Perlu dipahami bahwasanya pertanyaan kapan, dianggit untuk menanyakan ihwal waktu. Karena itu, mulut kita tidak perlu ngoceh lebar-lebar membeber alasan, dalih, juga pembenaran. Siapkan jawaban terbaik tentang titimangsa. Kelar perkara. Tetapi memang, memutuskan tanggal bukan perkara mudah. Dalam adat Jawa bahkan perlu dilakukan hitung-hitung weton untuk mencari tanggal terbaik untuk sebuah hajatan penting. Pernikahan, tentu sesuatu yang penting. Titimangsa yang tepat diharapkan membawa berkah bagi kedua mempelai. Semisal Anda kelahiran Kamis Pahing, dan calon pasangan Anda Selasa Wage, oleh mereka-yang-mengerti akan dilakukan penghitungan tanggal paling cocok untuk mengucapkan ijab qabul. Saya tidak tahu rumusnya. Namun, sungguh jelas bahwa hari dan weton Anda punya simbol angka untuk dilakukan penjumlahan maupun pengurangan. Jika Anda orang Jawa, mungkin bisa mengutak-atik hari dan weton kelahiran Anda dengan milik kekasih. Siapa tahu akan ketemu tanggalnya. Dan ... itu bisa dijadikan jawaban ampuh ketika kapan sampai ke telinga Anda. Soal apakah nanti akan terlaksana atau tidak, anggap saja itu doa. Jangan keburu bersedih bagi laki-laki lajang bilamana sampai lebaran nanti belum memiliki kekasih. Anda bisa mencomot tanggal kelahiran dan mencari tahu weton Maudy Ayunda, Via Vallen, atau satu per satu anggota JKT48 untuk kemudian dicocokkan dengan milik Anda. Toh, para pelontar kapan itu tidak pernah bertanya siapa, lantaran yang mereka butuhkan sekadar tanggal. Bilamana itu hanya khayali tidak perlu ambil pusing. Sekali lagi, anggap saja itu doa. Jikalau kelak benar-benar mewujud nyata, wah rezeki Anda! Lalu bagaimana dengan saya? Wah, sebelum saya membocorkan kecocokan hasil hitung-hitungan tanggal kelahiran dan weton, saya sebenarnya ingin bercerita. Tidak penting-penting amat.

Namun, kok ya rasa-rasanya asyik untuk dibagikan. Pada awal bulan lalu, saya diminta menjadi juri lomba cerita pendek tingkat remaja oleh sebuah instansi pemerintah. Saya mengiyakan. Tidak banyak ekspektasi dalam kepala. Selain karena kerja-kerja sedemikian memang menyediakan honor yang bisa menutupi pengeluaran ngopi sebulan, saya membayangkan kisah-kisah yang diusung para peserta tidak akan jauh dari cinta monyet atau si miskin yang kemudian menjadi kaya atau siswa yang dicela lalu jadi juara. Begitulah adanya. Lebih dari separuh cerita isinya begitu-begitu saja. Bahkan sejak kalimat pembuka, mereka sudah gagal membangun kedekatan, ketegangan, rasa penasaran, keterperangahan, apalagi kejutan. Latar suasana (dan cuaca!) masih menjadi gaya pembuka idola. Entah siapa penulis diidolakan sehingga seolah-olah mengharuskan sebuah cerita dibuka dengan matahari, langit, angin, senja, hujan, malam, siang, dingin, pantai, apalagi suatu hari. Mengapa tidak ada satu pun yang membuka seketika dengan letusan pistol, jeritan tangis, atau tabrakan planet. Itu satu hal yang kemudian rupanya membuat saya dan dua juri lain bersepakat untuk meminggirkannya dari daftar cerpen pilihan. Namun, patut diingat bahwasanya tidak semua cerita buruk. Seperti halnya tidak semua politisi busuk. Kita masih bisa menaruh harapan pada sejumlah politisi untuk mewujudkan harapan sebagai rakyat biasa. Pun dalam kontes menulis cerita ini. Ada setidaknya lima sampai enam cerita yang benar-benar mengusik dan merasa tidak cukup sekali pembacaan. Sebab sepintas, rasarasanya tidak mungkin cerita dengan intensitas memadai semacam itu ditulis oleh seorang pelajar. Maka, panitia menggelar sesi pemaparan bagi para finalis. Ini perlu dilakukan untuk melihat tingkat pemahaman peserta dengan cerita yang ditulisnya. Jangan sampai naskah yang telah dipilih itu ternyata buatan orang lain. Ketika dua dewan juri sibuk menanyakan perkara teknis dalam cerita, saya punya pertanyaan yang sama bagi lima finalis: buku apa yang kamu baca selama dua bulan terakhir? Jawabannya tentu macam-macam. Bahwasanya anak zaman kini semakin punya banyak pilihan dalam membaca, itu benar adanya. Ada beberapa menyebutkan penulis yang sama sebagai idola, dan ada pula sebagian yang melesat jauh dan bahkan tak terpikirkan oleh saya dan dewan juri lainnya. Dan percayalah, kesepakatan saya dan dua dewan juri lain memilih cerita terbaik diraih oleh salah seorang pelajar yang punya referensi bacaan bertolak dari yang ada. Seketika saya mengamini parafrasa

Haruki Murakami. Bahwasanya mereka yang membaca buku yang sama dengan orang lain, akan membuat jalan pikirannya sama dengan kebanyakan orang. Dan itu sungguh terlihat dalam kontestasi cerpen remaja ini. Sang pemenang membaca lebih lebar dari peserta lain. Itu modal yang memadai baginya menyajikan cerita yang kelewat tak biasa untuk sebuah lomba cerpen tingkat remaja. Bahkan siapa sangka, ide ceritanya, kata dia, didapatkan dari sebuah parafrasa tokoh anime idolanya. Kalimat yang baik selalu begitu, tidak

habis dalam pembacaan, melainkan turut menginspirasi dan melahirkan karya-karya. Beruntung, kemudian saya mendapatkan izin untuk menyiarkan cerpen terbaik itu di halaman 11 Jembia edisi hari ini. Saya ingin menunjukkan kepada Anda bahwasanya yang membaca buku-buku pilihan, buku-buku terbaik, akan menghasilkan pola pikir yang berbeda dan bertenaga. Jadi, jika ada orang di sekitar Anda memilki pola pikir yang cupet, simak saja deret buku bacaannya.

Pikiran cupet itu di antaranya, adalah mereka yang sangat sibuk mengurusi hal-hal privat orang lain dan tidak ada kesungguhan berkontribusi sedikit pun atasnya. Mereka yang sering melontarkan kapan tetapi tidak menyodorkan amplop untuk biaya cetak undangan, sewa gedung, bayar katering, ongkos organ tunggal, pun bisa masuk dalam golongan ini. Juga Anda, ya Anda, yang membaca sampai paragraf akhir tulisan ini dengan harapan bisa tahu tanggal menikah saya! Maaf, itu rahasia.***

SIAP! OLEH: RAMON DAMORA

Wartawan, Sastrawan

A

DA gejala bahasa baru di kota-kota besar. Entah sekadar menyahut ajakan makan siang, menaati perintah pimpinan, menerima pujian, bahkan mengakui kesalahan di depan istri –meski yang terakhir ini sangat jarang— orang cukup berkata: siap! Saya bahkan punya sahabat yang menjawab salam di seberang telepon dengan “siaaap” lebih dahulu, baru setelah itu “wa’alaikumsalam.” Entah kenapa mesti ada durasi khusus pada huruf ‘a’ di situ. Yang tak kalah unik, senior saya di Jakarta, ketua salah satu organisasi wartawan. Jika kebetulan kami bertemu di sebuah acara, dia punya sahutan khas kala disapa: “siap, siap, siap…” Anda mungkin pernah mengalami hal serupa. Sebagai pendengar, sebagai pelaku. Untuk hal-hal yang kita anggap remeh, leceh, bahasa terkadang tak benarbenar menuntut “kesadaran”. Bahasa memiliki keberaniannya sendiri, laksana besi berani. Bahasa bebas menarik siapa saja ke dekapannya, dengan lekas dan tangkas, sebelum kita menyadari bahwa kita sesungguhnya telah dilecehkan, oleh bahasa. Benar bahwa bahasa memuat apa yang kita sebut “nilai”. Kita pasti geram kalau mendengar seorang pemuda bilang – maaf—”anjing” ke pacarnya. Ada nilainilai kemanusiaan yang sedang dilecehkan di situ. Tetapi kini, di restoran makanan siap saji, antrean bioskop, halte, mall, tanah lapang, jalan raya, kita mewajarkan “anjing” –yang sama rupa bentuknya— dalam kalimat, “anjrit banget tau ga lo”. Bahasa bukan cuma memaklumatkan metamorfosa anjing ke anjrit, namun juga memaklumkan, sekaligus melecehkan, penggunanya. Itulah hebatnya bahasa. Pada titik-titik tertentu, bahasa menyeret kita ke sebuah tikungan nihilistik yang tajam. Bahasa REDAKTUR: FATIH MUFTIH

sanggup mengubah manusia menjadi sosok yang dalam tokoh-tokoh novel Kafka berperangai sambe-lawe. Manusia yang berujar dengan sadar, tetapi tak tahu apa yang telah diujarkannya itu. Saat menerima instruksi sulit dari pimpinan kantor, misalnya, tanpa sadar kita hanya mengulang jawaban yang ituitu saja: siap bos, siaaap, siap siap siap bos. Setelah pimpinan berlalu, baru kita sadar. Ternyata perkaranya bukan sesederhana repetisi siap sebagai kepatuhan, melainkan kertekanan, ketaklukan, sebab perintah itu keluar di akhir tahun, saat di mana si bos gemar memutasi bawahan. Dalam situasi berbeda, alangkah masygulnya kini menyaksikan sejumlah orang tua rela menguras tabungan hari depannya demi status impian sang anak: pegawai negeri. Puluhan hingga ratusan juta rupiah, yang selama ini dikumpulkan dengan berpayah-payah, berdarah-darah, lesap seketika. Kadang ibunda coba bertahan, menangis diam-diam. Kadang sang ayah bergeming, tengah malam termenung sendiri ia di jendela. Lalu dipandanginya lagi lamatlamat buku tabungan, kabur, nanar, ah sepasang mata yang butuh kacamata baru itu. Tapi keesokan hari, saat hangat mentari menemani semangat sang buah hati mengantarkan lamaran ke kantor pemerintahan, ayah berkata lirih ke istrinya: “siapsiapkan sajalah, Bu, memang begini zamannya, tahu sama tahulah kita.” Apakah “siap” semacam nihilistik? Boleh jadi. Pasti juga tidak. Di kalangan militer, kita sering mendengar bawahan dengan sikap hormat menjawab komandannya, “siap salah!” Seorang serdadu dituntut berjiwa kesatria. Siap menempuh risiko, siap pula mengakui kesalahannya. Dulu pengelola akun twitter @TrioMacan2000 kerap menyahut pujian para followers-nya dengan kicauan, “siap bos,

merdeka!” berulang-ulang. Setelah diciduk aparat beberapa waktu lalu, tak pernah saya mendengar Raden Nuh dkk berkata, “siap salah, merdeka!” Tiba-tiba di layar televisi mereka ditampilkan dengan sepasang tangan digari dan berbaju tahanan. Sulit membayangkan saat polisi menyuruh mereka memakai baju penjara, semuanya serentak menjawab, “siap pakai!” Kamus-kamus resmi kita mencatat lema ‘siap’ dengan tiga pengertian: sudah disediakan, selesai, aba-aba. Ini menunjukkan bahwa semua modifikasi bahasa ‘siap’ yang saya ketengahkan di atas bukanlah sesuatu yang a-historis. Bahkan, jika boleh diperlebar, ‘siap’ juga lahir dari sejarah bahasa orde baru yang mencengkeram alam bawah sadar kita berpuluh-puluh tahun lamanya. Soeharto dan Orde Baru mereproduksi bahasabahasa militer ke keseharian masyarakat. Dan terbukti sangat berhasil. Dwi fungsi ABRI memang telah berakhir. Tapi dwi fungsi sipil terjadi. Anggota DPR sudah ringan tangan, saling baku hantam, minimal merubuhkan meja sidang. Rakyat gampang main hakim sendiri. Guru mudah menampar murid, murid enteng sekali mengajak tawuran temannya. Mahasiswa jadi spesialis anarkis. Demikian berakarnya bahasa militeristik itu, sehingga diskursus pentingnya “pemimpin yang tegas” sempat merasuk, dan merusak, wacana suksesi kepemimpinan nasional. Pemimpin nan tegas adalah bahasa lain pemimpin (dari lingkungan) militer yang, celakanya, menjadi kerinduan, nostalgitransendensi, bayang-bayang kebenaran yang bukan kebenaran. Pemerintahan Presiden Jokowi harus meyakinkan bangsa ini bahwa kesederhanaan, kepolosan, juga bisa bermakna ketegasan. Mungkin ia juga harus bisa mulai mengurangi mengatakan “siap, siap” di depan wartawan. Mungkin. *** LAYOUT:SYAFRINALDI


16

TANJUNGPINANG POS

MINGGU 13 MEI 2018

Koran Nasional dari Kepri

cindai

Tawa Jenaka WANDANA K

AMU bisa membeli karcis bioskop, pertunjukan, panggung hiburan, maupun segala aneka, tapi tidak dengan tawa. Komoditas ini tidak dijual di mana-mana juga seberapa pun nilai uang yang kamu punya. Jika kamu tahu, sesungguhnya tawa itu hadir dengan rumusan sederhana. Pertama yang harus kamu lakukan adalah bersyukur. Percayalah tanpa hati yang lapang dan jernih dari segala kepentingan, sukar bagimu tertawa. Dengan sikap ini, kamu akan terbebas untuk menertawakan apa saja. Koruptor sekalipun. Persis seperti kata dalam buku yang kamu pegang itu.

Foto Narasi

“Judulnya saja sudah mengusik,” ungkapmu. Ya, koruptor-koruptor yang jadi pengerat kesejahteraan bangsa ini rupanya kini semakin mahir menampilkan lelucon. Kamu pasti ingat peristiwa hari-hari terakhir ini, ketika sederet sakit dan kecelakaan yang didera koruptor itu rekayasa belaka. Jika hatimu belum lapang, sukar bagimu menertawakan, malah yang hadir adalah geram. Maka, lapangkan, Wandana. Agar yang hadir dari dirimu tawa yang benar-benar jenaka. Tawa yang baik, kamu tahu, sifatnya menular. Maka, tularilah dunia yang sedang sakit ini dengan tawamu yang paling jenaka.***

: Ilot : Fatih Muftih

BIODATA WANDANA Nama TTL Profesi Hobi Instagram Buku Bacaan

: Ayu Wandana Hastyaning Hutomo : Sleman, 12 April 1996 : Mahasiswi : Melancong, Membaca : @ayuwandana : Lelucon Para Koruptor karya Agus Noor

Kabar tentang Penyangak S TEMBERANG KOLOM HUSNIZAR HOOD

REDAKTUR: FATIH

EMINGGU yang lalu saya mendapat kabar gembira, setelah sekian lama tak pernah mengikuti perbincangan budaya, kemarin saya diundang lagi untuk menghadiri acara serupa itu. Namanya “Mufakat Budaya Indonesia”. Menurut kabar acara ini sudah yang ketiga kalinya, ada banyak nama-nama yang saya baca orangorang ternama dan saya kagumi hadir di situ. Banyak? Sebetulnya tidak. Saya katakan banyak karena saya melihat kualitas orangnya. Mereka yang hadir itu bagai mewakili setiap kawasan asal mereka serta dispilin ilmu yang mereka tekuni, untuk menyampaikan pikiran-pikiran budayanya, permasaalahannya tentu jalan keluarnya, tapi kalau dijumlahkan saya kira yang hadir di situ tak lebih 24 orang. “Forum Grup Diskusi, Mud!” saya bilang ke Mahmud begitu. Sekali ini saya agak boleh berbangga hati. Biasanya Mahmud saja yang selalu diundang ke sana ke mari. Saya ini apalah. “Budayawan penjaga gawang,” selalu Mahmud mengusik saya dengan mengatakan begitu. Saya hanya senyum saja. Hanya untuk kali ini dia bagai tak bersuara ketika tahu kalau hanya sayalah satu-satunya peserta dari negeri Melayu ini yang diundang ke sana. Ujungujungnya kawan saya itu merengek, minta diajak hadir di acara itu, “Ya, bilang ajalah saya ini asisten awak atau staf ahli awak, bolehlah, karena acara ini penting,” ujar Mahmud mengiba. Saya tersenyum masam mendengar “rintihan” kawan saya itu tapi apakan daya jika sudah begini. Siapa yang mampu menolak Mahmud, siapa yang berani mengecewakannya, maklumlah dia itu penyair. “Bukan, dia penyangak!” pekik seorang kawan yang lain. Sontak saya terbelalak. Memang kalau sudah mengamuk, kawan saya itu tak sanggup kita pujuk. Dua malam kami di Jakarta. Kawan saya Mahmud sudah mulai menampakkan ke”penyangak”annya. Saya mulai menahan napas. Alasan utama kepenyangakannya nampak karena kamar yang kami dapatkam itu ternyata adalah kamar mewah dan semua sudah tahu kalau hotel berbintang 4 atau 5 jangan harap ada kamar yang jadi “Smoking Area”. Tak boleh merokok. Kawan saya itu gelisah. Rasanya tak mungkin hanya karena sebatang rokok dia harus turun dari lantai 11 dengan susah payah. Saya katakan padanya, bukan hotel ini yang salah tapi kita yang tak berubah. Itulah kabar tak bahagia dari Mahmud di Jakarta. Saya lihat tak sepenuh jiwanya ia ikut memikirkan budaya, tak seemosional seperti biasa ketika dia setengah marah dan setengah bertanya, “Apa yang bisa kita bicarakan di budaya ini sementara Rupiah terus demam panas menembus angka empat belas. Ya 1 dolar amerika 14.000 Rupiah kursnya, semua harga naik dan darah pun tinggi,” kawan saya Mahmud menyampaikan itu setelah saya mendengar penyampaian saya ke grup dikusi itu tentang: apakah benar kegelisahan akan budaya bangsa ini yang kita gelisahkan ini, dirasakan juga oleh

mereka-mereka yang ada di pulau nun jauh disana? Saya pikir mereka biasa-biasa saja. Yang penting laut mereka jangan diganggu dan mereka bisa melaut dengan semangat menjual ikan yang mereka dapat kemudian mereka menari, bernyanyi dengan pantun-pantun kecerdasan akal budi mereka. Tidak “dibantai” oleh penyangak laut, baik yang melaut dengan mesin dan alat yang canggih membabat habitat ikan atau penyangak kebijakan bahwa mereka tak bisa menjual ke kapal asing sementara kapal dalam negeri tak disiapkan untuk membeli. Lalu kabar apa lagi yang bisa kami kabarkan di sini tentang saya dan Mahmud? Usai acara jam sembilan kami berdua menunggu kabar yang paling menggemparkan itu. Ya, bahwa di negeri jiran kita Malaysia sedang melaksanakan pilihan raya atau pemilihan umum kalau di negeri kita. “Penyangak” yang disebut-sebut oleh partai oposisi “Pakatan Harapan” itu “terpongkeng”. Pakatan Harapan itu Koalisi Harapan. Mereka memberikan harapan dan rakyat Melayu itu percaya. Hidup memang soal harapan karena itu jangan remehkan harapan. Kawan saya Mahmud sempat geleng-geleng kepala menyaksikan dan mendengar potonganpotongan kampanye mereka di negeri Melayu itu, kalimat yang diucapkan mereka luar biasa keras. “Pencuri, penipu, lanun dan penyangak,” bertubitubi, berhamburan keluar dari mulut “orang tua” yang sudah 92 tahun usianya dan pernah memimpin Malaysia sekian lama kemudian turun gunung lagi membabat partai tempat ia bernaung dulu, lalu partai itu tumbang dan dia menang. Itulah Mahathir, yang pernah digelar Soekarno kecil dari negeri Harimau Asia, yang pernah menulis buku “Dilema Melayu” yang luar biasa itu. Sampai jam 2 pagi kawan saya Mahmud itu belum tidur menunggu keputusan itu, penting bagi dia

dan juga saya serta banyak orang di Kepulauan Riau menunggu keputusan itu, karena kita adalah serumpun, kita bertetangga dan kita sama-sama Melayu. Selalu berulang saya katakan dan diamini oleh Mahmud bahwa tak ada negeri seberbahaya Kepulauan Riau ini yang hidup berdampingan dengan Malaysia dan Singapura. Lihatlah di mana daerah di Indonesia yang lain berbatasan langsung dengan negeri seperti itu, bukan hanya karena ekonominya tapi politik mereka juga, tinggal kita memilih memandang Malaysia yang menjadikan budaya Melayu teraju utamanya atau Singapura yang dulunya negeri Melayu dan sekarang habis kikis hilang terbang telah menjadi negeri Cina yang garang. Saya lihat wajah Mahmud juga garang setelah memastikan “Pakatan Harapan” menang. Mungkin begitulah cara orang Melayu berpolitik yang tak bertele-tele, pikir saya, begitulah kalau orang Melayu sudah marah dan begitu juga kalau orang Melayu yang tak amanah. Akan buruk padah. Lalu apa yang menjadi harapan kami setelah ini? Pagi-pagi kawan saya Mahmud tersenyum, sepertinya dia baru teringat grup WA kami itu bernama “Penyangak”, mungkin ia ingin menggantinya, mungkin juga ia ingin membubarkannya, “Penyangak Kalah,” ucapnya. Sayapun ikut senyum juga, Saya tulis di grup itu, gantilah nama itu tapi jangak dibubarkan, tapi jangan juga ubah namanya menjadi Tempoyak karena saya tak suka tempoyak. Kami kemudian ke Bandara setelah dalam acara Mufakat Budaya Indonesia itu berjanji akan bertemu di bulan Agustus nanti, kami akan bertemu presiden, wah ... Mahmud terperangah. Saya pikir memang itu jalan terbaik Presiden mencari kesepakatan budaya daripada memikirkan kaos yang berbagai-bagai penjuru datangnya, meskipun bagai serbuan budaya juga. Sampai di bandara kami berpisah. Saya titip salam melalui Mahmud, segeralah dia pulang dan membangun “Pakatan” apalah namanya, mungkin pakatan impian atau pakatan angan-angan, siapa tahu nanti akan menjadi kenyataan. Saya belum bisa kembali ke kampung halaman, sudah berjanji ingin berkunjung ke Bali, bersama anak istri dan kerabat lainnya. Kebetulan anak tertua berulang tahun dan mungkin ini adalah ulang tahun terakhir dia bersama kami. Tahun depan kami doakan dia berulang tahun dengan keluarga kecilnya. Dan kebetulan juga dia mendapatkan fasilitas gratis di sana dan kami hanya menumpang gembira saja. Ada juga kerabat lain yang bersama kami ke Bali. Pastilah mereka berdua yang paling berbahagia, yang ingin menyaksikan sepasang camar melayang di pantai Kuta ketika senja kemudian di situlah mereka mengucapkan cinta. “Kenapa Mahmud tak ikut?” tanya istri saya. “Dia mau pulang mau cepat-cepat membuat Pakatan Penyair untuk melawan penyangak yang berlagak budayawan.” Hah? Grup kami sudah berubah nama. (Selamat ulang tahun Vinne, selamat juga Yogi dan Rara)*** LAYOUT: SYAFRINALDI


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.