ART
EXHIBITION VIDEO INSTALLATION AND DRAWING
김명우 (Kim, Myung-woo) in collaboration with Jasmine Isobel HB TANAHINDIE GALLERY KAMPUNG BUKU - MAKASSAR 1 - 3 AGUSTUS 2015
r u like
Art Exhibition “Video Installation and Drawing” 김명우 (Kim, Myung-woo) in collaboration with Jasmine Isobel HB Penerjemah Andi F. Yahya Tataletak TanahindieSign Sampul Ade Awaludin Firman Diterbitkan oleh Tanahindie Jl. Abdullah Daeng Sirua 192 E Panakkukang, Makassar 90234 T/F: 0411433775 email: info@tanahindie.org Twitter: @dewiboelan Website: http://tanahindie.org
Cetakan pertama, Agustus 2015 16 hlm
ART
EXHIBITION VIDEO INSTALLATION AND DRAWING
김명우 (Kim, Myung-woo)
in collaboration with Jasmine Isobel HB
TANAHINDIE GALLERY KAMPUNG BUKU - MAKASSAR, 1-3 AGUSTUS 2015
김명우 KIM, MYUNG-WOO
PROFILE Myungwoo Kim | 김명우 | 金 明 佑 Geumho A 103-304, Hwajeong-sa-dong, Seo-gu, Gwangju Metropolitan City E-mail : justmyfantasy@hanmail.net HP
: +82 10-9647-7319
1983
Born in Gwangju, South Jeolla Province (8 October)
2008
Graduated with Graphic Media Major from College of Fine Arts,
2002
2011
Graduated from Gwangdeok High School, Gwangju Chosun University
Graduated with Art Technology Major from Graduate School of Advanced Imaging Science, Mu ltimedia and Film, Chung-Ang University
S ol o E xhi b i ti o n 2015
<r u like> Tanahindie, Makassar, Indonesia
<Present Perfect Spectrum> Lotus Gallery, Gwangju, South Korea
Grou p E xh i b i ti o n 2015
<The Extensive Spread of Youthful Mind and Energy> Sangrok Exhibition Hall, Gwangju City Museum of Art, Gwangju, South Korea
2014
V-Party Vol. 5 <Biennale - Artists, How Are You?>, Shinsegae Gallery, Gwangju, South Korea PureunGil Media Arts Festival, Gwangju, South Korea
Future Light, 2014 Gwangju International Media Arts Festival, Gwangju, South Korea
<Willow Forest Yanglim> Participating Artists of Culture and Arts Street Development Project, Gwangju, South Korea
2013
The Truman Show – Viewing the Spectacle Society, Baekak Art Museum, Gwangju, South Korea
Special Exhibition, Won Gallery, Gwangju International Media Art Festival, Gwangju, South Korea
“Mouthfeel-Delicious” Gungdabang Young Artist Exhibition, Gungdabang Gallery, Gwangju, South Korea “LOVE” Exhibition, Space Young Gallery, Gwangju, South Korea
Turning Point Exhibition, Space Young Gallery, Gwangju, South Korea
‘DO YOU LIKE?’ DAN
‘ARE YOU LIKE?’
Perjalanan ke Indonesia akan menambah pengetahuan baru, berkarya/bekerja mereinterpretasi ruang dan waktu melalui bentuk ekspresi yang meminjam bentuk kalimat sempurna aktual dari gramatika/tata bahasa Inggris. Kurang lebih satu bulan berlalu dari 50 hari yang dijadwalkan untuk tinggal mengalami halhal yang dibutuhkan untuk bekerja/berkarya, sapaan pendek bahasa Inggris dari Isobel saat pertama kali bertemu di Tanahindie, membuat pikiran sebagai turis dan mencoba mencari hal-hal yang masih tersisa. Anak perempuan umur 6 tahun ini barangkali kepolosan anak yang suka menggambar berikut bahasa Inggris yang keliru mungkin sedikit menawarkan/meredakan perasaan yang tegang. Selain itu, anak perempuan yang tumbuh bebas dengan hanya pendidikan rumah tanpa mendapatkan pendidikan formal ini membuat gambar sendiri dan berbicara dengan bebas menggunakan bahasa Inggris yang dipelajari dari film kartun bagi saya lebih menyentuh ketimbang gegar budaya. Ada sesuatu yang berbeda dibanding gambar yang biasa dibuat anak perempuan keba nyakan. Ia menggambar karakter yang diketahuinya dari film kartun, juga menggambar orang atau obyek yang lain dengan imajinasinya. Ia juga menggambar keluarga dan tamu yang datang, menggambar potret diri, dan juga meniru karya seni yang dibuat ibunya. Semuanya tanpa didikan khusus lain, terilhami dari melihat dan mendengarkan sendiri. Hari pertama tiba mengikuti program residensi di Indonesia adalah hari ketika Ramadan di mulai. Di hari itu, saya menghabiskan waktu ketika kebanyakan orang Indonesia menahan hawa nafsu tidak makan dan minum di siang hari kurang lebih selama sebulan. Setiap hari suara bacaan Al-Quran terlantun dari masjid seperti bacaan puisi menggema di jalan-jalan, pertokoan sepi, banyak toko yang tidak berjualan. Kantor pelayanan publik tutup lebih awal dari biasanya. Berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, saya pribadi mengalami Ramadan di Indonesia sehari-hari merasa tenang dan sabar.
Kehidupan malam yang berbeda Bulan Ramadan tampaknya membuat kehidupan malam lebih hidup. Hal yang terasa justru setelah bulan Ramadan berakhir. Restoran dengan berbagai macam makanan yang dijual menjadi lebih aktif bagi mereka yang berpuasa. Orang-orang menikmati rokok dan kopi sebagai pengganti arak. Bentuk bersantai lain yang terlihat menyaksikan para lelaki Indonesia menghabiskan waktu luang dengan rokok dan kopi, berbeda dengan Korea yang menghabiskan waktu sambil meminum arak. Kota yang lambat Begitu kata yang saya tangkap begitu menginjakkan kaki di Makassar. Saya benci mengakui mengeneralisir sesuatu dari hal yang dirasakan dalam waktu singkat, tetapi tidak lambat adalah hal yang saya rasakan selama di sini. Semua orang terlihat bergerak cukup cepat dan dan sibuk dengan kehidupannya. Lebih-lebih lagi di ibukota Jakarta, seperti kata orang-orang. Selama satu bulan lebih sedikit saya menetap sambil berkeliling dengan mengendarai motor pinjaman. Banyak orang dengan berbagai cara bergerak dan berpindah. Hal tersebut dengan mudah ditemukan dalam budaya transportasi. Lampu lalu lintas yang banyak atau polisi yang mengatur lalu lintas adalah kondisi yang tak banyak ditemukan di Makassar. Di tengah lalu lintas jalan raya terlihat suasana (seperti) orang yang entah bagaimana sambil meniup peluit membantu orang-orang yang akan menyeberang jalan dan kendaraan yang akan berputar balik atau memasuki jalur jalan. Lebih berasa berjalan kaki dibanding berkendara. Aturan, jalur, serta larangan bukan untuk kendaraan lain tetapi pengguna jalan hanya (perlu) memuatkan badan kendaraan agar bisa bergerak sedikit lebih cepat dan mudah. Di jalan yang dilalui kita berhenti sebentar jika seandainya akan menyalip/disalip, atau bergegas lewat jika tidak suka. Memberikan rasa santai dibanding memetik nilai perbuatan lain karena kesal akibat kemacetan lalu lintas atau kebiasaan berkendara seperti di Korea.
Orang-orang yang sibuk bergerak bagi saya menunjukkan perasaan santai. Merasa jengkel secukupnya atau berlalu cepat, bergerak lambat, atau bertindak dengan santai, menyesuaikan dengan situasi. Untuk menambah/mengalami perasaan itu, dengan mengendarai motor saya mencoba bergerak di dalamnya, berhenti berdiri lalu memandangi mereka juga. Melihat dari penampakannya tidak dapat diketahui. Tidak bisa tidak merasa. Setidaknya seperti itu yang saya rasakan. Kota yang santai, lebih tepat dikatakan seperti itu, dibanding kota yang lambat. Makassar bagi saya adalah kota yang memberikan rasa tenang dan santai. Ada waktu untuk sekali lagi mencoba memikirkan tentang konsep waktu. Di negara yang lebih lambat satu jam dibanding Korea, budaya di tempat ini terasa bertentangan dengan budaya â&#x20AC;&#x2DC;cepat-cepatâ&#x20AC;&#x2122; ala Korea. Estetika kelambanan dapat terasa sambil mengendarai motor pinjaman meskipun masih pemula segera bergegas ke tempat tujuan untuk menyaksikan matahari terbenam di Pantai Losari. Demi memberikan sensasi pengalaman langsung kepada penonton, menggunakan motor pinjaman yang dilengkapi dengan proyektor untuk memperlihatkan video rekaman mengendarai motor. Pada saat yang bersamaan video matahari terbenam secara realtime terlihat di monitor. Video matahari terbenam yang bergerak secara realtime barangkali terlihat menyesakkan tetapi melambangkan kesantaian dan di saat akhir tersebut menjadi tanda akhir perjalanan tercapai. Saat video selesai dan diputar/dimulai kembali, maknanya dapat tersampaikan dengan lebih jelas. Ini bisa juga melambangkan rasa santai Indonesia dan watak terburu-buru Korea. Melalui ini, saya ingin mengungkapkan perbedaan dua budaya yang masing-masing zona waktu dan konsep waktu yang berbeda. Kim, Myung-woo
‘DO YOU LIKE?’ 와
‘ARE YOU LIKE?’
신호가 많거나 경찰들이 나서서 교통을 통제하거나 하는 행위는 마카사르에서는 많지 않았다. 길거리 중간중간 교통을 돕는 도우미 형식의 사람들이 어딘가인지는 모르지만 호르라기를 불며 길을 건너는 사람을 돕거나 유턴을 하 려거나 차도에 진입하려는 차량을 돕는 경우를 보았다. 차량을 타고 이동하는 느낌보다는 걷는 느낌이었다. 정해진 규칙과 차선 그리고 통제에 따른 교통이 아닌 너와 내가 길을 가는데 있어 조금 더 빠르고 편리하게 움직이는 이동수단 위에 몸 을 실었을 뿐. 길을 가는데 있어 그저 끼어들면 좀 멈추고 그게 싫으면 조금 서둘러 앞질러 갈 뿐인 그런 느낌이었다. 우리나라처럼 정체된 교통으로 인한 짜증스러움이나 운전매너에 따른 행위의 경중을 따지는 것 보다는 느슨한 느낌을 주었다. 바쁘게 움직이는 사람들에게서 나는 여유로움을 엿보았다. 흘러가는 상황에 맞추어 적당히 짜증도내고 빠르게 지나가기도 하며 느리게 움직이기도하고 여유롭게 행동하였다. 이러한 느낌을 담기 위해 직접 오토바이크를 타고 그들 속에서 움직여보고 멈추어 서서 그들을 쳐다보기도 하였다. 겉으로 보기에는 알 수 가 없다. 느끼는 수 밖에 없다. 적어도 내가 느낀 느낌은 그렇다. Slow city 라기보다 Relax city 였다. 인도네시아 마카사르는 나에게 있어 차분함과 함께 여유로움을 주는 도시였다. 시간에 대한 개념에 대해 다시 한번 생각해보게 된 시간을 갖게 되었다. 한국보다 한시간 늦은 시간대의 나라에서 우리나라의 “빨리빨리” 문화와 상반되는 이곳의 문화를 느끼게 되었다. 빌린 오토바이를 타고 초보운전임에도 급하게 움직여 빨리 목적지에 가려는 마음이 로사리 해변의 일몰을 보며 느림의 미학을 느끼 게 되었다. 경험에 대한 느낌을 직접적으로 관객에게 보여주기 위해 빌린 바이크를 설치하고 빔 프로젝터를 이용하여 바이크를 운전하는 듯 한 영 상을 보여준다. 그와 동시에 모니터에서는 실시간의 일몰 영상이 보여진다. 리얼타임으로 움직이는 일몰 영상은 어쩌면 답답해 보일 수 있지만 여유로움을 상징하고 이제 막바지에 이른 여정의 끝을 나타낸다. 영상이 끝나면 바뀌어 재생되도록 하여 의미를 더 확실히 전달하고자 한다. 이는 인도네시아의 여유로움과 한국의 급한성격을 상징하기도 한다. 이를통해 서로 다른 시간대와 시간의개념을 가지고 살아가는 두 문화간의 차이점에 대해 표현하고자 하였다. 빌린 오토바이를 타고 초보운전임에도 급하게 움직여 빨리 목적지에 가려는 마음이 로사리 해변의 일몰을 보며 느림의 미학을 느끼 게 되었다. 경험에 대한 느낌을 직접적으로 관객에게 보여주기 위해 빌린 바이크를 설치하고 빔 프로젝터를 이용하여 바이크를 운전하는 듯 한 영 상을 보여준다. 그와 동시에 모니터에서는 실시간의 일몰 영상이 보여진다. 리얼타임으로 움직이는 일몰 영상은 어쩌면 답답해 보일 수 있지만 여유로움을 상징하고 이제 막바지에 이른 여정의 끝을 나타낸다. 영상이 끝나면 바뀌어 재생되도록 하여 의미를 더 확실히 전달하고자 한다. 이는 인도네시아의 여유로움과 한국의 급한성격을 상징하기도 한다. 이를통해 서로 다른 시간대와 시간의개념을 가지고 살아가는 두 문화간의 차이점에 대해 표현하고자 하였다.
영어문법의 현재완료형 형태를 차용한 표현방식으로 시간과 공간에 대한 재해석을 작업함에 있어 인도네시아 여행은 새로운 견문의 확장성을 갖게 된다. 인도네시아에서 지내게 된 50일간의 일정에서 작업의 핵심을 중심으로 무언가를 느끼기에는 터무니 없이 짧은 시간이다. 그저 다른 문화를 보고 듣고 느끼는 것을 표현하는 것은 굳이 작가로서 예술작업으로 승화하는 것보다 오히려 블로그와 인터넷 이미 지 정보만으로도 충분하다. 50일 일정에서 약 한달을 지내며 느끼게 된 점들을 가지고 작업을 함에 있어 관광객모드가 되어버린 마음자세를 지우고 남은 것들을 찾아보자니 처음 만나게 된 “타나힌디”의 Isobel의 짧은 영어였다. 만6세의 여자아이의 어쩌면 그릇된 영어와 그림그리기를 좋아하는 아이의 순수함은 어쩌면 긴장되어 있는 마음을 조금은 누그러뜨리 게 해주었다. 또한 정규교육과정을 받지 않고 자유롭게 자라면서 그저 가정교육만을 가지고 스스로 그림을 그리고 만화영화에서 배우게 된 영어를 자유롭게 구사하는 6살 여자아이가 나에게는 문화충격보다 더 와닿았다. 흔히 볼 수 있는 여자아이의 그림과는 다른 무언가가 느껴졌다. 만화영화에서 알게된 케릭터들을 그리거나 그에 따른 상상의 인물 혹은 사물을 그리기도 한다. 가족들과 찾아온 손님들을 그리기도 하며 자화상을 그리기도 하고 심지어 자신의 어머니가 만든 예술작품을 모방하여 표현하기도 하 였다. 이 모든게 별다른 교육없이 스스로 보고 들으며 깨우친 것이다. 인도네시아 교환작가 프로그램으로 도착한 첫날은 라마단 기간의 시작이었다. 도착한 첫날부터 인도네시아 대부분의 전 국민이 약 한달간 해가 떠있는 시간에 먹지도 마시지도 않는 금욕의 시간을 보내는걸 보게 되었다. 매일 모스크에서는 코란을 읽는 소리가 시낭송처럼 길거리에 울려퍼지고 상가들은 모두 조용하며 심지어 문을 열지 않는 상점들도 많 았다. 공공기관은 보다 이른 시간에 운영을 종료해버린다. 문화의 차이에서 오는 다른 점들을 제외한 나 자신이 느낀 인도네시아의 라마단 기간을 통해 본 일상은 조용하고 절제되어 있었다. 밤문화는 다르다. 라마단기간은 오히려 밤문화를 더 활기차게 만드는 것 같았다. 이것에 대해서는 오히려 라마단 기간이 끝나고 나서 느끼게 되었다. 낮동안 먹지 못하고 마시지 못한 것들에 대해 식당과 여러가지 먹거리들의 판매가 활발하게 이루어지고 있다. 술을 즐기지 않는 사람들은 담배와 커피를 대신 즐긴다. 술을 마시며 여가를 보내는 한국과는 달리 커피와 담배로 여가를 보내는 인도네시아 남성들을 보며 또다른 여유로움이 엿보였다. 느린도시Slow city 마카사르에 도착하자마자 들은 단어이다. 짧은시간동안 느낀 점으로 전체를 말하는 오류를 범하기는 싫지만 지내는 동안 느낀점은 느리지 않다는 것이다. 충분히 빠르고 모두들 바쁘게 살아가는 것 같다. 특히 수도인 자카르타는 더더욱 그렇다고 들었다. 한달이 조금 넘는 시간동안 지내며 오토바이크를 빌려 이동하며 다녔다. 수 많은 사람들이 빠르게 어딘가로 이동하며 움직이고 있었다. 교통문화에서 이런 점들을 쉽게 살펴 볼 수 있다.
r u like
ART
EXHIBITION VIDEO INSTALLATION AND DRAWING
김명우 (Kim, Myung-woo)
in collaboration with Jasmine Isobel HB
TANAHINDIE Lembaga nirlaba berdiri sejak 1999, mengutamakan program pada kajian dan diskusi, pameran, perisalahan, dan penerbitan bertopik beragam ekspresi dan perkembangan mutakhir perkotaan. MITE-UGRO Merupakan lembaga non profit dan ruang alternatif untuk seniman serta kurator muda. Mite-Ugro berdiri sejak tahun 2009 dan berlokasi di Dae-In Kota Gwangju Korea Selatan. Mite-Ugro mendukung artis muda berbakat serta membuat program jejaring untuk menjadikan mereka kurator. Mite-Ugro memperluas hubungan publik seniman muda dan secara aktif mempromosikan pertukaran internasional. Mite-Ugro merupakan seni dari percampuran komunitas yang berbeda yang membicarakan alternatif dan ruang seni interdisipliner bagi komunitas seniman eksperimental.
TENTANG
ART
Presented by
EXHIBITION VIDEO INSTALLATION AND DRAWING
김명우 (Kim, Myung-woo)
Supported by
in collaboration with Jasmine Isobel HB
MOVIE SCREENING | DIALOGUE | COFFEE TIME | KARAOKE
07-10PM TANAHINDIE GALLERY SAT URDAY
01- 03. 08.2015
Kampung Buku, Abdullah Daeng Sirua 192E Street, Makassar
www.tanahindie.org