Surabaya Sore - 19 Mei 2014

Page 2

NASIONAL - INTERNASIONAL | 02

Demokrat Pilih Jadi Oposisi JAKARTA (Surabaya Sore) — Dalam Rapimnas para pengurus partai Demokrat diberi kuesioner yang berisi empat opsi. Pertama adalah ”Pilih Joko Widodo (Jokowi)” dengan keterangan di bawahnya, yakni ”PDIP sampai saat ini tidak mengajak dan tidak menginginkan bekerja sama dengan Partai Demokrat”. Opsi kedua adalah ”Pilih Prabowo Subianto” dengan keterangan di bawahnya yaitu ”Gerindra mengajak dan meminta berkoalisi dengan Partai Demokrat”. Kemudian opsi ketiga adalah ”Pilih Poros Baru dan Mengajukan Capres Sendiri” dengan keterangan ”Hingga saat ini Partai Demokrat belum sepakat untuk bangun koalisi dan calonkan capres-cawapres sendiri”. Opsi terakhir adalah ”Pilih Netral” dengan keterangan ”Tidak memilih Jokowi dan Prabowo Subianto dan lebih baik netral”. Hasil rapat pimpinan nasional Partai Demokrat menunjukkan bahwa 56 persen pengurus Dewan Pimpinan Daerah menginginkan partai itu tidak bergabung dengan poros koalisi yang sudah ada, baik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan maupun Gerindra.

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dalam jumpa pers usai penutupan rapimnas juga mengisyaratkan bahwa Partai Demokrat akan menjadi oposisi pada pemerintahan mendatang. ““Rapimnas juga berpendapat lebih mulia dan terhormat bagi Partai Demokrat untuk bersikap mandiri serta tidak perlu meminta-minta dari pihak manapun untuk sebuah kekuasaan. Demokrat bisa menjadi penyeimbang yang kritis dan cerdas bagi pemerintahan yang ada. Walaupun tidak ada di pemerintahan,” ujar SBY. Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan Partai Demokrat punya suasana psikologis yang siap untuk berada di luar kekuasaan. “Ini menunjukan Pak SBY dan Partai Demokrat menunjukkan secara eksplisit bahwa mungkin ini menjadi prasyarat yang penting bagi kekuatan lain. Partai Demokrat mungkin saja memposisikan diri di luar kekuasaan kalau opsi-opsi yang paling rasional bagi pilihan Partai Demokrat menjadi sangat terbatas,” ujarnya.jk/ka

Beli Mobil Pakai Koin BEIJING (Surabaya Sore) – Seorang pria di China membuat heboh dunia maya setelah berita tentang dirinya yang membeli sebuah mobil dengan menggunakan uang koin. Tak tanggung-tanggung, koin yang dibawa pria itu memiliki bobot yang mencapai 5.000 kg alias 5 ton. Karena kerepotan dalam menghitung jumlah recehan, akhirnya para sales yang bertugas meminta pria tersebut membayar setengah dari nilai mobil yang dibeli dengan uang recehan. Sedangkan sisanya dibebankan ke kartu kredit. Koin yang setara

dengan nilai US$16.000 atau sekitar Rp 182 juta itu membuat seluruh karyawan dealer mobil tersebut harus melakukan menghitung seharian Tidak diketahui bagaimana cara pria itu membawa koin seberat 5 ton ke dealer mobil. Tidak disebutkan juga mobil apa yang akan ia beli. Namun, pada tayangan NBC News, terlihat ada logo merek lokal China, Soueast, yang merupakan mitra dari Mitsubishi. Produsen lokal ini juga punya kerjasama dengan Chrysler untuk menjual Dodge Caliber dan Caravan.bj/ka

WASHINGTON (Surabaya Sore) – Mahasiswa Muslim di kampus Western Washington University, Amerika Serikat (AS), menggelar Islamic Awareness Week atau Pekan Kesadaran Islam. “Tujuan acara ini adalah menyentuh banyak kesalahpahaman dan penafsiran yang salah tentang Muslim dan Islam karena seringkali mahasiswa dan anggota masyarakat tidak benar-benar tahu tentang Islam,” kata salah seorang panitia, Nafeesa Imtiaz, Senin (19/5/2014). Acara yang digelar setiap tahun oleh Western Washington University – Muslim Student Association (WWU MSA) ini diisi diskusi mengenai isu jilbab. Di acara itu

juga dihelat diskusi dengan mengundang pembicara tamu untuk mengatasi kesalahan persepsi siswa tentang Islam. Seperti, isu yang beredar di kalangan masyarakat mengenai isu jilbab Islam, atau hijab, bagi perempuan yang kemudian diskusikan. Imtiaz mengaku, mengenakan jilbab adalah bentuk kerendahan hati seseorang di tengah kehadiran teman-temannya, masyarakat dan keluarga yang didasarkan pada karakter dan kepribadiannya. “Tujuan memakai hijab tidak untuk menindas wanita. Secara pribadi, saya pikir memakai jilbab sangat membebaskan,” kata Imtiaz.” Pekan Kesadaran Islam tersebut menurut Imtiaz juga merupakan cara untuk mem-

erangi kebodohan dan mendidik siswa Barat tentang Islam. Selama ini pengetahuan tentang Islam hanya didasarkan dari pemberitaan media yang keberimbangannya masih dipertanyakan. “Jadi kami ingin menyentuh itu dan menjawab pertanyaan atau mengatasi setiap kesalahpahaman orang,” ujarnya. Melalui kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menyebarkan kesadaran dan inklusif bagi siapa saja yang hadir. Imtiaz juga menjamin tidak ada diskriminatif dalam proses pembelajaran tersebut. “Kami tidak membeda-bedakan siapa pun, kami selalu menjaga acara yang sangat umum, dan kami juga mencoba untuk tidak terlalu spesifik tentang agama,” katanya.ws/ka


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.