Tabloid 98

Page 1

EDISI

98

XIX/JUNI 2014

LAPORAN KHUSUS Sebuah Penelusuran Saat ‘Putih’ Diagung-agungkan

PODJOK SUMUT Mes Pemprovsu ‘SukarnO’ Sejarah yang (Mungkin) Terlupakan

Rp 3000 ISSN 1410-7384

SUARAUSU.CO


2 suara kita lepas

Jangan Sepele

SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

suara redaksi

pada SOP

Redaksi

D

i usia ke-62 tahun ini, Standar Ope rasional dan Prosedural (SOP) fasilitas USU masih belum ada. Padahal keberadaannya dinilai penting. Pada dasarnya, SOP akan digunakan sebagai ketentuan baku yang mengatur penggunaan fasilitas di USU. Mulai dari perencanaan, pengadaan hingga pemeliharaan. Sampai saat ini, yang punya SOP hanya penggunaan bus kampus. Sementara untuk fasilitas gedung, pemakaiannya, hingga cara memperbaikinya bila rusak karena kecelakaan atau bencana alam belum dibuat. SOP untuk gedung-gedung kuliah, laboratorium, dan aula belum ada. Sayangnya, tak ada target untuk membuatnya. USU melalui Pembantu Rektor (PR) V Yusuf Husni dan jajarannya mengaku tengah menyiapkan SOP yang bisa digunakan untuk jauh-jauh hari. Tapi tak kunjung selesai. Dan seperti yang dibilang sebelumnya, belum ada target kapan selesai. Bisa dibilang, SOP sebenarnya adalah kebutuhan yang wajib ada, yang harusnya sudah ada sejak perencanaan baru dikemukakan. Bila sedang membangun gedung, SOP inilah yang harusnya dijadikan patokan. Sebab, SOP mengatur apaapa saja yang diperlukan si bangunan agar baik adanya saat digunakan kelak. Termasuk langkah yang diambil jika terjadi kerusakan. Sehingga bila itu terjadi, tak ada pihak yang kelabakan. Namun, apalah daya. Sebab tak adanya SOP ini, perbaikan gedung Laboratorium (Lab) Bio logi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) September tahun lalu sempat terkatung-katung prosesnya. Baru Maret, proposal permintaan perbaikan dari pihak dekanat FMIPA ditanggapi rektorat. Dijanjikan akan diperbaiki dengan dana Anggaran Pengeluaran Belanja Negara (APBN). Pun hanya perbaikan lab. Belum penyediaan kembali peralatan dan bahan lab. Untuk hal tersebut, baru akan diusahakan 2015. Lamanya proses ini karena tersandung di SOP yang tak ada. Pihak rektorat sempat khawatir jika diperbaiki dan terbakar lagi, sementara SOP tak kunjung ada, maka kerugian berganda yang akan didapat. Tak hanya di situ. Harga penyewaan gedunggedung aset USU juga kecipratan tak jelas. Pasalnya, dalam SOP seharusnya bisa diatur siapa yang bisa menggunakan gedung-gedung tersebut dengan syarat-syarat tertentu, dan daftar harga yang jelas. Seperti yang dilakukan Universitas Brawijaya. Rektornya mengeluarkan Surat Keputusan tentang Prosedur dan Penetapan Bersama Fasilitas Universitas Brawijaya. Isinya hanya tiga lembar dengan sampul. Poinnya hanya terdiri dari tiga pasal. Sederhana, tapi penting. Sementara USU meletakkan pengelolaan aset dan fasilitas untuk ditangani PR V. Termasuk pengelolaan dan penentuan tarif. Selama ini, tarifnya tergantung siapa yang pakai. Orang dalam USU bakal didiskon sedikit daripada mereka yang orang luar USU. Bila sistem ini yang terus-terusan bakal dipakai, maka laporan keuangan USU juga bakal kacau. Tarif yang tak jelas ialah sumbernya. Dengan segala pertimbangan di atas, maka sudah saatnya sadar untuk tidak sepele dengan SOP! Nyata terpampang, kalau ia penting untuk ada.

Kunjungan Media

Anggota SUARA SUARA USU melakukan kunjungan media ke Metro TV, Jumat (25/4). Anggota SUARA USU berkunjung untuk mengetahui cara kerja media televisi. YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU

Salam Jurnalistik!

T

ahun 2014 sudah memasuki bulan keenamnya. Kali ini, Tabloid SUARA USU kembali muncul dengan edisi ke-98. Berbekal dua edisi tabloid sebelumnya—96 dan 97—pada kepengurusan kali ini, tabloid ini kami yakini dapat melengkapi berbagai kekurangan pendahulunya. Mega Proyek Kampus USU II Kwala Bekala diproyeksikan menjadi kampus kedua USU setelah kampus USU Padang Bulan yang kita tempati selama ini. Proyek besar-besaran yang menghabiskan duit triliunan rupiah ini ternyata harus tertatih-tatih untuk selesai. Lahan seluas tiga ratus hektare yang disiapkan nyatanya masih rimbun oleh ilalang, bahkan ladang sawit. Sekelumit sejarah si Kwala Bekala dan riwayatnya kini kami hadirkan kepada Anda dalam rubrik Laporan Utama. Sementara itu di asrama mahasiswa, penghuninya harus rela hijrah dulu 22-27 Agustus men-

suara sumbang

datang. Alasannya, USU ingin menggelar Varsity Carnival Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle atau IMT-GT. Peserta karnival tersebut nantinya akan diinapkan di asrama mahasiswa. Ada juga kisah soal USU yang belum punya standar operasional alias SOP untuk aset-asetnya. Selain itu, persoalan klasik, peme rintahan mahasiswa rezim Muhammad Mitra Nasution tak kunjung tamat karena lembar pertanggungjawabannya yang masih bermasalah. Masih hangat-hangat pemilihan umum raya, Komisi Pemilihan Umum USU belum terima nama-nama untuk kursi majelis permusyawaratan mahasiswa universitas. Untuk rubrik Laporan Khusus, khusus kami informasikan kepada Anda laporan investigatif tentang suntik putih. Ternyata suntik putih untuk memutihkan kulit memiliki banyak peminat. Padahal badan kesehatan internasional mela rangnya. Patuekkon, prosesi membasuh wajah bayi dengan air oleh mem-

pelai wanita yang baru menikah. Dipercaya orang Suku Mandailing sebagai doa agar lekas lahir si buah hati. Saksikan lebih lengkap di rubrik Potret Budaya. Di rubrik Podjok Sumut, kami mengajak Anda ke salah satu daerah wisata tersohor Sumatera Utara, Berastagi. Siapa menduga, Mes Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) di sana pernah menjadi tempat pengasing an Sukarno. Tapi alih-alih dilindu ngi, Pemprovsu tak punya niat mengubahnya menjadi cagar budaya, malah dikomersilkan. Di halaman paling buntut, hadir Aldila Indryati, gadis dengan bakat boling. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2012 ini sekarang peboling nomor tujuh se-nusantara. Simak pergulatannya di rubrik Profil. Inilah sekelumit tentang tabloid ini dari Redaksi SUARA USU. Pada akhirnya, kami menginginkan Anda semua dapat menarik inti sari atas produk kami. Selamat membaca! (Redaksi)

suara pembaca

Dosen Jarang Masuk

Pemilih harus cerdas, jangan asal tangkap isu-isu oleh akun anonim di twitter! AUDIRA AININDYA | SUARA USU

Brilian Amial Rasyid, Presiden Mahasiswa USU 2014. Selamat ya, geng! Jangan sampe keterusan periodenya. Ralat Caption foto pada rubrik Laporan Utama halaman 4 edisi 97 seharusnya Pengurus Pema Farmasi bukan Pengurus Pema Fasilkom-Ti.

Dosen kami banyak yang jarang masuk, bahkan ada yang lebih dari tiga kali pertemuan. Padahal kalau mahasiswa yang tak masuk lebih dari tiga kali ada sanksinya yaitu tak boleh ikut Ujian Akhir Semester, tapi buat dosen tak ada sanksi nyata. Seharusnya dosen yang begitu juga dapat peringatan. Bagaimana pendidikan kita bakal berkualitas kalau seperti ini? Serly Ardila Ristialy Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011

Gedung untuk UKM Tenis Meja

Tolong dirikan gedung untuk UKM Tenis Meja, karena selama ini UKM Tenis meja dan UKM Bulutangkis berbagi gedung dan lapangan berlatih yang sama. Karenanya masing-masing anggota bermasalah dengan pembagian jadwal untuk latihan. Banyak yang tak dapat pembagian jadwal latihan karena jumlah anggota juga banyak. Gany Suadmajaya Fakultas Hukum 2010


SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

kata kita

suara kita 3 ­

Penggunaan Asrama Mahasiswa untuk IMT-GT,

U

Patutkah?

SU jadi tuan rumah Varsity Carnival Indonesia Malaysia Thailan(IMT-GT) 2014. Tanggal sudah ditetapkan, 22-27 Agustus nanti. Namun, panitia umumkan akan pakai asrama guna tekan pengeluaran. Sementara penghuni asrama disarankan menumpang dulu ke rumah saudara. Lantas bagaimana mahasiswa menilai kebijakan ini? Teks dan foto: Santi Herlina

Agung Pratama S – Fakultas Ilmu Budaya 2013 Saya kurang setuju, menurut saya asrama itu ditujukan ke mahasiswa. Kasihan jika mereka harus pindah dulu. Belum tentu mereka memiliki sanak-saudara di Medan ini. Bukannya masih ada tempat yang lebih layak untuk dipakai selain asrama agar tak memberatkan mereka? Lagian kan, fasilitas asrama itu khusus untuk mahasiswa bukan untuk sarana untuk acara-acara USU seperti ini.

Nurul Indah Astuti — Fakultas Farmasi 2013 Menurut saya, memang harus kita sediakan tempat tinggal mereka. Jadi mereka mau tinggal dimana lagi? Semuanya harus kita persiapkan dan sudah sepatutnya juga kan. Apa USU akan membiarkan mereka mencari tempat sendiri-sendiri, dan menyebar-nyebar. Bagaimana jangkauannya nanti ke USU? Dan apa USU bisa bertanggungjawab untuk keselamatan mereka? Kita sebagai tuan rumah. Menurut saya lebih baik mereka pakai asrama saja. Veni Ambarita – Fakultas Kesehatan Masyarakat 2013 Saya tidak setuju, karena mahasiswa yang di asrama itu belum tentu punya saudara, mereka kan rata-rata anak rantau. Apalagi untuk mereka mahasiswa dari papua, pasti bakalan susah cari tempat sementara. Kalau pun mereka tinggal di kos-kosan teman, kita kan tahu kos-kosan itu biasanya kecil dan sempit, Apa tidak menggangu orang yang mereka tumpangi nantinya. Rizki Zakaria – Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2011

Untuk ini saya setuju, karena menurut saya tidak masalah kalau asrama itu dipakai untuk sementara. Dan itu lah sebagai bentuk welcome kita sebagai tuan rumah. Lagi pula tempat yang dipilih sudah tepat dan memang layak untuk dipakai. jadi apa salahnya menurut saya. Kecuali kita menyediakan tempat yang tidak layak untuk dipakai. Kalau untuk mereka yang tinggal di asrama pindah hanya untuk enam hari saja, dan tidak masalah kan untuk itu. Charlan B Lombu — Fakultas Pertanian 2012 Saya tidak setuju, saya khawatir saja nanti bagaimana dengan penghuni asrama. Peserta IMT-GT kan bisa tinggal di hotel dan itu lebih layak dan lebih baik. Lagian belum tentu mereka mudah cari tempat tinggal sementara selama IMT-GT ini. Kalau masih bisa diusahakan di tempat lain kenapa enggak, agar mereka tak terganggu dan terkorbankan untuk kepentingan universitas.

konten

suara kita laporan utama opini dialog ragam

2-3 4-7 8 9 10-11

galeri foto podjok medan laporan khusus mozaik potret budaya

12 13 14-15 16-17 18

riset resensi iklan momentum profil

19 20 21-22 23 24

DESAIN SAMPUL: AUDIRA AININDYA

Diterbitkan Oleh: Pers Mahasiswa SUARA USU Pelindung: Rektor Universitas Sumatera Utara Penasehat: Pembantu Rektor III Universitas Sumatera Utara Pemimpin Umum: Gio Ovanny Pratama Sekretaris Umum: Guster CP Sihombing Bendahara Umum: Mezbah Simanjuntak Pemimpin Redaksi: Aulia Adam Sekretaris Redaksi: Erista Marito Oktavia Siregar Redaktur Pelaksana: Apriani Novitasari Koordinator Online: Lazuardi Pratama Redaktur Cetak: Ridho Nopriansyah, Sri Wahyuni Fatmawati P Redaktur Foto Cetak: Wenty Tambunan Redaktur Artistik: Audira Ainindya Redaktur Online: Rati Handayani Redaktur Foto Online: Andika Syahputra Reporter: Febri Rahmania, Tantry Ika Adriati Fotografer: Yulien Lovenny Ester G Desainer Grafis: Yanti Nuraya Situmorang Ilustrator: Yulien Lovenny Ester G Pemimpin Perusahaan: Ferdiansyah Sekretaris Perusahaan: Maya Anggraini S Manajer Iklan dan Promosi: Ika Putri Agustini Saragih Manajer Produksi dan Sirkulasi: Yayu Yohana Staf Perusahaan: Lamtiur Saputri Pasaribu Kepala Litbang: Renti Rosmalis Koordinator Pengembang­an SDM: Shella Rafiqah Ully Koordinator Kepustakaan: Mutia Aisa Rahmi Koordinator Riset: Fredick BE Ginting Staf Kepustakaan: Santi Herlina Staf Ahli: Tikwan Raya Siregar, Liston Aqurat Damanik, Shahnaz A Yusuf, Bania Cahya Dewi

ISSN: No. 1410-7384 Alamat Redaksi, Promosi dan Sirkulasi: Jl. Universitas No 32B Kampus USU, Padang Bulan, Medan-Sumatera Utara 20155 E-mail: suarausu_persma@yahoo.com Situs: www.suarausu.co Percetakan: PT Medan Media Grafika (Isi di luar tanggung jawab percetakan) Tarif Iklan: Rubrik Ragam (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Opini (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Potret Budaya (FC) Rp 1200/mm kolom, Rubrik Dialog (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Riset (FC) Rp 1200/mm kolom, Rubrik Momentum (BW) Rp 800/mm kolom, Halaman Iklan (BW) Rp 500/mm kolom, Rubrik Profil (FC) Rp 1500/mm kolom Informasi Pemasangan Iklan dan Berlanggan­an, Hubungi: 089617868091, 085763407464 Redaksi menerima tulisan berupa opini, puisi, dan cerpen. Untuk opini dan cerpen, tulisan maksimal 5000-6000 karakter. Tulisan harus disertai foto dan identitas penulis berupa fotokopi KTM atau KTP. Tulisan yang telah masuk menjadi milik redaksi dan apabila dimuat akan mendapat imbalan. Tulisan dapat dikirim ke email suarausutabloid@ymail.com


4 laporan utama

KANTOR

Mega Proyek Kwala Bekala, Antara Ada dan Tiada SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

Tempat ini merupakan pertemuan rapat di gedung ini, Kamis (15/5). Semak belukar menutupi bangunan, . YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU

Gedung Semu

di Tanah

Kwala Bekala

Koordinator Liputan: Tantry Ika Adriati Reporter: Sri Wahyuni Fatmawati P, Yayu Yohana, Ika Putri A Saragih, dan Tantry Ika Adriati Tantry Ika Adriati Tahun 2020 jumlah mahasiswa diprediksi meningkat dua kali lipat. Tak ada pilihan lain, kampus kedua USU solusi paling memungkinkan. Di Kwala Bekala, Deli Serdang awal 1997 silam terdapat tanah kosong seluas enam ratus hektaree. Masih ditumbuhi pohon-pohon dan rumput liar. Ada juga perkebunan sawit milik Perseroan Terbatas Perkebunan Negara (PTPN) II. Tak ada perumahan penduduk maupun bangunan yang berdiri di sekitar lahan. Melihat hal itu, Prof Chairuddin Panusunan Lubis (CPL), rektor kala itu memu-

tuskan untuk meminta kepemilikan atas tanah kosong untuk lokasi kampus kedua USU. Permintaan lahan bukan tanpa alasan. Di akhir 1996, Prof CPL membayangkan akan sebanyak apa mahasiswa USU dua puluh tahun mendatang. Ia memprediksi jumlahnya akan mencapai angka 64 ribu. Jumlah ini bertambah dua kali lipat dari jumlah mahasiswa USU saat itu. Dengan luas kampus USU yang tidak mencapai seratus hektaree rasanya tidak mungkin menampung begitu banyak mahasiswa di kampus ini. Akhirnya Prof CPL berpikiran untuk membangun kampus kedua USU. Bukan tanpa alasan mence-

tuskan ingin membuat kampus kedua saat itu. Dengan kebutuhan USU yang mendesak terkait penggunaan lahan pada 2020 nanti, tidak mungkin proyek ini baru akan dilaksanakan di tahun 2020. “Mau di mana dapat tanah nanti?” ucapnya. Setelah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Utara (Sumut), Prof CPL mendapatkan Surat Keputusan (SK) atas kepemilikan tanah Kwala Bekala dari Gubernur Raja Inal Siregar. Proses pemindahan kepemilikan berakhir di tangan menteri keuangan pada 27 Februari 1997. Beruntung bagi Prof CPL, menteri keua-

ngan segera mengeluarkan surat persetujuan pukul 5 sore di hari itu juga. Untuk mengeluarkan sertifikatnya, Prof CPL menghubungi Ketua Badan Pertanahan Nasional, Prof Murphy. “Harganya nol rupiah, kita dapat tanahnya secara gratis,” ujarnya sambil tertawa. USU akhirnya memiliki hak kepemilikan atas tanah Kwala Bekala, namun sertifikat resmi yang dikeluarkan oleh gubernur baru didapat pada 2003. Tak banyak kendala yang dirasakan Prof CPL untuk mendapatkan lahan Kwala Bekala. Pun dengan proses birokrasinya. Ia mengatakan yang diperlukan hanyalah kerja keras. Prof CPL lalu membentuk tim kerja yang dipimpin oleh Any Hotma Pangabean. Pembentukan tim ini bertujuan untuk menyukseskan dan mempercepat pembangunan Kampus II USU Kwala Bekala. Tim yang resmi dibentuk pada tahun 2005 itu berjumlah kurang lebih lima belas orang. Wilayah kerja tim dibagi berdasarkan keahlian masing-masing. Tim ini adalah tim teknis yang terbagi atas arsitektur, sipil, lingkungan, informasi teknologi, dan mekanik listrik. Kepala Tim Pengembangan Kwala Bekala Achmad Delianur Nasution, membenarkan hal tersebut. Siste-

matika kerja tim ini standar. Delianur menjelaskan bahwa ada beberapa langkah yang dilakukan dalam pengerjaan proyek ini. Pertama, studi literatur dengan mempelajari segala aspek budaya, kebiasaan, dan fenomena yang berkaitan dengan masyarakat ataupun alam. Kemudian, penelitian lapangan berupa pengamatan langsung ke lokasi target pembangunan untuk mengetahui apakah tempat tersebut bisa memenuhi kebutuhan. Lalu, menganalisa berdasarkan bukti dan fakta yang terdapat di lapangan. Selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk gambar spesifik yang ada di lapangan setelah dilakukan analisa. Setelahnya, menyusun konsep dan mendiskusikannya dengan pemilik, yaitu USU sendiri. Terakhir persetujuan pemilik, setelah disetujui maka tim bisa mulai bekerja dan memberikan laporan kerja dengan dokumen kepada pemilik setelah tugas terselesaikan. SK pertama turun di tahun 2005. Sejak saat itu pula Delianur dan timnya diperintahkan untuk membuat master plan. Ialah perencanaan makro sebuah proyek pembangunan. Akan menjadi apa nantinya dan akan dibagaimanakan selanjutnya pembangunan tersebut. Semuanya berpedoman kepada master plan tersebut.


Mega Proyek Kwala Bekala, Antara Ada dan Tiada SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU

RESMI

Batu persemaian Kwala Bekala, Kamis (15/5).

Tak hanya itu, master plan digunakan agar arah pembangunan dan kerjanya jelas. Master plan ini dibuat berdasarkan studi kelayakan. Tentang tipologi tanah, kondisi iklim, cuaca, air, dan masyarakat. Setelah melakukan analisa barulah dibuat master plan. “Master plan Kwala Bekala dirancang untuk dua puluh lima tahun ke depan, jadi target pencapaian kerjanya sekitar tahun 2020-an. Tercapai tidaknya nanti tergantung kelancaran anggaran pemba-ngunannya sendiri juga,” terang Delianur. Setelah master plan selesai langsung diserahkan kepada rektor dan disahkan oleh senat pada tahun 2006. Master plan yang telah siap bisa dilihat dalam bentuk peta tematik yang terpajang di ruang Azwar Helmy, Sekretaris Program kerja (Progja) Pengembangan Kampus USU Kwala Bekala. Ia jelaskan di sana akan dibangun wadukwaduk yang alirannya dari air sungai sejenis water form. Lalu akan ada juga pembangunan jembatan penghubung antara zona-zona yang ada di sana. Prof CPL menerima kucuran dana dari Pemerintah Provinsi Sumut tahun 2009. Dimulailah hiruk-pikuk pembangunan di Kwala Bekala. Pagar pembatas adalah bangunan yang pertama kali berdiri. Setelah selesai, Prof CPL menemui Bupati Deli Serdang. Ia berusaha menghubungkan satu daerah dengan lainnya. Tujuannya untuk memudahkan mahasiswa dan masyarakat mengakses jalan dengan mudah dan cepat. Ia buatlah jalan lingkar. Lalu, jalan masuk kedua seluas 60 ribu meter persegi didapatkan USU dari pemilik

jalan di dekat Kebun Binatang Medan. Hingga kini bentuknya masih tanah merah yang ditimbun batu. Kemudian, lahan seluas lima puluh hektare dijadikan lahan arboretum USU oleh Menteri Kehutanan. Arboretum merupakan kebun botani yang mengoleksi berbagai jenis pepohonan di dalamnya. Nantinya, arboretum akan digunakan untuk penelitian dan praktik oleh mahasiswa. Prof CPL mengaku tidak banyak uang yang dikeluarkan untuk pemeliharaan lahan tersebut. Untuk biaya jaga malam kepala desa setempat dengan beberapa pemuda hanya menghabiskan Rp 2 juta per bulan. Itu juga termasuk biaya lelah tukang pasang arboretum. Tepat tanggal 31 Maret 2010, Prof CPL menyelesaikan jabatannya sebagai orang nomor satu di USU. Pembangunan Kampus II USU Kwala Bekala pun beralih ke masa Rektor Prof Syahril Pasaribu. *** Lahan arboretum di Kampus II USU Kwala Bekala sudah mulai digunakan mahasiswa Fakultas Pertanian (FP) tahun 2012 lalu. Praktik dan penelitian mahasiswa dikerjakan di Kampus II USU Kwala Bekala. Saddam, Gubernur Fakultas Pertanian (FP) tahun 2011 turut merasakan penggunaan lahan arboretum seluas lima puluh hektare tersebut. Menurutnya mahasiswa FP memang butuh lahan yang lebih untuk praktikum. Selain kebutuhan praktikum, jumlah mahasiswa yang bertambah juga menjadi salah satu pendorongnya. “Kwala Bekala memang cocok untuk lahan FP,” ujarnya.

Namun ia menyayangkan belum adanya pembangunan gedung untuk Fakultas Pertanian (FP) di Kampus II USU Kwala Bekala. Ia paparkan berat bagi mahasiswa harus pulang balik ke Kwala Bekala untuk praktikum. Sementara kampusnya masih berdiri di Padang Bulan. Ditambah lagi jalan akses ke Kwala Bekala yang terbilang sulit. “Jalanannya rusak, jadi susah untuk ke sana,” ujar Saddam Sementara Gubernur FP Anry Tulus Sianturi masih belum merasakan penggunaan lahan arboretum tersebut. “Beberapa mahasiswa memang ada yang praktikum disana,” ujarnya. Namun karena jalan akses yang sulit ia lebih memilih praktik di lahan kampus USU Padang Bulan. Menurutnya pihak rektorat belum serius betul untuk melakukan pembangunan di Kwala Bekala. Apalagi jalan akses ke Kwala Bekala belum diperbaiki. Waktu mahasiswa FP dipindahkan ke Kampus II USU Kwala Bekala masih simpang siur. “Kita belum dikasih tahu kapan akan pindahnya,” ujarnya. Mengetahui sampai sekarang masih belum ada pembangunan di Kwala Bekala, Tulus pun lebih setuju jika pihak rektorat merenovasi gedung d i FP. “Kan lebih jelas untungnya bagi mahasiswa.” Padahal wacana pemindahan

laporan utama 5 mahasiswa FP ke Kwala Bekala sudah sejak 2011 ia dengar. Delianur akui memang jalan ke Kwala Bekala yang masih rusak menjadi kendala. Itu jugalah salah satu hambatan pembangunan di Kwala Bekala. Pun tak ada arus listrik. Lagi-lagi dana jadi kendalanya. Sejak tahun 2011 Prof Syahril sudah mencoba meminta anggaran untuk pembangunan gedung di Kampus II USU Kwala Bekala melalui dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tetapi jawaban dari pemerintah: tidak ada anggaran untuk pembangunan gedung baru di Kwala Bekala. Sambil menunggu kucuran dana, Prof Syahril menurunkan SK kepada Delianur beserta timnya di tahun 2012. Tak ada perubahan pada tim, karena sistem kerjanya sendiri bersifat berkelanjutan. Tim ini disebut sebagai tim pengembangan Kwala Bekala. Satu per satu bangunan didirikan walaupun belum maksimal. Mulai dari pendopo, asrama mahasiswa, pos-pos jaga, gudang, beberapa kantor administrasi, pagar pembatas, bengkel dan gapura. “Sesuai perintah, kami bangun beberapa bangunan fisik. Pun itu dari sisa (dana –red) pembangunan rumah sakit USU,” tambah Azwar. Kini keadaan Kampus II USU Kwala Bekala terlihat memprihatinkan. Lima belas kilometer dari Kampus USU Padang Bulan, gapura sederhana menjadi pemandangan awal yang dilihat di daerah itu. Memasuki gapura, ada bangunan satu lantai yang dijadikan tempat pertemuan, berhadapan dengan pendopo. Di seberang ruang pertemuan, terdapat delapan rumah penjaga kampus, asrama mahasiswa, dan bengkel. Rumput liar, cat kusam, dan lobang terlihat di setiap bangunan. Seperti bengkel bus kampus, temboknya hanya ada di sebagian sisi dan kondisinya rusak. Asrama mahasiswanya kosong, toiletnya rusak dan tidak ada keran yang berfungsi. Gagang pintu pun tak bisa digunakan. Pembantu Rektor V Yusuf Husni cerita. Ia bilang memang tidakmemberikanpemeliharaan yang lebih untuk bangunan sementara tersebut. K a t anya, bangunan sep-

erti asrama mahasiswa dan ruang pertemuan yang masih terdiri dari kerangkanya tidak perlu mendapat pemeliharaan lebih. “Kalau dicat, diperbaiki jendelanya, nanti rusak lagi oleh orang-orang tak bertanggungjawab,” kata Yusuf. Pun bangunannya belum digunakan sepenuhnya oleh mahasiswa USU. “Pemeliharaannya lebih untuk lahan-lahan yang dipakai itu, seperti arboretum,” ujarnya. Ia memang fokus untuk mempertahankan lahan Kampus II USU Kwala Bekala. “Bukannya tidak luas lahan 300 hektare itu,” ungkap Yusuf. Seiring berjalannya tahun 2014, tenggat waktu pembangunan Kampus II USU Kwala Bekala semakin dekat. Saat disinggung tentang pembangunan Kwala Bekala seusai kepemimpinannya, Prof CPL berkometar singkat sambil tersenyum. “Saya tidak tahu. Tapi pemetaan yang sudah ada seyogianya sudah terealisasi di tahun 2015,” tambahnya. Menurut Prof CPL, yang paling dibutuhkan untuk pembangunan Kampus II USU Kwala Bekala adalah bagaimana mencari koneksi dengan pihak lain untuk pengadaan dana. “Saya membangun ini dari nol, tidak ada dana. Kalau kita memang niat, semuanya pasti bisa.,” sambungnya. Kerja tim ahli pembangunan Kampus II USU Kwala Bekala belum ada tahun ini. Pun SK-nya belum diturunkan rektor Prof Syahril. Namun Delianur katakan tim ahli sudah selesai membuat pemetaan Fakultas Kehutanan yang rencananya akan dibangun tahun 2015. “Tinggal pembangunannya saja lagi,” ujar Delianur. Prof Syahril pun memaparkan kerja tim ahli sudah selesai, pemetaan dan perencanaan sudah dibuat. “Jadi kita fokus untuk pembangunannya saja,” kata Prof Syahril. Prof Syahril kini sedang mengusahakan bekerjasama dengan pihak ketiga untuk pembangunan gedung di Kwala Bekala.

AUDIRA AININDYA | SUARA USU


6 laporan utama

Mega Proyek Kwala Bekala, Antara Ada dan Tiada SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

Kendala Dana Mega Proyek Kwala Bekala

GAPURA

Gapura Kampus II USU Kwala Bekala, Kamis (15/5). Pembangunan kampus yang berdiri di atas lahan seluas tiga ratus hektare itu masih terkendala dana hingga sekarang. YULIEN LOVENNY ESTER | SUARA USU

Mutia Aisa Rahmi Empat belas tahun lahan dimiliki USU. Hingga kini, tak ada gambaran jelas proyeknya. Katanya, anggaran menjadi kendala terbesar.

Saya sudah usahakan, adakan presentasipresentasi. Tapi memang enggak ada yang mau kerja sama dengan USU,” keluh Prof Ningrum Natasya Sirait, Pembantu Rektor (PR) IV terkait perkembangan pembangunan Kampus II USU Kwala Bekala. Sore itu, 23 Mei lalu, Prof Ningrum sesalkan tak ada satupun kerja sama dengan pihak swasta yang diperoleh USU. Penyebabnya adalah lo-

kasi kampus yang terpencil dan akses jalan yang belum terealisasi. Hibah adalah bentuk kerja sama yang dicari, bisa berupa pembangunan gedung atau fasilitas yang dibiayai. Inilah jalan lain yang ia telusuri untuk hadapi sandungan anggaran yang besar. Katanya, pembangunan ini habiskan dana Rp 3 triliun, padahal USU tak miliki anggaran sebanyak itu. Anggaran dari universitas tak ada bukan tak dianggarkan, namun karena memang tak cukup untuk biayai pembangunan. Karenanya, sejak 2006, anggaran pembangunan Kampus II USU Kwala Bekala tak masuk ke dalam anggaran universitas. Azwar Helmi, Sekretaris

Tim Ahli Pembangunan Kampus Kwala Bekala menggambarkan presentasi dilakukan dengan memaparkan hasil rancangan pembangunan berupa master plan, serta gambaran pembangunan yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Tak hanya presentasi hasil rancangan, pengajuan proposal perkenalan pembangunan juga dilakukan. Proposal itu diberikan kepada orang atau instansi yang mau berikan hibah. Semuanya dilakukan setiap tahun, semenjak 2012. Namun, masih belum ada kerja sama yang terjalin. Menurut Prof Ningrum, peran pemerintah sangat besar dalam realisasi proyek ini, saat ini USU bergantung

pada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Ia berharap pemerintah mengalokasikan anggaran. “Pemerintah minta kita untuk tingkatkan jumlah penerimaan mahasiswa, kita tunggulah sokongannya untuk wujudkan ini,” ujar Prof Nigrum. Senada dengan Prof Ningrum, Coki Ahmad Syahwier, pengamat perencanaan pembangunan sekaligus dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnisberikan gambaran mengenai proses perencanaan pembangunan kampus USU. Katanya dalam realisasi, pemerintah memang miliki peran besar di dalamnya. Karena pemerintah miliki

tanggung jawab terhadap USU, yang merupakan salah satu perguruan tinggi negeri (PTN). Selain bergantung pada APBN dan APBD, pihak swasta juga menjadi salah satu solusi untuk keterbatasan anggaran. Pasalnya, dalam penyusunan rancangan APBN dan APBD, pemerintah miliki fokus dalam setiap susunannya. “Kadang dalam penyusunan APBN dan APBD, pemerintah punya fokus sendiri dan mungkin pembangunan Kampus II USU Kwala Bekala ini belum menjadi prioritas,” ujarnya. Contohnya dalam satu tahun pemerintah fokus dalam perbaikan fasilitas umum, jadi dananya dianggarkan ke sana, namun apabila pemer-


Mega Proyek Kwala Bekala, Antara Ada dan Tiada SUARA USU, EDISI 98, juni 2014 intah fokus pada penambahan fasilitas pendidikan maka baru dianggarkan. Achmad Delianur Nasution, Ketua Tim Ahli Pembangunan Kampus Kwala Bekala cerita, sebelumnya USU telah dua kali ajukan proposal pembangunan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), namun belum ditanggapi hingga sekarang. Namun, katanya anggaran yang dibutuhkan tak kunjung cair istilahnya tak masuk anggaran yang dibuat oleh pemerintah pusat. Menambah hambatan yang dihadapi akibat tak adanya pihak swasta yang mau bekerja sama. Tak adanya bayangan realisasi anggaran menjadi penyebab tak bergeraknya pembangunan di lahan seluas 300 hektare itu. Semua rencana pembangunan belum dike tahui pasti kapan akan mulai dilaksanakan. “Semua tergantung anggaran,” ujar Delianur.

Tak Hanya Dana yang Jadi Kendala Bukan hanya dana yang harus dipikirkan. Ada lagi yang lain, akses jalan. Hingga kini realisasi rencana pembangunan akses jalan belum terlaksanakan. Padahal akses jalan menjadi alasan para investor berpikir dua kali memberikan uangnya untuk pembangunan kampus ini. Pembangunan akses jalan ini sebenarnya dapat diatasi dengan cairnya anggaran yang akan diberikan oleh pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Deli Serdang, maupun pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara. Namun, hingga saat ini belum ditemukan harapan cerah untuk itu. Tak ada pergerakan, yang bisa dilakukan hanya melobi agar rencana ini segera direalisasikan. PR V Yusuf Husni bilang telah mengadakan pertemuan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Deli Serdang untuk membahas permohonan pembangunan akses jalan pada pertengahan Mei lalu. Permohonan yang diajukan adalah jalan sepanjang dua kilometer dengan lebar sepuluh meter. Namun masih belum ada hasil akhirnya. “Kita tunggu saja,” tambahnya Kini, gambaran pembangunan ke depannya masih belum ada. Pun tim ahli yang sedang vakum saat ini, sebab surat keputusan (SK) tahun ini yang belum turun. Delianur bilang tak ada kegiatan yang dilakukan

timnya saat ini. “Enggak ada anggaran, apa yang mau dibangun?” ujarnya. Tak bisa dipastikan kapan pembangunan akan berlanjut. Sebenarnya tim sudah selesai membuat rencana pembangunan Fakultas Kehutanan dan Fakultas Pertanian di sana. Bangunannya akan di dirikan di zona akademik

Enggak ada anggaran, apa yang mau dibangun?” Achmad Delianur Nasution Ketua Tim Ahli Pembangunan Kampus Kwala Bekala bagian selatan dengan luas delapan ribu meter persegi. Perencanaan tersebut adalah hasil evaluasi yang dilakukan tim tersebut berdasarkan SK yang diterima di 2012 silam. Mendengar hal tersebut Andi Syahputra, Mahasiswa Kehutanan FP 2011 berharap realisasi pembangunan segera dilakukan. Terlebih gedung untuk Kehutanan yang sudah direncanakan. Pasalnya, gedung kuliah yang ia dan teman-temannya gunakan sudah tak memungkinkan lagi. “Gedungnya kecil, sempit,” tuturnya. Lokasi kampus yang kelak akan lebih dekat dengan arboretum juga akan memudahkan kegiatan akademik. Apalagi lahan yang disediakan lebih luas dibanding dengan yang ada di Kampus USU Padang Bulan. Andi mengaku memang sudah beberapa kali mengunjungi Kampus Kwala Bekala untuk pratikum. Ia menya yangkan keadaan kampus yang masih kosong dan akses jalan yang buruk. “Geraknya lambat,” sahutnya. Pun dengan SK tim ahli, sudah tak berlaku lagi karena pelaksanaan tugas yang tertuang dalam SK dinilai telah selesai. Untuk gambaran SK selanjutnya, tim ahli hanya bisa menunggu instruksi. Karena memang sejak awal, seluruh kegiatan yang dilakukan tim sesuai instruksi PR IV. Tak ada timeline. Pembangunan yang telah dibuat dapat dilaksanakan jika telah ada anggaran. Namun, dijelaskan Coki, dalam teori perencanaan pembangunan seharusnya terdapat perencanaan dimensi waktu atau timeline. Tahapan ini berguna sebagai patokan agar realisasi rencana pembangunan selesai tepat waktu. “Perencanaan pembangunan yang baik itu

adalah perencanaan pembangunan yang tepat waktu,” jelasnya.

Pemeliharaan Aset Fokus pada Lahan Ada Majahari di sana— penjaga sejak 2004 silam— yang bertanggung jawab untuk pemeliharaan di Kampus USU Kwala Bekala. Yang dipelihara hanya lahan, tak termasuk bangunan. Di sana, ia juga menjaga ternak milik USU, ada rusa, sapi, dan kambing. Ia ceritakan kala ia membutuhkan alat angkut rumput berupa becak yang di dapat awal tahun, ia dapatkan satu dari dua unit yang ia minta. Pun kondisi becak sudah tua. Tak hanya pemeliharaan hewan ternak, ia juga bertanggungjawab memelihara kebersihan lahan di sana. “Yang dibersihkan, ya, cuma lahan di sekitar sini saja, kalau sampai keseluruhan lahan, enggak cukup tiga orang yang menangani,” ungkapnya. Majahari dibantu oleh dua orang penduduk sekitar. Yusuf Husni membenar kan pemeliharaan yang dilakukan sebatas itu saja, dan tak ada anggaran yang besar untuk pemeliharaan bangunan-bangunan yang telah ada di sana. Ia menilai, anggaran yang besar tak diperlukan untuk pemeliharaan gedung yang masih belum digunakan tersebut. Pemeliharaan lahan yang dianggarkan sebatas menjaga kebersihan lahan, dan itulah yang dilakukan oleh Majahari beserta dua orang lainnya, “Anggarannya cuma untuk menjaga kebersihan, itu dibuat tiap tahunnya,” ujar Ahmad Hatib, Kepala Biro Aset USU. Yusuf bilang, pemeliharaan yang dilakukan dengan mengutus Majahari dan dua orang lainnya, telah cukup untuk melakukan pemeliharaan aset di sana. Terutama lahan yang rentan diambil alih oleh masyarakat. Namun, Majahari menilai anggaran pemeliharaan yang diberikan tak cukup. Bukan karena jumlahnya, namun karna anggaran tersebut sering mandek. Hingga dana pemeliharaan yang ia terima tak cukup untuk mendanai pakan ternak serta pemeliharaan peralatan-peralatan kebunnya. Dana yang dijanjikan adalah sebesar satu juta rupiah untuk tiap bulan, namun dana tersebut tak selalu cair di setiap bulan “Enggak cukup, karna sejak awal tahun, baru dua kali kami dapat dana yang dijanjikan,” ungkapnya.

laporan utama 7 RISET LAPORAN UTAMA JAJAK pendapat ini dilakukan dengan melibatkan 490 mahasiswa, terdiri dari 50,2 persen laki-laki dan 49,8 persen perempuan. Sampel diambil secara accidental dengan mempertimbangkan proporsionalitas di tiap fakultas. Dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan sampling error 5 persen, jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh mahasiswa USU. (Litbang) 1. Apakah Anda mengetahui atau tidak mengetahui rencana pembangunan Kampus II USU Kwala Bekala?

Tahu 49,4%

Tidak Tahu 50,6%

2. Dari mana Anda mengetahui informasi mengenai rencana pembangunan Kampus II USU Kwala Bekala?

Sumber Lain 9,9% Tahu 36,4%

Media Massa 14,9%

Dari Teman/ Orang Lain 38,8%

3. Menurut Anda, apakah pembangunan Kampus II USU Kwala Bekala dibutuhkan?

Tidak Tahu 23,7%

Ya 46,9%

Tidak 29,4% 4. Menurut Anda, apakah infrastruktur USU saat ini sudah atau belum sesuai dan cukup untuk menunjang kegiatankegiatan akademik?

Sudah 35,1%

Belum 64,9%


8 opini

SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

Indonesia dalam Perdagangan Bebas Internasional,

Ingin Terintegrasi atau Terhegemoni? Muhammad Yusuf Manurung Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan ilmu 2011

B

DOKUMENTASI PRIBADI

ergabungnya Indonesia dalam bentuk tren ekonomi global seperti Free Trade (perdagangan bebas) pastinya memiliki alasan. Dewasa ini perdagangan internasional merupakan karakter definitif bagi perekonomian setiap negara. Arus perdagangan berada pada tahap menuju kebebasan yang khas neoliberalis. Hambatan besar seperti teritorial dan tarif perlahan terkikis dan menuju fase peruntuhan. Perdagangan adalah aktivitas dominan dunia. Melihat pada sejarah, negara adidaya memiliki andil paling berpengaruh dalam terbentuknya perdagangan internasional. Sebagai negara pemenang perang dunia dan pembuat pengaruh ideologi yang inheren (liberal) juga tersebar begitu cepat kepada negara-negara lain khususnya negara-negara dunia ketiga. Sebagai negara berkembang, negaranegara dunia ketiga cenderung bergantung kepada negara adidaya sebagai pilihan untuk mampu mengejar ketertinggalannya. Negara adidaya, dengan paham Laissez Faire Laissez Passer, mereka menempatkan kebebasan pasar sebagai hukum yang mendorong kompetisi antar-pelaku ekonomi. Kompetisi adalah alat yang akan terus memicu eskalasi pertumbuhan perekonomian. Dengan status negara yang baru merdeka, pada masa itu Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya adalah peluang untuk memasukan pengaruh. Kebutuhan mendasar bagi negara-negara berkembang adalah modal, capital. Modal dibutuhkan seiring dengan pembangunan yang dimulai oleh negara-negara berkembang.

Maka munculah Internasional Mo netery Fund dan World Bank sebagai pelaku ekonomi global mengambi peran dan memberikan pengaruhnya yang terasa sampai sekarang. Kepraktisan, tuntutan mengejar ketertinggalan serta sumber daya pengetahuan yang kurang memadai menjadikan pinjaman kepada luar negeri adalah pilihan. Ekonomi global yang terus menga lami perkembangan beserta dinamikadinamika di dalamnya membuat dunia mulai memperbincangkan ekonomi secara bersama. Berbagai bentuk kerja sama di bidang ekonomi dibentuk untuk menyikapi ekonomi global. Mulai dari kerja sama yang sifatnya kooperatif hingga pada tahap integrasi. Secara garis besar Indonesia tergabung dalam tiga bentuk kerja sama besar ekonomi yang berujung pada perdagangan internasional yaitu dalam ASEAN Free Trade Area dan ASEAN Economic Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), serta World Trade Organization. Namun, perlu diingat bahwa cita-cita pertumbuhan ekonomi tersebut bisa terwujud jika kekuatan ekonomi antarnegara berimbang. Jika tidak, ia bisa jadi bumerang. Ujung-ujungnya adalah hegemoni. Seharusnya harapan keikutsertaan dalam perdagangan internasional merupakan pilihan sadar yang diambil negara ini. Sadar akan kondisi pendidikannya, sadar akan kualitas sumber daya manusianya, sadar akan kualitas birokrasi, politik demokrasi serta sadar akan citacita luhur perekonomian bangsa ini ketika didirikan dengan darah, nyawa, harga diri serta kepahitan dan kepekatan.

SURAT DAN PENDAPAT Jalan Universitas No. 32 B, Kampus USU, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara suarausutabloid@ymail.com

087748580282

Pers Mahasiswa SUARA USU

@SUARAUSU

Redaksi menerima tulisan berupa Opini, Puisi, dan Cerpen. Untuk Opini dan Cerpen, tulisan maksimal 5000-6000 karakter. Tulisan harus disertai foto dan identitas penulis berupa fotokopi KTM atau KTP. Tulisan yang telah masuk menjadi milik redaksi dan apabila dimuat akan mendapat imbalan.

YANTI NURAYA SITUMORANG | SUARA USU

Daya saing yang begitu ketat dalam perdagangan bebas tentunya tidak bisa ditanggapi dengan santai. Daya saing tersebut mampu menyebabkan dampak serius jika tidak punya kesiapan yang matang. Sudahkah kita siap bersaing dalam perdagangan bebas dengan negara lain dengan realitas pendidikan yang tim pang tidak merata? Pendidikan adalah hal yang sifatnya fundamental. Ketidakmerataan pendidikan di Indonesia serta mahalnya pendidikan saat ini adalah masalah serius dalam persiapan menghadapi perdagangan bebas. Selain pendidikan, masalah lain yang perlu diperhatikan yaitu kualitas proses dan alat produksi yang dimiliki pelaku ekonomi di Indonesia guna menciptakan produk yang berkualitas pula. Penghapusan tarif yang ada dalam kawasan perdagangan internasional menyebabkan alat proteksi negara terhadap barang impor menjadi hilang. Perlindungan modal kepada pe ngusaha kecil, petani dan pelaku ekonomi lainnya juga harus diprioritaskan sejak dini. Namun, gaung kebijakan serta

sosialisasi bagi masyarakat secara men yeluruh guna mempersiapkan ini semua belum terasa menghebohkan seperti hebohnya spanduk partai dan calon legislatif di 2014, sementara ASEAN Economic community sendiri akan terealisasi tahun depan yaitu 2015. Akibat perdagangan internasional, tidak menutup kemungkinan negara sebagai penguasa cabang-cabang produksi vital tidak mampu memberi peran yang besar dalam upaya penyejahteraan ekonomi rakyatnya. Pasar global dengan segala ciri kapitalismenya menjadi hukum ekonomi yang harus diikuti. Jika peran negara sebagai kontrol tertinggi dalam ekonomi berbangsa tergusur akibat perdagangan internasional berarti organisasi dan kesepakatan perdagangan internasional adalah superstruktur di atas negara. Sebuah supermasi ekonomi yang mampu melemahkan kekuatan negara berpotensi untuk memunculkan imperialisme se bagai bentuk penjajahan modern. Lalu, dengan semua realitas di atas masih perlukah kita terus ikut dalam perdagangan internasional?


SUARA USU, EDISI 98, jUNI 2014

dialog 9

Mebidangro, Metropolitannya Sumut

K

awasan strategi nasional (KSN) merupakan kawasan yang dikhususkan untuk fungsi-fungsi tertentu. Fungsinya dibagi ke dalam lima tipologi; ekonomi; lingkungan; sosial budaya; hukum; perta hanan dan keamanan; ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kini di Sumatera Utara telah dibangun KSN. Meliputi Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo (Mebidangro). KSN ini bertipologi ekonomi. Bakalan seperti Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok Tangerang dan Bekasi). Mebidangro akan menjadi KSN pertama dan satu-satunya di Sumatera hingga kini.

Kenapa KSN dibangun di Sumut ini?

Karena Peraturan Presiden No 62 tahun 2011 tentang pembangunan KSN Perkotaan Mebidangro. Kenapa Sumatera Utara (Sumut) yang dipilih? Mungkin karena Medan sudah termasuk kota metropolitan–jumlah penduduk lebih dari satu juta, fasilitas yang sudah lebih lengkap dibanding dengan kota lainnya. Letak wilayah yang dekat dengan luar negeri juga menjadi alasan.

SRI WAHYUNI FATMAWATI P | SUARA USU

Biodata

Nama: Anthoni Veery Mardianta

Sejak 2011, sudah apa-apa saja yang dipersiapkan untuk KSN ini?

Tempat dan Tanggal Lahir: Bukit Lawang, 28 Maret 1977 Alamat: Jalan Durung 106 F, Medan

Riwayat Pendidikan: - SDN Timbang Lawan (1987-1990) - SMP Negeri Bahorok (1990-1993) - SMA Negeri 1 Binjai (1993-1995) - S-I Teknik Planologi Institut Teknologi Bandung (ITB) (1996-2001) - S-II Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung (ITB) (2003-2005) - S-III Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung (ITB) (2011-sekarang)

Sekarang, apa yang sedang dilakukan terkait perencanaan KSN ini?

Bagaimana penentuannya hingga Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo yang menjadi bagian KSN di Sumatera Utara?

Sudahkah keempat pemerintahan daerah yang terlibat merumuskan persiapan apa yang akan dibuat selanjutnya?

Secara teknis siapa yang akan mengerjakan persiapan KSN?

Kelak saat sudah jadi KSN akan bagaimana?

Pengaruh seperti apa yang akan terjadi apabila KSN ini sudah selesai?

Setelah hampir empat tahun sejak Peraturan Presiden muncul, Sumatera Utara sedang dan akan terus mempersiapkan Medan menjadi kota metropolitan dengan semua standar yang ada. Simak wawancara reporter SUARA USU Sri Wahyuni Fatmawati P dengan Asisten Perencanaan KSN Perkotaan Mebidangro, Anthoni Veery Mardianta.

Sebenarnya tidak ada yang terbilang persiapan secara spesial. Perbaikan semua lini terus dilakukan. Penataan ruang dan pemukiman, perbaikan infrastruktur, peningkatan kualitas transportasi hingga penanganan limbah. Perbaikan pipa jalan dan penyediaan Satuan Angkutan Umum Massal–seperti Transjakarta–yang rencananya akan mulai dioperasikan tahun ini. Semua perbaikan dan peningkatan kualitas akan terus dilakukan hingga standar kota metropolitan terpenuhi. Sekarang sedang memonitoring Peraturan Presiden No 62. Istilahnya meninjau ulang. Menyesuaikan penetapan yang dibuat presiden dengan kebutuhan daerahnya, mulai dari tingkat provinsi hingga yang paling rendah. Peraturan yang dibuat presiden belum tentu cocok dengan kebutuhan provinsi dan daerahnya. Bisa saja ternyata tidak dibutuhkan. Itu yang ditinjau ulang, manamana saja yang dibutuhkan oleh KSN ini. Hasilnya itu yang akan dikerjakan. Pusatnya itu Kota Medan. Kota lainnya itu kota yang menyokong Medan. Penduduk Binjai itu hampir ke semuanya tinggal dan bekerja di Medan, istilahnya mereka bagian Kota Medan juga. Deli Serdang juga. Karo menyokong Medan dari lini pertanian. Dan seandainya Karo enggak ada, Medan sudah pasti kebanjiran dan terkena tanah longsor. Karena Karo menjadi daerah penghasil air dan penahan air untuk Medan. Hingga kini memorandum of understanding (MoU) di antara keempatnya belum dibuat, mereka belum duduk bersama dan membicarakannya. Desember tahun lalu MoU ini akan dibuat namun tertunda. Tidak tahu pasti alasannya. Rencananya minggu depan—16 atau 18 Juni—keempat kepala pemerintahan daerah akan mengadakan rapat koordinasi untuk berbicara hal ini. Tidak adanya MoU ini menjadikan fokus pengembangan wilayah untuk KSN tidak terasa. Padahal ini cukup penting. Karena semua kegiatan, peraturan dan ketentuan KSN ini dibahas dalam MoU.

Ini program kerja pemerintah pusat—Indonesia—untuk Sumut, untuk itulah penanggung jawab pelaksananya Gubernur Sumut. Dibantu oleh dinas-dinas yang berhubungan. Misalnya untuk mengatur tata ruang dan pemukiman dikerjakan Dinas Tata Ruang dan Pemukiman, penanganan limbah ditangani Dinas Kebersihan, perbaikan infrastruktur ditangani Dinas Pekerjaan Umum. Namun, sebenarnya dengan teknis kerja seperti sekarang cukup sulit. Perlu ada lembaga khusus yang menangani proyek ini. Mungkin ke depannya dibuat secara struktural. Jadi memang ada yang dikerjakan untuk proyek ini. Mereka yang memang fokus dan khusus dalam pengerjaannya. Itupun meliputi semua dinas-dinas yang terlibat. Itu berarti akses antarkota yang menjadi bagian perkotaan KSN akan menjadi lebih mudah. Baik transportasi dan administrasi perkotaannya. Diharapkan pengelolaan Mebidangro jadi satu untuk ke semua wilayah KSN. Contoh kecilnya akses jalannya enggak putus. Atau saat kita ingin mendapat izin pembukaan akses jalan di salah satu daerah KSN, izinnya akan lebih mudah diperoleh karena satu pengelolaan

Awalnya ini dibangun dengan tujuan agar menjadi pusatpertumbuhan ekonomi Indonesia bagian barat. Untuk itulah, pengaruh pertumbuhan ekonomi yang terpusat nanti jadinya akan menstimulus daerah-daerah di sekitarnya. Perekonomiannya tentu akan berkembang. Tak hanya sektor industri yang berkembang, sektor jasa juga bisa. Misalnya, perusahaan penyedia jasa, hotel, rumah makan juga akan berkembang. Namun tak menutup kemungkinan juga daerah-daerah di sekitarnya malah akan menjadi lamban. Tertutup oleh perkembangan ekonomi di pusat.


10 ragam

SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

Koordinasi Kabur Legislatif-Eksekutif Rati Handayani

Musyawarah Besar LPJ Pema USU belum terjadi hingga kini. Komunikasi buruk lembaga legislatif dan eksekutif ditengarai jadi sebab.

M

aret lalu, Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Muhammad (MPMU) Ibnu Sina menyebut akan menyelenggerakan Musyawarah besar (Mubes) Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Pema USU awal Mei kemarin. Walau telat satu setengah tahun, MPMU tetap akan gelar mubes itu. Sebab Ibnu berpedoman pada tata laksana organisasi mahasiswa. Mendengar kabar itu lewat media, Presiden Mahasiswa (Presma) USU Muhammad Mitra Nasution menyanggupi permintaan MPMU. Ia instruksikan mantan Sekretaris Jenderal Pema USU Ahmad Rivai Naibaho untuk menyusun draf LPJ. Walau telah menyusun LPJ-nya, Mi-

tra belum dapat surat undangan resmi dari MPMU. Begitu yang terjadi hingga minggu ketiga Mei. Jadilah Mubes LPJ Pema USU yang katanya akan digelar awal Mei tak terselenggara. Akhir Mei dipilih jadi waktunya. Penundaan ini karena pihak MPMU, terutama Ibnu, tengah sibuk. “Aku mau wisuda 4 Juni,” katanya. Namun rencana mubes akhir Mei pun tak terjadi. Hingga 1 Juni, MPMU belum juga layangkan surat resmi ke Pema USU. “Orang itu (Pema USU—red) juga enggak jelas lagi kemana,” katanya. Ibnu coba layangkan pesan singkat minta LPJ ke Mitra dan dipastikan pesan itu terkirim, namun tak dibalas. Di lain sisi, Mitra tak ingin memulai komunikasi tentang hal ini duluan. “Kami tak ingin kesannya kami yang menggurui. MPMU pasti lebih tahu tugasnya,” kata Mitra. Masalah di internal MPMU juga tidak kalah semrawut dibanding Pema USU. Anggotanya tak lagi lengkap 49 orang. Keempat wakil Ibnu pun telah wisuda. “Hanya tinggal beberapa anggotanya,” ujar Mitra.

Konsep mubes LPJ yang dipertanyakan Mitra baik tanggal maupun tempat tak dapat Ibnu pastikan. Siapa yang hadir baik dari MPMU maupun Pema USU, tak jadi soal. “Siapa yang bisa hadir saja,” katanya. Menanggapi keadaan ini, Presma USU pertama Sayfrizal Helmi bilang harusnya MPMU mengundang Pema USU secara formal untuk LPJ. Itu harus dilakukan secepatnya. Sebab PresmaWapresma USU Terpilih Brilian Amial Rasyid-Abdul Rahim telah ada. Namun Syafrizal punya opsi lain melihat suasana ‘darurat’ saat ini. Menurutnya, tak mungkin MPMU minta LPJ Pema USU, sebab MPMU pun tak maksimal menjalankan tugasnya selama ini sebagai pengawas. Untuk mubes LPJ saat ini pun Syafrizal menilai MPMU tak siap. Sebab ada persyaratan mubes LPJ yang harus dipenuhi, seperti jumlah peserta mubes yang harus kuorum. Syafrizal sarankan MPMU dan Pema USU rasional. “Ya kalau enggak bisa mubes secepatnya, langsung saja serah terima jabatan Mitra ke Brilian. Artinya

IMT-GT 2014 Persembahan untuk Tiga Negara Yulien Lovenny Ester G

Untuk sambut tamu tiga negara, gedung asrama mahasiswa dipugar. Penghuninya diminta mengungsi. SUSUNAN atap tanah liat ditumpuk rapi di halaman gedung. Ada banyak pasir bekas reruntuhan langit-langit atap di lantai ruangan. Kayu-kayu juga bertumpuk di sisi kiri dan kanan ruangan. Aula asrama putri tengah dipugar. Tak berselang lama, 24 Mei lalu, asrama putri mendapat pasokan kasur-kasur baru. Jumlahnya ada empat puluh. Jenis tempat tidurnya bertingkat dua. Ketika ditanya alasan pemugaran dan penggantian tempat tidur, seorang tukang menjawab “Untuk IMT-GT,” ujarnya. Sebetulnya proses pemugaran ini adalah lanjutan dari pemeliharaan tahun lalu. USU ASRI sudah memugar kamar mandi dan kamar asrama. Namun terkendala anggaran dan baru bisa direalisasikan tahun ini. “Anggaran (pemeliharaan gedung asrama –red) sedikit-sedikit,” ujar Devin Kepala Pelaksana USU ASRI. Proses tender hingga penandatanganan kontrak sudah selesai sejak Agustus tahun lalu. Nilai tarif penawaran untuk pemeliharaan kedua asrama ini mencapai Rp 1 miliar lebih. Pengerjaan tahun ini juga tak sesuai jadwal. Harusnya dimulai November mendatang. Namun dipercepat karena

adanya Varsity Carnival Indonesia, Malaysia, Thailand-Growth Triangle (IMTGT) Agustus nanti. Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan dan Kealumnian Hindun Pasaribu mengatakan asrama dipakai untuk menghemat anggaran lomba. ”Kalau kita sewa ada banyak pertimbangan dana, waktu untuk mengantar dan menjemput peserta, ada seribu peserta, sewa busnya lagi,” ujar Hindun Teknis pengosongan kamar asrama dimulai 20 Agustus. Saat itu USU memang libur. Namun, Hindun bilang jika ada mahasiswa yang masih di asrama, dia harus mencari tempat tinggal lain. Terkait hal ini, Ayu Tifanny, mahasiswa D-III Bahasa Inggris, menyayangkan sikap rektorat tersebut. Sebab tidak semua mahasiswa punya tempat tinggal lain. “Kasihan mereka yang tidak pulang kampung mau tinggal dimana?” ujar Ayu. Tarif Sewa Kamar Naik Pasca-IMTGT Selain itu, selesai IMT-GT tanggal 27 Agustus uang sewa asrama akan dinaikkan. Awalnya Rp 50 ribu per mahasiswa menjadi Rp 300 ribu. Jumlah mahasiswa per kamar juga berubah, dari empat jadi dua mahasiswa saja. Walau tak tahu akan naik, penghuni asrama terima-terima saja. Erni Fauziah, penghuni asrama blok A yang akan digunakan untuk IMT-GT mengaku tak masalah dengan kenaikan ini. “Kan sudah ada penambahan fasilitas seperti kasur, tempat tidur, ya wajarlah

enggak ada LPJ lagi dan Pema USU yang lama telah berakhir,” jelasnya. Perbaiki TLO Lalu Patuhi Masalah komunikasi bukan pertama kalinya terjadi. Pema USU dan MPMU selama ini tak ada komunikasi formal. Mitra bilang yang terbangun selama ini adalah komunikasi-komunikasi nonformal. “Kita ada membahas Pema USU, duduk di warung mana tapi ya ujung-ujungnya bergosip,” jelasnya. Pun rapat antara komisi di MPMU dan kementerian di Pema USU. Padahal, Mitra bilang, di sana harusnya dijalankan fungsi pengawasan MPMU terhadap Pema USU. Sayfrizal bicara. Secara administratif, LPJ Pema USU memang ditanya di akhir. Namun rapat komisi MPMU dan kementerian Pema USU harus dijalankan selama masa jabatan. “Selama ini lewat-lewat saja,” tambahnya Syafrizal coba menganalisis, anggota MPMU dan Pema USU bisa wisuda karena memang tidak ada diatur dalam TLO. Menurutnya tidak ada jalan lain selain lekas merubah panduan ormawa itu. “Kita mesti restart,” tutup Syafrizal.

YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU

RENOVASI ATAP

Dua pekerja memperbaiki atap aula asrama putri, Rabu (21/5). Menjelang persiapan IMT-GT, pengerjaan dimulai sejak April dan ditargetkan selesai akhir Juli mendatang.

ada kenaikan,” ujar Erni. Penghuni asrama lain Rizka juga mengatakan hal sama, asal fasilitas betul-betul diperhatikan. Misalnya air yang selama ini hanya mengalir satu kali sehari pada pagi hari. Hindun bilang masalah-masalah yang terjadi di asrama akan diatasi dengan perbaikan ini. Selain perggantian tempat tidur, perbaikan juga di lakukan

di kamar mandi yang bocor, perbaikan toilet dan drainese tumpat, pemasangan jerjak besi di kamar tidur, pemasangan kawat duri di tembok perbatasan, pemasangan jendela kaca aluminium, dan pengecatan. Menurut Hindun, wajar saja jika tarif sewa kamar berubah. “Mau cari di mana lagi yang tarif (sewa –red) Rp 50 ribu,” pungkas Hindun.


SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

Pembentukan MPMU

Masalah di Ujung Pemira USU Febri Rahmania

Pemira USU telah digelar. Namun muncul masalah baru. Nama-nama anggota MPMU belum di tangan KPU.

M

ereka menyebar ke fakultas-fakultas. Jumlahnya tak tentu, ada yang satu per fakultas, ada yang dua bahkan lebih. Rabbani mengerahkan simpatisannya untuk memantau jalannya pemungutan hingga penghitungan suara. Khususnya perolehan suara Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM) Rabbani dan calon presidennya, Brilian Amial Rasyid-Abdul Rahim. “Alhamdulillah, kita unggul di beberapa fakultas,” ujar Brilian malam itu. Hasil hitung cepat simpatisan Rabbani sama dengan laporan berita acara milik Komisi Pemilihan Umum (KPU): KAM Rabbani dan calon presidennya unggul. Hasil resmi dari KPU yang dipublis pada 21 Mei lalu juga tak jauh berbeda. Suara tertinggi untuk presiden dan wakil presiden diperoleh pasangan Brilian Amial Rasyid dan Abdul Rahim dengan total 4.603 suara. Sementara untuk pasangan Syafrizal-Rommel Hutahaean 2.887 suara, Tumpal Utrrecth Napitupulu-Tommy Frans Nainggolan 1.521 suara, Brilian Amial Rasyid-Abdul Rahim 4.603 suara, Viktor Lumbanraja-Rasyid Kurnia 1.290 suara, Sandy HarahapRanda Morgan Tarigan 1.188 suara dan Maman Silaban-Henry Silalahi 1.555 suara. Penghitungan suara oleh KPU dilakukan pada 18 Mei lalu. Di tanggal itu pula KPU minta nama-nama wakil dari KAM yang akan duduk di MPMU. Melalui surat resmi yang diberikan pada masingmasing Ketua Dewan Perwakilan Pusat (DPP), saat mereka berkumpul untuk mendengarkan hasil resmi perhitungan suara dari KPU. Namun hingga Minggu (1/6) KPU mengaku belum terima satu pun nama-nama anggota MPMU. “Sampai sekarang belum ada terima,” ujar Faisal. Padahal KPU hanya beri batas waktu seminggu untuk KAM kirimkan nama. Ketua DPP KAM Rabbani Brilian Amial Rasyid yang juga adalah Presiden Mahasiswa terpilih bilang pihaknya sudah persiapkan namanama wakilnya untuk di MPMU sejak jauh-jauh hari dan sudah kirimkan 19 nama dari KAM Rabbani untuk duduk di MPMU. “Berarti di KPU USU yang belum konsolidasi, sehingga informasinya simpang siur,” katanya. Sementara itu ketua DPP KAM Madani Taufik Nuariansyah bilang pihaknya belum berikan nama ke KPU. Namun DPP sudah mengantongi nama-namanya. “Sedang dibahas di

internal Madani,” kata Taufik. Lain hal dengan Leonard Verera Tampubolon Ketua Dewan Perwakilan Pusat (DPP) KAM Bhinneka katakan ia sudah berikan surat berisi nama-nama dari KAM Bhinneka kepada KPU. “Saya sudah suruh satu orang pengurus buat antar surat itu,” ujarnya. Ketua KPU Muhammad Sajali akui belum dapat memastikan kapan terkumpul nama-nama anggota MPMU. Sebab belum ada agenda lagi untuk membicarakannya dengan KAM peserta pemira. “Mungkin udah sibuk masing-masing,” ujarnya. Lambannya pergerakan KPU dikritisi Brilian. Padahal segenap elemen mahasiswa sudah bersamasama mewujudkan pemira. Apalagi partisipasi mahasiswa terbilang sedikit. Bahkan di beberapa fakultas golongan putih lebih mendominasi.

Berarti di KPU USU yang belum konsolidasi, sehingga informasinya simpang siur Brilian Amial Rasyid Ketua DPP KAM Rabbani Menurut Brilian, salah satu tugas KPU adalah untuk menggaet partisipasi mahasiswa. Fakultas Kedokteran misalnya. Jumlah pemilih tak sampai setengah. “Hanya tiga ratusan pemilih,” ujar anggota KPU FK Muhammad Naufal. Kurangnya koordinasi KPU pusat dengan KPU di FK dalam hal sosialisasi, terutama dipublikasi, jadi sebab. KPU FK hanya diberitahu bahwa meraka bertugas selenggarakan pemira di FK. Namun tak ada instruksi mengenai apa-apa saja yang harus dipersiapkan. “Nggak ada dikasih tau misalnya deadline spanduknya (publikasi—red) kapan,” ujarnya. Di Fakultas Farmasi juga sama. Dari 1.360 DPT, hanya 504 orang yang memilih. Penyebabnya tak jauhjauh dari kuliah. Untuk itulah Brilian menegaskan harusnya KPU bekerja secara optimal.

ragam 11

SOP Fasilitas USU Antara Urgensi dan Toleransi Fredick BE Ginting

Standar operasional dan prosedural (SOP) fasilitas di USU belum selesai. Pengerjaannya hingga searang tak kunjung selesai. Padahal, katanya perlu. AKHIR-akhir ini terbersit pemikiran di benak Yusuf Husni, Pembantu Rektor (PR) V. Ia berpikir untuk mengansuransikan gedung di USU. Tentu keadaannya terjamin. Pernah ia utarakan pada PR lain, namun berakhir sebatas wacana. Rencananya asuransi gedung dimulai dari gedung baru, pasalnya peluang rusak gedung lama lebih besar. Untuk itulah asuransi akan dilakukan bertahap. Untuk realisasi, Yusuf belum tahu. “Kan tidak kesepakatan sendiri. Harus ada dukungan, termasuk senat dan dewan guru besar,” katanya. Konsep asuransi akan dinikmati kelak. Universitas tak perlu khawatir jika terjadi kerusakan. Pun nantinya asuransi ini dimasukkan ke dalam SOP. Bicara tentang SOP, hingga kini USU di usianya yang ke-62 tak kunjung punya. PR V dan jajarannya tengah siapkan SOP yang akan digunakan untuk jauhjauh hari. Namun tak kunjung selesai. Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (Fasilkom-TI) Sawaluddin berpendapat jika SOP ada dan menjadi pedoman maka akan baik jadinya. Termasuk langkah yang diambil jika terjadi kerusakan. “Kita kan enggak bisa prediksi kapan itu terjadi,” pungkasnya. Pada dasarnya SOP adalah ketentuan baku yang mengatur penggunaan fasilitas dimulai dari perencanaan, pengadaan hingga pemeliharaan. Sedangkan hingga saat ini SOP yang ada baru penggunaan bus kampus. Sementara untuk fasilitas lain; gedung kuliah, laboratorium, dan aula belum ada. Pun target pembuatannya, tidak ada. Ramadhan Siregar, alumnus Tenik Sipil bilang SOP merupakan kebutuhan

LAB

yang wajib ada. Lazimnya dibuat saat perencanaan. Tender dilakukan dan SOP dipelajari oleh pemenang tender. SOP jadi patokan dalam pembangunan karena di dalamnya diatur sedetail mungkin. “Biasanya di SOP ada time schedule, apa yang dikerjakan tiap hari,” sahutnya. Selama ini pengelolaan aset dan fasilitas ditangani PR V. Termasuk pengelolaan dan penentuan tarif. Yusuf coba beri contoh, penggunaan auditorium dipatok Rp 17 juta kalau yang menggunakannya orang luar USU. Rp 10 juta saat dipinjam orang dalam USU. “Kalau untuk mahasiswa bisalah di-korting sedikit-sedikit,” sahutnya. Semua tarif itu tidak ada di SOP. Untuk aset dan fasilitas fakultas, dekanat diberi hak otonom sepenuhnya. Sawaluddin mengatakan tak ada SOP khusus yang diberi rektorat. Peminjaman diputuskan perizinannya oleh dekanat. Ia mengatakan tidak menetapkan biaya yang baku. Biaya hanya dibebankan untuk membayar kebersihan saja. Setiap akhir semester Pembantu Dekan (PD) II mendapat surat edaran dari PR V. Isinya PD II harus melaporkan penggunaan dan keadaan aset di fakultas. Setelah semua data dihimpun, data dimasukkan ke Sistem Informasi dan Akuntanbilitas Barang Milik Negara (Simak-BMN). Dengan adanya Simak-BMN rektorat dapat tahu rincian fasilitas dan penggunaannya. Dosen Teknik Sipil Ahmad Perwira Mulia tak melihat SOP sebagai hal yang mendesak. Yang paling mendesak adalah SOP fasilitas yang menunjang ketiga tri dharma perguruan tinggi. Ia contohkan laboratorium (lab). “Lab kan untuk penunjang pengajaran, jadi itu paling utama. Itu yang harus ada” jelasnya. Kini, fasilitas fakultas yang diatur sepenuhnya oleh rekorat adalah kantin. Ini akan mempermudah kontrol rektorat dalam pengelolaannya.

Kondisi Lab Biologi FMIPA yang terbakar pada 2013 lalu YAYU YOHANA | SUARA USU


12 galeri foto

SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

Taman USU Sarana Rekreasi dalam Kampus

U Kerumunan Pengunjung WENTY TAMBUNAN | SUARA USU

SU bukan satu-satunya universitas yang punya taman. Namun uniknya,Taman USU dibuka untuk umum sebagai bentuk mendekatkan masyarakat dengan USU. Pun di sini ada kandang binatang yang punya 53 koleksi binatang. Selain itu, ada pula gazebo dan air mancur. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak, remaja, orang tua sampai pedagang kaki lima untuk berkunjung ke Taman USU sejak dibuka April tahun lalu, pasca-direnovasi. Berbagai aktivitas pun dilakukan, mulai dari olahraga, duduk santai sampai transaksi jual beli. Singkatnya taman ini jadi tempat rekreasi banyak kalangan. Inilah beragam aktivitas di taman USU dari pagi hingga malam hari. (Wenty Tambunan)

Taman USU dari Ketinggian

Beri Aku Makan WENTY TAMBUNAN | SUARA USU

WENTY TAMBUNAN | SUARA USU

Jajakan Mainan Anak

Push up Pagi Hari WENTY TAMBUNAN | SUARA USU

Kamu WENTY TAMBUNAN | SUARA USU ANDIKA SYAHPUTRA | SUARA USU


SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

Monumen

podjok Sumut 13

Rumah pengasingan dan monumen Bung Karno di Mes Pemprovsu Berastagi, Kamis (15/5). Monumen diresmikan pada 21 Juni 2005 yang sering dijadikan objek foto oleh warga sekitar dan wisatawan. ANDIKA SYAHPUTRA | SUARA USU

Ruang Tamu

Semua perabotan di rumah ini sudah mengalami perubahan kecuali arsitektur gedung dan dipan ranjang yang masih asli. ANDIKA SYAHPUTRA | SUARA USU

Mes Pemprovsu ‘SukarnO’ Sejarah yang (Mungkin) Terlupakan Erista Marito Oktavia Siregar

Wujudnya tak beda dengan penginapan biasa. Siapa sangka ada nilai sejarah di dalamnya. Bapak pendiri bangsa pernah menyambanginya.

A

walnya Chairunnisa, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) mengunjungi tempat ini untuk lakukan musyawarah besar bersama teman-temannya. Saat pertama kali tiba di pertengahan Mei lalu, yang terlihat olehnya adalah bangunan putih tempat mereka akan bermalam. Tak banyak berbincang, ia dan kawan-kawan langsung masuk ke dalam. Siapa sangka, di dalam ia temukan patung replika Sukarno, bersama lukisan dan surat pengunjung mes. Dibingkai dan dipajang di dinding. Sempat tersirat tanya baginya, mungkinkah tempat ini menyimpan sejarah yang tak biasa. Namun, ia tak ambil pusing. Saat berbincang de ngan pengelola meslah ia tahu. Tempat ini bekas pengasingan Sukarno. Sebelumnya ia tak tahu tentang pengasingan Sukarno di Berastagi. Bahkan, mereka memilih Mes Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) menjadi tempat musyawarah karena

menghemat biaya. Pertama kali memasuki kawasan mes, Chairunnisa melihat plang bertuliskan ‘Mess Pemprovsu’ tepat di depan pagar. Melewati gerbang, terlihat taman penuh pepohonan di sebelah kiri dan bungalow yang tersebar mengelilingi kawasan mes. Di depan—tepat di tengah-tengah— berdiri tegak bangunan kayu berwarna putih kusam. Di depannya berdiri monumen Sukarno sedang duduk. Dengan tinggi tujuh meter dan berwarna hitam, monumen ini menghasilkan bayang-bayang matahari yang cukup lebar. Ada sebuah tugu kecil di kaki monumen itu, bertuliskan: Panitia Pemugaran Rumah Tahanan Bung Karno dan Peresmian Monumen Bung Karno di Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. (21 Juni 2005) Ditandatangani oleh Guruh Sukarno Putra dan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) kala itu, Tengku Rizal Nurdin. Siapa sangka, rumah kayu bercat putih kusam yang berdiri di belakang monumen adalah rumah pengasingan Bung Karno di Be rastagi. Bersama bungalow, kesemuanya adalah penginapan di Mess Pemprovsu. Rumah bekas pengasingan Bung Karno sedang ramai, ada mahasiswa dari Medan yang menginap di sana. Melihat ke dalam rumah, yang pertama tampak adalah ruang tamu. Ada TV serta dua set sofa berwarna cokelat dan tiga set tirai berwarna cream di sana. Tepat di dinding atas TV ada dua foto asli Sukarno saat berada di pengasingan itu. Sukarno sedang di depan rumah pengasingan berbincang dengan para perwira Belanda. Di dalam rumah pengasingan terdapat tiga kamar, masing-masing berukuran 4x5 meter. Satu-satunya barang yang utuh sejak masa Belanda adalah dipan kayu yang kini digunakan sebagai tempat tidur. Rumah pengasingan ini sudah jadi pe nginapan sejak penjajahan Belanda. Tepat 22 Desember 1948—Agresi Belanda II—Sukarno berhasil ditangkap oleh Belanda. Kemudian diasingkan ke Parapat. Namun sayang, rencana itu harus batal karena saat sampai di Medan sudah terlalu sore. Hingga akhirnya Sukarno diasingkan ke Berastagi, penginapan tempat Belanda berkumpul. Kemudian dipindah ke Parapat.

Setelah Sukarno diasingkan, tahun 1960-an, Pemerintah Daerah Tingkat I—Pemprovsu— mengambilalih tempat tersebut dan menjadikannya mess, sesuai dengan fungsinya dulu. Sejak saat itu mess ini terbuka untuk umum. Ada tarif yang ditentukan. Kini pengelolaan mess ditangani oleh Sumpeno, pegawai Pemprovsu. Sejak September 2009 lalu ialah yang bertanggung jawab untuk pemeliharaan mess ini. Selama ini, tidak ada kendala berarti, baik segi materi maupun tenaga. Meski punya nilai sejarah tersendiri, tidak ada penanda bahwa ini rumah pengasingan Sukarno di awal peresmiannya. Itulah kenapa tahun 2005, dibangun monumen Sukarno. Monumen ini didirikan dengan kerja sama berbagai lintas sektoral. Pun untuk meresmikan mess tersebut menjadi cagar budaya. Namun hingga kini tak ada tanda-tanda mess ini telah berubah menjadi cagar budaya. Mess ini tetap menjadi penginapan, dengan macam perabotan yang juga digunakan Sukarno. Berbeda dengan rumah pengasingan Sukarno di Parapat. Jadi tempat wisata sejarah. Rumahnya dibiarkan persis seperti saat ditempati Sukarno. Hal itulah yang disayangkan Chairunnisa. Menurutnya, alangkah lebih baik apabila ditata lagi menjadi museum bersejarah. Ia coba beri contoh, Istana Maimoon yang dijadikan tempat wisata sekaligus Museum Kesultanan Deli. Bila dijadikan ikon wisata, masyarakat akan lebih tahu. Pun jejak sejarahnya, bisa sekalian terjaga. Sementara itu, Sumpeno bilang pemerintah belum ada menyinggung akan menjadikan mess ini sebagai museum. Pun menjadi seperti rumah pengasingan Sukarno di Parapat. Katanya, perlu banyak pembenahan untuk menjadikannya museum. Misal, penambahan barang-barang sejarah yang mendukung. “Masih jauhlah wacananya, lagian ini kan dari awal juga penginapan,” sahut Sumpeno. Lanjut Sumpeno, tanpa menjadi museum mess ini diurus dengan baik. Pun dengan adanya monumen Sukarno, cukup menandakan ada nilai sejarah di sana. Tidak bisa dipungkiri tak banyak yang tahu mengenai sejarah tempat ini. Untuk itulah ke depannya, pihak pengelola akan terus menjaga kelestarian serta mewariskan nilai budayanya. “Mungkin karena tidak jadi museum maka semaksimal mungkin menjaganya,” ungkapnya.


14 laporan khusus

Sebuah Penelusuran, Saat ‘Putih’ Diagung-agungakan SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

Sebuah Penelusuran

Saat ‘Putih’ Diagung-agungkan

FOTO ILUSTRASI: YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU

Koordinator liputan: Aulia Adam Reporter: Apriani Novitasari, Gio Ovanny Pratama, Shella Rafiqah Ully, dan Aulia Adam Aulia Adam

Awalnya berfungsi sebagai zat tambah tenaga. Tapi siapa sangka, kulit bisa jadi cantik dibuatnya. Inilah sepenggal cerita tentang kulit putih yang diagung-agungkan

J

eslyn—bukan nama sebenarnya—baru lulus DIII Keperawatan USU 2011 silam, kala ia diterima di sebuah klinik kecantikan sebagai perawat. Sebulan bekerja, Jeslyn sadar sesuatu sedang jadi tren di dunia kecantikan. Banyak pasien klinik meminta treatment satu ini. Ia bilang, “biasanya orang bilang suntik vitamin C, atau lebih dikenal namanya suntik putih,” tambahnya. Seingat Jeslyn, sehari ada dua atau tiga perempuan yang datang. Bahkan, ratarata ada dua sampai lima pria dalam dua minggu. Semuan-

ya minta satu hal: diinjeksi vitamin C supaya kulitnya lebih cerah. Melihat hal itu, Jesslyn berniat untuk ikut merasakan sensasi suntik putih. Pasalnya, sudah lama ia minder dengan warna kulitnya yang kuning kecokelat-cokelatan. “Kalau teman-teman saya sih ada yang panggil saya birong (hitam –red),” katanya. Prosesnya sebentar. Meski di klinik itu ada dokter utama, tapi suntik putih dilakukan oleh perawat-perawatnya. Jadi yang menginjeksi Jeslyn kala itu temannya sendiri. Ia tak menaruh ketakutan apa pun. Sebab sudah sering lihat. Untuk kulit Jeslyn yang gelap, temannya menginjeksi sepuluh kali vitamin C. Kulit gelap Jeslyn mulai cerah di pemakaian kelima. Di pemakaian kesepuluh, kulit Jeslyn tampak lebih cerah. Meski tak bisa dibilang putih. Tapi, “namanya juga ins tan, pasti banyak pantangan-

nya,” kata Jeslyn. Ia tak boleh terkena paparan sinar matahari lamalama. Nadinya yang disuntik juga bengkak beberapa hari. Sebab temannya kesulitan mencari titik suntik lain yang bisa diinjeksi di kedua leng annya. Efek samping? Awalnya Jeslyn pikir tak ada sama sekali! Tapi setelah tiga tahun lakukan suntik putih, ia sadar kalau ketagihan. “Efek samping yang enggak sembarangan itu,” katanya. Pasalnya, biaya yang dikeluarkan Jeslyn tak sedikit. Uang sebesar Rp 3,5 juta habis untuk empat kali suntik. “Karena memang terasa perubahannya, makanya ke tagihan kali ya?” ia menimbang-nimbang ragu. *** Derynne A Paramita, dokter spesialis kulit dan kelamin, tak sepakat dengan adanya praktik suntik putih yang mulai marak terjadi.

Alasannya, dosis vitamin C yang diterima tubuh harus diberikan sesuai yang dibutuhkan. Tak boleh dilebihkan. Treatment yang ada ialah suntik vitamin C. Dilakukan

Karena memang terasa perubahannya, makanya ketagihan kali ya? Jeslyn Pelaku Suntik Putih untuk menambah tenaga. Penggunaan injeksi vitamin C, kata Derynne, hanya boleh digunakan pada kondisi di mana tubuh kekurangan vitamin C. Seperti penderita busung lapar yang kekurangan vitamin C dalam darahnya.

Sementara itu, suntik putih yang ditawarkan di beberapa klinik kecantikan berisi vitamin C dan glutation, sejenis antioksidan yang punya efek samping memutihkan kulit. Penggunaan glutation atau pun injeksi vitamin C dengan tujuan memutihkan kulit belum disetujui pihak pengawas obat dan makanan internasional karena dampaknya. Penggunaan glutation hanya disetujui untuk menghambat terjadinya efek racun pada ginjal yang berhubungan dengan penggunaan obat-obat kemoterapi, “Itulah satu-satunya yang disetujui,” kata Deryne. “Awalnya suntik putih ini ditemukan secara tak sengaja, saat itu ada yang gunakan suntik glutation untuk keperluan kemoterapi, setelah dilakukan berkali-kali kulit jadi lebih putih dari sebelumnya,” cerita Derynne. Derynne bilang kalau suntik putih juga punya efek samping. Efek dari penyunti


Sebuah Penelusuran, Saat ‘Putih’ Diagung-agungakan SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014 kannya sendiri berupa pendarahan, hematoma (bengkak dengan ruam biru) dan luka. Seperti yang dirasakan Jeslyn. Kalau dampak dari cair an suntik putihnya adalah akibatkan gagal ginjal, Steven Johnson Syndrome atau kulit terkelupas, nyeri perut, dan kemerahan pada kulit. Glutation yang terlalu banyak penggunaanya akan mengendap pada organ dalam tubuh sehingga dampaknya akan menghambat proses metabolisme tubuh, itulah yang akan mengakibatkan gagal ginjal. “Sesuatu yang berlebihan tidak bagus apalagi dengan sesuatu seperti obat yang belum di setujui pemakaiannya,” ungkapnya. Sri Indah Ayu adalah salah satu orang yang gunakan injeksi vitamin C sesuai dosisnya. Ia mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya USU 2012. Awalnya, ia lakukan suntik vitamin C untuk tambah daya tahan tubuh saat masih kelas II SMA. Suntik tersebut atas anjuran dokter, sebab ia punya tekanan darah rendah dan tak cocok bila harus konsumsi suplemen penambah darah. Untuk kondisi dirinya, ia jelaskan vitamin C yang digunakan hanya berdosis 200 miligram dengan harga Rp 250 ribu per suntik. Ia sendiri telah lakukan tujuh kali suntik vitamin C hingga Maret lalu. Di bulan pertama ia lakukan dua kali suntik seminggu, selanjutnya suntik dilakukan dua bulan sekali. Semuanya dilakukan se suai anjuran dokter. Setelah selesai dengan dosis tersebut, ia berhenti. Sebab yang diketahuinya, suntik vitamin C dilakukan untuk memutihkan kulit. Seperti yang dilakukan teman-temannya. Ia cerita pernah ditawar-

kan lakukan suntik putih mulai dari harga dua hingga enam juta per paket. Harga paket yang berbeda menggambarkan mutu hasil suntik putih yang berbeda pula. “Kalau yang dua juta paling putihnya cuma tahan enam bulan, kalau sampai yang enam juta bisa tahan setahun.” Selain tubuh yang lebih fit, Sri tak merasakan efek apa-apa setelah suntik vitamin C yang dilakukannya. Kulitnya yang tak terlalu terang tak mengalami kecerahan. Ini karena dosis yang diinjeksikan ke tubuhnya tidak sebanyak yang diberikan bila ingin memutihkan kulit. Deryne yang juga punya klinik kecantikan di kawasan Jalan dr Mansur, tak pernah menerima pasien yang ingin mencerahkan kulitnya de ngan suntik putih. Deryne mengakui selama dua tahun terakhir sudah ada empat atau lima orang yang memintanya untuk suntik putih, semuanya orang Medan. Alasan mereka bermacam mulai dari supaya tampil putih dan cantik saat pesta pernikahan hingga ingin menghilangkan bekas noda. Namun ia menegaskan tak terima pasien yang melakukan suntik putih karena tak sesuai dengan standar kompetensinya. Ia tak pernah dapatkan ilmu tentang pemberian suntik vitamin C dan glutation dengan tujuan memutihkan kulit. Ia kembali menegaskan sebuah ilmu akan diajarkan kalau sudah ada penelitian yang jelas mengenai penggunaan, diketahui manfaat dan apa efek sampingnya barulah diketahui apakah pemakaiannya disetujui atau tidak. “Tapi kan ini sendiri belum ada penelitiannya, makanya saya gak melakukannya,” ucapnya.

YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU

VITAMIN

Laroscorbine merupakan vitamin C pada kulit melalui suntik putih.

laporan khusus 15

Jasa Suntik Putih

Bak Jamur di Musim Hujan Aulia Adam Dari teman yang punya teman yang temannya melakuan suntik putih, kami dapatkan satu kontak. Sebut saja namanya Bunga. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU. Nama, stambuk, dan jurusan enggan ia sebutkan. Tapi ia sukarela bercerita tentang pengalamannya melakukan suntik putih. Bunga terprovokasi melakukan suntik putih oleh temannya. Mereka berdelapan dalam satu geng. Lima dari temannya telah melakukan suntik putih. Tiga di klinik, sedangkan dua lainnya di salon kecantikan. “Setelah beberapa kali suntik, kulit mereka putihannya drastis,” ungkap Bunga. Minat Bunga makin tinggi. Namun, biaya suntik putih yang cukup mahal bagi kantong mahasiswa jadi masalah Bunga juga. Singkat cerita, ia memilih suntik di salon tempat salah seorang kawannya ‘diputihkan’. “Ongkosnya lebih murah, walaupun cuma beda berapa ratus aja,” cerita Bunga. Tapi, baru empat kali diinjeksi, Bunga berhenti suntik di salon itu. Dia memilih membeli paket suntik putih di dunia maya, karena harga yang lebih murah. Penelusuran kami berlanjut. Selain Bunga, ada beberapa mahasiswa USU yang dirujuk beberapa sumber sebagai pelaku suntik putih. Kebanyakan perempuan, tapi ada juga lelaki. Sayang, mereka enggan berbagi cerita. Alasannya sama dengan Bunga, “yang beginian (suntik putih –red) itu urusan pribadi, orang enggak perlu tahu,” kata Bunga. Tapi dari mereka, tersebut bahwa salon di Jalan Jamin Ginting, sekitar USU menyediakan treatment ini. Tapi sepanjang penelusuran, kami tak menemukan salon tersebut. Hanya ada sebuah toko kosmetik di sekitar Simpang Kampus USU, Padang Bulan yang sediakan obat suntik putih. Ruangan itu hanya berukuran 4x4 meter. Obat-obat kecantikan dan bahan salon berjejer di pinggir rak kaca yang mengelilingi keseluruhan ruangan. Toko ini memang khusus menjual bahan salon dan kosmetik. Awalnya hanya iseng bertanya obat suntik putih di sini. Tapi ternyata ia bilang ada. Ia suruh tunggu sebentar dan ia masuk ke dalam ruangan di dalam tokonya. Tak lama ia keluar dengan membawa sebuah kotak persegi panjang bewarna kuning. Di atas kotak tertulis jelas Vitamin C + Kollagen Rodotex. Ada harga Rp 270 ribu tertempel di belakangnya. Pria penjual obat tersebut bilang tokonya baru sekitar dua minggu sediakan obat suntik putih ini. “Banyak yang minta dan nanya-nanya makanya kita jual,” ungkapnya. Ia bilang obat ini ia peroleh dari klinik kecantikan jadi ia yakin bahwa aman menggunakannya. Tapi, ia tak mengerti cara suntik yang aman. “Baca-baca di internet aja gimana caranya.” Sebagian besar yang datang ke tokonya adalah mahasiswa. Ia bilang banyak mahasiswa yang datang mengeluhkan mahalnya harga suntik putih jika dilakukan oleh dokter. Oleh sebab itu kebanyakan yang datang hanya membeli obat selanjutnya ia akan suntik sendiri ke bidan atau perawat. “Kalau anak-anak keperawatan itu biasanya beli obat aja terus mereka suntik sendiri,” ujarnya. Beberapa salon justru bilang Jalan Setia Budi sediakan jasa suntik putih. Beberapa salon yang didatangi lebih anjurkan untuk langsung datang ke dokter kecantikan jika ingin lakukan suntik putih. Mereka bilang jarang ada salon yang sediakan itu. “Tapi kalau ke dokter agak mahal, atau enggak beli obatnya aja,” ujar salah seorang pekerja salon. “Kalaupun ada biasanya tertutup, Kak,” ujar pekerja di salon lain. “Enggak ada di sini, Kak. Lagian mahal juga,” jawaban yang sama dari pekerja di salon yang berbeda. Tapi, jawaban berbeda terlontar dari pemilik sebuah salon kecantikan di daerah yang sama. Awalnya ia agak ragu menjawab jika salonnya sediakan suntik putih. Namun saat saya berhasil meyakinkannya bahwa saya yang akan lakukan suntik putih ia langsung semangat menawarkan paket. Ia tawarkan harga Rp 80 ribu untuk sekali suntik. Pun demikian saya harus langsung bayar Rp 800 ribu di awal sebab suntik putih ini pakai sistem beli per paket. “Satu paket sepuluh kali suntik, bisalah langsung putih,” ungkapnya. Yang lakukan suntik bukan dirinya, biasanya salonnya sediakan bidan atau perawat. Tak ada prosedur yang terlalu rumit, jika berminat saya bisa langsung bayar dan menunggu sekitar dua minggu untuk disuntik sebab ia harus terlebih dahulu pesankan obatnya pada seorang dokter kecantikan. Perempuan berambut pendek itu pun akui sudah banyak yang lakukan suntik putih di salonnya. “Biasanya yang datang mahasiswa, kalau ke dokter kata mereka mahal,” jelasnya. Untuk keluhan serta dampak suntik putih ia bantah jika suntik ini berbahaya. “Paling kalau kena panas, ya hitam lagi,” ujarnya. . Jika tak ingin suntik, salonnya juga perbolehkan beli obatnya saja. Untuk obat ini ia patok harga Rp 600 ribu satu paket obat. “Suntik sendiri aja nanti.”


16 mozaik

SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

cerpen

Celengan Febrina R Pasaribu Fakultas Ilmu Budaya 2012

YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU

A

ku kembali memegangi celengan yang dibelikan Ibu kemarin malam. Sengaja kuminta agar aku bisa menyisihkan uang saku setiap hari dengan ketat, tak dapat diambil sewaktu-waktu. Aku tahu, aku bukan anak orang kaya kebanyakan yang bisa menghamburkan uang di kafe atau restoran mewah. Juga bukan yang dengan mudahnya keluar masuk butik barang-barang mahal. Atau keluar masuk diskotek tiap malam. Mengunjungi salon kelas tinggi, tempatnya para artis bisa mempercantik diri. Aku hanya orang biasa. Kadang jajan, kadang tidak. Semua itu demi Ibu yang telah bekerja keras. Kuperlakukan pemberiannya dengan seindah mungkin. Kugoyang-goyangkan sedikit celengan merah ukuran sedang itu. Ah, masih sedikit isinya. Entah kapan celengan itu terisi penuh. Secepatnya akan kupotong sisinya dengan pisau tajam yang biasa Ibu pakai memotong bawang. Pasti akan banyak kutemui selembaran bergambar Tuanku Imam Bonjol dan Kapten Pattimura setelahnya. Sedikit memang. Tapi, setidaknya Ibu tak terbebani ongkosku pergi ke sekolah untuk beberapa minggu.

*** Dulu aku pernah dimarahi Ayah. Bukan karena aku senang bermain dengan anak-anak di gang sebelah hingga melewati waktu magrib atau bertengkar hebat dengan anak lelaki dari kampung sebelah. Bukan. Ini perkara celengan. Ayah pernah menitipkan cele ngan besar berwarna biru padaku. Bentuknya tabung. Setiap hari Ayah memberikan uang untuk dimasukkan ke dalam celengan. Aku menurut saja. Berbekal iming-imingan Ayah, akan memberikan beberapa puluh ribu untukku, dengan giat aku memasukkan uang pemberian Ayah setiap harinya. Ini mudah sekali. Menjaga cele ngan besar yang setiap hari dimasukkan lembaran uang sepuluh hingga lima puluh ribu rupiah adalah hal mudah, bukan? Apalagi kau akan dapat bagiannya. Namun, manusia tetaplah manusia. Sore itu Audy baru saja tiba di rumah. Adik sepupuku itu anak pasangan wartawan terkenal dan dokter spesialis kulit. Untuk menye nangkan hatinya, aku mengajaknya berkeliling. Tentu selera si kaya dan si miskin bertolak belakang. Barang permintaannya jauh dari jangkauan kantongku. Entah setan apa yang merasuki

pikiran dan menggeser jauh imajinasiku mengenai iming-iming yang diberikan Ayah. Aku mengambil pisau lalu memotong sisi celengan biru titipan Ayah. Secepatnya kuambil tiga puluh ribu dari dalamnya. Tak kuhiraukan ia tergeletak begitu saja di atas tempat tidur. Kubiarkan saja karena tahu Ayah biasanya sampai rumah sepuluh menit sebelum azan maghrib berkumandang. Lalu kuajak Audy untuk membeli makanan yang ia suka. Namun nahas. Ternyata Ayah mendahuluiku. Ayah pulang lebih cepat dari biasanya. Dengan langkah gemetar aku memasuki rumah. Menunduk takut dan berusaha mengambil langkah seribu menuju kamar untuk menyembunyikan celengan itu. Setelah masuk ke dalam kamar, kucari-cari celengan biru itu. Tidak ada. Hilang. Tidak ada di atas tempat tidur. Kulihat di bawah kolong, tak ada. Kulihat sudut-sudut tempat tidur, di tumpukan bantal, juga tak ada. Kubuka laci tempat biasa aku menyimpan, namun juga tak ada. Aku memutar mataku, menyapu pandangan di sekitar. Memang tidak ada! Tiba-tiba Ayah memanggilku. Layaknya petir yang menyambar batinku. Jantung terpacu, keringat bercucuran. Aku terduduk lemas di pinggir tempat tidur. Dan bertanya

dalam hati, kenapa bisa celengan itu hilang seketika? Karena aku tak kunjung keluar kamar untuk menemuinya, Ayah mendatangiku. Ayah tak sendirian, ada celengan biru di tangannya. Aku terbelalak. Lantas menelan ludah. Keringatku menjadi-jadi. Kurasai tanganku dingin. Bibirku terkunci, tak berkata sepatah kata pun. Ayah memintaku duduk di ruang tamu. Aku tertunduk malu, karena sikapku diketahui olehnya. Seperti maling saja rasanya. Malu dan takut bercampur jadi satu. “Maaf, Yah.� Rasanya yang keluar dari mulutku adalah cicitan. Ayah tak berkata apa-apa. Hanya diam memandangiku. Kecewanya terasa benar olehku. Anaknya satusatunya, berani berbohong dan mencuri. Pelan namun pasti, Ayah bercerita. Ada maksud kenapa Ayah memintaku menjaga celengan itu. Agar aku terbiasa menabung. Agar aku menjadi orang yang dapat dipercaya. Agar aku dapat menjaga amanah. Agar aku bersabar. Dan banyak lagi agar-agar yang terucap. Aku tersenyum tipis. Air mataku berayun di ujung mata. *** Tepat hari ini sepuluh tahun lalu, Ayah berpulang. Ah, rindunya aku.


SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

sorot

Potensi ‘Petaka Pikek’

Orang Mandailing

Ridho Nopriansyah Anak adalah anugerah. Mau anak lelaki atau perempuan, samalah saja. Lebaran tahun lalu, keluarga besar berkumpul di rumah orang tua saya di Panyabungan, Mandailing Natal. Kebetulan nenek tinggal bersama kami, sehingga ia jadi magnet untuk seluruh keluarga. Tiba-tiba nenek saya memanggil satu nama. “Pikek, sini dulu,” Lalu menghadaplah dua sepupu saya sekaligus. Satu laki-laki, satu perempuan. Sontak kami semua tertawa, padahal kejadian ini bukanlah kali pertama. Dalam pertemuan-pertemuan keluarga sebelumnya, kesamaan nama me reka sering menjadi bahan guyonan. Sebenarnya Pikek hanyalah nama panggilan dari orang tua masing-masing. Keduanya punya nama lahir sesuai akta. Namun, ada satu kejadian yang membuat kedua sepupu saya menerima ‘beban’ lebih dengan nama panggilan itu. Nazar orang tua. Tak ada yang tahu sejak kapan mamikek— memberi nama Pikek—ini muncul, tapi dari pe ngakuan nenek saya, 94 tahun, neneknya juga sudah mamikek anaknya. Ini adalah usaha untuk mendapatkan variasi jenis kelamin. Beberapa daerah lain juga punya usaha untuk ini. Misalnya di Aceh dengan melakukan nazar, pun di Melayu serta Minang. Bedanya, di keluarga Mandailing, tak sekadar berdoa. Dengan Pikek, sang anak dikurbankan sepanjang hidupnya. Di lingkungannya, orang akan lebih tanda dengan Pikek dibanding nama lahirnya. Nama Pikek diberikan kepada anak yang terlahir dengan jenis kelamin sama dengan kakak-kakaknya. Dengan harapan, anak yang lahir setelah Pikek, lahir dengan jenis kelamin beda. Misalnya anak pertama, kedua, dan ketiga adalah laki-laki, dengan menamai anak ketiganya Pikek, orang tu-

si poken

anya berharap anak berikutnya berjenis kelamin perempuan. Kalau menurut Uak saya yang mamikek anaknya, penting untuk mendapatkan anak lakilaki dan perempuan. Jika laki-laki meneruskan nama keluarga—marga—maka perempuan dipercaya lebih peduli kepada orang tua saat dewasa kelak. Jangan coba-coba meneriakkan nama Pikek di tempat umum di Panyabungan, sebab akan banyak orang yang menoleh. Hal ini terkadang membuat penyandang gelar tersebut gerah. Dua sepupu saya tadi contohnya. Yang perempuan kerap dipanggil Pikek Boruna (Pikek Betina) oleh teman-temannya. Sedangkan yang laki-laki dipanggil Pikek Jantan. Keduanya lebih terdengar seperti ejekan. Walhasil, di setiap ke sempatan, ia selalu menyebut nama lahir. Terkait mamikek, Eka Ervika seorang psikolog menilai orang tua terkesan membuka kesempatan anak mendapat perlakuan tak baik dari lingkungan, semisal di-bully. Anak merasa terintimidasi dengan gelaran tersebut. Bisa jadi karena dicibir lingkungan pergaulan atau stigma kolot: sebuah labelling. Labelling adalah sebuah cap yang diberikan kepada seseorang. Misalnya ‘anak kurang ajar’, ‘anak bodoh’, dan ‘banci’. Untuk kasus mamikek memang tak sertamerta akan berakhir seperti bunyi teori labelling Edwin Lemert, bahwa korban labelling akan melakukan penyimpangan, layaknya di-bully. Namun tak menutup kemungkinan seorang anak akan menaruh dendam terhadap orang tuanya. Labelling ibarat pintu gerbang ke arah sana. Tak masalah berharap punya keturunan yang banyak dari kedua jenis kelamin. Toh, ia tetaplah anak, sebuah anugerah. Boleh beri nama dengan maksud pengharapan, tapi nama yang aneh juga berisiko petaka bagi penyandang.

mozaik 17 puisi Aku si Raja Galau Amanda Hidayat Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2013 Teringat cerita nenek, Ketika kakek masih perjaka Kakek sudah jadi raja Pedang besar kakek pegang Naik kuda dia berperang Pulang berjubah darah lawan Mahkota kuning pergi perang, berganti merah ketika pulang Kini kakek sudah renta Pedang yang dulu tak lagi ada guna Berganti meriam, senapan, apapun yang lebih bahaya Aku lah raja pengganti kakek Dia menang perang dengan pedang Tentu aku lebih perkasa, dengan meriam juga senapan Dapat kabar, musuh masih pakai pedang Strategi penghancur dipersiapkan Tiba sudah di medan perang Tapi kemana pergi lawan?

Aku pulang dengan heran Seribu prajurit tertawa girang di belakangku Perjalanan singkat terasa Tiba kami di perbatasan negara Sesaat hilang tawa, prang . . . jatuh perisai prajuritku Lalu disahut dengan ronta, ronta, ronta Negara rata, atap di tanah dinding tiada Oh, malang Musuhku ternyata pintar Tak ada nyawa mereka terkorban Rakyatku yang tak perang mereka serang Sekarang mukaku suram bagai terkena peluru meriam Tapi pedih lebih hati ini, hancur bagai tersayat pedang

YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU


18 potret budaya

SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

Patuaekkon,

Ritual Melepas Masa Lajang Perempuan Mandailing Apriani Novitasari

sarnya tujuh meter. Air yang ada di cerek pun dituangkan ke tangan Aminah oleh saudara Ia ritual unik dalam pernikahan mandailing. Niatnya perempuan yang ikut dalam rombongan. Airnya beragam, mulai dari sekadar adat melepas lajang dibasuhkan ke wajah Sulfan sebanyak tiga kali sambil membaca salawat nabi. hingga ingin cepat dapat keturunan. Mempelai Setelah itu, mereka mengeluarkan lima batu perempuan yang melakukan. Uniknya, sambil mengen- putih seukuran jempol kaki. Aminah diminta dong bayi dari saudara mempelai pria. mengangkat batu itu satu persatu sambil merapalkan laki-laki, perempuan, laki-laki, perempuan, laki-laki. ala itu pukul setengah satu siang. Sebenarnya batu yang dibawa tak harus lima, Aminah tengah rehat sebentar dari hanya jumlahnya harus ganjil. Kebetulan saat resepsi pernikahan di rumah mempelai itu lima batu yang dibawa, “Mungkin karena laki-laki. Dengan menggunakan baju itu anak saya lima,” candanya. Setelah selepengantin berwarna krim dan bawahsai, rombongan kembali pulang ke rumah, an merah hati, Aminah siap melangsungkan salah Aminah masih mengendong Sultan. satu ritual khas pernikahan adat Mandailing Natal, Ia bilang patuaekkon ini dilakukan Sumatera Utara, yaitu patuaekkon. saat pesta pernikahan dilangsungkan di Lalu, Aminah dan beberapa orang saudara rumah laki-laki. Tujuannya agar mempelai perempuan dari mempelai laki-laki keluar dari perempuan mengenal lingkungan barunya rumah. Tujuan mereka sungai. setelah menikah atau lebih spesifiknya tahu Patuekkon berasal dari kata Aek yang artinya jalan menuju sungai, “Sebab kalau zaman dulu air atau sungai. Maka, patuaekkon berarti memkan banyak kegiatan di sungai seperti mandi, bawa mempelai perempuan ke sungai. Untuk menyuci serta mengambil air untuk minum,” melakukannya, ia diwajibkan untuk mengendong tambahnya. anak laki-laki menuju sungai khusus perempuan, Hal ini dibenarkan tetua adat Mandailing di sana lebih dikenal dengan nama tapian. Itulah Abdul Latif. Tambahannya, kenapa anak yang sebabnya tak boleh ada laki-laki dewasa yang ikut digendong harus laki-laki, karena dalam adat dalam rombongan. Mandailing, kelak laki-laki akan bertanggung Jadilah ia menggendong Sulfan, anak dari ka jawab atas keluarganya. hanggi—kakak beradik dengan neneknya mempeSebenarnya dulu air yang digunakan untuk lai laki-laki—umurnya terhitung bulan dan belum membasuh wajah si anak yang digendong tidakpandai berjalan. Ia mengendong Sulfan dengan lah dibawa dari rumah. Tapi langsung air sungai. menggunakan kain panjang berwarna coklat Namun berubah lantaran sungai kian tercemar. sambil membawa cerek berwarna emas yang dapat Keturunan Raja Nasution, Mangaraja Iskandar menampung kurang lebih dua liter air. Muda Nasution mengatakan di beberapa wilayah Namun saat itu tak diisi penuh, hanya seperemdi Mandailing ritual ini juga disebut mangoban patnya saja. Jarak dari rumah ke tapian kurang boru tu tapian (membawa mempelai perempuan lebih lima belas menit, ditempuh dengan berjalan ke sungai). Makna dan artinya sama dengan pakaki. tuaekkon, namun ia bilang, ritual ini juga bertuSetelah sampai di tapian yang kira-kira bejuan untuk menghapuskan sikap keremajaan , IKLAN artinya mempelai wanita yang baru saja menikah sudah mengubah statusnya dari remaja menjadi pemimpin. Maksudnya memimpin rumah tangga. Selain itu, tujuannya juga mendoa kan pengantin yang baru menikah agar cepat mendapat keturunan. Menurut Iskandar, anak yang dibawa tak harus lakilaki. Namun, biasanya banyak yang membawa laki-laki, “supaya kalau anak laki-laki pertama bisa membimbing dan membela adik-adiknya,” tambahnya. Tapi perem-

K

SUMBER: ISTIMEWA

puan pun tak jadi masalah.

Jangan Tergerus Waktu

Iskandar bilang saat ini ritual patuaekkon ataupun mangoban boru tu tapian masih banyak dilakukan masyarakat di Mandailing Natal. Walaupun tak semua orang yang percaya pada adat istiadat semacam ini. Sebab, banyak masyarakat yang menilai tanpa ritual seperti ini juga mereka mendapat keturunan. Hal itu tak jadi masalah menurut Iskandar, sebab tak ada paksaan untuk melakukannya. “Itu terserah dia, enggak ada efeknya juga,” ujarnya. Tapi menurut Aminah, ritual ini punya makna yang bagus yaitu berdoa. Hanya saja bukan doa saja, diikuti juga oleh ritual yang memang sebelumnya sudah diajarkan nenek moyang agar tercapai permohonannya. Apalagi untuk keturunan raja. Termasuk Iskandar sendiri. “Kalau kami bukan lagi harus tapi wajib,” katanya. Menurutnya kalau yang tidak percaya adalah orang-orang biasa menurutnya masih wajar dan tak masalah, namun bila ‘mereka’ tak percaya maka itu masalah. Menurutnya, “kalau enggak dijalankan berarti gak menghormati adat sendiri.”


SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

riset 19

Sisa Pesta Demokrasi dan Harapan untuk

T

Sang Presma Baru

ahun ini menjadi momen untuk perpolitikan USU. Setelah pemilihan umum raya (pemira) yang dilakukan 2011 silam, 14 Mei lalu dilakukan pemira untuk memilih presiden mahasiswa (presma) baru. Ada enam pasang calon menjadi pilihan. Sebelumnya para calon presiden dan wakil presiden mahasiswa (capres-wapresma) melakukan kampanye sejak 7-9 Mei. Lalu, apa harapan mahasiswa pada sosok presiden mahasiswa yang baru? Bagaimana informasi mengenai capres-wapresma sampai kepada mahasiswa? Apakah mahasiswa antusias menyambut pe-

mira? Dan apa saja referensi mahasiswa dalam memilih capres-wapresma pilihannya? Jajak pendapat ini dilakukan dengan melibatkan 500 mahasiswa USU, sampel diambil secara accidental dengan mempertimbangkan proporsionalitas di setiap fakultas. Kuesioner disebar dalam rentang waktu 12-14 Mei 2014. Dengan tingkat kepercayaan 96 persen dan sampling error 4 persen, jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh mahasiswa USU. (Litbang)

1. Apakah harapan Anda pada presma yang baru? a. Peduli dan dekat dengan mahasiswa 28,8 % b. Punya program kerja yang jelas 43,4 % c. Cerdas dan kritis 12,9 % d. Lainnya (tidak mementingkan diri sendiri, peduli lingkungan, bertang gung jawab, transparan, dapat menjalankan tugas dengan baik, bebas KKN) 14,9 %

2. Apakah Anda pernah atau tidak pernah melihat kampanye capresma di kampus? a. Pernah 69 % b. Tidak pernah 31 %

14,9 % 12,9 %

28,8 %

31 % 69 %

43,4 % 3. Darimana Anda mendapatkan informasi tentang capresma? a. Pemberitaan media 7,8 % b. Media sosial 18,1 % c. Sosialisasi/kampanye 37,2 % d. Flyer/selebaran 20,2 % e. Orang lain 13,5 % f. Lainnya (kabar burung) 3,2 %

37,2 %

5. Faktor apa yang menentukan pilihan Anda dalam pemilihan presma? a. Program kerja, visi dan misi 58,9 % b. Besarnya sosialisasi dan kampanye 6 % c. Fakultas yang sama 11 % d. Organisasi yang sama 10,2 % e. Figur pribadi 13,9 %

4. Apakah Anda berminat atau tidak berminat memilih pada pemilihan umum raya (pemira) 14 Mei mendatang? a. Berminat 77,4 % b. Tidak berminat 22,6 %

22,6 %

77,4 %

58,9 %


20 resensi

SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

Canon dalam Impian Revolusi Fredick BE Ginting

dalah suara-suara dari seseorang yang sedang jatuh cinta, yang berjuang untuk keadilan, yang menggambarkan kekuatan pengetahuan, kerinduan pada sesuatu yang besar untuk terjadi, penghukuman atas mereka yang mengorupsi dunia, pemberian pengampunan bagi mereka yang membutuhkannya, tentang sebuah pencapaian yang terpatri seumur hidup, kasih seorang bapak pada anaknya, mimpi perdamaian yang terwujud, hasrat hati untuk bisa saling bertatap muka dengan yang dicinta. Paragraf di atas ditulis oleh Christopher Suciu mengomentari makna lagu Canon ciptaan Johann Pachelbel. Budiman Sudjatmiko

merupakan perjuangan untuk keadilan sekaligus mimpi untuk mewujudkan perdamaian. Kejatuhan Soeharto juga menegaskan makna Canon: demonstrasi 1998 adalah penghukuman bagi rezimnya yang koruptif. Sementara itu, pengampunan diberikan kepada orang yang membutuhkannya. Pengampunan ini pula yang diterima Budiman dan kawankawan dari pemerintah yang baru, berupa amnesti. Setelah bebas, Budiman melanjutkan kuliah ke School of Oriental and African Studies (SOAS), Universitas London. Belum merasa cukup, ia lanjutkan lagi pendidikannya ke Universitas Cambridge. Seperti makna Canon yang menggambarkan kekuatan pengetahuan, buku ini dipenuhi oleh berbagai pergulatan penulis dalam mengumpulkan wawasan sebesar-besarnya dari seluruh dunia. Ia banyak belajar ekonomi dan politik dari orang-orang terbaik

menyebutnya sebagai theme song buku ini. Maknanya tepat menggambarkan apa isi buku AnakAnak Revolusi 2. Ini merupakan lanjutan buku pertama, masih dengan judul yang sama. Setelah bercerita penggalan hidupnya sejak anakanak hingga jadi aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD)―di buku pertama―kini kisahnya dimulai ketika ia mendekam di penjara Cipinang, 21 Mei1998. Sebelumnya, diceritakan bahwa ia ditahan setelah dituduh menjadi dalang kerusuhan 27 Juli 1996. Meski ditahan, Budiman dan teman-temannya di PRD tetap mengikuti perkembangan politik melalui anggota-anggota PRD yang tidak dipenjara. Juga dari siaran radio. Dari itulah mereka tahu Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden. Seperti makna Canon, apa yang diperjuangkan Budiman dan kawan-kawan

dunia, seperti Presiden Paraguay Fernando Lugo dan mantan Presiden Brazil Luiz Inacio Lula. Setelah merasa cukup dengan pengetahuan yang ‘diburu’, Budiman kembali ke Indonesia. Ia lantas bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Ia memutuskan memperjuangkan keyakinan politik dan idealismenya melalui partai ini. Partai ini pula yang mengantarkannya lolos ke Senayan sebagai legislator dari daerah pemilihan Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah. Gagasan yang ia bawa menjadi legislator adalah pembentukan undang-undang desa. Di akhir buku, ia menjelaskan jalan terjal yang dihadapinya dalam perjuangan undang-undang tersebut. Secara umum, meski bergenre autobiografi, buku ini enak dibaca karena alur yang mengalir dan gaya penulisan yang tak sulit untuk dipahami. Seperti komentar Hanung Bramantyo di atas, buku

Perjuangan, pengampunan, pengetahuan. Pada akhirnya semua menuju pada satu makna pada sebuah lagu kebebasan. Canon.

A

Judul Penulis Penerbit Tahun Terbit Jumlah Halaman Harga

: Anak-anak Revolusi 2 : Budiman Sudjatmiko : Gramedia Pustaka Utama : 2014 : xvii+575 : Rp 125.000

ANDIKA SYAHPUTRA | SUARA USU

ini hidup dan bernyawa seperti novel. Buku ini juga kaya dengan pengetahuan seputar politik, ekonomi, sastra, sibernetika hingga sejarah. Budiman menunjukkan kualitas menulisnya berdasarkan kuantitas buku yang telah ia baca dan luasnya wawasan ilmu pengetahuan yang ia cari. Tak jarang sesekali candaan ditambahkan oleh Budiman. Candaan yang ia berikan menjadi selingan yang membantu pembaca untuk tidak jenuh dari kisah yang berat, mencekam, dan menegangkan dari penggalan kisah hidupnya. Budiman juga memberi deskripsi yang cukup untuk menggambarkan perasaannya, sehingga membawa pembaca ikut merasakannya. Selain itu ia memberi penggalan lirik lagu tertentu, yang ia anggap mewakili kisahnya. Ini memperkuat buku autobiografinya ini layaknya novel

yang hidup dan bernyawa. Secara tersirat, penulis seolaholah menyampaikan bahwa Indonesia butuh sebuah revolusi oleh anakanak bangsanya sendiri. Revolusi untuk membawa negara ini ke tujuan dan cita-citanya. Banyak jalan untuk mewujudkannya dan penulis telah menunjukkan salah satunya, menimba ilmu sebanyak-banyaknya kemudian mengaplikasikannya. Secara garis besar, kisah-kisah yang diceritakan Budiman dalam buku ini lebih banyak bertema makna-makna lagu Canon seperti dijelaskan di atas. Budiman menyatukan makna-makna tersebut sebagai gambaran bagaimana perjuangannya dalam meraih revolusi. Membaca buku ini pada akhirnya akan membantu kita memahami makna yang hendak disampaikan Johann Pachelbel dalam lagu legendarisnya, Canon.


SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

iklan 21


22 iklan

SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014


momentum 23

SUARA USU, EDISI 98, jUNI 2014

SUARAUSU.CO HMD FISIP Gelar Aksi Tolak Pemira

1 Mei 2014 ANDIKA SYAHPUTRA | SUARA USU

BACA MoU | Komandan Satuan Menwa Andi Kusuma Sidabutar (tiga dari kiri) bacakan MoU antara HMD dan KPU FISIP disaksikan PD III FISIP Edward (empat dari kiri), Ketua KPU FISIP Sayed Muhammad Dauly (dua dari kanan), Aliansi HMD FISIP, dan tujuh Ketua KAM peserta Pemira FISIP, Rabu (30/4). Hasil MoU tersebut menyimpulkan pengambilalihan Pemira FISIP oleh Dekanat FISIP dan diundur sampai waktu yang belum ditentukan.

5 Mei 2014

Peternakan Berencana Jadi Fakultas

Pasca-erupsi Gunung Sinabung, APM Beri Bantuan Bibit PASCA terjadinya erupsi Gunung Sinabung, Aliansi Pers Mahasiswa (APM) se-Kota Medan berikan bantuan berupa bibit tanaman kepada Kelompok Tani Juma Tiga Bogor di Desa Surbakti . Adapun jenis bibit tanaman yang disumbangkan adalah sayur sawi, tomat, kol, dan cabe merah. Bibit-bibit itu adalah jenis tanaman yang paling dibutuhkan petani Desa Surbakti. “Petani di sini lebih membutuhkan bibit tanaman dari pada bantuan dana, makanya APM berikan bibit sebagai sumbangan,” Adjie Pratomo Amry, Ketua Panitia Bakti Sosial APM di Desa Surbakti. Kegiatan ini digelar APM Kota Medan yang diikuti sembilan lembaga pers mahasiswa (LPM), antara lain Kreatif Unimed, Pers Mahasiswa SUARA USU, Dinamika IAIN Sumut, Teropong UMSU, Neraca Politeknik Negeri Medan, Pijar USU, Bidik UHN, BOM ITM, dan Lintas Almamater USU. (Guster CP Sihombing dan Mezbah Simanjuntak)

ENAM himpunan mahasiswa departemen (HMD) Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik gelar aksi tolak Pemilihan Umum Raya (Pemira) FISIP. Aksi berupa orasi keenam ketua HMD tersebut beralasan Komisi Pemilihan Umum (KPU) FISIP belum memiliki legitimasi yang sah dan tanpa persetujuan HMD. Sehingga dinilai tak representatif. Hal ini disampaikan Ketua Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Administrasi Negara (IMDIAN) Felix Gregorious Samosir dalam orasinya, Rabu (30/4). Namun Ketua KPU FISIP Sayed Muhammad Dauly bilang pihaknya telah dibentuk dengan cara yang benar dan sesuai dengan Petunjuk Pelaksana KPU. Sayed pun tak masalahkan selama aksi tersebut tak merusak. (Rati Handayani)

19 Mei 2014

19 Mei 2014

PROGRAM Studi (Prodi) S-1 Peternakan Fakultas Pertanian (FP) berencana jadi fakultas sebab merasa tak satu bidang ilmu dengan pertanian. “Di manalah samanya bersawah sama ternak sapi?” ujar Sekretaris Prodi Peternakan Usman Budi, Selasa (20/5). Usman bilang wacana ini sudah lama namun terkendala syarat seperti jumlah mahasiswa dan staf pengajar. Walau demikian, Prodi Peternakan sudah mengajukan proposal kepada pihak rektorat. “Bahkan kita sudah tinjau lokasi di Kwala Bekala,” ungkap Usman. Namun, ia katakan hingga saat ini upaya jadi fakultas masih sebatas itu saja. Pembantu Dekan I FP Hasanuddin benarkan hal tersebut. Prodi Peternakan sedang tunggu selesai pemilihan rektor baru untuk lanjutkan wacana ini. (Shella Rafiqah Ully)

Bagus–Laili, Gubernur Terpilih FPsi PASANGAN M Yani Bagus dan Laili Isrami terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Fakultas Psikologi (FPsi) pada Pemilihan Umum Raya (Pemira) FPsi, Selasa (20/5). Bagus unggul dengan 220 suara dari total 361 suara. Sementara pasangan Ariansyah-Khifrun Nufuz berada di urutan kedua dengan perolehan 131 suara. Untuk program kerja ke depan, Bagus berencana akan buat forum diskusi terbuka yang terdiri dari anggota pema dan komandan tingkat untuk tampung aspirasi mahasiswa. Sedangkan pemilihan kelompok aspirasi mahasiwa (KAM) dimenangkan KAM Sahabat dengan 190 suara. (Tantry Ika Adriati)

26 Mei 2014 WENTY TAMBUNAN | SUARA USU

18 Mei 2014

SEMINAR MENOLAK ROKOK | Pemateri Taufik Ashar (kiri) menjawab pertanyaan dari peserta seminar bertajuk ‘Dare Youth Not To Use Tobacco’, Sabtu 17 Mei di Auditorium FKM. Taufik mengatakan dari kurun waktu 1995-2010, jumlah perokok remaja laki-laki naik dua kali lipat dari empat belas ke 37 persen. Sementara untuk remaja perempuan naik lima kali lipat dari 0,3 persen menjadi 1,6 persen dalam kurun waktu yang sama.


BIODATA

24 profil Lahir dan besar di bawah asuhan mamanya yang seorang peboling, bakat Indi langsung diasah sejak kecil. Kini ia atlet boling andalan Sumut, ingin jadi andalan Indonesia.

SUARA USU, EDISI 98, JUNI 2014

Aldila Indryati

Bidik Predikat Peboling Nomor Satu Indonesia Ferdiansyah

J

aya Ancol Bowling Center, Jakarta ramai namun mencekam Februari silam. Aldila Indryati dan seluruh kontingen putri Indonesia saat itu juga ikut tegang melihat perolehan poin. Indonesia masih tertinggal dari Korea Selatan di game kelima. “Tinggal satu game lagi,” seru Indi—sapaan akrab Aldila Indryati—dalam benaknya. Bagi Indi, Korea Selatan jadi lawan yang paling tangguh saat itu. Namun perlahan perolehan poin Indi dan kawankawan membaik. Indonesia unggul di game terakhir. Indonesia menang. Medali emas Kejuaraan 15th Asian School Tenpin Bowling Championships 2014 berhasil digenggam tim putri Indonesia. Jadilah Asian School 2014 prestasi internasional terbaik bagi Indi saat ini. Persiapan Indi untuk Asian School 2014 tidak instan. Mulai pertengahan 2013, Indi harus mengikuti pemusatan latihan nasional (pelatnas). Indi yang satu-satu nya dari Sumatera Utara (Sumut) pun izin meninggalkan bangku kuliah sementara. Di Jakarta ia bertemu empat atlet boling lainnya. Semuanya berawal dari sekolah asar (SD). Indi yang kala itu masih kecil, sering diajak mamanya berlatih di Yuki Simpang Raya Medan. Rupanya sang mama juga atlet boling Sumut. Awalnya Indi kecil hanya memperhatikan mamanya berlatih. Namun lama-kelamaan Indi tertarik mencoba. Sekali dua kali mencoba, ia mulai terbiasa dan suka boling. Lemparannya lebih sering akurat. Indi bilang ke mamanya ingin bermain boling. Mamanya sendiri yang melatih Indi bermain boling saat kelas enam SD. Indi merasa tak ada paksaan dari orang tua. “Sering nemenin mama jadinya suka aja,” tuturnya. Namun mamanya baru melatih

Indi secara intensif di tahun b e r i kutnya. Ibarat buah jatuhn y a

YULIEN ESTER LOVENNY G | SUARA USU

memang tak jauh dari pohon. Ceritanya, Indi mendaftarkan diri di sebuah kejuaraan junior se-Kota Medan yang digelar di Perisai Plaza, Medan. Ini adalah kejuaran pertamanya. Hasilnya tak disangka, Indi juara. Setelah kejuaraan pertamanya, Indi mulai beranjak ke kejuaraan nasional. Berbagai kejuaraan di Jakarta diikutinya, hingga ia masuk konti ngen Sumut pada Pekan Olahraga Nasional XVIII di Provinsi Riau. Perolehan medali Sumut waktu itu cukup terangkat oleh dua perunggu dan satu perak yang diraih Indi. Ajang internasional pun tak absen diikutinya. Hasil ini dan banyak prestasi lainnya melengkapi predikat Indi sebagai atlet boling nomor tujuh Indonesia

saat ini. Ketua Umum Persatuan Boling Indonesia Sumut Singgih Goenawan telah melihat potensi Indi sejak ia kelas enam SD. Singgih awalnya kenal mamanya Indi yang saat itu atlet boling Sumut. Ia lihat Indi di kejuaraan pertamanya. Singgih langsung menaruh harapan pada Indi saat itu. Prediksi Singgih tak salah. Indi tumbuh menjadi atlet boling andalan Sumut seperti sekarang ini. Singgih menganggap Indi anak yang punya tekad kuat. “Masih umur segini udah jadi nomor tujuh nasional dia, dua tiga tahun ke depan besar harapan bisa jadi nomor satu,” katanya. Jadi nomor satu di Indonesia jadi pencapaian tertinggi yang Indi inginkan. Keseriusannya ditunjukkan dengan kembali berlatih intensif menjelang Agustus nanti. Ia akan mewakili Indonesia pada Kejuaraan Dunia Boling level remaja di HongKong. Ia juga bakal ikut serta di Sea Games tahun depan. “Pencapaian terbesar yang ing in aku raih, ya jadi nomor satu di Indonesia lah!” ungkapnya.

Tiga Jam Terbang Demi Latihan Indi kuliah di Departeman Ilmu Komunikasi. Ia kesulitan menyeimbangkan waktu untuk berlatih boling dan kuliah. Pasalnya, satu-satunya tempat latihan boling di Medan, tepatnya di Perisai Plaza tutup. Walhasil, sejak awal 2013 jadilah ia ke Jakarta untuk berlatih intensif. Tentu aktivitas perkuliahan Indi ikut terganggu. Tak jarang ia izin berminggu-minggu tak mengikuti perkuliahan. Biasanya Indi ke Jakarta pa ling cepat selama dua minggu untuk menjalani latihan. “Belum lagi kalau pelatnas, agak sulit sih kuliahnya,” tuturnya. Pernah, jadwal pertandingan bentrok dengan Ujian Tengah Semester (UTS) atau pertandingan. Mau tak mau, ujian ditinggalnya dulu demi pertandi ngan. Ia ikut susulan. Di ten-

Nama: Aldila Indryati TTL: Medan, 23 Februari 1995

Pendidikan: SD Bayangkari Medan (tamat tahun 2006) SMP Harapan 2 Medan (tamat tahun 2009) SMA Negeri 1 Medan (tamat tahun 2012) Ilmu Komunikasi FISIP USU 2012

Prestasi: - Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XVIII di Provinsi Riau : - Juara II (1 Medali Perak) dalam Event Double Putri - Juara III (1 Medali Perunggu) dalam Event Tim - Juara III (1 Medali Perunggu) Event Master - Juara II U-18 11th Indonesia International - Open Tenpin Boling Championships 14-22 September 2013 di Jaya Ancol Boling Center, Jakarta. - Juara III (Tim Indonesia) Kejuaraan 17th ASEAN Youth Tenpin Boling Championships, 7-14 September 2013 di SCAA Boling Centre & Hong Kong Sports Institute -Juara III (Tim Indonesia) Kejuaraan 14th Asian School Tenpin Boling Championships, 8-15 Juli 2012 di Jaya Ancol Boling Center, Jakarta - Juara I (Tim Indonesia) Kejuaraan 15th Asian School Tenpin Boling Championships, Februari 2014 di Jaya Ancol Boling Center, Jakarta

gah-tengah latihan, ia pun belajar untuk mengejar ketertinggalan tersebut. “Selalu bingung kalau ada bentrok kuliah dengan tanding,” katanya. Namun hal ini yang membuat Singgih salut dengan Indi. Sebagai wujud apresiasi, melalui KONI Sumut hanya bisa memberi uang saku intensif sebesar Rp 1,7 juta rupiah per bulannya. Indi masuk program pembinaan intensif Sumut. Indi awal Juni ini kembali berlatih intensif ke Jakarta. Singgih bilang di Jakarta ada fasilitas penginapan di apartemen yang dekat dengan tempatnya berlatih. Namun, fasilitas itu bisa digunakan kala ada even-even tertentu skala nasional atau internasional. “Kalau enggak biasanya, ya, dia nginap di tempat saudara,” tambah Singgih. Sembari fokus meniti karir sebagai peboling profesional, Indi tetap ingin menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu. Ia memilih menjalaninya berbarengan, menambah prestasi di bo ling, juga menyelesaikan studi. IKLAN


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.