Majalah Edisi 6 SUARA USU

Page 1

Majalah Mahasiswa

SUARA USU Realitas Perspektif Mahasiswa

Tak selamanya Sinabung berkabung EDISI V/XIX/2014

Rp 10.000 ISSN 2355-8946

SUARAUSU.CO



MAJALAH SUARA USU

// 11


RISET:

P

ascaerupsi Gunung Sinabung, berbagai persoalan terjadi. Salah satunya, penduduk di desa-desa terdekat wilayah erupsi harus mengungsi. Hujan abu vulkanik mengubah tempat inggal mereka jadi desa mai. Bencana Erupsi Sinabung tak ayal berdampak pada segala aspek kehidupan masyarakat. Perta-nyaannya, sudah maksimalkah perhaian pemerintah daerah maupun pusat dalam menangani dampak yang muncul dari bencana ini? Jajak pendapat ini dilakukan dengan melibatkan 384 mahasiswa USU. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara accidental dengan memperimbangkan proporsionalitas di seiap fakultas. Kuesioner disebar dalam rentang waktu 14 sampai 22 April 2015. Dengan ingkat kepercayaan 95 persen dengan sampling error lima persen, jajak pendapat ini idak dimaksudkan untuk mewakili pendapat mahasiswa USU. (Litbang)

2

Apakah Anda mengikui atau idak mengikui perkembangan tentang Gunung Sinabung?

Mengikui

3

Berdampak atau idak berdampakkah erupsi Gunung Sinabung terhadap kebutuhan sehari-hari?

54,37%

Tidak Berdampak

Apakah Anda pernah atau idak pernah berkunjung ke daerah Sinabung?

Pernah

42.97% Tidak Pernah

57.03%

12 |

MAJALAH SUARA USU

46,01%

53.99%

Berdampak

1

Tidak Mengikui

45,63%


RISET:

4

Sudah atau belum maksimalkah perhaian pemerintah dalam penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung?

7,23% Sudah Maksimal

Sudahkah Pemerintah Peduli Sinabung?

5

27,33%

65,40%

Cukup Maksimal

Belum Maksimal

Menurut anda, mampu atau idak mampukah pemerintah menangani masalah relokasi pengungsi?

?

Tidak Mampu

32,70%

? Mampu

67,30%

ILUSTRASI: ANGGUN DWI NURSITHA | SUARA USU

MAJALAH SUARA USU

| 13


LAPORAN UTAMA:

Warga Desa Kinayan sedang mencoba menanami kembali lahannya yang sudah tertutup abu vulkanik, Selasa (14/4).

14 |

MAJALAH SUARA USU


LAPORAN UTAMA:

Berkabung di Kaki Sinabung Sejak erupsi pada 2013, kondisi masyarakat Karo belum membaik. Dua tahun berlalu, warga enggan beralih pekerjaan dari bertani. Trauma masih membekas di hati masing-masing.

Teks: Tantry Ika Adriati dan Anggun Dwi Nursitha

YULIEN LOVENNY ESTER GULTOM | SUARA USU

MAJALAH SUARA USU

| 15


LAPORAN UTAMA:

M

asrita Boru Pelawi tak sanggup lagi melangkah. Jalanan terlalu sesak dipenuhi orangorang yang berlarian. Awan panas menutupi langit desa, pandangan Masrita kabur karenanya. “Enggak sanggup lagi, kau duluan sajalah, Nak, ujar a. La gkah a terhe i, tak ada lagi yang terlihat. Hanya terdengar suara orang-orang yang berhamburan meminta pertolongan. Risky, anak lelaki Masrita tak menghiraukannya. Anak berusia enam belas tahun itu tetap menggenggam erat tangan Masrita. Na u Masrita tetap erhe i, sudah lama ia dan putranya menyetop kendaraan agar bersedia memberi tumpangan, tetapi tak ada satupun mobil a g au erhe i. “udah dipe uhi warga lain yang lebih dulu naik. “Ayoklah mamak, pelan-pelan kita jalan,” ujar Risky. Putranya tetap tak mau melepas tangan Masrita. Alhasil, ereka pu erjala dari Desa “i a e e uju Desa “uka alu a g erjarak km. Beruntung, sebuah mobil dari Desa “igara g-gara g erhe i da ersedia memberi tum-pangan. Tak anyang, duduk bersempitan bukan masalah bagi Masrita kala itu. Masrita awalnya dibawa ke Jambur Taras. La tara tak ada arga Desa “ia e , ia pi dah ke Ja ur Lige. Warga “i a e a ak di Ja ur Lige. Maka di sanalah Masrita menetap sementara. Malam itu Masrita dan warga lainnya idur di Ja ur Lige ta pa erseli ut dan mengenakan pakaian seadanya. “Untung pakai baju hangat waktu itu.” “epte er Gu u g “i a u g meletus lagi. Letusan abu keluar disertai lontaran pasir dan kerikil. Awan panas elu ur dari agia selata da te ggara Karo, le ih dulu e ge ai iga desa a g erjarak k dari pu ak gu u g. Keiga a ialah Desa Bakerah, Desa “uka eriah, da Desa “i a e . “aat letusa terjadi, Masrita erlari ke pe dopo Desa “i a e . Dengan arahan koordinator lapangan saat itu, Masrita da arga Desa “i a e di a a e gu gsi ke Ja ur “i pa g

16 |

MAJALAH SUARA USU

Tempat tinggal Masrita di Universitas Karo.Tampak barangbarang memadati ruangan yang berukuran 6x4 m, Minggu (26/4). WENTY TAMBUNAN| SUARA USU

Kata. Mereka menetap di sana selama seminggu, lalu pindah lagi ke Jambur Tuah Lopai. “ela g se i ggu, Masrita dan warga lainnya diperbolehkan pulang ke desa. Na u , tak seperi erupsi di tahu , erupsi kali i i terjadi erula gulang. Entah sudah berapa kali Masrita pula g pergi ke Desa “uka alu, kada gkadang ia pergi ke Desa Perteguhan, hanya untuk berlindung dari erupsi. Pada waktu itulah Masrita bisa menyelamatkan sebagian barang miliknya, pun hanya pakaian seadanya. “Enggak per ah lagi e ak idur ka i, sesalnya. Tak lama, Badan Penanggulangan Be a a Daerah BPBD e ataka keiga desa terse ut e jadi jalur erupsi “i a u g da harus segera direlokasi. Masrita dan warga lainnya tak diperbolehkan kembali ke desa. Masrita pasrah, tak ada yang bisa diselamatkan dari rumahnya. Harta bendanya lenyap, lada g a teri u lu pur, desa a sudah jadi desa ai da tak la ak dii ggali lagi. Kejadia i i e jadi trauma tersendiri bagi Masrita. “Terakhir ke sana, ziarah penyambuta ula ra adha , erita a. Melihat hamparan desanya yang porak poranda mengingatkan Masrita akan kejadia letusa Gu u g “i a u g dua tahu lalu. “ejak itu ia tak per ah lagi e gu ju gi Desa “i a e . Atas sara dari “astra Gi i g, Ke-

pala Pe gu gsi Desa “i a e -Bakerah akhirnya Masrita dan warga Desa Bakerah dipindahkan di Yayasan Universitas Karo UKA I. Di sa alah kor a erupsi dari arga Bakerah da “i a e diungsikan. Ya asa UKA I e iliki iga gedu g. “atu gedu g di se elah ka a ger a g, dan dua lainnya saling berhadapan di se elah kiri ger a g. Gedu g di se elah kanan merupakan bekas kelas yang terdiri atas iga la tai. “eda g dua gedung lainnya hanya punya satu lantai. Terdapat juga satu tenda bewarna biru yang tegak kukuh di tengah lapangan luas. Tenda tersebut berisi pasokan makanan untuk semua warga yang mengungsi. Konon seluruh warga memasak makanan bersama di tenda tersebut. Ka ar Masrita se esar , eter terletak pada salah satu kelas, diisi oleh enam kepala keluarga. Kelas itu tersebar di iga gedu g a g dihu i oleh kepala keluarga. Ada ora g pe gu gsi dari Desa “i a e da ora g pengungsi dari Desa Bakerah. Kini jumlahnya sudah berkurang dibanding pertama kali korban me ngungsi, sebab warga banyak yang pindah setelah e dapat a tua . Waktu itu isa sa pai li a ri ua , u ap “astra. Untuk memenuhi kebutuhan seharihari, warga menggunakan air sumur ilik Ya asa UKA I. Air a g digu aka di ukupka u tuk ke utuha arga


LAPORAN UTAMA: Desa “i a e da Desa Bakerah. Nau , air dirasa asih kura g, tak ukup e a ggu g segala aki itas arga, aik a di, e u i, ere us air iu , da a g lai a. “u ur or a g di uatka setelah Pre side Joko Widodo saat datang tahun lalu tak lama bisa digunakan. “Pengerjaannya kurang bagus, beberapa bulan setelah jadi sudah ai air a, keluh “astra, hal sa a juga dirasakan pengungsi lainnya. Di Desa Pa u g, Firdaus “ur aki turut merasakan kurangnya sumber air bersih. “e elu terjadi e a a, su er air ersih Desa Pa u g erasal dari Desa “ukaeriah. “e a Desa “uka eriah sekara g sudah idak ada lagi, ki i Desa Pa u g e dapat su er air ersih dari iga sumur bor yang dibuat oleh Badan Nasio al Pe a ggula ga Be a a BNPB . Firdaus menyayangkan pemerintah a g le ih e erhaika arga tujuh desa yang akan direlokasi. Tujuh desa itu ialah Desa Bakerah, Desa “i a e , Desa “uka eriah, Desa Guruki a a , Desa Berasitepu, Kota To ggal da Desa Ga er. Padahal, arga lai a seperi di Desa Pau g juga e utuhka a tua . “elai karena kondisi di desa yang tak laik, juga karena hasil perkebunan yang tak kunjung meningkat. Bantuan yang didapat Firdaus hanya bertahan beberapa bulan setelah erupsi. Pun, tak banyak yang diberikan pemeri tah. Di a al erupsi tahu arga ha a di eri jatah hidup se esar Rp ribu per harinya, serta pernah dapat uang Rp ri u dari Preside Joko Widodo. Masrita pun begitu, uang pemberia se a ru ah se esar Rp , juta da se a laha se esar Rp juta a g di erika tahu lalu tak ukup enyokong kehidupannya hingga bantuan kedua datang Maret ini. Padahal ia masih berharap pemerintah tetap meneruskan bantuan hingga relokasi ra pu g. Ki i aik Masrita, “astra, maupun Firdaus tak punya apa-apa lagi selain bantuan yang ia dapat, baik dari pemerintah maupun masyarakat luar kabupaten. “Kami harap bantuan tak erhe i, ujar Masrita. “u ur Ta u , selaku Kepala Pelak-

sana BPBD mengumumkan bahwa setelah diberikan bantuan tersebut arga sudah idak e jadi ta ggu g ja a pe e ri tah lagi. “e ua a g mendapat uang harus menyewa rumah dan lahan sendiri untuk bertahan hidup, menunggu hingga pembangunan huia tetap di “iosar, Ke a ata Merek selesai. Pos-pos pe-ngungsian pun ditutup. Kini tanggung jawab pemerintah hanya membangun hunian tetap bagi desa-desa yang menjadi jalur lumpur pa as Gu u g “i a u g. “u ur erdalih pe eri tah kabupaten tak punya dana lebih untuk membantu masyarakat Karo. Tanggung jawab pemerintah hanya memerika a tua hi gga Maret i i. “ebab, dana yang digunakan berasal dari dana siap pakai BNPB. Penggunaannya akan selesai setelah Karo memasuki tahap pas a e a a seperti sekara g. “u ur juga erharap da a le ih pada pemerintah pusat.

WENTY TAMBUNAN | SUARA USU

“enggak pernah lagi nyenyak tidur kami.” -masrita bori pilawi Trauma dan Gagal Panen April , dua tahu sudah erupsi erkepa ja ga Gu u g “i a u g erlalu. Letusan tetap terjadi, kadang memuntahkan abu vulkanik, kadang juga e galirka lu pur dari pu ak gu u g. Akibatnya, yang terlihat kini ialah tum-

buh-tumbuhan dan pinggiran jalan yang diseli ui a u. Huja lu pur ela da desa, April ini. Desa a g erjarak . kilo eter dari kaki Gu u g “i a u g itu er a a Desa Pa u g. “eora g lelaki tua duduk di depa teras seluas eter. Laki-laki erusia tujuh puluh tahun itu bernama Baik Pandia. Pekerjaan sehari-harinya ialah erta i ta a a uda seperi a ai, toat, a a g erah, da a a g puih. “ekara g ka i sudah tak isa lagi e aa , u ap a. “ejak huja lu pur pada ia idak per ah erasaka pa e lagi. “udah li a kali ia o a, tapi selalu gagal. Laha yang ia jadikan untuk bertani sudah tak laik lagi. Lantas ia langsung menunjukkan ukuran ketebalan abu di ladangnya de ga ta ga a. “egi i te al a, sepuluh se i eter lah,” keluhnya. “ejak Fe ruari lalu, idak ada lagi pemasokan untuk membiayai keperluan keluarganya. Bantuan dari pemerintah yang ia dapat hanya sekali, berupa beras dan uang. “Desa kami kan enggak hanur seperi Desa “uka eriah, jadi e ggak dikasih bantuan yang gimana kali,” u ap a. Ba ak a tua erdata ga dari swasta, namun beberapa bulan ini idak data g lagi. “elai erta i, Baik mengaku memang tak tahu lagi ingin bekerja apa. Begitu pun dengan Nurtala Beru “itepu, arga Desa Guruki a a a g biasanya menghabiskan waktu untuk bertani. Meski ia sudah menyewa lahan untuk bertani, tetapi hasil pertaniannya tak pernah ia rasakan sekali pun. “Pas mau pa e , “i a u g eletus lagi, sahut Nurtala. Ia e a g seri g e a a ta aa seperi jagu g da a ai. Na u sejak erupsi berkesinambungan hingga April lalu, Nurtala tak per ah e a a lagi. Ia trau a elihat lada g a a g ha ur. “Paling mocok ke ladang orang,” imbuhnya. Nurtala maupun Baik tak pua kuasa u tuk eralih pekerjaa . “ebab mereka terbiasa bertani sejak dulu. Kini warga hanya berharap pada bantuan pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat lainnya. Berbeda dengan Nurtala dan Baik, MAJALAH SUARA USU

| 17


LAPORAN UTAMA: Korban Erupsi Gunung Sinabung menggunakan air bersih secukupnya untuk kebutuhan setiap hari. Air sumur milik Yayasan UKA I belum mencukupi kebutuhan 250 warga, Jumat (10 /4). WENTY TAMBUNAN| SUARA USU

He at Br “e iri g, arga Desa Bakerah beralih pekerjaan menjadi penganyam. Ia hidup seora g diri di Ya asa UKA I. “e ua a ak a era tau. Tu uh a g renta membuatnya tak bisa bekerja seperi arga pe gu gsia lai . Keseharia ku u a e ga a , imbuhnya. Anyaman berupa wadah nasi dibuata seiap hari. Hasil dari a a a itu lalu diiipka di kedai ke il tak jauh dari pegu gsia . He at e gaku etah i ggal di daerah sekitar pengungsian, ia merasaka i ul a keluarga-keluarga aru. “Karena kita bernasib sama,” tuturnya. “u ur Ta u eralasa sa a menanggapi perekonomian warga Karo se e jak erupsi pada tahu . Pereko o ia Karo e uru drasis, ujar a. Ke e deru ga as arakat Karo er o ok ta a susah u tuk dii ggalka . Makanya, sebagai solusi terakhir pemerintah memberi bantuan untuk menyewa ladang bagi tujuh desa yang terkena lumpur panas. Ketujuh desa itu ialah Desa Bakerah, Desa “i a e , Desa “uka eriah, Desa Guruki a a , Desa Berasitepu, Kota To ggal, da Desa Ga er. Berdasarkan data Badan Pusat “taisik dila sir dari “taisik Keua ga Pe eri tah Ka upate /Karo / , pendapatan asli daerah Kabupaten Karo e i gkat dari Rp juta e jadi Rp juta. Meski egitu, “ekretaris Desa Ka upaten Karo me-ngatakan pemasukan yang berasal dari sektor pertanian mengalami kerugia e apai e pat triliu . Ber e-

18 |

MAJALAH SUARA USU

da pada data tahu / , pe dapata asli Karo e i gkat dari Rp juta ke Rp juta. Na u pe ghasila arga di bidang pertanian meningkat. Hal ini dikarenakan erupsi yang terjadi sejak tahu terjadi erkepa ja ga , sehingga tak ada jeda bagi warga untuk merasakan panen. Berbeda dengan erupsi tahu a g ha a terjadi sekali, dampaknya keadaan tanah Karo menjadi subur dan penghasilan warga meningkat. Bahkan pendapatan per kapita Kabupaten Karo e i gkat e jadi o or iga di “uatera Utara u tuk i gkat ka upate . Berdasarka data Bada Pusat “taisik Ka upate Karo, ko tri usi sektor perta ia agi produk do esik regio al ruto PDRB Ka upate Karo e galai pe uru a . Tahu su a ga sektor i i e apai , perse . Pada tahu aki at eletus a Gu u g “i a u g su a ga sektor perta ia e uru e jadi , perse . “e pat e i gkat , perse di tahu , Nau e uru lagi di tahu e jadi , perse . Wah u Ario Prato o ikut prihai dengan kondisi tersebut. Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan sekaligus pengamat ekonomi ini menerangkan sumber pendapatan daerah yang dari sektor pertanian tak lagi menjadi andalan Kabupate Karo. “e a se agia esar lada g arga asih elu isa dipakai. “ehi gga pengangguran pun meningkat. “e agai solusi, ia e ara ka agar masyarakat Karo beralih dalam memenuhi

kebutuhan hidup. Awalnya Karo yang dikenal sebagai sektor pertanian dapat ditransformasikan menjadi sektor pariwisata. Atau sektor pertanian yang dijadikan pendapatan utama dibarengi dengan sektor pari isata. “e a pera- a sektor jasa dan perdagangan, hotel dan restoran semakin meningkat seiring dengan berpindahnya tenaga kerja pertanian ke sektor tersebut. Hal inilah yang menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten. “Beri kail pada masyarakat Karo terutama a g asih uda, idak ha a u pa , u ap a. Namun, usaha juga seharusnya berbarengan datang dari masyarakat Karo. Tak bisa hanya mengharapkan bantuan yang berdatangan. “Masyarakat Karo harus bangun dari kertepurukan dan bena a i i, idak ha a terus e u ggu a tua pe eri tah, kata a opi is. Untuk membentuk Karo menjadi sektor pariwisata diperlukan langkah awal. “alah satu la gkah a al a pe eri tah haruslah berdialog pada masyarakat Karo untuk berubah. Juga berikan pelayanan terbaik kepada pengunjung pariwisata. Me arik perhaia pe gu ju g isata agar berdatangan bisa diakali dengan membuat event. I i juga upa a e perke alka udaya sekaligus menjual tempat-tempat pariwisata di Karo sekaligus Medan. Jika solusi tersebut dapat dilakukan, masyarakat Karo bisa kembali sejahtera dan bisa meminimalisir angka pengangguran. Lagipula tahu i i pe eri tah idak mensubsidi premium. Jadi ada dana tersimpan sebesar seratus triliun yang dialihka u tuk pe a ga a e a a di I do esia, teruta a e a a eletus a Gu u g “i a u g. Harus isa didoro g oleh Jokowi.” “u ur tak e a pik hal tese ut. “aat ini Pemerintah Kabupaten Karo sedang berusaha agar masyarakat beralih bekerja dari bertani. “Namun butuh waktu,” kata a. “aat i i ia erharap as arakat Karo bersabar. Pun, dana yang diberikan pemerintah Karo hanya sebatas itu saja. “e a , pe eri tah Karo juga erharap dana dari pemerintah pusat.



LAPORAN UTAMA:

Kawasan hunian rumah yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Karo di Desa Siosar, Minggu (26/4).

20 |

MAJALAH SUARA USU


LAPORAN UTAMA:

Babak Baru Pasca erupsi Sinabung “Masyarakat kami harus kuat, harus tetap punya pengharapan. Saat Sinabung berhenti, pertanian bisa kembali hidup seperti semula”—Saberina Tarigan, Sekretaris Daerah Kabupaten Karo.

Teks: Yulien Lovenny Ester Gultom dan Erista Marito Oktavia Siregar Foto: Wenty Tambunan

A

khir Oktober lalu, Presiden Joko Widodo dan ajudanajuda ya i a di Ka upate Karo. Mereka erjalan kaki dari simpang Desa Guru Ki aya e uju daerah pi ggira sungai tempat penampungan pengungsi Gu u g “i a u g. Di sa a, ri ua pengungsi serta warga dari berbagai desa e a i ku ju ga ora g o or satu Indonesia yang baru sembilan hari e ja at itu. Tiba di pengungsian, rakyat berbondong-bondong ingin menyalami preside . Be erapa e gu gkapka kelu-

ha -keluha ya sela a setahu i ggal di pe gu gsia . “a ar-sa ar ya, Bu, a i ku iki ka Kartu “ehat da Kartu Pi tar u tuk sekolah, egitu kata Nurtala Beru Sitepu, 50 tahun, warga Desa Guru Ki aya e iruka ja ji Preside Joko Widodo. Be erapa ja setelah ya, di te pat er eda, “u ur Ta u , Kepala Pelaksa a Bada Pe a ggula ga Be a a Daerah BPBD Ka upate Karo eserta jajara pe eri taha Ka upate Karo diku pulka . Mereka e dapat a dat e a gu te pat i ggal aru MAJALAH SUARA USU

| 21


LAPORAN UTAMA: agi pe gu gsi. Pe a gu a harus segera dimulai,” ujar Subur menegaskan a dat Joko i. A al No e er, “u ur, Di as Kehuta a , Bada Pere a aa Pe a gunan Daerah, Dinas Pekerjaan Umum da Di as Perta ia Karo erku pul lagi, tujuannya mengamini perintah preside . Mereka ere uk e ari laha aru u tuk pe gu gsi. Mulaula ereka e ari laha di sekitar Sinabung, namun tak ada lahan yang ukup luas u tuk itu. Harga ta ah pu ahal, keluh ya. Lama berembuk, akhirnya mereka e e uka laha ya g o ok. Mereka pilih Mardi di g da “iosar. Subur tawarkan dua lokasi ini kepada kor a “i a u g di pe gu gsia . Pihak ya juga e yosialisasika re a a relokasi agar arga setuju pi dah. Tapi, sebagian besar warga menolak direlokasi ke Mardi di g se a jarak ya terlalu jauh, aka terpilihlah “iosar. “Lahan pemkab di Siosar mereka au, erita “u ur. “e agai i dak la jut atas ku ju ga Preside Joko Widodo ke Ta ah Karo, tujuh ratus prajurit TNI dari beberapa satua di jajara Ko a do Daerah I Bukit Barisa dituru ka la gsu g u tuk a tu e uka jala ke “iosar. Kala itu, belum ada jalan ke Siosar, Siosar sendiri adalah kawasan hutan produksi ya g diizi ka di uka u tuk laha i ggal aru agi pe gu gsi “i a u g. Awal November, jalan sepanjang 3,8 kilometer jalan menuju kawasan hutan produksi “iosar pu di uka. Na u , hujan deras yang sering turun menjadikan tanah berlumpur sehingga jalan sulit dile ai. Para TNI kesulita e ga gkut bahan material bangunan sebab ke daraa elu isa asuk. “atu-satu ya ara ialah erjala kaki. “epatu mereka penuh lumpur hingga sedalam mata kaki, gerak kaki terhambat karena lu pur seolah e ghisap. Bahka , para TNI mengangkut batu bata dengan tas sa da g lore g di pu ggu g ereka. Meda ya g dite puh TNI ukup berat saat itu,” kenang Sutrisno, salah

22 |

MAJALAH SUARA USU

seora g prajurit TNI sekaligus Ko a da “ei gkat Bagia Ru ah. Tak kehabisan akal, untuk membantu pengangkutan bahan bangunan te aga ker au pu di erdayaka . Tu uh ker au diikatka pada se uah gero ak. Puluha ata di uat ke dala gero ak. Saat jalan menanjak, para tentara mendorong gerobak agar kerbau mudah

“Pembangunan harus segera dimulai.” - sUBUR tAMBUN

e daki. “e e tara i frastruktur jala terus diperbaiki, akhirnya, Desember 2014, lima puluh unit rumah berhasil didirikan dan 9,2 kilometer jalan berhasil diuka. Warga dari iga desa yak i Desa “uka Meriah, Desa Bakerah da Desa “i a e aka e e e pai ru ahru ah aru itu. Tiga desa i i sudah rata de- ga ta ah, idak ada lagi a gu a ya g tersisa. Oleh se a itu, pe a gunan tahap awal hanya diperuntukkan agi ereka. Tak ha ya jala , ra a ga te pat i ggal agi pe gu gsi juga sudah ra pu g. Ra a ga terse ut diga ar

pada sele ar kertas. Ta pak ar a hijau mendominasi kertas berukuran A3 itu, di tengahnya ada gambar sekumpula kotak-kotak ke il er ar a ku i g, ju lah ya puluha . “Ini rumah warga yang akan dibangun,” Subur menunjuk pada gambar terse ut. Tak lama, tangannya beralih pada ku pula ar a hijau. “Lahan pertanian akan dibangun di si i, ujar ya. Me a g, e a tu pe a gunan rumah pengungsi di Siosar jadi salah satu Karya Baki TNI skala esar. Tahap awal ada 370 unit rumah yang harus dibangun, ini berdasarkan kesepaha a dala Me ora du of U dersta di g MoU a tara Pe ka Karo da TNI. Dala MoU ditargetka Juli sudah selesai, ujar “utrio o. Ada iga ratus kepala keluarga yang terdiri dari 1212 jiwa yang akan e dapat hu ia tahap perta a. Ru ah terse ut e iliki luas dua ratus meter persegi dengan panjang 6x6 meter, luas rumah sudah sesuai standar yang ada, bahkan luas rumah ditambah 50 meter persegi dari jumlah yang ditetapka yaitu eter persegi. Ia bilang lahan yang lebih bisa digunakan u tuk laha pekara ga . Ru ah itu terdiri dari satu kamar mandi, satu kaar idur da rua g ta u serta dapur dan total pembangunan 59,4 juta per ru ah. Hi gga saat i i, pe a gunan rumah bertambah hingga 116 unit ru ah. Terkait dana, Subur bilang dana pembangunan tahap awal berasal dari dana siap pakai Bada Nasio al Pe a ggula ga Be a a BNPB . Tak ha ya sa pai relokasi tahap satu, re a a ya aka dilakukan relokasi tahap dua untuk empat desa lai ya yaitu Guru Ki aya , Berasitepu, Kota To ggal, da Ga er. Da a untuk tahapan kedua berasal dari pendaaa or al, ari ya ri ia diajuka ke ke e tria keua ga ke udia ke BNBP sela jut ya dituru ka ke BPBD. Tapi idak sekara g, u gki , ujar “u ur.


LAPORAN UTAMA: Ia bilang pengajuan ke kementrian keuangan sudah diajukan awal April lalu dan hingga saat ini masih diproses dan saat ini ia mengatakan masih mendata warga keempat desa yang juga akan direlokasi e erapa tahu e data g. Bula Fe ruari , iga per akila dari masing-masing desa dikumpulkan, ereka aka e a ut o or u tuk e e pai hu ia , terpilihlah Desa Bakerah u tuk e e pai u it ru ah ya g sudah selesai. Desa “uka eriah dapat urutan kedua dengan 128 unit rumah seda-ngkan Desa Sia e dapat uruta keiga de ga u it ru ah. Sebenarnya, telah ada 119 unit rumah siap huni untuk warga Desa Bakerah sejak Maret lalu. Na u warga tak mau pindah sebab tak ada lahan pertanian yang bisa digunakan untuk er o ok ta a da memenuhi kebutuhan hidup. “alah satu ya, He at Beru “e iri g, arga dari Desa Bakerah ya g sudah lebih setahun mengungsi di Gedung Yayasan U i ersitas Karo. He at da arga Desa Bakerah e a g sudah e a ut nomor untuk mendapatkan rumah-rumah tersebut, tapi mereka belum mau pindah sampai seluruh pembangunannya selesai dan lahan pertanian selesai digarap. Ia erharap pe eri tah epat e yelesaika pembangunan tersebut, barulah ia dan arga Bakerah lai ya au era jak dari pe gu gsia . Gerak Lambat Relokasi Sinabung Twenty Sitepu, Warga Desa Sukame-

riah ingat betul bagaimana ia dan warga desa e gu gsi. Tak ada ke daraa atau a tua pe eri tah. Mereka diu gsika ke Masjid da Gereja. Ba tua yang ia rasakan dominan dari swasta, juga dari perkumpulan wirid ibu-ibu di Meda aupu dari do atur Gereja. Bahka T e ty elu tahu kapa ereka dipi dahka ke te pat i ggal aru. Ya g ia tahu, hi gga ta ggal 8 Maret se ua pe gu gsi

diminta pindah dari pengungsian dan harus e ye a ru ah serta laha . Masing-masing kepala keluarga diberikan se esar Rp ,8 juta u tuk se a ru ah da Rp juta u tuk se a laha . Jatah hidup lima ribu per kepala diberikan un-

tuk ke erla gsu ga hidup ereka. Bukit, Kepala Desa “ipayu g erpendapat memang relokasi warga desa lai ya ukup la at, alau Desa “ipayu g idak ter asuk dala zo a ahaya erupsi Sinabung, ia berharap pemerintah epat elakuka relokasi. Me urut Bukit, ke dala idak epat ya relokasi se a pe eri tah idak e etapka erupsi “i a u g jadi e a a asio al. Saberina Tarigan, Sekretaris Daerah Ka upate Karo erpe dapat se alik ya. Me urut “a erina, relokasi pengungsi ter asuk epat. “aberina bererita, sejak 24 Januari 2014 silam saat Preside “usilo Ba a g Yudhoyo o “BY data g ke Karo u tuk elihat korban erupsi Sinabung, presiden telah memerintahkan untuk merelokasi arga. Sampai akhirnya dipilih kawasan hutan produksi “iosar. Re a a ya hektare untuk pemukiman dan seluas 416 hektar di sekitar Siosar untuk perta ia . Tapi, u tuk pemakaian 416 hektar diperlukan izin dari Me teri Kehutaa . Maka saat itu juga, Pe ka Karo kiri ka surat ke kementrian namun belum ada tanggapa dari ke e teria . Kedata ga Presiden Joko Widodo membuat proses semakin epat. “a eri a ila g, Joko i la gsu g e ghu u gi Me teri Kehuta a u tuk e per epat izi pe ggu aa laha di Siosar, setelah itu, tahap pembukaan jala hi gga pe a gu a dilakuka . Relokasi idak la at, tapi se ua

MAJALAH SUARA USU

| 23


LAPORAN UTAMA:

Lumbantobing (50) memberikan keterangan konsep desain relokasi, Minggu (26/4). Ahmad M Nabawi (26) menyelesaikan proyek bangunan rumah hunian di Desa Siosar, (26/4). ada proses ya, ujar ya. “elai itu, ada a yak peri a ga dala pe iliha lokasi. Ia ila g pe iliha lokasi “iosar idak asal, harus eli atka Balai Li gku ga Hidup da ko sulta ya g paha te ta g lokasi i i. Bila idak, daerah “ei Wa pu da A eh isa terke a a jir akibat penggundulan hutan pinus seara keseluruha . Me ge ai a a a e jadika “i a u g se agai e a a asio al sudah ter etus sejak kedata ga “BY. Nau u tuk e jadika suatu e a a se agai e a a asio al, ada kriteria ya g harus dipe uhi seperi ju lah keaia ya g dii ulka da daerah lain yang terkena dampak akibat erupsi “i a u g. E ggak pu jadi e a a asio al, penanganannya sudah nasional,” ujar “a eri a e iruka ja a a “BY keika a a a i i dilo tarka . Ke udia , a al Mei , Pe ka Karo da Gu er ur “u atera Utara ke ali e a a aka u tuk e jadika “i a u g se agai e a a asio al. “e a sudah terjadi ha pir dua puluh bulan sejak 2013 silam dan kerugia ditaksir e apai e pat triliu ru-

24 |

MAJALAH SUARA USU

piah. Erupsi asih terus erla jut da idak dapat dipasika kapa erhe i. Mu gki seperi Merapi, dijadika e a a asio al da proses relokasi serta a tua epat dilakuka , ujar “aeri a. Jika Sinabung ditetapkan sebagai e a a asio al, a tua dari luar negeri bisa masuk serta relokasi lebih epat dilakuka se a ada a tua yang lebih dan keuntungan lain seperti pemutihan hutang piutang kora “i a u g. Kata “u ur, ila kita e a di gkan dengan masalah serupa yang terjadi di daerah lain, misalnya meletusnya Guu g Merapi di Pro i si Ja a Te gah, er eda ko disi ya. Gu u g Merapi, proses tanggap daruratnya lebih sebentar da la gsu g asuk ke tahap pas a e a a. Tahapan tanggap darurat dilakukan dengan segera untuk menangani da pak uruk seperi kegiata pe yelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasara a da sara a. “eda gka tahapa pas a e a a

Warjio

adalah usaha rehabilitasi dan rekonstruksi untuk mengembalikan keadaan asyarakat pada situasi ya g ko dusif, sehat, dan layak sehingga masyarakat dapat hidup seperi sedia kala, se elu e a a terjadi. Per aika se ara isik da psikologis juga dilakuka . Ta ggap darurat sebentar, meletusnya sebentar setelah meletus sudah normal,” ujar ya. Sinabung sendiri belum sampai pada tahap pas a e a a. “e a asa peralihan dari tahap tanggap darurat ke pas a e a a ya ukup la a. Kare a kita asih di tahap ta ggap darurat, dana dari kementerian belum bisa digunakan, dana tanggap darurat untuk kontruksi darurat bukan u tuk a gu a per a e , tegas ya. “u ur e era gka , usai asa pas a e a a, reko truksi u tuk kor a “i a u g aru isa dilakuka . Walau begitu, Saberina dan Subur berharap Sinabung kembali pulih seperi e erapa tahu sila . “a eri a erharap Karo ya g dulu se agai daerah yang terkenal dengan lahan dan hasil pertaniannya hidup dan kembali dike al. “e oga hari esok le ih aik, tutup ya.


REHAT:

AKANKAH JOKOWI ROMBAK KABINET KERJA? RESHUFELE MENTERI LAH, PAK

PAKAI HAK PREOGATIF DONG PAK!

ROMBAK KABINET ! Menteri Perdagangan Menteri Hukum dSekretaris dan HAM Kabinet

Menteri Pertahanan

Yakin Pak?

ILUSTRASI: YULIEN LOVENLY ESTER G | SUARA USU

MAJALAH SUARA USU

| 25


ULAS:

Etika Politik dan Kekuasaan,

Penguasa Harus Punya! Teks dan Foto: Amanda Hidayat Tujuh orang sudah pemimpin bangsa ini, sebentar lagi tujuh puluh tahun sudah usia ya. Na u realitas perpoliika masih jauh dari harapan apalagi ideal. De okrasi se agai e tuk pe eri taha I do esia adalah e tuk pe eri tah ter aik di a di g siste pe eri taha lai , e gi gat asyarakat I do esia ya g aje uk. De okrasi I do esia e gala i pasang surut. Selama tujuh puluh tahun i i asih e ari a a ya g o ok agi pri adi a gsa I do esia. Realitas poliik

Teks dan Foto: Amanda Hidayat Etika politik untuk apa? Semata-mata untuk Indonesia yang lebih baik dan bersahaja nantinya.

26 |

MAJALAH SUARA USU

ya g ada justru kia e je uka , idak ko dusif da e jadi ta ta ga esar agi siapa ya g ertekad e per aiki ya. Situasi perpoliika sikut e pe garuhi arak ya prakik korupsi. Hal i i isa dilihat dari pelaksa aa pe iliha u u pe ilu atau pe ilu daerah aik di i gkat pro i si aupu ka upate /kota ya g idak ersih dari prakik kotor poliik uang. Lembaga mana lagi yang bebas dari korupsi? Segala ara digu aka u tuk eraih kekuasaa eski e gora ka rakyat da de ga o gkos sosial

ya g tak sedikit. Aga a, et isitas da golo- ga e jadi ko odii ya g laku u tuk ela gge gka perseterua da upaya ere ut kekuasaa . Aki at dari tak e us ya siste pe eri taha , pe ga ggura , ke iskia erajalela, ko ik e jadi-jadi, keadila ha ya u tuk ereka ya g isa e ayar le ih i ggi. Lihat saja, aspirasi asyarakat seperi upaya pe egaka supre asi huku , per aika eko o i, pe egaka HAM asih jauh dari pa gga g api. Peduli pada rakyat? Ya, peduli.


ULAS: Keluarga da sa ak fa ili ya adalah rakyat, ya g lai la a poliik ya g harus dikalahka , da ya g lai ya lagi harus di a faatka . Buku ya g ditulis oleh Haryat oko i i dapat dijadika refere si u tuk e ja a per asalaha di atas. Perspekif ya g digu aka oleh Haryat oko adalah e edah realitas perpoliika de ga pisau edah eika da filsafat poliik. Hasil ya, i daka elite poliik ya g idak e u i tak lai dise a ka da gkalya pe aha a elite terhadap poliik itu se diri. Poliik se ata- ata di ak ai seagai tata ara, upaya u tuk eraih da e pertaha ka kekuasaa , da kalau isa—da harus diusahaka — e uat di asi. Tiik. Elite poliik yaris tak per ah elajar te ta g apa da agai a a eika da filsafat poliik. Aris-aris de ga reka jejak poliik idak jelas, nyaleg. Bekas koruptor ke parle e lagi. Bekas koruptor pu ya ja ata strategis di le agale aga lai . Keika eika da filsafat poliik itu dia aika , egeri i i erjala agai ta pa atura . Aki at ya isa kita saksika , se ua ya erjala a uradul tak karua . Kekerasa , poliik ua g, korupsi ya g e ar ai keseharia , tak isa dilepaska da erupaka agia dari prakik kekuasaa itu se diri. Ya, keiga e tuk kejahata —ya g sekara g sudah iasa, kare a iasa terlihat—itu ya g kia hari kia parah, se aki e egaska pe i g ya pe erapa eika poliik da kekuasaa . Ditangkap KPK senyum, dadah-dadah ke kamera wartawan, bicara ke ka era; kebe ara pasi teru gkap, Tuha bersa a ora g-ora g seperi saya. Seminggu kemudian dijebloskan ke pesakitan. Kebenaran terungkap. Tuhan bersamanya. Haryat oko e uliska , tujua dari eika poliik tak lai u tuk se a iasa kriis terhadap kekuasaa . Eika poliik tak isa dilepaska dari filsafat poliik, se agai pe ikira kriis ya g e eri kejelasa erfikir, yak i e e patka diri pada posisi ora g lai . Cara refleksi i i e perhitu gka di e si oral

Judul Penulis Penerbit Tahun Terbit Tebal Harga

: Etika Politik dan Kekuasaan : Haryatmoko : Penerbit Buku Kompas :Cetakan ketiga, Maret 2014 : 288 Halaman : Rp 59.000,00

kare a posisi ora g lai tak isa dia aika . Se ua sa a. Eika poliik kia terta ta g keika elihat i oralitas da keidakadila erajalela. Be tuk- e tuk i oralitas da keidakadila ya g e ggerogoi se di-se di kehidupa ersa a sudah e e tuk kejahata struktural ya g e olok, a tara lai kekerasa terle aga, radikalis e, fa ais e da korupsi. Ko flik Poso o toh, aga a diseret asuk ke dala ya. Aga a akhir ya e jadi la dasa ideologis da pe e ara si olis dari se gketa itu sehingga persoalan yang semula remeh menjadi rumit. Eika poliik juga e u tut ta ggu g ja a poliik. Ta ggu g ja a seperi upaya e a gu ko disi poliik ya g a usia i, uka ko disi pe i dasa , kekerasa da korupsi. Eika te tu e udayaka poliik ya g sa tu . Poliik sa tu adalah apa ila poliik a pu e ja i pri sip-pri sip ke e asa , kesetaraa , keadila da solidaritas. Di si ilah pera filsafat poliik da eika poliik dala e yu a gka ko struksi udaya poliik terse ut. Eika poliik e u juk aspek oraif udaya poliik sa tu da erpikir kriis, e e patka diri pada posisi ora g lai , da e iliki e pai oral ya g dala . Keiadaa pe ikira i i erupaka e tuk i daka dehu anisasi dan demoralisasi. Me urut pe dapat Haryat oko, udaya poliik sa tu e ga daika pe alara poliik ya g e ar e ya gkut iga hal, yak i isi, prosedur da ko tekstualisasi. Filsafat poliik e jelaska ko sep-ko sep, pri sip-pri sip serta ara pe alara khas prakik i situsi-i situsi da ideologi-ideologi poliik. Prosedur e ya gkut apa ya g aka diko u ika-

sika . Filsafat aka e go u ikasika pe alara da prosedur ya g digu aka dala e etapka or a- or a ya g isa diteri a a ggota asyarakat. Ko tekstualisasi di aksudka u tuk e aha i perke a ga za a ya g elaju epat de asa i i seperi ereak ya a a a tra sfor asi egara, civil society, de okrasi, et ose tris e, fe o e a korupsi, ke e deru ga pri ordialis e, kejahata struktural, kekerasa poliik, suap, da segala ya g serupa. Sayang, tulisan dan gaya bahasa yang dipakai Haryat oko—a alisis akade ikilmiahnya—sulit dicerna. Seri g terdapat kata da kali at ya g e gala i repeisi, pe ggu aa kali at ya g idak efekif dita ah gaya pe ya paia ya er elit- elit. Apakah tulisa para ahli filsafat harus selalu e gerutka ke i g pe a a ya? Ya g pasi, hal itu telah e gura gi ke ikata pe a a keika e yi ak isi uku i i. U tuk keseluruha , uku i i a pu e ghadirka i for asi-i for asi ukup pe i g di sekelili g pusara kekuasaa , di a tara ya kekuasaa dala e a a, da e aluasi ki erja kekuasaa , serta e erapa pokok fikira lai ya ya g erkaita de ga de okrasi, ko situsi, refor asi irokrasi, pe eguha supre asi sipil da aspek-aspek kekuasaa . Serta e a arka ara pa da g aru dala upaya e a gu udaya poliik sa tu , se uah tradisi ya g hi gga sekara g yaris tak dipa da g oleh se agia esar poliisi. Di si i kita juga diajak e yela i gagasa para pe ikir esar seperi Ha ah Are dt, Mi hel Fou ault, Paul Ri oeur, Er est Gell er, Mauri e Hal ahs, Jea Ladriere da lai -lai . MAJALAH SUARA USU

| 27


LENTERA:

Buku untuk Anak-Anak Samosir Teks: Rati Handayani dan Febri Rahmania

“Aku rela dipenjara asal bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” – Muhammad Hatta

28 | MAJALAH SUARA USU


LENTERA:

FEBRI RAHMANIA | SUARA USU

Sopo Belajar Lontung di Desa Pardomuan Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir, Jumat (1/5).

“Mereka calon pemimpin di masa depan, mereka akan jadi pembuat kebijakan, makanya harus berpengetahuan.” -Togu simorangkir

FEBRI RAHMANIA | SUARA USU

MAJALAH SUARA USU

| 29


LENTERA:

S

atu-satunya SMP di Dusun I Desa Pardomuan itu hanya punya enam ruang kelas, satu ruang guru dan satu ruang kepala sekolah. Setiap tingkatan kelas masing-masing punya dua ruang kelas. Kontur tanah yang berbukit membuat sebagian ruang kelas dibangun berpencar. Di ruang kelas yang berada di kelompok bangunan yang lebih rendah, murid kelas satu, sedang belajar Bahasa Indonesia. “Sekarang saya bagikan buku paket, tapi hanya bisa digunakan selama belajar ya. Nanti harus dikembalikan,” ucap sang guru memulai pelajaran. Ima Novita Siregar, salah satu murid di kelas itu hanya bisa mengamini. Pun teman-temannya. Maka buku tersebut jadi satu-satunya modal melanjutkan proses belajar mengajar. Novita yang menyukai pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya merasa sedih. Sebab ia hanya bisa membaca buku pelajaran kesukaannya itu saat pelajaran berlangsung. Tak ada buku lain di rumah. Dusun II Desa Pardomuan memang jauh sekali dari akses buku. Kejadian serupa juga terjadi saat Novita belajar mata pelajaran lain.

Kala itu sekolahnya belum memiliki perpustakaan. Di rumah, selain tak punya buku paket sekolah, Novita juga tak pernah punya majalah, komik atau buku pengetahuan umum lain. “Kami tak kenal majalah dan komik,” ujarnya Desa tempat Novita tinggal memang jaraknya tak begitu jauh dari Tomok, sekitar sembilan kilometer. Tomok adalah daerah dengan dermaga terdekat yang jadi salah satu gerbang masuk Pulau Samosir. Tomok masih satu Kecamatan dengan Desa Pardomuan, yakni Kecamatan Simanindo. Dengan jarak yang tak begitu jauh, mengakses Desa Pardomuan tidaklah mudah. Lagipula, di Tomok tak ada toko buku. Novita hanya ke Tomok jika ada keperluan memfotokopi keperluan sekolah. Di desanya dan di desa-desa tetangga tak ada tempat penyedia jasa fotokopi. Selama duduk di SMP, untuk perkara memfotokopi keperluan sekolah ke Tomok, Novita hanya pernah pergi sekali. Perjalanan sembilan kilometer itu tak dapat ditempuh dengan waktu singkat. Jalan satu-satunya sebagai sarana keluar masuk desa itu belum

Suasana di dalam Sopo Belajar Lontung, Jumat (1/5). RATI HANDAYANI | SUARA USU

30 |

MAJALAH SUARA USU

diaspal, hanya jalan tanah dengan lubang-lubang berisi air di sepanjang jalan. Empat puluh lima menit hingga satu jam lamanya baru sampai. Dari desanya, hanya ada satu angkot ke Tomok. Bukan perkara gampang bagi Novita menyesuaikan waktu agar angkutan ini bisa didapatkan. Untuk kembali ke rumahnya, ia harus sabar menunggu angkot itu penuh oleh penumpang kapal dari Parapat, daerah pinggir Danau Toba berlabuh. Jika ia berangkat usai sekolah, ia baru bisa kembali sore hari. Itu terjadi sepuluh tahun lalu. Kini, satu dekade telah berlalu. Tak banyak berubah dari Desa Pardomuan. Desa dengan 152 kepala keluarga itu masih tak berkembang dari segi pembangunan. Namun ada sedikit harapan dari segi pendidikan. Goklas Rihardo Situmorang, siswa kelas 8 SMP Negeri 3 Simanindo sedikit lebih beruntung dari Novita. Sekolahnya kini telah punya perpustakaan. Namun Goklas tetap tak puas, di perpustakaan hanya ada buku pelajaran dan beberapa yang bukan. “Paling buku ceritanya buku cerita rakyat, enggak menarik,” kata Goklas. Di satu sisi, Goklas punya kisah sama dengan Novita. Ia masih harus berbagi buku pelajaran dengan temannya. Buku paket di sekolah dipinjamkan satu berdua dengan murid lain dan boleh dibawa pulang. Jika ada pekerjaan rumah, ia harus pandaipandai mengatur peminjaman buku itu dengan temannya. Saat duduk di bangku sekolah dasar (SD) pun demikian kejadiannya. Untungnya, saat kelas empat SD ia kenal dengan Sopo Belajar Lontung. Goklas merasa beruntung dapat membaca dan belajar di Sopo Belajar. Ia sempat terkejut dengan banyaknya buku yang bisa ia jumpai. “Namanya anak kampung, kaget lihat banyak buku,” katanya. Sopo dalam bahasa Batak berarti rumah. Hampir lima ribu buku di simpan di bangunan yang dahulunya


LENTERA: Seorang murid sedang membaca di Sopo Belajar Lottung, Jumat (1/5).

RATI HANDAYANI | SUARA USU

adalah lumbung padi yang lama tak terpakai ini. Ide membuat Sopo Belajar datang dari Togu Simorangkir. Melalui yayasan nonprofitnya Alusi Tao Toba, ia menghimpun banyak sumbangan buku. Ide tersebut muncul saat kunjungan Togu ke rumah ompung-nya—nenek—di desa yang terletak Kecamatan Onan Runggu, kecamatan tetangga Simanindo. Untuk berkunjung ke rumah ompung-nya, Togu mesti melewati Desa Pardomuan. Dari dulu hingga pada 2009 itu, ia sama sekali tak melihat perkembangan pembangunan di desa-desa yang dilaluinya, terutama Desa Pardomuan. Jalan sejauh sembilan kilometer dari Tomok ke desa itu masih seperti cerita Novita kala SMP. “Macam kubangan kerbau,” kata Togu. Selain melihat sarana jalan, Togu pun prihatin dengan kondisi anakanak desa itu dan anak-anak Samosir umumnya. Anak-anak Samosir bermain di sawah, di pekarangan atau di jalan-jalan. “Usai sekolah, mereka setiap hari mesti membantu orang tua di sawah atau di ladang,” kata Togu. Penduduk Samosir, khususnya Desa Pardomuan, umumnya bekerja sebagai petani. Di antaranya menggarap sawah, ladang

atau kebun milik sendiri maupun milik orang lain. Melihat keadaan itu, Togu merasa anak-anak itu terputus dari akses ke dunia luar. Terutama buku. Toko buku hanya ada di Kota Pematangsiantar. Untuk ke sana, mesti menyebrang Danau Toba dari Tomok ke Parapat di Kabupaten Simalungun. Lalu dari Kabupaten Simalungun baru ke Kota Pematangsiantar. “Menghabiskan waktu berjam-jam,” jelasnya lagi. Togu pun meriset kebutuhan anakanak akan sebuah perpustakaan dan tempat baca di tiga desa, ialah Desa Pardomuan, Parbalohan dan Parmonangan. Ketiga desa ini bertetangga dan terletak di Kecamatan Simanindo. Hasilnya, anak-anak itu butuh. Ia lalu mendirikan Sopo Belajar Lontung. Setahun setelahnya, Sopo Belajar juga dibangun di Desa Parbaba Dolok. Sebuah desa di atas bukit di Pulau Samosir. Tepatnya di Kecamatan Pangururan. Jaraknya kurang lebih 33 kilometer dari Tomok. Jalan dari Tomok ke Pangururan lebih bagus dari pada jalan ke Desa Pardomuan. Namun, mulusnya aspal hotmix hanya sampai Gedung Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Samosir. Begitu masuk ke Desa Parbaba Dolok, lain ceritanya. Untuk mencapai Desa Parbaba

Dolok yang berada di atas bukit mesti menempuh jalan tanah menanjak dan berbatu. “Pendidikan di sana juga masih tertinggal, padahal dekat dengan kantor DPRD,” kata Togu. Lebih Dekat dengan Buku Goklas cerita, dulu ia tak suka baca sebab tak banyak buku yang ia jumpai. Dengan adanya Sopo Belajar Lontung, minat bacanya meningkat. Koleksi Sopo Belajar Lontung memang beragam, di antaranya ada buku cerita anak, majalah, ensiklopedia, buku-buku dunia hewan dan tumbuhan, komik, buku rohani, novel hingga buku pendidikan lingkungan. Sejak dibukanya Sopo Belajar Lontung, tak kurang empat jam setiap harinya Goklas ke Sopo Belajar Lontung untuk sekadar baca buku atau ikut kelas yang digelar. Dertina Sinaga, ibu Goklas pun membenarkan jika anaknya telah pulang sekolah, setelah ganti baju dan makan siang, langsung lari ke sopo belajar. “Enggak tidur dulu?” ucap Dertina menirukan pertanyaannya setiap Goklas hendak pergi. Anaknya selalu menjawab tidak. Goklas memang lebih senang belajar di sopo belajar. Metode belajar sambil bermain membuatnya betah di sana. “Kita bisa pilih sendiri ingin belajar apa setiap harinya. Asyik, ” katanya. Terlebih jika bosan, biasanya relawan sopo belajar adakan permainan. Togu memang mendesain sopo belajar dengan metode belajar sambil bermain. Beda dengan sistem pendidikan di sekolah yang tujuannya mengejar hasil akhir berupa nilai. Oleh karena itu ia merancang kelas yang bebas untuk meningkatkan komunikasi dan sosialisasi sesama anak. Sehingga anak-anak percaya diri dan mampu berkomunikasi dengan baik. Sopo belajar memiliki beberapa kelas, di antaranya kelas mewarnai dan menggambar, kelas film edukasi,

MAJALAH SUARA USU

| 31


LENTERA: kelas membaca bersama, kelas bercerita, kelas kreativitas dan kelas english for fun. Kelas-kelas ini berbeda dengan pelajaran di sekolah. “Kalau di sekolah, diajari semua pelajaran. Suka tak suka, anak dituntut bisa. Padahal masing-masing anak punya ketertarikan sendiri,” katanya. Novita, yang sejak 2011 lalu jadi relawan pengajar satu-satunya di Sopo Belajar Lontung pun cerita hal serupa. Ia cerita rasa percaya diri anak-anak dibangun lewat metode dalam belajar. Misalnya, dalam kelas bercerita, setelah anak-anak membaca buku, tiap anak diminta untuk menceritakan apa yang ia baca di depan anak-anak lain. “Mereka dilatih berbicara di depan banyak orang,” katanya. Sebelumnya, berdasar pengamatan Togu, anak-anak Samosir memang umumnya pemalu. “Sifat anak kampung ya begitu, malu berjumpa orang baru. Jaga jarak sama orang baru,” jelasnya. Oleh karena itu, sifat ini juga ingin dihilangkan Togu lewat kelas-kelas di atas. Memang, sejak belajar di Sopo, Goklas jadi lebih aktif bicara. Selain baca buku dan ikut kelas, ia pun sering mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolahnya di sopo belajar. “Di sana kan banyak buku untuk referensi,” katanya. Goklas merasa terbantu karena di rumahnya pun minim buku. Novita membantu anak-anak mengerjakan PR. Dalam tugas yang satu ini, kadang ia menemui kesulitan. Misal saat mengerjakan PR Matematika, ia lupa rumus-rumus. Tak hanya Matematika, untuk ajarkan bahasa Inggris ia merasa kemampuannya masih kurang. Ia hanya mengajar hal-hal dasar seperti angka, huruf dan kosakata. Maka sebelum mengajar, ia mengisi dirinya terlebih dahulu. Itu juga yang dirasakan Emmanuel Sinurat. Lelaki 38 tahun. Ia relawan di Sopo Belajar Janji Maria. Pria yang lebih senang disebut pustakawan ini pun merasa ilmunya masih pas-pasan untuk mengajar anak-anak di desanya.

32 |

MAJALAH SUARA USU

Terutama dalam Bahasa Inggris. “Apa yang tertulis sama bacaan dalam Bahasa Inggris kan beda,” katanya. Seperti Novita, ia hanya mengajarkan dasar-dasar Bahasa Inggris sebisanya. Lebih dari itu, ia hanya bisa berikan tenaganya. Melihat kondisi relawan, Togu menyatakan sopo belajar bukanlah tempat les yang pengajarnya punya kewajiban mampu menjawab semua pertanyaan anak-anak. Namun ia mengakui kondisi relawan saat ini bukan kondisi ideal. “Tapi kalau menunggu ideal, yang ada tutup sopo belajar ini,” jelasnya. Togu kembali menjelaskan semangat didirikan sopo belajar hanya dengan semangat ingin berbuat. Dalam berbuat menurutnya tak boleh ada kata tapi. Apalagi jika dalam kondisi kurangnya relawan saat ini. Ia punya prinsip, berbagi dengan apa yang dipunyai dan apa yang bisa dilakukan. Ia pun cerita untuk mendapatkan relawan bukanlah hal mudah. Sejak dibukanya Sopo Belajar Lontung, hanya ada lima relawan termasuk Novita. Sedangkan di Sopo Belajar Janji Maria, Emmanuel bisa dibilang hanya sendiri hingga kini, walau sempat ditemani seorang relawan dalam waktu tak kurang dari dua bulan di awal. Togu tak membuka pendaftaran khusus untuk merekrut relawan. “Terbuka untuk siapa saja dan kapan saja. Anytime,” katanya. Namun kembali ke permasalahan dasar, tak banyak yang berminat. “Pun kebanyakan yang mau jadi relawan nanya gajinya berapa,” kata Togu. Walau hanya sendiri mengajar dan menjadi pustakawan di Parbaba Dolok, Emmanuel tak terlalu permasalahkan. Ia memberi apa yang ia miliki semampunya, termasuk tenaga, agar pendidikan anak-anak desanya maju. “Pendidikan itu penting untuk menjadikan anak berkualitas,” kata Emmanuel. Ia berharap anak-anak desanya yang masih tertinggal dalam hal pendidikan jadi orang berpengetahuan. Harapan Novita dan Emmanuel

ini sama halnya dengan cita-cita awal Togu. Togu berharap anak-anak Samosir bisa mengenal dunia luar lewat buku dan belajar selain pelajaran di sekolah sehingga mereka mampu bermimpi. Sebelumnya kata Emmanuel, kebanyakan mimpi anak-anak desanya sederhana. Sambil memperlihatkan kertas kecil Emmanuel berkata, “Lihat ini, sederhana kali kan mimpinya? Dia Cuma mau minum jus.” Seperi cerita Togu, ada seorang anak di Desa Pardomuan datang ke sopo belajar. Ia menulis mimpinya yaitu ingin pergi ke Pematangsiantar karena belum pernah ke sana. Namun sekarang, setelah sopo belajar, mimpinya berubah. “Ia ingin jadi pilot,” kata Togu. Selain anak yang diceritakan Togu, Goklas pun dengan yakin menyebut ia bercita-cita menjadi dokter. Salah satu jalan yang Togu tahu untuk mewujudkan mimpi Goklas dan anak-anak Samosir lainnya, ialah dengan memberi mereka akses terhadap buku agar mereka berpengetahuan. “Mereka calon pemimpin di masa depan, mereka akan jadi pembuat kebijakan, makanya harus berpengetahuan,” tutupnya.

RATI HANDAYANI | SUARA USU

“Lihat ini, sederhana kali kan mimpinya? Dia Cuma mau minum jus.” - Emmanuel Sinurat



OPINI:

(Mungkin) Tinggal Nasionalisme Negara ini sedang sakit. Mari tidak memperparahnya dengan mempererat nasionalisme.

M DUKUMENTASI PRIBADI

Amir Fadli Nasution Magister Jurnalisme di Universitas Ege, Izmir, Turki Alumni Ilmu Komunikasi USU (2009)

34 |

MAJALAH SUARA USU

eski jauh, kami putraputri Indonesia yang tengah menuntut ilmu di tanah Turki ini selalu mengikui perkembangan dan keadaan di tanah air. Sejauh ini, kabar yang kami dapatkan idaklah terlalu menggembirakan. Dari berbagai media, keluarga, atau bahkan dari para wisatawan yang melancong ke negeri ini, kami mendengar keluh kesah. Begitu banyak masalah yang tengah melanda tanah air kita. Deretan panjang persoalan yang belum selesai diuraikan satu per satu, datang lagi masalah baru yang tak kalah rumitnya. Maka kesulitan hidup pun tak terhindarkan dan semakin bertambah-tambah pula karenanya. Kita tahu, tentu saja seiap negara punya masalahnya masing-masing. Hal ini sering jadi bahan diskusi kami dengan kawan-kawan lintas negara. Mulai dari negeri-negeri tetangga di Asia Tenggara, tanah Asia Tengah yang ditaklukkan Jengis Khan di masa lalu, Eropa Timur yang pernah masuk dalan cengkeraman kuat komunis, benua hitam Afrika yang jadi mangsa para penjajah, hingga negeri-negeri di tanah harapan benua Amerika. Adakalanya saat berdiskusi, kami membandingkan keadaan di Indonesia dengan keadaan negeri rekan-rekan kami tersebut. Dari situ muncul kekhawairan dan prasangka buruk di pikiran, akankah Indonesia bernasib sama dengan negeri yang buruk keadaannya? Akankah Indonesia sanggup bertahan sebagai satu negara utuh ke depannya? Bukan tanpa alasan kekhawairan dan prasangka itu muncul, sebab kompleksitas masalah di negara kita sudah nyaris—untuk idak mengatakan serupa—seperi keadaan negara-negara ga-

gal yang ada di masa lalu atau pun juga di masa kini. Masalah korupsi yang terus berputar dalam lingkaran setan, kegaduhan poliik untuk sekadar berebut jabatan, keadilan yang nyaris seperi khayalan, berbicara dan berpendapat yang tak lagi dalam kebebasan, media yang diharapkan justru cuma jadi alat pengalihan, hingga himpitan ekonomi yang berat akibat harga yang melambung gila-gilaan, adalah beberapa masalah—dan mungkin juga masih ada yang lainnya— yang tengah mengancam Indonesia. Mari kita lihat sejenak bagaimana sejarah telah berulang kali memperingatkan kita akan hal ini. Dimulai dari runtuhnya Kesultanan Turki Usmani. Saat itu, luasnya wilayah dan buruknya sistem pemerintahan pasca sulaiman Al Qanuni juga membuat hilangnya keadilan, dan merajalelanya korupsi di kalangan istana. Heterogenitas penduduknya juga sebabkan kurangnya semangat persatuan. Contoh lainnya, pecahnya India menjadi tiga negara (Pakistan, India, dan Bangladesh), hingga perpisahan dan permusuhan antarnegara bekas Yugoslavia di Semenanjung Balkan. Dari iga sejarah besar itu, terdapat kesamaan yang menjadi suatu peringatan besar bagi kita. Pertama, saat pemerintahan yang lemah tak sanggup lagi kendalikan kekacauan yang terjadi. Atau kedua, justru kesewenang-wenangan pemerintah yang dapat membawa suatu negara menuju jalan kehancurannya sendiri. Apakah Indonesia berada pada pilihan yang pertama atau kedua dalam hal ini? Kita boleh punya pendapat masingmasing yang mungkin saja berbeda. Tapi yang jelas keduanya punya akibat yang sama besarnya.


OPINI: Lalu, jika Indonesia nyaris atau mungkin sudah sama berada dalam keadaan seperi itu, mengapa kita masih sanggup bertahan sebagai satu negara hingga hari ini? Apa yang dapat menyelamatkan kita dari ancaman kehancuran negara kita sendiri? Mungkin hanya nasionalisme jawaban yang tersisa. Meski nasionalisme itu cuma satu hal, cuma satu jawaban, atau cuma satu harapan yang tersisa. Tapi dia adalah sebesar-besarnya hal, jawaban, sekaligus harapan yang membuat kita masih hidup sebagai saudara sebangsa setanah air hingga hari ini. Bila kita lihat negara-ne-

gara lain, nasionalisme itu juga adalah kemewahan terakhir yang tak lagi dimiliki oleh orang-orang Arab, Balkan, dan Afrika Utara di awal abad ke-20 untuk bangga mengatakan negara kami adalah satu dalam Kesultanan Turki Usmani. Begitu juga orang Pakistan dan Bangladesh yang tidak lagi cinta pada negeri Hindustan. Juga rakyat bekas negara Yugoslavia yang saling berperang atas nama suku dan agama masing-masing. Membuat negara-negara tersebut masuk dalam jurang kehancuran yang digalinya sendiri. Lebih dari itu, nasionalisme itu pula yang dapat menyelamatkan kita dari ancaman permusuhan antarkita rakyat Indonesia. Mencegah kita dari apa yang diprediksi Samuel P Hunington dalam bukunya The Clash Of Civilizaions (1996), yakni masa depan yang akan diwarnai dengan benturan dan konflik yang terus melebar antar kelompok-kelompok enitas budaya yang berbeda. Sebab banyaknya enitas suku dan budaya kita di Indonesia akan sangat rentan dengan hal ini.

Terutama saat negara dalam keadaan idak stabil seperi sekarang. Benturan antar kelompok juga bukan idak pernah terjadi di Indonesia. Masih sangat jelas kita ingat konflik Gerakan Aceh Merdeka, Konflik Poso, Ambon, konflik Banjar-Madura, hingga Organisasi Papua Merdeka yang belum juga tak kunjung selesai.

L a l u dengan keadaan yang sudah begini, pilihan kembali pada diri kita sebagai rakyat. Apakah tetap mempertahankan nasionalisme? Untuk kemudian bersatu dan mengatakan dengan tegas “Stop!” pada semua kekacauan ini. Pada kekuasaan yang lemah, pada kekuasaan yang arogan, pada kekuasaan yang idak memihak rakyat. Atau mungkin kita lebih memilih seperi halnya bangsa arab, rakyat Pakistan, Bangladesh, atau orang Balkan yang lebih memilih berpisah untuk mendirikan negaranya masing-masing? Jika benar begitu, maka keruntuhan NKRI inggal menghitung waktu saja.

ILUSTRASI: YULIEN LOVENLY ESTER GULTOM | SUARA USU

MAJALAH SUARA USU

| 35


WAWANCARA:

DEBBIE RIANNI PANJAITAN

Mari Wujudkan Geopark Kaldera Toba! Teks dan Foto: Yanti Nuraya Situmorang

G

eopark bisa juga disebut dengan taman bumi. Suatu konsep yang dirancang oleh UNESCO melalui Global Geopark Network (GGN). GGN sendiri merupakan lembaga yang bertujuan untuk memelihara bumi. Pada dasarnya, kawasan geopark harus memiliki nilai keindahan, nilai keunikan, nilai sejarah, budaya dan arkeologi. Geopark bicara soal konservasi. Tahun ini, Kaldera Toba diajukan untuk masuk dalam jajaran GGN. Setelah sebelumnya Kaldera Toba di-resmikan menjadi geopark nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2013. Kini, hanya inggal menunggu hasilnya pada September mendatang saat diumumkan di Jepang. Kaldera Toba sendiri terletak di

36 |

MAJALAH SUARA USU

Provinsi Sumatera Utara yang meliputi tujuh kabupaten yang mengelilingi Danau Toba. Kaldera Toba adalah kawasan yang terbentuk dari hasil letusan gunung merapi yang berupa vulkano-tektonik. Kaldera Toba berbentuk danau dengan luas 90x30 km2. Tak sembarang tempat bisa menjadi geopark, begitu juga dengan Danau Toba. Suatu tempat harus memiliki kekayaan geologi, biologi dan budaya yang sangat beragam. Selain itu banyak lagi persyaratannya. SUARA USU menghubungi Debbie Rianni Panjaitan, Kepala Sub Bagian Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara sekaligus Sekretaris Tim Percepatan Geopark Nasional Kaldera Toba untuk berbincang mengenai Geopark Kaldera Toba.

TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR Pekanbaru, 18 Agustus 1965 PENDIDIKAN SD HKBP Glugur Darat Medan (1971-1977) SMP Negeri 12 Medan (1978-1981) SMA Negeri 3 Medan (1982-1985) Strata 1 (S1) Ilmu Administrasi Negara Universitas HKBP Nomensen Medan (1986-1989) KARIR Akivitas Sosial Tunanetra Kepala Sub Bagian Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara. Sekretaris Tim Percepatan Geopark Nasional Kaldera Toba


WAWANCARA: Sebenarnya apa tujuan pengadaan geopark? Pada ininya tujuan dibentuknya kawasan geopark sebagai pelestarian keindahan bumi serta melindungi bumi dari ancaman perusakan alam. Di Indonesia sendiri, ada berapa geopark? Hingga kini ada empat geopark yang sudah diresmikan secara nasional. Pertama, Rinjani di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Merangin yang terletak di Provinsi Jambi, Sewu di Provinsi Jawa Timur, dan terakhir di Sumatera Utara, Toba ini. Lalu bagaimana Kaldera Toba termasuk ke dalam geopark? Kawasan Danau Toba kan terbentuk dari letusan super vulcano Toba yang berintesitas >8 VEI sehingga berdampak gobal yang kini merupakan kaldera kuarter terbesar di dunia dan menjadi warisan dunia. Menghasilkan panorama indah dan membentuk dinding kaldera, ini merupakan keunikan dari kanldera toba. Daerah mana saja yang termasuk Kaldera Toba? Dilihat dari geo diversity, ada tujuh kabupaten yang menjadi kawasan Kaldera Toba, di antaranya Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tobasa, dan Kabupaten Samosir. Lalu bagaimana pembagian Geopark area Kaldera Toba? Geo area dibagi menurut dinding kaldera. Ada empat daerah; yaitu Geo area Porsea, Geo area Sibandang, Geo area Haranggaol, dan Geo area Samosir. Total keseluruhannya sebanyak 47 dinding kaldera. Seperi apa syarat yang sudah dipenuhi hingga bisa menjadi Geopark Kaldera Toba Nasional? Syarat pertamanya, memiliki diding kaldera. Dinding kaldera adalah batuan tua yang terdiri dari batuan metasedimen, berumur lebih dari iga ratus juta tahun lalu. Batuan inilah yang merupakan batuan dadar pembentuk Pulau Sumatera. Kedua, memiliki kebudayaan dan

yang keiga memiliki ora dan fauna. Flora dan fauna seperi apa yang dimiliki di Kaldera Toba? Salah satu tumbuhan yang hanya ditemukan di sekitar kawasan Danau Toba adalah andaliman. Tananam sejenis dengan jeruk yang hanya di temukan di kawasan Danau Toba. Apa saja yang upaya yang dilakukan dalam pengembangan masyarakat sekitar Kaldera Toba? Yang harus dan telah dilakukan untuk pertama sekali adalah mempersiapkan sumber daya manusianya, terutama penduduk lokal yang ada di sekitar Kaldera Toba. Baik sebagai pemandu wisata maupun pengelola wisata di sekitaran Danau Toba. Bekerja sama dengan dewan pemangku (stakeholder) dalam pengembangan prokonservasi. Serta mempersiapkan masyarakat lokal agar berparisipasi dalam menjaga potensi yang ada. Apa alasan Geopark Kaldera Toba bergabung dengan jaringan GGN? Ini dikarenakan hubungan erat antara kegiatan vulkanik, budaya, manusia dan lingkungan, perlu untuk terus-menerus dikembangkan dan berkelanjutan. Sedangkan Danau Toba sendiri merupakan kaldera terluas di dunia yang menjadi warisan dunia, menyimpan sejarah sebagian dari evolusi bumi. Apa keuntungan bergabung dalam GGN? Banyak keuntungan. Salah satunya, karena GGN dinaungi oleh UNESCO, promosi yang dilakukan terkait geopark di seluruh dunia juga akan dilakukan ke seluruh belahan dunia. Dengan bergabung dalam jajaran GGN UNESCO, Danau Toba dikenal dunia. Sudah berapa kali UNESCO mengadakan survei terkait dengan GGN? Sekali, pada 2014 silam. Tim Geopark Kaldera Toba sendiri, apa saja yang dilakukan? Melakukan sosialisai kepada masyarakat memalui kepala sekolah, tokoh masyarakat dan juga membuat kegiatan seperi workshop untuk menggaungkan

nama dan sosialiasi mengenai Geopark Kaldera Toba ini. Adakah peran pemerintah dalam perwujudan GGN ini? Ada. Sekarang pemerintah sedang pembuatan konsep pembangunan infrastruktur. Pembangunan trans sumatera dimulai dari Aceh hingga Lampung merupakan konsepnya Presiden, Pak Jokowi. Sudah dicanangkan akan dibangun jalan tol dari Bandara Kuala Namu hingga Parapat. Tujuannya, supaya mempercepat perjalanan para wisatawan. Kalau biasanya menghabiskan waktu lima jam naninya hanya akan menjadi dua jam. Selain itu usulan jalur tol juga akan dibangun mulai dari Tanjung Sari, Tebing Tinggi, Saribu Dolok serta Sipiso-piso. Apa saja upaya untuk perlindungan warisan geologi yang ada di Kaldera Toba? Pemerintah menyusun dokumen pengelolaan ekosistem kawasan Danau Toba yang merumuskan arahan, cita-cita dan strategi program kerja pengelolaan kawasan Danau Toba, pembentukan badan koordinasi pengelolaan ekosistem, penyusunan gerakan penyelamat Danau Toba, serta penerapan dari penetapan peraturan daerah Nomor 1 Tahun 1990 Tentang pengelolaan Danau Toba. Adakah hambatannya untuk semua ini? Jelas saja. Adanya pencemaran lingkungan oleh tangan manusia menjadi perusakan ekosistem perairan Danau Toba yang utama. Dilihat dari kegiatan manusia menggunakan keramba jaring terapung. Berdasarkan Indeks Kualitas Air Danau Toba berdasarkan peneliian Balai Lingkungan Hidup Sumatera Utara (BLHSU) pada 2012 silam, diketahui mutu air Danau Toba tercemar. Ditambah lagi penebangan hutan dan pertambangan liar. Apa geo wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan? Perlu diketahui bahwa nilai kawasan geopark memiliki makna internasional. Sehingga telah menjadikan objek peneliian dari seluruh dunia. Ada banyak situs yang dapat dikelola masyarakat menjadi objek wisata dengan terus mempertahankan daya tarik objek wisata dan menjaga dari kerusakan atau penurunan kualitas. MAJALAH SUARA USU

| 37


APRESIASI:

AGAMA MALIM DARI, OLEH, DAN UNTUK BATAK “Malim ma hamu (Malim-lah kalian).” Artinya, “sucilah kamu atau senantiasalah suci dalam keagamaan” begitu pesan Raja Nasiakbagi pada pengikutnya. Diturunkan dari generasi ke genarasi, Malim suci, tak terkontaminasi kepercayaan lain yang datang mengisi zaman.

38 |

MAJALAH SUARA USU

Mitu Butar-Butar berdoa di teras Bale Pasogit.

Teks: Lazuardi Pratama dan Mutia Foto: Lazuardi Pratama

R

aja Marnakkok Naipospos berjalan tergopoh-gopoh dari dalam rumah menuju teras siang itu. Matanya agak sayu. Di usianya yang ke-76 ini, rambutnya sudah beruban, namun rambut hitamnya masih mendominasi. “Siapa yang telepon saya kemarin? Saya kan sudah bilang saya sedang sakit, idak isa a a ara, kata ya. Raja Marnakkok, seorang ihutan erari ya g diikui), pemimpin pusat Parmalim kemudian mengambil posisi duduk di kursi plasik. Ia adalah u u dari Raja Mulia Naipospos, sahabat dan urid “isi ga a garaja XII. ‘aja Mulia itu dulunya adalah orang yang melembagakan Malim menjadi Ugamo Malim, setelah sebelumnya hanya menjadi keper ayaa da ajara lisa turu temurun di Tanah Batak. Raja Mulia

kemudian menjadi pemimpin spiritual. ‘aja Mar akkok idak a yak i ara. Istri ya ya g le ih a yak ererita. Kata ya, ‘aja Mar akkok e derita penyakit gula selama beberapa tahu elaka ga . Ko disi itu e uat ya le ah. Ia juga sulit e de gar da idak isa er i ara pa ja g le ar kare a e uat ya epat lelah. Raja Marnakkok dan istrinya beri ara ri ga soal aga a Mali da Par ali di ilayah i i, Huta Ti ggi, Lagu oi, Ka upate To a “a osir, sekitar setengah jam dari Balige. “atu hal pe i g ya g dii gatka ‘aja Mar akkok adalah Par ali idak seuruk ru or-ru or eredar. Kata ‘aja Marnakkok, “kami bahkan jauh lebih ersih. I i erujuk pada lara ga Parmalim makan babi, anjing, atau darah. Juga, ila i gi e oto g he a ,


APRESIASI: harus dipasika he a itu ersih. ‘aja Mar akkok er erita agai ana rumah Parmalim punya lambang sendiri. Di kusen atau asbes pintu depan rumah, Parmalim biasa menggantungkan bane-bane. Bane-bane ini terdiri dari tali iga ar a ya g e gga tu g ya: erah, puih, da hita ar a Batak . Yang digantung adalah jeruk purut ya g di agia a ah ya dipasa gi daun kemangi. Bane-bane ini harum a gi ya. Tujua ya ialah, selai seagai pe a gi, juga se agai pe a gkal aroma-aroma buruk dari luar supaya idak asuk ke ru ah. Rumah mereka ini termasuk salah satu bangunan di komplek peribadatan Parmalim. Di depan rumah mereka ada pelatara ya g diseli ui paving block. Pelataran itu menjadi pelataran Bale Pasogit Partonggoan alias BPP, rumah ibadah Parmalim. Pelataran itu juga e jadi lokasi upa ara esar Mali , seperi “ipaha “ada da “ipaha Li a. Di dalam komplek itu juga ada kantor pengurus Punguan Malim, organisasi ya g eli gkupi Par ali . Ada juga iga ru ah arga da a gu a de ga ka ar-ka ar koso g. Kalau lagi ada a ara, Par ali dari seluruh I do esia e gi ap di situ, kata ‘aja Mar akkok. Hari itu Ju at sia g, Mei .

Sebelum permisi kembali masuk ke dala ru ah da erisirahat, ‘aja Marnakkok berujar, “Mararisabtu besok ja pagi, o i e! tegas ya. Esok paginya, dari jam 9 pagi, para Par ali ulai erdata ga , da ja pas, ibadah dimulai. Puluhan Parmalim duduk berbaris di dalam BPP, merapatkan kedua telapak tangannya dan eletakka ya di depa ajah. Kau pria memakai sarung, ulos, dan tali-tali, se a a sor a di kepala. “e e tara kau a ita e akai ulos. ‘aja Marakkok e a aka doa-doa di depa , kemudian salah seorang dari jemaat e a aka paik (aturan-aturan) yang ke udia diikui je aat lai ya. I adah ini berlangsung sekitar satu jam. I adah Mararisabtu ini adalah ibadah mingguan kaum Malim yang dilaksa aka seiap hari “a tu di BPP. BPP sendiri adalah rumah peribadatan yang berada di pusat ini, sementara u tuk a a g lai ya di eri a a Bale Parsa ia . BPP di Huta Ti ggi itu e jadi saksi isu sejarah. Ia di a gu sejak zaman Raja Mulia. Dulunya masih berupa kayu, hingga

sekara g telah dire o asi pada 9 menjadi bangunan permanen. Ruangan persegi itu idaklah luas, a u ukup e a pu g je aat Mali seiap Mararisabtu. Bahkan, agak sedikit penuh sehingga menyisakan anak-anak dan ibu menyusui di terasnya. Syahdan, Raja Mulia gundah gula a. I i adalah kisah ya g dituturka Mo a g Naipospos, Kepala Pe gurus Punguan Malim. Selain pengurus, Moa g juga adik ‘aja Mar akkok, u u Raja Mulia. Raja Mulia gundah dengan strategi poliik pe ah- elah alias divide et impera Bela da ya g erhasil e e ah elah raja-raja ke il di Ta ah Batak. ‘aja-raja ke il itu di a aka ‘aja Parbaringin. Mereka sebelumnya tunduk pada “isi ga araja XII ya g erpusat di Bakkara. Raja-raja itu diberi aturan-aturan kolo ial u tuk ditegakka di ilayahnya. Untuk raja-raja itu, Belanda menghadiahi mereka rumah yang nyaman dan kekuasaan untuk menagih pajak. Apalagi aktu itu tersiar ka ar ah a Sisingamangaraja sedang sakit. Melihat hal ini, Raja Mulia yang dulunya bernama Lanja Naipospos

MAJALAHSUARA SUARAUSU USU ||39 39 MAJALAH


APRESIASI: ya g juga raja par ari gi di Huta Tinggi pergi ke Bakkara. Rupa-rupanya “isi ga a garaja sehat alafiat. Ternyata itu adalah propaganda Belanda untuk melemahkan pengaruh “isi ga a garaja. I i e gaki atka banyak raja-raja parbaringin lainnya ya g alik ka a . Tapi idak de ga Lanja. Di situlah Sisingamangaraja berpesan kepada Lanja agar melanjutkan perjuangannya menyelamatkan ajaran-ajaran Batak. Ajaran-ajaran ini kemudian bernama Malim. Pada aktu itu geraka isio aris yang dipimpin Nomensen sudah menguat dan menjadi kekuatan tersendiri. Gerakan penginjilan itu kemudian banyak menggerus keyakinan masyarakat Batak yang sebelumnya memperayai De ata Mulajadi Na olo Tuha Yang Maha Esa) dan Sisingamangaraja se agai tokoh su i. Ajara ya g dipeluk asyarakat Batak pada aktu itu adalah ajaran Malim pada saat ini. Namun belum bernama Malim. Hi gga pada satu kese pata lai setelah itu, Sisingamangaraja kembali bertemu Lanja. Lanja ragu akan amanat Sisiga a garaja. Ia sadar diri. Ia iski dan tak punya keturunan. Menurut Monang, sebelum itu ia telah menikah dua kali da idak pu ya a ak. Padahal agi ora g Batak itu pe i g, kata Monang. Menyadari hal itu, Sisingamanga-

raja erkata, Per ayalah sa aku. Kau, a a u a i pasi bermulia. Dan kau aka dise ut ‘aja Mulia. Begitulah hingga kemudian Lanja dikenal sebagai Raja Mulia. ‘aja Mulia per aya. Tapi ia ragu. Aka data g a i kusuruh ora g u tuk e a tu u, kata “isi ga angaraja. Akhirnya Sisingamangaraja diyataka afat oleh Bela da pada tahu 9 . Ia dite ak di te pat persembunyiannya. Ba yak asyarakat ya g idak per aya ke aia “isi ga a garaja. Apalagi ia dike al saki sehi gga eerapa kali erhasil lolos dari e gkraman Belanda. Raja Mulia patah semangat. Apalagi, ajaran-ajaran yang dipesankan Sisingamangaraja belum juga dilaksanakan. Pas a 9 , a yak ora g data g menemui Raja Mulia. Mereka datang satu per satu de ga ide itas ya g berbeda. “Ada yang disebut marga Simatupang, ada yang disebut pedagang kerbau, pedagang emas, pedagang i i-itulah, ujar Mo a g. “uatu keika, ada seseora g ya g sedang mandi di sungai bersama Raja Mulia. Seseorang itu menanggalkan pakaiannya sehingga tampak tubuhya. ‘aja Mulia e perhaika da so tak terkaget. Ia elihat tandatanda. Tanda-tanda Sisingamangaraja.

Kartu Tanda Penduduk milik Monang Naipospos dengan kolom agama yang kosong

40 |

MAJALAH SUARA USU

Tidak banyak masyarakat Batak yang tahu bagaimana rupa Sisingamaraja, sehingga hanya orang-orang yang pernah berjumpa dan mengenalnya saja yang tahu. Raja Mulia menggumami itu dala hai. Apa ya g kau ila g? kata ora g itu i a-i a. Ora g ya g kause ut tadi sudah pergi. Aku sekara g ya g idak punya kerajaan dan sanak saudara lagi. Aku siak bagi. Bagia ku pedih, kata Monang, berusaha menirukan perkataan orang itu. Nama itu kemudian menjadi nama Nasiakbagi. Raja Nasiakbagi ini kemudian banyak dikenal masyarakat Batak sebagai tokoh berpengaruh pe gga i “isi ga a garaja. Monang berujar pelan, dari Raja Mulia pada saat itu hingga sekarang, idak ada Par ali ya g e gu apka ah a ‘aja Nasiak agi adalah “isingamangaraja. Parmalim meyakini itu. Lagipula se ara poliik, “isi ga angaraja adalah buruan utama Belanda di tanah Batak. Apabila diketahui se ara jelas “isi ga a garaja asih hidup, pe eri tah kolo ial pasi aka

Puluhan Parmalim berdoa dengan khusyuk di Bale Pasogit Partonggoan.


APRESIASI: resah. “Apalagi sempat dikatakan, jika Sisingamangaraja hidup lagi, pengikutya aka di i asaka , kata Mo a g. Pe eri tah Bela da e a g idak sepe uh ya per aya pada ke aia “isi ga a garaja. Me urut Prof I rahim Gultom, guru besar Antropologi Pendidikan Universitas Negeri Medan dalam bukunya Agama Malim di Tanah Batak, kompeni yang bertugas menyergap “isi ga a garaja pada aktu itu idak ada ya g e getahui pasi rupa Sisingamangaraja. Raja Nasiakbagi ini, dikenal dekat dengan Raja Mulia dan murid-muridnya yang lain. Namun Raja Mulia enggan e e erka ide itas ya. Pada aktu itu, e urut Prof I rahi , ia idak lagi e fokuska diri pada perjua ga poliik, a u lebih ke pembinaan rohani masyarakat Batak. “uatu keika ‘aja Nasiak agi berkata pada Raja Mulia dan muridmuridnya yang lain, “Malim ma hamu Mali -lah kalia , Ari ya, su ilah ka u atau se a iasalah su i dala keaga aa .

Sejak itu, ajaran-ajaran yang tak bernama sebelumnya populer disebut agama Malim. Sementara itu penganutnya disebut Parmalim. Beberapa tahun kemudian, Raja Mulia melembagakan ajaran-ajaran itu menjadi Ugamo Malim dan dipusatkan di Huta Ti ggi. A al ya i i e dapat tekanan keras dari Belanda, apalagi No e se . Na u setelah dia ai, justru kegiata para Par ali idak mengandung hasutan untuk menentang Belanda. Akhirnya pada tahun 9 , Bela da elalui Co troleur Va Toba memberikan izin. Pele agaa i i ter uki isa menyelamatkan ajaran-ajaran itu, khususnya dari pengaruh budaya luar, seperi Isla isasi da Kriste isasi. Bagi Parmalim, ajaran-ajaran itu merupakan ajaran murni suku Batak. Setelah dan sebelum dilembagakan, banyak orang yang loyal dengan Sisingamangaraja atau menentang Nommensen bergabung. *** Menurut dosen Program Studi Pe didika “ejarah Fakultas Kegurua da Il u Pe didika U i ersitas “ialu gu , Corry Pur a, malim berasal dari kata dalam bahasa Aram mualim. Mualim erari pi tar dala pe getauan dan agama. Dalam tulisannya Geraka Poliik da Spiritual Par ali dalam Rangka Mempertahankan Eksiste si Aga a Suku di Ta ah Batak,

Corry e duga ahasa Ara itu ada erkat kedekata “isi ga araja XII de ga pe ga ut Isla . Pe dapat i i di e arka Prof I rahi Gulto dala uku ya Agama Malim di Tanah Batak. Menurutnya kata malim idak diju pai dala kosakata bahasa Batak. Kata malim dala ahasa I donesia bisa bermakna ‘orang yang alim ula a atau guru aga a Isla atau boleh juga ‘pemimpin’. Sementara dalam agama Malim, perkataan itu bisa erari su i, saleh, atau taat. Dala uku ya, Prof I rahi e atat e erapa udaya Mali ya g terpengaruh agama lain. Di antaranya kaum pria yang harus memakai ikat kepala seperi sor a puih. Dala Mali itu disebut tali-tali. “elai itu ara berdoa Parmalim yang merapatkan kedua telapak ta ga ya persis seperi pe ga ut Hi du keika erse ahya g. Kedua iri i i diduga erupaka pe garuh dari ajara aga a Hi du, tulisnya. Sementara itu Monang malah erpikir pe dapat terse ut idak sepenuhnya benar. Sebab ajaran Malim telah ada lama sebelum agama besar seperi Isla da Kriste data g ke tanah Batak. Ajaran Malim melekat, menjadi satu, dan berasal dari Batak. “Mungkin Batak yang terpengaruh (bukan Parmalim –red , tegas ya.

Puluhan Parmalim berdoa dengan khusyuk di Bale Pasogit Partonggoan. MAJALAH SUARA USU

| 41


APRESIASI:

Terasing di Negeri Sendiri Teks: Lazuardi Pratama dan Mutia Aisa Rahmi Tak ada yang salah padahal. Hanya, mereka bahkan tak dikenal, di tanah sendiri padahal.

M

onang Naipospos, adik Raja Marnakkok Naipospos yang jadi pemimpin pusat Parmalim punya banyak erita e arik te ta g agai a a ora g luar memandang Parmalim. Pengurus Pu gua Mali i i idak i gat pasi kejadia e erapa tahu ya g lalu. Ia e eritaka ya sa il terta a terkekeh-kekeh. Namun ia serius tentang ke yataa ah a ora g Batak se diri asih a yak ya g elu e geri Malim. “Masih banyak yang konyol peikira ya se agai Batak To a, kata ya. Alkisah ada suatu sekolah i ggi agama di daerah Tarutung. Sekolah itu aru iga tahu di uka, sehi gga ahasis a tertua ya se ester e a . Ti alah saat masa orientasi. Mereka ditugaskan e elii te ta g aga a Mali di Huta Tinggi. Mereka kemudian gundah. Data glah iga ahasis a ke ru ah Monang. Mereka ragu-ragu melangkah. Mereka menemukan Monang sedang e geik di ko puter di rua g ta u. Pak, ka i au ari Par ali , au ari Naipospos, ujar salah satu dari mereka, takut. Ka i Naipospos, ya g ru ah sa a juga Naipospos, pilih ya g a a? ta ya Monang. Di sekitar rumah Monang memang banyak kerabatnya yang masih bermarga Naipospos. Keiga ora g itu pa ik da ketakuta sambil berbisik-bisik. “Monang Naipospos. Iya, saya Mo a g Naipospos. alas Monang. Mereka kemudian dipersilahkan

42 |

MAJALAH SUARA USU

duduk. La jut Mo a g, Kalia i i ada dalam pemikiran kalian Parmalim itu pe ipu, ya? “Eng-enggak, pak. Tapi kami terheran tadi, enggak yakin, bapak masih muda, main komputer, lebih modern pula dari ka i, ujar salah satu dari ereka. “Bah! Dalam pemikiranmu Parmalim

Monang Naipospos itu seperi apa? Ka i pikir ru ah Par ali itu seram, Pak, ada patung, ada bau menyan, tongkat-tongkat, baju hitam, ikat kepala, je ggot pa ja g. Monang terkesima. Itu ya g ka i pelajari, Pak. Ka i jemputlah teman-teman kami di sana ya, Pak. Mereka erujuk pada atas kampung ini. Bah! Berapa ora g kalia ? Ke udia diutuslah satu ora g e jemput. Rupanya mereka datang dengan iga us esar. “ekitar dua ratus ora g. “Bertumpuk-tumpuk di rumah ini, gelar ikar pu e ggak uat, kata Mo a g. Belaka ga diketahui ahasis a tadi idak era i data g segeli ir ora g. Tapi seiap tahu ora g itu ke si i.

Tapi enggak begitu lagi (kejadiannya –red , kata Mo a g. Pa da ga -pa da ga diskri i aif tersebut diakui Monang lebih banyak dise a ka se ara horizo tal. Ari ya masyarakat sebagai sesama manusia, khususnya orang Batak menganggap Mali itu adalah ajara sesat. Ora gorang bisa langsung mengklaim, ‘penyembah begu (hantu –red) kau, ya?’ Jadi diejek-ejek, kata Mo a g. Pu dari pe eri tah, Mo a g idak berharap banyak. Sejauh ini dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor tahu Te ta g Ad i istrasi Kepe duduka , perlakua oleh pe erintah dirasakan Monang sudah lebih baik. UU tersebut mengakomodasi Par ali agar isa ter atat di ka tor atata sipil alaupu idak isa e ulis ide itas Par ali di kartu ta da pe duduk KTP - ya. Prof I rahi Gulto , Guru Besar Antropologi Pendidikan Universitas Negeri Medan dalam bukunya Agama Malim di Tanah Batak mengajukan ta ara kepada pe eri tah. Taara itu erupa e gga ti istilah keper ayaa ya g dise atka u tuk Parmalim menjadi agama pribumi atau agama lokal. Sebab sesuai kajian antropologis, Malim sudah dapat disebut sebagai agama. “Meskipun saat ini kolom agama di KTP dapat dikoso gka , tetap saja ereka harus e ilki ide itas ya g jelas e ge ai aga a ya, kata guru besar yang mengabdi dua tahun masuk ke komunitas Parmalim demi disertasinya yang menjadi buku itu.



ESAI FOTO:

Mengenal Gajah Sumut Ada di Tangkahan Teks dan Foto: Wenty Tambunan

Yummy.. . Si Gajah Tak Sabar Makan Nenas

Tangkahan adalah suatu tempat yang masih alami. Ratusan jenis flora dan fauna hidup di sini menciptakan ekosistem hutan tropis yang menakjubkan. Hutan inilah yang menyediakan sumber-sumber air abadi, mencegah banjir dan longsor, menghasilkan udara bersih dan segar, menyimpan kekayaan plasma nuftah dan menciptakan pemandangan indah, begitulah pesan masyarakat sekitar.

44 |

MAJALAH SUARA USU


ESAI FOTO:

P

erjalanan panjang biasanya menghasilkan ujung yang berharga dan mengesankan. Tepat kalau kalimat itu ditujukan menuju Tangkahan Gajah, Langkat, Sumatera Utara. Na i ya, se a yak tujuh ekor gajah akan menyambut kedatangan para pengunjung. Sejak tahun 2006 silam, Tangkahan yang terletak di Kabupaten Langkat ini bukan merupakan te pat isata ya g aru agi para isata a lokal da a a egara. Berada di Ka asa Eko isata Ta gkaha Desa Na o Siala g & Sei Serda g Ke amatan Batang Serangan, Langkat, Sumatera Utara. Pun begitu, Tangkahan tak serta merta berdiri begitu saja. Dimulai sejak Desember 2002, dua gajah Sumatera hidup liar di sekitar Taman Nasio al Gu u g Leuser TNGL . Gajah liar i i kerap membuat keresahan untuk masyarakat, mulai menghancurkan perladangan hingga tempat i ggal. Seiri g itu erla jut, pihak asyarakat eutuska u tuk fokus e o itori g ka asa da pe a ggula ga ko lik assa de ga gajah liar. Apalagi ternyata di Kabupaten Langkat Kecamatan Besita g terdapat dua gajah liar da ada iga gajah liar lagi terdapat di Bukit Lawang. Akhir ya disepakai u tuk e gu pulka sekumpulan gajah tersebut. Dibentuklah kawasan eko isata de ga pe gelolaa ya g di agi e jadi % u tuk pe gelolaa isata da % u tuk pe gawasan gajah. Sudio o alias Wak Tejo ialah akil kepala CRU Conservaion Respon Unit ya g e gelola ketujuh gajah bersama lima belas pegawai lainnya. Seiap hari ya ereka ertugas e gurus pola hidup gajah dan mendidiknya. Adapu a a gajah ialah E a , Arda a , Agusi , Sari , Teo, ja ta , Yu i , Oli . Maka a pokok iap hari ya ialah dua puluh pelepah sawit per gajahnya, dan makanan tambahan berupa batang jagung, tebu, nenas, pisang. Ko sep ya g dita arka pe gurus CRU i i ukup e arik. Mereka e gajak pe gu ju g ya g datang untuk ikut memandikan gajah, memberi makan, dan trekking bersama gajah mengelilingi sekitar kawasan hutan dengan menunggang gajah. Itu merupakan bentuk sebagai upaya untuk e- ge al dekat de ga gajah da suatu faktor edukasi agi para a ak-a ak. Seiap pe gu ju g mendapat kesempatan untuk mengabadikan ke ersa aa de ga erfoto. Te tu se ua itu ada tarifnya. Tarif ya g ada ulai dari ri u– ri u, terga tu g paket ya g dii gi ka . U tuk tarif Rp

Bermandikan Air Susu Coklat di Pinggiran Sungai

Pengunjung Menyikati Tubuh Gajah Sembari Membasuhnya

Byuurrrr, Siraman Jitu Ala Ardana

MAJALAH SUARA USU

| 45


ESAI FOTO: ri u isa e a dika da erfoto ersa a gajah. Seda gka tarif Rp ri u dapat memberi makan gajah, memandikannya, trekking mengendarai gajah dan foto ersa a gajah. Jika ingin menggunakan kendaraan umum, dengan bus tujuan dari Pinang Baris Meda –Ta gkaha . Tepat erhe i di Si pa g Ro et, te pat iasa bus menurunkan penumpang. Sejauh dua elas kilo eter e uju ta gkaha isa e ggu aka RBT atau ojek de ga erogoh ko ek Rp ri u per sepeda otor. TRANSPORTASI DAN PENGINAPAN .Pi a g Baris Meda -Si pa g Ro et selama lima jam perjalanan 2. Penginapan bisa ditemui di seki tar ya de ga tarif Rp ri u per malam.

Intruksi Wak Tejo dengan Tujuh Gajah Jagoannya

Adegan Foto Bersama Gajah

46 |

MAJALAH SUARA USU


ESAI FOTO:

Ready for Tracking MAJALAH SUARA USU

| 47


ESAI FOTO:

Zona gajah tegangan tinggi Bersih-bersih kaki gajah

Seluruh gajah melakukan pembuangan yang dilakukan sebelum mandi di sungai

48 |

MAJALAH SUARA USU


MAJALAH SUARA USU

// 49


JELAJAH:

Pulau Berhala,

(Katanya) Tempat Wisata dan Konservasi Teks: Sri Wahyuni Fatmawati P dan Fredick Broven Ekayanta Ginting Foto: Wenty Tambunan

Dermaga di Pulau Berhala.

50 |

MAJALAH SUARA USU


JELAJAH:

Y

a, kami berada di Pulau Berhala. Sedang duduk berbarisbaris di undakan batu, sambil sesekali cekikikan mendengar cerita Kurniawan. Ceritanya dimulai dengan menjelaskan dimana tepatnya posisi kami. Pulau Berhala terletak bersebelahan dengan Selat Malaka, secara administrasi pulau ini terletak di Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Panjang garis pantai keseluruhan hanya 2,5 km. Pulau Berhala sama dengan pulau terdepan kebanyakan. Terpencil, jauh dari darat—25 mil jauhnya dari daratan Serdang Bedagai, selama 5 hingga 6 jam perjalanan menggunakan kapal—dan masih asri, karena memang sangat susah dari jangkauan masyarakat. Pun, sama dengan pulau terdepan lain, ada satgas di sana. Mereka ditugaskan untuk menjaga pulau terdepan dari ancaman yang datang dari luar NKRI. Kurniawan salah satunya. Maklum, pulau terdepan merupakan perbatasan Indonesia dengan negara tetangga. Kebetulan, Pulau Berhala bersebelahan dengan Malaysia. Cerita Kurniawan berlanjut ke konservasi penyu yang ada di pulau tersebut. Kurniawan katakan penyu-penyu kerap datang ke pantai untuk bertelur dan meninggalkan telurnya. Kurniawan dan kawan-kawanlah yang bertugas menjaga da e asika telur terse ut dala kondisi baik dan menetas tepat waktu. Sesekali telur-telur tersebut dikeluarkan, para pe gu ju g i gi elihat seperi apa wujudnya. “Tapi enggak bisa banyak, telur pe yu se siif terhadap suhu, a i rusak,” sambung Kurniawan. Lepas penyu, cerita Kurniawan masih berlanjut. Ia ceritakan tentang pulau tetangga, Sokong Seimbang dan Sokong Nenek meski tak banyak. Pulau Sokong Nenek dihuni oleh seorang nenek tua re ta pada asa Bela da, lalu ai, da makamnya ada di sana. Entah benar e tah idak, tapi e a g ada se uah makam di pulau itu. Yang juga diceritakan Kurniawan

adalah bagaimana Pulau Berhala mulai dikenal masyarakat dan kini menjadi tujua isata. Kur ia a tak i gat pasi kapan Pulau Berhala mulai ramai dibicarakan dan dikunjungi orang. Tapi sejak dia bertugas, sudah banyak juga pengun-

“Itu yang ngurus pos darat. Kami tinggal terima tamu saja,” -Kurniawan jung yang datang. Pengunjung yang datang boleh memilih menyewa mess marinir seharga kisaran 30 hingga 40 ribu per malam per kepala. Atau le ih e ilih idur di dala tenda. Untuk makanan, harus memasak sendiri, karena tak ada yang jual makan-

an di sana. Untuk amannya, memang harus membawa persediaan makanan banyak-banyak dari daratan. A al ya, para pe gu ju g idur leleran di pasir, karena kasihan kami taarka idur di ess. Biaya retri usi ya untuk pemeliharaan,” sahutnya. Ada juga penambahan genset agar air bisa naik dari mata air. Untuk penerangan, ada solar cell di pulau ini. Pengunjung juga boleh berkeliling pulau dengan menggunakan perahu karet ilik ari ir, tapi esi erogoh ko ek Rp15 ribu. Atau mau naik ke mercusuar milik Dinas Perhubungan yang terletak di darata i ggi pulau, juga harus e bayar biaya retribusi sebanyak Rp1500 per kepala. Dari atas mercusuar, pengunjung bisa melihat Pulau Berhala dan Pulau Sokong Seimbang dari kejauhan. Selain mess penginapan, mercusuar untuk navigasi, dan dermaga di Pulau Berhala juga ada pondok wisata dari Dinas Kelautan dan Perikanan—meskipun namanya Pondok Wisata, jangan harap menemukan sensasi wisata macam apapun di sini. Pondok Wisata ini berupa rumah panggung khas melayu Serdang Bedagai, lengkap dengan warna hijau dan ku i g ya, de ga suasa a seperi ha is diterjang badai, jorok dan berantakan— serta tugu peresmian nama pulau pada 00 oleh Bupai “erda g Bedagai saat itu, Tengku Erry Nuradi.

Pulau Berhala di siang hari. MAJALAH SUARA USU

| 51


JELAJAH: Bagi yang ingin mengunjungi Pulau Berhala, tak bisa datang begitu saja dan kapan saja. Sebab tak ada transportasi umum ke sana. Bila ingin, bisa menyeberang ke Pulau Berhala bisa menyewa kapal nelayan. Pulau Berhala tak ditujukan sebagai tempat tujuan wisata. Sesuai sebutannya, pulau terdepan, Pulau Berhala menjadi tempat satgas untuk menjaga kedaulatan NKRI di batas terluar Indonesia, serta menjadi tempat persinggahan kapal nelayan yang pergi mencari ikan. “Biasanya nelayan singgah kalau sedang badai, atau sekadar minta persediaan air,” tutur Kurniawan. Kare a e a g idak disediaka u tuk te pat isata, ajar saja fasilitas ya g ada e a g idak seperi te pat isata. Be erapa fasilitas ya g digu aka pengunjung adalah milik para marinir. Saat ditanya bagaimana sistem penyewaannya, Kurniawan tak jawab secara

rinci. “Itu yang ngurus pos darat. Kami i ggal teri a ta u saja, sahut ya. Pos daratlah yang berurusan dengan pengunjung yang akan berkunjung ke sana. Mereka yang menentukan hari, jumlah pengunjung, jumlah mess yang digunakan, dan besaran retribusi yang harus dibayarkan. Kalau Kurniawan bertugas dan bertanggung jawab untuk Pulau Berhala di pos laut, ada Bambang Irawan yang ertugas di pos darat. Te pat i ggal ya idak jauh dari Pela uha Ta ju g Beri gin. Ialah yang kerap berurusan dengan pengunjung untuk kesepakatan hari dan lain-lainnya. Namun, Bambang tak cerita banyak perihal ini. Bambang malah cerita bahwa sejatinya Pulau Berhala adalah pulau terdepan yang dijaga oleh Satgas dari Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tercatat ada sebanyak 34 orang, 24 anggota Marinir TNI Angkatan Laut dan sepuluh anggota

Mess penginapan Satgas Korps Marinir PAM Pulau terdepan Republik Indonesia Pulau Berhala.

52 |

MAJALAH SUARA USU

TNI Angkatan Darat. “Sebenarnya Pulau Berhala belum jadi tempat wisata karena belum disahkan (oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai –red),” ujar Bambang. Namun karena banyak masyarakat ya g i gi erku ju g da e ik ai alam Pulau Berhala, Bambang mengatakan masyarakat diizinkan untuk pergi ke sa a. Ko sekue si ya, seiap pengunjung yang ingin ke Pulau Berhala harus mendapat izin dari satgas yang menjaga pulau tersebut. Karena keselamatan seluruh pengunjung menjadi tanggung jawab satgas. Izi i i ya g o a diperoleh Re i Rosmalis saat ingin berkunjung ke sana. Re i ya g juga ahasis a U“U ersama teman-teman komunitasnya ingin mengadakan perjalanan ekowisata ke Pulau Berhala. Awalnya mereka ingin e ggu aka tra el age tapi idak ada yang murah.


JELAJAH:

“Pernah dengar ada teman yang pergi lewat marinir, jadilah kami coba juga ke sana meski awalnya mau yang resmi aja,” sahutnya. Mereka mulai huning lokasi ke Serda g Bedagai hi gga i a di Pela uha Tanjung Tiram. Di sana mereka bertemu seseorang di Kantor Dinas Perhubuga ya g ada di sa a, Tu pal “ii jak namanya. Re i jelaska iat ereka. E ggak bisa sembarang orang masuk, harus ada tujua , seperi pe eliia , sahut Tu pal. “Kami mau ekowisata. Konservasi penyu, edukasi lingkungan dan penjelasan e ge ai pulau terdepa , jelas Re i. Oh, kalau seperi itu isa, sahut Tumpal. Akhir ya Re i dapatka izi . Ti ggallah mereka harus menghubungi pemilik kapal ferry ya g aka digu aka u tuk menyeberang ke Pulau Berhala. Kapal milik Ibu Lestari. Dinas Perhubungan sendiri sudah mengeluarkan surat edaran untuk menggunakan kapal resmi, tapi banyak yang tak melakukannya. Bila pergi ke Pulau Berhala tanpa izin Dinas Perhubungan dan tanpa menggunakan kapal resmi yang direkomendasika , erari ke era gkata ya ilegal. Saat pengurusan penggunaan kapal itulah Re i ala i kesulita . Mereka diharuskan melapor ke pos marinir yang terletak kurang lebih satu kilometer dari Pelabuhan Tanjung Beringin untuk mendapat izin pergi ke Pulau Berhala. Rumah biasa dengan pintu merah. Di sa alah Re i erte u de ga Ba a g. “esa pai ya di sa a Re i la gsu g

ditanyai, kapan hari keberangkatan, berapa orang dan siapa ketua rombongan. Dijelaskan juga harga sewa mess sebesar Rp30 ribu per malam per kepala. Bambang juga tawarkan kapal nelayan untuk menyeberang. Sebelumnya mereka hu u gi I u Lestari da tersepakailah harga kapal Rp5 juta. Mereka butuh satu kapal lagi. Entah kenapa, ditawarkan kapal nelayan seharga Rp , juta. Mau tak au, Re i menggunakan kapal ini karena bingung harus mencari kemana lagi. Setelah berulang kali alami perubahan harga—sewa mess sempat naik menjadi Rp40 ribu, akhirnya dilepas denga harga Rp ri u. Harga kapal ferry Ibu Lestari naik menjadi Rp5,3 juta—jadilah Re i da te a -te a siap u tuk berangkat. Sebelumnya mereka membayar Rp300 ribu per kapal sebagai pajak perizinan kepada marinir. Lalu, adakah kembali menghubungi Dinas Perhubungan terkait keberangkatan? “Ada. Tapi disaranin ambil paket perjalanan. Sama Ibu Lestari itulah,” sahut Re i. Re i erasa ereka (Di as Perhubungan, marinir, masyarakat, pemilik kapal) sudah tahu sama tahu sistem keberangkatan ke Pulau Berhala. Tahu sama tahu juga terkait masalah pembayarannya. Menurut Kurniawan biaya yang dihabiskan pengunjung kebanyakan untuk kapal yang dibayarkan ke pemilik kapal. Na i, pe ilik kapal ya g aka e erikan ‘komisi’ untuk marinir. “Enggak tentu jumlahnya. Bisa juga bahan makanan,

GIO OVANNY PRATAMA | SUARA USU

MAJALAH SUARA SUARA USU USU || 53 53 MAJALAH


JELAJAH:

Kurniawan, salah satu Tentara Nasional Indonesia (TNI) menerangkan mengenai Pulau Berhala kepada pengunjung, Jumat (15/5).

tergantung mereka. Yang ngurusin pos darat,” sahutnya. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai idak tahu e ahu e ge ai pembayaran yang harus diselesaikan u tuk era gkat ke Pulau Berhala. “eidaknya itu yang disampaikan oleh Hadi Sumantri, Kepala Seksi Promosi Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serdang Bedagai. “Di luar wewenang pemerintah,” sahutnya. Ini dikarenakan belum ada kebijakan undang-undang terkait pembiayaannya, termasuk retribusi pengunjung untuk ke Pulau Berhala. Kalaupun ada yang diharuskan bayar, Hadi katakan itu masuk ke masyarakat penyedia jasa. “ele ih ya Hadi tak tahu kalau seiap kapal harus membayar untuk pajak izin perjalanan. Sampai saat ini, pengelolaan di Pulau berhala masih di bawah pengawasan Kementerian Pertahanan. Pemkab Serdang Bedagai sebenarnya sudah mulai membicarakan potensi Pulau Berhala. Namun hingga kini, belum ada solusi untuk pengembangan Pulau

54 |

MAJALAH SUARA USU

Berhala sebagai tempat wisata, yang erari fasilitas ya g ada harus dii gkatkan, akses dan transportasi harus dimudahkan. Pulau Berhala sejai ya idak isa dibebani terlalu banyak, ini yang disampaikan Hadi. Dengan luas pulau hanya kurang lebih dua hektare, tentu akan susah mengembangkan pulau menjadi tempat wisata. Kalau pengunjung semakin membludak tentu akan mengganggu pengembangbiakan penyu yang ada di sana. Pun dibutuhkan biaya yang sangat besar dalam proses pengembangannya. Pemkab harus menyediakan kapal yang a a digu aka , fasilitas pe gi apa , rumah makan dan lainnya. Selain itu ada beberapa alasan yang e ye a ka Pulau Berhala idak dike bangkan sebagai tempat wisata. Pertaa, kepe i ga pertaha a e gi gat Pulau Berhala sebagai pulau terdepan yang berada di Selat Malaka. Kedua, konservasi penyu dan biota laut yang ada di sana, kemungkinan akan rusak habitatnya saat pengunjung semakin banyak. Keiga, kesela ata ke sa a, Pe ka harus menyediakan pos-pos pengamanan

yang siaga. Meski begitu, masyarakat tetap bisa berkunjung ke sana melalui agen perjalanan setelah sebelumnya melakukan pemberitahuan (izin) kepada satgas. Pun jumlah pengunjung juga dibatasi. Terlepas dari itu semua, Pemkab Serdang Bedagai akan terus cari solusi untuk Pulau Berhala. Karena sebagai pulau terdepa , aik ya e a g di a faatkan agar tak diambil alih oleh pihak luar. “eiap te pat pu ya pote si isata, kebetulan saja dapatnya pulau kecil,” sahutnya. Re i keluarka per yataa ya g kurang lebih sama. Bedanya, ia sarankan agar Pulau Berhala ditutup saja dari pe gelolaa isata da difokuska se agai pulau terdepan dengan penjagaan marinir. Terlebih ia katakan Pulau Berhala idak e iliki pote si isata ahari ya g cukup bagus. “Lagian pulaunya kecil, kalau harus bagi dua antara pariwisata de ga pertaha a idak aka ukup, sahutnya. Ya g pali g pe i g, Pe ka “erdang Bedagai harus tegas tentang pengelolaan tempat ini, kebanyakan ilegal kan” ta ah Re i.


MAJALAH SUARA USU

// 55


56 //

MAJALAH SUARA USU



FIGUR:

Antropolog Ichwan Azhari yang kerap lakuka penelitian untuk mengkaji kebenaran sejarah. WENTY TAMBUNAN | SUARA USU

58 |

MAJALAH SUARA USU


FIGUR:

Ichwan Azhari Pantang Tak Lantang Suarakan Kebenaran Sejarah Teks: Shella Rafiqah Ully

Harusnya, sejarah dapat mencerdaskan bangsa. Sayangnya, memori sejarah bangsa sudah terlalu banyak dikonstruksi negara. Baiknya, Indonesia harus mempelajari masa lalu dengan lebih adil. Akhirnya, “saya hanya ingin menghentikan pembodohan sejarah lewat pendidikan,� begitu Ichwan Azhari berujar.

~*~

MAJALAH SUARA USU

| 59


FIGUR:

Ichwan Azhari (kiri) Prof Dominik Bonatz (kanan) dalam peluncuran buku di Universitas Negeri Medan (Unimed).

Foto: Dokumentasi Pribadi

Bisa bapak tunjukkan dimana tempat Bapak bertempur?” “Bapak pakai bambu runcing bersama pasukan di sekitar Medan ini?” I i pe i g u tuk pe elajara sejarah.” Apa uki sejarah ya? Ce ara perta yaa i gi tahu ya alah di alas oleh ta a esar sa g e pu ya kisah. Ia ke i gu ga . “a il terus terta a, la a i ara ya e gge rak eja. Balik erta ya. Per aya kau? ta ya laki-laki di hadapa ya. Justru kare a tak per aya aka saya ta ya pada Bapak, ja a a ya er alut rasa pe asara ya g aki e jadi-jadi. Tak ada itu! ja a la a i ara ya.

60 |

MAJALAH SUARA USU

Tak isa saya tu jukka . “Ngapain pakai bambu runcing. Kita pu ya se jata. “uper oder se ua, sa u g la a i ara ya kala itu. Dapat dari a a, Pak? “Jepang.” ‘a pok? Kasih, Pura-pura saja kita ra pok. I h a te gah e ge a g perakapa ya e pat tahu lalu ersa a Bar a g, Ketua De a Haria . Ke urigaa ya pada a a a sejarah ya g disajika a gsa e gusik pikira ya. “ikap kriis ya u ul. Ia pilih erta ya la gsu g pada Bar a g, saksi hidup pejua g ya g ikut erte pur la gsu g di sekitar Meda saat 1 . Ke urigaa ya ter uki elalui ja aa Bar a g. Tak ha ya pada Bar a g,

tapi seiap ada pejua g, ia lo tarka perta yaa ya g sa a. Fakta-fakta sejarah lai ya ia susu , kepi ga -kepi ga fakta ya g ia ku pulka e ga tarka ya pada ke e ara ya g justru er eda de ga apa ya g sela a i i a gsa ketahui. Ia er uru kisah da ga ar ya g ereka e ori perjua ga pahla a e galahkan penjajah dengan menggunakan bamu ru i g. Tak saya te uka , tera g I h a e jelaska . “Lihat saja tugu perjuangan di Binjai itu, Ya g dipega g di ta ga ya itu gra at, ter uki aktu itu kita sudah e ge al se jata super oder , papar ya e yaki ka . Logika ya itu perte pura jarak jauh , da e urut ya tak asuk akal pe e a g Pera g Du ia Ke-II dikalah-


FIGUR: ka de ga se jata pri iif. Kayak il kartu saja jadi ya, ujar I h a . “isi ga a garaja pu ertaru g de ga keris, kok tahu alah pakai a u ru i g? tera g ya. Kekriisa ya tak ha ya perihal a u ru i g ya g diyaki i se agai se jata perjua ga . Ia tak setuju pada “u pah Pe uda, Ko gres Pe uda e a g ada. Tapi “u pah Pe uda aru di etuska “oekar o pada tahu . Ia e olak Kari i. ‘oha a Kudus le ih dulu, u gkap ya. ‘oha a Kudus le ih dulu e dirika sekolah, seda g Kari i tak se pat. Baru setelah ia e i ggal, te a -te a ya e dirika sekolah u tuk ela jutka ita- ita Kari i. ‘oha a Kudus e jadi guru di Lu uk Paka sekaligus pe i pi redaksi se uah kora di Meda . Tapi, ia tak dike al dala sejarah, I h a eyaya gka . Piliha ya u tuk e a da g fakta sejarah elalui ka a ata er eda uka ta pa alasa . “alah satu ya, kekhaaira ya pada geraka asio alis e I do esia ya g sudah diko struksi se ara keliru. “aya i gi e ghe ika pe oho ga itu le at jalur pe didika . Begitulah I h a , pa ta g tak la ta g e yuaraka ke e ara sejarah. Ia eyaki i se ua hasil ulasa ya, se a ya g ia lakuka adalah e gu pulka fakta sejarah. Me gkaji ke ali sejarah. “e agai seora g guru ya g e didik guru, kepada urid- urid ya I h a tegaska , he ika e eritahuka ke oho ga sejarah kepada para sis a di sekolah. Berusaha e gulik a yak fakta sejarah. Tak jara g ora g-ora g e ga ggap ya sejara a ko tro ersial, pu diri ya se diri. Tapi sejarah uka ha ya ilik sejara a , I h a e egaska se ua ora g harus tahu ke e ara sejarah. Us a Pelly, se ior I h a dala kegiatan-kegiatan akademik tak heran de ga pe ikira -pe ikira radikal ya g dike ukaka I h a . “ekitar tahu 1 , ia ya g kala itu e ja at se agai Direktur Le aga Pe eliia I situt Kegurua da Il u Pe didika IKIP Meda elihat a yak hal er eda dari I h a . Us a e ge a g I h a ya g kerap kali elakuka kegiata -kegiata ya g

e o jol kala e jadi asiste ya dulu. Ia pu ya iri akade ikus kreaif, tera g Us a . “edari dulu I h a e iliki rasa i gi tahu ya g i ggi terhadap fakta sejarah dan tak pernah puas dengan apa ya g ada. Ba yak ora g ya g erasa ukup de ga apa ya g sudah ia ketahui, tapi I h a selalu i gi tahu le ih a yak. Disertasi ya te ta g pe ikira poliik dala sejarah Melayu jadi salah satu ya g Us a apresiasi. Ia hapal kegigiha

I h a e ari ke e ara , Dia e elii askah- askah tua ora g Melayu, e elusuri fakta serta er uru data. Ba yak hal ko tro ersial ya g ora g-ora g teri a egitu saja, tapi Us a ila g ora g seperi I h a a pu elihat ya dari ka a ata ya g le ih kriis. Us a pu paha etul perihal kekha aira I h a aka fakta sejarah ya g sudah terlalu a yak teridealisasi agar kelihata le ih he at a e a a . Itu se a dia tak dia , historia e a g harus ya seperi dia. Ketakuta aki at

Usman Pelli, senior dan teman kerja Ichwan Azhari. WENTY TAMBUNAN | SUARA USU

MAJALAH SUARA USU

| 61


FIGUR:

Foto: Dokumentasi Pribadi

Dialog Publik: Dalam Rangka Pemecahan Isu-isu Aktual Tema : Revitalisasi Jiwa Semangat Dalam Mewujudkan Revolusi Mental dan Saing Bangsa & Pelantikan Pengurusan DHD Sumatera Utara Periode 2014-2019, Aula Martabe Gubernur Sumatera Utara 4 Desember 2014. fakta sejarah ya g sudah diko struksi eye a ka kelu puha psikis agar a gsa tak kriis lagi. I h a e gupayaka pe yajia sejarah ya g se e ar ya uka ya g apa ada ya, tera g Us a . Harus Aksi, Pa ta g Berdia Diri “aya il u a , uka aki is, I h a tegaska diri ya. “aya turu ke lapa ga , acion.” “e agai sejara a , ia rasa pa ta g erdia diri. Terle ih keidakper ayaa ya pada pe eri tah, e yoko g ya le ih kuat u tuk aksi. Bergerak se diri. Ia pilih gagas da ri is se diri se ua pe i ggala sejarah. Museu “itus Kota Ci a, isal ya. Museu ya g terletak di Ke a ata Meda Marela i i adalah uah aksi ya e yela atka perada a . Be da- e da ya g diperkiraka erasal dari a ad XII-XIV “M tersi pa aik di si i. “e uah kota ya g erada adalah ya g pu ya e ori asa lalu da e ori ya tersi pa de ga aik. I h a tak per ah era dai-a dai pada ulura ta ga pe eri tah kala a al ia eri is Museu “itus Kota Ci a. Pe eri tah data g elaka ga , e dirika gapura, e erika ka a pada patu g-patu g ya g ada di useu . “ilahka , a u ia tak au a yak erharap dari pemerintah.

62 |

MAJALAH SUARA USU

Jikapu ke udia useu i i dia il alih pe geloala ya oleh pe eri tah, ia tak ke erata . “aya sudah eri is ya. Bagi ya sejara a uka ha ya duduk di ka pus, e ulis uku da sekadar e a a. Bisa jadi tak a yak sejara a lai ya g au elakuka hal ya g sa a de ga ya. Beraki itas. “aat i i, ia pu ya aki itas aru. Me ulis se uah ru rik ya g ter it seiap hari di Haria Waspada. ‘u rik Te po Doeloe. Ia e gulas a yak hal te ta g sejarah ya g er eda dari ke a yaka . Ia e ulis se diri ru rik terse ut da ela pirka foto-foto sejarah ya g sela a i i ia si pa . “aya ila g ke ereka, syarat ya harus tulisa ya g e ero tak atau ela a , I h a e jelaska . De ga kolo i i, ia e a i g ora g u tuk ikut erparisipasi pada sejarah da jadi salah satu ara ya e ari data. Ba yak i telektual ya g e aruh perhaia de ga sekadar e ggu i g i for asi ya g ia tuliska u tuk ke udia dikaji. I i ya g di a aka sejarah i terakif. Batu Pe Nisan olaka ya pada pe etusa Orga isasi Budi Oeto o se agai to ggak peri gata Hari Ke a gkita Nasio al juga ia paparka jelas di ru rik sudut Te po Doeloe i i. Harus ya “ulta Cahya ga ya g jadi orga isasi peri is uka alah

Budi Oeto o ya g a i asio al itu. Padahal a ggara dasar Budi Oeto o tak e e arka selai a gsa Ja a da Madura e jadi a ggota. Jika erkea , se ua ya g selai dari a gsa Ja a da Madura ha ya isa jadi pe yoko g, pe eri a tua agi orga isasi. I h a tegaska , ke apa alah orga isasi ya g seperi itu jadi patoka Hari Ke a gkita Nasio al. Tapi I h a tak per ah gusar aka pe eri aa lapa ga pada ya, Meski tak e a pik, di luar sa a ada ora g-ora g ya g ya g tak sepe dapat de ga ya, ahka se agia ya erasa terga ggu. Me ggugat “u pah Pe uda, e olak Kari i, tak per aya pada a u ru i g te tu uka lah sesuatu ya g udah diteri a ora g ke a yaka . “e ua ya g ia perjua gka e a g tak di apai de ga udah. Pe jelajaha ya e e uka arsip sejarah I do esia ahka e aka aktu hi gga tujuh tahu . Me uru arsip da artefak, eyusuri seiap lekuk jala a Jer a da Bela da kala ia asih e e puh pe didika doktor dala ida g sejarah. ‘atusa juta keluar dari ko ek ya. Ba yak sekali pote si u tuk e gu pulka semua barang bersejarah di sana.” Be da- e da ya g ki i ia si pa da sela atka , se agia dite uka oleh ya terse ar di toko-toko ara g a ik, toko uku tua hi gga pasar loak. Tak se atas itu, per urua ya ahka hi gga ke i di idu-i di idu. Pra gko da kartu pos la a, isal ya. Kartu pos la a ilik I do esia ya g dikiri ka ke Jer a , ereka jejak perjala a a gsa. Di sa a ada jejak kisah. Ada foto da erita di alik ya. Pu egitu de ga koleksi ua g ersejarah ilik ya. I h a kataka ua g adalah salah satu su er sejarah a gsa ya g jara g dipergu aka . Begitulah I h a erupaya e e uka ke e ara dari se ua sejarah ya g disajika a gsa. Harus ya, sejarah dapat e erdaska a gsa da I do esia harus e pelajari asa lalu de ga le ih adil. Me iptaka ge erasi-ge erasi ya g le ih kriis aka perjala a a gsa se diri. “e ua sejarah ya g telah diko struksi terse ut, harus diko struksi ula g ke ali. Mu ulka ge erasi aru, sere tak e ya ut sejarah ya g se e ar ya.



COGITO:

Semoga USU Baik- baik Saja

Tahun ini genap sudah berumur 63 tahun. Rasa-rasanya, ucapan semakin bertambah umur semakin sukses adanya tak berlaku untuk universitas ini. (Semoga) USU baik-baik saja.

S

aya pikir, judul ini tak berlebihan. Menginterpretasikan sebuah judul hak orang-orang, bukan? Tapi yang jelas, dari lubuk hai paling dalam, saya ingin USU baik-baik saja. Baik berari idak ada yang salah, semua diletakkan pada tempatnya. Belakangan, USU mengalami beberapa ‘guncangan’. Layaknya badan, USU terkena lu. Flu pertanda kalau-kalau tubuh harus mengurangi akivitasnya, bisa jadi berisirahat sebelum anibodinya melemah. Badan punya masa inkubasi sebelum akan diserang penyakit, pun dengan USU. Kalau ‘lu’ idak sembuh, masa inkubasi semakin singkat menuju USU ‘sakit’. Saat ini, warga USU harus benarbenar menyisihkan waktu untuk ‘isirahat’. Kali-kali saja setelah isirahat tenaga dan ide-ide segar tercetus. Kali-kali saja dengan berisirahat, bisa mendinginkan kepala masing-masing. Pun yang isirahat idak hanya para peinggi kampus alamamater hijau ini saja, ingkatan paling bawah—mahasiswa—pun harus segera mengisirahatkan pemikirannya, agar setelahnya pemikiran dan kepedulian terhadap kampus ini berlipat-lipat meningkatnya. Mari kita runut satu per satu ‘lu’ yang

64 |

MAJALAH SUARA USU

menyerang USU beberapa bulan terakhir. September 2014, rapat pemilihan Majelis Wali Amanat (MWA) diadakan oleh Senat Akademik (SA) USU. Tujuannya, untuk menghasilkan kepengurusan MWA periode baru, 2014-2019, yang akan didapuk untuk melakukan tugas mulia, yakni pemilihan paniia pelaksanaan pemilihan rektor, isilah kerennya Paniia Penyelenggara Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor (P4CR) USU Periode 2012-2020. Merujuk dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No 16 Tahun 2014 tentang Statuta USU, status USU berubah menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH). Ini berari level USU naik satu ingkat dari universitas yang masih menyandang Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN). Berubahnya statuta USU menyebabkan beberapa kebijakan di USU turut berubah, termasuk pemilihan rektor. Hal ini secara otomais memengaruhi peraturan MWA terkait syarat dan masa pemilihan rektor periode selanjutnya. Itulah kenapa September tahun lalu, pemilihan MWA periode baru segera dilaksanakan, karena idealnya, penyelenggaraan pemilihan rektor dilaksanakan paling lama lima bulan sebelum masa jabatan

rektor berakhir. Agar idak terjadi kekosongan jabatan, Prof Syahril Pasaribu yang berumur 65 tahun pada 10 Februari silam akan berakhir masa jabatannya 31 Maret, maka selambat-lambatnya tanggal 30 September tahun lalu, P4CR sudah memberikan dua nama calon rektor kepada SA. Niat hai memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Rapat pemilihan anggota MWA yang dilaksanakan SA berakhir ricuh. Prof Syahril keluar ruangan diikui beberapa orang lain. Sudah menjadi rahasia umum, kalau terjadi perbedaan pendapat dan perbedaan penafsiran Peraturan MWA No 02 Tentang Pemilihan Anggota MWA Pasal 8 di dalam SA bahkan MWA sendiri. Hingga 15 Desember silam, masa jabatan MWA periode 2009-2014 diperpanjang maksimal setahun, dengan tujuan menyelesaikan apa yang harus diselesaikan. Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) meminta SA untuk mengulang pemilihan anggota MWA dan meminta MWA periode 2009-2014 untuk menyelesaikan pemilihan rektor periode baru sebelum masa jabatannya berakhir. Niatnya, penafsiran pasal 8 segera terselesaikan, hingga bisa melakukan pemilihan ulang anggota MWA yang kemu-


COGITO:

Sri Wahyuni Fatmawati P Pemimpin Redaksi Pers Mahasiswa SUARA USU 2015

dian memilih P4CR yang kemudian memberikan dua nama calon rektor kepada SA dan kemudian USU memiliki rektor baru. Yeah! Lagi-lagi, manusia yang berencana, manusia pula berusaha mewujudkan rencananya masing-masing. Penafsiran pasal 8 tak kunjung menemukan iik terang. Pemilihan rektor untuk menentukan deiniif tak kunjung terlaksana. Maret lalu, tepat di hari terakhir jabatan Rektor Prof Syahril Pasaribu, terpilihlah Prof Subhilhar menjadi pejabat rektor melalui rapat MWA. Pejabat rektor terpilih memiliki tugas, kewajiban dan hak yang sama seperi rektor deiniif pada umumnya. Itu keisimewaan. Pasalnya, USU tak pernah sedikitpun membayangkan akan mengalami momen menuju kekosongan jabatan rektor. Satu masalah terselesaikan. Dengan catatan oleh kementrian, MWA tetap harus segera membentuk P4CR untuk pelaksanaan rektor deiniif, waktu mereka tak lebih dari setahun. Sayang, masih saja perihal penafsiran belum menemukan iik terang. Atau sedang akan menuju iik terang? Entahlah. Ditunggu saja. Selain penyelesaian penafsiran pasal 8, ada hal lain yang perlu diperjuangkan. Kedudukan mahasiswa USU di dalam

MWA. Ini tak kala pening. Sebenarnya tahun lalu, hal ini sudah mulai digaung-gaungkan, tapi pamornya turut redup seiring ‘drama MWA dan pemilihan Rektor USU’. Kini, beberapa elemen mahasiswa di USU sudah mulai menyadari dan mulai mensorak-soraikan kepeningan ini. Keterlibatan mahasiswa di MWA pening adanya. Bagaimanapun harus ada satu kursi kosong untuk diisi oleh perwakilan mahasiswa. Tak perlu pusing-pusing memikirkan ‘siapa yang akan duduk di sana mewakili mahasiswa?’ ‘bagaimana dengan akademik si mahasiswa karena satu periode MWA adalah lima tahun?’ Kata ‘maha’ yang mendampingi ‘siswa’ bukan asal-asal. Mahasiswa pasi mampu pikirkan dan putuskan solusi terbaik. Bisa presiden mahasiswa atau lakukan pemilihan umum. Terserah mahasiswa saja. Soal masa menjabat, bisa digani iap setahun, dua tahun, atau iga tahun. Pasi ada solusi. Cukup sediakan seidaknya satu kursi untuk wakil mahasiswa. Itu saja. Untuk memperjuangkan kepeningan ini, mahasiswa USU harus satu suara terlebih dahulu. Itulah kenapa diperlukannya perhaian dan kepedulian dari semua elemen mahasiswa. Tidak hanya tertarik kalau ada berita terkait mahasiswa yang

bunuh diri. Dengan meniadakan kursi wakil mahasiswa di MWA sama saja dengan bunuh diri, membunuh diri kita sendiri, mahasiswa, dengan menyerahkan sepenuhnya hak menentukan kebijakan di USU. Ingat, MWA adalah lembaga teringgi di USU yang menetapkan kebijakan yang akan digunakan oleh seleuruh civitas akademik USU. Mahasiswa USU adalah stakeholder terbesar, lebih dari 50.000 mahasiswa. Sekalipun harus menggugat isi PP No 16 Tahun 2014 Tentang Statuta USU untuk mengubah isinya, yaitu menyertakan keanggotaan wakil mahasiswa dalam kursi MWA. Keidaktahuan dan keidakpedulian civitas akademik akan kejadian yang dialami USU beberapa bulan terakhir yang menimbulkan kesimpangsiuran informasi dan menimbulkan ragam pemikiran yang sebenarnya malah menyebabkan kekhawairan idak beralasan di lingkungan USU. Ah, semoga USU tetap dan akan baikbaik saja. Semoga kita tak menunggu hingga USU melewai masa inkubasi lantas ‘sakit’. Tak harus ‘sakit’ dahulu lantas peduli dan menekan ego masing-masing, bukan? Toh ini demi kepeningan dan kejayaan kampus tercinta. MAJALAH SUARA USU

| 65



KALEIDOSKOP:

KALEIDOSKOP 1 April 2015

Prof Subhilhar Terpilih Jadi Pejabat Rektor

M

eskipun 2015 masih setengah perjalanan, sudah banyak hal yang terjadi di kampus kebanggaan kita. Mulai dari pemilihan mahasiswa berprestasi (mawapres) USU 2015, penambahan kuota penerima beasiswa PPA, hingga pemilihan pejabat rektor USU yang baru. Semuanya kami kemas dalam rubrik khusus ini. Mari simak.

Prof Subhilhar, anggota Majelis Wali Amanat (MWA) yang juga merupakan guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poliik terpilih sebagai pejabat rektor mengganikan Prof Syahril Pasaribu pada rapat MWA 31 Maret. Prof Subhilhar terpilih lewat mekanisme voing dengan perolehan sebelas suara. Prof 15 April 2015 Chairul Yoel, Ketua Senat Akademik Periode 2014-2015 bilang, pejabat rektor terpilih dapat melaksanakan keBKK Tambah Penerima bijakan dan keadministrasian USU dengan tetap Beasiswa PPA Jadi 1100 berkoordinasi dan berkonsultasi dengan MWA. Prof Subhilhar hanya menjabat sebagai pejaBiro Kemahasiswaan dan Kealumnian (BKK) bat rektor hingga rektor deďŹ niif terpilih. menambah kuota penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) menjadi 1100. Hindun Pasaribu Kepala BKK bilang tujuannya untuk ingkatkan kuanitas proposal karya ilmiah dari mahasiswa. Tahun lalu, dengan kuota 900-an penerima, hanya 780 proposal masuk ke BKK. Proposal itu kemudian diseleksi oleh im pemeriksa dari BKK menghasilkan Ikatan Mahasiswa Imam Bonjol satu proposal yang tembus ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasio(IMIB) USU persembahkan Tari nal (PIMNas) 2014. Menurutnya, peneliian yang dilakukan Randai dalam pagelaran budaya Minang mahasiswa kini khususnya di fakultasnya sangat minim. bertajuk Pupuah Gandang di Parantauan di Hal itu disebabkan biaya peneliian yang mahal dan Gelanggang Mahasiswa USU pada Kamis, 30 kesadaran mahasiswa yang rendah. Ia harap April. Achil Pratama Akbar, Ketua Panitia Pagepe-ningkatan kuota penerima diharapkan laran Budaya Minangkabau IMIB USU 2015 berujar sejalan dengan meningkatnya proposal karya ilmiah oleh mahasiswa. tujuan persembahan Tari Randai untuk perkenalkan kebudayaan Minangkabau pada masyarakat Sumatera Utara, khususnya kota Medan. Tari Randai merupakan tari yang menceritakan tentang rakyat dan punya nilai-nilai kehidupan. Tari Randai memiliki konsep yang unik, sebab tari ini merupakan perpaduan antara tarian, silat, opera, dendang, dan musik minang.

WENTY TAMBUNAN | SUARA USU

MAJALAH SUARA USU

| 67


KALEIDOSKOP: 27 April 2015

Mawapres FT Terpilih Jadi Mawapres S1 USU 2015 Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Fakultas Teknik Robert Simbolon jadi Mawapres S1 USU 2015. Robert unggul dengan total nilai 96,20. Di posisi runner up, ada Adillah Rahman Mawapres Fakultas Hukum dengan nilai 77,58. Posisi keiga diduduki Mawapres Fakultas Kedokteran Ramlan Zuhair Pulu-ngan dengan total 28 April 2015 nilai 72,78. Menurut Agus, salah seorang im penilai, karya tulis Robert berjudul Deli River Smart Living menyajikan solusi yang berguna untuk kepeningan banyak orang. Kemampuan bahasa Inggris Mahasiswa Robert juga baik. Sebelumnya, Robert telah ikut lomba di Jepang mewakili Indonesia di Nippon Paint Young Designer Bisa Jadi Anggota MWA Award. Robert sendiri masih perimbangkan untuk Lewat Jalur Wakil Masyarakat wakili USU di ajang Mawapres S-1 Nasional 2015 sebab ia sedang fokus pada tugas akhirnya. Mahasiswa bisa menjadi anggota Majelis Wali Amanat (MWA) USU melalui jalur wakil masyarakat. Hal ini disampaikan dalam diskusi tentang Kedudukan Mahasiswa dalam MWA yang digelar di Sekretariat Pers Mahasiswa SUARA USU, 8 Mei 2015 Selasa, 28 April. Anggota MWA Periode 2009-2015, Prof Budiman Gining katakan mahasiswa hanya bisa menjadi anggota MWA lewat wakil masyarakat karena Pema USU Resmikan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Gerakan USU Mengajar Tahun 2014 tentang Statuta USU, unsur mahasiswa idak diwajibkan menjadi Pemerintahan Mahasiswa (Pema) USU melalui Kesalah satu unsur pengisi MWA. menterian Pendidikan, Peneliian, dan Pengembangan (Kemendiklitbang) resmikan Gerakan USU Mengajar. Gerakan ini merupakan salah satu program kerja Kemenkediklitbang. Kata Zul Anwar Rambe Menteri Diklitbang Pema USU, Gerakan USU mengajar akan berlangsung hingga Juni 2015. Menurutnya kegiatan ini bertujuan memfasilitasi mahasiswa untuk terjun langsung ke masyarakat agar dapat melihat kondisi pendidikan di wilayah desa dengan target Gerakan USU Mengajar merupakan siswa SD.

ANGGUN DWI NURSITHA | SUARA USU

68 |

MAJALAH SUARA USU

Prof Budiman Ginting (kemeja putih) Anggota Majelis Wali Amanat (MWA) USU Periode 2009-2015 sedang menjelaskan posisi mahasiswa dalam MWA kepada civitas akademik dalam Diskusi Posisi Mahasiswa dalam MWA USU di Sekretariat Pers Mahasiswa SUARA USU, Selasa, 28 April. Prof Budiman katakan mahasiswa harus memiliki satu pemahaman mengenai urgensi posisi mahasiswa dalam MWA. Mengenai ketiadaan mahasiswa dalam komposisi MWA ia katakan MWA akan segera menindaklanjuti.


Salam Pers Mahasiswa! Setelah menghadirkan dua tabloid sebagai pembuka tahun ini, kami menghadirkan kembali majalah. Sumatera Utara berduka. Bencana erupsi Gunung Sinabung yang melanda Kabupaten Karo menimbulkan persoalan menyentuh hampir semua lini kehidupan masyarakat. Pemerintah daerah maupun pusat diharapkan cepat tanggap mengatasi masalah yang ada agar Sinabung tak selamanya berkau g. A da pasi tak i gi le atka pembahasan ini di Laporan Utama. Ada sebuah sopo belajar di pedalaman Pulau Samosir. Mereka yang di sana kurang beruntung dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Pun begitu, tak membatasi perjuangan anak-anak di Pulau Samosir untuk menjadi berpendidika . Lalu ada segeli i o a g ya g peduli, e yisihka aki ya u tuk negeri melalui buku-buku dan kegiatan mengajar anak-anak di Pulau Samosir. Kami persembahkan cerita lengkapnya dalam rubrik Lentera. Tak lupa, jauh-jauh ka i ke Lagu oi untuk cari tahu asal mula Ugamo Malim. Agama asli orang Batak ini masih belum diketahui orang dengan baik. Padahal, hingga kini ajaran agama ini masih eksis hingga sekarang. Pun begitu, merekamereka yang memiliki kepercayaan ini masih saja terasing di negeri sendiri, tak mendapat pengakuan dari NKRI. Simak di Apresiasi! Kami ajak Anda jalan-jalan ke salah satu pulau terdepan Indonesia yang terletak di Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Pulau Berhala. Memiliki luas seluruhnya sebesar 2,5 km pulau ini menjadi base camp marinir yang ditempatkan untuk menjaga kedaulatan di pulau terluar tersebut. Pun begitu, pulau keil i i e jadi piliha desi asi li u a orang-orang, padahal Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai sendiri masih belum mengelolanya. Ada permainan orang-orang yang terlibat di sana dalam masalah perizinan dan pembiayaan. Ada di Jelajah! Masih banyak rubrik lain yang sayang u tuk A da le atka . Se oga i fo asi ya g ka i hadi ka e a faat u tuk Anda. SUARA USU selalu berupaya menyajikan produk berkualitas. Selamat membaca!

MEJUAH-JUAH:

07

WENTY TAMBUNAN | SUARA USU

28 44 50 58

KONTEN: mejuah-juah & konten lepas laporan utama riset rehat ulas lentera opini

03 04 06 12 25 26 28 34

a a aa apresiasi esai foto jelajah figu cogito kaleidoskop

38 50 8 64 67

Diterbitkan Oleh: Pe s Mahasis a SUARA USU Pelindung: Rektor Universitas Sumatera Utara | Penasehat: Wakil Rektor III Universitas Sumatera Utara Pemimpin Umum: Lazuardi Pratama | Sekretaris Umum: Shella Rafi ah Ully| Bendahara Umum: Rai Ha daya i Pemimpin Redaksi: S i Wahyu i Fat a ai P | Sekretaris Redaksi: Ya i Nu aya Situ o a g Redaktur Pelaksana: Erista Marito Oktavia Siregar| Koordinator Online: Ta t y Ika Ad iai Redaktur Cetak: Febri Rahmania, Arman Maulana Manurung| Redaktur Foto Cetak: Wenty Tambunan|Redaktur Arisik: A ggu D i Nu sitha| Redaktur Online: Yulien Lovenny Ester Gultom| Reporter: De i A isa Put i, Nu ha ifah, Lita Adelia Mato da g, Siska A iai Fotografer: A a da Fakh eza Lu is, Va isof K isi Ma alu, Yulia a Rah a Soli Desainer Grafis: Ya i Nu aya Situ o a g, Alfat Put a I ahi | Ilustrator: Arman Maulana Ma u u g, Yulie Lo e y Este Gulto , Alfat Put a I ahi Pemimpin Perusahaan: Ika Putri Agusi i Sa agih|Manajer Iklan dan Promosi: Amelia Rahmadhani Staf Perusahaan: Deli Listyani | Desainer Grafis Perusahaan: A d eas Hutagalu g Kepala Litbang: F edi k B o e Ekaya ta Gi i g | Sekretaris Litbang: Muia Aisa Rah i Koordinator Pengembangan SDM: A a da Hidayat | Koordinator Riset: Sa i He li a Staf Pengembangan SDM: Elda El ia i | Staf Riset: De i I ia i | Staf Kepustakaan: Eka Wahyu Sundari DESAIN SAMPUL: YANTI NURAYA SITUMORANG

Staf Ahli: Tik a Raya Si ega , Fi dha Yu i Gusia, Ri hka Hap ya i, Eka Dala ta, Ba ia Cahya De i, Listo A u at Da a ik

ISSN: No. 2355-8946 Alamat Redaksi, Promosi dan Sirkulasi: Jl. Universitas No. 32B Kampus USU, Padang Bulan, Medan-Sumatera Utara 20155 E-mail: suarausu_persma@yahoo.com Situs: .sua ausu. o Percetakan: Ke i ’s Pe etaka

isi di lua ta ggu g ja a pe etaka

Informasi Pemasangan Iklan dan Berlangganan, Hubungi: 085762303896, 08566386671 Redaksi menerima tulisan berupa opini, puisi, dan cerpen. Untuk opini dan cerpen, tulisan maksimal 5000 hingga 6000 karakter. Tulisan ha us dise tai foto da ide itas pe ulis e upa fotokopi KTM atau KTP. Tulisa ya g telah asuk e jadi ilik edaksi da apa ila dimuat akan mendapat imbalan. Tulisan dapat dikirim ke email suarausutabloid@ymail.com

MAJALAH SUARA USU

|3


LEPAS:

Hari Esok untuk Sinabung Awalnya masih tertidur hingga empat ratus tahun lamanya. Pelan-pelan terbangun dengan rentetan erupsi berturut-turut. ‘Bangunnya’ dampakkan trauma. Kini, tinggal berdoa, semoga hari esok datang tepat waktu dan baik-baik saja.

Oleh: Redaksi

L

ogikanya, siapa yang tak alami paranoid saat terkena erupsi gunung berapi dalam rentang waktu yang dekat. ‘Menerima’ material gunung—pasir, debu, batu, hingga lahar dingin—yang tak heni-heni dimuntahkan. Seluruh perkampungan dan ladang berhektar-hektar tertutup abu berkepanjangan. Air bersih dan kebutuhan pokok diidam-idamkan. Semua berubah sejak erupsi 2010, mulai kondisi pemukiman, cuaca hingga kehidupan mendatang. Gunung Sinabung tak lagi sama, meski masih berdiri gagah di Tanah Karo. Gunung Sinabung tak pernah tercatat meletus sejak 1600 dan pada 2010 secara mengejutkan bangun lagi. Menyusul erupsi pada 2013 dan terjadi berulangulang di tahun yang sama. Ada tujuh desa terkena langsung semburan material padat maupun cair dari Gunung Sinabung. Tiga desa terparah ialah Desa Sukameriah, Desa Bakerah dan Desa Simacem yang terletak di radius 3 kilometer dari puncak Gunung Sinabung. Saat erupsi di 2010, peringatan erupsi tak sampai ke masyarakat, pun idak ada tanda-tanda akan terjadinya semburan awan panas. Pascaerupsi pertama kali, masyarakat yang inggal di desa terkena lumpur panas mengungsi ke posko pengungsian darurat. Beberapa kali mereka harus pulang balik ke desa, mulai dari sekadar melihat kondisi rumah, ladang dan harta benda yang diinggalkan—de ngan harapan ada yang bisa diselamatkan—hingga mencoba peruntungan menanami kembali ladang mereka. Tak ada yang terselamatkan. Rumah, ladang, harta benda sudah jauh dari kata laik untuk digunakan. Salah satu tempat pengungsian yang disediakan pemerintah

4|

MAJALAH SUARA USU

adalah Yayasan Universitas Karo (UKA) yang dihuni 86 kepala keluarga dengan total sekitar 250 orang pengungsi. Jumlah ini jauh berkurang dibanding pertama kali erupsi di 2013, mencapai lima ribuan pengungsi. Hal yang paling terasa adalah kesulitan air bersih. Sumur bor yang dibangun atas perintah Presiden Joko Widodo tak berumur lama. Pascaerupsi banyak bantuan yang datang, pemerintah maupun swasta. Penyediaan kebutuhan dasar seperi makanan, obat-obatan, selimut dan pakaian. Namun, itu bersifat sementara, tak bisa digunakan untuk menopang kehidupan selanjutnya. Meskipun Juli tahun lalu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo memberikan bantuan uang sebesar Rp1,8 juta dan sewa lahan Rp2 juta per kepala keluarga korban erupsi. Pemkab Karo katakan setelah diberi subsidi para pengungsi sudah idak menjadi tanggung jawab pemerintah. Harus segera mandiri untuk bertahan hidup. Setelah erupsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo dibentuk. Juga pengadaan hunian baru untuk korban erupsi. Ada 116 unit rumah yang siap digunakan di Desa Siosar. Dana pembangunannya berasal dari dana pembangunan tahap awal milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Desa pertama yang mendapat giliran menempai rumah hunian adalah Desa Bakerah selanjutnya Desa Sukameriah, dan Desa Simacem. Tapi, warga Desa Bakerah masih belum mau pindah hingga ‘rumah baru’ tersebut rampung dan lahan pertanian selesai digarap. Hunian lain masih menunggu pembangunan tahap kedua yang dananya masih diajukan ke kementrian keuangan. Laporan Utama ini kami sajikan de

ngan memaparkan keadaan saat erupsi terjadi, kondisi Gunung Sinabung dan masyarakatnya saat ini, dan macam penyelesaian yang dirancang oleh pemerintah. Masyarakat dan Pemkab Karo harus benar-benar berdamai dengan keadaan agar bisa terus melangkah maju dan memperbaiki kerusakan yang imbul. Macam-macam solusi dan takik harus dijalankan. Dimulai dari relokasi pengungsi yang harus benar-benar disegerakan. Dilanjutkan dengan pemahaman pada masyarakat tentang pembekalan diri, agar tak terus menerus bergantung dengan kegiatan bercocok tanam, mengingat kondisi lahan di Karo kini tertutup abu tebal hasil akivitas gunung. Butuh waktu lama untuk memulihkan dan mengembalikan ke keadaan lahan semula. Tentu yang terpening, masyarakat dan pemerintah harus ‘baning seir’ untuk memulas kembali potensi Tanah Karo. Kalau selama ini fokus dengan pertanian dan perkebunan, sudah saatnya dipikirkan potensi lain yang ada dan dikembangkan, misal pariwisata. Peribahasa sedia payung sebelum hujan benar-benar ampuh untuk semua hal. Itu yang harus dipikirkan masyarakat dan Pemkab Karo. Jenis ‘payung’ seperi apa yang akan disegerakan penyediaannya, sekadar siaga kalau-kalau ‘hujan’ lain datang iba-iba tak membuat Tanah Karo ‘kebanjiran’. Pun, pemulihan Karo bukan hanya menjadi tanggung jawab mereka saja. Negara ini juga bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakatnya. Mungkin, dengan menjadikan erupsi Gunung Sinabung sebagai bencana nasional, pemerintah lebih ligat menanganinya. Ininya, Sinabung tak boleh terus-terusan berkabung, semua harus segera bangun.


NT I

❛URAYA

I T UMORA NG

TI M MAJA L A H

---6--FEBRI RAHMANIA

MUTIA AISA RAHMI

L ❧✁✂ARDI

Penulis, Fotografer

Penulis

Penulis, Fotografer

ERISTA MARITO OKTA❱✄❧ SI REGA R

FREDICK BROVEN EKAYANT❧ GI NT I NG

SRI WAHYUNI FATMAWATI P

TANTRY IKA ADRIATI

Penulis

Penulis

Penulis

Penulis

YULIEN LOVENNY ES❚☎✆ ✝ULTOM

SHELLA RAFIQAH ULLY

ANGGUN DWI NURSITHA

YA NT I ◆URAYA

SI T UMORA NG

Penulis Ilustrator, Fotografer

Penulis

Penulis, Ilustrator

Penulis Ilustrator, Fotografer

AMANDA HIDAYAT

AMELIA RAMADHANI

RATI HANDAYANI

Penulis, Fotografer

Penulis

Penulis, Fotografer

WENTY TAMBUNAN Penulis, Fotografer

PRATAMA

MAJALAH SUARA USU

|5


LAPORAN UTAMA:

Tak satu makhluk yang mampu memprediksi apa yang akan terjadi, bahkan teknologi termaju sekalipun. Siapa sangka setelah empat ratus tahun tertidur, Gunung Sinabung kembali memuntahkan isi perutnya.

6|

MAJALAH SUARA USU


Klimaks dari Tidur Panjang Empat Ratus Tahun Teks: Amelia Ramadhani Foto: Wenty Tambunan

Gunung Sinabung dari jarak jauh, Minggu (26/4). MAJALAH SUARA USU

|7


LAPORAN UTAMA:

C

uaca di Tanah Karo awal April lalu tampak mendung. Berbeda dengan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geologi bahwa April sudah masuk musim kemarau di Indonesia. Walau mendung, debu vulkanik pasca erupsi Gunung Sinabung sejak 2013 silam tak tunduk pada mendungnya cuaca. A u erter a ga . Me guap seperi asap di seiap derap la gkah kaki a akanak Desa Payung yang sedang asyik berai ola kaki. Mereka seperi ya asih duduk di bangku sekolah dasar atau mungkin masih sekolah di taman kanakkanak. Badan mereka kecil, kira-kira satu eter le ih sedikit i ggi ya. Mereka makin asyik bermain dan tak menghiraukan debu-debu yang berkeliaran bebas hingga terhirup saat bernafas. “We we, oper sini we,” ujar salah satu dari mereka. Semakin memasuki kampung, rumah warga mulai ramai terlihat. Rumahrumah kayu yang masih menggunakan arsitektur tradisional. Rumah berbentuk panggung yang di bawahnya terdapat ka da g he a ter ak kira-kira sei ggi lutut hingga pinggang orang dewasa. Masyarakatnya suka berkumpul di depan pintu rumah sekadar untuk berbagi cerita. Tak lupa juga memamah sirih dan membawa wadah untuk menaruh air sirih. Sesekali mereka terkekeh secara ersa aa . Na u uka erari se ua rumah warga Desa Payung, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, masih tradisional. Puluhan rumah sudah menggunakan arsitektur yang lebih kekinian. Dindingnya terbuat dari susunan batu bata. Masing-masing rumah memiliki teras dengan dua tonggak penyangga yang dipasangi keramik. Cat rumah yang digunakan sudah beraneka warna. Dari jauh seorang kakek sedang duduk memilah pinang di teras rumahnya, duduk beralaskan kasur. Kasur itu merupakan bantuan saat ia masih mengungsi di daerah Kabanjahe saat erupsi Gunung Sinabung tahun 2014. “Ini mereka ni yang kasih,” ujarnya menepuknepuk kasur tersebut.

8|

MAJALAH SUARA USU

Na a ya Ma ar Gi i g. Laki-laki berusia lanjut, 70 tahun sudah umurnya. Ia salah satu pensiunan dari salah satu sekolah dasar Desa Payu g. “eiap hari ia ikut membantu anak bungsunya, Mutasi Gi i g, di lada g. Ya g ri ga -ri ga aja, aku kan sudah tua,” tambahnya. Biasanya, Mutasilah yang menyiapkan segala keperluan untuk panen. Sedangkan Ma ar ha ya e asika se ua ya lengkap dibawa anaknya sebelum panen dimulai esok harinya. “Waktu Gunung Sinabung meletus, kami sedang panen tomat waktu itu,” ujarnya. Semua peralatan penen sudah dibawa sejak sore hari; keranjang, ember dan karung. Peralatan dikumpulkan di salah satu sisi kebun tomat. Setelah itu Mutasi dan Mambar pulang ke rumah untuk mengumpulkan tenaga ekstra saat panen esok hari. Di malam harinya Mambar menonton televisi bersama istrinya dan menggelar kasur di ruang tengah rumah mereka. Mambar dan istri sejak dua tahun sila selalu idur di rua g te gah. Istrinya sakit. Sudah tak kuat harus turun aik te pat idur. Ma ar teridur ersandar ke dinding. Bahkan ia tak sempat e per aiki posisi idur ya. Kira-kira pukul sepuluh malam, ia dikagetkan oleh suara yang begitu yang berdentum-dentum di atas atap dan dinding rumahnya. Ia terkejut bukan main dan tak sanggup bergerak sedikitpun. Ia merasakan tubuhnya tak bertulang. “Kok dipukul aku,” ujarnya dengan dialek Karo yang kental. Mambar mengira orang-orang jahat datang mengepung rumahnya. Mereka melempari atap dan dinding. Selama ini ia sama sekali tak pernah berbuat salah terhadap masyarakat sekitar. Mambar tak sanggup berdiri lagi. Ia dibopong oleh Mutasi keluar rumah. Halaman rumah dipenuhi oleh pasir, debu dan batu dari erupsi Gunung Sinabung. Dugaannya terhadap orangora g jahat idak ter uki. Bu yi gemuruh tersebut bukan dari orang jahat yang hendak memukulnya, tapi material erupsi Gunung Sinabung. “Sebesar inilah

kira-kira, ujar Mutasi e gepalka i junya. Atap rumah warga Desa Payung bayak ya g olo g kare a teri pa atu. Tak hanya itu, lemparan batu yang mengenai dinding rumah warga juga menimbulkan keretakan. Sisi-sisi rumah bergeser m e n gaki-

“Waktu Gunung Sinabung meletus, kami sedang panen tomat waktu itu.” - mambar ginting batkan pintu dan jendela tak bisa dibuka dan ditutup. “Ini retak waktu itu,” tambah Mutasi sambil menunjukkan salah satu sudut rumahnya yang sudah dipugar kembali. Terlihat dari bekas pugarannya yang masih berwarna hitam. Saat dilarikan ke puskesmas terdekat, Mambar terkena stroke ringan yang mengakibatkan ia harus dirawat untuk beberapa hari. Menurut diagnosis dokter Mambar terkena stroke ringan akibat shock yang dialaminya saat erupsi. Akhir ya Ma ar dira at i ap sela a iga hari untuk memulihkan keadaannya. Mutasi, Mambar bahkan warga Desa Payung pada umumnya tak menyangka Gunung Sinabung akan erupsi, tak ada tanda-tanda yang dapat dijadikan warga untuk merasa was-was dan siaga. Peringatan akan meningkatnya suhu di sekitar kawah gunung juga tak ada sampai kepada masyarakat. “Tak ada hewan


LAPORAN UTAMA: Zona kawasan rawan bencana yang terdapat di jalan menuju Gunung Sinabung, Minggu (26/4) yang turun ke bawah. Ular pun tak ada, iya ka , Pak? ta ya ya e asika kepada Mambar. Mambar mengangguk. Setelah ayahnya mendapat perawatan dari puskesmas, Mutasi pulang ke rumah untuk melihat keadaan ternak dan kebun tomatnya. Kampungnya sudah berubah warna. Sejauh mata mema-ndang hanya warna abu-abu yang terlihat. Tomat yang semula siap panen sudah hancur rata dengan tanah. Ia bergegas melihat kondisi di kampung sebelah untuk mendapatkan makanan untuk kambing. Di Desa Payung tak satupun rumput segar yang masih hidup. Sedangkan kambingnya belum makan sejak mereka meninggalkan rumah untuk mengungsi. “Harus ke kampung sebelah cari nasinya (rumput –red), ” ungkap Mutasi. Desa Payung tertutup abu dan kerikil waktu itu. Ini terjadi berulang-ulang seiap Gu u g “i a u g erupsi. Di a di gkan dengan Desa Simacem, Desa Payung masih lebih baik kondisinya. Desa Payung terletak di radius 5 km dari kawah Gunung Sinabung. Desa Payung bukan jalur awan panas dan jalur lava pijar. Desa Simacem, Desa Bakerah dan Desa Sukameriah benar-benar tak bisa dihuni lagi. Rumah masyarakat setempat rata dengan tanah. Masyarakatnya diu gsika ke Yayasa U i ersitas Karo (UKA) I dan tak diberi izin pulang oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo. Saat ditemui di pengungsian, Hemat Beru Sembiring, sedang memanaskan air u tuk a di. Ia i ggal di pe gu gsia sejak Gunung Sinabung meletus di tahun 2013 lalu. Sebelum Gunung Sinabung erupsi Hemat bekerja sebagai petani seperi ya g dilakuka oleh arga lai ya. Ia hanya menanam tanaman tua, kopi arabika. Sesekali ia juga menanam padi. Saat erupsi di 18 September 2013 lalu Hemat sedang menjaga padinya dari burung agar tak gagal pa e . “eiap hari ia era gkat lebih pagi menuju sawah. Kira-kira hanya lima hari lagi padinya bisa dipanen. Warga Desa Bakerah lari kocar-kacir keluar rumah. Hemat tak tahu apa yang terjadi. Melihat warga berlarian mening-

galkan rumah ia juga ikut serta walau ia sa a sekali idak tahu apa ya g e yebabkan masyarakat lari. Setelah berada di desa yang dianggap aman, Hemat melihat ke arah gu u g. La a pijar erupsi Gunung Sinabung mengalir di lereng-lereng gunung. Hemat langsung mengungsi ke Berastagi bersama dengan warga lainnya. Mereka dijemput oleh rombongan yang disediakan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk proses evakuasi. Sama halnya dengan Mambar, Hemat juga tak ada melihat tanda-tanda akan terjadi erupsi Gunung Sinabung. Tak ada peringatan sama sekali dari pemerintah da dari ora g-ora g ya g e ga ai gunung. Armen Putra, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung yang berlokasi di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo tak dapat e prediksi aktu pasi aka terjadi ya erupsi. Terlebih Gunung Sinabung yang sudah ratusa tahu tak tereka akivitasnya. Gunung Sinabung merupakan gunung api strato vulkano, yaitu gunung api yang berbentuk kerucut. Sebelum tahun 2010 Gunung Sinabung merupakan

gu u g api ipe B. Gu u g “i a u g tak per ah tereka aki itas ulka ologisnya sejak tahun 1600 silam. Indikator inilah yang menjadikannya gunung api ipe B. Erupsi pertama di tahun 2010 lalu mengubah status Gunung Sinabung dari B e jadi A. Ar e da i ya la gsung diutus oleh Pusat Vulkanologi dan Miigasi Be a a Geologi Bada Geologi ke Ta ah Karo u tuk e ga ai aki itas Gu u g “i a u g seiap deik ya. Be erapa kendala dihadapi saat pertama kali didirikannya Pos Pengamatan Gunung Api “i a u g i i. Ti sa a sekali idak memiliki tempat untuk pengoperasian alat pe deteksi aki itas gu u g erapi. “Kita sewa rumah warga selama 2 tahun,” jelas Armen. Tahun 2012 dibangunlah sebuah tempat permanen masih di daerah yang sama. Bangunan dua lantai tersebut dibagi menjadi beberapa ruangan. La tai dasar dijadika studio foto Gunung Sinabung sejak erupsi pertama di tahun 2010. Deretan foto dimulai dari kiri ke kanan. Foto sebelah kiri menggambarkan Gunung Sinabung di tahun MAJALAH SUARA USU

|9


LAPORAN UTAMA:

Seismograf yaitu alat pencatat getaran gempa. Alat ini terdiri dari benda stasioner, jarum dan pita, Minggu (26/4)

2010. Semakin ke kanan rupa Gunung “i a u g eru ah sig iika . A al ya hanya tumpukan abu di sekitar kawah yang terekam. Sedangkan hutan-hutan masih hijau, sama sekali belum tersentuh oleh abu vulkanik hingga ke pinggang gunung. Di papan nomor dua terdapat foto lava pijar yang masih menyala. Warnanya kemerahan. Mengalir dari puncak Gunung Sinabung. Saat itu hampir sebagian dari Gunung Sinabung sudah tertutup abu vulkanik dan hutan-hutan di bawahnya sudah hampir gundul karena lelehan lava. Di sebelahnya ada foto awan panas Gunung Sinabung. Kondisi hutan sama sekali sudah hangus. Hanya ra i g-ra i g poho ya g er ar a kecokelatan nampak tegak menghiasi kaki gunung. Foto yang diambil awal tahun 2014 menggambarkan seluruh hutan Gunung Sinabung sudah gundul. Naik ke lantai dua. Sebuah seismograf yang mengukur getaran yang disebabkan oleh gempa bumi vulkanik Gunung Sinabung. Tiga komputer dijajarkan di atas meja untuk mendokumentasika aki itas gu u g. Ka era tele u tuk e ga ai gu u g diletakka di balkon yang tak begitu luas. Kamera ini juga diletakkan secara permanen begitu

10 |

MAJALAH SUARA USU

pun fokus dan jaraknya sudah diatur sedemikian rupa supaya gambar yang dihasilkan tampak detail. “eiap pe i gkata aki itas gu u g, i pe ga at pos aka e giri ka laporan kepada Pemkab Karo untuk segera e peri gatka arga u tuk idak eraki itas di sekitar gu u g. Na u lapora sebelum tahun 2010 tak ada karena Pemkab Karo belum memiliki pos pengamatan gunung api. “Jadi memang tak ada peringatan sama sekali,” tutupnya. Saberina Tarigan, Sekretaris Daerah Kabupaten Karo menyebutkan Pemkab Karo saat itu terlena. Sebelumnya daerah Karo tak pernah terkena bencana. Ditambah lagi dengan status Gunung Sinabung saat itu gu u g api ipe B. “ehi gga tak ada posko ya g e ga ai aki itas gu u g api secara intens. “Semuanya dikomandoi oleh TNI,” sambung Saberina. Keterlenaan waktu itu membuat Pemkab Karo harus kerja dua kali saat evakuasi bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang harusnya langsung bergerak ke lapanga diga ika de ga i khusus ya g dibentuk saat bencana. Tak banyak yang erpe gala a dala ida g iigasi e a a dala i . A ggota i direkrut dari er agai ida g, seperi: kese-

hatan, keamanan, TNI, lembaga swadaya masyarakat dan lain-lain. Administrasi penerimaan bantuan lama diteken oleh Pemkab Karo sebab untuk serah terima bantuan dalam skala besar harus melalui BPBD. Saat itu Pemkab Karo belum memliki BPBD dan akhirnya bantuan tersebut dicairkan melalui i ta ggap darurat ya g di e tuk saat terjadi bencana. Syukur penanganan korban bencana Gunung Sinabung bisa berjalan dengan baik. Kebutuhan pokok pengungsi dipenuhi. Semboyan idak boleh tak e iliki te pat i ggal, idak boleh tak aka , idak boleh tak sekolah da idak boleh tak sekolah digau g-gau gka saat itu. Anakanak usia sekolah dipindahkan ke sekolah yang berada di dekat pengungsian. Kebutuha logisik pe- gu gsi dapat dipe uhi dengan berbagai macam bantuan yang datang, nasional dan swasta. Sadar akan kekurangan Pemkab Karo selama ini, dibentuklah BPBD yang dikepalai oleh Subur Tarigan Tambun pada tanggal 24 Januari 2014. Pe-nangangan mulai rapi jika dibandingkan dengan pena ga a ya g dilakuka oleh i e tukan khusus. Bantuan yang bernilai besar bisa didistribusikan lebih cepat kepada masyarakat. BPBD telah memiliki sistem administrasi sendiri sehingga proses pencairan bantuan lebih cepat. Daerah berada di radius 3 km dari ka ah Gu u g “i a u g seperi Desa Simacem, Desa Sukameriah dan Desa Bakerah la gsu g diu gsika ke Yayasa UKA I. Sebanyak 32.210 orang diungsikan. Selain itu warga dengan radius 5 km dari kawah mendapatkan bantuan seng untuk perbaikan atap. Saberina berharap masyarakat tak putus asa dengan keadaan sekarang. Anak–anak usia sekolah juga tak boleh erhe i sekolah, kare a ereka aset Karo ke depan,” ujarnya. Harapan dan semangat yang sama juga ada pada Mutasi, ia katakan masyarakat di kaki Gunung Sinabung tak aka per ah erhe i u tuk erta i, “sampai kami kembali penen,” tegas Mutasi di akhir ceritanya.




Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.