Tabloid 107

Page 1

EDISI

107 XXI/MEI 2016 XX/APRIL 2016

Rp Rp 3000 3000 ISSN ISSN 1410-7384 1410-7384

SUARAUSU.CO SUARAUSU.CO

punya i d a j k a t USU . h u r s i k diri. sung s g a n a w l a r e m b a 16 ny Pemira 20 n mahasiswa. Saat preside

GALERI FOTO MEMBIDIK PROSES KERAJINAN SABUT KELAPA

LAPORAN KHUSUS JALAN LEBAR MENUJU PASAR PERSAINGAN ASEAN


2 suara kita

SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

lepas

suara pembaca

Akreditasi A, Langkah Optimis Namun Hasil Pesimis Redaksi

D

i b e n t u k n y a Tim Akreditasi dan Serti�ikasi (TAS) pada Februari lalu merupakan langkah awal Prof Runtung Sitepu untuk meningkatkan akreditasi universitas. TAS adalah perpanjangan dari Tim Percepatan Akreditasi yang dibentuk semasa USU dipimpin oleh Pejabat Rektor Prof Subhilhar. Selang beberapa waktu setelah diperpanjang TAS langsung mendata program studi (prodi) yang berpeluang besar mendapat akreditasi A. Terpilihlah sebanyak 47 prodi dari 155 prodi yang ada di USU. Fokus kerjanya membimbing ke-47 prodi dalam mengisi borang dan menyediakan dana jika diperlukan un-

tuk meningkatkan akreditasi. Tak tanggungtanggung, USU sediakan dana 1 miliar untuk prodi tersebut. Jika ditilik lagi, 47 prodi ini hanya akan menggenapi setengah dari delapan puluh persen target prodi akreditasi A pada 2017 nanti. Itu pun jika kesemuanya berhasil mendapatkan nilai A. Lantas bagaimana nasib enam puluh persen prodi lainnya yang punya peluang lebih kecil untuk dapat akreditasi A? Padahal, jika saja USU juga perhatian pada prodi ini kemungkinan raih akreditasi A akan lebih besar. Contoh saja Prodi Teknik Lingkungan yang hingga saat ini belum punya gedung kuliah. Atau Fakultas Psikologi yang kekurangan dosen tetap. Kedua faktor itu merupak-

an masalah dominan yang terjadi di beberapa prodi selain penelitian dan publikasi jurnal ilmiah. Lebih baik dana tersebut diberikan sama rata untuk setiap prodi dan fakultas. Tak perlu pandang bulu. USU juga seharusnya sudah mulai melakukan perbaikan fasilitas besar-besaran di setiap fakultas. Melengkapi fasilitas belajar me- ngajar seperti gedung kuliah, laboratorium, toilet, dan fasilitas pendukung lainnya. Tak bisa hanya fokus pada 47 prodi tersebut. Jangan ‘pilihpilih kasih’. Sebenarnya tak ha nya akreditasi prodi yang memengaruhi akreditasi USU. Ada faktor lainnya seperti akreditasi labo-

ratorium dan serti�ikasi internasional. Salah satunya akreditasi Rumah Sakit Pendidikan USU. Ya, wajar saja jika rektor akhirnya menyatakan sikap pesimis dalam kata sambutannya saat pelantikan dekan pertengahan Mei lalu. Logikanya hingga tahun 2017 nanti USU hanya mampu mengusahakan empat puluh persen prodi agar dapat akreditasi A. Padahal targetnya delapan puluh persen. Namun, di samping pesimis, ada nada optimis terlintas. Sebab USU sudah usaha maksimal. Mana tahu menteri berbaik hati memperpanjang tenggat USU untuk dapatkan akreditasi A? Yang penting kan usaha dulu, hasilnya bisa kemudian!

suara redaksi Salam Jurnalistik!

B

aru lepas satu bulan kami sajikan Tabloid SUARA USU Edisi 106 ke hadapan Anda. Kini kami kembali menghadirkan Tabloid SUARA USU Edisi 107. Kami sempurnakan tiap edisinya untuk Anda. Pelaksanan Pemilihan Umum Raya (Pemira) USU 2016 menjadi topik hangat untuk dibahas di Laporan Utama. Banyak lika-liku yang mewarnai proses perjalanan pemira. Bagaimanakah perjalanan awal komisi pemilihan umum (KPU) hingga saat ini menyiapkan proses pemira. Sejauh mana kelompok

Halte Linus Capek berdiri lama menunggu bus Lintas USU di tempat pemberhentian yang belum dibangun haltenya. Padahal beberapa minggu lalu sudah ditetapkan titik pemberhentian bus Lintas USU. Semogalah haltenya cepat dibangun.

Eka Putri Anggraini Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2012

Toilet FIB Banyak mahasiswa FIB mengeluhkan fasilitas toilet FIB. Wajar saja, banyak toilet yang enggak ada pintu, airnya enggak jalan, enggak ada gayung. Bahkan kebersihannya tak terjaga. Ini membuat mahasiswa harus susah payah mencari toilet, bahkan harus jauh-jauh pergi ke Pusat Bahasa. Harusnya kita saling menjaga fasilitas kampus seperti toilet lah.

Muhammad Ikhwan Ritonga Fakultas Ilmu Budaya 2013

suara sumbang aspirasi mahasiswa dalam mempersiapkan calon-calon yang bakal duduk di kursi agung Presiden Mahasiswa dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas. Jangan lewatkan pesta demokrasi pemira kita. Simak kronologi selengkapnya dalam rubrik ini. Pemerintah tengah fokus menggalakkan industri kreatif untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Bukan tanpa alasan, Pemerintah Jokowi ingin masyarakat dapat bersaing secara global dengan negara lain. Perihal Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) jadi hal yang perlu dipertimbangkan bagi usahawan muda. Mari mampir ke rubrik Lapo-

ran Khusus. Rehat sejenak melihat bagaimana proses pembuatan kerajinan sabut kelapa di Medan. Berkreasi ternyata tak perlu harga mahal, cukup dengan sabut kelapa dan ijuk bisa menghasilkan karya bernilai jual di pasar nasional hinga internasional. Maka kami sajikan pada rubrik . Sekian pengantar dari Redaksi SUARA USU. Semoga informasi yang kami berikan dapat bermanfaat bagi para pembaca setia kami. Sampai ketemu di tabloid edisi selanjutnya. Jangan dilewatkan dan selamat membaca! (Redaksi)

RAKER II | Suasana Rapat Kerja Caturwulan II Pers Mahasiswa SUARA USU, Sabtu (14/5). Rapat ini membahas evaluasi program kerja untuk tiga bulan ke depan dan diadakan dalam tiga kali dalam setahun. MARIA PATRICIA SIDABUTAR | SUARA USU

Ralat Narasumber pada rubrik Dialog bukanlah Panut Hadiswoyo, melainkan Panut Hadisiswoyo. Kisruh Pemira USU 2016 Alamak, gak jadi-jadi pemira ini! Sinabung Erupsi Lagi Semoga kam baik-baik saja, ndu.

suara kita laporan utama opini dialog ragam galeri foto podjok sumut laporan khusus mozaik potret budaya riset resensi iklan momentum profil

2-3 4-7 8 9 10-11 12 13 14-15 16-17 18 19 20 21-22 23 24


SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

kata kita

suara kita 3

Dialektika Kinerja Dosen USU

FOTO: VANISOF KRISTIN MANALU MARIA PATRICIA SIDABUTAR

osen merupakan ilmuwan dan pendidik profesional dengan tugas utama mengembangkan, menyampaikan ilmu pengetahuan serta mentransformasikan teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Dosen selaku tenaga pengajar pada perguruan tinggi patutnya memiliki kualitas yang baik dari segi kedisiplinan dan kinerja, karena dosen menjadi salah satu cerminan universitas. Lalu bagaimana dengan dosen USU? Sudah baikkah kinerja dosen kita? Berikut beberapa tanggapan mahasiswa mengenai kinerja dosen USU. ILUSTRASI: ALFAT PUTRA IBRAHIM | SUARA USU

DESAIN SAMPUL: ALFAT PUTRA IBRAHIM

Diterbitkan Oleh: Pers Mahasiswa SUARA USU Pelindung: Rektor Universitas Sumatera Utara Penasehat: Wakil Rektor I Universitas Sumatera Utara Pemimpin Umum: Yulien Lovenny Ester Gultom Sekretaris Umum: Santi Herlina Bendahara Umum: Ika Putri Agustini Saragih Pemimpin Redaksi: Tantry Ika Adriati Redaktur Pelaksana Anggun Dwi Nursitha Koordinator Online: Nurhanifah Redaktur Cetak: Arman Maulana Manurung Redaktur Foto: Vanisof Kristin Manalu Redaktur Artistik: Alfat Putra Ibrahim Redaktur Online: Dewi Annisa Putri Reporter: Nurmazaya Hardika Putri, Rahmad Al�iansyah Sinurat, Raihan Uliya, dan Rizka Ananda Aulia Fotografer: Adinda Zahra Novianti dan Maria Patricia Sidabutar Desainer Gra�is: M Rizky Afandy Pohan dan Retno Andriani Ilustrator: Arman Maulana Manurung, Alfat Putra Ibrahim, Vanisof Kristin Manalu, Maria Patricia Sidabutar, dan Retno Andriani Pemimpin Perusahaan: Amelia Ramadhani Desainer Gra�is Perusahaan: Ibrahim Husein dan Suratman Staf Perusahaan: Dina Mardani dan Habibul Amin Pelaksana Tugas Kepala Litbang: Santi Herlina Koordinator Riset dan Kepustakaan: Elda El�iyanti Staf Pengembangan SDM: Desi Trisnasari dan Rizky Adrian Staf Kepustakaan: Naqya Assyifa Staf Riset Tandre Wijaya Staf Ahli: Tikwan Raya Siregar, Firdha Yuni Gustia, Andika Bakti, Aulia Adam, Sriyanti, dan Ferdiansyah

ISSN: No. 1410-7384 Alamat Redaksi, Promosi dan Sirkulasi: Jl. Universitas No 32B Kampus USU, Padang Bulan, Medan-Sumatera Utara 20155 E-mail: suarausu_persma@yahoo.com Situs: www.suarausu.co Percetakan: Kevin’s Percetakan (Isi di luar tanggung jawab percetakan) Tarif Iklan: Rubrik Ragam (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Opini (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Potret Budaya (FC) Rp 1200/mm kolom, Rubrik Dialog (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Riset (FC) Rp 1200/mm kolom, Rubrik Momentum (BW) Rp 800/mm kolom, Halaman Iklan (BW) Rp 500/mm kolom, Rubrik Pro�il (FC) Rp 1500/mm kolom Informasi Pemasangan Iklan dan Berlanggan an, Hubungi: 082388102715 Redaksi menerima tulisan berupa opini, puisi, dan cerpen. Untuk opini dan cerpen, tulisan maksimal 4000-7000 karakter. Tulisan harus disertai foto dan identitas penulis berupa fotokopi KTM atau KTP. Tulisan yang telah masuk menjadi milik redaksi dan apabila dimuat akan mendapat imbalan. Tulisan dapat dikirim ke email suarausutabloid@ymail.com

D

TEKS DAN FOTO: ALFAT PUTRA IBRAHIM

Ganang Prasetyo Fakultas Ilmu Budaya 2015

Heni Ismaya Fakultas Keperawatan 2012

Saya rasa kinerja dosen saat ini kurang baik, banyak dosen lebih memprioritaskan urusan pribadi dan urusan di luar pendidikan dibanding kepentingan mahasiswanya. Selain itu dosen juga saya nilai kurang bertanggung jawab karena kerap tak acuh terhadap ketentuan perkuliahan.

Menurut saya kinerja dosen di fakultas saya cukup bagus, karena dosen lebih mengedepankan kedisiplinan baik dari segi waktu maupun berpakaian. Dalam proses penyampaian kuliah juga sangat baik dan profesional. Beberapa dosen kinerjanya kurang baik akibat alasan studi namun hal ini tidak memengaruhi kinerja dosen lainnya.

Sumarlin Leonardus Sihura Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2014 Menurut saya kinerja dosen belum sepenuhnya optimal. Karena dianggap kurang disiplin, kendala seperti koordinasi yang kurang baik dalam manajemen waktu kuliah menjadi satu kendala yang dialami mahasiswa. Dalam proses penyampaian materi kuliah, dosen kurang bisa menyampaikan kuliah dengan baik. Dosen harus memanajemen waktu sebaik mungkin serta mengkaji metode kuliah yang lebih e�isien.

Lamtiur Saputri Pasaribu Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2013 Menurut saya kinerja dosen saat ini kurang baik, karena sering tidak menghadiri jadwal kuliah yang sudah ditentukan. Rata-rata kurang dari setengah jatah pertemuan kuliah yang dihadiri dosen. Kedisiplinan waktu serta kesadaran dosen akan tanggung jawab terhadap mahasiswa sangat kurang. Harusnya dosen bisa lebih bertanggung jawab dan disiplin dalam menghadiri kuliah.

Kelvyn Yoan Toni Pasaribu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2013 Menurut saya sudah baik, namun beberapa dosen masih kurang baik dalam menyampaikan materi kuliah. Seperti penyampaian kuliah yang hanya sekadar saja dan sebatas menggugurkan kewajibannya selaku tenaga pengajar di kampus. Berikutnya manajemen waktu yang buruk seperti keterlambatan memulai kuliah juga menjadi salah satu permasalahan dalam kinerja dosen.

Dwiki Fahmi Ilmiawan Fakultas Teknik 2014 Menurut saya sudah lumayan baik, tapi perlu lebih disiplin dari segi waktu. Memanajemen waktu sebaik mungkin agar mahasiswa tidak kesulitan dalam mengatur waktu untuk kuliah dan pengerjaan tugas. Untuk proses kuliah sudah optimal karena metode mengajar dinilai sudah efektif, akan tetapi perlu sistematika yang lebih baik.


4 laporan utama

Rapor Merah Pemira 2016 SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

Carut Marut Pemira USU, Sudah ‘Tradisi’? Koordinator Liputan: Nurmazaya Hardika Putri Reporter: Tantry Ika Adriati, Anggun Dwi Nursitha, Retno Andriani, dan Nurmazaya Hardika Putri Nurmazaya Hardika Putri

Pemilihan Umum Raya (Pemira) USU 19 Mei lalu nyaris berujung ricuh di seluruh fakultas. KPU USU hampir cacat di semua lini baik itu sosialisasi maupun pengawasan. Terlebih perihal sosialisasi sebelum pemira digelar.

S

ehari jelang p e n d a f t a r a n kelompok aspirasi mahasiswa (KAM) berakhir, Gito M Pardede bersama beberapa mahasiswa dari Fakultas Pertanian (FP), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), dan Fakultas Hukum (FH) mendatangi Sekretariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) USU, Rabu (12/4). Mereka melakukan protes terhadap KPU USU sebab sosialisasi yang dilakukan tak merata. Tak ada surat sosialisasi dari KPU USU yang sampai ke setiap KAM. Legalitas KPU USU dipertanyakan. Gito dan beberapa mahasiswa tersebut menuntut Pemerintahan Mahasiswa (Pema) USU membubarkan KPU USU. Pun, Gito yang merupakan Penasihat KAM Perubahan FP itu tak mengetahui proses pemilhan nama yang direkomendasikan oleh pema fakultas. “Entah bagaimana cara mereka langsung memilih dua perwakilan itu,” ujarnya. KPU USU adalah pelaksana pemira yang dibentuk dan disahkan oleh pema fakultas sekawasan USU. Anggotanya adalah perwakilan dari seluruh fakultas yang ditentukan oleh gubernur fakultas. Salah satu tugas utamanya adalah bertanggung jawab atas pelaksanaan pemira. Sejak dibentuk oleh Pema USU bersama pema sekawasan pada pertengahan September 2015 lalu, KPU USU tak terlalu terlihat taringnya. Pemira yang direncanakan pertengahan November 2015 tak terlaksana. Kendalanya persiapan KPU belum matang, KAM yang belum siap, surat audiensi yang tak mendapat balasan dari pihak rektorat. Apalagi perihal dana pemira yang menjadi kendala utama. Saat itu dikhawatirkan dana tak bisa cair karena USU belum memiliki rektor de�initif.

ASPIRASI | KPU, KAM, dan Presma Brilian melakukan diskusi terbuka di Sekretariat KPU, Rabu (13/4). Agendanya untuk menampung aspirasi aspirasi KAM yang keluhkan masalah sosialisasi KPU. ARMAN MAULANA MANURUNG | SUARA USU

Alhasil pemerintahan presiden mahasiswa periode 20142015, Brilian Amial Rasyid diperpanjang. Proposal diajukan kembali pada akhir Maret 2016 melalui Kepala Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian (BKK) Hindun Pasaribu. Hal tersebut terjadi karena saat itu Rosmayati, WR I terpilih sedang sibuk. Hindun pun menjanjikan dana pemira akan cair pada awal April. Mendapat angin segar, KPU USU umumkan jadwal Pemira USU pada 14 April di laman facebook KPU USU. Padahal hingga jadwal itu dirilis dana dari rektorat sebesar 35 juta rupiah masih belum diberikan. “Kami sudah datangi Bu Hindun beberapa kali, tapi ditundatunda terus,” ujar Imam Ardhy, yang saat itu masih menjabat sebagai Hubungan Masyarakat KPU USU. Di hari terakhir penutupan pendaftaran KAM, rapat pleno KPU USU yang tengah berlangsung itu dihentikan. Sebab beberapa KAM mendatangi Sekretariat KPU USU dan melakukan protes. Saat itu hanya KAM Bhinneka yang mendaftarkan KAM tepat waktu. Menghindari ricuh, diskusi terbuka dilakukan di hari yang sama menghadirkan Brilian. Brilian hadir sebagai mediator dengan harapan seluruh KAM dapat bekerja sama sukseskan Pemira 2016.

Beberapa KAM yang terlibat diskusi tersebut menyayangkan KPU USU yang berani ambil tindakan padahal dana belum di tangan. Selain itu permasalahan lain adalah banyak KAM yang masih belum mempersiapkan ikhwal Pemira USU 2016 ini. “Mempersiapkan pemira di KAM ini gak sebulan dua bulan,” ujar Yersa Umar Hasibuan, Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (DPP) KAM Erat. Esoknya KPU USU mengumumkan perpanjangan pendaftaran KAM hingga seminggu. Pelaksanaan pemira pun diundur yang sebelumnya direncanakan pada 4 Mei menjadi 19 Mei. “Yah bagus, jadi ada waktu untuk KAM mempersiapkan diri,” ujar Ketua DPP KAM Madani, Arief Rahman Hakim. KAM yang lolos selanjutnya mengikuti pendaftaran calon presiden mahasiswa (capresma) dan calon wakil presiden mahasiswa (cawapresma). Enam KAM lolos veri�ikasi namun hanya dua KAM yang mendaftarkan capresma dan cawapresma tepat waktu. Dua KAM tersebut adalah KAM Rabbani dan KAM Bhinneka. KAM Rabbani mengusung Yusmar Alkholidi E dari Fakultas Teknik 2012 beserta pasangannya Ade Fajar Rezki dari FH 2013. Kandidat berikutnya adalah Purnomo S G Pasaribu dari

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) 2012 dan pasangannya Roy Harianto Sitorus dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) 2012 dari KAM Bhinneka. KAM Erat, KAM Perubahan, KAM Nasionalis, dan KAM Amdal datang terlambat. Mereka pun gagal untuk berkoalisi. “Masa telat tiga menit saja ditolak?” keluh Gito. Dua hari berselang, keempat KAM tersebut kemudian menemui KPU USU, Senin (2/5). Ujungnya, keempat KAM tersebut menarik berkas pendaftaran. “Setelah rapat pleno kami (KPU USU-red) memutuskan juga mengembalikan uang pendaftaran mereka,” terang Khirzun Nufus, Bendahara Umum KPU USU. Gugatan baru kembali muncul ketika surat pengunduran diri Ketua KPU USU Anhar Ismail beredar. Surat itu ditujukan kepada Zul�ikri, Gubernur Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (Fasilkom-TI) tertanggal 2 Mei. Merasa belum menemukan solusi, surat gugatan kepada KPU USU langsung dikirim ke Rosmayati yang ditandatangani oleh KAM Madani, KAM Amdal, KAM Nasionalis, dan KAM Erat. Rosmayati langsung memutuskan untuk mengundang seluruh elemen

yang terlibat dalam proses pemira ini. Pertemuan tersebut dilaksanakan di Ruang IMT-GT Kantor Biro Rektor pada 16 April lalu yang dihadiri oleh KAM penggugat, gubernur fakultas sekawasan, presiden mahasiswa, capresma dan cawapresma, KPU USU, dan Ketua KPU USU yang telah mengundurkan diri. Anhar diperkenankan membuka suara lebih dulu. Ia ceritakan sudah tiga bulan kesehatannya terganggu sebab terlalu banyak pikiran dan penyakit lambungnya sering kambuh. Sehingga ia memutuskan untuk mengirim surat hari Senin lewat perantara. Kemudian Anhar langsung memberikan surat pengunduran dirinya kepada Zul�ikri lewat facebook pada 3 Mei. “Saya tak mungkin lagi merepotkan orang tua dengan penyakit,” kata Anhar. Di hari pertemuan itu juga Zul�ikri memberikan bukti otentik surat pengunduran diri Anhar kepada KPU USU dan Presma Brilian. “Gak otomatis bisa mundur. Saya harus mempertimbangkan lagi. Karena kan saya yang memberi mandat,” kata Zul�ikri. Lamanya bukti otentik surat pengunduran diri tersebut sampai ke KPU USU, menyebabkan KPU USU memutuskan memilih ketua baru sesuai rapat pleno. Basri Syahputra yang sebelumnya


Rapor Merah Pemira 2016 SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

BERSAMA | Suasana diskusi pertemuan terbuka bersama Wakil Rektor I di Ruang IMT-GT, Gedung Biro Rektor USU, Senin (16/5). Dalam diskusi tersebut KAM Madani kecewa WR I Rosmayati tak menunjukkan SK KPU. MARIA PATRICIA SIDABUTAR | SUARA USU

menjabat sebagai sekretaris jenderal (sekjen) dipilih menjadi ketua. Sedangkan Imam Ardhy yang sebelumnya Humas diangkat menjadi sekjen. Uun masih pegang jabatan yang sama. Pemilihan tersebut dipertanyakan sebab yang menandatangani Surat Keputusan (SK) KPU USU adalah Pema USU bukan dari rapat pleno. Menurut Arief harusnya KPU USU berkoordinasi dengan pema sekawasan untuk mengirimkan nama dari perwakilan fakultas. Kemudian SK ditandatangani oleh pema sekawasan juga atas kesepakatan bersama. Dalam tata laksana ormawa (TLO) ataupun petunjuk pelaksana (juklak) tak ada pasal yang mengatur tentang penunjukan ketua baru apabila ketua yang lama mengundurkan diri. Namun Uun jelaskan hal tersebut bukan suatu masalah. Mengacu pada Juklak Pasal 6 tentang Tugas dan Wewenang berbunyi: KPU Universitas adalah yang bertanggung jawab atas penyelenggaran pemilu. “Jadi bukan ketua,” kata Uun. Pertemuan selama hampir tiga jam tersebut membahas semua gugatan yang diajukan. Empat KAM tersebut menuntut agar Pemira 2016 diundur beberapa waktu. KPU USU diharapkan melakukan perbaikan dulu di semua lini. Seperti seluruh fakultas wajib dibentuk KPU fakultas lebih dulu. Perbaikan sistem pengkaderan untuk komisioner KPU. Namun hal ini ditolak Rosmayati. Selain karena sisa waktu pemira yang semakin dekat, Rosmayati tidak ingin mengganggu laporan pertanggungjawaban keuangannya nanti. “Yang dipakai bukan uang pribadi,”

katanya. Alhasil Rosmayati meminta seluruh pihak mahasiswa yang hadir untuk menandatangani kesepakatan menyukseskan Pemira USU. Namun hal itu ditolak seluruh KAM penggugat. “Kita kan belum satu kesepakatan,” kata Yesra. Pertemuan kali itu tak menemukan kata sepakat dari kedua belah pihak. Namun pemira tetap berlangsung. Debat capresma-cawapresma menjadi sorotan. Capresma dan cawapresma dari KAM Bhinneka tak menghadiri agenda penting tersebut. Sebab tak mendapat surat undangan resmi dari KPU USU. Debat capres merupakan agenda yang sudah dilampirkan saat KPU USU merilis jadwal. “Jadi ya harusnya mereka sudah tahu,” ujar Uun. Pemira USU 2016 benar jadi digelar. Kamis,19 Mei seluruh kebutuhan logistik diantar ke tempat pemungutan suara (TPS) di seluruh fakultas. Awalnya tak terjadi keributan. Di beberapa TPS seperti di Fakultas Keperawatan dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terlihat antrian panjang mahasiswa. Hingga pukul 09.00 WIB berlalu masih ada beberapa fakultas yang belum melakukan pemungutan suara. Ceritanya beragam. Ada beberapa fakultas yang kebutuhan surat suaranya kurang hingga pemungutan suara berjalan empat puluh menit setelahnya. Di FMIPA bahkan tidak lakukan pemilihan sama sekali. Saksi dari KAM Bhinneka enggan menandatangani berita acara pemira. Pasalnya dua jurusan di FMIPA, D-3 Meterologi dan D-3 Fisika tak terdaftar sebagai daftar pemilih tetap. Di Fakultas Psikologi justru

tak bisa dilakukan pemilihan sama sekali. Sebab tidak ada surat izin dari Wakil Dekan (WD) III perihal pelaksanaan pemira. Kendalanya ada di komunikasi yang tak seimbang antara KPU USU dan KPU Psikologi. Lain hal dengan FIB yang sudah mendapatkan surat izin dari WD III. Pemungutan suara yang tengah berlangsung menjadi ricuh ketika ada sekelompok mahasiswa melarang adanya pemungutan suara. Alasannya sebab FIB belum memiliki KPU fakultas. Belum diketahui siapa pelaku yang memulai kericuhan tersebut. Karena hal ini DPP KAM Bhinneka memutuskan untuk menarik seluruh saksi. Pemira semakin tak kondusif. Seluruh TPS ditutup beberapa waktu hingga mendapat keputusan dari KPU USU. Pemungutan suara tak bisa dilanjutkan apabila saksi dari salah satu KAM tidak ada. Dalam Juklak Pasal 13 ayat 3 dijelaskan saksi dapat mengajukan keberatannya kepada KPU jika terjadi kecurangan dan hal-hal lain yang dianggap merugikan dalam proses pemungutan dan perhitungan surat suara. KPU USU memberikan instruksi kepada seluruh KPU fakultas mengembalikan seluruh logistik. Pemira dirasa tak memungkinkan untuk dilanjut kembali. KPU USU saat itu sudah melakukan audiensi dengan WR I kembali.

Kita tunggulah hari Senin apa keputusan dari WR I Imam Ardhy Sekretaris Jenderal KPU USU

laporan utama 5 Sementara pemira ditunda, kotak suara yang sudah diisi beberapa surat suara diamankan di KPU USU. Muhammad Sajali, Ketua KPU 2013 mengatakan dua tahun lalu malah dibentuk lagi KPU yang baru. Sosialisasi yang dilakukan sudah maksimal waktu itu. Meskipun ketersampaian sosialisasi tersebut ke mahasiswa nyatanya belum maksimal. Dari sekitar 40 mahasiswa USU, hanya sekitar 13 ribu saja yang mengikuti pemira. Waktu itu ada enam KAM yang mendaftar. Enam KAM tersebut adalah KAM Rabbani, KAM Madani, KAM Perubahan, KAM Nasionalis, KAM Erat. Setiap lima di antaranya mengirimkan nama calon presma dan wakilnya, sementara KAM Perubahan dan KAM Madani berkoalisi. Selain kelima calon yang diusung KAM, ada calon yang berasal dari jalur independen. Fery Rasmana Sembiring, Mahasiswa Fakultas Hukum 2012 tak merasakan kemeriahan proses pemira. Spanduk yang terpasang di pintu satu tak membuatnya tergerak untuk membaca. Menurutnya sosialisasi dari KPU kurang maksimal. Meski begitu ia tetap memilih saat pemira lalu. Hal ini dipandang berbeda dengan Jabbar Ali Panggabean, Mahasiswa Fasilkom-TI 2012. Tahun ini adalah kedua kalinya ia mengikuti pemira, terakhir saat Brilian terpilih jadi presma. Dibandingkan

dengan pemira sebelumnya, menurut Jabbar sosialisasi yang dilakukan KPU sudah cukup. “Tidak gencar, tapi tidak pula kurang,” ujarnya. Ia bisa dengan mudah menemukan info pemira di spanduk, media sosial, dan majalah dinding fakultas. Menurutnya alasan mahasiswa merasakan kurangnya sosialisasi dari KPU karena jarak setiap kegiatan yang terlalu sempit. Seperti waktu pendaftaran KAM dan capresma-wapresma yang hanya dibuat selama tiga hari. Sehingga tidak semua KAM siap mendaftarkan calonnya. Pun, meskipun begitu, seharusnya setiap KAM juga sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari. Sebab pemira merupakan kegiatan tahunan di USU. Melihat kondisi pemira lalu, Jabbar menyarankan semua pihak duduk bersama. ”Kalau ada kesalahan sampaikan solusinya,” katanya. Ia menyayangkan pada Pemira 2016 ini terlalu banyak intervensi terhadap KPU. Padahal menurutnya KPU hanya sebagai pelaksana. Masalah ini berawal dari tuntutan legalitas KPU USU. Ihwal pasrtisipasi mahasiswa yang kurang, ia tak menyalahkan semuanya karena KPU USU. Partisipasi mahasiswa dari tahun ke tahun memang selalu berkurang, sebab tak merasakan pentingnya pemira dan kinerja Pema USU.

BERKIBAR | Anggota KAM Bhinneka mengibarkan bendera sebagai identitas saat konvoi keliling USU dalam rangka mengantarkan capresma dan cawapresma, Jumat (29/4). KAM Bhinneka menjadi KAM kedua yang mendaftar setelah KAM Rabbani. ANGGUN DWI NURSITHA | SUARA USU


14 laporan utama

Rapor Merah Pemira 2016 SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

Mengusut Langkah Tak Tuntas Lembaga Tinggi Mahasiswa USU

DEBAT | Suasana debat kandidat calon presiden dan wakil presiden yang tak dihadiri oleh calon presiden nomor urut satu yaitu Purnomo dan Roy, Selasa (17/5). Hal yang menyebabkan calon nomor urut satu tak menghadiri debat dikarenakan tak memperoleh surat undangan dari KPU. VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

Mahasiswa Universitas (MPMU). Kriterianya calon diserahkan sepenuhnya kepada setiap DPW. Barulah, setelahnya dewan perwakilan partai (DPP) mewawancarai Vanisof Kristin Manalu setiap calon. Setelah melalui proses Masa kepemimpinan Presma Brilian telah usai. Sistem perlu wawancara akhirnya terpilih dibenahi agar nantinya tak terulang kembali. Belajar proaktif agar Piki D K Pardede sebagai calon anggota MPMU yang tak dinilai reaktif. berasal dari DPW KAM Perubahan. Selain komitmen, Piki juga ditanya mengenai terhadap Melalui diskusi-diskusi pandangannya elompok Aspirasi M a h a s i s w a KAM Perubahan mengader permasalahan di USU selama ( K A M ) anggota-anggotanya. Proses ini. Perubahan kini pengaderan ini berjalan Calon anggota MPMU dari memiliki Dewan selama satu tahun hingga Perubahan siap DPP KAM Perubahan FISIP ini Pertimbangan Wilayah KAM (DPW) di delapan fakultas. mengikuti pemilihan umum melihat salah satu penyebab lamanya masa jabatan Meliputi Fakultas Matematika raya (pemira). “KAM ini perpanjangan pemerintahan mahasiswa dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Hukum mahasiswa, ikut meramaikan (pema) sekarang karena (FH), Fakultas Pertanian (FP), pemira juga fungsi kami,” MPMU tidak berfungsi di USU. Ibaratnya lembaga legislatif di Fakultas Ilmu Budaya (FIB), ujar Gito. Usai memimpin KAM Indonesia, MPMU tak pernah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Perubahan pada periode mengawasi kinerja Pema Kesehatan Masyarakat 2014-2015 silam, akhir USU. Akibatnya, program (FKM), Fakultas Teknik (FT), tahun lalu KAM Perubahan kerja yang dicanangkan melaksanakan pema setahun belakangan dan Fakultas Ekonomi dan pun musyawarah bersama. tak pernah dievaluasi. Bukan Bisnis (FEB). Usai berpartisipasi Agendanya pemilihan Ketua tahun ini saja, dua tahun lalu pada Pemira 2014 lalu, KAM Perubahan. Reymond pun hal tersebut terjadi pada KAM Perubahan masih Sidabutar, mahasiswa FP pemerintahan Mitra saat terpilih menjadi menjabat sebagai presma. mengadakan berbagai 2013 kegiatan rutin seperti pemegang tampuk kekuasaan Menurut Piki, anggota diskusi antar-anggota. yang baru. Tak banyak kegiatan MPMU yang lalu kurang Gito M Pardede, Penasehat Alasannya KAM Perubahan FP 2011 setelah itu. Sebulan menjelang independen. mengingat saat KAM pendaftaran KAM dibuka mungkin karena berasal Perubahan mengadakan akhirnya KAM Perubahan dari KAM yang sama diskusi mengenai kenaikan mulai merekrut calon anggota dengan presiden mahasiswa Majelis Permusyawaratan (presma), yakni dari KAM BBM pada September 2014

Koordinator Liputan: Vanisof Kristin Manalu Reporter: Yulien Lovenny Ester Gultom, Rizky Adrian, dan Vanisof Kristin Manalu

K

Rabbani. “Enggak bagus jadinya, jadi kurang fungsi pengawasannya,” katanya. Banyak yang ingin diubah Piki jika akhirnya ia terpilih menjadi anggota MPMU. Paling utama adalah mengembalikan fungsi MPMU di USU sendiri sebagai pengontrol. Bentuk pengawasannya seperti kritis terhadap kebijakan yang diambil Pema USU, juga paham terhadap semua esensi organisasi mahasiswa (ormawa) di USU. Ia sendiri tak menampik fungsi MPMU yang kurang ini juga terjadi di beberapa fakultas termasuk FISIP. Sebab memang kesalahan terjadi di semua lini, termasuk KPU USU, KAM, Pema USU, maupun MPMU. Terkhusus KAM, secara pribadi Piki melihat fungsi KAM kebanyakan sekarang sudah keluar jalur. KAM sekarang lebih menjuru ke perilaku partai politik di Indonesia yang kurang baik. Buktinya, KAM baru kelihatan saat pemira saja. KAM tak berhasil jadi wadah aspirasi mahasiswa. Menurut Tata Laksana Ormawa (TLO) Pasal 38 tentang tugas dan wewenang KAM ialah memperjuangkan aspirasi mahasiswa, memberikan pendidikan politik, dan mengikuti pemira di USU. Ia mencontohkan salah satunya

KAM Perubahan. Awal KAM Perubahan terbentuk bukan karena ingin berpartisipasi pada pemira, tetapi sebagai wadah aspirasi mahasiswa. “KAM hadir dari cikal bakal kelompok diskusi,” ucap Piki. Tetapi kini, malahan ada beberapa KAM yang tiba-tiba saja terbentuk beberapa bulan sebelum Pemira USU. Seakan fungsi KAM hanya diartikan untuk meramaikan Pemira USU saja. Tak hanya itu, ada juga beberapa KAM yang menurut Piki tak punya visi misi yang jelas dalam menghadapi pemira. “Kalau enggak tahu, buat apa jadi wadah aspirasi mahasiswa,” pungkasnya. Padahal, menurut Piki KAM sebenarnya hadir sebagai wadah aspirasi mahasiswa. Tugas utama KAM ialah menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi mahasiswa di USU melalui lembaga eksekutif maupun lembaga legislatif. Hal inilah yang tak ia lihat beberapa tahun selama menjadi mahasiswa USU. Sehubungan dengan itu, di awal Komisi Pemilihan Umum (KPU) USU telah mewajibkan agar setiap KAM yang mendaftar saat itu mengirimkan minimal satu orang nama kader untuk duduk di kursi MPMU. Tujuannya untuk memastikan dan memudahkan KPU USU menentukan nama calon anggota MPMU setelah penentuan kursi KAM

Jadi saya harus LPJ kemana? Pertama ke Tuhan, kedua rektorat dan ketiga ya sponsor terkait

MARIA PATRICIA SIDABUTAR | SUARA USU

Brilian Amial Rasyid Presiden Mahasiswa Periode 2014-2015


Rapor Merah Pemira 2016

SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

untuk MPMU nanti.

Berkaitan dengan itu, KAM Rabbani diawal juga telah meminta seluruh DPW untuk mengirimkan dua nama ke DPP. Sementara sistem pengaderan dilakukan di setiap DPW. Wira Putra, Ketua DPP KAM Rabbani katakan tidak memberikan persyaratan khusus untuk calon anggota MPMU.

Sementara Roy Harianto Sitorus, Ketua DPP KAM Bhinneka katakan persyaratan untuk calon anggota MPMU yang direkrutnya harus memahami tentang politik kampus, tahu isi TLO, berkomitmen serta orang yang paham bagaimana melakukan kerja sama. “Kalau sudah berada di kursi MPMU tak bisa lagi bermain-main dan harus bisa bekerja sana maupun memantau Pema,” tutur Roy Sebenarnya banyak kegiatan yang dilakukan oleh Pema USU saat Brilian Amial Rasyid masih menjabat sebagai presma. Contohnya Kementerian Komunikasi, Politik, Hukum dan HAM selesai menjalakan program kerjanya yaitu adovakasi uang kuliah tunggal, Seminar gerakan anti narkoba. Pengaktifan Pema FKM dan rapat koordinasi ormawa se-USU berhasil dilaksanakan kementerian dalam negeri. Kementerian luar negeri berhasil membentuk aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa se-Kota Medan. Menteri pemberdayaan perempuan dan kesehatan berhasil melaksanakan Pekan Kesehatan USU, Peringatan hari Ibu dan Kartini lokasinya di mimbar bebas pintu I. Serta beberapa progja lagi. Di antara kegiatan tidak yang berhasil dilaksanakan

laporan utama 7

Cerita Jelang Pemira 2016 2015

2016

11

KPU Terbentuk

15

KPU mundurkan jadwal Pemira dari 4 Mei jadi 19 Mei 2016

20

SEPT

2016

12 APR

2016

13 APR

-Tenggat pendaftaran KAM -Empat KAM minta KPU perpanjang masa pendaftaran KAM

kongres mahasiswa, pekan seni dan budaya Sumut tak sempat dilaksanakan. Sebab tak ada koordinasi dari MPMU. Laporan keuangan pun demikian, dana DIPA yang diperoleh di awal kepengurusan pema sejumlah sepuluh juta, dana tersebut digunakan untuk berbagai keperluan seperti pelantikan, perlengkapan inventaris pema, dana awal buat raker dan upgrading. Untuk dana DIPA kedua sudah dianggarkan rektorat sebesar dua puluh juta namun tak diambil pema karena kepengurusan hampir selesai. Ketika masa kepemimpinan Brilian telah selesai. Brilian bingung menyerahkannya kemana. Sebab MPMU tak kunjung meminta LPJ yang telah rampung itu. Pun, ia membutuhkan evaluasi dari tiap kegiatan yang dilakukannya. “Jadi saya harus lpj kemana? Pertama ke Tuhan, kedua rektorat dan ketiga yah sponsor terkait,” ungkapnya. Akhirnya karena beban moril yang ia rasakan. Serta kesadaran harus menyerahkan LPJ sebagai bentuk pertanggungjawaban, Brilian memutuskan menyerahkan LPJ ke

APR

KPU perpanjang pendaftaran KAM selama seminggu

2016

25 APR

KPU gelar konvoi bersama KAM Rabbani & KAM Nasionalis untuk sosialisasikan pemira

2016 APR

2016

2016

6

MEI

2016

Enam KAM lolos verifikasi (KAM Bhinneka, KAM Rabbani, KAM Erat, KAM Perubahan, KAM Nasionalis, dan KAM Amdal)

21 APR

Hindun Pasaribu, Kepala Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian (BKK) dan donatur yang membantu membuat kegiatan sepeti Tanoto Foundation dan Kemenpora. Menanggapi hal ini hindun membenarkan bahwa Brilian telah di melakukan LPJ dengannya. Koordinasi buruk ini sudah dirasakan Brilian sejak awal, tapi ia tak mau menyalahkan MPMU sepenuhnya karena pema juga harus punya inisiatif untuk membangun komunikasi. Karena tiap pekan pema melaksanakan rapat dan membahas progja, komunikasi tak terpikir untuk dilakukan. Pun, Brilian mengatakan Ketua MPMU pun harusnya mempunyai waktu luang untuk memanggilnya agar mengadakan agenda evaluasi bulanan atau semester. Ia sempat mendengar MPMU melakukan rapat hanya saja tak pernah kuorom karena banyak KAM yang tidak mengirim delegasi menurut Brilian MPMU sedang ada masalah internal. “Bukan wewenang saya mencampuri legislatif,” ujarnya. Tak mau disalahkan seorang diri Hadi Mansyur Perangin-angin Ketua MPMU angkat bicara. Ia katakan anggota yang dikirim dari

BERHENTI | Kertas berisi penyegelan KPU di Fakultas Pertanian (FP) sebab DPT bermasalah, Kamis (19/5). Sekelempok mahasiswa meminta KPU membatalkan pemira di FP. MARIA PATRICIA SIDABUTAR | SUARA USU

9

MEI

2016

29 APR

KPU perpanjang pendaftaran KAM selama seminggu

masing-masing KAM ke MPMU tidak pernah kelihatan. Pun rapat yang telah dijadwalkan tak pernah dihadiri setengah dari anggota MPMU. Sementara undangan rapat sudah diberitahukan. “Delegasi yang dikirim ke KPU ada, tapi setelah di MPMU orang-orangnya tak ada,” ujar Hadi. Hadi mengakui bahwa kondisi MPMU selama ini tidak aktif. Koordinasi ke Pema juga tidak ada. Ia akui check and balance untuk memantau Pema USU tak dijalankan sebab tidak pernah berkoordinasi dengan rekan eksekutifnya. Menurutnya, LPJ presma tak mungkin diserahkan kepada MPMU mengingat MPMU selama ini tak pernah mengawasi Pema USU dari awal. “Pema rapat kerja saja kita tak tahu. Cemana kita mau adakan check and balance,” ujar Hadi. Hadi dan Yersa Umar Hasibuan Anggota MPMU Fraksi KAM Erat sudah berulang kali berkoordinasi untuk mengajak anggota MPMU diskusi. Namun hasilnya sama saja. “Cuma kami-kami saja disitu jadi rapat tak mungkin lagi kami buat,” ujar Hadi. Anggota MPMU pun sudah tidak ada lagi yang aktif. Rata-rata anggotanya sudah wisuda. Hadi ceritakan setelah terpilihnya ia sebagai ketua, ia sudah berusaha untuk mengadakan rapat paripurna. Namun tak pernah kuorum. Sehingga ia tak mungkin membuat keputusan. Hal ini ditanggapi oleh Syafrizal, Presiden Mahasiswa USU pertama. Dua tahun silam, ia bertemu dengan Brilian Amial Rasyid. Brilian baru terpilih waktu itu, sebagai staf ahli pema ia mengingatkan untuk mengubah struktur pema yang menurutnya terlalu kompleks dan

2016

19 MEI

Pasangan Yusmar-Ade dan pasangan Purnomo-Roy lulus verifikasi Capresma-Cawapresma

Pencabutan nomor urut Capresma dan KAM

- Pemira 2016 dilaksanakan - DPP KAM Bhineka tarik saksi di semua fakultas

aturan-aturan di dalamnya. Semua komponen ini dirasa Syafrizal gagal. Kelemahan di KAM adalah orang-orangnya tak menjalankan fungsinya, KAM hanya ada saat pemira padahal harusnya pengaderan untuk menjadi presiden mahasiswa dilakukan oleh KAM. Menurut Syafrizal anggota yang ada di MPMU tak bertanggung jawab

Rapat kerja saja kita tak tahu. Cemana kita mau adakan check and balance Hadi Mansyur Peranginangin Ketua MPMU Periode 2014-2015 dan tak melakukan fungsi pengawasan. Lagi, ia anggap pema sudah gagal sebab tak bisa proaktif mengayomi mahasiswa dan diam saja karena MPMU tak berjalan. “Sengaja tidak dijalankan agar tak diawasi,” sindirnya. Syafrizal lagi mengatakan jika mahasiswa tak tahu siapa yang jadi pemimpinnya maka ia tak akan berpartisipasi. Ia berpendapat saat ini mahasiswa sudah berbeda, mahasiswa cenderung tak tertarik dengan organisasi mahasiswa seperti pema karena kegiatan yang dibuat tak menarik dan tak bermanfaat untuk dia. “Padahal perasaan pemanya sudah banyak kerja,” katanya Syafrizal. Syafrizal juga sudah prediksi pemilihan ini kon�lik dulu, setelah satu dua orang terpilih sebagai ketua di berbagai kesempatan— seperti ketua KAM, KPU dan sebagainya—saling mengklaim habis itu takakan ada lagi perubahan. “Kita terjebak dalam lingkaran setan ini,” ujarnya.


8 opini

SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

Berbisnis dengan Budaya M Yusuf Manurung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2011

P

ada dasarnya segala yang ada di bumi diciptakan bukan untuk memuaskan manusia, karena faktanya manusia memang tidak akan pernah puas. Menjadi seorang penguasa sudah menjadi suatu dorongan insting individual bagi manusia itu sendiri. Kekuatan dan kekuasaan baik itu dalam ranah poltik, sosial maupun ekonomi tak hanya bicara tentang perebutannya. Namun juga berbicara tentang mempertahankan dan memperbesarnya. Dalam bidang ekonomi ada yang disebut bisnis. Bisnis merupakan kegiatan perekonomian yang berorientasi keuntungan. Caranya dengan menciptakan produk barang atau jasa untuk dikonsumsi masyarakat dan mengambil keuntungan dari selisih biaya produksi dengan pendapatan dari penjualan. Salah satu variabel penting bisnis adalah pemasaran. Konsep pemasaran bukan sekadar berbicara tentang strategi harga, distribusi, atau promosi saja. Pemasaran bisa menjadi ‘kartu as’ bisnis karena bisa menjadi penentu kemenangan persaingan pasar. Dengan strategi pemasaran yang handal sekali pun produk yang dijual ‘racun dan sampah’ bisa menjadi produk massal dan bergengsi di mata masyarakat. Pemasaran menjadi begitu penting karena harus menganalisis objek sumber keuntungan dari bisnis itu sendiri yaitu masyarakat. Konsep need and want menjadi pembahasan penting dalam pemasaran. Pemasaran membahas sekaligus juga memanfaatkan atau bahkan mengarahkan pada apa yang disebut sebagai perilaku konsumen. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internalnya terdiri atas persepsi dan kognisi sebagai faktor yang memengaruhi keputusan membeli sebuah produk. Sedangkan salah satu faktor eksternal yang berpengaruh besar dalam perilaku konsumen adalah budaya.

Secara de�initif budaya memilki banyak pengertian. Dalam buku Teori Budaya dan Budaya Pop milik Jhon Storey terdapat tiga de�inisi budaya dari Raymond Williams. Pertama budaya bisa diartikan sebagai suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual, dan estetis. Kedua, budaya bisa diartikan sebagai pandangan hidup dari masyarakat, periode atau kelompok tertentu. Ketiga, budaya dide�inisikan sebagai

ILUSTRASI : MARIA PATRICIA SIDABUTAR | SUARA USU

karya dan praktik-praktik intelektual terutama aktivitas artistik. Jika dipandang dalam bentuk �isiknya budaya dapat dilihat dari pengertian ketiga yang didasari dari apa yang ada pada pengertian kedua. Dalam membentuk sebuah persepsi masyarakat akan sebuah

SURAT DAN PENDAPAT

Jalan Universitas Nomor 32B, Kampus USU, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara suarausutabloid@ymail.com suarausuonline@ymail.com Pers Mahasiswa SUARA USU

@SUARAUSU

produk bisnis, peran budaya sangat penting. Jika dengan adanya suatu budaya yang melahirkan sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh banyak orang akan menghasilkan bentuk pembenaran. Bentukbentuk kebenaran tersebut akan menjadi sebuah budaya massa untuk dikonsumsi secara masif. Kemudian budaya tersebut bisa ditetapkan sebagai budaya pop. Budaya pop yang digunakan

@SUARAUSU

081269813545 @SUARAUSU

Redaksi menerima tulisan berupa Opini, Puisi, dan Cerpen. Untuk Opini dan Cerpen, tulisan maksimal 4000-7000 karakter. Tulisan harus disertai foto dan identitas penulis berupa fotokopi KTM atau KTP. Tulisan yang telah masuk menjadi milik redaksi dan apabila dimuat akan mendapat imbalan.

dalam kepentingan bisnis seperti yang diungkapkan Raymond Williams memiliki ciri sebagai budaya yang relatif mudah diadaptasi, disukai banyak orang serta berorientasi pada kesenangan. Dalam konteks budaya yang sengaja diciptakan untuk dikonsumsi massa dan kemudian dikomersialisasikan bertujuan juga menggerus budaya konservatif yang ada di masyarakat. Produk bisnis bisa saja tidak laku terjual karena adanya budaya yang bertentangan dengan konsep produk-produk tersebut. Banyak hal yang bisa dicontohkan mengenai budaya yang sengaja dibuat untuk kepentingan komersil. Agar lakunya sebuah produkproduk kecantikan maka terlebih dahulu sebuah korporasi harus menciptakan budaya yang bisa membangun persepsi tentang arti cantik yang diterima secara universal dan global. Misal, ‘cantik itu putih’ atau ‘cantik itu langsing’. Besarnya kekuatan budaya yang

VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

mampu memengaruhi pemikiran dan sudut pandang banyak orang bisa mengakibatkan manusia saat ini tidak berdaulat penuh atas dirinya. Sebagai contoh kecil, kebiasaan mahasiswa nongkrong di kafe setiap akhir pekan atau bahkan setiap harinya tanpa disadari dapat menjadi budaya, terkondisikan untuk melakukannya walaupun secara kemampuan �inansial tidak mencukupi. Saya, Anda dan kita dengan musik yang kita dengar, �ilm yang kita tonton, fashion yang kita ikuti dan hiburan yang kita nikmati mungkin kebanyakan darinya adalah bentuk manipulasi sebagai bagian dari strategi komersil korporasi. Dengan itu, mereka yang menjadi konseptornya sedang menghegemoni setiap individu, kelompok masyarakat atau bahkan negara. Menjauhkan setiap individu dari dirinya sendiri, menjauhkan masyarakat dari nilai keyakinannya sendiri, serta menjauhkan negara dari ideologinya sendiri. Ada sebuah pembahasan dari Fanon yang ditulis Ali Shariati di buku Ideologi Kaum Intelektual berbicara tentang apa yang dilakukan orang-orang Eropa kepada orangorang non-Eropa. Agar orang-orang non-Eropa bisa menjadi pengikutnya dan menirukannya seperti monyet, mereka mesti membuktikan kepada orang-orang non-Eropa bahwa mereka tidak memiliki kualitas nilainilai kemanusiaan yang sama dengan mereka. Kemudian mereka akan membuat orang-orang non-Eropa meremehkan sejarah, kesusasteraan, agama dan seninya sendiri dan membuatnya terasing dari semua itu. Begitulah cara penguasa menguasai, begitulah peran budaya pop menggerus budaya luhur bangsa, dan begitulah peran budaya dalam bisnis. Masyarakat yang rentan akan hal tersebut acap kali dijadikan lahan basah dari komersialisasi budaya. Menurut saya, sudah saatnya bangsa Indonesia kembali percaya pada nilai, sastra, karakter, dan budaya leluhur negeri sendiri. Bahwa kita dengan yang kita miliki sekarang memiliki potensi lebih dari sekadar menjadi pengikut dan budak komersialisasi budaya luar.


SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

dialog 9

KTR: Cara Kontrol Asap Rokok Medan YULIEN LOVENNY ESTER GULTOM | SUARA USU

Biodata: Nama: Helena Rugun Nauli Naingolan Tempat dan Tanggal Lahir: Medan, 11 Mei 1967

Pekerjaan: Dokter Madya Dinas Kesehatan Kota Medan (01-10-2014) Dokter Muda Dinas Kesehatan Kota Medan (24-07-2013)

Kepala Puskesmas Rantang Dinas Kesehatan Kota Medan (14-09-2006) Dokter Pertama Dinas Kesehatan Kota Medan (01-12-2002)

Pendidikan: S-1 Kedokteran Umum Universitas Sumatera Utara S-2 Ilmu Kedokteran Tropis Universitas Sumatera Utara

Prestasi yang pernah diraih: Dokter Terbaik Kab Deli Serdang (2002) Penghargaan Pekan Imunisasi Nasional (2002)

Dokter Teladan II Sekota Medan (2006-2007) Pembicara Pada Puskesmas Populer Medan Metropolitan (2008) Puskesmas Terbaik II Sekota Medan (2008)

Puskesmas Terbaik II Rawat Jalan (2011) Pemko Medan Dokter Teladan I pada Puskesmas Rawat Jalan Sekota Medan (2012)

D

ua tahun silam, wali kota Medan mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 mengenai kawasan tanpa rokok (KTR) disusul keluarnya Peraturan Wali Kota Medan Nomor 35 Tahun 2014 tentang petunjuk teknis dan pelaksanaan perda KTR. Ini adalah perwujudan dari Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan dengan kandungan zat adiktif berupa produk tembakau. Masih berumur dua tahun semua hal tentang KTR masih dalam proses dan sedang dipersiapkan. Simak wawancara reporter SUARA USU Yulien Lovenny Ester Gultom dengan Pengelola Program Penyakit Tidak Menular Helena Rugun Nauli Naingolan. Apa itu KTR? Kawasan Tanpa Rokok adalah daerah yang dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan dan mempromosikan produk tembakau.

Kenapa KTR diperlukan?

KTR diperlukan untuk menciptakan lingkungan menjadi sehat dan bersih. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari dampak buruk rokok baik langsung maupun tak langsung dan menciptakan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Dimana lokasi yang jadi KTR?

Ada dua klasi�ikasi tempat yaitu KTR murni dan tidak murni. KTR murni meliputi tempat proses belajar mengajar atau yang biasa disebut institusi pendidikan dan fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas. KTR tidak murni ialah tempat-tempat yang biasanya ramai dikunjungi oleh masyarakat seperti tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, dan tempat kerja. Apakah ada aturan mengenai penyedian tempat untuk perokok?

Ada, tetapi hanya untuk tempat KTR tidak murni. Penyediaannya tergantung kebijakan pengelola lokasi tersebut. Misal di tempat kerja ada satu ruangan khusus untuk perokok dan di ruang lainnya tidak diizinkan untuk merokok. Tapi untuk KTR murni sama sekali tidak diizinkan untuk merokok. USU sebagai institusi pendidikan haruskah KTR? USU memang diharuskan menjadi wilayah KTR, karena termasuk dalam KTR murni, maka tidak ada lokasi yang diperuntukkan untuk perokok. Artinya USU harus bebas rokok. Bahkan tidak bisa memperjualbelikan maupun mempromosikan produk rokok. Jadi jika di kampus ada yang berjualan rokok atau memajangnya dalam display akan mendapat sanksi. Selain itu, ada baiknya kampus tidak lagi menerima kegiatan yang disponsori oleh rokok atau menggunakan csr rokok dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, pemimpin universitas harus ikut membantu merealisasikan perda ini Apakah ada sanksi bagi institusi yang tidak menjalankan KTR? Ada, yang pertama dilakukan ialah teguran untuk mematuhi larangan. Jika seseorang merokok di wilayah yang ditetapkan akan diancam Rp50.000. Jika orang ataupun badan mempromosikan,

mengiklankan, menjual, dan memberi rokok di area KTR akan dikenakan sanksi pidana kurungan paling lama tujuh hari dan denda sebesar lima juta rupiah. Sedangkan yang melanggar adalah pengelola, pemimpin, dan penanggung jawab KTR yang tidak melakukan pengawasan internal, membiarkan orang merokok atau tidak menyingkirkan asbak akan diancam lima belas hari kurungan dan denda sebesar sepuluh juta rupiah. Uang denda akan masuk ke dalam kas negara. Nominal denda tidak bertujuan untuk mengambil keuntungan tetapi untuk menciptakan rasa malu pada pelaku. Apa solusi untuk menjalankan KTR?

Tahap awal sosialisasi besar-besaran dilakukan agar masyarakat tahu dan tidak kaget saat ditegur dan harus membayar denda. Sosialisasi ditujukan pada beberapa lokasi KTR yakni tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat proses belajar mengajar, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Cara sosialisai yang dapat dilakukan ialah membuat spanduk, iklan di media cetak atau eletronik dan wawancara. Kemudian ada pembuatan standar operasional prosedur agar ada aturan yang jelas dalam menjalankan KTR. Contohnya, stiker peringatan yang ditempel di tempat umum harus memiliki bentuk, warna, dan kalimat persuasif serupa. Pengawas KTR akan diberi kartu, di sana perokok yang mendapat teguran akan dicatat namanya. Perokok harus menandatangi surat pernyataan yang bertuliskan ‘saya berjanji untuk tidak merokok di tempat ini lagi’. Kemudian saat sidak hakim dan jaksa akan didatangkan untuk menyelesaikan perkara pidana dan pembayaran denda. Tahapan dan mekanisme ini masih dalam proses. Proses sosialisasi menggunakan dana dari anggaran pendapatan belanja daerah.

Sudahkah implementasi KTR berjalan sebagaimana seharusnya? Belum. Pasalnya ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, seperti anggaran meliputi biaya sosialisasi, pembuatan standar prosedur operasional dan beberapa hal teknis lainnya. Tahun 2015 proses yang baru dilakukan adalah sosialisasi ke 21 kecamatan di kota Medan, puskesmas, pusat perbelanjaan, dan beberapa sekolah serta perguruan tinggi di Medan. Penerapan KTR ini sudah dilakukan di pusat perbelanjaan seperti mall dengan tak menyediakan asbak rokok untuk dijual. Pun saat ini proses pembayaran denda dan sistem pengawasan KTR masih dalam penggodokan. Targetnya, sistem ini akan berlaku secepatnya.


10 ragam

SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

RS USU

Menuju Akreditasi Paripurna Nurhanifah

Sudah beroperasi penuh, namun belum miliki akreditasi. RS USU targetkan mendapat akreditasi dan melaksanakan pembukaan operasional di tahun yang sama.

P

agi itu, civitas akademik, Dinas Kesehatan Kota Medan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, para pejabat, dan tamu lainnya datang ke Rumah Sakit (RS) USU. Pembukaan operasional RS USU diadakan. Akhirnya izin operasional didapat RS USU pada 19 Oktober lalu. Namun, RS USU belum sepenuhnya memenuhi standar RS Pendidikan. Dalam Rencana Strategis USU, RS USU didirikan untuk menjadi RS Pendidikan sehingga dapat membantu penyelenggaraan pendidikan dan penelitian bagi mahasiswa USU. Seyogyanya, sebuah RS sudah memiliki akreditasi sekurangkurangnya dua tahun setelah memperoleh izin operasional. Ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.12 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit pada Bab III Pasal 3 mengenai Penyelenggaraan Akreditasi. Direktur Utama RS USU Prof Yoel mengatakan, pihaknya masih dalam tahap persiapan untuk mendapatkan akreditasi. “Setiap hari, kita rapatkan mengenai proses akreditasi ini,” terangnya.

Demi mencapai akreditasi paripurna—akreditasi tertinggi pada sebuah RS, ditunjuklah Azwan H Lubis sebagai penanggung jawab. Azwan ceritakan pada 30 Mei lima belas standar peningkatan mutu dan keselamatan pasien akan disosialisasikan pada seluruh pegawai RS. Juni nanti, lima belas standar tersebut akan dibahas, serta pelengkapan dokumen untuk proses akreditasi. Lalu akan dibuat tim internal untuk membahas standarstandar yang perlu dicapai. Lalu pada Juli dan Agustus akan diadakan studi banding dengan RS di Indonesia demi menbandingkan dan mencari solusi mencapai target akreditasi paripurna. Selanjutnya, pada September akan diadakan simulasi untuk penilaian mandiri. Sementara itu, dilakukan kerja sama dengan BPJS Regional 1 Aceh/Medan untuk Kepesertaan, serta BPJS Kota Medan untuk pelayanan kesehatan tingkat lanjut. Kerja sama ini tertuang dalam Permenkes 71 2013 Tentang Jaminan Kesehatan Nasional. Sistem BPJS tertuang dalam pasal yang sama. Prof Yoel bilang kerja sama ini akan membantu proses akreditasi karena peningkatan pasien yang datang. Perdebatan mengenai sumber dana menghambat pelaksanaan operasional RS USU. Sebagai solusi, pada 2015 dana operasional RS USU dimasukkan dalam draf Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Namun pencairan dana BOPTN yang baru

| Prof Runtung beserta jajarannya melihat teknologi terbaru di rumah sakit saat peresmian yang ada di RS.Pendidikan USU, Senin (27/3). Setelah peresmian ini, rumah sakit ini telah dibuka untuk umum, pun untuk pengguna BPJS. KUNJUNGAN

VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

terlaksana di akhir tahun membuat dana yang diajukan sebesar dua puluh miliar hanya cair setengahnya. Dana ini dihabiskan untuk gaji dan tunjangan pegawai, pengadaan barang, pengadaan jasa, dan pemeliharaan peralatan. Tahun ini dana operasional RS USU kembali dimasukkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT) USU. Setelah disahkan pada Februari lalu, RS USU memperoleh dana dua puluh miliar untuk setahun operasional. Dana ini akan digunakan untuk membayar biaya listrik selama 24 jam sebesar dua miliar dan untuk perawatan peralatan sebesar sepuluh miliar, dan selebihnya untuk biaya gaji dan

tunjangan pegawai, serta penggunaan barang habis pakai. Saat ini USU masih memiliki klasi�ikasi kelas C. Prof Yoel menyampaikan proses penaikan kelas masih dalam proses. Pun, demi menunjang terselenggaranya RS Pendidikan, beberapa kebijakan dan kerja sama sedang dirumuskan. Prof Yoel bilang meski masih C, RS USU bisa dikatakan RS Pendidikan sebab telah berjejaring dengan RS Adam Malik. RS USU punya Tipe C Pendidikan yang artinya bisa menerima mahasiswa USU bekerja. Meski begitu, penaikan klasi�ikasi kelas belum dapat dilaksanakan tahun ini. “Kita lakukan satu-satu dulu,” ujar Prof Yoel.

Pendeteksi Dini Penyakit Diabetes Ika Putri A Saragih

Temuan mahasiswa USU ini berhasil menyabet penghargaan di acara North Sumatera Innovation Award 2016. Acara yang berlangsung 18 April lalu itu menempatkan temuan ini di peringkat pertama. RICA Asrosa, April tahun lalu ia harus mengorbankan waktu liburan berkutat bersama penelitiannya di Laboratorium (Lab) Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Buah dari penelitiannya adalah sebuah alat pendeteksi diabetes melalui embusan napas. Rica tak seorang diri dalam menciptakan alatnya, ia dibantu oleh Tulus selaku pembimbing dan seorang laboran Ridho Rumansyah sebagai mekanis. Selama tiga bulan Rica menemukan sensor yang pas agar alat pendeteksi diabetes itu bisa lulus uji lab. Setelah itu, di akhir tahun lalu penelitian mahasiswa Fisika 2014 ini lantas diteruskan untuk diuji di duapuskesmas dan satu rumah sakit yang ada di Medan. Uji klinis pada sekitar 25 pasien ini berhasil dan menunjukkan kadar gula yang sama dengan Glukometer. “Tapi kami merasa itu masih kurang dan akan melakukan

uji lagi di Rumah Sakit Pirngadi,” ujarnya. Alat pendeteksi yang ia buat terdiri atas sensor, selang tiup, dan sistempendeteksi menggunakan aplikasi Bluetooth Terminal yang bisa diunduh di Playstore. Alur kerja alatnya dimulai dari pasien yang meniup melalui selang untuk ditangkap oleh sensor. Sensor meneruskannya dengan mengirimkan data ke sistem melalui bluetooth. Rica berinovasi dengan membuat sensor dari bahan polimer yang bersahabat dengan lingkungan dan lebih murah. “Sensornya dari cangkang hewan yang telah disintesis dan difabrikasi,” jelasnya. Selama masa pengerjannya Rica bilang untuk membeli bahan dan material alat Rica disokong penuh oleh pembimbingnya. “Pakai dana pribadi Bapak,” terangnya. Namun tentunya tetap membawa nama USU. Setelah dinyatakan menang, alat ini baru dilirik oleh universitas untuk dibantu secara �inansial. Rica bilang rektor akan membantu hasil temuannya ke Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). Saat ini Rica tengah mempersiapkan makalah untuk dipresentasikan di

untuk dibawa pada kompetisi International Engineering Invention & Innovation Exhibition (I-ENVEX) di Malaysia tahun depan. Sementara itu, pendaftaran dan keberangkatan menuju Korea Selatan harus merogoh kocek pribadi. Untungnya ia berangkat bersama Tulus. Tulus tidak pergi murni dengan uang pribadinya. Ia mendapatkan dana penelitian dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen DIKTI). Sudah dari tahun 2009 saya Bagi Tulus, dana bukanlah halangan membimbing mahasiswa untuk untuk berkarya. Ini juga yang ia melakukan penelitian, tapi belum ada tanamkan pada anak didiknya di Tim yang menyadari atau peduli Solar Matic (TSM). Ia tidak berharap banyak soal dana penelitian dari univesitas. Maka itu, untuk membuat tim binaannya semakin mandiri Tulus mendirikan semacam usaha kecil menengah (UKM) dengan menjual produk hasil penelitian ke masyarakat luas. Saat ini TSM tengah memasarkan lampu tidur hias menggunakan sensor sentuh dan bunyi ke khalayak luas. Namun belum dipasarkan secara masif Tulus sebab produksinya masih terbatas. Dosen FMIPA Keuntungan yang diperoleh digunakan Jurnal dan hak paten yang didapat oleh TSM guna membiayai penelitian nantinya akan jadi bekal yang cukup yang lain.

Jakarta nanti. “Targetnya bulan ini sudah selesai,” kata Rica. Hak paten ini perlu untuk mengikuti ajang Advances in Functional materials International Conference (AFM) di , Korea Selatan, Jeju pada 8-11 Agustus mendatang. Jika menang penelitian Rica akan diterbitkan di jurnal internasional.


SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

ragam 11

‘Kejar Tayang’-nya Dekan Baru di USU

| Penandatanganan SK Pelantikan Dosen di Gelanggang Mahasiswa, Rabu (18/5). Setelah pelantikan dekan ini, selanjutnya akan dilakukan pemilihan wakil dekan. PENGESAHAN

VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

Retno Andriani

Babak baru fakultas sudah dimulai. Bermacam permasalahan meradang untuk diselesaikan. Akreditasi, gedung kuliah, sampai penelitian dosen hanya segelintir saja. Lima tahun akan menjabat, mampukah? LIMA belas dekan baru berbaris sejajar di sebelah kiri. Sementara dekan lama melakukan hal yang sama di sebelah kanan. Mereka menghadap ke podium tempat Prof Runtung Sitepu menyebutkan nama seluruh dekan baru

fakultas satu per satu. Hari itu 18 Mei 2016, seluruh dekan baru membacakan ikrar jabatan yang dipimpin oleh Rektor USU, Prof Runtung Sitepu. Akreditasi pun menjadi tugas besar bagi para dekan yang baru. Mereka harus mampu membimbing seluruh program studi (prodi) yang ada di fakultasnya untuk mendapatkan akreditasi A. Prof Runtung dalam kata sambutannya juga telah menyinggung perihal akreditasi A untuk delapan puluh persen program studi di lingkungan USU. “Kalaupun tidak delapan puluh persen, setidaknya lima puluh persen kita mampu,” harap Prof

Runtung. Hal ini disambut baik oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Budi Agustono. Budi sudah memikirkan tentang akreditasi FIB ini sejak sebelum menjadi dekan. Sebagai fakultas dengan prodi terbanyak, yakni tiga belas prodi. Budi akan memulai tugasnya dengan mengajak para dosen maupun mahasiswa melakukan kerja sama dengan pihak luar, seperti universitas mancanegara ataupun pemerintahan kabupaten di Sumatera Utara. Kerja sama yang dimaksud adalah untuk mengokohkan Tri Darma Perguruan Tinggi–pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Dengan semakin banyaknya kerja sama ini, ia yakin pendidikan, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat dapat semakin mudah dilakukan. “Karena latar belakang kita berbasis kebudayaan, tentu kerja sama yang dilakukan masih seputar kebudayaan lokal,” ujar Budi. Seperti yang diungkapkan Dekan FIB Periode 2011-2016 Syahron Lubis, FIB masih sangat kurang dalam kerja sama dengan pihak luar. Tidak semua prodi pernah melakukan kerja sama. Begitu juga dengan penelitian dan pengabdian masyarakat. “Idealnya kerja sama, penelitian, maupun pengabdian masyarakat dilakukan minimal satu kali setahun,” pungkas Syahron. Berbeda pula dengan langkah yang diambil oleh Dekan Fakultas Kehutanan (Fahuta) Siti Latifah. Setelah ia dilantik menjadi dekan pertama dari Fahuta,

langkah awal yang diambil adalah pengadaan gedung perkuliahan untuk mahasiswa Fahuta. “Akan terus dikoordinasikan dengan Rektor,” ujar Siti Latifah. Sejak terbentuk pada 2014 lalu, mahasiswa Fahuta masih harus berbagi gedung perkuliahan dengan mahasiswa Fakultas Pertanian. Ada tidaknya gedung perkuliahan juga termasuk poin penilaian dalam akreditasi. Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Muryanto Amin memfokuskan peningkatan akreditasi dengan langkah awal mengumpulkan arsip-arsip penelitian dosen. Ia menuturkan selama ini sering kali berkas publikasi penelitian dosen tidak terkumpulkan. Langkah selanjutnya ia akan memperbaiki ruang-ruang perkuliahan, termasuk juga laboraturium. Hal ini juga untuk meningkatkan akreditasi di FISIP. “Kalau saat ini, masih dua prodi yang akreditasi A dari tujuh prodi yang ada,” ungkap Muryanto. Masih seperti visi misinya sebagai rektor, Prof Runtung berharap rekanrekannya tersebut juga menggalakkan peningkatan akreditasi di USU. Apalagi mengingat status Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) yang akan dicabut jika USU tidak mampu mencapai akreditasi A pada 2017 nanti. “Kami berharap para dekan dapat bekerja sama dalam meningkatkan peringkat USU selama lima tahun ke depan,” begitu ujar Prof Runtung menutup kata sambutannya.

assessor eksternal. “Kita maunya borang itu nilainya di atas 361,” Ujar setiawan. Selain itu yang sering ditemukan adalah masalah Sarana dan Prasarana pada, Sumber Daya Manusia pada beberapa prodi seperti Sastra Cina, Psikologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan beberapa lainnya. Solusi lain adalah universitas menganggarkan dana untuk proses akreditasi. Sekitar 40 milyar dana masuk ke TAS sesuai anggaran yang dibutuhkan. Pun tim vasilitator untuk menyaring dana kebutuhan tiap prodi. Saat ini prodi yang berhasil memperoleh akreditasi A sekitar tiga belas persen. Melihat

jumlah ini Setiawan bilang tak optimis untuk dapat A tahun depan. “Hanya usaha yang bisa dilakukan saat ini,” Ujarnya. Sebab untuk mempertahankan PTN-BH syarat utamanya harus akreditasi A. “Artinya USU harus berusaha lebih keras,” tambahnya. Prodi yang akan direakreditasi adalah prodi yang sudah mendapat A atau kadaluarsa, B dan C, dengan pertimbangan prodi tersebut punya potensi dapat A. “Prodi perbaiki yang kurang, nih Rancangan Anggaran Belanja (RAB) sudah disiapkan,” imbuh Setiawan.

USU Akreditasi 2017. Bisakah? Vanisof Kristin Manalu dan Rizky Adrian

Sudah lama menunggu kabar baru tentang status USU. Cari masalah, beri solusi. Semoga esok berganti dengan harapan baru yang lebih baik. FEBRUARI lalu usai pelantikan rektor, Prof Runtung Sitepu merombak Tim Percepatan Akreditasi menjadi Tim Akreditasi dan Sertifikasi (TAS).Tugas utamanya memastikan USU mendapatkan akreditasi pada 2017. Setiawan,Ketua TAS mendaftar 47 program studi (prodi) yang reakreditasi tahun ini. Berdasarkan data dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT), 45 prodi akan reakreditasi dan 2 prodi akan mengajukan banding karena sudah dapat B waktu lalu. Setiawan jelaskan target TAS pada 2016 ini ada 40 prodi yang akan direakreditasi. Workshop penyusunan borang yang dipanggil langsung dari TAS dan BAN-PT. Pun mengundang prodi yang akan direakreditasi mengawali proses perbaikan reakreditasi. Setelahnya barulah pembentukan tim pendamping. Gunanya untuk mengetahui permasalahan akreditasi di setiap fakultas dan membantu prodi selama mengisi borang. Pengerjaan dilakukan pada akhir Maret dan awal April. Setiap prodi memiliki kendala tersendiri.

Prodi Sastra Batak dan Sastra Melayu dalam menyusunan borang terkendala dalam Tata Pamong yang sama karena berada di bawah naungan Sastra Daerah. “Tak bisa dua prodi, satu TATA Pamong,” kata Prof Hushan Lubis, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya. Pun, jelas-jelas kedua prodi ini memiliki Surat Keputusan (SK) penyelenggara yang berbeda. SK Penyelenggaraan prodi Batak: 6724/D/T/K-N/2011 dan SK Penyelenggaraan Prodi Sastra Melayu: 6736/D/T/K-N2011. Dalam pembaharuan UU Pendidikan tahun 2012 pasal 33 ayat 1-7 dijelaskan bahwa dalam satu prodi masingmasing memiliki TATA Pamong. Lain hal dengan prodi Manajemen. Permasalahannya terpaku pada pembiayaan, sarana, dan prasarana, serta sistem informasi. Hal ini disampaikan oleh Endang Sulistyarini, Ketua Prodi Manajemen. “Sebagai solusi, biaya yang dianggarkan oleh rektorat untuk akreditasi dipakai memperbaiki yang kurang ini,” ujarnya. Melihat permasalahan yang berbedabeda, Setiawan bilang tiap minggunya prodi akan dievaluasi oleh TAS lewat tim pendamping. “Sudah seberapa jauh proses pengisian borang, semuanya tahu dari tim pendamping,” tukasnya. Pengisian borang juga diawasi ketat oleh tim pendamping. Setelah semua borang sudah dirasa cukup untuk memperoleh nilai bagus maka akan periksa oleh tim assessor internal. Sesudahnya barulah diserahkan kepada

IKLAN


12 galeri foto

SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

Membidik Proses Kerajinan Sabut Kelapa

P

roses pembuatan kerajinan sabut kelapa yang terletak di jalan Medan Binjai KM 11.2 Kompleks Semanggi. Ialah Febri Yunatra dan Susanto, mereka membuat suatu usaha di bidang kerajinan tangan yang terbuat dari sabut kelapa dan ijuk. Hasilnya seperti lukisan miniatur dan alat perabotan rumah tangga. Tak perlu bersusah payah mendatangkan keuntungan lewat usaha ini. Mereka telah memperkenalkan hasil karya ini pada masyarakat lewat pameranpameran ataupun memublisnya di berbagai media sosial. Hingga saat ini usaha yang mereka geluti sudah menembus pasar nasional dan internasional. Untuk harga satu kerajinan tangan dapat diperoleh seharga puluhan hingga jutaan rupiah tergantung kesulitan dalam pembuatannya.

2. Gunting sabut kelapa sampai halus. VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

1. Membuat pola TANTRY IKA ADRIATI SUARA USU

3. Kanvas dilumuri dengan lem TANTRY IKA ADRIATI SUARA USU

5. Menyisihkan sabut kelapan yang tak lengket VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

6. Lukisan dijemur hingga lem mengering TANTRY IKA ADRIATI SUARA USU

4. Menabur di atas pola VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU


SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

podjok sumut 13

Supaya Orang Tahu Susu Dewi Annisa Putri

Berwisata ke tempat yang asri dan tenang tentu menyenangkan. Bersama keluarga ditemani susu segar langsung dari peternakannya. Sajian komplet untuk liburan.

S

ore itu di balik sunyi hutan lindung, suara sapi saling bersahutan. Beberapa sapi berkulit putih dengan corak hitam berbaris rapi hendak berjalan keluar kandang. Serta yang lainnya berdiri tenang di bilik masing-masing sambil melahap rerumputan di depannya. Moo.. Moo.. Sapi-sapi yang keluar itu berjalan menuju sisi lain dari kandang. Di sana, alat-alat pemerah susu lengkap dengan tabung kaca untuk menampung susu setia menunggu. Sepertinya sapi-sapi itu memang sudah terbiasa diperah susunya setiap hari. Pekerja tidak perlu terlalu repot memandu. Setelah pemerahan selesai, sapi-sapi kembali berbaris menuju kandang, berhenti untuk minum sebentar di bak yang tersedia, lalu kembali menuju bilik masing-masing. Begitulah aktivitas rutin setiap sore hari di Gundaling Farm. Peternakan sapi ini berlokasi di tengah hutan lindung di kawasan Gundaling, Berastagi, Sumatera Utara. Pengunjung yang datang dapat melihat sapi-sapi dari luar kandang. Tepat di depan tempat pemerahan susu, terdapat bangunan sederhana dengan cat cokelat muda tempat susu murni diolah, baik

| Salah satu pegawai dari perternakan PT Putra Indo Mandiri Sejahtera (PIMS) menuntun sapi masuk ke kandang, Jumat (6/5). AKTIVITAS

VANISOF KRISTIAN MANALU | SUARA USU

saja. langsung dibungkus maupun diolah Saat ini, ada 250 sapi di Gundaling menjadi susu dengan varian rasa. Farm dan di antaranya ada lima puluh Pilihannya yaitu rasa cokelat, stroberi, sapi yang siap perah. Selain itu, di mangga, dan vanila. Selain itu ada tempat terpisah ada dua ratus sapi yogurt dengan pilihan rasa mangga, untuk dipotong. cokelat, vanila, dan anggur. Darmadi bercerita usaha Harga susu murni dibanderol lima peternakan ini telah digarapnya belas ribu per liter. Sedangkan susu selama hampir sebelas tahun. dengan pilihan rasa dan yogurt dijual berkisar Rp24.000 hingga Rp30.000 per Awalnya, ia membeli tanah seluas lima belas hektare untuk berkebun. liter dan Rp4.000 hingga Rp6.000 per Namun kemudian seorang teman kemasan. menawarkan kepadanya untuk Susu yang diperah setiap harinya beternak sapi. Ia pun membeli tujuh mencapai empat ribu liter. Menurut puluh ekor sapi impor asal Australia Darmadi, Direktur Gundaling Farm, jumlah ini terbilang sedikit. Dalam satu di Sukabumi. Sejak saat itu, ia mulai menekuni hari semuanya bisa habis. Padahal, usaha ini hingga Gundaling Farm dahulu susu kini dikenal sebagai peternakan sapi didistribusikan terbesar di Sumatera Utara. Siapa ke kawasan Berastagi hingga saja yang ingin belajar diperbolehkan untuk masuk ke dalam kandang. Medan. Kini, Maka tak jarang rombongan anak untuk dijual di peternakan saja sekolah datang ke sini. “Pernah mau ada seribu murid ke sini, tapi karena pun jumlahnya enggak muat jadi dibagi, gantian tidak cukup. kunjungannya,” cerita Darmadi. Bukan tanpa alasan, pengunjung yang datang memang terbilang ramai setiap harinya. Bahkan, tak jarang pengunjung kehabisan susu bila datang di sore hari. Belum lagi susu yang harus disisihkan untuk anak-anak sapi. Karenanya RAMAI | Para pengunjung melihat aktivitas pertenakan saat ini Darmadi sapi PT Putra Indo Mandiri Sejahtera (PIMS), Jumat lebih memilih (6/5). Nama daerah ini sering disebut dengan menjual susu sapinya di Gundaling Farm. Gundaling Farm VANISOF KRISTIAN MANALU | SUARA USU

Selain itu, peternakan ini juga terbuka untuk mahasiswa yang ingin melakukan penelitian. Pada intinya, Gundaling Farm tak hanya dijadikan kawasan wisata, namun juga tempat edukasi. Melihat keadaan pengunjung yang semakin ramai, Darmadi berencana akan memperluas area wisata peternakan ini. Nantinya, akan tersedia area yang lebih luas untuk pengunjung bersantai dan sapi akan dibiarkan lebih dekat dengan pengunjung. Peternakan ini menawarkan suasana yang asri. Sangat tepat untuk jadi tempat tujuan wisata. Jika beruntung mengunjungi tempat ini saat cuaca cerah, Anda akan merasakan kesan seperti di luar negeri. Sebab kandang sapi dicat senada dengan langit biru. Pun, pepohonan dan berbagai jenis bunga yang ada di sekitar menambah perasaan nyaman pengunjung. Ashia datang bersama tiga anaknya. Ia sengaja memilih peternakan ini sebagai tempat wisata sebab menurutnya banyak kelebihan yang bisa didapat. “Berwisata dan beli susu sekaligus anak-anak bisa melihat langsung sapinya menghasilkan susu,” ujarnya tersenyum. Sebenarnya, Darmadi punya citacita agar konsumsi susu di masyarakat Indonesia, khususnya Sumatera, meningkat. Menurutnya, selama ini belum banyak masyarakat yang sadar nikmatnya susu sapi murni. Pun, dengan manfaat dan gizi yang terkandung di dalamnya. “Lihatlah orang Sumatera pendek-pendek,” candanya, lalu tertawa. Untuk mewujudkan impian itu, ia juga punya rencana untuk terus menambah jumlah sapinya. Meski ini masih dilakukannya secara bertahap, sebab tidak bisa sembarang membeli jika ingin mendapatkan sapi yang berkualitas. Tentunya untuk menghasilkan susu berkualitas pula. Dengan peternakan yang bisa dijadikan tempat wisata dan edukasi, Darmadi berharap masyarakat akan lebih mengenal susu dan dekat dengan susu, hingga rutin mengonsumsinya. “Supaya orang tahu susu,” tutupnya dengan senyum.

IKLAN


14 laporan khusus

Jalan Lebar Menuju Persaingan Pasar ASEAN SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

Jalan Lebar Menuju Persaingan Pasar ASEAN

| Koleksi barang-barang hasil produksi industri kreatif binaan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan, Selasa (10/5). Dinas Koperasi dan UMKM Medan mengadakan pembinaan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia. UNIK

AMELIA RAMADHANI | SUARA USU

Koordinator Liputan: Amelia Ramadhani Reporter: Dewi Annisa Putri, Nurhanifah, dan Amelia Ramadhani Amelia Ramadhani

Indonesia bergabung dengan komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN. Peluang bagi industri kreatif terbuka lebar asal bisa membaca pasar. Bisnis akan tetap kokoh asal berani bertaruh kualitas.

B

erawal dari aksi nekad menjadikan uang kost sebagai modal awal, akhirnya Syaiful Burhan berhasil mendirikan sebuah industri kecil di bidang kuliner. Burhan menamai produknya sebagai Molen Arab. Sekarang Molen Arab sudah menginjak usia yang keempat tahun. Banyak kendala yang dihadapi oleh Burhan selama mendirikan usaha. Awalnya tersandung karena keterbatasan modal hingga target pasar. Di tahun ketiga berdiri, Molen Arab berusaha berinovasi dan mengganti target pasar. Awalnya pasar utama adalah mahasiswa di setiap universitas yang ada di Medan. Burhan berusaha menjadikan Molen Arab

sebagai oleh-oleh khas Medan dan dijual kepada masyarakat yang daya belinya menengah ke atas. Inovasi baru juga dilakukan dengan cara menitipkan molen di kafekafe. Namun tidak berhasil dan akhirnya Molen Arab mengalami kerugian yang begitu besar. “Kita habiskan Rp150 juta dan gagal,� ujar Burhan. Produksi Molen Arab sempat terhenti. Permasalahannya adalah modal yang menipis seiring berkurangnya jumlah omzet yang diterima. Produksi vakum hingga sekitar tiga bulan lamanya. Akhirnya di bulan September 2015 lalu, Molen Arab kembali berproduksi dengan memangkas jumlah karyawan dan mengurangi gaji. Menurut analisis Burhan, kerugian besar yang dialami perusahaan disebabkan oleh manajemen perusahaan yang tidak baik dan daya tahan produk. Molen Arab hanya mampu bertahan satu hari. Jika dinikmati keesokan hari pasca penggorengan, rasanya akan tidak enak lagi. Persaingan dengan industri kreatif lainnya

semakin ketat dan rentan akan plagiarisme. Apalagi setelah Indonesia memutuskan untuk bergabung dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sadarakan hal itu, Burhan segera mematenkan produknya dan akhirnya mengantongi hak kekayaan intelektual (HaKI) atas produknya setelah enam bulan mendirikan usaha. Langkah Burhan yang cepat dalam mematenkan produknya, dinilai sangat baik oleh Risnata Sugyaty Tambunan, Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Medan. Seyogyanya, pengusaha haruslah mengurus HaKI perusahaan dan mematenkan produk. Ia juga menyarankan pegiat industri kreatif juga mengurus dokumendokumen lain pendukung produk untuk menghindari plagiarisme. Seiring dengan digalakkannya usaha industri kreatif oleh Presiden Jokowi, ada beberapa fasilitas yang langsung diberikan oleh negara untuk pengusaha. Melalui Dinas

Koperasi dan UMKM Medan diadakanlah pembinaan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pembinaan ini diberikan dalam bentuk seminar dan workshop kepada setiap

Medan. Fasilitas lain yang disediakan pemerintah berupa magang. Setiap pengusaha akan diikutsertakan magang di perusahaan-perusahaan industri kreatif yang mampu bertahan. Selama magang pengusaha akan diberikan tips-tips jitu untuk mempertahankan perusahaan agar tidak Salah satu tujuan HaKI untuk kehabisan modal produksi menjauhkan pengusaha dari dan kehilangan pasar. bahaya plagiarisme Lain hal dengan Molen Arab, Komik Digidoy sama sekali merasa belum ada role model untuk dicontoh dalam mengembangkan industrinya. Mereka hanya mengandalkan ide-ide kreatif dari setiap bahan yang disiapkan oleh setiap komikus. Awalnya, Digidoy didirikan untuk menyalurkan hobi gambar yang dimiliki oleh pendirinya, Arief Rysnata Sugyaty Tambunan Siregar dan Dodi Pratama. Kepala Bidang Belum ada keinginan untuk Pemberdayaan UMKM menjadikannya bisnis. Medan Namun seiring berjalannya waktu dan respon baik pengusaha industri kreatif dari masyarakat, akhirnya yang berada di bawah binaan mereka menjadikannya Dinas Koperasi dan UMKM sebagai industri dan mulai


Jalan Lebar Menuju Persaingan Pasar ASEAN SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016 serius menggarapnya. Tujuan dibuatnya komik ini sebenarnya untuk memperkenalkan Medan kepada masyarakat luas. Mereka berusaha menjadikan Digidoy sebagai referensi bagi orang-orang yang ingin berkunjung ke Medan. Bisa saja referensi tempat wisata, makanan khas, budaya, dan lainnya. Dalam menjalankan bisnisnya, Dodi dan Arief sadar akan bahaya plagiarisme di Medan ataupun skala nasional. Akhirnya mereka mengajukan HaKI beberapa bulan yang lalu. Menurut Dodi, tanpa HaKI pun mereka juga bisa bertahan asal telah mendapatkan hati pembaca. Dodi juga tidak mencemaskan jika HaKI yang mereka urus lama selesainya. Sedangkan untuk promosi komik, Dodi memilih media sosial saja. Sebab masyarakat

laporan khusus 15

sekarang ini cenderung menggunakan media sosial dalam hal apa pun, mulai dari menjual hasil kreativitas sampai mencari informasi lainnya. Saat ini, Digidoy sedang mempersiapkan web. Lain hal dengan event organizer Party Medan, mereka sama sekali belum pernah mengikuti bazar untuk memasarkan jasa yang mereka tawarkan. Mereka hanya aktif di media sosial terutama instagram. Pendirian Party Medan ini terinspirasi dari

acara ulang tahun teman di kampusnya. Biasanya Ridho Nopriansyah membuatkan pesta kejutan ulang tahun lengkap dengan ornamen ulang tahun seperti balon dan dekorasi. Akhirnya Ridho membuat akun instagram untuk promosi dengan nama Party Medan. Baru bikin akun dan belum punya peralatan apa pun, pesanan langsung datang. “Ada yang pesan balon,” ujar Ridho. Bergegaslah ia dan temantemannya untuk belanja peralatan. Nama Party Medan pun semakin menggeliat. Awalnya hanya dari orderan kecil-kecilan saja sampai yang terbesar acara ulang tahun persatuan ibu-ibu Bhayangkari Medan. Ridho juga merasa khawatir ide bisnis dan ciri khas usahanya dicontek oleh orang lain. Namun, saat ini mematen merek dan mengurus HaKI belum menjadi prioritasnya. Proses yang lama dan biaya yang tinggi menjadi alasannya. “Kita fokus ke produk saja dulu,” tambahnya. Berbeda dengan yang lain, Tempe Ony Dira, usaha pengolahan kedelai tempe milik Yuliani bukan merupakan industri kreatif. Awalnya usaha ini didirikan oleh Pamannya sejak empat tahun lalu. Menurut Yuliani, pemerintah boleh fokus kepada industri kreatif karena dianggap sanggup bersaing dengan negara lain di MEA. Namun Dea sarankan agar pemerintah tidak melupakan perkembangan dan pertumbuhan industri pangan. Industri pangan juga bisa dikembangkan dan tidak akan pernah mati

selama masyarakat masih membutuhkan makanan. Ia berpendapat kalau industri pangan juga bisa bertahan dan ikut berkontribusi di MEA. Contohnya industri pangan di bidang makanan khas suatu negara. “Tempe misalnya sebagai makanan khas yang berasal dari Indonesia.” Melihat geliat mahasiswa dalam dunia usaha industri kreatif, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumatera Utara (Sumut) mencoba untuk memfasilitasinya. Biasanya setiap universitas akan diundang oleh Kadin Sumut menghadiri seminar dan workshop. Selain workshop. Selain itu, mahasiswa juga diundang untuk hadir di setiap bazar yang diadakan Kadin. Kadin adalah mitra pemerintah dalam mengembangkan dunia usaha yang ada di Indonesia,

Kadin Sumut menjadi mitra pemerintah di Sumut. Fajar Indra Hartoyo, Staf Layanan Pengembangan Usaha Kadin Sumut bilang, Kadin hanya memberi wadah dalam bentuk seminar kepada mahasiswa. Sedangkan untuk fasilitas mencarikan dana dari mitra kerja dengan bank dan perusahaan lainnya belum ada. Namun, jika ada pengusaha mahasiswa yang ingin berbagi masalah di perusahaanya bisa datang ke Kantor Kadin Sumut. Dilihat dari kualitas produk yang dihasilkan oleh pengusaha industri kreatif yang ada di Sumut, Fajar yakin produk lokal tidak akan kalah saing dibanding industri yang ada di negara lain. Peluang ini wajib dimanfaatkan oleh setiap individu yang memilki jiwa kreatif

untuk mengembangkan potensinya. Industri kreatif lebih mudah pengelolaannya dibandingkan dengan industri konvensional. Pendirian industri kreatif hanya membutuhkan ide kreatif dari pengusaha dan membutuhkan modal yang sedikit. Sedangkan pendirian perusahaan yang berbasis indutri konvensional membutuhkan dana yang besar. Menurut Fajar, jiwa kreatif yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas serta pemahaman tentang manajemen dan perusahaan yang baik, pasti tidak akan kalah oleh produk asing. “Jika komponen itu cukup, dijamin masyarakat akan sejahtera walau tenaga kerja dan produk asing menembus Indonesia,” tutupnya.

MEA 2015 tentunya akan memberikan pengaruh besar terhadap persaingan yang akan terjadi antar pengusaha. Seluruh pengusaha baik lokal maupun luar negeri nimbrung dalam satu pasar yang disebut MEA.Oleh karena itu, Kadin Sumut berupaya membantu masyarakat pengusaha industri kreatif untuk bertahan di era MEA dengan memberikan beberapa kiat. Khusus untuk industri di bidang kuliner ada empat pilar yang harus dipertahankan untuk bisa menembus pasar ASEAN dan bersaing dengan produk lainnya. Pertama, pengusaha

haruslah memilki HaKI. Dengan adanya HaKI, pengusaha tidak perlu khawatir akan kesamaan produk yang dimilkinya dengan pengusaha dari negara lain. Sebab dalam pengurusan HaKI akan dipastikan tidak adanya kesamaan merek dan produk dengan dengan produk-produk yang berasal dari negara lain yang juga tergabung di MEA. Kedua, pengusaha harus memperhatikan kemasan produk yang dihasilkan. Produsen tidak akan tertarik untuk

membeli produk jika dikemas dalam bentuk yang tidak menarik. Kemasan produk juga menentukan target pasar. Misal, kemasan yang penuh warna dan banyak pernak perniknya menunjukkan produk dipasarkan untuk anak– anak. Sebaiknya, produk yang dihasilkan sudah mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia dan sertifikat layak konsumsi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia.“Supaya semua masyarakat bisa menjadi target konsumen,” tambah Fajar.

Ketiga, pengusaha juga harus memperhatikan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ikut berkontribusi dalam perusahaan. Pengusaha harus mampu memetakan target-target yang harus dicapai untuk kemajuan perusahaan. Perusahaan yang memiliki kualitas SDM yang baik mampu menganalisis setiap kebijakan yang diambil perusahaan. Setiap kebijakan akan dianalisis keunggulan dan kelemahan terlebih dahulu, guna meminimalisir risiko yang ditimbulkan. Kiat terakhir adalah

promosi. Pengusaha harus jeli melihat selera pasar. Pengusaha harus bisa membuat manajemen promosi yang baik. Misal dengan menggunakan media sosial atau mengikuti bazarbazar yang diadakan. Kunci yang terakhir ini menurut Fajar yang harus ditingkatkan oleh seluruh pengusaha yang ada di Medan. Sebab tanpa promosi, target pasar tidak akan mengenali produk yang dihasilkan oleh produsen. “Jika keempat komponen ini sudah baik, perusahaan tersebut sudah mampu bersaing di era MEA,” tutup Fajar.

Kalau sudah punya karakter tak bakal ditinggalnya kita Dodi Pratama Pendiri Digidoy

| Para komikus sibuk menggambar untuk materi Komik Digidoy yang akan diunggah ke media sosial, Selasa (24/5). Awalnya Digidoy didirikan untuk menyalurkan hobi gambar yang dimiliki oleh pendirinya, Arief Siregar dan Dodi Pratama. SKETSA

AMELIA RAMADHANI | SUARA USU

Solusi untuk Pasang Surut Bisnis di Era MEA


16 mozaik

SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

cerpen

Vihara dan Gagak Hitam Muhammad Ikhsan Fakultas Ilmu Budaya 2013

K

etika gelombang laut terhantar sopan ke pantai, seekor gagak hitam terbang di atas kita, bersamaan dengan jejak kakimu yang dihapus gelombang. Bunga seruni yang tergantung di telingamu pun kamu hanyutkan. Pantai membuatmu riang tapi gagak yang terbang membuat beranimu hilang. “Setiap gagak selalu membawa pesan kematian,” begitu yang kamu yakini. “Kamu fobia berlebihan terhadap gagak,” begitu aku mengartikannya. Namun, belakangan aku paham apa yang sebenarnya kamu khawatirkan. Bukan sekadar melihat gagak, kamu takut pada pesan yang dibawanya: ketakutanmu pada sesuatu yang belum terjadi. Sebab itu, kini kamu mengajakku ke tempat ini, secara tibatiba. Padahal kamu tahu Vihara bukanlah lokasi dalam agenda hari ini. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, jika keinginanmu adalah perintah, maka ketakutanmu adalah pinta. Vihara adalah tempat yang paling memancing rasa penasaranku. Apa rasanya bertatap muka dengan patung-patung gendut itu? Apa sensasi berbicara dengan para Dewa di tengah kepungan asap dan bau dupa? Setiap kali aku bertanya jawabmu tetap sama: bahwa kamu tak merasakan apa-apa. Padahal, sesaat kutunggui kamu di mulut Vihara, terlihat jelas begitu khusuknya kamu kala berdoa. “Kalau mau tahu, rasakan sendiri,” begitu selalu kamu mengakhiri pertanyaanku. Bagiku kalimat itu tidak adil, padahal kamu tahu kita terlahir dengan kontrak yang telah disepakati. Bahwa dalam kehidupan kita punya batasan. Ada beberapa tempat yang tak lantas boleh kita datangi, ada beberapa kegiatan yang pantang dilakukan, dan ada pula beberapa perasaan yang tak boleh dirasakan. “Berarti kamu belum merdeka,” tuduhmu

padaku. Bunga seruni masih menggantung di telingamu. Untuk pernyataan itu aku tak pernah dapat jawaban. Maksudku, bisa berani mencintai seseorang yang begitu banyak perbedaannya denganku saja sudah menjadi kemerdekaan tertinggi buatku. Kamu setia tersenyum setiap kali aku tersudut. “Kalau gitu?” Kendati Vihara adalah tempat yang begitu ingin kumasuki, namun ada beberapa hal yang tak serta merta dapat kuterima. “Misalnya?” Aku tak suka dikepung asap. Patung-patung itu juga kadang terlihat menyeramkan, adakah mereka bisa tertawa? Atau paling tidak dapat diberi candaan, sekadar humor hiburan? Dan satu lagi: aroma dupa! Aroma dupa kerap membuat kepalaku pusing, jika dipaksa lebih lama aku bisa mual dan ujung-ujungnya muntah. Setelah kukatakan itu kamu malah menepuk pundakku, seolah aku adalah anak

kecil yang menyesal sebab tak mendapatkan mainan yang paling diinginkan. Pada kesempatan berikutnya, di pantai yang sama namun dengan topik berbeda, di sana kamu merayuku. “Kamu tahu kenapa aku suka dengan bunga seruni?” “Sebab ia miliki nama yang sama denganmu: Seruni.” Lebih kompleknya sebab bangsa Yunani menganggapnya sebagai penjelmaan Para Dewi. Kamu menggeleng, “Ia sering mengingatkanku pada mati.” Kamu selalu coba menangkap kagumku tapi yang tertambat selalu perasaanku. Semakin aku terlibat dalam penderitaannya, semakin aku ingin bersamanya. Seluruh bunga kamu yakini memang untuk mengharumkan makam, untuk menghiasi tanah-tanah pekuburan. Kamu mengatakannya sekali ucap tanpa tatap. Hari sudah sore. Kini kamu ke pantai sendirian. Jejakku di pasir tak lagi eksis di dekatmu. Kamu marah, kamu benci, kamu sedih, dan yang paling mengesalkan kamu tak tahu mengapa. Mungkin kamu marah sebab ke pantai sudah tak lagi kutemani. Mungkin kamu benci karena aku ingkar janji, tak mampu jadi pantai, tak bisa jadi tempatmu pulang. Mungkin juga kamu sedih, sebab gagak hitam mengirimkan pesannya untukku. Tadi pagi aku menyinggahi Vihara tempatmu sering berdoa. Aku ke sana melanggar kontrak yang telah lama kusepakati. Tapi di tengah jalan, seorang pengendara terburuburu berangkat kerja kendati hari masih buta, ia menabrakku bersebab rantai rodanya putus. Pengendara itu limbung dan oleng bersama ceceran darah di atas aspal yang hitam legam. Di antara hitungan yang sepersekian detik kurasakan takut. Yang tinggal hanya temaram. Setamsil ketakutanmu terhadap sesuatu yang kini sudah terjadi.

ILUSTRASI : MARIA PATRICIA SIDABUTAR | SUARA USU


SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

sorot

puisi

Hadatuon

Budaya Tak Lekang Waktu Tantry Ika Adriati Meski penyebutannya berbeda-beda, Datu masih menjadi pilihan pertolongan alternatif bagi masyarakat Batak. Ilmunya, Hadatuon, tak lekang waktu maupun zaman.

S

eorang teman saya kehilangan telepon genggam miliknya beberapa waktu lalu. Tak rela dengan musibah tersebut, ia memutuskan mendatangi seorang Datu—sebutan dukun di kebudayaan Batak. Katanya, Datu akan membantunya menemukan pencuri telepon genggam miliknya. Sebab Datu punya kemampuan magis untuk menemukan si pencuri. Kebudayaan ini sebenarnya sudah mahfum di tanah Batak. Datu merupakan orang yang punya kemampuan lebih. Dalam suku Batak Toba biasa disebut Datu, sedangkan dalam suku Batak Karo acap kali disebut Guru. Sebenarnya pengertian Datu tak jauh berbeda dengan dukun kebanyakan. Bedanya terletak pada pakaian dan instrumen yang dipakai. Datu identik dengan pakaian hitam atau putih dan sering menggunakan jeruk purut dalam proses pengobatannya. Ilmunya sendiri dinamakan Hadatuon, berasal dari kata Datu dan kon�iks ha-on. Dalam bahasa Indonesia berarti dukun ditambah kon�iks ke-an. Jika digabung akan mempunyai arti kedukunan. Orang-orang lebih sering menyebutnya ilmu perdukunan. Zaman dahulu, Hadatuon sering digunakan untuk mengobati penyakit, mencari orang hilang,

mozaik 17

meminta menurunkan hujan, menemukan pencuri, hingga untuk tujuan jahat seperti santet dan guna-guna. Kini, hadatuon lebih sering digunakan untuk pengobatan alternatif. Biasanya orangorang dengan penyakit-penyakit yang tak bisa disembuhkan dengan obat akan mendatangi para Datu. “Ibaratnya dokter plus-plus,” ujar Prof Robert Sibarani, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya USU. Pekerjaannya hampir menyerupai dokter, di samping mengobati, Datu juga punya porsi plus yakni menambahkan mantra dan instrumen unik dalam pengobatannya. Tak jarang juga Datu dimintai pertolongan menemukan barang yang hilang atau hal mustahil lainnya. Hingga kini Hadatuon masih dipercayai oleh masyarakat Batak. Menurut Prof Robert, berkembangnya zaman tak menurunkan eksistensi Hadatuon. Terbukti, hingga kini masih dijumpai Datu hampir di setiap desa. Datu masih punya ruang tersendiri bagi masyarakat Batak. Hanya saja, disebabkan pengaruh agama dan berkembangnya zaman, kini mereka enggan dipanggil Datu. Panggilan Datu dianggap tidak ilmiah di mata masyarakat. Ia lebih senang dipanggil paranormal. Orang Batak Toba kini sering menyebutnya Parbinotobinotoan.

MAHASISWA Lucia Rosdiana Damanik Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat 2014 Di lehermu, merah putih melingkar Sebuah ikatan abadi untuk bangsa Indonesia Kita mahasiswa adalah harapan pertiwi dan nusantara Pejuang tangguh penuh wibawa menjadikan kita tetap di atas tanah air kita Bukanlah seragam yang membesarkan kita Bukan pangkat yang ada di pundak kita Bukan seorang profesor atau ilmuwan bergelar Bukan anggota dewan dengan segala keistimewaannya Tapi kami adalah Maha-Siswa! Kami, Mereka, Kita yang bergerak bersatu ambil peran! Semangat itu harus ada untuk perubahan Keluar dari zona nyaman dan melahirkan pemimpin generasi muda Pepatah bilang jangan katakan apa yang negara berikan padamu Katakan, apa yang kamu bisa berikan pada negara Bergerak satukan suara: kritis dan berkarya! Anti penyelewengan kekuasaan dan nepotisme dengan sejuta aksi yang ada Mahasiswa seakan butiran-butiran pemberi harapan cerah Tanpa mengenal rasa ragu walaupun masih belajar Maha-Siswa! Calon penerus perjuangan bangsa Hidup mahasiswa!!!

si poken

RETNO ANDRIANI | SUARA USU


18 potret budaya

SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

Meriam Tomong

Melegenda Sebagai Senjata Anti Penjajah

ALFAT PUTRA IBRAHIM | SUARA USU

Arman Maulana Manurung

Bukan tembakannya tapi suaranya, dentuman keras itu yang membakar semangat pejuang buat melawan Belanda itu. — Sertu J Sinaga, Pemandu Museum Perjuangan TNI.

P

ekik kemerdekaan menghambur ke seluruh penjuru negeri. Warga Medan tak ketinggalan girang, akhirnya mereka berdaulat atas dirinya. Namun, riuh rendah proklamasi tak berlangsung lama. Selang waktu sedikit, tepatnya Oktober 1945 tentara Belanda membonceng Inggris kembali bikin rusuh. Lagi, pribumi harus berperang dengan musuh lamanya usai terlepas dari belenggu Jepang. Pertempuran agung itulah yang nantinya dikenal Pertempuran Medan Area. Awalnya tentara sekutu datang kembali ke Indonesia dengan dalih untuk menjemput tawanan

perang dari kamp pengasingan. Meski mendapatkan sambutan baik dari Muhammad Hasan—Gubernur Sumatera pada kabinet presidensial era Soekarno, tentara sekutu malah mempersenjatai tawanan yang baru dilepas. Tak sampai di situ, seorang jenderal dari pasukan sekutu bernama T E D Kelly sempat mengeluarkan ultimatum yang melarang senjata serta penyitaan beberapa senjata yang dimiliki Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Situasi semakin memanas antara kedua pihak. Pertempuran pun pecah di seluruh wilayah Medan. Jelas ini tak menguntungkan untuk TKR, pejuang tak dipersenjatai dengan lengkap. Tembak menembak tak terhindari. Medan dihujani peluru dan dipenuhi ladang ranjau, belum lagi riuh suara meriam. Banyak usaha yang dilakukan TKR untuk mengimbangi persenjataan tentara sekutu. Tak habis akal, pribumi terus memutar otak. Mulai dari menjarah senjata dari gudang persejataan bekas Jepang, sampai memanfaatkan senjata konvensional

| Meriam Tomong yang dipamerkan di Museum Perjuangan TNI, Rabu (13/5). Meriam Tomong sering digunakan dalam pertempuran pascaproklamasi dari tahun 1946-1949. DIPAJANG

ARMAN MAULANA MANURUNG | SUARA USU

seperti arit dan bambu runcing. Namun di Medan ada satu senjata yang cukup legendaris. Meriam Tomong. Meriam Tomong merupakan meriam buatan asli pribumi. Meriam ini jauh dari kesan canggih, sekali pun dibandingkan dengan senjata lain pada zamannya. Larasnya terbuat dari batang tiang listrik, dilas dengan cara sederhana. Tak sebanding dengan mortir—sejenis meriam kecil— kepunyaan tentara sekutu. Walau begitu tak ada perbedaan mencolok mengenai fungsi dan mekanisme penggunaan dengan meriam lain. Meriam dibuat di bengkel berat di daerah Pulau Brayan. Jenis meriam ini kabarnya hanya dibuat empat buah saja. Saat ini yang terdata hanya satu meriam saja tersisa dan berada di Museum Perjuangan TNI di Jalan Kh Zainul Ari�in nomor 8, Medan. Meriam Tomong kerap menemani pejuang mempertahankan kemerdekaan dari penjajah sejak pascaproklamasi, mulai dari pertempuran medan area hingga agresi militer. Dari tahun 1945 sampai 1949. Sebenarnya senjata ini kurang efektif di medan perang. Jarak tembaknya terbilang pendek dibanding meriam lain, sulit menjangkau musuh di kejauhan . Keistemewaannya hanya terletak pada suaranya yang lebih keras dibanding meriam kebanyakan. Tujuannya untuk menakut-nakuti pihak lawan dan yang paling penting untuk membangkitkan semangat para pejuang.

“Suaranya itu yang dicari, dentumannya yang keras,” ujar Sertu J Sinaga, Pemandu Museum Perjuangan TNI. Sertu tambahkan kalau saat ini Meriam Tomong sudah tak lagi pernah digunakan. Mengingat ritual-ritual dari benda ini alias peperangan sudah tak lagi ada. Selain itu, perkembangan teknologi alutsista yang pesat membuat senjata ini tak pernah digunakan atau dibuat ulang. “Paling untuk pameran sajalah, terakhir ke USU juga pernah dibawa,” tuturnya. O mariam tomong dainang sinapan masin O mariam tomong dainang sinapan masin Akrabkah Anda dengan refrein lagu di atas? Penggalan lagu di atas merupakan refrein dari lagu daerah asal Tapanuli berjudul Mariam Tomong. Artinya kira-kira ‘meriam tomong ibu, senapan mesin’. Kebanyakan lagu daerah khususnya lagu perjuangan diciptakan antara rentang waktu 1945 sampai 1950. Tak dapat dipastikan apa ada kaitan antara Meriam Tomong dengan lagu Mariam Tomong. Namun, menurut Torang Naibaho, salah satu dosen dari Jurusan Etnomusikologi USU mengatakan momennya mendukung, antara lagu dan bendanya dari masa yang sama. Banyak lagu daerah yang dibuat guna menyemangati para pejuang saat itu. Meski begitu, baik bambu runcing, meriam tomong, maupun lagu-lagu perjuangan telah melegenda dalam kebudayaan Sumatera Utara. “Memang menceritakan pejuang itu,” tutup Torang.


riset

SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

19

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tentang Penurunan Uang Kuliah Tunggal

ILUSTRASI: RETNO ANDRIANI | SUARA USU

1. Tahu atau tidak tahukah Anda bagaimana cara menurunkan Uang Kuliah Tunggal (UKT)? Tidak Tahu

Tahu

26.30%

73.70%

Tidak Jawab

Lainnya... Dengan Bantuan Pema

Menyurati Langsung Biro Rektor

10.50%

16.20%

24.40%

48.90%

3. Jika pernah, bagaimana cara Anda mengajukan permohonan penurunan UKT?

UKT U

ang Kuliah Tunggal (UKT) merupakan sistem pembayaran uang kuliah yang berlaku di seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Indonesia sejak tahun 2013 lalu. Ketentuan ini berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 3, yakni mahasiswa hanya membayar satu komponen saja bernama UKT. Namun, sejauh ini banyak mahasiswa yang tidak puas dengan hasil UKT yang dibebankan kepadanya. Oleh sebab itu, universitas memberikan kesempatan mahasiswa untuk mengajukan permohonan penurunan UKT berdasarkan syarat-syarat yang sudah ditentukan universitas. Sejauh mana tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai sistem penurunan UKT ini? Jajak pendapat ini dilakukan dengan melibatkan 384 mahasiswa USU. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental dengan mempertimbangkan proporsionalitas di setiap fakultas. Kuesioner disebar dalam rentang waktu 2-10 April 2016. Dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan sampling error lima persen. Jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat mahasiswa USU. (LITBANG)

2. Pernah atau tidak pernahkah Anda mengajukan permohonan penurunan UKT? Tidak Pernah

Pernah

18.40%

81.60%

Tidak Jawab Sulit

Biasa Saja Mudah 5.30%

10.90%

35.70%

48.10%

4. Jika pernah, bagaimana menurut Anda birokrasi dalam penurunan UKT?


20 resensi

SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

Bertahan Hidup di Tengah Ingar Bingar Revolusi Kebudayaan Cina

Anggun Dwi Nursitha

Melalui sebuah buku yang sangat kontroversial dan fenomenal di Cina yang sempat dilarang beredar. Yu Hua mampu menyajikan kehidupan rakyat Cina secara tragis lima puluh tahun lalu akibat revolusi kebudayaan.

H

idup adalah sebuah novel karangan Yu Hua, seorang novelis tersohor yang berasal dari daratan Cina. Karya Yu Hua yang pertama kali terbit pada tahun 1993 ini sempat dilarang beredar di Cina. Disebabkan karena terlalu menggambarkan bagaimana kengerian yang melanda rakyat Cina akibat revolusi kebudayaan. Pun, kebijakan yang diambil rezim pada saat itu merupakan isu yang sangat sensitif untuk dibahas hingga saat ini. Novel yang begitu fenomenal di Cina ini menampilkan kisahnya melalui seorang tokoh bernama Xu Fugui. Seorang anak dari tuan tanah yang kaya raya. Tiap harinya ia menghabiskan waktu atas meja judi ataupun ranjang pelacur. Tak butuh waktu lama, tanpa disadari ia telah menelan ulahnya sendiri. Ia terlilit utang yang mengakibatkan semua harta warisan dari para leluhurnya ludes. Di sinilah awal mula penderitaan Fugui. Hanya tersisa bangunan di atas sepetak tanah berukuran lima mu (1 mu = 0,0667 hektar), mereka pindah ke sana. Tak lama, Ayah Fugui mati akibat tak tahan menerima kenyataan pahit tersebut. “Dulu kala nenek moyang keluarga Xu Cuma pelihara seekor ayam, ayamnya besar menjadi angsa, angsanya besar menjadi kambing, kambing dipiara terus sampai besar menjadi sapi. Beginilah keluarga Xu menjadi

VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

Judul : Hidup Pengarang : Yu Hua Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit : 2015 Tebal : 224 halaman Harga : Rp 64.000,-

kaya. Kini malah tiada tersisa,” pesan ayahnya sebelum meninggal. Lalu Ibunya pun jatuh sakit. Fugui pergi ke kota berniat mencari tabib. Namun di tengah jalan ia bertemu segerombolan pasukan nasionalis. Ia ditarik paksa untuk bergabung bersama mereka dalam melawan pasukan gerilya komunis. Ia tak bisa menolak, semakin jauh pergi malah membuat nyalinya makin padam untuk kabur. Tak ada cara, ia harus berperang dengan pasukan gerilya komunis. Dua tahun kemudian ia berhasil kembali pulang karena dibebaskan oleh tentara pembebasan saat ia menjadi tawanan pihak komunis. Pada 1958 komune rakyat didirikan. Komune rakyat adalah wilayah administrasi terkecil yang ditandai oleh pemilikan dan pemakaian hak secara bersama. Kepala dusun berubah panggilannya menjadi ketua regu. Semua harta benda milik warga harus diberikan kepada Komune Rakyat. Tak peduli besar atau kecil, bagus atau jelek, mahal atau murah yang penting satu untuk semua dan semua milik

bersama. Pun, mekanisme pekerjaan yang diatur dan dibagi sama rata sesuai dengan kualitas dan kuantitas para pekerja. Awalnya rakyat menganggap seru karena semua terbagi merata. Hanya tuan tanah yang menentang kebijakan tersebut. Tak tanggung-tanggung pemerintahan dari Komune Rakyat memang merampas seluruh tanah milik tuan tanah. Tibalah disaat semua pasokan makanan habis akibat menerapkan revolusi kebudayaan. Saat itu Cina dilanda kelaparan yang sangat hebat. Pun, pembunuhan dan hukuman juga mewarnai mereka yang berhaluan kanan, pemilik tanah dan gerakan antirevolusi dibunuh dan dihukum. Di tengah kegilaan revolusi ini Fugui menyaksikan seluruh keluarganya menghadapi rentetan kematian. Dari yang absurd hingga alamiah. Dimulai dari Youqing yang mati karena mentransfusi darah, Fengxia mati karena melahirkan, tak lama disusul oleh Jiazhen yang sakit-sakitan

dan selalu meratapi kedua anaknya yang telah tiada, Erxi menantunya juga mati tetiban dua sak semen dan yang terakhir adalah cucunya Kugen yang mati karena tersedak kacang. Penulis buku ini berhasil menggambarkan dengan jujur bagaimana peristiwa yang dilanda Cina saat revolusi kebudayaan terjadi. Bahkan novel ini menjadi saksi menolak lupa akan warna kejadian yang dialami rakyat saat

revolusi kebudayaan yang melanda Cina. Novel ini sangat cocok dibaca oleh siapa saja karena disajikan dengan kata-kata yang mudah dimengerti dan polos tanpa ada embel-embel. Yu Hua menyampaikannya jujur. Walaupun novel ini adalah novel terjemahan bergenre kontemporer, novel ini mampu menggambarkan pilu kehidupan yang cukup tragis pada waktu itu. Yu Hua mampu memberikan pesan kepada pembacanya untuk terus bekerja keras. Ini menjadi keunggulan pada novel. ‘Mengubah seekor ayam menjadi angsa, angsa menjadi kambing, kambing berubah menjadi sapi’. Semua kerja keras adalah pertahanan hidup. Melihat Fugui yang mampu menjalani hidupnya tanpa mengeluh dengan menyaksikan deretan kematian kemudian bangkit kembali bekerja keras untuk bertahan hidup. Yu Hua berhasil menggandeng penghargaan sastra internasional. Di antaranya Premio Grinzane Cavour dari Italia 1998 dan penghargaan James Joyce Foundation Award pada tahun 2002. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam dua puluh bahasa. Pun, pernah diangkat menjadi sebuah �ilm. Namun tetap saja seperti bukunya, �ilm tersebut sempat dilarang beredar di Cina. Novelis seperti Yu Hua dapat disandingkan dengan Pramoedya Ananta Toer dengan karyanya seperti trilogi roman Gadis Pantai yang dihanguskan agar bukunya tak beredar di Indonesia.


SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

iklan 21


22 iklan

SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016


SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

momentum 23

20 April 2016

13 April 2016

Tiga Lektor Lulus Verifikasi Calon Dekan FKG

Apa Kabar Sepeda Kampus?

TIGA orang lektor di Fakultas Kedokteran Gigi lulus verivikasi calon dekan. Pun ketiga calon dekan telah menyelesaikan pendidikan S3 sebagai salah satu persyaratan pendaftaran dekan. Hal tersebut disampaikan Sayuti, Ketua Panitia Penjaringan dan Penyaringan Calon Dekan FKG, Rabu (13/4). Pendaftaran dibuka sejak 30 maret hingga 8 April. Ketiga calon dekan tersebut telah mengembalikan formulir pada hari terakhir pendaftaran. Hasil verivikasi tersebut telah diberikan Panitia Penjaringan dan Penyaringan Calon Dekan kepada Dewan Pertimba ngan Fakultas. Lalu ketiga nama tersebut akan disampaikan kepada rektor melalui dekan. (Nurhanifah) 26 April 2016

Konvoi Sosialisasi Pemira 2016 2 Mei 2016

Jabbar Ali Panggabean Terpilih Jadi Mawapres USU 2016

MAHASISWA berprestasi (Mawapres) Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jabbar Ali Panggabean terpilih menjadi Mawapres USU 2016. Jabbar unggul dengan masing-masing mendapatkan nilai 100 pada makalah dan presentase hingga berhasil mengungguli ketiga belas mawapres dari fakultas lain. Demikian disampaikan Ketua Dewan Juri Pemilihan Mawapres USU 2015 Agus Salim Harahap, Senin (2/5). Ide makalah Jabbar bertajuk aplikasi android bernama RAONRAON, yang merupakan aplikasi pariwisata dengan model mirip sosial media. (Ika Putri Agustini Saragih) 3 Mei 2016

YULIEN LOVENNY ESTER GULTOM | SUARA USU

Pelantikan UKM 2016

JALAN BERIRINGAN | Kumpulan massa konvoi sesuai dengan jalur linus, Senin (25/4). Tiap KAM hanya diperbolehkan membawa dua puluh massa. (Yulien Lovenny Ester Gultom) 16 Mei 2016

Seluruh Mahasiswa USU Selamat di Bencana Dua Warna

BANJIR bandang yang melanda kawasan Air Terjun Dua Warna di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang kemarin siang tidak memakan korban jiwa Mahasiswa USU. Hal ini baru saja dikon�irmasi oleh Hubungan Masyarakat (Humas) USU Bisru Hana�i. “Berdasarkan informasi dari BNPBD (Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah–red ), semua mahasiswa USU selamat,” ujarnya siang ini. Menanggapi ini Aldi Nurcahyo Kepala Satuan Petugas TBM FK USU bersyukur sebab tidak ada mahasiswa USU yang jadi korban. Meskipun demikian, ia mengaku siap jika tetap dikirim ke daerah bencana. “Kami bersimpati kepada korban,” ungkapnya. (Ika Putri Agustini Saragih)

VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

SERAHKAN | Penyerahan Surat Keputusan Pelantikan UKM yang diwakilkan oleh UKM Resimen Mahasiswa, Jumat (29/4). Setelah pe- lantikan ini semua mahasiswa yang tergabung dalam UKM diharapkan untuk lebih berkontribusi di dalam UKM. (Vanisof Kristin Manalu)


24 profil

SUARA USU, EDISI 107, MEI 2016

Jabbar Ali Panggabean Jangan Mau Jadi Manusia Rata-rata

BIODATA

Nama: Jabbar Ali Panggabean

Tempat, tanggal lahir: Pangkalan Brandan, 09 Desember 1994

Pendidikan: •SD Negeri 050761 Sei Bilah (1999 – 2005) • SMP Yayasan Pendidikan Teknologi (2005-2008) • SMANegeri1 Sei Lepan (2008-2011) • S1 Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi USU (2012-Sekarang)

Prestasi: • Delegasi Sumatera Utara dalam National Leadership Camp 2014 di Universitas Indonesia • Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Semen Holcim 2014 • Best Participant Youthpreneur Training Camp 2015 • Delegasi Sumatera Utara dalam Young Leaders Contribution Summit • Finalis – 5 Besar Topcoder UI/UX Competition di Glastonbury 2016 VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

Santi Herlina

Dari hobinya jalan-jalan namun sering terkendala karena kekurangan budget akhirnya terpikir untuk membuat sebuah aplikasi yang bisa memberikannya solusi. Aplikasi tersebut ia beri nama Raon-raon Agar bisa mendatangi sebuah tempat wisata akhirnya Jabbar terpikir untuk membuat sebuah aplikasi yang bisa memberikan solusi dari permasalahan tersebut. Ditambah lagi banyak tempattempat wisata di Kota Medan yang hanya dijadikan sebagai tempat wisata musiman. Ramai jika di hari-hari libur saja. Aplikasi tersebut ia beri nama Raon-raon yang jika diartikan katanya adalah jalan-jalan. Aplikasi Raon-raon ini merupakan sebuah aplikasi yang memberikan navigasi tempat-tempat wisata di Kota Medan. Tampilannya persis seperti sebuah peta dalam ukuran kecil yang berisi tempat-tempat wisata. Aplikasi ini akan menampilkan tempat-tempat sesuai budget yang dimiliki si pengguna. ”Jadi pengguna bisa memilih sesuai kemampuan dompetnya,” tutur Jabbar. Budget yang ditampilkan oleh aplikasi ini dihitung berdasarkan tempat awal si pengguna ke tempat yang akan dituju. Keuntungan aplikasi Raon-raon ini menyu-

guhkan beberapa review keunikan tempat-tempat wisata yang dapat membantu pengguna untuk memilih. Ide inilah yang Jabbar bawa menjadi materi karya ilmiah untuk ikut bertarung di ajang bergengsi, yaitu Seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) USU 2016. Setelah terpilih menjadi Mawapres tingkat fakultas, Jabbar mewakili Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi menjadi delegasi seleksi mawapres tingkat universitas. Dengan kemampuan Bahasa Inggris yang dimilikinya, ia jabarkan secara detail isi karya ilmiah miliknya. Hasil presentasi aplikasi Raonraon yang ia jabarkan di depan tiga dewan juri mendapat respon yang sangat baik, dengan perolehan nilai sempurna yakni nilai seratus. Saat penentuan, Jabbar terpilih menjadi Mawapres USU 2016 mengalahkan tiga belas peserta lain. Latar belakang keluarga yang notabene-nya berasal dari kampung, membuat Jabbbar berniat untuk menaikkan derajat keluarga. ”Penginnya bisa setara sama mahasiswa lain, walaupun dari kampung,” tuturnya. Caranya dengan memaksimalkan semua potensi yang dimiliki. Saat itu Jabbar optimis bisa menang dalam seleksi Mawapres 2016. Awalnya niat Jabbar sudah muncul saat dirinya menjadi penanggung jawab mawapres tingkat Program Studi Ilmu Komputer pada 2014 lalu. Kemudian mulai mem-

persiapkan dirinya untuk ikut serta di ajang ini tahun depannya. Pada seleksi Mawapres 2015, ia pun ikut serta dan akhirnya meraih juara dua dikalahkan oleh Robert Simbolon, Mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik. Benar saja, sikap optimis yang dimilikinya terbukti dari persiapannya mengikuti mawapres ini. Persiapan aplikasi ini sudah ia canangkan sejak dirinya semester satu. Ia juga mulai melakukan pengembangan dirinya dengan sering diminta untuk mendesain web. Dari sini pulalah Jabbar bisa menghasilkan uang sendiri. Mengingat biaya kuliahnya hanya ditanggung oleh ibundanya seorang diri, sebab ayahnya telah meninggal dunia 2015 silam. Sejak kecil Jabbar sudah tunjukkan kemampuannya di bidang akademis, terbukti dari prestasinya kala itu, ia selalu mendapat rangking di sekolah. Hingga sekarang pun demikian, semangatnya belajar yang besar membuatnya ingin mempelajari semua hal. Mulai dari Desain Gra�is, Programe dan Business Plan Information Technology. Zakiah Isnaini Nasution, ibunda Jabbar mengatakan sejak kecil ia memang anak yang aktif dan anak yang sangat pintar. Terbukti dari sejak duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas Jabbar selalu mendapat rangking tertinggi. Zakiah katakan Saat Jabbar masih duduk di bangku Seko-

lah Dasar Jabbar sering mengajak teman-temannya untuk diajari saat sekolah sudah kosong. ”Kami tinggal di perumahan sekolah dulu,” ujar Zakiah. Menurut Zakiah, Jabbar adalah anak yang sangat penurut. Ia tak pernah menuntut apa pun kepada orang tua, meskipun diberi uang seadanya hingga saat sudah berkuliah sekarang. Terkait aplikasi yang dibuat Jabbar, Zakiah berkisah kala kecil Jabbar sering bermain hingga sore hari naik sepeda. Saat ditanyakan dari mana Jabbar pasti bercerita kalau ia baru saja menyusuri jalan panjang hingga sempat tersesat. “Mak ternyata jalan di sana itu bisa tembus ke sana,” ujar Zakiah menirukan Jabbar kala itu. Zakiah mengaku ia sangat terharu dengan terpilihnya Jabbar menjadi Mawapres 2016. Sebuah kebanggaan bagi Zakiah pun keluarga. Ia tidak menyangka anaknya bisa menjadi mahasiwa nomor satu di USU. Ia berharap semoga ilmunya bisa Jabbar manfaatkan dengan baik. Zakiah juga punya impian agar nantinya Jabbar bisa melanjutkan kuliah hingga S2. Mahasiswa bernama lengkap Jabbar Ali Panggabean ini ternyata sangat suka bermain catur, sebab dengan bermain catur ia mengaku sinilah manusia diuji kemampuan kompetitifnya. Hingga pada akhirnya ia memegang teguh kalimat, “Jika boleh membenci, maka bencilah kata rata-rata,” tutupnya. IKLAN


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.