Edisi 93 fix utk ol

Page 18

18 potret budaya Ngaleng Tendi

SUARA USU, EDISI 93, MEI 2013

Seni Pengembalian Roh

Ada roh manusia yang diambil roh halus. Ada guru nambari yang bisa berkomunikasi dengan roh tersebut. Inilah ritual pengembalian roh ke tempat asalnya.

WENTY TAMBUNAN | SUARA USU

ALAT

Alat musik tradisional karo Keteng-keteng (bambu besar), Kulcapi (berwarna hitam), Blibing dan Mangkok putih karo, Jumat (3/4). Alat musik tersebut dimainkan untuk mengiringi ritual Ngaleng Tendi.

Renti Rosmalis

S

ekitar empat tahun lalu, seorang pemuda Karo pergi mengambil rotan ke hutan. Selepas pulang dari hutan ia tampak berbeda, seperti orang yang kehilangan akal sehat. Bicaranya asal-asalan, kadang murung, ketakutan dan bertingkah aneh. Keluarganya jadi gelisah. Mereka pun mencari tahu apa yang terjadi pada si pemuda. Kerabatnya bilang, tendi atau rohnya telah diambil roh halus. Keluarga pun mencari orang pintar untuk penyembuhan yang mereka panggil guru nambari. Jasa Tarigan, ialah seorang guru nambari yang dipanggil. Sejak umur 15 tahun ia sudah menerima kelebihan untuk dapat berkomunikasi dengan roh halus, hingga bisa menyembuhkan orang sakit akibat roh halus. Melihat keadaan pemuda itu Jasa membenarkan bahwa tendi si pemuda tidak berada dalam raganya lagi. Keluarga pun disuruh mengumpulkan sebelas macam daun-daun di hutan, disebut bulung-bulung si melias gelar. Dedaunan itu dimasukkan dalam keranjang dan dililitkan kain putih, lalu diletakkan di

atas kepala yang sakit. “Tak boleh kurang satu jenis pun. Harus lengkap semua,” tegas Jasa. Saat diletakkan di atas kepala si pemuda, keranjang itu bergetar kuat. Itu menandakan tendi pemuda memang diambil. Saat semua yakin, ritual penyembuhan dilaksanakan. Ada dua pilihan, ngaleng tendi atau raleng tendi. Raleng tendi dilakukan dengan mengajak ba­­nyak­ orang, semua sanak saudara hingga masyarakat kampung. Sedangkan ngaleng tendi hanya disaksikan dan dilakukan oleh keluarga dan kerabat yang sakit. Untuk melakukan ritual ngalen tendi, harus dicari hari baik berdasarkan kalender Karo. Saat sudah ditemukan, maka ritual di mulai. Ritual pertama yaitu erpangil pulau atau menyucikan tubuh si pemuda menggunakan tujuh macam jeruk. Ini dilakukan siang hari dengan membasuh air jeruk ke kepala oleh nambari. Setelah selesai dan dibawa pulang, malam harinya ada ritual puncak. Di sini, roh asli pemuda akan dikembalikan dalam tubuhnya. Guru nambari berfungsi sebagai media perantara antara roh halus dengan keluarga pemuda yang menginginkan kesembuhan.

Mulanya ada tarian dan nyanyian yang dilakukan guru nambari untuk memanggil tendi yang tertahan. Dimulai dari tari-tarian karo yang diiringi oleh alat musik tradisional Karo yang terbuat dari bambu. Balobat, keteng-keteng, mangkok. Orang yang memainkan alat musik pengiring pun bukan sembarangan, harus yang mengerti ritual tersebut. Saat menari, guru nambari menggunakan sarin teneng, kain hitam khas Karo. Juga disiapkan beberapa perlengkapan ritual, dari kemenyan yang digunakan untuk memanggil roh halus, hingga beras yang dimasukan dalam keranjang. Ritual pun dimulai. “Mari-mari. Mari kam kurumah tendi”. (Wahai roh, kembalilah ke tempat asalmu). Itulah sebait nyanyian yang digunakan untuk memanggil roh yang ditahan. Nyanyian dan tarian akan terus berlangsung hingga roh benar-benar terpanggil. “Kadang bisa sampai dua jam. Tergantung kepandaian si dukun itu memanggilnya,” terang Jasa. Jika roh sudah terpanggil, roh akan merasuki tubuh guru nambari. Saat itulah roh halus akan bicara dengan pihak keluarga si pemuda. Ia akan menjelaskan penyebab masuknya ia pada tubuh manusia. Lalu, pihak keluarga akan meminta roh halus untuk mengembalikan rohnya. Mereka berunding, ada nasihat-nasihat yang diberikan oleh roh halus, misal agar tidak buang air kecil sembarangan atau mengotori tempat-tempat yang ternyata huniannya. Setelah kedua belah pihak selesai berdiskusi, maka dengan segera akan kembali lah tendi si pemuda. Selama ritual, ia hanya duduk menyaksikan seper­ ti orang linglung. Meski dalam keadaan kesurupan, guru nambari masih bisa mengontrol diri hingga roh halus keluar dari tubuhnya. Tendi pemuda telah kembali, semua ritual pengembalian telah dilaksanakan. Si pemuda pun kembali sehat. Menurut Jasa, kunci dari penyembuhan ini adalah keyakinan. Saat seseorang atau keluarga yakin bahwa dengan melakukan ini akan menyembuhkan maka ia bisa sembuh. Dilestarikan Jadi Seni Tari Perikutan Tarigan, Ketua Lembaga Kesenian sekaligus dosen Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) menjelaskan ngaleng tendi kini semakin ditinggalkan masyarakat Karo. Pasalnya, ngaleng tendi dianggap tidak sesuai lagi dengan ajaran agama dan rasional masyarakat. Perkembangan dunia medis turut menyebabkan ritual ini semakin langka. Ditambah lagi, orang yang sakit mulai jarang terutama yang kehilangan tendi. Jasa sepakat dengan hal tersebut. Saat ini sudah mulai jarang ada orang yang meminta tolong untuk dibuatkan ritual ngaleng tendi. Kalau pun ada, ritual tersebut diadakan diam-diam karena takut dianggap primitif. Bahkan pernah didakan hanya berdua antara guru nambari dan si pasien yang kehilangan tendi. “Malu sama tetangga katanya,” ujar Jasa. Menyiasati hilangnya tradisi unik ini, kreasi ta­rian yang dilakukan oleh dukun ngaleng tendi pun diciptakan. Beberapa sanggar mulai mengkreasikan dan menampilkan tarian ini dalam pementasan seni tradisional Karo. Perikuten menjelaskan, dukun adalah tokoh utama dalam tarian ngaleng tendi. Sisanya hanya pengiring dan pemain musik yang jumlahnya bisa berapa saja. Alat-alat yang digunakan pun tidak sama persis seperti yang digunakan dukun asli. Hanya beberapa bahan seperti bunga-bungaan, agar mirip dengan sesajian untuk ritual. Tak ada unsur mistis dalam tarian, murni hanya seni. “Kita bukan mau mengajak orang percaya dengan ritual ngaleng tendi, kita hanya mau memperlihatkan seni melalui tarian si dukun,” pungkas Perikuten.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi 93 fix utk ol by SUARA USU - Issuu