HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK SUMBAWA ECERAN Rp 4.500
Rp. 75.000 Rp. 80.000
SUARA NTB Pengemban Pengamal Pancasila
SELASA, 31 MARET 2015
16 HALAMAN NOMOR 25 TAHUN KE 11 Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Dalami Kasus Bupati Lobar
KPK Panggil Empat Saksi
Jakarta (Suara NTB) KPK terus mendalami kasus dugaan pemerasan terhadap investor yang disangkakan melibatkan Bupati Lombok Barat (Lobar), Dr.H.Zaini Arony dalam penerbitan izin pembangunan kawasan wisata Meang, Sekotong. Senin (30/3) kemarin, komisi antirasuah memanggil empat orang saksi dari PNS lingkup Pemkab Lobar dan pihak swasta. Daerah Lobar, Ahmad Firman Khudry, dan seorang guru bernama Arifin. ‘’Ketiganya diperiksa sebagai saksi untuk tersangka ZA (Zaini Arony),’’
jelas Kabag Pemberitaan KPK Priharsa Nugraha, kemarin. Selain tiga orang PNS tersebut, penyidik juga memanggil satu orang dari pihak swasta
(Suara NTB/ars)
Saksi-saksi tersebut masing-masing, Kasubag Tata Usaha Pemkab Lobar, Hairul Fikri, staf Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan
bernama Lalu Sunandar sebagai saksi dari Zaini Arony. Terpisah, anggota tim pengacara Bupati Lobar dari NTB, Irpan Suriadinata SHI, MH,juga menginformasikan bahwa KPK juga memeriksa ajudan Zaini Arony. ‘’Memang benar ajudan Bupati diperiksa KPK hari ini (Senin kemarin red),’’ ujar Irpan via telepon seluler kepada Suara NTB.
Informasi pemeriksaan terhadap ajudan Bupati ini katanya, diketahuinya dari tim penyidik KPK. Terkait dengan pemeriksaan Bupati pascaditahan oleh KPK, menurut informasi dari penyidik KPK kata Irpan sudah hampir tuntas 80 persen dan tinggal melengkapi keterangan dari saksi-saksi. Bersambung ke hal 15 PANEN - Warga Darek, Loteng sedang menimbang gabah yang baru saja dipanen. Ketergantungan petani setempat terhadap tengkulak masih dominan. Sebab Bulog belum bisa hadir memborong langsung gabah petani dengan harga layak.
Panen Mulai, Harga Gabah Anjlok Praya (Suara NTB) Posisi petani memang tidak selalu diuntungkan setiap musim panen tiba. Awal tahun ini, hasil jual gabah tak memuaskan, bahkan cenderung anjlok. Padahal harga beras di pasar tradisional melambung.
TO K O H Belum Sesuai Harapan KENAIKAN harga BBM jenis premium dan solar saat ini pasti akan berdampak terhadap masyarakat. Untuk itu, Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi meminta pemerintah pusat untuk segera merealisasikan program-program kompensasi akibat kenaikan harga BBM untuk meminimalisir gejolak yang dapat timbul di masyarakat. Bersambung ke hal 15 TGH. M. Zainul Majdi
KO M E N TTAA R
(Suara NTB/dok)
Tetap Menolak PEMPROV NTB tetap menolak rencana PT. Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) yang akan mengambil material pasir laut di perairan Lombok Timur (Lotim). Tahun 2014 lalu, Pemprov NTB menolak secara tegas pengambilan material berupa batuan oleh TWBI melalui surat Gubernur dengan No. 660/240/1/BLHP/2014 yang ditujukan kepada Ketua Komisi Penilai Amdal Pusat Kementerian Lingkungan Hidup. Bersambung Hery Erpan Rayes ke hal 15 (Suara NTB/dok)
Keluhan itu dilontarkan Eka Fitriani (40), petani asal Dusun Gambir Desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah (Loteng). Harga gabah yang baru saja dipanen, hanya Rp 330.000 per kuintal (100 Kg). ‘’Setimbang (sebutan 100 Kg) murah
sekarang, cuma Rp 330.000,’’ sebut Inaq Eka, sapaannya, ditemui saat memantau kegiatan panen di lahannya seluas 1,25 hektar di dusun setempat. Itu pun akan tergantung kualitas bulir padi yang bisa diamati langsung. Jika pengepul atau tengkulak menganggap
Empat Investor Eropa Berminat Investasi Bangun Bandar Kayangan
Serinata : Golkar Terbelah, Parpol Lain Untung Mataram (Suara NTB) Konflik di DPP Partai Golkar sangat disayangkan oleh sesepuh Partai Golkar di NTB, Drs. H. L. Serinata. Mantan Ketua DPD Partai Golkar NTB ini menganggap, konflik bisa mendatangkan keuntungan bagi partai lain jika tak disikapi dengan bijak oleh para kader Golkar di NTB. Pandangan itu disampaikan Serinata saat ditemui Suara NTB di kediamannya, Senin (30/3) kemarin. Serinata menyampaikan, saat ini Golkar memang memegang kunci dalam peta politik di NTB. Hal ini terlihat dari banyaknya kursi yang telah diraih partai beringin di DPRD Provinsi NTB maupun DPRD kabupaten/kota. Namun, imbas dari perpecahan yang terjadi di DPP Golkar, dianggap bisa menimbulkan dampak berantai yang kontraproduktif
bulir padi bagus, maka maksimal harganya Rp 350.000. Tapi harga maksimal itu tidak jadi jaminan. Tergantung hasil nego, karena jika benar benar butuh uang, maka dia dan warga lainnya akan menjual dengan harga minimal. Bersambung ke hal 15
bagi Partai Golkar di NTB. “Kalau gonjang ganjing, ya, kalau bergolongan-golongan, di tingkat dua akhirnya juga situasinya resah. Padahal kursi-kursi sekarang tergantung pada Golkar. Tapi ini kan tidak kondusif,” ujarnya. Mantan Gubernur NTB ini menganggap, saat ini parpol lain bisa saja mengambil manfaat dari memburuknya kondisi di internal Partai Golkar di NTB. Ia menegaskan, momentum terombang-ambingnya sikap politik para pengurus, kader dan simpatisan bisa saja dimanfaatkan untuk merebut simpati para pemilih tradisional Golkar. Jika ini berlanjut, maka hal ini bisa mengakibatkan kerugian bagi figur kepala daerah yang diusung Golkar di Pilkada. “Karena mereka itu akhirnya jadi massa mengambang yang gampang direbut oleh figur dari partai lain,” ujarnya. Bersambung ke hal 15
Mataram (Suara NTB) Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BKPM-PT) NTB, Ir. H. Ridwansyah, M.Si mengungkapkan sebanyak empat investor asal Eropa dan beberapa investor dalam negeri berminat menanamkan investasinya untuk membangun Bandar Kayangan atau Global Hub di Lombok Utara. “Empat dari Eropa dan beberapa dari dalam (negeri). Ini yang akan kita pertemukan investor ini kalau memang memungkinkan bertemu Pak Presiden saat menghadiri Tambora Menyapa Dunia 11 April mendatang,” kata Ridwansyah dikonfirmasi di Kantor Gubernur, Senin (30/3) siang. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/dok)
H. Ridwansyah
Tak Ingin Kecolongan Lagi
Disnakeswan Tarik Lahan Sembilan Hektar dari GNE Mataram (Suara NTB) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB, menarik kembali lahan seluas sembilan hektar yang berlokasi di samping Rumah Potong Hewan (RPH) Banyumulek, Lombok Barat (Lobar). Sebelumnya lahan ini telah diserahkelokan kepada PT. Gerbang NTB Emas. Penyerahan lahan tersebut kepada perusda ini, sebelumnya untuk memenuhi syarat yang diminta oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) kepada GNE untuk menyiapkan lahan seluas 10 hektar untuk pengembangan rumput untuk penggemukan ternak. Sayangnya, kerjasama investasi antara GNE dan RNI putus di tengah jalan
kerjasama dengan PT. RNI. Juga karena ketidakjelasan kerjastidak ada bantuan dalam bentuk ama yang disebut-sebut topendanaan, untuk memenuhi satal investasinya sampai Rp rana dan prasarana yang ada di 75 miliar. GNE agar kerjasamanya bisa “Begitu tidak ada kejelaberjalan sesuai harapan. san kerjasama kedua beSeperti diketahui, PT. RNI lah pihak, kita langsung sebegai salah satu BUMN yang tarik kembali lahan tersebergerak di sektor peternakan, but,” kata Kepala Disbeberapa waktu lalu tenakeswan Provinsi NTB, Hj. lah membangun Budi Septiani dihubungi di kesepakatan untuk Mataram, Senin (30/3) berinvestasi di kemarin. NTB. Dengan Diterangkan, menggandeng tidak ada bantuan PT. GNE, inlain yang diberivestasi sebesar kan kepada Rp 75 miliar GNE untuk Hj. Budi Septiani yang kini nihil memenuhi (Suara NTB/dok)
itu dihajatkan untuk penggemukan sapi, hingga pemotongan. Daging sapi yang dipotong selanjutnya akan dikirim ke beberapa daerah lain. Tapi sayangnya, investasi ini kandas di tengah jalan. PT. Berdikari yang juga menjadi salah satu BUMN yang bergerak di bidang penggemukan sapi, telah siap menjadi mitra kerjasama, menggantikan poisi PT. RNI. Namun Budi menyebut, pihaknya mesti berhati-hati. Sebab dikhawatirkan peristiwa serupa akan terulang. Namun dijekaskan Budi, pihaknya sudah memberikan penekanan kepada PT. Berdikari, bahwa kerjasama bisa dilaksanakan jika BUMN tersebut benarbenar serius. Keseriusan PT. Berdikari, Bersambung ke hal 15