SM Selembar / Edisi ke 2 periode 13/14 (Oktober 2013))

Page 1

Sang Penyambung Nada

Free Talk

Oleh: Eryanto Rizky Syahbani* Ketika pertama kali diminta untuk menuliskan tentang eksistensi lembaga kampus saat ini, hanya lembaran kertas kosong yang terpikirkan. Ya, kertas kosong yang terpikirkan apabila hanya lembaran baru yang dibuka tanpa pernah dituliskan sesuatu. Sesuatu peran dari drama dinamika kampus yang sangat rumit untuk ditafsirkan hanya lewat kata dan nada. Kondisi sekarang saat ini, peran lembaga menjadi ajang mengeksiskan diri, pencetak sertifikat, hingga ajang “kumpul-kumpul” agar terlihat hidup. Ditambah lagi dengan paham keakuan masing-masing; kampusku, organisasiku, idiologiku, dan keaku-akuan yang lain. Namun, sebenarnya terlalu naif jika saya hanya mengatakan hal tersebut saja. Karena masih banyak pula lembaga yang berperan sangat aktif memainkan perannya sebagai lembaga mahasiswa.

lagi ketika membahas tergantung kebenaran habisnya.

Edisi 2/Oktober 2013

membahas sesuatu yang “ideal”, adalah suatu sudut pandang, baik dan buruknya dari sisi mana kita melihat. Pencarian ataupun kesalahan takkan pernah ada

Namun, peran sebagai penyambung nada mahasiswa adalah peran mutlak yang harus dilakukan oleh setiap lembaga mahasiswa, apapun fungsi dan peran lembaga mahasiswa tersebut. Nada kegusaran, nada kemarahan, nada kekesalan, hingga nada yang tercipta karya. Semua itu harus disalurkan kepada “si pembuat peraturan” atau menciptakan “panggung” untuk setiap nada yang tercipta karya. Tak hanya sampai disitu, pengawalan dalam prosesnya hingga tercapainya tujuan atau kesepakatan menjadi peran vital lainnya sang penyambung nada, selain hanya menciptakan program kerja tok. Sesungguhnya sangatlah panjang ketika membahas peran sesungguhnya, idealnya, dan –nya–nya lain yang takkan pernah habis. Saat ini mari menoleh ke kaca sejenak, sudah sejauh mana fungsi lembagamu berjalan? Lalu mahasiswa lain, mari tengok kaca lainnya. Apakah selama ini menjadi untuk tidak peduli itu menyenangkan? Semua disini saling berkaitan dan sudah seharusnya bersinergi untuk membentuk “sesuatu” yang di inginkan bersama menyalurkan nada yang indah dan merdu untuk dinyanyikan. Hingga tidak ada lagi pertanyaan, “apa fungsimu?”

Editorial

Elegi

Berbicara mengenai Unisba adalah hal kompleks yang selalu menjadi obrolan hangat di sore hari. Kampus ini Sudah setengah abad berdiri besar bersama dengan segala problematikanya. Tak pelak, hal itulah yang menjadi santapan renyah dalam obrolan-obrolan tersebut. Dalam perjalanannya, kampus ini bisa dibilang masih lugu. Belum adanya hak merk akan logo Unisba yang berlambang Ka'bah ini akan sangat merugikan kedepannya. Itulah yang menjadi pembahasan di edisi Suara Mahasiswa Selembar kali ini. Untuk menghangatkan suasana kembali, mari kita tengok kondisi terkini dari lembaga yang konon katanya hanya dijadikan ajang eksis belaka. Selamat Membaca Pemimpin Redaksi Yanyan Andryan

Logo Unisba Belum Mendapatkan Hak Merk Teks : Adil Nursalam & Roby Iskandar Foto : Roby Iskandar

Sedari 1958 dimana logo unisba lahir, ternyata baru Februari tahun ini lah gambar “Ka'bah” itu diajukan hak merknya kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJHKI). Sampai sekarang pun Unisba masih belum mendapatkan sertifikasi atas hak merknya. Secara hukum, Sama halnya ketika membicarakan peran apabila merk dari Unisba lembaga yang “ideal”, sangatlah sulit ketika harus tidak pernah didaftarkan ke men-judge lembaga itu baik atau buruk. Karena DJHKI, maka akan setiap masing-masing lembaga tentu saja menimbulkan kerugian. Salah mempunyai “goal” yang berbeda, tergantung satunya tidak memiliki hak fungsi dan peran yang mereka mainkan. Ditambah eksklusif atas mereknya *Penulis adalah ketua Keluarga Mahasiswa sendiri. “Mendaftar atau tidak Jurnalistik (KMJ) periode 2012-2013 mendaftar dipersilahkan saja. Hanya bila tidak didaftarkan Unisba tidak memiliki hak Eksklusif. Hak menggunakan dan melarang orang lain untuk menjiplak,” ungkap Tantty Aryani Ramli, dosen Fakultas Hukum. Kendati demikian, Wakil Rektor 1 Edi Setiadi menyatakan bahwa itu bukanlah masalah besar dan menjamin Unisba akan tetap bertahan apabila hal ini akan menjadi sebuah sengketa. “Ada tiga nama yang memakai nama Unisba, Universitas Islam Batik di Solo, Universitas Islam Balitar, dan Unisba Bandung. No Pimpinan Umum: Agus Tri H., Wakli Pimpinan Umum: Chaedar A., Sekretaris Umum: Tiara P., Bendahara Umum: Neneng D. S., problem, jika ada masalah pun Unisba akan terdepan Pemimpin Redaksi: Yanyan A., Sekretaris Redaksi: Luthfi A., Redaktur Pelaksana Cetak: Bobby A. P., Redaktur Pelaksana karena yang lebih terkenal Unisba Bandung” paparnya. Online: Adil N., Redaktur Bahasa: Ravi A. F., Riska H., Fitrizal R., Regina R., Redaktur Foto: Muhammad S. Y., M. Ghofur, Jamhur, ketua kabag kerjasama yang Redaktur: Rina K., Ghaisani M., Desyane P., Ita M., Windy W., Leni A., Alifta R., Artistik: Annisa V., M. Roby I., Syifa L., Teti Diana, mengirimkan persyaratan kepada DJHKI menuturkan, Sugiharto P., M. Kahfi Jati, Tri Wahyu, Pemimpin LitBang: Karel, Sekretaris LitBang: Desy A., Sumber Daya Manusia: Gana K., Yulianti, Risqa S., Penelitian dan Pengembangan Media: Oryzandi S., Dimas S., Indiana P., Rimma A., Rumah Tangga: Dara Q., proses memberikan sertifikasi kepada suatu merk Gita M., Nadya O., Kamilia A., Pemimpin Perusahaan: Harris D., Sekretaris Perusahaan: Nindy N., Promosi dan Iklan: Putri N., instansi memerlukan waktu yang lama. Mereka harus Rima M. K., Produksi: Dina K. U., Ajeng S. F., Ema R., Sirkulasi: Muhammad N., N. Nita S. melakukan survey kepada beberapa merk yang lain untuk

Klik

www.suaramahasiswa.info Nakal, Tajam, Menggelitik

4

www.suaramahasiswa.info

New Message

menghindari kesalahan. “Proses paling cepat itu satu tahun untuk mendapatkan hak merk, tidak sebentar,” tutur Jamhur. Namun, Asumsi yang salah pun terdapat dalam surat yang diajukan pihak Unisba ke DJHKI. Unisba malah mengajukan hak cipta/karya, bukan hak merk. Catatan yang harus diingat: logo bisa diartikan juga sebagai identitas merk jika sebuah logo digunakan oleh seseorang atau badan hukum, tujuannya untuk membedakan keberadaanya dari yang lain, misalnya membedakan Unisba dengan kampus lainnya. Maka itulah, Unisba dianggap kurang tepat bila mengajukan hak cipta atau karya. Hal diatas dipertegas oleh penjabaran Tantty. “Bila hanya logo semata itu masuk dalam hak karya. Tapi bila selama ini kita sudah membuktikan logo itu dipakai sebagai identitas di almamater, logo-logo yang menunjukan tempat-tempat Unisba, amplop dan kop surat, website dan di iklan-iklan. Berarti logo tersebut sedang difungsikan sabagai tanda yang membedakan dari universitas lain. Jadi itu masuk ke dalam kriteria merk” tukasnya. Tantty pun menyatakan, bahwa Unisba wajib memiliki sertifikasi dari DJHKI guna menjamin kepastian hukum “Bukan alangkah baiknya tapi wajib Unisba memiliki sertfikat hak merk dari DJHKI tersebut, untuk menjamin kepastian hukum,” Tutupnya.

www.suaramahasiswa.info

1


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
SM Selembar / Edisi ke 2 periode 13/14 (Oktober 2013)) by Suara Mahasiswa - Issuu