Majalah Suara Mahasiswa Edisi 25

Page 40

Artikel Khusus ’kuningisasi’ di beberapa daerah, yang juga berimbas pada kecurigaan terhadap mahasiswa UI yang berjaket kuning, sebagaimana yang ditulis pada bagian awal. Persoalan jaket kuning dekat dengan kepentingan politik Golkar, memang juga sempat mencuat ke permukaan ketika sekelompok mahasiswa UI mengenakan jaket almamaternya dalam suatu kegiatan yang dicanangkan salah seorang Ketua Golkar, Abdul Ghafur. Wadahnya adalah Mahasiswa Pembangunan Indonesia (MPI). Beberapa media massa ibukota sempapt memuat beritanya. Dedi, mahasiswa Jurusan Ilmu Politik FISIP UI, yang sempat ditemui reporter SM menolak berkomentar tentang keterlibatannya di MPI. Menurutnya soal itu akan dijelaskan setelah Kongres MPI. ”Saya berharap agar mahasiswa UI memanfaatkan jaket kuning dengan sebaik-baiknya untuk kegiatan positif bagi banyak pihak dengan tidak menyakiti pihak lain,” katanya. Untuk persoalan itu Drs. Umar Mansyur M.Sc., PR III UI, menjelaskan bahwa jaket kuning hanya bisa dipakai untuk kegiatan resmi UI. ”Di kalangan mahasiswanya diwakili oleh organisasi kemahasiswaan formal di UI”, katanya. Hal itu pun dibenarkan oleh Doddy Ahmad Fauzy, fungsionaris SM FISIP UI. Sedangkan Abdul Gha-

fur mengakui bahwa MPI belum mempunyai seragam sendiri, karena itu mahasiswa sepakat untuk menggunakan seragam almamaternya. ”Kalau itu tidak dibenarkan, lain kali jangan dipakai,” ungkapnya, sebagaimana diberitakan Gatra. Untuk itu, Tim Laput SM berupaya mencari kejelasan tentang sejauh mana hubungan antara UI dengan Golkar. Drs. Freddy Latumahina, anggota Fraksi Karya Pembangunan DPR RI, ketika dikonfirmasikan SM menjelaskan bahwa jaket kuning dan beringin UI berbeda dengan jaket kuning dan beringinnya Golkar. Kedua atribut Golkar itu pun lahir lebih dari lima belas tahun setelah kelahiran atribut -mahasiswa UI (1955-1970-an). Ketua I Dema UI Periode 1969-1971 ini mengatakan bahwa tidak ada sangkut pautnya antara kuningnya UI dengan beringinnya Golkar. ”Kuningnya Golkar adalah kebangsaan, sedangkan kuningnya UI adalah keemasan ilmu pengetahuan. Begitu pun beringinnya UI merupakan beringin ilmu pengetahuan, sedangkan beringinnya Golkar merupakan beringin yang dikutip dari pancasila. Jangan lupa itu,” kata alumni Jurusan Filsafat FSUI dan sarjana muda FMIPA UI ini. Dengan demikian tidaklah beralasan jika ada pihak yang mengidentikkan

38 SUARA MAHASISWA NO.25/XVI/2009

UI dengan Golkar. apalagi jika ada yang mengatakan bahwa kuning dan beringinnya Golkar terinspirasi dari kuning dan beringinnya UI, sekali pun sebagian dari pendiri Sekber Golkar berasa dari UI. Cholifah B. pun sependapat. ”Itu hanya suatu kebetulan saja. Sah-sah saja. Kan tidak dilarang,”katanya. Sekalipun demikian masih ada yang menganggap bahwa mungkin saja secara psikologis Golkar terinspirasi oleh UI. ”Apalagi pada waktu kelahiran Golkar tampuk pemerintahan (Orde Baru. Red.) berlatarbelakang gerakan ’66, yang identik dengan UI,” cetus Hadi Sugiharto, mencoba menganalisa. Keterlibatan mahasiswa UI sendiri dengan Golkar sudah dimulai sejak diberikannya latihan militer kepada mahasiswa UI, jauh sebelum Golkar menjadi Organisasi Sosial Politik. Pada bulan Januari 1962, misalnya, mahasiswa UI memobilisasikan diri dan ikut dalam Apel Besar Golongan Karya. Kegiatan ini merupakan pelaksanan dari Tri Komando rakyat yang bermaksud mengembalikan Irian Barat ke pangkuan RI. Latihan militer dilakukan secara teratur di Lapangan Banteng. Latihan dilaksanakan oleh Peperda Jaya dengan Mayor Agus Djamili BcHk sebagai komandan pertama mahasiswa Jakarta. Ternyata kemudian bukan


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.