Gerbatama ini UI! April 2010

Page 8

bentang

Parang Topo yang Memprihatinkan

foto: Naisha Haraini SUMA

Universitas Indonesia memiliki sarana dan infrastruktur penunjang pembelajaran dan riset penelitian pengembangan yang lengkap. Namun, tidak semua fasilitas sarana dan prasarana perkuliahan dapat terjaga, terawat, dan berfungsi dengan baik. Salah satu dari fasilitas itu adalah laboratorium Parang Topo yang kini memprihatinkan. Parang Topo merupakan laboratorium yang didirikan sekitar tahun 1994 oleh dosen Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Laboratorium ini terletak di antara FMIPA dan FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat), berjarak sekitar seratus meter dari FMIPA. Pada awal berdirinya, Laboratorium yang namanya sama dengan nama pendirinya ini difungsikan sebagai sarana penelitian pengembangan energi matahari, “Pada mulanya Parang Topo difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat-alat pemanfaatan tenaga surya,” tutur Malvino, pengurus dan pengawas laboratorium tersebut. Fungsi ini kemudian mengalami beberapa perubahan. Parang topo kemudian dialihfungsikan menjadi industri kecil

8

yang memproduksi minuman dan obat berbahan lidah buaya bernama Kavera. Kini, laboratorium tersebut telantar dan hanya berfungsi sebagai gudang penyimpanan Kavera pasca berhentinya proses industri. Nasib industri Kavera sendiri tidak jauh berbeda dengan nasib praktik fungsi pendahulunya. Menurut Malvino, masalah internal keuangan dan manajemen yang kurang baik menjadi sebab terhambatnya proses industri. Keadaan ini telah berlangsung sejak Februari lalu. “Statusnya sih nggak jelas. Sebenarnya, karena ada masalah internal, dari bulan Februari tahun ini udah nggak jalan,” kata Malvino. Demi bangkitnya kembali proses produksi Kavera, Malvino dan pengurus lainnya masih terus berupaya membangun kerja sama dengan berbagai perusahaan. “Kita sedang terus coba untuk mengadakan kerja sama dengan perusahaan lain,” tambahnya. Tanggung Jawab pengelolaan Parang Topo kini dipegang oleh pihak dekanat FMIPA. Hal ini dapat dikatakan tidak mengalami perubahan. Karena sejak berdirinya, Laboratorium yang memiliki luas 5000 meter persegi juga ditangani oleh Pak Parang Topo sendiri yang saat itu merupakan dekan FMIPA dan ketua jurusan Fisika. Pengalihfungsian Laboratorium menjadi industri Kavera sendiri, seperti telah sedikit disinggung di atas, terjadi karena alat-alat pendukung penelitian berangsur habis dicuri orang-orang tidak bertanggung jawab. “Dulu peralatannya di sana lengkap, ada alat untuk mengukur kecepatan angin, arah angin, ada peralatan klimatologi, curah hujan, itu komplit di situ. Tapi yang terjadi itu di sana sering kemalingan, alat-alat yang tadi itu hilang dicuri”. Jelas Dr. A. Harsono Soepardjo, M.Eng selaku salah seorang rekan Pak Parang Topo, saat ditemui di ruang kerjanya. Kondisi fisik bangunan laboratorium ini terlihat memprihatinkan. Pagar keamanan pembatas wilayah sudah lapuk termakan karat dan terlilit tumbuhan merambat. Kondisi ironis ini juga makin lengkap dengan halaman depan laboratorium yang tertutupi rumput dan ilalang tinggi yang semakin menyamarkan keberadaan Parang Topo. Keadaan itu dibenarkan oleh Ali Hasan, mahasiswa FMIPA UI, “kalau saya lihat gedungnya seperti tidak kerawat . Gedungnya agak ke dalam terus rumput depannya juga tinggi-tinggi.” Kondisi ini adalah salah satu kondisi yang harus diperbaiki untuk membangun koherensi antara teori dan manifestasi di balik nama besar UI sebagai World Class Research University. Perhatian pihak universitas hendaknya ditambah untuk masalah yang menyangkut sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran dan penelitian. Arianto Aji, Hapsari Kusumaningdyah


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Gerbatama ini UI! April 2010 by Suara Mahasiswa Universitas Indonesia - Issuu