Soerat Kabar Sanur: Edisi Live-In

Page 8

Je CandiPrambanan #1 #1 EDISI Live In 2023 KESERUAN KEGIATAN DI KESERUAN KEGIATAN DI LLIVE-IN IVE-IN 22023! 023! C E R I T A G A D I S - G A D I S U R S U L A SOERAT KABAR SANUR SOERAT KABAR SANUR ANAK MERAPI,SEMANGAT, BUDAYA,PUNYA HARGA DIRI! Desa Juwono Pasar Muntilan

DAFTARISI: DAFTARISI:

Halaman1

SalamRedaksi

Halaman2-3

KebersihanLingkungan

Halaman4-10

KegiatanBaktiMasyarakat

Halaman11

PandanganWarga

Halaman12

Berita

Halaman13-20

Deskripsi Pasar Muntilan, Kegiatan sehari-hari, Cerpen, Puisi, Profil

Halaman21

DayaJuangMasyarakat

Halaman22

TekaTeki

NASI DOA RASANYA GURIH, SELAMAT MEMBACA TERIMA KASIH!

SALAM REDAKSI

Kepada para pembacasetia

Soerat Kabar Sanur, Apa kabar semuanya? Semoga baik-baik saja, ya.

Akhirnya, majalah edisi live-ininitelah rilis! Kami harap

live-in

majalahkamidapatmenjaditempatuntukberbagicerita danmemperluaspengetahuanmengenaikisahpojok-pojok

kecil nan penuh kasih di desa Muntilan.Terimakasih!

Salam hangat, TimRedaksi

IndiraJemima BasaniaSilitonga VerenaGoldy Natania NicoleSeraKussoy
1
AgathaAddindaAyu Paredatu AyuwidiaVimalaGiri

MenjagaKebersihanLingkungan

Pentingnya Tanggung Jawab Bersama

Dalam beberapa tahun terakhir banyak sekali perubahan terjadi dalam kehidupan kita seharihari akibat pandemi Covid-19, terutama dalam perubahan kebersihan dan kepatutan terhadap protokol kesehatan. Itu seharusnya menjadi sesuatu yang kami lakukan bahkan sebelum pandemi. Sekarang, beberapa tahun telah berlalu sejak munculnya pandemi. Apa yang berubah sejak pandemi dimulai? Apakah masyarakat masih tetap menjaga ketat protokol kesehatan? Apakah kebersihan lingkungan dituntut di lingkungan sekitar kita? Yuk, simak artikel ini!

SMP Santa Ursula Jakarta mengadakan kegiatan live-in untuk murid kelas 8. Murid-murid dapat melihat dan mengamati kebersihan di lingkungan sekitar mereka. Disini kita akan membahas mengenai protokol kesehatan dan kebersihan lingkungan di perjalanan, khususnya di rest area saat pemberangkatan menuju Magelang, di Desa Juwono, dan tempat wisata dalam perjalanan balik ke Jakarta.

Berikut pengamatan kebersihan lingkungan dalam kegiatan Live-in 2023:

Rest Area KM 102 A 1.

2. Rest Area KM 338 A

Rest Area KM 102 A terletak di kawasan

Subang. Di Rest Area KM 102 A terdapat toilet yang aman dan terlihat bersih. Di toilet tersebut juga disediakan wastafel untuk menjaga kebersihan dengan mencuci tangan. Tetapi hal yang tidak mengesankan tentang rest area ini adalah sampah yang berserakan di jalanan dan tempat duduk. Itu membuat jalanan terlihat kotor dan tidak enak dipandang. Di rest area ini juga ada kekurangan akan tempat sampah.

3. Borobudur Ulu Resort

Rest

yaitu jalana

mempunya

banyak da tempat sam

masyaraka

tempatnya

tempat unt sedikit sam

Borobudur Ulu Resort adalah tempat makan di Magelang, Jawa Tengah. Tempat makan ini merupakan tempat yang terbuka. Tempat ini terlihat bersih dan tidak banyak sampah berserakan. Tetapi, tempat makan ini membutuhkan lebih banyak tempat sampah dan meningkatkan kebersihannya.

2

4. Desa Juwono

Di Desa Juwono, kebersihan lingkungan sangat dituntut. Itu dapat dilihat dengan tidak adanya sampah yang berserakan di jalanan. Setelah berbicara dengan beberapa warga, kita dapat mengetahui dampak pandemi terhadap desa Juwono. Desa ini tidak banyak dipengaruhi oleh pandemi seperti di kota sebab tidak ada banyak kerumunan. Tetapi, saat awal pandemi warga menjaga protokol kesehatan dengan menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga kebersihan.

Sekarang, warga tidak wajib menggunakan masker karena tidak ada kasus Covid-19 di desa tersebut. Masker hanya dipakai di gereja karena merupakan tempat yang tertutup dan berkerumun.

6. Tebing Breksi

5. Candi Prambanan

Tebing Breksi adalah tempat wisata di daerah Jogja. Tempat wisata ini adalah tempat terbuka yang besar. Walaupun besar, kebersihan tetap dijaga. Tidak ada sampah yang dibuang secara sembarang. Tempat wisata ini terlihat bersih dan nyaman dengan adanya tempat duduk di sekitar kawasannya.

Candi Prambanan adalah tempat wisata yang populer di daerah Jogja.

Taman Candi Prambanan sangat besar. Dengan itu, kebersihan di candi prambanan dijaga dengan ketat. Itu

terlihat dengan tidak adanya sampah

dimana-mana. Wisatawan juga membantu

dengan membuang sampah pada

tempatnya, sudah disediakan tempat

sampah sekitar kawasan Candi

Prambanan. Dengan kepopuleran Candi

Prambanan, sudah pasti ada kerumunan

pengunjung yang tak hentinya

berbondong-bondong ke Candi ini.

Namun sayangnya, kawasannya sering

dikerumuni orang yang tidak

menggunakan masker.

Dengan adanya pandemi, masyarakat menyadari pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan. Di beberapa tempat, protokol kesehatan tidak seketat aturan di Jakarta. Di Desa Juwono, aturannya tidak terlalu ketat. Meskipun sudah tidak banyak kasus Covid-19, masih banyak orang yang tetap rela menjaga kesehatan dan kebersihan dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan. Untuk kebersihan di rest area, ada rest area yang bersih dan teratur karena memiliki banyak tempat untuk membuang sampah. Sedangkan masalah utama dari rest area yang kurang bagus adalah tidak tersedianya tempat sampah yang cukup. Pada akhirnya, kita sebagai masyarakat harus menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan mengikuti protokol kesehatan.

3

WANT A WANT A I

B TE?

CHECK OUT WHAT WE DID IN LIVE-IN!

and I had been waiting on the porch on a lovely

My year had a Live-In in Muntilan a few weeks ago Our trip there first began on March 27th, 2023 and ended on April 1st, 2023, we spent almost five days there My class was given the opportunity to stay in Juwono Village. The people there welcomed us with open arms when we arrived We were then divided into groups to proceed to our assigned homes Along with several classmates, I stayed in the Selosari hamlet In each hamlet, we shared a home with our foster parents and a classmate of our choice, but because my class had an of pupils, I had to share a home with two friends ing for others to arrive when the ingredients prepared We were waiting for our classmates e so that we could participate in an activity ome'Home Industry’ We had to prepare two onal dishes,tional dishes, klemet and kemplang, for this Klemet is a tivity. Klemet is steamed grated cassava wrapped in banana wrapped in banana leaves. While, kemplang is grated coconuts

fried grated cassava that taste like nuggets had been grating the We had been grating the ingredients when my foster mother served us foster mother served us kolak. Kolak is a typical Indonesian dessert typical Indonesian dessert made from palm sugar or coconut sugar, sugar or coconut sugar, coconut milk, and pandan leaves. It has a pandan leaves. It has a savoury and sweet taste and a soft texture taste and a soft texture. We all had enjoyed the kolak my mother made the kolak my mother made when the head principal and a few other principal and a few other teachers visited us. There were Pak Bambang, ere were Pak Bambang, Pak Agus, Ibu Kristy, d Ibu Endah They helped bu Endah They helped us grate the ingredients us. When the klemet s When the klemet was being steamed, we had haping the g There were ones shaped as hearts, stars, aping the and more. I had a lot of fun helping people als

4

When we were done enjoying the food we made, we had shared the food to jfoijo our teachers and the education foejgoej team that taught us how to make fjorjrojo them. Everyone there appreciated grko the food we prepared, describing it joiedjoi as tasty and filling. There were still fkoekfo leftovers from the food we made, kfoeko everyone there was too full to finish dfdkl them. With the leftovers, we had kfkdokfod decided to use them as an act of kofekoeko service to the people in our community.

As it was almost time to break the fast, we jijojfoj decided to share the food we had prepared to jfdojfod everyone around us. We had distributed the food we kfekofeko packed to our neighbours, passers-by, and a mosque nearby. We kodkf had done the honours to distribute those around before it started to rain. It felt good to share. After a lot of effort, we were done. It was a learning experience. When we had done distributing those around us, we all had something to reflect on at the end of the day. (IJBS)

5

One Cassava Away One Cassava Away

Cooking together with my classmates in our foster parents’ house is one of the things I didn't expect would happen. But sometimes unexpected events take a turn to be better It all started at the start of year eight. The teacher had announced that our year’s Integrated Learning project will involve living together and doing activities that our foster parents do daily The teacher had also announced that we had to do community services. We did some researching and settled on a painting activity But everything changed when we arrived there and found out that our group is going to live in two separate hamlets. We decided to do our community service separately Dinda, Jemima, and I hadn’t planned anything up until the second day We just finished doing our home industry, and we had made too many klemet and kemplang, so we decided to give them to our neighbours

It all started when we were doing our 'Home Industry', making klemet and kemplang Klemet and kemplang are traditional food, both being based out of cassava and coconut. Klemet is a sweet, steamed dish made out of cassava, coconut, and brown sugar. While kemplang is a savory, fried dish made out of cassava, coconut, spices, garlic, that tasted a bit like nuggets Dinda, Jemima, and I were joined by a few of our classmates at Pak Yono, our foster parents’ house to do our 'Home Industry'. My friends and I started by peeling and washing the cassava and coconuts thoroughly We then continue by grating and mixing all of the coconut and cassava Our foster parents helped us grate our cassava and coconuts, since a few of us cut our fingers grating them. We had been mixing our cassavas when a few teachers came to monitor us. We separated the dough into two and added the rest of the ingredients to make kemplang in one plate and klemet in the other We had finished mixing when one of our foster parents told us that the steamer was ready. We then hurriedly wrap our dough with banana leaves and put them inside the steamer. While we were waiting for the klemet to cook, we started shaping our kemplang We made various shapes and letters, we even made our initials with them. After we were done, Dinda and Jemima took them to the kitchen to be fried, we all took turns and it was a lot of fun.

We quickly realized that we had made so much, and there’s no way we could finish them all since we had been nibbling and stealing bites while we were shaping them We were so full already, the teachers had taken some and there were still a lot left. So we decided to give them to our neighbours, since it was near iftar and we had a lot of muslim neighbours. We packaged them in plastic bags and gave them out At first I was scared since it was impromptu and we hadn’t packaged them nicely It was also a really common dish there, and i was worried people would decline them. But fortunately, everyone accepted them, they even thanked us for them I was really grateful and happy Everyone was happy and we ended with a lot of memories and learnt a lot of lesson (VGN)

6

FFoodforAll: oodforAll: Sharing the flavours of Kemplang and Klemet

Around last month, on 30th of March 2023, in the small mountainous village of Selosari, Juwono; my friends and I gathered in Pak Yono’s house, a resident there. We came together to do ‘Home Industry’ wherein we made traditional Indonesian snacks. We had planned to make kemplang and klemet, two common snacks eaten there. Kemplang is a fried snack made of grated cassava and thinly chopped leeks. Klemet is a traditional Indonesian snack made of grated cassava, coconut, and brown sugar wrapped in banana leaves. While we waited for everyone to arrive, we had been preparing the ingredients to make these snacks before we started this activity such as, cassava, coconut, brown sugar, and more.

My friends and I first peeled cassavas and coconuts before thoroughly washing them. And of course, we had washed our hands before we started this activity. After that, we grated the cassava and coconuts. I had nicked my fingers a few times because I was inept at grating the coconuts. When my teacher arrived at the house, we had already finished grating the cassava and coconuts. We had been preparing the ingredients for the dough when it started raining. During this time we had gone inside the house before the rain further poured. We had no choice but to go inside the house as we couldn’t risk the dough getting wet. Inside the house, we started forming the dough mixture so that we could make the klemet. We started by wrapping the dough mixture in banana leaves then bringing it to the kitchen to steam it. Next, we shaped the dough of the kemplang. My friends and I had shaped the dough before I brought it to the kitchen to fry. We had finished cooking the kemplang before we finished the klemet as it needed more time to steam. When everything was done, We tried it. Even though we had been waiting for a long time, it was worth the wait as the snacks were very enjoyable.

Even though the snacks, kemplang and klemet, were common there, everyone still accepted our offering and thanked us. I felt like the community was very thankful for our gesture as they accepted with appreciation and open arms. This day will definitely stay with me as a day to remember for all its laughs, fun, and of course, having gotten to see the smiles on people’s faces as we shared the snacks. I will definitely do more good deeds like this. (AAAP)

There was still so much food left however and we didn’t want it to go to waste. We had been planning to share with our neighbours and the rest of the community before we started. Had we been wiser we would have made less snacks so as not to waste anything. Instead of brooding on it however, my friends and I decided to share with our neighbours. Coincidentally, it was almost time for iftar so I thought we could do a good gesture by sharing the snacks we had. We had been packing the kemplang and klemet before we left to share it with the neighbours. We went around the neighbourhood and were greeted with smiles and kind words. From one house to another, knocking one door then the other, getting greeted with warm welcomes, and sincere ‘thank you’s’. Alongside visiting houses, we also visited a mosque to share our snacks.

7

People are bound new things in their life how that is. Right befo went, I knew that Livegreat new experience shelf of lovely memorie went through it, star until 31st of March, I joyous time. I had simple yet memorable little moments with new people of the village surrounding me. Kwayuhan hamlet, which is located on the upper side of Wates Village where I lived when I was there, was a very lovely village. I was mesmerized by the closeness and interaction of people that lived there together. My partner and I were greeted with much warmth by our foster parents. With other classmates that lived in the same hamlet as I, we played, mostly fed doves with rice, and talked together with our foster families a lot.

Before the Live-In was held, each of our groups had been told to make an activity to do with people at the village. Many groups made plenty of exciting activities, but we could only do one at each hamlet. The problem was, my partner and I hadn't prepared any materials while everybody told us that we had to do it right at that moment.

The night of the second day was spent for me to help other partners do their programme they had been preparing. Their program was to teach the kids of the village. I helped them with the math exercises and English. We did it at the head of the neighbourhood’s house. We had a lot of fun teaching all the bright kids there, most of them could answer the questions right. Complications of subtraction and multiplication couldn’t tackle them. In English, we learned about the colors of the rainbow. They could pronounce every color fluently. At the end, whoever got the most questions right got a gift, it contained stationery and cute stickers. The one who got it was Natan, my foster parents’ son! I was genuinely so proud of him.

As I went home, I was fully grateful to experience that moment because to have the opportunity to share the knowledge that I had with the kids felt really lovely, and as much as I felt like that, I hope a little of what we shared with them can be useful and remembered. Definitely one for the shelf of lovely memories! (AVG)

ToL T
8

OUT OF MY BUBBLE OUT OF MY BUBBLE 3 DAYS OF STEPPING

Last month, I had the chance to live in a village for three days. It was a completely different experience from living in the city. During my stay, I've learned a lot about the differences between city and village life, and I had the chance to interact with the locals, especially the kids.

When I arrived at the village, I was amazed at how peaceful and calm it was. There had been no high-rise buildings, no traffic jams, and no rush-hour crowds. Instead, I have seen wide open fields, chirping birds, and fresh air. The first thing that had struck me was how different the people were. They've been friendly, hospitable, and always willing to lend a helping hand since I've arrived. Everyone knows each other, and the sense of community was strong. I have been welcomed into the village with open arms and felt right at home.

During our stay, we had decided to organize a program for the local children. We wanted to make learning fun and engaging. We had created a math game that encouraged them to learn while having fun. The game had involved solving math problems using a whiteboard, markers, and math questions as in multiplication, subtraction, addition, and division. The children had to solve the problem independently and come up with the correct answers. To those who had answered correctly, they got a point. But, in the end, they all received a prize. We had spent hours playing this game with the kids, and it had been heart warming to see them so engaged and excited about learning.

9

The children had been eager to participate and were always eager to solve more problems. We were impressed by their enthusiasm and determination to learn, despite the limited resources available to them. Living in the village for three days was an eye-opening experience. I learned a lot about the importance of community, simplicity, and sustainability. I had also learned that even with limited resources, it is possible to create meaningful change and make a difference in people's lives. Life in the village was slow-paced and centered around family and community. People took the time to enjoy nature and each other's company.

I left the village feeling refreshed, rejuvenated, and grateful for the experience. Overall, the experience has been unforgettable, and I have left the village feeling inspired and grateful. I have been touched by the warm hospitality of the locals and have been humbled by the resilience and determination of the children. I hope to continue making a positive impact in their lives and to help them reach their full potential. (NSK)

10

OPINIONS?

On March 27, 2023, year 8 of Santa Ursula Jakarta Junior Highschool went to Juwono Village for Live-In to learn new things The people there welcomed them with open arms when they had arrived. One of the most important things that they had gained from LiveIn was the social service that each of them gave to the community It was an eye-opening experience. Despite the fact that they lived in different sub-villages, they all managed to do them.

Three of them in their group had ‘Home Industry’. For this activity, they had to make two traditional dishes, klemet and kemplang. They had shared the food they made with their teachers and the education team that taught them how to cook it after they finished eating. Everyone there had loved the food that they prepared, calling delicious and filling Everyone was t full to eat the leftovers from the fo the pupils had made. The pupils h h lp

After a lot of effort, they had asked some of the people there what they thought about the final product of the food and what advice they needed if they wanted to cook the same thing again someday They had asked one of the villagers in Juwono, Pak Yono Pak Yono advised that their packaging was too simple. However, he stated that the three of them did an excellent job in the 'Home Industry' activity, and was pleased that they were able to learn new things from it At the end of the day, the three of them all had things to reflect on

1 2 3 PakYono 11

BELAJARDANBERKEMBANG DALAMLIVE-IN

JAKARTA - Sebagai program Integrated Learning, sekolah SMP Santa Ursula Jakarta mengadakan kegiatan live-in. Kegiatan ini diperuntukan untuk siswi-siswi angkatan kelas 8. Program bertemakan 'Servimus Amore' ini adalah kegiatan di mana murid-murid dapat berproses secara langsung di tengah-tengah masyarakat. Mereka tinggal dan bermalam bersama induk semang dan mengikuti aktivitas kehidupan sehari-hari serta beradaptasi dan mengenal lingkungan tempat tinggal masing-masing. Dalam kegiatan live-in, siswi-siswi dapat merampung beberapa mata pelajaran menjadi satu, sehingga menjadi efisien dan dapat memudahkan perkembangan setiap siswi.

Keberangkatan live-in dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2023 dan kegiatan berlangsung sampai tanggal 1 April 2023 Sebelum berangkat, para siswi dikumpulkan menjadi satu di aula besar SMP Santa Ursula. Para guru memberikan arahan lebih lanjut mengenai live-in. Ketika malam sudah menyingsing, siswi pun mulai berangkat jam 8 menggunakan transportasi bus wisata. Lokasi live-in bertempat di Paroki St. Maria Lourdes Sumber, Desa Juwono dan Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa tengah Desa ini berjarak sekitar 676 km sehingga membutuhkan waktu lebih dari 13 jam untuk sampai pada lokasi live-in. Sebelum menuju desa, pagi-pagi sekitar jam 6, para siswi tiba di Resto Magelang untuk sarapan pagi Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju gereja. Bus menyusuri jalan yang dikelilingi tanamantanaman rindang asri nan hijau Ketika sampai, siswi-siswi disambut oleh ketua lingkungan gereja Mereka menyambut siswi dengan tangan terbuka dan memperkenalkan desa kepada siswi. Setelah itu, siswi dituntun ke dusun masing-masing, mulai berbaur dan berkumpul dengan keluarga asuh. Lokasi dibagi menjadi dua, kelas 81, 82, dan 83 di desa Ngargomulyo, sementara 84 dan 85 di desa Juwono.

Hari pertama, siswi-siswi diminta untuk beradaptasi dan mengenal lingkungan baru. Siswi diminta untuk dapat berkontribusi dalam membantu kegiatan-kegiatan setiap keluarga. Hari berikutnya, siswi melakukan kegiatan jejak pangan bersama teman sedusun Dengan keluarga baru, mereka mengolah singkong berbarengan; memasak keripik singkong dan membuat ondeonde serta kemplang Di hari yang sama, siswi juga diminta untuk melaksanakan program kerja yang telah mereka siapkan dari awal pembelajaran Integrated Learning. Hari ketiga, siswi melakukan jelajah alam Mereka dituntun oleh pengurus desa untuk mengitari alam dan mengenal apa yang selama ini telah mereka urus di desa. Sawah-sawah terbentang luas di kawasan mereka; cabai, mentimun, padi, singkong, berjajar rapi di setiap hektar Sampai destinasi terakhir, siswisiswi dikumpulkan di sebuah air terjun untuk menghabisi waktu bersama-sama. Malam harinya, misa dilakukan, dilanjutkan dengan berbagi pengalaman dan perasaan selama melaksanakan kegiatan live-in.

Hari terakhir selalu bersanding dengan perpisahan. Tepatnya hari Jumat tanggal 31 Maret, siswi berpamitan dengan keluarga asuh dengan harap sudah memperoleh banyak pelajaran dan pemahaman dari kegiatan live-in tahun ini. Dengan pengalaman yang telah didapatkan, semoga siswi dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih peduli dalam hal-hal sosial

12

PASAR MUNTILAN: SURGA BELANJA PASAR MUNTILAN: SURGA BELANJA

Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Salah satu contoh pasar tradisional adalah Pasar Muntilan. Pasar Muntilan merupakan pasar tradisional yang terletak di kawasan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Pasar Muntilan merupakan salah satu pasar terbesar di kabupaten Magelang. Setelah dilakukan renovasi besar, Pasar Muntilan mempunyai luas sekitar 21.900 meter persegi dan terdiri dari tiga lantai. Basement digunakan untuk lahan parkir, sedangkan lantai 1 dan 2 digunakan untuk kegiatan dagang. Selain di dalam bangunan, juga disediakan tempat untuk kegiatan jual-beli di sekitar bangunannya. Banyak penjual mendirikan los di luar bangunan.

Setelah renovasi, tempat berdagang menjadi lantai 1 dan 2 bangunan Pasar Muntilan, yang terdiri dari 518 kios, 1.465 los, dan beberapa pedagang lesehan. Dagangan yang dijual di Pasar Muntilan beragam jenis. Dimulai dari bahan pangan seperti sayur-mayur, buah-buahan, rempah-rempah, beras, daging, telur, susu, gula, dan lain-lain. Kebanyakan dari sayur-mayur yang dijual merupakan cabe, sawi, dan pare karena itu merupakan hasil panen terbanyak dari petani. Tidak hanya bahan pangan, tetapi kebutuhan seharihari juga dijual di Pasar Muntilan. Itu terdiri dari pakaian, sepatu, aksesoris, kain, mainan, gerabah, hingga ikan hias.

Selain itu, terdapat juga pedagang kaki lima dan pedagang kios yang menjual makanan untuk mengisi rasa lapar setelah berjalan di pasar seharian. Pedagangnya biasanya menjual mie ayam, bakso, atau makanan lainnya.

13

Pasar Muntilan buka setiap hari, dari hari Senin sampai Minggu selama 24 jam setiap harinya. Pasar Muntilan merupakan tempat yang cukup ramai karena sebagian besar penduduk mengandalkan kegiatan pasar untuk memenuhi kebutuhan ekonominya masing-masing. Setiap hari, pembeli berbondong-bondong dari luar kota datang ke Pasar Muntilan untuk membeli hasil panen dari Muntilan yang nantinya akan dijual ke luar kota Pasar Muntilan biasanya mencapai puncak ker siang. Tetapi, ada beberapa pedagang yan sar untuk menyiapkan dagang harian da 6 malam, pas

Walaupun dengan berjalannya perkembangan zaman, Pasar Muntilan masih tetap relevan dan mampu mempertahankan keasliannya sebagai pasar tradisional yang ramai pembeli. Kebersihan di Pasar Muntilan pun sangat terjaga dengan terlihatnya kerapian setiap kios pedagang. Pedagang di Pasar Muntilan sangat ramah dan mempunyai hubungan baik dengan pedagang lain. Mereka saling membantu dan memberi semangat. Tidak hanya terhadap sesama pedagang, tetapi mereka juga ramah tamah dengan pembeli. Dengan penduduk Muntilan yang sebagian besarnya merupakan petani, Pasar Muntilan dapat berfungsi untuk menyalurkan hasil panen menjadi keuntungan bagi mereka.

Pasar Muntilan, yang dikelola dan dibangun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang sangat menguntungkan bagi masyarakat dan menjadi jantung ekonomi masyarakat kawasan Muntilan. (AAAP)

14

KEGIATANKU

DI JUWONO

Bulan lalu, kelas delapan SMP Santa Ursula Jakarta mengikuti live-in di Muntilan. Kami tinggal di sana mulai tanggal 27 Maret 2023 sampai tanggal 1 April 2023. Kelas saya (84) dapat kesempatan untuk tinggal di Desa Juwono. Orang-orang di sana menyambut kami dengan tangan terbuka saat kami tiba. Kami kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok menuju rumah-rumah yang akan menjadi tempat tinggal kami selama live-in Saya bersama beberapa teman sekelas tinggal di Dusun Selosari Disana kami menempati rumah orang tua asuh dengan seorang teman sekelas pilihan kami Oleh karena kelas saya memiliki jumlah siswa yang ganjil, saya berbagi rumah dengan dua orang teman di rumah Pak Yono

Saat pertama kali tiba di rumah Pak Yono, kami bertemu djfdkjfkdj engan orang tua asuh kami, Pak Yono dan Bu Fransiska. jkfdjk Mereka memiliki seorang putri yang duduk di kelas delapan nfdn bernama Vani. Usai perbincangan, kami makan siang yang terdiri dari nasi, tahu, ayam, dan sayuran. Setelah makan jijk siang, kami membantu Pak Yono menanam cabai di jifejijfiejif halaman belakang. Kami belajar menanam cabai dengan jijidji dibantu orang tua asuh kami. Ibu guru Kristy dan Ibu guru jfir Endah, kemudian datang menemui kami Mereka mjdvdvfvbfbff emotret kami saat kami menanam biji cabai

Keesokan harinya, kami membantu Pak Yono mengemas sayur-sayuran untuk dijual di pasar. Pare dan c

cabai dibungkus dengan plastik terpisah Setiap tas tidak bboleh memiliki berat kurang dari lima kilogram. Menurut Pak Pak Yono, berat sayuran akan berkurang akibat perjalanan kjfdkjfkdj ke luar kota. Kami pergi ke pasar menggunakan gerobak kfdjkfd menggunakan gerobak setelah semua sudah dibungkus. KKami menempuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke s sana Saat perjalanan, kami bertemu guru-guru dan temanteman sekelas.

15

Kami membantu Pak Yono mengantarkan cabai, timun, kemangi, dan lain-lain di pasar. Semua orang di sana sepertinya juga menjual sayuran dan buah-buahan. Saya mengamati ada yang menjual jahe, kacang hijau, tomat, selada, jagung, kentang, kacang hijau, dan lain-lain

Setelah membantu Pak Yono ke pasar, kami mengerjakan 'Home Industry' Saya dan teman-teman duduk di beranda, menunggu beberapa teman sekelas kami datang agar kami bisa melakukan kegiatan ini bersama

Dalam kegiatan ini kami memasak dua hidangan tradisional, yaitu klemet dan kemplang Klemet adalah singkong parut yang dibungkus daun pisang

Sedangkan kemplang adalah parutan kelapa yang digoreng, rasanya seperti nugget. Ibu asuh memasakkan kami kolak sementara kami memarut bahan-bahannya untuk 'Home Industry' . Kolak adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dibuat dengan pisang, gula aren atau kelapa, santan, dan daun pandan yang memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang gurih serta manis. Kami semua menikmati kolak buatan ibu asuh ketika kepala sekolah dan beberapa guru lain mengunjungi kami Mereka membantu kami memarut bahan-bahannya Sisa makanan yang kami buat dibagikan kepada orang-orang sekitar komunitas masyarakat Saya dan teman-teman membagikan makanan kepada tetangga, orang-orang yang lewat rumah kami, dan masjid terdekat. Setelah kami mendistribusikan makanan tersebut, kami mengakhiri hari itu dengan sharing atas apa yang kami kerjakan.

elajah ala

ar banyak hal baru saat menjelajahi alam

lajar menanam pohon salak dan padi h alam saya mendapat bagian menanam

padi Kami juga berbagi buah salak Kami melihat mkcdkm kambing dan marmut, serta air terjun Air terjunnya jifrjijrijf sangat menakjubkan Semua orang, termasuk para guru, dapat bermain di sana Kami basah kuyup Kami kkofrkokfork emudian makan nasi doa yang diisi dengan telur, ikan, dkdeo an sayuran. Di sebelah air terjun, kami makan nasi doa mkmrmdengan teh hangat. Suasana waktu itu terasa damai. Kami jijdij kemudian berjalan pulang, beberapa teman pulang ke rumah kforko mengendarai sepeda motor. Hari itu ditutup dengan misa dan kfirijrfirsaling berbagi Dari misa yang saya ikuti, saya belajar bahwa ada halkfdkj hal dari live-in yang bisa dibawa pulang ke Jakarta yang tidak saya dapatkan selama ini Itulah kesan pesan, komitmen, dan nilai-nilai baru yang bisa dibawa ke Jakarta Saya belajar nilai-nilai positif dalam hidup bermasyarakat serta lebih bersyukur atas hidup yang saya dapatkan sampai sekarang ini. Pengalaman live-in menjadi pengalaman berharga yang tidak akan saya lupakan. (IJBS)

16

Ke Mana FPerginya ifi?

Hari ini, matahari pagi ter penuh menyambut libur sekolah y g telahtiba.Disaat-saatsepertiini,anakanak sekolah bersama dengan keluarga mereka berlomba-lomba menuju tempat berlibur untuk mencari kesenangan dan melepas penat dari komplikasi rumus matematika. Termasuk keluarga fifi dan fufu,merekabersamapergimenginapdi tempat penginapan pesisir pantai. Fifi dan Fufu mengajak teman mereka, Riri dan Ruru, untuk ikut dan berlibur bersama.

Perjalananmenujutempatpenginapan terasa begitu mencerahkan hati. Mobil merah milik ayah fifi dan fufu berjalan menyusuri jalan raya di bawah langit yangbegitubiru.Karenaperjalananyang panjang,fifi,fufu,riri,danrurusempat bermain ‘aku mengintai dengan mata kecilku’, mendeskripsikan apa saja yang mereka lihat di udara lepas dan meninggalkan yang lain dalam keadaan bimbang,berusahauntukmenebak.

“Aku mengintai dengan mata kecilku, sesuatuberwarnahijau!”ucapFufu.

“Pastidaunpohon!”jawabFifidengan yakin.

“Salah!”ucapFufu.

“Memangapalagiyanghijau?!”sahut Ririjengkel.

“Wadahsambaldiwarungbakso yang aku lihat tadi!” jawab Fufu denganrautmukakelewatsenang. “Yeeeee, mana sempat kita lihat, fu!”

Keempat ban mobil masih dkdmvkdm berusahakerasmembawamobil enujutempattujuan,sementara keempatanak-anakdidalamnya telahtumbangdikalahkanoleh jarakdanwaktuyangmasih rasa begitu panjang. Dalam mpi, mereka berharap agar sdjwd segera mencapai tempat penginapan, tidak sabar menyapa sang laut serta ombaknya yangberdesirsantai.

Merekasampaiditempatpenginapan ketika matahari sudah mendekati garis pantai. Sepasang saudara itu bergegas berlari menuju pantai untuk berenang dan bermain pasir, tidak juga ingin datang telat dalam menyaksikan tenggelamnya matahari, karena pantai adalah panggung yangterbaik.PeralatanpasirmilikRiridan Rurusangatlengkap,merekabisamembuat istana pasir dengan tinggi setara pinggul mereka. Air laut juga menyambut mereka dengan hangat. Tak enggan mereka bermain-maindisekitarombaknya.

Telah dirasa lama bertegur sapa dengan laut, Ibu Fifi dan Fufu memanggil mereka berempat ketika hari sudah mulai gelap, “Anak-anak, ayo, kita bakar-bakar!”

sahutIbuyangterlihatberdiridihalaman depan tempat penginapan. Fifi, Fufu, Riri, dan Ruru berlari berhamburan ke arah

Ibu.Rautbahagiaterbitdiwajahmereka, ini adalah salah satu hal yang juga ditunggu-tunggu, tidak ada yang bisa mengalahkankenikmatanmemakansosis

17

dan jagung bakar di pantai, bukan? Di hadapan panggangan sudah terlihat Ayah sedang membolakbalikdanmengipassosisdanjagung.Anak-anakitumelihatdanmenantidenganseksama.

Ketika makanan sudah siap, Ibu terlihat celingak-celinguk, “Fufu, tolong panggilkan Fifi di dalam, ya,” pinta Ibu halus Di saat itu, Fufu, Riri, dan Ruru baru sadar Fufu tidak lagi berada di sampingmereka.

“Oke, Ibu,” jawab Fufu sambil bergegas masuk ke dalam tempat penginapan untuk mencari saudaranya.HalpertamayangdilakukanFufuadalahmencarikeruangtelevisi,barangkaliFifibosan danmemutuskanuntukmenontontelevisi,namuntidakditemukankeberadaanFifidisana.Lalu,Fufu pergi ke kamar tidur, barangkali Fifi mengantuk sehabis bermain di laut, namun tidak ditemukan keberadaanFifidisana Kemudian,Fufuberjalankearahkamarmandi,mengetukpintu,toktoktok, “Fifi! Apakah kamu ada di dalam?” sautnya kencang Barangkali Fifi ingin mandi sehabis dilumuri pasirpantai,namuntidakditemukankeberadaanFifidisana.

Tidaklama,Fufukeluardaritempatpenginapandenganrautmukapanik,“Ibu!Fifitidakada didalam!”teriaknya.SemuanyamenatapFufubingung.IbuberlarikearahFufusamapaniknya. “Tidakadagimana,Fufu?”tanyaIbu.

“Fufusudahcarikemana-mana,tapiFifitetaptidakketemu!”

SegeraIbumasukkedalamtempatpenginapan,terdengarIbumeneriakinamaFifiberkalikali.Dirasajanggal,AyahmengikutiIbukedalam,meninggalkanRiridanRuruyangsedangmemakan enaksosisnyadenganrautmukayangjugapanik.

“Kalianjanganmakansaja!AyobantucariFifi!”ucapFufu,menarik-nariktanganRiridanRuru. Selangmencari,yangterdengarhanyalahnamaFifiditeriakkankeudara.Ayahsampaikembalike istanapasiryangsedarisoredibangun.Namun,tetaptidakditemukankeberadaanFifi.Dalambenak hanyaterpatri,kemanaperginyaFifi?

“Ayah, coba cari di belakang bangunan tempat penginapan,” pinta Ibu Tanpa ba bi bu, Ayah bergegaskearahbelakangtempatpenginapandiikutiIbu,Fufu,Riri,danRuru.Kaliini,Fufutidak tahumenahu,untukapaFifiberadadibelakangsana?Namun,belumsempatAyahsampaisempurna, FifidatangdanberjalanmenujuAyah.“Ayah!”teriakFifisenangyangmembuatsemuanyaterheranheran, tangannya kecilnya mengatup, entah ada apa di dalamnya. Ibu berlari dan memeluk Fifi, refleks,FifimengangkattinggikatupantangannyaagartidaktertekandekapanIbu.

“Fifihabisdarimana,Sayang?”ucapIbupenuhkekhawatiran Semuanyamenantijawabandari Fifi.

“Ibu,saatinginkembalikeIbu,Fifimelihatkunang-kunangterbangdidepanmataFifi!Saat Fifiinginmenangkap,kunang-kunangituterbangpergi,”ucapnyalayu,namuntetapinginmelanjutkan ceritanya,“makanyaFifikejar.Kunang-kunangituterbangkearahsana,”lanjutnyasambilmenunjuk kawasanpenuhpohondibelakangtempatpenginapan,“Fifikejardantangkap,Fifiinginlihatlebih dekat”akhirnyasambilmenunjukkankatup antangannya Semuanyasontakmenepukjidat Fufuyakin,mendengaritu,Ibuingin pingsan

Ayahberjongkokagardapatmenatap mataFifi,“Fifi,kamukalauinginkemanamanaharusmengabari,agarorangyang pedulisamakamutidakterlalukhawatir, oke?”jelasAyahbaik-baik.Mendengaritu, Fifimengangguk-angguktandamengerti.

Meredasudahsepercikrasakhawatir yangterbitdihatimasing-masing.Mereka melanjutkan malam itu dengan sesi ba- kar-bakar yang menyenangkan. Tidak lupa akhirnya Fifi melepas pergi kunang-kunang itu dari katupannya. Fifi akan anggap kunangkunangitusudahmengabariFifisehinggaFifi tidakkhawatir.(AVG)

18
TAMAT

RUMAH KE RUMAH

karya nicole sera

Sore ini dengan langit begitu indahnya, Bahkan hingga malam pun tiba langit tak kunjung surut

Baru saja aku tiba di desa ini, Mataku melirik kanan kiri tanpa sadar

Terpukau akan atmosfir yang beda jauh dengan kota

Alam yang begitu manja menyapa dan memberi kenyamanan pada jiwa

Disudut selatan, dibagian utara pohon-pohon berseri memancarkan senyumannya pada laut Yang berombak-ambing angin yang berhembus dengan santainya

Aku berdiri di bawah pohon tersebut, dibawah langit yang membentang

Jantung berderu cepat, Hari ini hari spesial

Pagiku tersapa oleh muka-muka yang tak familiar,

Rasa takut dan tidak kenyamanan menyelimuti

Namun, semua itu tersingkirkan langsung dengan tatapan mata yang hangat

Ibu dan bapak menyambutku dengan penuh kehangatan

Kian aku bukan putri kandungnya,

Tetapi aku merasakan kasih sayang yang diberikan

Berkumpul di ruang tamu dengan biskuit dan teh hangat

Bersama hangat keluarga tercinta

Suara tawa riang mengalun manis

Sore ini dengan langit Dalam setiap hembusan nafas

Membawa rindu akan kebersamaan

Tak sengaja bertemu, bersatu kembali

Seperti api yang menyala membara

Menyentuh hati, mengusir kesepian

ak ada kata yang bisa mengungkapkan apa itu rumah Rumah menurut diksi adalah sebuah bangunan

Namun kata tersebut beda di kamusku

Rumah, kita bisa merasakan di orang-orang tertentu Seperti keluarga

Mereka tempat kita bertanjak dan pergi

Hari berganti, waktu berlalu

Banyak rumah yang sudah kukunjungi

Namun tak ada satunya yang singgah dengan sungguh

Pertemuan antara rumah ke rumah

Ibu, Bapak, Adik kecilku, Terima kasih sudah menjadi rumah sesaatku

Intuisi akan keindahan dan kasih sayang memang selalu membuat takjub

Tapi kebanyakan kita lupa bahwa itu hanya sementara, bukan?

Tak terasa kereta ini melaju terlalu cepat

LIVE IN 2023 19

Nama n : Andreas

Suryono

TTL : Muntilan, 10 Agustus 1976

Pekerjaan : Petani dan pedagang

Bapak Andreas Suryono, biasa dipanggil Bapak Yono, adalah seorang petani dan pedagang. Beliau lahir pada tanggal 10 Agustus 1976. Beliau memiliki istri dan dua anak. Lahir dari orang tua yang berprofesi sebagai petanijuga,PakYonosudahdiajarkanuntukbertanisejakkecil.Dimulaidari halpalingsederhanasepertimenyiramdanmemupuktanaman,semuaia tekunidanpelajarisedarikecil.

Saatberanjakdewasa,PakYonomulaiterlibatdalamkegiatanjualbeli di pasar. Setiap pagi dia bangun pukul 4 dan mulai membungkus dan mempersiapkan sayur-sayur yang akan dibawa dan dijual di pasar. Mulai dari cabe, sawi, hingga pare. Pada pukul 9, Pak Yono berangkat ke pasar. Pada hari kedua live-in, kami diajak ke pasar untuk mengetahui bagaimanaprosesjual-beliterjadi.Kamibelajarbahwabanyakdistributor membeli sayur dalam jumlah besar untuk dijual lagi di perkotaan besar. Kamijugabelajarbahwahargasayuritutidakmenentudanbisaberubah dahsyatdalamkurunwaktuyangpendek

Setelah semua sayur terjual habis, Pak Yono pulang. Saat sampai di rumah, Pak Yono pergi ke sawah dan bertani. Pak Yono menggunakan sistem tumpangsari, sistem menanam banyak tanaman dalam 1 petak tanah. Sistem ini membuat menanam menjadi efektif dan hemat tempat. Saat malam, Pak Yono pergi ke gereja untuk beribadah. Pak Yono merupakanketualingkunganPonsel(SemponSelosari),jaditidakjarangia harusmengikutirapatdanperkumpulangereja.

“Saya senang bisa saling membantu dan memenuhi kebutuhan bersama” tanggapan Pak Yono saat ditanya mengenai motivasi menjadi petanidanpedagang.PakYonoberceritabahwabanyaksekalitantangan dan hambatan yang dihadapi sehari-harinya, dimulai dari tanaman yang rusak, harga yang tidak menguntungkan, dan masih banyak lagi. Pada saatpandemiCovid-19,tantangandanhambatantersebutberlipatganda.

Namun Pak Yono tetap bersemangat dan berjuang. Hal ini menginspirasi danmemperingatkansayabahwajikakitamau,kitapastibisa.(VGN)

20

Se Se d d

naman mereka. eka tahu bahwa

bisa turun kapan

tanaman tetap

n sepenuh hati. jikaadakemauan, pai dengan cukup tmen

Live untuk m mengiku orangtu mendap 21

TekaTeki TekaTeki

Melvinbermain mobil-mobilan ScanQR untukJawaban! 22 3 5 Apa yang sebesar gajah tetapi tidak memiliki berat sama sekali? Lemari apa yang bisa masuk kantong? Ditutup jadi tongkat, dibuka jadi tenda. Apakah itu? Ban apa yang enak dimakan? Gula, gula apa yang tidak manis? Kenapa di keyboard komputer ada tulisan 'ENTER'? Sayur apa yang dingin? 2 1 6 7 Sayur apa yang ada pangkatnya? 8 4

Jalan-jalan ke nusa dua

Kembali lagi untuk edisi kedua!

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Soerat Kabar Sanur: Edisi Live-In by Vimala G. - Issuu