Suluh edisi 7 (22 Desember 2014)

Page 1

Terbit Senin Senin dan K amis T

Edisi 7 - 22 Desember 2014

Legitimasi Kesalahan PENANGGUNG JAWAB Erwin Razak, S.IP REDAKSI Syamsudin, S.Pd, MA AT. Erik Triadi, S.IP ALAMAT REDAKSI Jl. Cendrawasih No. 2 Mejing Lor - Desa Ambarketawang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Telp : 0274-9543879 e-mail : sekret@rumahsuluh.org website : rumahsuluh.org

D

atanglah anda kepada perdebatan publik, sebagaimana yang dapat ditemukan dalam ruang-media, terutama perdebatan ketika seseorang atau sekelompok orang dinyatakan telah melakukan suatu kesalahan – tindakan melawan hukum, atau sejenisnya. Apa yang anda dapat temukan? Yang dipersangkakan telah melakukan kesalahan, pada mulanya akan mengatakan bahwa pihaknya tidak tahu dan atau menyatakan tidak melakukan apa yang dipersangkakan itu. Apa yang terjadi ketika tekanan publik terus merangsek? Apa yang terjadi ketika yang bersangkutan merasa tersudut? Yang muncul adalah suatu argumentasi yang kini makin terasa lajim, yakni diajukannya fakta-fakta yang memperlihatkan bahwa di masa lalu, ada pihak lain yang juga melakukan tindakan sejenis dan tidak menjadi masalah. Kalau dirumuskan dengan lebih sederhana, argumen tersebut berbunyi: ini bukan kejadian yang unik; ini bukan yang pertama dan satu-satunya; lihat di sana ada yang juga melakukan tindakan yang sama, dan bahkan lebih berat. Dalam kasus hukum misalnya. Suatu kelompok yang dipersangkakan menjadi sarang dari para pelanggar

"Berpikir adalah pekerjaan terberat, karena itulah sedikit sekali orang yang mau menggunakan otaknya" (Henry Ford)

1


SULUH

hukum, dengan tangkas mengatakan: bukan lantaran di sini sarang dari mereka yang bermasalah secara hukum, tetapi karena di sini yang tersangkut hukum akan dibiarkan, tidak dibela dan bahkan didorong agar penegak hukum menegakkan hukum; sebaliknya (dikatakan) bahwa di seberang sana bukan tidak ada pelanggar hukum, namun karena dibela dan dilindungi, maka tidak tampak adanya kasus-kasus hukum yang menimpa warga dari kelompok yang lain. Apa artinya? Jelas bahwa persangkaan dijawab dengan cara menunjuk pihak lain yang dipersangkakan atau dikatakan mempunyai kesalahan yang lebih. Argumentasi ini juga seakan-akan meminta agar publik justru memberikan apresiasi, karena banyaknya kasus yang menimpa warga dari kelompok tersebut dipandang sebagai akibat dari sikap kelompok yang tidak membela ketika yang bersangkutan tidak dipersangkakan, dan bukan sebagai akibat dari ketidakmampuan kelompok tersebut dalam mengurus anggota kelompoknya. Pertanyaan kita adalah mengapa persangkaan dan malah proses hukum yang kongkrit tidak melahirkan sikapsikap pengakuan, dan sebaliknya yang berkembang adalah teknologi penyangkalan. Mengapa nalar sehat

2 edisi 7 22 Desember 2014

tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya, dan yang berjalan adalah suatu metode menghadirkan suatu kesalahan lain yang disorong menjadi basis pembenar dari kesalahan yang baru? Mengapa seakan-akan ada keyakinan bahwa dua atau lebih kesalahan dapat menjadi kebenaran, atau dapat menjadi dasar pembenar dari suatu kesalahan baru? Atau mengapa para elit yang dipersangkakan telah melakukan tindakan melawan h u k u m memiliki ketenangan dan keyakinan, s e r t a kecangg i h a n menyangkal yang terus meningkat? Beberapa kemungkinan dapat terjadi. Pertama, kuatnya dugaan bahwa seluruh pergulatan pada akhirnya berakhir bukan di lapangan (rakyat, publik), melainkan pada perdebatan pasal-pasal di muka pengadilan. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa silat pasal telah membuka banyak kemungkinan. Apa yang diputuskan boleh jadi bukan wakil dari


SULUH

keadilan, melainkan mencerminkan kelogisan hukum, atau kesesuaian pasal-pasal. Sepanjang dapat memenangkan debat pasal, maka apa yang di mata publik sebagai hal yang tidak patut dan salah, dapat lolos dari persangkaan dan dengan demikian dapat dikatakan tidak melanggar aturan hukum formal. Kedua, kuatnya dugaaan di kalangan elit, bahwa penentu suatu proses politik p a d a akhirnya b u k a n pilihan � a s l i � rakyat, melainkan proses a t a u teknologi politik. Pilihan rakyat dapat di�rekayasa� sedemikian rupa sehingga mereka yang tidak hadir dalam kenyataan riil, namun dapat berjaya di bilik suara. Kendati banyak pihak dan bahkan publik sendiri menyimpan kebingungan, namun pengalaman menunjukkan bahwa bilik suara dalam kenyataan menyimpan misteri, yang tidak mudah dibongkar. Mengapa yang hadir dalam kenyataan

riil tidak hadir di bilik suara, sebaliknya mengapa yang tidak hadir dalam kenyataan riil dapat hadir di kertas suara? Apa arti dari kedua hal ini? Bahwa soal salah dan benar, nampaknya tidak berkait dengan legitimasi nyata, dan karena itulah teknik penyangkalan berkembang luar biasa. Yang bersalah tidak khawatir akan sanksi hukum, karena penegakkan hukum berjarak dengan realitas obyektif. Akibatnya suatu kesalahan yang mendapatkan legitimasi pembenar yang kuat, dan dukungan opini yang massif, tentu saja akan dengan mudah dipandang sebagai hal yang wajar dan benar. Dan karena para pelaku tindakan benar menjadi semakin langka, nalar publik mudah terjebak dalam pilihan yang minimal: di antara yang terburuk, dialah yang terbaik. Semangat mencari kebenaran, dan menemukan yang terbaik, dari waktu ke waktu terus tergerus. Yang hadir (dan cenderung terus menguat kehadirannya) adalah tindakan-tindakan minimalis, dan cenderung membenarkan ketidakbenaran. Kita tentu tidak akan membiarkan hal yang demikian terus berlangsung. Dibutuhkan langkah baru, gerakan baru, tentu dengan nalar baru dan fondasi baru.

3 edisi 7 22 Desember 2014


SULUH

Mojohuro Galakkan Program “Mas-Pendik” Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya bisa menjadi orang yang berhasil dimasa depan. Oleh karena itu, orang tua akan membekali anaknya dengan pendidikan setinggi mungkin menurut kemampuan masing-masing. Sebab pendidikan adalah warisan paling berharga yang dapat menghantarkan anak menuju masa depan yang gemilang. Atas kesadaran tersebut, masyarakat Dusun Mojohuro Desa Sriharjo, Kec. Imogiri, Kab. Bantul mengembangkan program Masyarakat Peduli Pendidikan (Mas-Pendik). Program ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan kepedulian dan peran aktif masyarakat terhadap dunia pendidikan, baik formal maupun non formal. Program ini memanfaatkan dan mensinergikan semua sumberdaya yang ada sehingga tercipta iklim belajar yang kondusif dalam rangka membentuk generasi yang lebih baik. Sulistyo Prihadmadi Kepala Dukuh Mojohuro mengatakan untuk mencapai keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi kerja sama dan sinergi antara sekolah, keluarga dan masyarakat serta pemerintah. “Coba kita lihat kalau malam hari,

4 edisi 7 22 Desember 2014

di saat jam belajar anak masih banyak orang tuanya yang menonton sinetron di TV. Bagaimana bisa memperhatikan dan mendorong anak supaya serius belajar,” tanya Madi. Oleh karena itu, disetiap pertemuan warga, Madi selalu mengingatkan orang tua agar memperhatikan masalah pendidikan. “Saya selalu berpesan kepada orang tua untuk gatekno pendidikan ne, ben apik masa depan ne,” ujar Madi. Dengan Mas-Pendik diharapkan anak mempunyai semangat belajar yang tinggi di sekolah maupun di rumah. Orang tua juga lebih memperhatikan dan memotivasi anak dalam belajar. Sehingga tercipta lingkungan yang kondusif untuk proses belajar. “Kita juga menggalakkan jam belajar masyarakat, antara pukul 18.00 sampai 20.00, jadi gangguangangguan terhadap aktivitas belajar anak harus dihilangkan,” tandas Madi.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.