SULUH Edisi 12 (8 Januari 2015)

Page 1

Terbit Senin Senin dan K amis T

Edisi 12 - 8 Januari 2015

Kembali ke Desa PENANGGUNG JAWAB

P

ernahkah diantara kita mencoba bertanya kepada para calon sarjana: kemana REDAKSI mereka akan pergi setelah menyandang Syamsudin, S.Pd, MA gelar akademi? Atau, pernahkan para AT. Erik Triadi, S.IP calon sarjana bertanya kepada diri sendiri, kepada nuraninya, kemana akan pergi setelah dinyatakan ALAMAT REDAKSI sebagai sarjana yang membawa ijasah akademi? Jl. Cendrawasih No. 2 Pertanyaan ini terasa sangat penting, terutama jika Mejing Lor - Desa Ambarketawang Kecamatan Gamping kita menyaksikan makin derasnya arus urbanisasi, Kabupaten Sleman dan pada sisi yang lain, makin tingginya gap antara Daerah Istimewa Yogyakarta desa dan kota. Kita tentu tidak hendak mendiskusikan Telp : 0274-9543879 e-mail : sekret@rumahsuluh.org mengenai disparitas desa dan kota, melainkan hendak website : rumahsuluh.org mempersoalkan mengapa desa tidak menjadi lokasi yang menarik bagi kaum terdidik, bukan sekedar sebagai obyek penelitian, melainkan sebagai tujuan pengabdian mereka. Apakah benar desa tidak menawarkan masa depan, dan hanya menyisakan masa lalu? Persoalan ini mungkin dapat dirunut dari dua sumber. Pertama, dari suatu pola Desa ialah suatu kesatuan hubungan antara desa dan hukum dimana bertempat kota, yang secara aktual tinggal suatu masyarakat yang memang memiliki kesenjangan, dalam mana berkuasa mengadakan kota terkesan memiliki nilai pemerintahan sendiri lebih ketimbang desa. Erwin Razak, S.IP

(Soetarjo Kartohadikoesoemo)

1


SULUH

Sambutan orang desa pada orang kota yang datang ke desa, dan demikian sebaliknya, memperlihatkan suatu relasi yang timpang. Kondisi ini dapat dipandang sebagai salah sumber yang menyumbang persepsi bahwa desa bukanlah lokasi impian di masa depan, tetapi sebaliknya kota. Ritual mudik, pada setiap tahun, memberi bukti lain, bahwa meskipun desa (kampung halaman) dapat menjadi oase dari kepenatan hidup di kota, namun hal tersebut lebih sebagai lokasi sementara, bukan lokasi nyata yang hendak dituju. Bahkan pada sisi yang lain, perstiwa mudik, menjadi saksi dari gairah konsumsi yang j u s t r u meminggirkan t r a d i s i kesederhanaan. Artinya, persitiwa mudik, bukan meneguhkan desa sebagai idealita kehidupan, melainkan hanya menjadi ajang peneguhan prestasi material, yang juga sebagai undangan bagi warga desa yang lain untuk datang ke kota mengadu nasib. Kedua, dari pergulatan keilmuan di

2 edisi 12 8 Januari 2015

kampus. Pertanyaan kritis yang layak diajukan adalah apakah pergulatan keilmuan di kampus, cenderung mendorong intelektual muda untuk meletakkan masa depan pengabdiannya di desa ataukah di kotakota besar, bahkan di kota-kota besar dunia. Peta pilihan bidang studi, secara sederhana sesungguhnya sudah menunjukkan kemana masa depan dari para mahasiswa.

Minimnya minat pada studi-studi yang berkait langsung dengan dinamika pedesaan, atau minimnya minat pada studi-studi yang berkait dengan kehidupan rakyat yang ada di lapis bawah struktur sosial, menjadi petunjuk yang jelas, apa yang sesungguhnya ada di benak intelektual muda kita.


SULUH

Tentu tidak salah memiliki mimpi mengabdi pada modernitas, dengan seluruh capaian materialnya. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana desa dapat berkembang, jika mereka yang memiliki kapasitas baik, jika mereka yang tinggi tingkat keilmuannya, justru tidak mengabdi

pada mereka yang ada di bawah struktur sosial. Kita berharap masa depan berisi perubahan, baik menyangkut cara pandang terhadap desa, maupun perubahan dalam pergulatan keilmuan, dengan arah adanya gairah baru untuk menjadikan desa sebagai tujuan pengabdian.

Dibutuhkan Koreksi dan Pembiasaan Berbahasa Jawa Keprihatinan akan penggunaan bahasa Jawa yang baik dan benar semakin dalam. Kalangan tua apalagi muda, sudah jarang sekali menggunakan bahasa Jawa halus dalam komunikasi sehari-hari. Padahal penggunaan bahasa berperan dalam membentuk karakter seseorang. Itulah beberapa poin penting dalam diskusi rutin Forum Kacang Godog pada Senin (5/1) malam lalu di Pendopo Dusun Pandes, Panggungharjo, Sewon, Bantul yang dipandu oleh Syamsudin. Dick Suhadi salah seorang warga menyampaikan bahwa penggunaan bahasa Jawa kini sudah sangat carut marut. Di sisi lain, orang asing kini beramai-ramai melakukan

penelitian dan belajar bahasa Jawa. “Jangan sampai ke depan apabila generasi muda akan mempelajari bahasa Jawa yang baik dan benar, harus belajar ke negera asing semisal Belanda atau Australia,� jelasnya. Senada dengan Disk Suhadi, Joko warga Dusun Pandes juga prihatin dengan praktek penggunaan bahasa Jawa yang serampangan. Bahkan ia menyambut dan merasa penting didirikannya sebuah sekolah khusus bahasa Jawa. “Saya menyambut baik apabila ingin didirikan sebuah Institut Bahasa Jawa untuk memberikan pendidikan, khususnya bagi anak-anak di dusun Pandes ini. Apalagi, Desa Panggungharjo ingin menjadi desa

3 edisi 12 8 Januari 2015


SULUH

budaya,” paparnya. Erik Triadi dari Rumah Suluh yang hadir dalam kesempatan tersebut mengatakan penting sekali untuk dibentuk sebuah sekolah bahasa Jawa. Sebab, sekolah tersebut bisa menjadi koreksi atau pembetulan praktek berbahasa Jawa yang saat ini dinilai ada yang keliru. Selain itu, Erik juga menekankan pentingnya p r o s e s pembiasaan berbahasa Jawa yang baik dan b e n a r . Pembiasaan tersebut d a p a t dilakukan d e n g a n mewajibkan instansi pemerintah maupun masyarakat untuk berbahasa Jawa, minimal pada hari-hari tertentu. “Saya mengusulkan Forum Kacang Godog membuat rekomendasi kepada Pemerintah Desa agar membuat peraturan desa yang mewajibkan di hari tertentu menggunakan bahasa Jawa,” jelasnya dalam pertemuan tersebut. Ketidakmampuan berbahasa Jawa

4 edisi 12 8 Januari 2015

dengan baik, lanjut Erik, membuat naskah-naskah kuno Jawa yang ada di Kraton maupun museum tidak banyak dikaji. Oleh karena itu, penting Institut Bahasa Jawa yang akan dibentuk untuk ikut melakukan kajian tersebut. “Padahal dalam naskah-naskah tersebut banyak pengetahuan dan pedoman kehidupan bagi orang Jawa,” tandasnya.

Di akhir diskusi, peserta menyepakati terbentuknya Institut Bahasa Jawa yang menjadi wadah pembelajaran berbahasa Jawa. Program utama yang diusulkan ialah Sekolah Bahasa Jawa bagi anak-anak.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.