
2 minute read
5 Rumah Warga di Bengawan Solo Terancam Longsor
BOJONEGORO (GN) – Se - banyak lima rumah milik warga
Ledok Kulon, Kecamatan Kota
Advertisement
Bojonegoro, terancam longsor.
Rumah-rumah itu berada di pinggir
Bengawan Solo dan hanya menyisakan jarak 1 meter.
Diduga tebing Bengawan Solo longsor terjadi akibat debit air naik dengan status siaga merah pada Jumat (3/3/2023), dan longsor susulan pada Minggu (5/3/2023).
Informasi dari warga, rumahrumah itu sebenarnya berjarak 4 hingga 5 meter dari bibir Bengawan Solo. Namun saat ini nyaris menggerus rumah mereka. “Longsor sekitar satu minggu ini. Kamar mandi rumah juga sudah kena,” tutur salah satu pemilik rumah, Karsono (64), Rabu (5/4/2023).
Longsor yang berjarak 1 meter dari pemukiman warga RT 05,
Ledok Kulon, memiliki kedalaman 10 meter dan panjang sekitar 40 hingga 50 meter.
Lurah Ledok Kulon, Siti Zumrotin Najiyati menuturkan tanah longsor dan yang ditempati bangunan rumah 5 warganya merupakan tanah milik negara. “Yang sudah longsor dan yang ditempati rumah itu tanah negara, kita imbau warga untuk selalu siaga dan waspada akan ancaman tanah longsor,” jelas Lurah Ledok Kulon.
5 Rumah warga yang berjarak sekitar 1 meter dari lokasi longsoran, antara lain milik Karsono, Nono Bawono, Bibit, Kandar dan Yuli Rubedo dalam di RT 05 RW
02 Kelurahan Ledok Kulon.
“Ada lima rumah, dan warga masih menempati rumahnya. Belum ada yang pindah. Kita juga sudah laporkan ke BPBD, Camat, dan kemarin sudah meninjau lokasi longsor,” tutur Lurah Siti Zumrotin Najiyanti.
Camat Bojonegoro Kota, Mochlisin Andi Irawan, mengatakan sebenarnya banyak rumah yang berpotensi terdampak longsor, namun hanya lima yang rawan karena lokasinya sangat berdekatan dengan sungai. Pihaknya pun telah meninjau lokasi kejadian untuk mengetahui kondisi secara pasti. Sementara warga yang rumahnya terdampak longsor pun tidak bisa berbuat banyak.
“Sebagian dari mereka memilih tetap bertahan, meski harus dihinggapi perasaan was-was. Kita juga sudah ingatkan agar untuk sementara tinggal di rumah keluarga lain,” ujarnya, Rabu (5/4/2023). Ia menjelaskan, longsor yang terjadi di wilayah Ledok Kulon sudah berlangsung sejak lama. Pihak kecamatan juga telah berkoordinasi dengan Balai Besar Bengawan Solo (BBWS), agar lokasi yang terdampak longsor itu segera ditindaklanjuti. Namun hingga kini belum ada tanda-tanda akan diperbaiki. Menurutnya, longsor yang terjadi di Bojonegoro Kota tak hanya di Kelurahan Ledok Kulon saja, namun daerah lain seperti Jetak, Kauman dan Semanding juga ada. “Masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor agar berhati-hati. Untuk perbaikan wewenang pusat, kalau pemerintah daerah seperti kita tidak punya wewenang. Terkait relokasi rumah warga atau nanti diperbaiki, itu kita masih menunggu dari pusat,” ungkapnya. trb,det
biasanya...
► Sambungan hal 1
Meski populasi muslim di Kanada telah meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak 1996 berdasarkan survei tentang religiusitas oleh StatsCan, tapi jumlah umat Islam saat ini hanya sekitar 1.053.945 orang saja. Mayoritas mereka menganut Islam Sunni. Tantangan ibadah puasa di Kanada yang muslimnya minoritas selain faktor cuaca dan durasi berpuasa yang panjang, juga suasana Ramadhan tidak terasa sama sekali. Apalagi bagi muslim yang tinggal di luar kota. Keluarga
Entin Gartini sendiri tinggal di luar
Kota Montreal, atau sekitar 30 menit perjalanan menggunakan mobil.
“Suasana di sini berbeda. Jarang ada masjid, tidak terdengar adzan dan bacaan Quran. Karena itu kami bila ingin mendengar bacaan Al Quran atau adzan, ya harus putar sendiri di Youtube. Sedang lama puasa kali ini, Alhamdulillah Ramadhan akhirnya jatuh di musim semi. Jadi waktu puasa tidak sepanjang seperti kalau puasa di musim dingin yang sampai 19 -20 jam. Puasa ta-
Kemenkes...
► Sambungan hal 1
Karena itu, saat Ida menggelar pengobatan massal di GOR Kostrad Depok Senin (3/4/2023), pasien stroke, saraf kejepit, hingga korban tabrak lari ramai-ramai mendatanginya. Antrean orang yang ingin disembuhkan pun membludak, hingga akhirnya praktik Ida Dayak dibatalkan lantaran dia tidak mampu menangani satu per satu pasien yang “mengular” tersebut.
Kalangan pengobatan medis pun merespon pengobatan ala Ida Dayak ini. Kepala Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Siti Nadiia Tarmizi, menjelaskan bahwa sebetulnya pengobatan tradisional tidak dilarang di masyarakat. Pemerintah bahkan mengatur tenaga penyehat tradisional (Hatra) untuk memiliki surat terdaftar hatra tradisional (STPT).