Seiring bertambahnya jumlah perusahaan rekaman di era 80-an, industri musik Indonesia juga semakin berkembang dengan pesat. Muncul berbagai macam eksperimen dalam ranah musik populer yang selanjutnya akan memunculkan karakteristik baru; yakni pop “progresif”.
Musik pop “progresif” adalah musik pop yang dihasilkan dari eksperimen musikal yang mengkombinasikan berbagai jenis musik. Untuk mempermudah dalam membedakannya, pop “progresif” kemudian dikategorikan menjadi beberapa subgenre berdasarkan improvisasi yang ‘melampaui batasan genre-nya’, pendekatan artistiknya, serta kompleksitas harmoni dan strukturnya.
Kira-kira, apa saja ya hasil kategorisasi dari musik pop “progresif” itu? Langsung kita simak di halaman selanjutnya saja, yuk!
SERASA & SENADA HARMONI 80 1
INTRO
BERBAGAI SUBGENRE MUSIK POP DI ERA 80- AN!
SERASA & SENADA HARMONI 80 2
POP CENGENG
Pop cengeng adalah istilah untuk menggambarkan lagu pop yang musiknya cenderung sendu, romantis, dan sentimental. Lagu-lagu pop cengeng biasanya memiliki melodi yang sederhana, lirik yang emosional, serta disenandungkan bersama alat musik akustik.
Munculnya subgenre ini berawal dari PT Lolypop, perusahaan rekaman yang didirikan oleh pemain bas grup
The Mercy’s, Rinto Harahap pada 7 Februari 1976. Bersama PT Lolypop, Rinto mengorbitkan banyak penyanyi yang melejit bersama lagu-lagu karyanya yang sendu-mendayu nan romantis. Menariknya, lagu yang dikelola Rinto ini tak pernah tak ‘meledak’ di pasaran, hingga mampu menjadi ‘patokan’ dan titik sentral industri musik Indonesia sejak akhir tahun 1970-an!
Sedemikian populernya lagu-lagu sendu yang liriknya hampir tidak ada yang tidak mengandung kata “sayang” tersebut, menteri Penerangan RI, Harmoko, sampai menjulukinya sebagai lagu ‘cengeng’. Rinto pun tersinggung dan sangat kecewa!
SERASA & SENADA HARMONI 80 3
Scan untuk melihat karya-karya pop cengeng Rinto!
Kekecewaan Rinto semakin bertambah
tatkala ia membaca koran Kompas
terbitan 25 Agustus 1988. Di sana, tertulis
pengumuman bahwa Harmoko melarang
penyiaran lagu-lagu ‘cengeng’ di TVRI.
Pelarangan ini disebabkan oleh ‘meledak’nya lagu “Hati Yang Luka”, hasil karya
dari Obbie Messakh yang dinyanyikan
Betharia Sonata.
Keputusan Harmoko ini beralasan karena isi dari lagu ‘cengeng’ itu bukanlah kenyataan dan tidak layak untuk didengarkan terus menerus. Bahkan, menurutnya lagu berirama sendumendayu ini dapat membuat mental menjadi lemah dan tidak bergairah. Hal ini pun ditepis oleh Rinto.
“Wah! Wa! Akhirnya aku harus percaya bahwa Harmoko sekarang sudah
merasa dirinya bisa melakukan apa
saja, termasuk menjadi kritikus musik.
Maka aku pun marah besar. Marah
semarah-marahnya! Jangan mentangmentang jadi menteri semuanya mau dinilai! Apa dia betul-betul mengerti?
Lagi pula cengeng? Apanya yang
cengeng? Lagu-laguku tidak cengeng!
Dan tidak bermaksud jadi cengeng.
Jika Harmoko mengatakan laguku terlalu sendu, aku masih bisa terima.
Tapi cengeng? Alangkah rendah pilihan kata-katanya!”
SERASA & SENADA HARMONI 80 4
—Rinto Harahap, dikutip oleh Theodore K. S. dari buku “Rock ‘n Roll Industri Musik Indonesia”.
Meskipun “sendu” dan “cengeng” memiliki arti yang tidak jauh berbeda, namun kata “cengeng” yang umumnya disebutkan dengan ‘nada menyindir’ itu menurut Rinto akan memberi kesan seperti murahan dan tidak bermutu.
Beruntungnya, hal tersebut tidak menggoyahkan popularitas pop cengeng.
—Harmoko, dalam acara HUT TVRI, 24 Agustus 1988
Hal ini dibuktikan dengan penjualan kasetkaset para penyanyi ‘jelita’ penganut pop cengeng besutan JK Records dan Lolypop yang tetap mampu terjual hingga jutaan kopi!
SERASA & SENADA HARMONI 80 5
“Lagu-lagu semacam pop cengeng itu dapat melumpuhkan pembangunan nasional!”
Kemunculan subgenre pop yang satu ini dipengaruhi oleh banyak hal, lho. Simak di halaman selanjutnya, ya!
POP KREATIF
Pop kreatif adalah musik populer yang
‘diracik’ dengan komposisi dan lirik yang
dikombinasikan dengan berbagai elemen
dari aliran musik lainnya (jazz, rock, melayu, dan sebagainya).
SERASA & SENADA HARMONI 80 6
Foto: Utha Likumahuwa
Badai Pasti
Berlalu
Badai Pasti Berlalu adalah film yang diangkat dari novel berjudul sama karya
Marga T. Film ini dirilis pada tahun 1977
dengan Teguh Karya sebagai sutradaranya.
Sebelumnya, kisah dalam novel diterbitkan sepotong demi sepotong di harian Kompas
sejak tahun 1972. Setelah diterbitkan menjadi novel di tahun 1974 dan dibuat menjadi film pada tahun 1977, Badai
Pasti Berlalu berhasil menyabet Piala
Antemas dalam Festival Film Indonesia
1979 dan dinobatkan sebagai film dengan sinematografi, penyunting gambar, tata suara, serta tata musik terbaik lho.
Keren, ya!
Soundtrack yang mengiringi film ini adalah lagu-lagu pop ‘katarsis’ yang progresi akornya tak bisa ditebak. Dengan
sentuhan elemen yang diambil dari
berbagai genre musik, hasil karya cipta
Eros Djarot bersama Yockie Suryoprayogo
dan Chrisye ini mampu memancarkan
aura gloomy, kegelapan yang sangat
nihil, bahkan menjadi mewah bagaikan
orkestra klasik abad 17. Setelah filmnya
Scan untuk
memainkan lagu
dalam album ini!
sukses besar, musik ilustrasi yang materinya dirancang selama satu bulan di kediaman Guruh Soekarnoputra ini barulah dieksekusi Eros, Yockie, dan Chrisye menjadi sebuah album kaset; dengan tambahan bantuan dari Berlian
Hutauruk, Fariz RM, serta Debby dan Keenan Nasution.
Saking uniknya album ini, sempat tak ada produser yang bersedia untuk memproduksinya, lho! Hal ini disebabkan karena musik-musiknya dianggap aneh dan ‘terlalu tinggi’ jika dibandingkan dengan standar musik pop Indonesia pada saat itu. Sampai akhirya, album ini dilirik oleh label Irama Mas Records dan berhasil rilis tahun 1977 dengan tambahan beberapa lagu.
Tak disangka, perpaduan unik nan harmonis yang dituangkan dalam album ini membuatnya ikut menuai kesuksesan
seperti filmnya! Kian sering lagunya diputar di radio, musik-musiknya pun kian dikenal dan sering disebut-sebut sebagai musik pop kreatif.
SERASA & SENADA HARMONI 80 7
Badai Band
Pasca film Badai Pasti Berlalu, Sys
NS memberikan nama pada sebuah
grup musik yang beranggotakan
beberapa orang yang terlibat dalam
Gank Pegangsaan dan projek album
Badai Pasti Berlalu; Badai Band. Formasi
utama Badai Band adalah Yockie Suryo
Prayogo, Chrisye, Oding Nasution, Roni
Harahap, Keenan Nasution, dan Fariz RM.
Tak hanya itu, Badai Band juga turut
‘menarik’ Addie MS, Debby Nasution, dan
Harry Sabar untuk membantunya ketika
tampil. Bahkan, Vina Panduwinata juga
turut didapuk untuk ikut serta mengisi
backing vocal, lho!
Musik yang dibawakan Badai Band
adalah musik yang ‘serasa’ dengan musik
dalam film Badai Pasti Berlalu, yakni musik
beraliran pop kreatif. Pada tahun 1979 dan 1981, Badai Band sempat tampil ‘mewah’
dengan iringan penuh dari orchestra
Idris Sardi. Tak hanya itu, kombinasi
double drum set yang dimainkan
Keenan dan Fariz serta permainan
lebih dari lima keyboard yang disajikan
oleh Badai Band semakin membuatnya
menjadi band pop kreatif yang paling
dahsyat pada masanya. Berkatnya, citra pop kreatif di Indonesia jadi semakin meningkat!
SERASA & SENADA HARMONI 80 8
Formasi utama:
Yockie (keyboard) - Chrisye (bass & vokal) - Oding (gitar)
Roni (keyboard) - Keenan (vokal & drum) - Fariz RM (drum)
LCLR
Selang beberapa waktu, lahirlah Lomba
Cipta Lagu Remaja (LCLR), ajang kompetisi
cipta lagu bagi remaja Indonesia yang
diselenggarakan oleh Radio Prambors
sejak tahun 1977 hingga 1996. LCLR ini
awalnya merupakan hasil ‘cetusan’ dari
obrolan santai Sys NS, Onny, Mohammad
Noor Arumbinang, dan Imran Amir di Radio Prambors. Setiap penyelenggaraannya, LCLR selalu menjaring 10 lagu terbaik
yang akan kelak akan dimuat dalam album
kompilasi “Dasa Tembang Tercantik”.
Dapat dikatakan, LCLR adalah
‘pendobrak’ industri musik Indonesia
karena berhasil menemukan anak-anak
muda berbakat yang ingin memberikan
‘warna baru’ dalam dunia musik pop
Indonesia. Para remaja peserta LCLR
mampu menghadirkan berbagai kombinasi baru nan harmonis yang menghasilkan musik “progresif”!
Bersama iringan musik dari kolaborasi anggota Nasution Bersaudara (Keenan & Oding) dan God Bless (Donny Fattah & Yockie Suryoprayogo), LCLR selalu mampu menggetarkan tren musik negeri ini. Banyak pencipta lagu dan tembang legendaris yang lahir dari LCLR, lho!
Di antaranya ada:
“Kemelut” - Junaedi Salat
“Lilin Lilin Kecil” - James F Sundah
“Akhir dari Sebuah Opera” - Fariz RM
“Kidung” - Chris Manusama
“Apatis” - Ingrid Widjanarko
SERASA & SENADA HARMONI 80 9
POP ROCK
Pop rock merupakan perpaduan dari unsur musik rock yang ‘diperhalus’ dengan teknik aransemen yang sering digunakan
pada musik pop. Jika dibandingkan dengan musik rock murni, musik pop rock cenderung terdengar lebih ‘friendly’
karena tidak menampilkan pembawaan yang keras layaknya musik rock murni.
PENGARUH UTAMA
POP ROCK? YA...
SERASA & SENADA HARMONI 80 10
GURUH GIPSY.
Pengaruh utama kemunculan pop rock adalah Guruh Gipsy, sebuah album eksperimental hasil kolaborasi Guruh Soekarnoputra dengan kelompok musik
Gipsy, band ‘eksklusif’ yang dikenal sering membawakan repertoar-repertoar rock barat yang tak umum.
Sebelumnya, Gipsy terdiri dari Keenan, Onan, Chrisye, Gaury, dan Tammy.
Namun, karena merasa ingin menggarap musik dengan cara yang lebih apik nan
cermat lagi, mereka merubah susunan
anggotanya kembali sebanyak 3 kali, yakni dengan menambah Atut Harahap pada tahun 1970 (melahirkan Gipsy Club), merombak susunan pemainnya menjadi
Keenan, Chrisye, Gaury, Rully, Aji, dan Lulu di tahun 1971, hingga menggaet Abadi Soesman, Roni Harahap, dan penabuh gendar Bali; Syaukat Suryabrata dkk, di tahun 1974.
Penggarapan projek Guruh Gipsy ini diawali dari kedatangan I Wayan
Suparta Widjaja, seorang seniman asal
Bali yang membuat Keenan berhasrat untuk memadukan musik-musik rock
barat yang sering dibawakan Gipsy
dengan musik gamelan khas Bali. Dan di tahun 1975, Keenan pun mengajak Guruh Soekarnoputra yang baru saja
kembali dari Belanda untuk membantunya mewujudkan ide projeknya tersebut.
SERASA & SENADA HARMONI 80 11
Setelah Guruh menyetujui untuk
bergabung, terwujudlah sebuah projek yang dinamakan “Guruh Gipsy”, dengan formasi utama sebagai berikut:
Muhammad Guruh Irianto
Soekarno Putra (GURUH)
Jakarta, 13 - 01 - 1953
VOKAL & BASS
Rada Krisnan
Nasution (KINAN)
Jakarta, 05 - 06 - 1952
Aumar Naudin
Nasution (ODING)
Jakarta, 08 - 12 - 1954
KEYBOARD
KEYBOARD & PENATA MUSIK
Chrismansyah Rahadi (CHRISYE)
Jakarta, 16 - 09 - 1949
Abadi Soesman (ABADI)
Sala, 3 - 01 - 1949
Zahrun Hafni
Harahap (RONI)
Jakarta, 06 - 07 - 1955
SERASA & SENADA HARMONI 80 12
DRUM & VOKAL
GAMELAN & KONSEPTOR
GITAR
Projek Guruh Gipsy ingin menunjukkan
bagaimana ‘menakjubkannya’
ketika kebudayaan khas Indonesia
dibaurkan dengan kebudayaan Barat.
Hal ini beralasan karena projek ini sebenarnya dibuat sebagai ‘sentilan’ untuk pemuda-pemudi bangsa agar
lebih memperhatikan kesenian lokal
lagi, karena pada saat itu penyaringan unsur kebudayaan luar sudah tidak se’seni’ zaman dahulu lagi.
Perekaman album ini dilakukan di sebuah studio rekaman tercanggih di Indonesia saat itu, yakni Laboratorium Pengembangan dan Penelitian Audio Visual Tri Angkasa yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Proses rekam-merekamnya itu kemudian menjadi dua tahapan yang menghasilkan lagu sebagai berikut:
Juli 1975 s.d. Februari 1976
“Geger Gelgel”
“Barong Gundah”
“Chopin Larung”
“Sekar Ginotan”
TAHAP KEDUA (DENGAN CHRISYE) Mei 1976 s.d. Juni 1976
“Indonesia Maharddhika”
“Janger 1897 Saka”
“Smaradhana”
Projek musik yang proses produksinya menghabiskan waktu hingga 16 bulan ini kemudian dirilis secara independen dalam format kaset. Lagu-lagu yang dirilis dalam projek ini sebenarnya diciptakan untuk pementasan karya tari kontemporer, sehingga mayoritas lagunya berdurasi panjang dan dirangkai mengikuti adegan-adegan. Namun, dengan kombinasinya yang khas, album ini kemudian malah menjadi cikal bakalnya aliran pop-rock di Indonesia!
SERASA & SENADA HARMONI 80 13
TAHAP PERTAMA (TANPA CHRISYE)
POP MELAYU
Subgenre pop yang
satu ini merupakan musik melayu yang
diberikan sentuhan
irama dinamis khas musik pop.
Kemunculan pop melayu berawal dari
gagasan dari perancang acara musik TVRI
pada awal tahun 1970-an, Hamid Gruno, yang ingin membuat acara musik melayu
sehabis mengunjungi tempat hiburan
malam dan sarang penjaja seks komersial
populer di masa itu bersama Bartje
van Houten. Di sana, mereka melihat
bahwa lagu-lagu berirama melayu yang
disajikan dengan improvisasi sederhana
oleh sebuah orkes berhasil memikat dan mengundang masyarakat untuk berjoget.
Hamid pun meminta Bartje untuk
mengisi acara musik melayu di TVRI
bersama penyanyi Nanang Kosim, Nana
Diana, dan Syam “D’lloyd”. Lagu ‘melayu
sederhana’ yang dibawakan dalam
acara tersebut kemudian disebut-sebut
sebagai “pop melayu”. Remaco kemudian
berinisiasi untuk mencetaknya ke dalam bentuk kaset. Berbagai grup yang populer seperti Koes Plus, The Mercy’s, Panbers, dan Favourite’s juga turut dikerahkan oleh Remaco untuk memainkan musik pop melayu hingga mampu membuatnya menjadi tren di pertengahan tahun 1970.
Sayangnya, gaung dari pop melayu sempat memudar di awal tahun 80-an, dan baru menginjak kepopulerannya kembali ketika dibawakan oleh Nike Ardilla, Poppy Mercury, Cony Dio, dan Mayank Sari di era 90-an. Pop-Melayu kemudian menjadi ciri khas dari ‘musik pop-nya Indonesia’ ketika memasuki pertengahan 2000-an.
SERASA & SENADA HARMONI 80 14
POP JAZZ
Pop jazz adalah subgenre musik pop yang
berasal dari musik jazz yang dibawakan dan diimprovisasi hingga ‘melampaui batas jazz’. Jadi, permainan ritme di dalamnya pun akan terdengar dinamis seperti musik pop!
Kemunculan subgenre ini dilatarbelakangi oleh seorang pemetik
gitar jazz, Jopie Reinhart Item, yang bereksperimen membuat pagelaran jazz bernuansa simfoni-pop bersama Idris
Sardi, grup Aria Junior, Grace Simon, Margie Segers, dan Mona Sitompul.
Pagelaran tersebut dilaksanakan pada
4 dan 5 Juli 1976 di teater terbuka Taman
Ismail Marzuki.
Di tahun yang sama, ada juga
Jack Lesmana dan combonya yang berkolaborasi dengan penyanyi Rien
Djamain untuk membuat album “Api Asmara” yang diproduksi oleh perusahaan rekaman Hidayat Bandung. Tak disangka, popularitas album ini berhasil meroket!
Bahkan, Rafika Duri, Grace Simon, dan Arie Kusmiran sampai membuat rekaman ulangnya. Tak hanya itu, album ini juga turut dibuatkan dalam versi instrumentalnya oleh Bubi Chen, Ireng
Maulana, A. Riyanto, Jopie Item, dan Rully
Djohan. Kedua hal inilah yang kemudian menjadi pembuka gerbang industri musik pop-jazz di tahun 80-an!
SERASA & SENADA HARMONI 80 15
POP BALADA
Pop balada merupakan lagu pop yang berlirik ekspresif, satir, dan umumnya dimainkan dengan tempo yang cenderung lambat-sedang.
Syair dalam lagu pop balada pun dapat dibuat dari puisi, narasi, ataupun nilainilai religius, sehingga lagunya dapat menunjukkan ekspresi seakan-akan sedang ‘menceritakan suatu kisah’.
Karena itulah, pop balada seringkali digunakan sebagai sarana pengungkap amarah, kritik, ataupun curahan hati akan rasa sosial ataupun suka duka kehidupan yang tak dapat diungkapkan secara langsung!
SERASA & SENADA HARMONI 80 16
Sebenarnya, wujud lagu berlirik satir itu kayak apa sih?
Penasaran?? Coba cari dan dengarkan karya para musisi di bawah ini, deh. Selanjutnya, silahkan analisa sendiri ya ada di bagian mana yang satirnya :p
SURAT BUAT WAKIL RAKYAT
Iwan Fals
BENTO
Iwan Fals
BONGKAR
Iwan Fals & SWAMI
RESESI Chrisye
BIS KOTA
Franky & Jane
GELANDANGAN
Rhoma Irama
TUKANG BECAK
Benyamin S
SERASA & SENADA HARMONI 80 17
• Chrisye lahir di Jakarta, 16 September 1949 dengan nama lengkap Chrismansyah Rahardi.
• Istri Chrisye, Gusti Firoza Damayanti Noor, dulunya merupakan salah satu anggota “band bocah” Noor Bersaudara yang kemudian menjadi sekretaris Guruh Soekarnoputra.
• Kunci Chrisye agar untuk mengatasi rasa grogi ketika pertama kali tampil ialah tidak usah melihat ke arah penonton.
• Sebelum bergabung dengan grup Gipsy, Chrisye awalnya hanyalah penonton setia sesi latihan band Sabda Nada.
• Gaya manggung Chrisye yang sangat minim gerakan membuatnya dijuluki “kaku” oleh seorang penulis majalah Gatra.
• Setiap menggelar pementasan, Chrisye selalu memilih kostumnya sendiri.
• Sepanjang perjalanan karirnya, Chrisye hanya pernah satu kali tampil berakting untuk film, yakni film “Seindah Rembulan” (1980).
• “Pergilah Kasih” adalah lagu pertama Chrisye yang dibuat dalam versi video klip. Lagu ini kemudian menjadi klip Indonesia pertama yang ditayangkan pada MTV Asia Tenggara.
• Dalam sebuah wawancara dengan Kompas pada tahun 1992, Chrisye mengatakan bahwa ia selalu jatuh sakit ketika melakukan perekaman untuk albumnya.
• Single terakhirnya, “Lirih”, baru dirilis satu tahun setelah Chrisye meninggal dunia.