5 minute read

Dua Koridor Baru Terkendala Otista ATS dan Bobats Rencanakan Kolaborasi Sosial

“Kemudian metode pembayarannya dari subsidi pemerintah pusat. Namanya public service obligation (PSO) yang melekat di progam BTS Kementerian Perhubungan (Kemenhub),” jelas dia.

Diketahui sebelumnya, sejak beroperasi pada November 2021, BisKita Transpakuan memiliki empat dari target enam koridor yang melayani masyarakat.

Saat ini, koridor yang beroperasi ialah Koridor 1, 2, 5, dan 5 dengan masingmasing 10 unit bus setiap koridor. (ded/c)

Sejumlah Sapi Terjangkit Penyakit Lato-lato

Sambungan dari Hal 12

Atas temuanya itu, pihaknya menghimbau masyarakat yang ingin membeli hewan kurban, agar lebih teliti.

Menurut dia, DKPP Kota Bogor sudah melakukan sosialisasi tentang penyakit LSD, di kalangan peternak sejak awal tahun.

Pada saat itu, drh. Anizar mengklaim, belum ada temuan kasus penyakit tersebut, baik di Kota Bogor atau pun pulau Jawa. Namun, pada akhir Mei, penyakit Lato-Lato dipastikan sudah masuk ke Kota Bogor.

“Informasi ini diperoleh dari peternak, dan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan positif untuk LSD,” ucap dia.

Menurut dia, biasanya penyakit LSD disebabkan oleh virus.

Salah satu cara pencegahannya, adalah dengan memberikan vaksinasi. Pada awal-awal tahun, Pemkot Bogor memang belum memiliki vaksin LSD.

Oleh karena itu, vaksin hanya diberikan kepada peternak yang sudah terkena LSD.

Peternak kemudian diarahkan agar membeli vaksin secara mandiri. “Sebab, vaksin LSD dapat dibeli sendiri, berbeda dengan vaksin

PMK,” jelas dia. Saat ini, dijelaskan Anizar, beberapa peternak telah mengambil langkah antisipasi dengan membeli vaksin secara mandiri.

Disisi lain, DKPP juga terus mengajukan permintaan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat, untuk memberikan vaksin LSD itu ke Kota Bogor. “Alhamdulilah pada Jumat (2/6), kami mendapat kabar bahwa vaksin LSD sudah dapat diambil,” ungkap dia.

Kota Bogor mendapatkan jatah bantuan sebanyak 500 dosis vaksin untuk LSD. (ded/c)

Sambungan dari Hal 12

Ketua pelaksana Letkol Kes drg. Gunawan membeberkan, acara tersebut akan diisi kegiatan bakti sosial di dua lokasi. Seperti pembagian 200 paket sembako, pengobatan massal 200 pasien, dan bedah 1 unit Gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang akan berlangsung di Wilayah Ujung Genteng pada 20-21 Juli 2023 Mereka juga akan menggelar operasi 50 pasien bibir sumbing, operasi 100 pasien katarak, pemberian 20 kaki palsu, 20 kursi roda, 20 alat bantu dengar, dan donor darah di RSAU Hassan Toto, dan Lanud ATS pada 22-26 Juli 2023.

Sambungan dari Hal 12

Rencana tersebut diungkapkan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor, Eko Prabowo. Dirinya menyebut, pihaknya mengusulkan perbaikan emplasemen terminal, mulai tahun 2024 mendatang.

”Tahun depan akan diperbaiki melalui Anggaran Belanja Pemerintah Daerah (APBD) atas perintah Wali Kota senilai

Lanud

ATS sudah menjadi bagian dari rumah Bobats.”

Tokoh Bobats HAZAIRIN SITEPU

Komandan Lanud ATS Marsekal Pertama (Marsma)

M Taufiq Arasj berharap, rangkaian kegiatan bakti sosial tersebut, bisa memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar Lanud ATS, dan warga Ujung Genteng. ”TNI AU ketika bertugas memang melangit, tapi dalam keseharian harus turun dan membumi, karena masyarakat masih banyak membutuhkan bantuan,” tegasnya. Dalam melaksanakan program tersebut, kata dia, Lanud ATS juga berkolaborasi dengan Yayasan Kick Andy, dan Smile Train yang sudah banyak berperan membagikan ribuan kaki palsu, dan menjalankan operasi bibir sumbing di berbagai daerah di Indonesia. Di tempat yang sama, salah satu tokoh Bobats Hazairin Sitepu mengatakan, Lanud ATS sudah menjadi bagian dari rumah Bobats. Menurut dia, Bobats dan ATS sudah membuat banyak kegiatan, yang tentunya melibatkan masyarakat. Misalnya saja di Gerakan Anak Negeri, yang sempat terlibat dalam program oksigen gratis, saat pandemi. “Saat itu prajurit dan truk ATS yang mengangkut ratusan tabung oksigen setiap malam, dari Cilegon,” ungkap Hazairin. Tokoh Bobats lainnya Guntur Santoso berharap, beragam kegiatan bakti sosial yang direncanakan itu, bisa berjalan lancer, dan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. (fat/c)

Diperbaiki Jadi Sentra TOD

Rp6 miliar. Proyek ini akan berlangsung selama 1 tahun,” ungkap Eko saat ditemui Radar Bogor Sabtu (3/6). Eko menerangkan, awalnya perbaikan Terminal Bubulak direncanakan, bukan menggunakan APBD melainkan Bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Banprov) dan usulan pembangunan konsep park and ride ke Pemprov DKI Jakarta. Upaya itu bahkan dilakukannya berulang-ulang setiap tahun.

Namun hasilnya nihil. Setelah perbaikan selesai Eko berpendapat ke depan, Terminal Bubulak akan menjadi sentra Transit Oriented Development (TOD) yang sangat penting.

”Walaupun itu terminal tipe c, tapi kami bisa melayani supaya pergerakan dari wilayah barat tidak perlu ke tengah (kota) dulu. (Apabila) ada park and ride, cukup di situ saja,” terangnya. Terlebih, rencana ini akan sejalan dengan kerja sama yang sudah terjalin, antara Perumda Transpakuan dengan pihak PT Transportasi Jakarta, yang akan membuka layanan tujuan Terminal BaranangsiangCibubur (Halte Trans Jakarta di Cibubur Junction) dan Terminal Bubulak-Cibubur. Dengan begitu masyarak at bisa melanjutkan perjala nan ke pusat Kota Jakarta, dengan menggunakan Trans Jakarta. (fat/c)

Nasib Eretan Terakhir di Kota Bogor yang Terancam Punah

Sambungan dari Hal 12

Supandi Rahman alias Epeng, teguh mempertahankan eretan milik keluarganya tetap beroperasi, meski nanti ada jembatan sebagai pengganti.

Menurutnya, transportasi unik ini tetap diminati masyarakat karena sudah terlanjur jatuh hati. Bagaimana tidak, eretan legendaris ini sudah jadi saksi hidup perjalanan banyak anak, yang kini sudah tumbuh dewasa. Lebih dari 40 tahun sudah, eretan milik Maman mengab- di pada masyarakat Kelurahan Panaragan dan Kelurahan Cibalagung. Kendaraan berbahan lima ban bekas, yang dirangkai sedemikian rupa dengan papan-papan kayu, dan besi itu setiap harinya melayani masyarakat, yang ingin menyebrangi Sungai Cisadane. Eretan memang memegang peranan penting dalam aktivitas warga sekitar, akibat tidak adanya jembatan di sekitar wilayah ini. Setiap pagi, segerombolan anak sekolah mengantre menunggu giliran naik, dan menyebrang. Meski tampak berbahaya karena ringkih, dan hanya bergamtung pada seutas tali baja, tak ada kekhawatiran bagi warga sekitar saat menggunakan jasa eretan ini.

”Eretan ini sudah ada sejak tahun 1980. Waktu itu bapak saya (Pak Maman) mencari biaya tambahan untuk sekolah anak-anaknya, di samping pekerjaan menarik becak. Kalau dulu ramai sekali yang naik eretan, bahkan sampai mengantri, tapi sekarang seadanya saja,” tutur Epeng, anak pertama Maman yang mulai meneruskan menarik eretan. Ia mengatakan, kemunculan jasa ojek online (ojol) jadi alasan sepinya eretan. Banyak warga yang akhirnya lebih memilih jasa ojol, karena lebih efektif dan efisien ketimbang eretan. Namun kondisi ini tidak membuat Epeng dan Maman menyerah. Mereka tetap beroperasi secara bergantian, karena masih banyak pelajar SMPN 17 Kota Bogor, yang masih menggunakan jasa mereka. Setiap hari, eretan ini beroperasi sejak pukul 6 pagi hingga 6 petang. Masyarakat dikenakan tarif Rp2 ribu untuk sekali menyebrangi sungai, yang memiliki lebar 25 meter dan kedalaman 5 meter itu. ”Dulu memang sampai malam. Tapi sekarang cukup sampai jam 6 karena tidak ada lagi yang naik. Saya juga khawatir dengan keselamatannya. Selain itu saya juga melihat situasi cuaca, kalau hujan dan air naik, kami berhenti beroperasi,” ucap dia. Kini, eretan keluarga Maman dan Epeng kembali teran cam. Sebab, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berencana mem- ba ngun jembatan yang menyam bungkan Kelurahan Paledang dan Kelurahan Pasirjaya. Kehadiran jembatan tentu akan menghilangkan peran dan fungsi eretan. Meski begitu, Epeng bersikukuh akan tetap beroperasi. Menurutnya, jembatan yang akan dibangun nanti, tetap terasa terlalu jauh bagi warga Kelurahan Panaragan. Sehingga masih banyak orang yang akan memakai jasanya. ”Kami sih pasrah saja sama pemerintah. Asalkan ini tetap bida berjalan seperti biasa.

Kalaupun tidak ada yang naik, saya tetap di sini mengumpulkan gelas dan plastik dari sungai seperti sekarang, untuk kemudian dijual ke pengepul,” kata Epeng. Epeng berpendapat, eretan legendaris itu memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Terutama bagi para pelanggan setianya yang rutin naik eretan sejak SD hingga lulus. ”Biar ini tetap jadi sejarah dan akan dikenang masyarakat. Mungkin ada yang sudah bekerja saat pulang ingin melihat dan naik eretan lagi,” harapnya. (fat/c)

Hipjaskon

Kunjungan ke salah satu instansi.

This article is from: