3 minute read

Pedagang Pasar Sukasari Segera Pindah

Sambungan dari Hal 12

Direktur Utama Perusahaan

Umum Daerah Pasar Pakuan

Jaya (Perumda PPJ) Kota Bogor Muzakkir Abdullah mengatakan, sebagian TPS sudah rampung dibangun. Pihaknya juga sudah menggelar pengundian nomor TPS pada Senin (26/6) kemarin. ”Di pasar itu ada sekira 116 pedagang. Saat ini mereka sedang merapikan barang dari tempat lama dan mulai persiapan berjualan di tempat baru,” ucap Muzakkir saat ditemui Radar Bogor Selasa (27/6).

Selanjutnya, pihak pekerja bakal membangun TPS tahap kedua, untuk pedagang malam yang kerap berada di samping pasar. TPS tersebut direncanakan dapat mulai digunakan, pada pekan depan. Muzakkir menerangkan, penempatan pedagang ke TPS, bertujuan agar operasional pasar tetap berjalan, dan tidak mengganggu proses pembongkaran.

Para pedagang bakal berjualan di TPS hingga revitalisasi selesai, yang ditargetkan rampung pada Desember mendatang. ”Mereka tidak dikenakan biaya, hanya service listrik dan air saja,” tutur Muzakkir.

Sebagai informasi, Pasar Sukasari direvitalisasi bukan dengan APBD Kota Bogor, melainkan menggunakan biaya investor sekira Rp30 miliar. Pasar ini akan memiliki lebih dari 500unit kios. Pasar Sukasari baru nantinya, akan menampung para pedagang pakaian, salon, aksesoris dari Pasar Bogor. (fat/c)

Kunjungi Rumah Tertua di Lebak Pilar

Sambungan dari Hal 12

Wali Kota Bogor, Bima Arya, didampingi Camat Bogor Tengah, Dicky Iman Nugraha, Lurah Sempur, Dicky Pratama, bersama RT/RW dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK)

Kelurahan Sempur meninjau langsung penataan dan kebersihan di Kampung Lebak Pilar, Senin (26/6) sore.

Bima Arya beserta rombongan menuju Kampung Lebak Pilar, melewati gapura di Jalan Jenderal Sudirman.

Terdapat berbagai campaign menjaga kebersihan lingkungan, yang dituliskan dalam bentuk mural di lantai anak tangga, dan dinding rumah warga saat memasuki kawasan Kampung Lebak Pilar.

Tak hanya sekedar campaign, di sepanjang jalan yang dilalui juga tidak terlihat adanya tumpukan sampah, yang menggunung di tong sampah, ataupun sampah yang berserakan di jalan.

Keterbatasan lahan di kawasan Lebak Pilar tidak membuat warga bersama pemerintah di wilayah, berhenti berkreasi dan menata kawasan pemukiman, untuk tetap bersih asri dan hijau.

Bersama aparatur wilayah, warga bersama-sama membuat Kelompok Wanita Tani (KWT) sejak tahun lalu yang kini terus ditata dan diupaya- kan menjadi lebih baik. Tak hanya KWT, warga sekitar juga menanam berbagai tumbuhan hias maupun tanaman sayur mayur di depan rumah.

”Bersih, indah dan warga di sini sangat guyub, tertata rapi,” kata Bima sambil menyapa warga saat berjalan menuju lokasi KWT Pilar Sempur. Di dalam KWT seluas sekitar 60 meter, ada berbagai tanaman sayur, tanaman obat, peternakan, produk ecobrick, daur ulang sampah plastik, daur ulang sampah organik sebagai komposter dan olahan makanan dan minuman dari bahanbahan di dalam KWT.

Dari KWT, Bima kemudian melihat lokasi rumah sehat, dan mengunjungi rumah tertua di Kota Bogor yang ada di wilayah Sempur. Lurah Sempur Dicky Pratama mengatakan, warga di wilayahan Sempur sejak dahulu dikenal guyub dan aktif dalam berbagai kegiatan penataan wilayah, sehingga Kelurahan Sempur saat ini ditunjuk untuk mengikuti lomba Bogor Hejo.

Momentum ini kemudian ditindaklanjuti oleh wilayah bersama masyarakat untuk meningkatkan penataan di KWT dan pengolahan sampah menuju kampung ramah lingkungan. Saat ini, warga di masingmasing rumah di wilayah Lebak Pilar sudah memilah sampah dari rumah. Sehingga sampah organik yang dikumpulkan, bisa diolah menjadi komposter pupuk cair yang digunakan untuk menyuburkan tana man di KWT.

Selanjutnya tumbuhan yang ditanam di KWT juga digunakan untuk mengintervensi penanganan stunting dengan membagikan sayur mayur dan hasil perikanan. Sedangkan sampah organik diolah menjadi ecobrick oleh warga sekitar.

”Saya berharap lebak pilar ini bisa menjadi kampung tematik, sehingga Bogor Hejo ini program TP PKK Kota Bogor yang juga berbarengan dengan pengentasan stunting ini bisa juga dikorelasikan dengan kampung tematiknya,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua PKK Kelurahan Sempur, Yeni Dicky Pratama mengatakan, dalam pelaksanaan lomba Bogor Hejo, ada berbagai indikator yang harus dipenuhi.

Sehingga perlombaan ini juga menjadi momentum untuk penataan wilayah dan pemberdayaan perempuan dan masyarakat untuk terus aktif dalam menata wilayah.

Sedangkan keberadaan KWT selain untuk membantu pengentasan stunting ini juga sebagai contoh untuk pemenuhan gizi masyarakat dengan cara yang terjangkau yang juga memiliki manfaat untuk men cegah adanya potensi

Rencana Kota (KRK) dan Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin). Namun pengusaha sering terhambat dalam mengurus di Persetujuan Bangunan Gedung (PBG).

”Mereka investasi dan mengurus izin, lengkap administrasinya, tapi prosesnya lama.

Itu salah siapa? Pemkot Bogornya sendiri. Kenapa diperlambat padahal SOP-nya kalau lengkap 21 hari kerja,” terangnya saat ditemui Radar Bogor, Selasa (27/6). Agus memprediksi ada kendala di jaringan Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG). Selain itu, posisi Restoran Mie Gacoan yang berada di wilayah yang berbedabeda, membuat mereka terkendala dari sisi waktu. ”Cabang 1-4 itu ada di ruas jalan provinsi dan nasional. Contohnya Amdalalin kalo di provinsi yang mengeluarkan Pemerintah Provinsi. Tidak

This article is from: