3 minute read

122 Warga Derita Dispepsia

GEJALA TERASA: Suasana Puskesmas Citeureup saat menangani warganya yang datang untuk memeriksa kondisi kesehatan mereka.

DAPD Luncurkan

Aplikasi Srikandi

SUKARAJA Pemerintah

Kabupaten (Pemkab) Bogor mela lui Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (DAPD)

Kabupaten Bogor meluncurkan aplikasi Sistem Informasi

Kearsipan Dinamis Terintegrasi (Srikandi). Hal ini sebagai wujud implementasi Sistem Pemerintahan Berbasis

Elektronik (SPBE) di Kabupaten Bogor.

Mewakili Plt. Bupati Bogor, Sekretaris Daerah (Sekda)

Kabupaten Bogor, Burhanudin meresmikan peluncuran aplikasi Srikandi di Hotel M-One, Sukaraja, Selasa (27/6). Hadir pada peluncuran tersebut, Kepala Arsip Nasional

Republik Indonesia (ANRI), Imam Gunarto, perwakilan Dispusipda Provinsi Jawa Barat, para kepala dinas, Camat dan Dirut RSUD, serta perwakilan perangkat daerah se-Kabupaten Bogor.

Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor, Burhanudin menjelaskan, penggunaan aplikasi

Srikandi dalam tata persuratan di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Bogor merupakan bagian dari implementasi

Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) serta upaya untuk beradaptasi dengan kecepatan perkembangan teknologi.

“Aplikasi Srikandi menjadikan sistem surat menyurat terintegrasi secara elektronik sehingga semakin mudah, cepat, dan akurat mulai dari proses pembuatan, penandatanganan, pengiriman, termasuk penyimpanan dokumen menjadi lebih efisien dan terstruktur,” jelas Burhanudin.

Ia menambahkan, kita dapat memonitor status surat secara real-time, mengurangi risiko kehilangan atau tumpang tindih data sehingga akan meningkatkan transparansi, efektivitas dan efisiensi dalam tata kelola pemerintahan. Dengan pengelolaan arsip yang baik, tata kelola birokrasi pemerintahan jadi semakin profesional sehingga mendukung kepada upaya pencapaian tujuan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat jadi semakin prima.

“Saya perintahkan kepada seluruh kepala perangkat daerah dan camat di lingkungan pemerintah Kabupaten Bogor agar segera menggunakan aplikasi Srikandi di dinasnya.

Kepada Dinas Arsip, agar me- ngawal dan mendampingi untuk memastikan integrasi aplikasi Srikandi, ini berjalan baik,” tandas Burhanudin.

Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Imam Gunarto mengatakan, Kabupaten Bogor sudah memberikan contoh yang baik bagi kota kabupaten lainnya, hari ini aplikasi Srikandi sudah diluncurkan dan semoga pemerintahan berbasis digital menjadi tradisi.

“Dalam konteks agenda pembangunan bidang kearsipan harus mendukung tiga sektor pertama yakni penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, penyelenggaraan pe me rinta han yang modern, dan penyelenggaraan pemerintahan yang tertib dengan reformasi birokrasi.

Kemudian kearsipan harus mendukung kemajuan kebudayaan terkait dengan karakter bangsa,” kata Imam.

Menurutnya, itu semua merupakan arahan Presiden Republik Indonesia terkait penyelenggaraan kearsipan secara nasional. Maka di Kabupaten Bogor, arahan tersebut juga harus di- selenggarakan dengan baik. Selanjutnya, Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (DAPD) Kabupaten Bogor, TB. Luthfie Syam mengungkapkan, penggunaan aplikasi Srikandi ini harus kita lakukan dengan segera, kita ingin membangun kesadaran bersama agar Srikandi bisa kita jalankan. Saat ini sudah jalan tinggal dioptimalkan salah satunya melalui kegiatan hari ini. “Adminnya sudah ditunjuk, sudah ada surat tugasnya, datanya sudah di kami, user ID sudah diberikan, sarananya sudah ada, dan kami juga sudah menyedia kan Arsiparis penghubung yang ditunjuk melalui SK Bupati. Mari samasama kita dukung karena ini demi kepentingan kita semua,” ungkap Luthfie. Luthfie menambahkan, alhamdulillah dalam Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) dari sekitar 8 sampai 10 yang diintervensi, salah satunya adalah urusan kearsipan, kami memberikan kontribusi yang terbaik.(*cok/b)

CITEUREUPKasus diare di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, rendah. Puskesmas Citeureup mencatat, pada triwulan pertama tahun ini, belum ada pasien diare yang berobat ke puskesmas.

“Untuk diare atau muntaber sampai saat ini belum ada,” kata Kepala UPT Puskesmas Citeureup, dokter Nining Sunengsih, kepada Radar Bogor , Selasa (27/6). Namun, kata dia, penyakit pencernaan yang paling banyak ditemukan di Citeureup yakni Dispepsia. Kata dia, pada triwulan pertama ini, ada ratusan warga

Citeureup yang berobat akibat mengalami Dispepsia. “Yang banyak justru Dispepsia, ada 122 pasien yang berobat selama triwulan pertama ini,” kata dia kepada Radar Bogor.

Wanita yang akrab disapa dokter Ning itu memaparkan, Dispepsia merupakan kondisi yang dapat mengakibatkan munculnya rasa tidak nyaman pada perut bagian atas. “Itu karena masalah asam lambu ng atau penyakit maag,” papar dia.

Kata Ning, Dispepsia sebenarnya bukan mengindikasikan suatu penyakit, melainkan gejala dari masalah kesehatan yang terjadi pada pencernaan. “Tapi, jika tidak segera mendapatkan penanganan, Dispepsia bisa berkembang menjadi kondisi kesehatan yang lebih serius,” tuturnya. Adapun untuk Dispepsia, bisa ditandai dengan beberapa gejala. Seperti rasa cepat kenyang saat makan, perut terasa kembung dan begah setelah makan, timbulnya rasa tak nyaman di bagian ulu hati. “Bisa pula disertai rasa sakit dan perih. Rasa terbakar atau panas di ulu hati. Kadangkadang rasa terbakar ini bisa menjalar dari ulu hati hingga ke tenggorokan. Mual dan kadang-kadang dapat disertai dengan muntah,” tutur dia. Sementara itu untuk rata rata usia pasien Dispepsia di Puskesmas Citeureup ada di kisaran 20-40 tahun.”20 tahun ke atas kebanyakan,” tukas dia. (all/c)

This article is from: