1 minute read

Go-Roasting

Tuntaskan 600 Kasus Stunting

BOGOR Dosen hingga mahasiswa IPB University turun langsung ke masyarakat, ikut membantu Pemerintah kota (pemkot) Bogor menyelesaikan kasus stunting, yang masih jadi masalah. Upaya tersebut dilakukan dengan program Gotong Royong Atasi Stunting (Go-Roasting).

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB University Tin Herawati menjelaskan, Go Roasting merupakan implementasi upaya pentahelix memberantas stunting.

“Dalam Go-Roasting ini kami memiliki 4 kegiatan di antaranya pelatihan pengukuran tinggi badan dan berat badan anak kader posyandu, edukasi keluarga yang mengasuh balita, pemberian makanan bergizi, serta kegiatan pengolahan pangan dalam program dapur peduli keluar- ga,” jelasnya, Jumat (26/5).

Program tersebut direncanakan akan terus berjalan, hingga angka stunting di Kota Bogor mengalami penurunan. Untuk tahap awal, GoRoasting akan berlangsung di lima kelurahan saja. Yakni Kelurahan Sindangbarang, Bubulak, Margajaya, Situgede, dan Balumbang. “Ini juga menjadi wahana pengabdian masyarakat bagi dosen IPB, penelitian, serta pendidikan mahasiswa,” terangnya. Camat Bogor Barat, Dudi Fitri Susandi mengatakan, kolaborasi tersebut menjadi upayanya secara eksternal melawan stunting. Dudi yang juga ketua Himpunan Alumni IPB angkatan 32 itu berharap, Go-Roasting dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara validasi data, edukasi, dan asupan gizi.

“Di Kecamatan Bogor Barat sendiri ada 600 kasus stunting. Kota Bogor menargetkan angka stunting turun 4 persen sehingga hanya 10 persen saja,” tuturnya. Selain berkolaborasi dengan IPB, penanganan stunting juga dilakukan melalui CSR CV Nutrima yang memberikan bantuan paket asupan balita senilai Rp38.250.000. Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim berharap, GoRoasting dapat sukses membantu Pemkot Bogor menurunkan kasus stunting. “Jumlah kasus stunting hanya menyisakan 2003 anak. Langkah yang ditempuh kami pertama dengan mengajak aparatur sipil negara peduli pada penanganan dan pencegahan stunting 1000 anak. Tinggal kolaborasi 1000 anak melalui kerja sama dan CSR,” terang Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) itu. (fat/c)

Kemudian, keberadaan Dewas juga lebih kepada mengawasi bagaimana selama ini pengelolaan zakat yang dilakukan oleh Baznas Kota Bogor. Sebab kata Subhan, dilihat dari komposisi dewas itu sendiri masing-masing punya jaringan dan kewenangan terutama pada ASN.

“Jadi, zakat ASN di Kota Bogot ini belum maksimal, mudahmudahan dengan masuknya Asisten dan Kabag kesra ke Dewas bisa membantu mendorong pendapatan zakat dari ASN,” pungkas dia.(ded/c)

This article is from: