
2 minute read
Sindir Koalisi Perubahan
JAKARTA– Politisi Partai

Persatuan Pembangunan (PPP)
Sandiaga Uno menyoroti penamaan Koalisi Perubahan yang digawangi Partai NasDem, PKS, dan Demokrat. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu menyebut pemilihan nama tersebut salah total. “Koalisi Perubahan itu salah total,” kata pria bernama lengkap Sandiaga Salahuddin Uno itu, dikutip dari YouTube Tempodotco, Rabu (26/7). Bukan tanpa sebab, politisi berlatar belakang pengusaha ini bingung. Apa yang akan diubah oleh koalisi beranggotakan tiga partai itu.
“Karena apa yang mau diubah?” ujarnya sinis.
Belum Putuskan Capres-Cawapres
JAKARTA–Wakil Ketua Umum Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid menyebut pihaknya menunggu takdir Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) untuk memutuskan pasangan bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden pada Pilpres 2024. “Ya, namanya juga takdir kata Muhaimin (Ketua Umum PKB), takdirnya mungkin perlu agak lama, perlu variabel yang lain yang harus dipertimbangkan,” kata Jazilul di Kompleks
Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa. Jazilul mengatakan bahwa ada variabel yang harus dipertimbangkan sehingga membuat pihaknya menunggu variabel langit. “Variabel langit berarti, kan namanya takdir, manusia itu tunggu takdirnya,” ujarnya.

Bahkan, dia mengibaratkan lamanya penantian selama 11 bulan setelah berkoalisi dengan Partai Gerindra tak kunjung membuahkan keputusan pasangan calon bakal capres-cawapres itu layaknya orang yang hamil tua.

“Kalau orang hamil itu sudah caesar,” imbuhnya.
Menurut dia, di usia kandungan 11 bulan namun belum juga “mela- hirkan” mengindikasikan adanya masalah sehingga diperlukan dokter bedah, yakni variabel langit.
“Berarti kan ada masalah dalam perut itu, harus cari dokter yang bagus untuk bedah caesar, ucapnya. Padahal sederhananya, lanjut dia, apabila mengacu pada piagam koalisi PKB dengan Partai Gerindra pasangan calon bakal capres-cawapres ditentukan bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
“Sederhana, bacapres-bacawapres ditentukan Pak Prabowo dan Gus Muhaimin. Pak Prabowo berkeinginan menjadi capres, Pak Muhaimin menerima untuk menjadi capres maupun cawapres kan enggak ada masalah,” tuturnya. Untuk itu, pihaknya saat ini tidak ingin lagi memberikan tenggat waktu agar keputusan pasangan calon bakal capres-cawapres segera diumumkan KKIR, sebagaimana tenggat waktu yang sebelumnya diberikan para ulama dan kiai di PKB agar nama bakal capres dan cawapres segera diumumkan pada Mei dan Juni 2023. (jpc)
Lebih jauh, Sandi mengungkit Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 silam. Saat ia berpasangan dengan Anies Baswedan. Bakal calon presiden (capres) 2024 usungan Koalisi Perubahan. Saat itu, Sandi mengaku selalu menjaga narasi. Agar kata perubahan tak digembar- gemborkan.

“Dulu di DKI misalnya, waktu kita melawan dua pasangan lainnya. Saya jaga narasi ini, kita ini tidak boleh,” jelasnya. Alasannya, karena calon petahana, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat waktu itu memang diakui oleh warga Jakarta.
“Karena sebagian masyarakat Jakarta itu mengakui efektifitas masa pemerintahannya Pak Basuki dan Pak Djarot,” ujar Ketua Bappilu Partai Persatuan Pembangunan itu. Ia mencontohkan beberapa program Ahok saat menjabat Gubernur DKI Jakarta. Seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Sehat (KJS). Karena dianggap efektif saat itu, Anies dan Sandi yang meme nangkan Pilkada 2017 mengadopsinya kembali. Lalu dibuatlah KJP plus dan KJS plus. “Kita bilang hanya yang kurang baik yang akan kita perbaiki. Kan akhirnya kita tersudut ke kelompok yang anti pemerintah,” tandasnya.(fjr)
BERI SINDIRAN: Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sandiaga Uno menyoroti penamaan Koalisi Perubahan yang digawangi Partai NasDem, PKS, dan Demokrat