
5 minute read
Benarkah Gara-Gara El-Nino? Korupsi Dana Desa, Masa Jabatan
Kepala Desa Sembilan Tahun?
MIRIS, seorang kepala desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Banten yang menjabat periode 2015 - 2021 menjadi tersangka korupsi. Akibat ulahnya merugikan negara hingga Rp 988 milyar, uang tersebut ia gunakan untuk berfoya-foya, pesta ditempat hiburan malam, hingga poligami dengan 4 perempuan. Dana yang diperuntukkan pembangunan infrastruktur desa Lontar ia gunakan untuk kepentingan pribadi.
Tindakan korupsi yang dilakukan oleh kepala desa Lontar tersebut menambah daftar panjang kasus rasuah oleh kepala desa. Menurut laporan Indonesia Corruption Watch (ICW), pada tahun 2022 ada 155 kasus rasuah yang terjadi dengan 152 tersangka sepanjang tahun ini. Tren kenaikan kasus korupsi dana desa juga makin konsisten sejak UU Desa diterapkan pada tahun 2015.
Abdul Halim Iskandar selaku
Menteri Desa Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia, menegaskan bahwa dana desa diperuntukkan bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan sumber daya manusia. Menurutnya sudah membuat sejumlah sistem se hingga tingkat transparansi penggunaan dana desa sudah paling baik dibandingkan semua pendanaan di level pemerintah. Distribusi dana desa sudah tepat sasaran, tidak akan ada
Kasus Dugaan Pencurian Data Terulang
MIRIS! Lagi-lagi kasus dugaan pencurian data pribadi terulang. Diduga sekitar 34 juta paspor atau keimigrasian bocor dan diperjualbelikan. Hal itu terungkap lewat akun pegiat informatika, Teguh Aprianto di akun Twitter @secgron (8/7).
Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengharapkan agar semua instansi melakukan pengamanan terhadap kemungkinan terjadinya kebocoran tersebut (7/7).
Penyelidikan pun langsung dilakukan oleh pihak Ditjen
Imigrasi. Saat ini tengah bekerja sama dengan Kementerian
Kominfo dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) guna menelusuri dugaan kebocoran data tersebut (8/7).
Di era digitalisasi dan mudahnya transformasi, dalam sistem kapitalisme sungguh sangat riskan. Keamanan data rakyat yang seharusnya terjaga dan terjamin kerahasiaannya.
Namun, sayang sekali begitu sulit bisa terwujud.
Keamanan rakyat dalam sistem kapitalisme menjadi barang yang sangat mahal. Sejatinya negara harus memerhatikan salah satu kebutuhan vital ini.
Hanya saja, memang pastinya akan membutuhkan pembiayaan dan para tenaga ahli yang memadai. Negara tak boleh mengabaikannya. Setiap rakyat sejatinya memiliki privasi.
Ummu Fathin, Cianjur pembangunan yang mangkrak, keamanan dana pun sudah dilakukan secara berlapis. Sangat disayangkan, maraknya kasus korupsi yang menjerat para kepala desa seolah membantah klaim keamanan dana desa selama ini. Disisi lain ada wacana revisi UU desa yang menetapkan masa jabatan kepala desa menjadi 9 tahun, padahal masa jabatan yang panjang beresiko terhadap meningkatnya korupsi. Integritas kepemimpinan di semua level pemerintahan perlu dibangun atas ketakwaan individu.
Ummu Naziha Cianjur
KEMBALI keran impor dibuka dengan dalih antisipasi
El Nino. Beberapa kalangan menilai bahwa El Nino tidak tepat dijadikan alasan. Apalagi kali ini terjadi lonjakan impor hingga 300 persen ketimbang tahun lalu. Dua juta ton beras masuk ke negeri ini.
Hal ini membuat kecewa para petani. Masyarakat negeri sendiri terpaksa gigit jari, sebab harus bersaing dengan beras impor. Mau tak mau mereka harus menurunkan harga beras. Panen raya yang semestinya merupakan kabar gembira bagi petani, justru berbuah petaka sebab harga beras jatuh.
Kebijakan impor sungguh tak laik, jika tidak melihat kondisi dan masalah yang berkelindan di kehidupan rakyat.
Pemerintah seyogianya lebih jeli memperhatikan urusan rakyat, serta mencarikan solusi yang tepat bagi kemaslahatan rakyat banyak. Bukan bagi pengusaha atau pemilik modal. Tahun politik jelang pemilu, membuat para pemimpin mudah terjebak dan dapat mengalihkan perhatian dari tanggung jawab utamanya yakni mengurusi rakyat. Padahal sejatinya kepemimpinan adalah amanah. Tidak hanya itu, pemerintah yang bersungguh-sungguh peduli dan dekat dengan rakyat, akan lebih dicintai oleh rakyatnya.
Pentingkah Pendidikan di Indonesia?
PENDIDIKAN itu tidak penting di Indonesia. Karena para pemilik stasiun TV tidak banyak menggunakan kekuasaannya untuk mendidik. Mereka mempertontonkan apa saja yang menjadi profit bagi mereka. Drama percintaan, perselingkuhan, dendam dan pertikaian, acara gosip pagi, siang dan malam. Apa yang bisa dipelajari anak-anak kita dari semua itu? Persentase tontonan yang edukatif dan yang non edukatif jauh tertinggal.
Pendidikan itu tidak penting di Indonesia. Para politisi mempertunjukan kepentingan pribadi dan partainya masing-masing. Mereka tidak peduli apakah mereka menjadi tokoh publik yang pantas dilihat dan ditiru. Yang penting agenda mereka tetap berjalan. Elektabilitasnya naik dan terpilih kembali di tahun-tahun mendatang.
Pendidikan itu tidak penting di Indonesia. Banyak pejabat publik dan pejabat pemerintah menjadi koruptor. Tapi mereka sama sekali tidak memperlihatkan rasa malu. Mereka tidak berpikir dan tidak sadar yang dilakukannya bisa menghancurkan generasi ini dan generasi mendatang.
Pendidikan itu tidak penting di Indonesia. Lebih banyak publik figur memilih memamerkan Lamborghini dan barangbarang bermerek, memperlihatkan hartanya. Mereka tidak mau menyuarakan pentingnya pendidikan dan menggunakan kebenaran untuk memperbaiki negerinya. Hasilnya generasi kita berlomba untuk menjadi viral, terkenal dan kaya saja. Pendidikan di Indonesia itu tidak penting. Karena banyak orang tua yang berpikir bahwa kewajiban mereka menjadikan anaknya berpendidikan dan menjadi manusia yang luhur, cukup dengan mengantar dan menjemput anak mereka dari sekolah saja.
Sejak anaknya masuk SD hingga lulus SMA. Terpikirkah untuk membeli buku buku Parenting? Atau buku yang membekali mereka tentang pendidikan anaknya. Pendidikan di Indonesia itu tidak penting. Semua dari kita melakukan apapun semaunya. Kadang tak peduli bahwa kebebasan kita terikat tanggung jawab dan semua tindakan disaksikan anak-anak. Jika ada kasus besar, ada yang salah dengan anak-anak, baik di sekolah maupun di luar sekolah, kita akan meminta Menteri Pendidikan untuk berkomentar dan menuntut pertanggungjawaban. Pendidikan itu tidak penting di Indonesia. Guru-gurunya diberi dan dibiarkan terhimpit kesusahan-kesusahan. Mereka harus menangis, mengemis dan dipaksa menyerah untuk memperjuangkan dan mendapatkan hak-haknya. Waktu yang seharusnya mereka habiskan dengan anak-anak, kita rampas untuk pekerjaan lainnya. Kita Letakkan beban bernama pendidikan di pundak kepala dan kakinya, tapi kita biarkan tangannya terikat dan perutnya lapar.
Pentingkah pendidikan itu di Indonesia? Sebuah pertanyaan yang menggelitik dengan uraian pembahasan yang cukup mendalam untuk direaksi.
Uraian di atas dicatat dari tayangan sebuah Tiktok Thamrin Executive Residence yang dipaparkan oleh seorang perempuan yang berkesan seolah menggambarkan perasaan kekhawatiran, kegelisa han, ketidakpuasan, ketidaknyamanan dan perasaan yang setara itu lainnya tentang dunia pendidikan. Pernyataan-pernyataan yang sangat seksi untuk direspon. Memang tidak semua tayangan televisi yang bersifat tidak mendidik. Tetapi hampir sebagian besar tayangan yang disiarkan tidak berpihak ke dunia pendidikan. Benar, hanya profitlah yang terlihat menjadi tujuan para broadcaster tersebut sehingga menjadi ccntoh yang buruk untuk ditiru setiap tayangannya oleh ank didik kita. Kita tunggu apa yang bisa mereka lakukan untuk perkembangan dunia pendidikan selanjutnya. Para politisi dan pejabat pemerintahan tentang dunia pendidikan? Sepertinya mereka hanya bisa membuat kebijakankebijakan yang entah kepada siapa keberpihakannya. Lalu kalau ada yang salah di dunia pendidikan mereka ada yang sok menjadi pahlawan atau bahkan sebaliknya menjadi oposisi para pekerja dunia pendidikan. Untuk publik figur, sama halnya dengan dua yang di atas. Manakala ada seseorang yang terkendala di dunia pendidikan dan viral di dunia medsos, mereka seolah memanfaatkan momen tersebut untuk menaikan ra ting kepopulerannya. Seolah yang paling perduli akan keberadaannya. Tetapi ketika keviralannya sudah meredup, mereka tinggalkan begitu saja. Coba kalau kepopulerannya dan kekayaannya itu disalurkan ke dunia pendidikan sebagaimana seorang Sadio Mane lakukan untuk tanah kelahirannya, maka niscaya dunia pendidikan Indonesia akan semakin jaya. Khusus orang tua, bagaimanapun pendidikan yang hakiki itu adalah dari orang tua. Karena lama kebersamaannya pun lebih lama dengan orang tua. Dan tidak hanya cukup dengan percaya dan mempercayakan kepada guru dan sekolah. Kebersamaan mendidik dan membimbing anak siswa adalah kolaborasi yang hakiki untuk mengantarkan keberhasilannya. Jangan hanya ketika ada masalah datang dan menyalahkan pihak sekolah, tetapi pembimbingan bersama lah yang membuat mereka berhasil.
Bagi guru, tetap konsisten dalam menjalankan tugas walau bebe rapa bah kan banyak kendala yang sering mendera. Selain kesibukan mendidik dan mengajar, masih pula harus disibukan dengan hal-hal lain seperti mengikuti dan menjalankan beberapa aplikasi yang memuat ketentuan dan aturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.
Pada intinya adalah, pendidikan di Indonesia sangat masih diperlukan dengan catatan semua stockholder mendukung dengan kesungguhan yang hakiki untuk kemajuan bangsa dan negara, khususnya dunia pendidikan.