Pontianak Post

Page 3

pontianak bisnis Pontianak Post

l Kamis 18 Oktober 2012

3

lokomotif kemajuan ekonomi kalbar

REUTERS/BAZ RATNER

SEPEDA KARDUS Izhar Gafni mengangkat sepeda hasil penemuan dan rancangannya di Moshav Ahituv, bagian tengah Israel. Sepeda karya Gafni termasuk unik. Hampir seluruh bahannya berupa kardus atau kertas karton. Sebagai pecinta sepeda amatir, Gafni selama ini dikenal sebagai pakar desain otomatis produk masal. Sepeda temuannya tersebut bisa mengubah kebiasaan transportasi di negara termiskin di Afrika hingga kota-kota terpadat di dunia. Tetapi, kira-kira sepeda itu tahan hujan dan anti air enggak ya?

Rupiah Sulit Menguat

Pajak Amil Zakat Pertanyaan: Saya seorang pengurus sebuah badan amil zakat yang berada di Kota Pontianak. Setiap bulan kami menerima setoran zakat dari beberapa donatur. Apakah setoran yang telah kami terima akan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh)? Haji Amin - Pontianak Jawaban : Terima kasih atas pertanyaan Bapak, Sebelumnya, kami akan menjelaskan tentang pengertian objek pajak. Sesuai Pasal 4 ayat (1) UU PPh, yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama atau bentuk apapun. Setoran zakat itu sendiri merupakan sesuatu yang dikategorikan ke dalam “yang dikecualikan dari objek pajak”. Ada dua perlakuan yang perlu kita ketahui dengan seksama. Yang pertama, untuk amil zakat. Zakat yang diterima oleh amil zakat tidak dikenakan PPh. Hal ini diatur dengan UU PPh No. 7 Tahun 1983 sebagaiman telah diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 yang menyebutkan bahwa “Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Perauran pemerintah”, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. Yang kedua, untuk penyetor zakat. Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-15/PJ/2012 Tentang Perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-33/PJ/2011. Zakat yang dikeluarkan dapat dimasukkan ke dalam biaya sehingga dapat menjadi pengurang penghasilan bruto di SPT Tahunan. Zakat yang dapat dikurangkan adalah zakat yang disetor ke Lembaga amil Zakat (LAZ) dan Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sodaqoh (LAZIS) yang telah dibentuk atau disahkan pemerintah. (*)

JAKARTA—Para pelaku usaha harus mencermati pergerakan nilai tukar rupiah. Sepanjang tahun ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) memang cenderung melemah.” Head of Global Market HSBC Indonesia Ali Setiawan mengatakan, secara umum, nilai tukar rupiah memang relatif stabil namun cenderung melemah. “Saat ini rupiah sepertinya sulit menguat,” ujarnya, kemarin (17/10). Menurut Ali, alasan utama sulitnya penguatan rupiah adalah tingginya tingkat impor Indonesia. Dalam beberapa bulan terakhir, laju impor Indonesia

memang lebih pesat daripada ekspor. Akibatnya, neraca perdagangan bulanan pun sempat beberapa kali defisit. “Kalau impor besar, kebutuhan dolar tinggi, sehingga rupiah tertekan,” katanya. Sebagai gambaran, neraca perdagangan yang sepanjang Januari hingga Maret 2012 masih surplus, muai berbalik menjadi defisit pada periode April hingga Juli. Ini disebabkan tingginya impor yang mencapai puncaknya pada Mei lalu dengan angka USD 17,03 miliar, sedangkan nilai ekspor cenderung stagnan. Pada Agustus, baik ekspor maupun impor menunjukkan

pelemahan signifikan. Pelemahan impor tercatat lebih besar sehingga neraca perdagangan kembali mencatat surplus tipis. Namun, menjelang akhir tahun, impor diprediksi akan kembali naik karena tingginya konsumsi di Indonesia. Dalam beberapa hari terakhir, nilai tukar rupiah cukup fluktuatif. Bahkan, rekor nilai tukar terlemah rupiah terjadi pada 12 Oktober lalu di level Rp9.605 per USD, sedangkan rekor nilai tukar terkuat terjadi pada 2 Februari lalu di level Rp8.892 per USD. Kemarin, berdasar nilai tengah kurs Bank Indonesia (BI), rupiah ditutup di level Rp9.585 per USD.

Realisasi nilai tukar ini cukup jauh dari target asumsi makro APBN-P 2012 yang dipatok pemerintah sebesar Rp9.250 per USD. Padahal, asumsi itu sudah direvisi dari angka APBN 2012 yang sebesar Rp9.000 per USD. Gubernur BI Darmin Nasution menyatakan, BI akan terus memantau pasar untuk memastikan stabilitas nilai tukar rupiah. Dia memprediksi, jika arus investasi bisa masuk dalam jumlah besar pada tiga bulan terakhir 2012, maka nilai tukar rupiah bisa sedikit menguat. “Paling tidak, rupiah bisa berada di level Rp9.200 - 9.400 per USD,” ujarnya. (owi)

Produksi Minyak Terus Menurun JAKARTA—Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) memperkirakan rata-rata produksi minyak tahun ini mencapai 870 ribu barel per hari (bph). Angka tersebut lebih rendah 6,45 persen dari target APBN-Perubahan 2012 sebesar 930 ribu barel per hari. “Realisasi produksi minyak sampai 11 Oktober 2012 baru mencapai 867,08 ribu barel per hari. Hingga akhir tahun kita perkirakan hanya akan mencapai 870 ribu bph,” ujar Kepala BP Migas R. Priyono saat rapat dengan Komisi VII DPR, kemarin. Prediksi BP Migas jauh mengalami penurunan dibanding realisasi produksi minyak 2011 yang sebesar 902 ribu bph. Priyono mengatakan, rendahnya produksi minyak disebabkan empat hal. Pertama, tidak kembalinya produksi Chevron Pacific Indonesia akibat pecahnya pipa TGI serta kebakaran FSO Lentera Bangsa di CNOOC sebesar 9.000 bph. Kedua, efek tertundanya keputu-

san operator baru saat pengalihan operator Blok WMO dari Kodeco ke PHE WMO yang menyebabkan kehilangan 5.500 bph. “Dua ini masalah klasik,” tukasnya. Faktor ketiga adalah penurunan produksi pada Lapangan Tunu dan Peciko di Blok Mahakam serta beberapa lapangan lain sebesar total 6.500 bph. Keempat, kerusakan pada beberapa fasilitas produksi dengan kehilangan mencapai 10.100 bph. “Secara total, tahun ini kita perkirakan kehilangan produksi hingga 52.000 bph,” ujar Priyono. Ha l- ha l la i n ya ng m e nyebabka n berkurangnya produksi minyak tahun ini adalah tertundanya pengadaan rig, keterlambatan proyek, masalah pembebasan lahan, dan perubahan prioritas pekerjaan. Priyono menambahkan, Indonesia mengalami puncak produksi minyak pada 1996 dengan jumlah 1,16 juta bph. Setelah itu, produksi minyak terus mengalami penurunan secara alami. Belum ditemukannya lapangan migas baru juga menjadi masalah. “Saat ini hanya Cepu yang diharapkan akan mengangkat kembali produksi minyak bumi mencapai

satu juta bph,” tuturnya. Pengamat minyak dan gas dari Center for Petroleum and Energy Economics Studies (CPEES) Kurtubi menilai, pengelolaan migas nasional oleh BP Migas telah gagal. Ini bisa dilihat dari produksi migas yang terus turun. Hal itu menyebabkan penerimaan negara dari sektor migas menurun. Di sisi lain, cost recovery meningkat. “Ini jelas cara kelola yang salah. Jadi, BP Migas harus segera dibubarkan. Produksi kita rendah ini karena tidak ada penemuan sumur baru dalam 10 tahun ini,” katanya. Menurut Kurtubi, kondisi ini terjadi berkaitan dengan UU Migas. Sebab, UU Migas yang menciptakan BP Migas sehingga sistem prosedur investasi migas jadi berbelit-belit. Salah satunya, investor disuruh bayar royalti lebih dulu sebelum melakukan eksplorasi. “Yang tanda tangan kontrak ini BP Migas. Tapi, kalau perusahaan kontraktor mendapatkan hambatan di daerah, BP Migas nggak bisa mencari solusi dan melindungi investor. Jadi, proyeknya terganggu,” kata Kurtubi. (wir/ca)

Bea Masuk Afsel Turun 80 Persen JAKARTA - Pasar ekspor komoditas Indonesia diprediksi akan semakin besar di pasar internasional. Peluang cerah di tengah situasi perlambatan perekonomian global ini selaras dengan makin terbukanya Afri-

c

m

y

k

ka Selatan (Afsel) sebagai negara tujuan ekspor non tradisional. Upaya liberalisasi Afsel dalam kerjasama perdagangan, ditunjukkan dengan komitmen penurunan bea masuk importasi barang dari Indonesia hingga 80

persen. Dari yang sebelumnya mencapai 30 persen, diprediksi turun hingga kisaran 5 persen. Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan mengatakan selama ini pengusaha Indonesia enggan menggenjot ekspor ke Af-

sel lantaran bea masuk impor yang sangat besar. Kondisi itu dianggap tidak menguntungkan, meski sejatinya pasar ekspor komoditas ke benua hitam itu masih sangat potensial. Komoditas yang berprospek cerah di antaranya ban, tekstil, kertas, dairy product, hingga crude palm oil (CPO). “Afsel belum banyak tahu tentang potensi produk komplementer dari Indonesia. Akhirnya mereka menerapkan bea masuk sangat besar,” ungkap Gita usai membuka Trade Expo Indonesia di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, kemarin (17/10). Namun, ke depan tidak ada lagi alasan bea masuk sebagai penghambat perluasan pasar eksporter Indonesia ke Afsel. Gita memaparkan Afsel telah memiliki komitmen untuk membuka lebar keran impornya dengan cara menurunkan hambatan tarif. “Bea masuk bisa turun. Dari puluhan persen, bisa ke 5 persen saja,” tuturnya. Dia melanjutkan, untuk merealisasikan komitmen ini, maka kedua negara saat ini tengah melakukan studi mendalam tentang komoditas apa saja yang bisa diturunkan bea masuknya. . (gal)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.