4 minute read

Keanekaragaman Wujud Para Buddha

PARADHAMMA

Keanekaragaman Wujud Para Buddha dan Bodhisatwa: Pentingnya Kreativitas serta Fleksibilitas dalam Menolong Banyak Orang

Advertisement

Sofia Dwifa Wirahadi-FEB 2018

Seperti yang kita tahu, Buddhisme terbagi menjadi tiga tradisi besar: Theravada, Mahayana, dan Vajrayana. Dalam tradisi Mahayana dan Vajrayana, Buddha tidak hanya merujuk pada Buddha Sakyamuni. Ada BuddhaBuddha lain seperti Buddha Amitabha, Buddha Bhaisajyaguru atau Buddha Pengobatan, Buddha Vairocana, dsb. Meskipun penampilan serta kualitas yang dimiliki oleh para Buddha tersebut sama, terutama kebijaksanaan dan welas asih yang tak terhingga, terdapat hal yang membedakan para Buddha tersebut dari satu sama lainnya, yaitu tubuh mereka. Semua Buddha memiliki tiga jenis tubuh, yaitu Nirmanakaya, Sambhogakaya, dan Dharmakaya. Nirmanakaya adalah tubuh para Buddha yang muncul di alam samsara ini, termasuk alam manusia, Sambhogakaya adalah tubuh para Buddha yang muncul di Tanah Suci, dan Dharmakaya adalah tubuh kebenaran para Buddha, Kebuddhaan itu sendiri dan keadaan sejati semua makhluk. Nah, Amitabha dan Bhaisajyaguru merupakan Sambhogakaya dari para Buddha, sedangkan Buddha Sakyamuni merupakan Nirmanakaya. Terlepas dari perbedaan itu, ketiga Buddha tersebut sama-sama memiliki Dharmakaya.

Di samping para Buddha, para Bodhisatwa atau calon Buddha juga memiliki peran aktif dan penting, terutama dalam kedua tradisi tersebut. Beberapa Bodhisatwa yang terkenal

m i s a l n y a Avalokitesvara yang melambangkan welas asih Buddha, Ksitigarbha yang bersumpah untuk tidak mencapai Kebuddhaan hingga semua tingkat alam neraka kosong, Manjusri yang melambangkan kebijaksanaan Buddha, dan Maitreya. Masingmasing Buddha dan Bodhisatwa memiliki variasi wujud. Misalnya, Avalokitesvara di India dan Tibet berjenis kelamin lelaki (di Tibet disebut Chenrezig), sedangkan di Cina berjenis kelamin perempuan dan disebut Dewi Kwan Im. Beliau dapat bertangan dua, empat, enam, bahkan sampai seribu. Contoh lainnya adalah Maitreya yang memiliki wujud seperti pangeran di India, tetapi berwujud seperti biksu gendut di Cina. Lalu, Buddha Bhaisajyaguru yang digambarkan memegang pagoda di tradisi Cina, tetapi digambarkan sebagai perwujudan berwarna biru di tradisi Tibet.

Mengapa wujud para Buddha dan Bodhisatwa tersebut bervariasi? Tidakkah variasi wujud-wujud tersebut dapat membingungkan kita para makhluk yang mengarungi lautan samsara ini? Tentu saja tidak. Variasi wujud tersebut tak lain adalah upaya atau keterampilan mahir yang dimiliki oleh para Buddha dan Bodhisatwa untuk menolong lebih banyak makhluk.

Seperti yang kita tahu, tujuan para Buddha dan Bodhisatwa adalah untuk membebaskan semua makhluk di samsara dari penderitaan tanpa terkecuali. Masalahnya, semua makhluk di samsara memiliki kecenderungan batin yang berbeda satu dengan lainnya, hal ini karena karma dan kilesa yang dibawa dari kelahiran-kelahiran sebelumnya yang tak terhingga. Oleh karena itu, para Buddha dan Bodhisatwa akan mengubah wujud mereka sesuai dengan kecenderungan batin makhluk-makhluk tersebut. Misalnya, dalam Saddharmapundarika Sutra, dinyatakan bahwa Avalokitesvara akan mengubah wujudnya menjadi Buddha, Brahma, Sakra, dewa, naga, biksu, upasaka, upasika, perumah tangga, bahkan anak kecil sekalipun untuk menolong makhluk-makhluk yang membutuhkan pertolongan dari wujud-wujud tersebut. Contoh lainnya adalah Dewi Tara yang disebut sebagai salah satu jelmaan Avalokitesvara atau Kwan Im. Dewi Tara sendiri memiliki 21 wujud dan wujud utama Beliau adalah Tara Hijau. Beberapa emanasi Dewi Tara lainnya adalah Tara Putih dan Kurukulla (Tara Merah). Contoh penerapan keterampilan Dewi Tara dalam mengubah wujudnya adalah ketika Dewi Tara menjadi Kurukulla yang berpenampilan cantik, beliau menumbuhkan rasa ketertarikan dalam diri kita untuk mempraktikkan Dharma dan merealisasikan Kebuddhaan lengkap sempurna.

Penyesuaian wujud ini tidak hanya terbatas pada kecenderungan batin, tetapi juga pada latar belakang kebudayaan yang dimiliki oleh semua makhluk. Hal ini direfleksikan melalui keanekaragaman wujud yang dimiliki oleh Avalokitesvara dan Maitreya ataupun variasi

penggambaran para Buddha seperti Amitabha atau Bhaisajyaguru dalam berbagai kebudayaan, terutama tradisi China dan Tibet. Lebih dari itu, Chogyal Namkhai Norbu, seorang guru dari tradisi Vajrayana, menyatakan bahwa Bunda Maria merupakan salah satu wujud Tara; dijelaskan bahwa Bunda Maria dan Dewi Tara sama-sama dipandang sebagai sosok ibu yang penuh dengan welas asih serta merangkul semua makhluk. Dari sini, kita juga dapat memahami sifat inklusif Buddhisme karena Buddhisme mengakomodasi kebudayaan setempat.

Sebagai penutup, keanekaragaman wujud yang dimiliki para Buddha dan Bodhisatwa ini merupakan bentuk kreativitas serta upaya tak terhingga yang dikerahkan oleh mereka untuk membebaskan kita semua dari samsara. Tentu saja, tidak cukup jika kita hanya berhenti di pemahaman kita terkait kemampuan super yang dimiliki oleh para Buddha dan Bodhisatwa. Menyadari hal ini, kita seharusnya bertekad untuk meneladani kreativitas serta semangat mereka dengan berupaya untuk beradaptasi dengan orangorang dari berbagai latar belakang dan juga meningkatkan kreativitas kita dalam menolong lebih banyak orang.

(SAL/JAY)

O’Brien, Barbara, “Twelve Buddhas”, Learn Religions, 27 Agustus 2018, https://www.learnreligions.com/a list-of-buddhas-450140 Kane, Lee, “Chenrezig: the many faces of Avalokiteshvara’s compassion – sometimes we need a father or mother, sometimes a friend, sometimes a warrior”, Buddha Weekly, https://buddhaweekly.com/manyfaces-avalokiteshvaras-compassion-sometimes-need-father-mother-sometimes-friend-sometimeswarrior/ Kane, Lee, “Youthful Manjushri: the beginning and flowering of wisdom; the gentle friend who cuts through ignorance with his flaming sword; Arapachana, the great essence mantra”, Buddha Weekly, https:// buddhaweekly.com/youthful-manjushri-the-beginning-and-flowering-of-wisdom-the-gentle-friendwho-cuts-through-ignorance-with-his-flaming-sword-arapachana-the-great-essence-mantra/ Kane, Lee, “Kurukulla: the “Diva” Dakini of enlightened magic; the enchantress transforms seduction into ‘the cause of wisdom’”, Buddha Weekly, https://buddhaweekly.com/kurukulla-the-diva-dakini-ofenlightened-magic-the-enchantress-transforms-seduction-into-the-cause-of-wisdom/ Kane, Lee, “The 8 Great Bodhisattvas represent the 8 Great Qualities of Buddha; why we need these qualities to help heal the world”, Buddha Weekly, https://buddhaweekly.com/the-8-great-bodhisattvasrepresent-the-8-great-qualities-of-buddha-why-we-need-these-qualities-to-help-heal-the-world/ Kane, Lee, “Chenrezig: the many faces of Avalokiteshvara’s compassion – sometimes we need a father or mother, sometimes a friend, sometimes a warrior”, Buddha Weekly, https://buddhaweekly.com/manyfaces-avalokiteshvaras-compassion-sometimes-need-father-mother-sometimes-friend-sometimeswarrior/ Kane, Lee, “Avalokiteshvara: delivering us from every danger – “Bodhisattva Perceiver of the World’s

Suffering”; Chapter 25 Lotus Sutra”, Buddha Weekly, https://buddhaweekly.com/avalokiteshvaradelivering-us-from-every-danger-bodhisattva-perceiver-of-the-worlds-suffering-chapter-25-lotussutra/ Kane, Lee, “Limitless Tara: Beyond the Green: Buddha, Bodhisattva, Savior, Mother of all the Buddhas,

Hindu Maa Tara, Goddess of Many Colors, Consort of Buddhas, Wisdom Mother, Action Hero…”, Buddha

Weekly, https://buddhaweekly.com/limitless-tara-beyond-green-buddha-bodhisattva-savior-motherbuddhas-hindu-maa-tara-goddess-many-colors-consort-buddhas-wisdom-mother-action-hero/ Sobenes, Eddie, “Four heroic incarnations of Ksitigarbha, the “Earth Store” Bodhisattva – unfailing, nevertiring compassion”, Buddha Weekly, https://buddhaweekly.com/four-heroic-incarnations-ofksitigarbha-the-earth-store-bodhisattva-unfailing-never-tiring-compassion/

This article is from: