Pantau Terkini Edisi20160416

Page 1

Harga @Rp.7500

EDISI Thn II/8 15-04-2016

Sejumlah Lsm akan melaporkan PT surya jaya abadi perkasa terkait dengan kebohongan publik

Probolinggo, PantauTerkini Kasus kadin jatim akan bergulir ke ketua kadin kabupaten probolinggo masa kerja tahun 20112013 yang di ketuai oleh Cipto Santoso yang sekarang menjadi pengurus kadin kabupaten probolinggo, awal mula perseteruan ini dengan kordinator bcc Totok Supriyadi yang alamatnya di jl semeru kelurahan triwung kidul rt 11 dan rw 01 di kecamatan kademangan, dimana PT SJAP memberikan surat tagihan ke saudara Totok red sejumlah Rp 1.218.509.000 untuk pembayaran pembelian kompos ke petani jamur bromo ke PT SJAP dabn Rp 30.000.000 yang suratnya di tandatangani pada tanggal 30 april oleh saudar Seno Adji Wibowo dan Bapak Mahfudi, tetapi terkait dengan itu pak Totok berhasil di konfirmasi oleh tim investigasi LAKRI S.Riyanto, Dimana Pt SJAP mempunyai hutang yang lebih besar yaitu Hutang PT. SJAP Ke BCC kurang lebih untuk sisa pann jamur Rp 1.476.801.050 dan sisa untuk dana kompos 1.200.000.000 Demiasi kompos atau pengurangan babat kompos Rp. 630.000.000 Fee untuk koordinator BCC kurang lebih 19.000.000.000 untuk pengiriman kompos ke petani dan pembelian hasil panen jamur ke petani pe-

riode 2011 sampai 2013 disurat perjanjian kerjasama PT SJAP dan BCC Cipto Santoso selaku ketua kadin kabupaten Probolinggo, korda ESQ 165 dan Dirut PT SJAP, PT SJAP patut di audit terkait wajib pajak masa kegiatan pemulihan ekonomi pasca erupsi bromo 2011 sampai dengan 2013. Sekarang jumlah petani hanya tersisa kurang lebih 10 orang dari 250 orang ketika di bina BCC setelah di take over di ambil alih SJAP, SJAP terindikasi melakukan kejahatan ekonomi dan kebohongan publik selama ini dengan memfitnah koordinator BCC ,dengan pemberitaan sebelumnya pada trahun 2014 pada tanggal 23 januari bahwa PT SJAP untung besar dan banyak laba,para petani sukses tetapi pada tahun yang sama tanggal 29 januari 2014 Kadin kabupaten probolinggo membubarkan BCC,ada apa sebenarnya,terkait dengan itu tim investigasi beberapa kali kerumah mantan Kadin Kabupaten probolinggo nini tidak ditemui dan sambungan hp selular di hubungi aktif tapi belum sempat mengangkat,Para LSM Lainnya di probolinggo akan melaporkan temuan ini ke KEJATI JATIM menurut IR Wisman wakil direktur LPK,bersambung (team 7)

Ditegur Kapolda, Polres Belu Kembalikan ID Card dan Tape-recorder Pewarta PPWI

Pantauterkini, Jakarta - Kapolres Belu, AKBP Putu Gede Artha, melalui Kanit Buser Polres Belu bernama Timi, akhirnya mengembalikan ID Card dan alat perekam suara (tape recorder) milik anggota PPWI, Felixianus Ali, di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Pengembalian barang-barang milik Felix, demikian ia sehari-hari disapa, dilakukan pada Jumat kemarin, 8 April 2016, di Kantor Polres Belu. Demikian laporan disampaikan oleh Felix dari Atambua. Proses pengembalian ID Card dan tape recorder tersebut dilakukan Kapolres setelah mendapat teguran keras dari Kapolda NTT, Brigjen Pol Drs. Eustasius Widyo Sunaryo kepadanya, terkait kinerja anak buahnya yang merampas paksa ID Card dan barangbarang milik pewarta Felix. Kapolda NTT memerintahkan agar Kapolres Belu segera mengembalikan ID Card dan tape recorder kepada pemiliknya, disertai pesan agar para aparat polri di Polres tersebut jangan gegabah dalam melaksanakan tugasnya. “Kita mendapat teguran dari Kapolda terkait kasus perampasan ID Card dan tape recorder anggota PPWI, dan Kapolda meminta agar segera dikembalikan,” demikian ujar Kapolres melalui anak buahnya, Timi, kepada pihak keluarga.

Kapolda NTT pantas memberikan teguran kepada Kapolres dan jajaran di bawahnya. Mantan Pimpinan PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian) itu mendapat permintaan dari Mabes Polri di Jakarta agar menyelesaikan kasus perampasan ID Card PPWI yang dilaporkan dan telah diberitakan secara luas oleh berbagai media massa yang tergabung dalam PPWI Media Group. Kita mendapat informasi dari Mabes Polri dan membaca beritanya di media bahwa telah terjadi perampasan ID Card dan tape recorder Pewarta PPWI, dan diperintahkan untuk diselesaikan sebelum masalahnya melebar keman-mana, demikian pesan Kapolda. Dalam persoalan pemberitaan, tidak ada aturannya bagi anggota polisi untuk mengambil ID Card, juga merampas peralatan jurnalis, jelas itu sebuah kesalahan, tambahnya. Merasa malu atas teguran tersebut, akhirnya Kapolres mengutus anak buahnya, Kanit Buser, Timi, pada Selasa, 5 April 2016, untuk berkunjung ke rumah Felix dengan maksud utama menyampaikan permohonan maaf dan meminta Felix ke Polres Belu, menerima pengembalian ID Card dan tape recorder secara resmi. Sayangnya, Timi yang datang di sore hari tersebut hanya menjumpai ibu kandung Felix, karena sang pewarta PPWI tersebut sedang di luar ru-

mah untuk sesuatu urusan. Kepada Ibudanya Felix, sang Kanit Buser menyampaikan pesan Kapolres Belu untuk mengembalikan ID Card PPWI dan tape recorder milik Felix seraya meminta maaf atas peristiwa tidak menyenangkan tersebut. Rencana awalnya, Felix akan menjemput ID Card dan tape recorder miliknya pada tanggal 6 April, namun kesempatan baik untuk ke Polres Belu baru terlaksana pada Jumat, 8 April 2016 siang. Setelah menunggu cukup lama di Kantor Polres, akhirnya Felix yang ditemani seorang teman wartawan di Atambua bertemu dengan Kanit Buser, Timi, yang baru datang ke kantor untuk urusan lainnya di luar Polres. Dalam pertemuan tersebut, ID Card dan tape recordernya dikembalikan. Sebagaimana diketahui bahwa ID Card dan tape recorder pewarta PPWI, Felixianus Ali, dirampas paksa oleh Kasatreskrim Jefrri Fanggidae dan Kepala Bagian Operasional Apolinario da Silva dengan alasan bahwa ID Card dan tape-recorder tersebut berbahaya, sehingga perlu diamankan (baca: Rampas ID Card dan Tape-recorder Pewarta, Oknum Polres Belu Tergolong Preman Seragam Cokelat). Kasus perampasan milik wartawan ini terkait dengan gencarnya Felix memberitakan tentang kasus penjualan tanah Keuskupan Atambau oleh Uskup Atambua, Uskup Domi Saku (Uskup Saku Dinilai “Mandul” Memimpin Wilayah Keuskupan Atambua). Peristiwa perama-

pasan paksa yang tergolong tindakan kriminal oleh oknum polisi tersebut berlangsung pada 12 Maret 2016, dalam sebuah forum “penghakiman” atas pemberitaan kasus tanah keuskupan oleh Uskup Saku bersama para pastor dan polisi dari Polres Belu, bertempat di ruang Keuskupan Atambua. Tidak terima dengan perampasan barangbarang miliknya, Felixianus Ali menyampaikan laporan ke Dewan Pengurus Nasional PPWI dan Redaksi KOPI. PPWI kemudian melakukan upaya pendekatan kekeluargaan kepada Polres Belu, namun tidak berhasil. Akhirnya, digunakanlah jalur pemberitaan untuk membuka borok ketidak-becusan oknum Polres Belu dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayan, pelindung, pengayom dan pelindung rakyat. Berita yang dirilis pada Senin, 4 April 2016, itu kemudian menyebar ke berbagai kalangan, selain melalui PPWI Media Group, juga tersebar melalui jejaring sosial dan sosial media. Kapolri, Divhumas Polri, Divpropam Polri, Mabes TNI, beberapa menteri Kabinet Kerja Jokowi-Jk, dan Kapolda NTT serta beberapa anggota DPR-RI dan DPD-RI mendapat tembusan informasi tentang kasus itu. Esoknya, Kapolda NTT langsung merespon dengan menghubungi Polres Belu dengan pesan utama untuk mengembalikan ID Card dan tape recorder anggota PPWI atas nama Felixianus Ali sesegera mungkin. (APL)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.