Tuhan Mengapa Aku Menderita?

Page 1

Melihat Allah dalam Penderitaan Kita Penderitaan dan kesusahan. Meskipun situasi yang kita alami berbeda satu sama lain, seluruh pengalaman pahit itu melahirkan satu pertanyaan besar, “Mengapa?� Buklet ini berupaya untuk menggali akar dan penyebab dari penderitaan dan kesusahan yang kita alami dari sudut pandang Alkitab. Sejatinya, penderitaan merupakan dampak dari salah satu karunia terbesar Allah bagi manusia, yakni kebebasan untuk memilih. Menerapkan kebebasan itu memang dapat membawa manusia pada kesulitan dan masalah besar. Syukurlah, Allah tidak asing dengan penderitaan yang diakibatkan oleh dosa kita. Dia tidak saja memahami derita kita, tetapi juga berjanji untuk menyertai kita di saat kita mengalaminya.

TUHAN,

Mengapa Aku Menderita?

Bill Crowder bergabung dengan Our Daily Bread Ministries setelah melayani sebagai gembala gereja selama lebih dari 20 tahun. Sekarang Bill adalah wakil presiden Our Daily Bread Ministries dalam bidang pengajaran. Selain membawakan program radio Discover the Word dan menulis renungan untuk Our Daily Bread, sebagian besar waktunya digunakan untuk mengajar dalam Bible Conference di berbagai negara.

Diterbitkan dan didistribusikan oleh PT. Duta Harapan Dunia www.dhdindonesia.com

Bill Crowder



pendahuluan

Tuhan, Mengapa Aku Menderita?

Melihat Allah dalam Penderitaan Kita

S

ejak kecil, kita ingin melakukan segala sesuatu semaunya sendiri. "Aku mau es krim; aku tak mau makan kacang!" "Mengapa aku harus tidur siang?" "Sampai kapan aku tidak boleh masuk rumah?" Dengan bertambahnya usia, kita pun memiliki lebih banyak kebebasan. Setelah dewasa, kita sudah dapat memutuskan sendiri apa saja yang mau kita lakukan. Kita diciptakan untuk hidup bebas. Semua manusia mendambakan kebebasan. 1


Namun kita juga diciptakan untuk mengemban tanggung jawab—atas diri sendiri dan atas orang lain. "Tak seorang pun manusia bisa hidup sendiri," tulis penyair John Donne. Yang ia maksudkan saat itu adalah kematian satu orang pun dapat memberikan pengaruh terhadap banyak orang. Namun sesungguhnya, pandangan itu berlaku untuk seluruh kehidupan. Setiap pilihan yang dibuat manusia mempunyai pengaruh terhadap hidup manusia lainnya. Ini tidak mungkin kita hindari. Allah memberi kita kebebasan memilih. Saat Adam dan Hawa menerapkan kebebasan tersebut, pilihan yang mereka ambil tanpa pikir panjang itu justru menyebabkan kejahatan masuk ke dunia. Sekarang kita masih memiliki kebebasan memilih, tetapi kita juga hidup dengan segala konsekuensi dari kebebasan itu. Karena itulah kita tidak merasa benar-benar bebas. Mengapa ada penderitaan? Patutkah kita menyalahkan Allah atas semua penderitaan yang terjadi? Apakah peran dari kebebasan yang diberikan Allah kepada manusia untuk memilih dalam setiap kejahatan yang terjadi setiap hari? Apakah artinya memiliki kebebasan sejati? Our Daily Bread Ministries

2

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?



daftar isi satu

Peliknya Penderitaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 dua

Mengapa Kita Menderita?. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 tiga

Konsekuensi dari Pilihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 empat

Di Manakah Allah? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23 lima

Akhir dari Penderitaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29

Penerbit : Our Daily Bread Ministries Penulis : Dennis Fisher Editor : J. R. Hudberg Penerjemah : Helena Simatupang Editor Terjemahan : Dwiyanto, Natalia Endah Penyelaras Bahasa : Bungaran Penata Letak : Andy Liaw Perancang Sampul : Stan Myers Foto Sampul : Getty Images/Ghislain & Marie David de Lossy Perancang Interior : Steve Gier Gambar Interior : Getty Images/Ghislain & Marie David de Lossy (hlm.1); Gerhard Lipold via Pixabay.com (hlm.5); Constance Kowalik via Pixabay.com (hlm.9); Imma via MorgueFile.com (hlm.15); Emma Blowers via Pixabay.com (hlm.23); Lisa Hansson via RGBStock.com (hlm.29). Kutipan ayat dikutip dari teks Alkitab Terjemahan Baru Indonesia © LAI 1974 dan Alkitab Kabar Baik dalam bahasa Indonesia Sehari-hari © LAI 1985 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. © 2020 Our Daily Bread Ministries, Grand Rapids, Michigan. Cetakan kedua. Dicetak di Indonesia. Indonesian Discovery Series “Why? Seeing God in Our Pain"


satu

Peliknya Penderitaan

T

eduhnya perairan Samudra Hindia nan biru di lepas pesisir barat Sri Lanka menutupi kehancuran yang terjadi di sana beberapa bulan sebelumnya. Pada tahun 2004, gelombang tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi di Samudra Hindia telah meluluhlantakkan daerah itu. Kerugian yang diderita akibat sapuan gelombang samudra tersebut sungguh tak terbayangkan: lebih dari 200.000 nyawa hilang di 14 negara. Namun pukulan berat dialami oleh negara pulau Sri Lanka. Setelah air surut, ditemukan lebih dari 35.000 orang yang meninggal, 21.000 orang terluka, dan setengah juta orang lainnya kehilangan rumah, dan hidup mereka benar-benar hancur. Bencana tsunami 5


tersebut telah mengguncang Sri Lanka dalam skala nasional, masyarakat, keluarga, maupun individu. Pada bulan Mei 2011, di belahan dunia yang berbeda, sebuah badai besar melanda kota Joplin di negara bagian Missouri, Amerika Serikat. Tornado dengan kecepatan angin 400 km per jam telah menimbulkan kerusakan hebat di seluruh kota dan mengakibatkan 158 orang meninggal, 1.150 orang terluka, dan kerusakan materi sebesar 2,8 miliar dolar AS. Di antara kedua peristiwa tersebut, saya melihat adanya penderitaan pribadi di bandara Grand Rapids, Michigan. Di lintasan bandara, tampak sebuah peti jenazah sedang diturunkan dari pesawat, dan keluarga yang berduka sedang berusaha menerima keadaan tersebut. Ketika kami telah masuk ke dalam pesawat, sang pilot memberi pengumuman dan Baik saya alami menghimbau agar semua sendiri atau penumpang yang duduk di dialami oleh sisi kanan untuk menurunkan orang-orang yang penutup jendela pesawat. "Baru saja tiba jenazah salah seorang saya kasihi . . . prajurit kita. Marilah kita sepertinya hidup menghormati privasi keluarga ini selalu diselingi yang tengah berduka." oleh beragam Baik penderitaan itu saya penderitaan, alami sendiri atau dialami kehilangan, dan bersama oleh orang-orang dukacita. yang saya kasihi—baik berupa 6

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?


kematian seorang anak atau pasangan hidup secara mendadak; pemberontakan seorang anak; terenggutnya pernikahan, pekerjaan, rumah, persahabatan—sepertinya hidup ini selalu diselingi oleh beragam penderitaan, kehilangan, dan dukacita.

` Kehidupan ini ibarat mozaik dari berbagai jenis peristiwa. Dari kejauhan, keseluruhan gambarnya terlihat indah. Namun keindahan yang menyeluruh itu tidak selalu terlihat di tiap peristiwa. Ada peristiwa yang menambah percikan keindahan dan warna. Ada peristiwa yang membuat gambar itu menjadi suram. Itulah saat-saat penderitaan terjadi. Sering kali ketakutan, penderitaan, luka hati, dan rasa kehilangan membayangi masa-masa sukacita kita. Penderitaan tidak hanya dirasakan pada saat peristiwa-peristiwa itu kita alami. Pedihnya penderitaan yang kita alami meninggalkan ketakutan dan keraguan yang membekas di benak kita. Meskipun pengalaman-pengalaman tersebut hanya dialami oleh kita sendiri, tetapi semua itu tidaklah asing bagi umat manusia pada umumnya. Penderitaan dan rasa sakit adalah belenggu yang menyatukan kita semua. Namun, meski kita tahu bahwa kita tidak mengalaminya sendiri, pemahaman itu tetap tidak membuat kita terhibur. Kita pun bertanya-tanya, Mengapa penderitaan dan kepedihan begitu sering terjadi? Di dunia yang rusak oleh bencana alam dan bencana buatan manusia—perdagangan manusia, kecanduan, penyakit, kemiskinan, kelaparan, genosida (pembantaian

Peliknya Penderitaan

7


besar-besaran suatu golongan bangsa), perang, badai (baik dalam arti sebenarnya atau arti kiasan)—rasanya wajar apabila muncul rasa takut dan keraguan dalam diri kita. Bahkan sering kita menujukan segala ketakutan dan keraguan itu kepada Allah yang kita anggap baik dan berkuasa, tetapi yang kita pikir kadang enggan, atau mungkin tidak sanggup, menghentikan penderitaan dan kehilangan yang dialami dunia yang terluka. Mengapa ada penderitaan? Di manakah Allah ketika penderitaan terjadi? Dapatkah kita mempercayai kebaikan Allah bahkan di saat kita sedang menderita? Kita mungkin tidak bisa menjawab secara lengkap setiap pertanyaan tersebut. Namun penggalian yang kita lakukan mungkin dapat memberikan jawaban atas apa yang disebut Philip Yancey sebagai "pertanyaan yang merongrong kita". Dalam penggalian tersebut, kita dapat menemukan alasan-alasan baru untuk berpaling kepada Allah, karena seperti yang dikatakan oleh Ajith Fernando asal Sri Lanka, Dialah "Allah yang ikut merintih bersama kita". Alkitab menunjukkan bahwa kita dapat mempercayai kasih Allah kepada kita bahkan di saat keadaan yang ada sepertinya tak sanggup lagi kita jalani. Dalam kerinduan untuk sungguh-sungguh memahami tentang rasa sakit dan penderitaan, kiranya kita ditolong oleh hikmat dari Alkitab hingga kita menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penting tersebut.

8

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?


dua

Mengapa Kita Menderita? Jika engkau telah terjaga semalaman dan menangis tanpa henti sampai air matamu kering—kau akan tahu bahwa pada akhirnya ada sebuah keheningan. Engkau merasa seolah-olah tidak ada lagi yang akan terjadi.

P

(C. S. Lewis, The Lion, the Witch, and the Wardrobe)

hilip Yancey menulis, “Betapa kita mendambakan sebuah jawaban atas pertanyaan abadi itu ('Mengapa?'). Kita bisa menyalahkan kejahatan manusia sebagai penyebab segala penderitaan luar biasa yang terjadi di Sarajevo dan perang-perang lainnya. Sementara untuk peristiwa di Newtown, Boston, dan tragedi lain yang serupa, kita dapat menyalahkan masalah kelainan jiwa, ideologi garis keras, peraturan yang buruk tentang senjata api, atau kelalaian orangtua. Namun kita menyebut tsunami dan bencana alam lainnya sebagai 'takdir dari Allah', karena tidak ada lagi yang bisa kita salahkan atas peristiwa-peristiwa itu.� 9


Pertanyaan mengapa itu telah membayangi kita semua. Pertanyaan itu memang penting. Yesus sendiri berseru, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (MATIUS 27:46). Pertanyaan mengapa menuntut alasan atas semua peristiwa itu, dan mencari pihak yang harus bertanggung jawab. Kita ingin menyalahkan seseorang. Beberapa orang menyalahkan Allah, karena menganggap Dia tidak mampu, Pertanyaan atau bahkan tidak mau, mengapa mencegah penderitaan yang kita menuntut alasan alami. Yang lain berkata bahwa atas semua penderitaan disebabkan oleh peristiwa itu, dan Iblis, dan kesakitan kita adalah karya kejahatannya. Namun mencari pihak ada juga yang berkata bahwa yang harus memang tidak ada jawaban bertanggung yang bisa diberikan, dan tidak jawab. Kita ingin ada seorang pun yang bisa menyalahkan disalahkan. Menurut mereka, seseorang. memang begitulah dunia, dan jawaban hanya dapat ditemukan dalam diri kita sendiri. Namun Alkitab berkata sebaliknya. Menurut kitab Kejadian, penderitaan adalah potensi yang muncul (dan tentunya tidak dikehendaki) seiring dengan diberikannya kemampuan kepada manusia untuk memilih—suatu karunia yang sesungguhnya sangat baik dan wajar. 10

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?


Ciptaan Allah yang semula. Kejadian 1 menggambarkan tentang rangkaian peristiwa penciptaan. Allah melihat segala yang dijadikan-Nya dan berkata, “sungguh amat baik” (KEJADIAN 1:31). Penderitaan yang kita alami Allah melihat bukanlah bagian dari ciptaan segala yang Allah yang mula-mula. Laki-laki dijadikan-Nya dan perempuan yang pertama dan berkata, itu menikmati kehidupan yang “sungguh amat penuh arti, tujuan, sukacita, dan, baik.” Penderitaan yang lebih utama dari semuanya, hubungan yang tak terhalang yang kita alami dengan Allah dan hubungan yang bukanlah bagian terbuka di antara mereka berdua. dari ciptaan Namun keadaan itu bukannya Allah yang tidak dapat berubah. Allah tidak mula-mula. hanya memberikan firdaus kepada Adam dan Hawa sebagai tempat tinggal mereka, serta hubungan yang dekat dengan diriNya—Dia juga memberi mereka kesempatan untuk memilih apakah mereka menginginkan semua itu atau tidak. Karunia memilih. Peristiwa yang terjadi dalam Kejadian 3 disebut sebagai "Kejatuhan dalam dosa". Apa yang Kejatuhan dalam dosa mengacu pada pilihan Adam dan Hawa untuk tidak menaati Allah dan keadaan mereka selanjutnya yang terpisah dari persekutuan sempurna dengan Allah.

Mengapa Kita Menderita?

11


tercatat di pasal itu tidak akan pernah terjadi seandainya Allah menciptakan manusia yang dapat bergerak secara otomatis, selalu bertindak persis sesuai kehendak Allah, dan tidak bisa memilih kehendak yang lain. Alih-alih, Sang Pencipta justru memperkenankan Adam dan Hawa untuk menentukan pilihan mereka sendiri. “Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia: 'Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati'� (KEJADIAN 2:16-17). Pilihan yang diberikan Allah tidak rumit, tidak juga sederhana. Tidak rumit, karena mereka cukup memilih mau makan atau tidak. Namun dengan pilihan tersebut, Adam dan Hawa juga menentukan apakah mereka mau menjalani hidup menurut kehendak mereka sendiri atau kehendak Pencipta mereka. Mereka pun memilih untuk menuruti kehendak mereka sendiri. Saat pilihan itu dibuat (KEJADIAN 3:6-7), tabir pun terbuka dan sepasang manusia pertama itu masuk ke dalam realitas baru— realitas yang tidak lagi semata-mata ditentukan oleh kebaikan Allah. Bagi mereka dan semua keturunannya, hidup ditentukan oleh semua implikasi dan konsekuensi dari pilihan mereka untuk mengikuti kehendak mereka sendiri dan menolak pimpinan Allah. Dampak dari pilihan. C. S. Lewis, dalam bukunya yang berjudul Mere Christianity, menggambarkan implikasi dari pilihan yang dibuat Adam dan Hawa: "Dari satu usaha yang sia-sia itu telah timbul hampir semua hal 12

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?


yang kita sebut sebagai sejarah umat manusia—uang, kemiskinan, ambisi, perang, pelacuran, kasta, kerajaan, perbudakan—kisah panjang yang memilukan dari usaha umat manusia untuk menemukan sesuatu di luar Allah Meskipun yang akan membuat kita bahagia." kebebasan Generasi demi generasi ikut untuk memilih terkena dampak mengerikan dari berpotensi konsekuensi pilihan tersebut. Kita mendatangkan tidak hanya memikul akibat dari bencana—yang pilihan yang dibuat oleh Adam dan Hawa, tetapi juga memikul paling jelas beban yang ditimbulkan oleh adalah rusaknya pilihan-pilihan kita sendiri. hubungan Meskipun kebebasan untuk kita dengan memilih berpotensi mendatangkan Allah—Dia masih bencana—yang paling jelas tetap memperadalah rusaknya hubungan kita kenankan kita dengan Allah—Dia masih tetap untuk memilih. memperkenankan kita untuk memilih. Pilihan kita memiliki pengaruh yang luar biasa. Karunia kebebasan untuk memilih itu menyadarkan kita bahwa pilihan kita akan mempunyai pengaruh. Tidak mungkin kita menerima kemampuan untuk memilih tetapi menolak fakta bahwa pilihan itu membawa akibat. Ketika kita memilih, sesuatu pasti terjadi, dan sebaliknya, sesuatu yang lain tidak terjadi. Setiap pilihan memiliki konsekuensi.

Mengapa Kita Menderita?

13


Dari kisah tentang pilihan yang dibuat oleh Adam dan Hawa, Philip Yancey mengatakan kepada muridmuridnya, “Kalian bebas untuk menolak Allah dan cara kerja dunia ini. Namun saya sendiri menghormati Allah yang tak hanya memberi kita kebebasan untuk menolakNya, tetapi Dia juga mencantumkan kata-kata penolakan itu dalam Kitab Suci.� Penolakan tersebut menjawab satu pertanyaan mengapa, tetapi memunculkan pertanyaan mengapa lainnya. Mengapa ada penderitaan, kerusakan, dan pergumulan di dunia ini? Karena Allah memperkenankan manusia untuk memilih—dan dunia di sekitar kita menanggung akibat dari pilihan itu dan pilihan-pilihan lain yang selanjutnya dibuat oleh manusia. Namun . . . Mengapa itu begitu penting? Karena setiap pilihan yang kita buat, sama seperti pilihan yang dibuat Adam dan Hawa, tidak terjadi tanpa menimbulkan pengaruh. Semua pilihan pasti ada konsekuensinya. Apa sajakah konsekuensi tersebut?

14

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?


tiga

Konsekuensi dari Pilihan Penderitaan dijanjikan bagi kita. Itu menjadi bagian manusia [setelah Adam dan Hawa berdosa]. Kita bahkan diberi tahu, “Berbahagialah orang yang berdukacita,� dan saya memahaminya. Saya memang menerima apa yang seharusnya menjadi bagian saya. Namun tentu berbeda ketika penderitaan itu menimpa saya, bukan orang lain, dan sungguh terjadi, bukan sekadar imajinasi. (C. S. Lewis, A Grief Observed)

S

etiap aksi pasti menimbulkan reaksi. Semua pilihan memiliki dampak. Keputusan Adam dan Hawa mengandung konsekuensi-konsekuensi, baik bagi diri mereka masing-masing maupun bagi hubungan mereka, dari yang dialami langsung maupun yang kelak akan terjadi. Akibat langsung dari pilihan Adam dan Hawa melukiskan kenyataan pahit dari dunia kita, yakni sebuah dunia yang menderita karena konsekuensi dari pilihan. Ketika kisah dalam Kejadian beranjak dari taman Eden, 15


beragam konsekuensi mulai terurai. Konsekuensinya antara lain: Konsekuensi langsung. Adam dan Hawa tidak hanya menjadi yang pertama membawa dosa dan penderitaan ke dunia, mereka jugalah yang pertama kali merasakan konsekuensinya. Konsekuensi-konsekuensi tersebut terjadi dalam beberapa bagian penting dari kehidupan manusia. Pertama, semua ciptaan akan mengalami penderitaan. Sekarang manusia harus bekerja dengan susah payah (KEJADIAN 3:17-19). Pekerjaan yang awalnya dirancang untuk memberikan kepuasan sejati, sekarang dipenuhi dengan kekecewaan dan kerja keras. Alih-alih menikmati hasil yang melimpah dari pekerjaannya, Adam harus bersusah payah mengolah tanah dan alam yang sekarang terkutuk. Kerja keras dengan susah payah itu tidak pernah usai bagi generasi demi generasi sesudah Adam, dan kita tetap harus berjuang untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang kita inginkan. Kata yang diterjemahkan menjadi susah payah dalam Kejadian 3:17 adalah kata Ibrani itsabon. Akar kata ini adalah asab, yang berarti kesusahan, dan menunjuk pada tindakan bekerja keras yang meletihkan dengan hasil yang sukar didapat atau mengecewakan.

Kedua, berubahnya hubungan antara laki-laki dan perempuan. Kepolosan mereka (KEJADIAN 2:25) berganti menjadi rasa malu dan kesadaran diri (KEJADIAN 3:10). Dalam realitas kehidupan baru di dunia yang telah berdosa, kerja sama di antara mereka yang semula saling menguntungkan dan menopang, kini berubah menjadi hubungan yang saling ingin menguasai dan 16

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?


penuh ketegangan. Bagi Hawa, sukacita dari proses melahirkan yang tadinya dimaksudkan untuk memenuhi bumi dengan keturunan yang segambar dan serupa dengan Allah, sekarang menjadi proses yang susah payah Dalam realitas dan menyakitkan (KEJADIAN 3:16). kehidupan baru di Namun yang terutama, dunia yang telah hubungan yang paling dilukai berdosa, kerja dan dirusak oleh pilihan tersebut sama di antara adalah hubungan antara manusia mereka yang dengan Allah. Persekutuan manusia dan Allah yang semula saling semula tak terhalangi, sekarang menguntungkan menjadi rusak dan terhilang. dan menopang, Pilihan untuk tidak taat telah kini berubah membangun penghalang antara menjadi Sang Pencipta dan umat yang hubungan yang diciptakan segambar dengan-Nya. saling ingin Napas hidup yang dihembuskan menguasai Sang Pencipta kepada manusia dan penuh pada akhirnya akan memudar, ketegangan. meskipun tidak secara langsung tetapi tetap tak terelakkan (KEJADIAN 3:19). Kematian itu tidak hanya dialami oleh Adam dan Hawa, tetapi juga oleh setiap manusia sejak saat itu. Konsekuensi yang langsung terjadi dan mengubahkan hidup dari pilihan pertama itu terlihat dalam kehidupan pribadi maupun bersama dari Adam dan Hawa. Namun

Konsekuensi dari Pilihan

17


konsekuensi-konsekuensi tersebut tidak saja dialami oleh kedua manusia pertama itu, melainkan juga oleh setiap keturunan mereka. Penderitaan karena pilihan Sering kali, yang dibuat orang lain. Di satu sisi, kita semua menanggung kesalahan yang akibat dari pilihan yang dibuat dilakukan oleh oleh Adam dan Hawa. Namun di orang lain sisi lain yang jelas-jelas berbeda, mempengaruhi ketika kini kita memperhatikan kehidupan oranganak-anak mereka, kita juga orang yang tidak melihat bahwa kita semua bersalah. membuat pilihan—dan pilihanpilihan tersebut sering melukai orang lain sama parahnya seperti melukai diri kita sendiri. Dalam cerita mengenai Kain dan Habel (KEJADIAN 4:1-12), kita membaca tentang pertikaian dan persaingan di antara dua saudara yang berakhir dengan pembunuhan. Ketika kecemburuan Kain terhadap Habel mencapai puncaknya, Allah mengingatkan Kain bahwa ia punya kemampuan untuk memilih. “Dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya� (Kejadian 4:7).

Pembunuhan pertama itu memang merupakan peristiwa yang sangat tragis, tetapi itu juga menunjukkan buruknya penderitaan yang dialami orang lain karena pilihan-pilihan kita, terutama jika pilihan kita itu 18

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?


didorong oleh keinginan untuk mementingkan diri sendiri. Sering kali, kesalahan yang diperbuat oleh orang lain memberikan akibat buruk bagi kehidupan orang yang tidak bersalah. Dalam banyak peristiwa holocaust (pembasmian orang Yahudi Eropa oleh Nazi Jerman pada Perang Dunia II) dan genosida, tidak terhitung jumlah orang yang musnah sebagai korban dari kepentingan diri sendiri. Demi mengejar kuasa, harta, atau keduanya, manusia-manusia berhati sesat dan rusak membuat pilihan-pilihan yang harus dibayar mahal dengan nyawa dan penderitaan banyak manusia. Penderitaan karena hidup di dunia yang rusak oleh dosa. Seiring dengan penyebaran manusia, berbagai pengkhianatan, kekerasan, perlakuan kejam, perang, dan banyak hal buruk lainnya turut tersebar ke seluruh dunia yang Allah ciptakan. Pilihan-pilihan yang dibuat manusia menunjukkan betapa jauhnya mereka telah menyimpang dari taman Eden dan dari Allah. Keadaan yang menyedihkan tersebut terlihat jelas dalam Kejadian 6:5-7, ketika kerusakan umat manusia yang berdosa begitu mendukakan hati Allah sehingga Dia mengirimkan air bah untuk memusnahkan bumi. Setelah peristiwa air bah tersebut, Allah memulai kembali dari awal. Namun peristiwa air bah yang dashyat itu juga mencerminkan dampak dari pilihan yang diakibatkan manusia atas seluruh karya ciptaan Tuhan. Air bah mengungkapkan tentang bertambah pesatnya pengaruh dosa, sekaligus menunjukkan bahwa ciptaan Tuhan akan menanggung beragam konsekuensi dari pilihan yang dibuat manusia. Keadaan tersebut ditegaskan oleh Rasul

Konsekuensi dari Pilihan

19


Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma, “Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk samasama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin” (ROMA 8:22). Seluruh ciptaan mulai berkeluh kesah ketika semak dan duri mulai tumbuh di tanah yang diolah Adam demi mendapatkan makanannya. Bumi harus menanggung beban dari bencana air bah yang dikirim Allah. Bumi masih merintih dan akan terus merintih sampai bumi itu diperbarui dan berfungsi lagi seperti tujuannya semula (YESAYA 65:17; 66:22; 2 PETRUS 3:13; WAHYU 21:1; LIHAT JUGA ROMA 8:18-30). Ajith Fernando berkata bahwa dengan jatuhnya manusia ke dalam dosa, “alam semesta kehilangan keseimbangannya.” Ketika ciptaan Tuhan merintih, kita turut merintih. Penderitaan tertunda untuk sementara waktu. Tidak semua konsekuensi terjadi dengan segera. Terkadang kita tidak melihat bagaimana pilihan-pilihan kita akan mempengaruhi orang-orang di sekitar kita atau bahkan diri kita sendiri. Yusuf bukan satu-satunya orang yang menderita ketika ia dijual sebagai budak oleh saudarasaudaranya (LIHAT KEJADIAN 37). Yakub juga menderita karena kehilangan anak yang paling dikasihi-Nya dan mengalami kesusahan karena melihat anak-anaknya mengulang dosa yang pernah diperbuatnya dahulu. Mungkin kelihatannya saudara-saudara Yusuf tidak menanggung akibat dari pilihan yang mereka buat, tetapi sebenarnya itu hanya sementara. Selama Yusuf berada di Mesir pada tahun-tahun ketika keadaan menjadi lebih buruk, saudara-saudara Yusuf harus 20

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?


menanggung beban rasa bersalah dari tindakan jahat mereka terhadap Yusuf dan ayah mereka. Selama di Mesir, Yusuf tidak hanya menjalani hidup sebagai budak, tetapi juga dituduh melakukan upaya pemerkosaan hingga ia dimasukkan ke penjara selama bertahun-tahun dan dilupakan oleh orang yang pernah ditolongnya di penjara. Rasa bersalah adalah akibat emosional dari sebuah pilihan. Kita akan mengalami rasa bersalah ketika membuat keputusan yang jelek atau buruk sehingga orang lain atau diri kita sendiri menderita.

Salah satu pelajaran yang tidak pernah berubah dari Alkitab adalah meskipun dampak dari suatu pilihan pasti terjadi, tetapi itu tidak selalu secara langsung. Asaf mengeluh dalam Mazmur 73 tentang makmurnya hidup orang-orang yang kejam dan hanya memikirkan diri mereka sendiri. Ia bertanya-tanya Hanya ketika kapan mereka akan dimintai berada dalam pertanggungjawaban atas hadirat Allah, perbuatan, perkataan, dan sikap Asaf dapat mereka terhadap Allah dan memperoleh manusia. Hanya ketika berada pengertian baru. dalam hadirat Allah, Asaf dapat memperoleh pengertian baru. Ia mulai melihat Ia mulai melihat bahwa waktu bahwa waktu Allah tidak selalu sama dengan Allah tidak selalu waktu kita. Pikiran Asaf dipenuhi sama dengan kebingungan, “sampai aku masuk waktu kita. ke dalam tempat kudus Allah,

Konsekuensi dari Pilihan

21


dan memperhatikan kesudahan mereka. Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur� (MAZMUR 73:17-18). Walaupun tampaknya para pelaku kejahatan itu selalu berjaya, Asaf mulai melihat kesudahan mereka. Meskipun dampak dari pilihan-pilihan mereka yang menimbulkan penderitaan di dunia kelihatannya belum terjadi di luar perkiraan, pastilah Sang Hakim atas seluruh bumi akan melakukan apa yang benar. Pada waktu Allah, akan tiba harinya ketika keadilan akan datang bergulung-gulung seperti air—meskipun itu mungkin tidak terjadi hari ini. Penundaan itu adalah hak mutlak Allah, sekaligus mungkin sebagai pernyataan dari kasih karunia-Nya. Rasul Petrus mengingatkan kita bahwa kesabaran Allah dimaksudkan untuk memberikan waktu bagi orang-orang supaya bertobat dan kembali kepadaNya (2 PETRUS 3:9). Akan tetapi, penundaan itu juga menimbulkan rasa frustrasi dan sangsi. Kita bertanyatanya, "Apakah Allah sungguh-sungguh peduli?" dan mungkin juga mulai mempertanyakan keberadaan-Nya.

22

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?


empat

Di Manakah Allah? Saya mengeluh kepada Allah bahwa seluruh alam semesta ini terasa begitu kejam dan tidak adil. Namun bagaimana saya bisa menilai sesuatu itu adil dan tidak adil? Seseorang bisa mengatakan bahwa sebuah garis itu bengkok bila sebelumnya ia sudah pernah tahu tentang garis yang lurus. Lalu dengan apa saya membandingkan alam semesta ini pada saat saya menyebutnya tidak adil? (C. S. Lewis, Mere Christianity)

B

arbara Brown Taylor menulis, "Penderitaan membuat semua orang menjadi teolog. . . . Penderitaan merupakan salah satu cara tercepat untuk langsung bertemu dengan yang Mahakudus�. Mereka yang menderita telah mengajukan lebih banyak pertanyaan tentang diri dan karakter Allah dibandingkan dengan orang pada umumnya. Pertanyaan-pertanyaan mereka penting untuk ditanyakan. 23


Jadi, di manakah Allah dalam semua peristiwa tersebut? Setiap upaya untuk memahami Allah harus mempelajari juga teologi tentang penderitaan, yakni memahami Allah di tengah penderitaan dan bukan terpisah Allah bukanlah dari penderitaan. Pencipta Pilihan yang dibuat Adam dan Hawa telah membuat penderitaan yang tidak menghiraukan menjadi hal yang wajar di kesusahan kita, dunia. Allah bukanlah Pencipta melainkan Dia yang tidak menghiraukan kesusahan kita, melainkan Dia mempedulikan mempedulikan kita di saat kita kita di saat kita menderita. Dia bahkan memilih menderita. untuk ikut menderita. Oleh karena Dia tahu bagaimana rasanya menderita, maka saat penderitaan melanda, kita bisa percaya kepada-Nya. Janji Allah akan penderitaan-Nya sendiri. Membaca kisah tentang penderitaan manusia yang begitu memilukan di Alkitab sama seperti membaca berita utama di surat kabar. Namun demikian, di antara semua kisah tentang penderitaan dan kesusahan itu, Allah berjanji akan bertindak terhadap penderitaan yang ada. Harga untuk mengubah penderitaan menjadi sesuatu yang baik dan indah itu tidak akan pernah bisa dibayar oleh manusia. Kita tidak lagi memenuhi syarat ketika memilih untuk berpaling dari Allah. 24

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?


Nabi Yesaya memberitakan tentang kedatangan seorang Juruselamat dan Penebus. KedatanganNya adalah untuk melepaskan kita dari penderitaan akibat dosa dunia. Dia akan menyediakan kelepasan itu dengan cara yang tidak terduga, yaitu dengan memikul penderitaan itu bersama kita. Yesaya pasal 53 berbicara tentang Juruselamat kita dan penderitaan yang ditanggung oleh-Nya: Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya (YESAYA 53:3-7) .

Perhatikan kekuatan dari kata-kata yang dipakai Yesaya untuk menggambarkan penderitaan itu: dihina, dihindari orang, penuh kesengsaraan, menderita kesakitan, kena tulah, dipukul, ditindas, tertikam, diremukkan, bilur-bilur, dianiaya, ditindas, dibawa ke pembantaian.

Di Manakah Allah?

25


Semua itu merupakan kata-kata yang keras—kata-kata yang dipahami oleh setiap orang yang menderita. Namun itu adalah kata-kata yang menjelaskan secara terperinci penderitaan yang dialami Yesus di kayu salib. Melalui hidup dan terutama kematian-Nya, Yesus mengerti dan menyelami penderitaan kita. Teolog John Stott pernah menulis, "Jikalau bukan karena salib, mungkin saya tidak akan pernah bisa percaya kepada Allah. Satu-satunya Allah yang saya percayai adalah yang dihina Nietzsche sebagai 'Allah yang disalib.' Di dunia yang penuh dengan penderitaan ini, bagaimana mungkin seseorang menyembah Allah yang kebal terhadap penderitaan?" Yesus bukan saja tidak kebal terhadap penderitaan, Dia menanggung penderitaan itu. Dia rela menderita agar Dia dapat benar-benar mempedulikan kita di saat kita sedang menderita. Di kayu salib, Yesus memikul semua akibat yang terjadi karena pilihan yang pernah dibuat di taman Eden dahulu, baik berupa penderitaan yang kita alami maupun kutuk penghakiman yang kita terima. Bagian dari kematian yang diakibatkan oleh pilihan yang diambil Adam dan Hawa adalah keterpisahan dari Allah yang bersifat final dan kekal, sebagai bentuk hukuman atas ketidaktaatan. Kematian Yesus di kayu salib telah memenuhi semua syarat dari hukuman tersebut.

Yesus datang ke dunia bukan untuk mempelajari dan menganalisa dosa kita. Dia datang untuk memikul seluruh dosa itu kepada diri-Nya sendiri. Dia datang untuk menyertai kita dan menderita bagi kita. Melalui penderitaan Yesus, penderitaan kita ditebus, baik untuk penderitaan di masa sekarang maupun untuk kekekalan di masa mendatang. 26

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?


Salib lambang kepedulian. Allah Anak datang untuk menghadapi penderitaan dengan cara hidup di tengah dunia yang kotor, untuk melawannya dengan kuasa dan mukjizat-Nya, dan kemudian menanggungnya sendiri lewat kematian-Nya di kayu salib demi menebus kita dari dosa beserta akibat-akibatnya. Melalui penderitaanNya, Yesus menunjukkan kesanggupan dan kerelaan-Nya untuk mempedulikan umat-Nya ketika mereka menderita. Pada zaman Israel kuno, seorang imam bertanggung jawab untuk mewakili umat di hadapan Allah. Dengan menjadi “Imanuel” (“Allah menyertai kita” MATIUS 1:23), Yesus hidup di antara orang yang terluka, melayani mereka yang mengalami kesusahan dan penderitaan, bahkan mengalami penderitaan itu menggantikan kita. Penulis kitab Ibrani menyoroti penghiburan luar biasa yang kita peroleh dari penderitaan Yesus: “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (IBRANI 4:15). Kita dapat merasa yakin bahwa Yesus mengerti ketika kita mengalami penderitaan dan bagaimana rasanya, karena Dia juga pernah menderita seperti kita. Dia telah mengalami banyak ujian dan pencobaan, serta penderitaan di kayu salib yang tak terbayangkan. Sebagai Imam Besar Agung yang kita punya, Yesus mewakili kita di hadapan Allah Bapa dengan sepenuhnya memahami penderitaan dan ketakutan kita. Dan Allah Bapa yang menerima Yesus sebagai wakil kita itu memiliki kasih yang amat mendalam dan sangat rindu untuk menghibur kita: “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan

Di Manakah Allah?

27


Kesengsaraan yang Yesus alami hampir sama dengan penderitaan kita, yakni keterpisahan dari Allah Bapa. Namun penderitaan Yesus jauh lebih berat daripada penderitaan kita. Ketika Yesus memikul dosa kita di kayu salib, Allah Bapa tidak kuasa melihat-Nya, dan kesatuan mereka yang sempurna pun terputus. Semua itu terjadi karena Allah mengasihi kita dan Dia rindu membawa kita kembali kepada-Nya.

kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami� (2 KORINTUS 1:3-4). Kepada Allah yang pernah menanggung derita kita melalui Yesus itulah, kita berseru di tengah penderitaan dan kehilangan yang kita alami. Kepada Allah yang memberikan rahmat baru tiap pagi itulah, kita memohon belas kasihan (RATAPAN 3:22-23). Hanya oleh salib Kristus dan kebangkitan-Nya, kita dapat menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada-Nya, dengan mengetahui bahwa Dialah yang memelihara kita. Seperti yang ditulis oleh Pendeta Robert Gelinas dalam bukunya "The Mercy Prayer" (Memohon Belas Kasihan), kepada Allah sajalah kita memohon: Demi mereka yang berdosa dan yang menderita. Demi mereka yang menderita karena dosa. Demi mereka yang berdosa untuk meringankan penderitaan. Tuhan, kasihanilah kami.

28

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?


lima

Akhir dari Penderitaan Rasa sakit mendesak manusia untuk memperhatikannya. Kepada kita, Allah berbisik melalui sukacita kita, berbicara melalui hati nurani kita, tetapi berseru melalui penderitaan kita. Rasa sakit adalah corong suara Allah untuk membangunkan dunia yang tuli. (C. S. Lewis, The Problem of Pain)

W

alaupun penderitaan menjadi suatu hal yang dialami setiap orang di dunia ini, tetapi kelak di dunia yang baru rasa sakit dan penderitaan tidak akan ada lagi. Hal itu dimungkinkan karena apa yang telah digenapi lewat kematian Yesus di kayu salib. Salib memberikan kepada kita pengharapan yang menolong kita bertahan dalam anugerah Allah di saat penderitaan berat melanda. Hanya salib yang dapat memberikan janji bahwa akan tiba waktunya segala ketidakadilan akan diluruskan dan penderitaan akan berakhir. Di masa akhir hidupnya dan dalam pembuangan karena imannya kepada Kristus, Rasul Yohanes menerima 29


penglihatan mengenai penggenapan janji itu. Ia menggambarkan wahyu yang diterimanya secara jelas: Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" Dan firman-Nya: "Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar." Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan. Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku" (WAHYU 21:3-7) .

Di manakah Allah saat kita menderita? Dia ada bersama dengan kita. Dia memperkenankan Anak-Nya mengalami penderitaan seperti yang kita alami. Dia memberikan salib untuk menebus segala penderitaan kita dan memungkinkan kita kembali berhubungan dengan-Nya. Dan Dia adalah Allah yang berjanji bahwa tidak akan ada lagi penderitaan dalam kehidupan yang akan datang. Melalui Wahyu pasal 21, cerita Alkitab telah menjadi utuh kembali. Berawal dari taman firdaus, lalu firdaus itu terhilang, hingga firdaus itu diperoleh kembali. 30

TUHAN, MENGAPA AKU MENDERITA?


Setelah dimulai dengan hubungan yang sempurna tanpa adanya batasan antara laki-laki dan perempuan pertama, kita melihat kisahnya diakhiri dengan hubungan yang serba sempurna untuk selamanya. Itulah akhir dari masalah penderitaan dunia. Kita tidak perlu lagi merasa takut dan menganggap Allah tidak peduli terhadap penderitaan, pergumulan, atau kesusahan kita. Dia ada selalu bersama dengan kita saat penderitaan melanda: Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba- domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintahpemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (ROMA 8:35-39) .

Kasih Allah kepada kita terbukti paling nyata justru melalui kehadiran-Nya bersama kita pada saat kita menderita, bukan pada saat penderitaan itu sirna. Dalam kehadiran-Nya itulah, kita dapat menikmati damai sejahtera.

Akhir dari Penderitaan

31


ANDA DAPAT MEMBERI DAMPAK YANG BERARTI! Persembahan kasih seberapa pun dari para pembaca seperti Anda memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang di Indonesia dengan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup. Kami tidak didanai atau berada di bawah kelompok atau denominasi apa pun. Jika Anda ingin mendukung pelayanan kami, Anda dapat mengirimkan persembahan kasih melalui rekening “Yayasan ODB Indonesia” BCA Green Garden A/C 253-300-2510 BNI Daan Mogot A/C 0000-570-195 Mandiri Taman Semanan A/C 118-000-6070-162 QR Code Standar Pembayaran Nasional

Scan QR code ini untuk donasi dengan aplikasi e-wallet berikut:

Yayasan ODB Indonesia

Silakan konfirmasi persembahan kasih Anda melalui: WhatsApp: 0878.7878.9978 E-mail: indonesia@odb.org SMS: 081586111002

Kenalkan padanya Santapan Rohani. Keuntungan menjadi pembaca Santapan Rohani: • Buku renungan langsung dikirim ke alamatnya setiap triwulan • Mendapat penawaran materi-materi terbaru untuk pendalaman Alkitab lebih lanjut • Menerima informasi dan kabar terbaru tentang pelayanan Our Daily Bread Ministries.

DAFTAR VIA: 021-2902 8950 0815 8611 1002 0878 7878 9978 (WA) indonesia@odb.org

Santapan.Rohani Santapan.Rohani SantapanRohani santapanrohani.org/daftar

Kami sangat menghormati privasi pembaca dan tidak akan memberikan data pembaca kepada organisasi lain. Tidak dikenakan biaya untuk menjadi pembaca.



Melihat Allah dalam Penderitaan Kita Penderitaan dan kesusahan. Meskipun situasi yang kita alami berbeda satu sama lain, seluruh pengalaman pahit itu melahirkan satu pertanyaan besar, “Mengapa?� Buklet ini berupaya untuk menggali akar dan penyebab dari penderitaan dan kesusahan yang kita alami dari sudut pandang Alkitab. Sejatinya, penderitaan merupakan dampak dari salah satu karunia terbesar Allah bagi manusia, yakni kebebasan untuk memilih. Menerapkan kebebasan itu memang dapat membawa manusia pada kesulitan dan masalah besar. Syukurlah, Allah tidak asing dengan penderitaan yang diakibatkan oleh dosa kita. Dia tidak saja memahami derita kita, tetapi juga berjanji untuk menyertai kita di saat kita mengalaminya.

TUHAN,

Mengapa Aku Menderita?

Bill Crowder bergabung dengan Our Daily Bread Ministries setelah melayani sebagai gembala gereja selama lebih dari 20 tahun. Sekarang Bill adalah wakil presiden Our Daily Bread Ministries dalam bidang pengajaran. Selain membawakan program radio Discover the Word dan menulis renungan untuk Our Daily Bread, sebagian besar waktunya digunakan untuk mengajar dalam Bible Conference di berbagai negara.

Diterbitkan dan didistribusikan oleh PT. Duta Harapan Dunia www.dhdindonesia.com

Bill Crowder


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.