FIKSIMILISI
15-30 MARET 2019
ORBITAL DAGO, BANDUNG
FIKSIMILISI DARI YANG PURBA
TAUFIQURRAHMAN
PAMERAN RANGKUMAN EKSPERIMENTASI VISUAL MILISIFILEM COLLECTIVE Pameran FIKSIMILISI menghadirkan rangkuman-rangkuman visual yang diproduksi oleh 23 partisipan Milisifilem. Rangkuman itu berasal dari praktikApa yang dapat kita relasikan persoalan kesenian kini dengan hal-hal yang
praktik yang paling dasar dalam mengolah visual, baik yang terkait dengan
paling purba dari seorang seniman? Tentu saja sangat sulit menelusurinya,
konteks langsung persoalan sekarang maupun hal yang diambil dari referensi
karena sudah begitu banyak temuan-temuan praktik seni selama berabad-abad
visual yang sudah pernah diproduksi oleh pelaku-pelaku visual sebelumnya.
peradaban manusia berkembang hingga sekarang. Seniman dalam satu sisi telah
Rangkuman-rangkuman ini dipilih dari ratusan hasil praktik eksperimentasi
menjadi makhluk spesial, di sisi yang lain dia juga jadi makhluk biasa-biasa saja.
visual partisipan, yang tidak merujuk pada satu tema tertentu. Namun, setiap
Ada hal yang perlu dilacak tentunya, bagaimana seniman menemukan praktik-
praktik visual selalu fokus dalam satu tema spesifik, yang berkaitan dengan
praktik keseniannya, yang pada akhirnya jadi estetika-estika yang sudah banyak
isu yang sedang didiskusikan di kelas, seperti membahas satu tema filem yang
kita kenal sekarang. Modernitas telah meletakkan seni sebagai metafora yang
dilihat frame by frame, baik secara konteks cerita, visual, dan sosial-kultural yang
spiritual. Kesenian telah mendamaikan berbagai kontradiksi antara kesadaran
menyertainya. Rangkuman lainnya adalah kumpulan ‘bingkai’ di berbagai lokasi
dan ketidaksadaran yang terjadi di masyarakat, dan terus-menerus beradapatasi
spesifik dalam menangkap impresi visual secara subjektif. Dalam hal ini tentu
dengan situasi paling mutakhir dari peradaban manusia. Seni merupakan bentuk
saja yang ditangkap bukan hanya bagaimana garis menangkap impresi visual
mistifikasi dan bertahan dalam serangkaian krisis demistifikasi; tujuan artistik
oleh partisipan, tapi bagaimana kehadiran mereka di ruang-ruang publik itu
yang lebih tua diserang dan, seolah-olah, diganti; peta kesadaran yang lebih besar
adalah sebuah negosiasi langsung pada keadaan-keadaan yang tak terduga di
digambar ulang (Sontag, 1967).
keseharian kita. *Hafiz Rancajale (kurator)
Lebih dari lima belas tahun terakhir, saya bersama kawan-kawan Forum Lenteng
TENTANG MILISIFILEM COLLECTIVE
TENTANG FORUM LENTENG
MILISIFILEM Collective merupakan platform yang dibentuk Forum Lenteng
Forum Lenteng adalah organisasi non profit yang diinisiasi oleh seniman,
pada September 2017 yang secara khusus mendalami praktik-praktik produksi
mahasiswa dan periset kebudayaan pada tahun 2003. Forum ini fokus pada
visual, baik secara teknis maupun konteks yang terkait dengan persoalan sosial
pengembangan dan pembelajaran pengetahuan media, seni dan kebudayaan
budaya terkini. Platform belajar eksperimentasi visual ini diampu oleh Hafiz
melalui praktik-praktik eksperimentatif dan kerja-kerja kolaboratif. Selain itu
Rancajale dan Otty Widasari, serta beberapa pemateri tamu. Secara reguler,
Forum Lenteng juga menyelenggarakan berbagai kegiatan presentasi seni dan
kolektif ini menyelenggarakan pelatihan tentang dasar-dasar visual secara
media dalam bentuk pameran dan festival.
mencoba membuat pertanyaan-pertanyaan tentang apa itu mistifikasi dan demistifikasi yang berlaku dalam praktik seni modern, terutama dalam praktik visual. Pertanyaan-pertanyaan itu rasanya jauh lebih penting dalam melihat bagaimana sebuah gagasan tentang modernitas yang melahirkan ‘kelainan’ yang diterima begitu saja oleh masyarakat kita. Hal-hal yang berlaku dalam seni modern hingga saat ini tentu saja tidak begitu saja hadir di tengah-tengah kita sekarang. Dia didorong dengan sengaja agar kita menjadi masyarakat yang “modern” yang punya selera sesuai dengan pandangan kolonial di zamannya. Perdebatan tentang identitas tentu saja sudah tidak relevan untuk kita bicarakan sekarang. Namun, praktik-praktiknya dapat saja dikritisi, dalam melihat fenomena perkembangan seni kontemporer kita. Karena apa-apa yang muncul dalam seni kontemporer saat ini tidak lepas dari bagaimana membangun ‘fiksi’ tentang hal-hal yang ideal dalam dunia estetika kita. Praktik seni kontemporer
lintas disiplin, menggunakan pendekatan yang partisipatoris dan kolaboratif. Para partisipan menjelajahi berbagai kemungkinan eksperimentasi visual, serta membangun kedisiplinan kolektif dalam memproduksi karya-karya visual. MILISIFILEM secara khusus melibatkan partisipan untuk mendalami aktivisme seni dan budaya dalam rangka menghadapi tantangan perubahan zaman.
ia hadir secara tidak berkesinambungan dengan fenomena perkembangan masyarakat di sekitar kita.
AHMAD HUMAIDI
AFRIAN PURNAMA
kita tidak dapat kita rujuk dengan sejarah panjang seni modern di Barat, namun
Melalui kesadaran itulah kami membentuk Milisifilem Collective, sebuah ruang belajar eksperimentasi visual dengan mengalami praktik-praktik yang paling dasar dalam memproduksi karya visual. Praktik yang paling dasar itu dimulai dengan hal yang paling purba tentunya, yaitu; garis. Kami sangat percaya bahwa hal-hal yang paling dasar itu menjadi kunci dalam menjelajahi pengalaman visual yang sangat beragam saat ini. Praktik visual dasar ini dilakukan secara berjenjang, dari garis yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Dalam praktiknya, kami membuang pretensi untuk menjadikan partisipan seorang seniman. Pengalaman praktik eksperimentasi visual merupakan ruang untuk menjelajahi berbagai kemungkinan yang kita hadapi dalam kenyataan sekarang. Kemungkinan itu dapat berupa karya seni, atau dunia keseharian kita yang ROBBY OCKTAVIAN
tidak ada hubungannya dengan seni. Jelajah ruang ‘seni’ dan ‘keseharian’ itulah yang menjadi metode belajar yang paling penting dalam Milisifilem Collective. Partisipan diajak untuk melihat hal yang paling dekat dari kebiasaan-kebiasaan mereka dalam menggoreskan ‘garis’ mereka masing-masing, sampai menemukan
juga berpartisipasi dalam Program Diorama – AKUMASSA dan dalam program lokakarya filem oleh Forum Lenteng–Milisifilem Collective. Ia juga anggota peneliti di Koperasi Riset Purusha.
‘cara’ yang paling tepat dianggap sebagai garis personal dari partisipan sendiri.
AHMAD HUMAIDI (Lombok Barat, 6 April 1995), lulusan jurusan Komunikasi
Dalam hal ‘menemukan’ tentu saja persoalan yang tidak mudah, karena ia
Penyiaran Islam di UIN Mataram. Pernah mengikuti lokakarya filem dokumenter
memerlukan waktu, ketekunan, dan kesungguhan. Untuk itulah setiap partisipan
yang diadakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Bali, serta
dituntut untuk menunjukkan kesungguhan dalam membongkar hal-hal paling
residensi di Studio Hanafi Depok. Dia adalah Koordinator Program KelasWah di
purba dari praktik visual yang mereka lakukan. Temuan yang didapat sangat
Yayasan Pasirputih Lombok.
mengejutkan! Setiap partisipan pada akhirnya sadar potensi visual yang mereka ALIFAH MELISA (Jakarta, 13 April 1993), lulusan Program Studi Cina Universitas
punya, yang dapat dipakai sebagai pintu masuk dalam ‘melihat’ dan membuat.
Indonesia. Pernah bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan asing, tapi Praktik menjelajahi pengalaman visual dengan melakukan tindakan ‘membuat’
kemudian memutuskan untuk keluar dan memilih menjadi freelancer di berbagai
bukanlah untuk mereplikasi apa-apa yang ditangkap. Namun, menerjemahkan
festival kebudayaan dengan memilih divisi sebagai relasi media dan liaison officer.
kembali dalam muatan personal yang tentunya tidak akan pernah sama, yang
Sekarang sedang mempelajari bahasa Jerman serta aktif di Milisifilem Collective
pada akhirnya memunculkan kejutan-kejutan auratik yang selama ini tidak bisa diterjemahkan dalam teks-teks yang menjelaskan tentang aura (mistifikasi) dalam teori-teori visual. Kejutan-kejutan yang dialami partisipan kemudian dirasionalkan dalam berbagai pertanyaan dan kemungkinannya dalam konteks kenyataan sekarang. Idealnya, pertanyaan-pertanyaan itu bisa saja meruntuhkan hal yang auratik tersebut mejadi praktik yang biasa dari keseharian kita. Jadi, dalam praktiknya, produksi visual yang dilakukan oleh Milisifilem merupakan pengalaman mistifikasi dan demistifikasi sekaligus.
PARTISIPAN AFRIAN PURNAMA (Jakarta, 17 April 1989), lulusan Universitas Bina Nusantara, jurusan Ilmu Komputer. Anggota Forum Lenteng, penulis di www.jurnalfootage. net, peneliti untuk Program Media Untuk Papua Sehat, serta kurator di ARKIPEL. ANGGRAENI WIDHIASIH (Sleman, 21 Juni 1993), meraih gelar S1 Hubungan Internasional di Universitas Paramadina. Saat ini ia adalah anggota Forum Lenteng yang bertanggung jawab untuk Divisi Riset dan Pengembangan. Ia
(Forum Lenteng). DHUHA RAMADHANI (Jakarta, 23 Februari 1995), seorang penulis dan pembuat film. Menyelesaikan pendidikan sarjana di Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Anggota Forum Lenteng, aktif sebagai salah satu partisipan program AKUMASSA. Pada 2018, ia menjadi salah satu kurator ARKIPEL untuk program Candrawala. Sekarang, dia juga seorang partisipan di Milisifilem Collective.