Hal 5 klari rabu

Page 1

BERITA SEPUTAR KOTA ‘INDUSTRI’

5

RABU, 18 JANUARI 2017

Penderita ISPA Masih Tinggi

Kepala Puskesmas Curug, Asep Gunawan.

KLARI, KORAN BERITACuaca buruk dan banyaknya pabrik yang menjamur di Kecamatan Klari, menjadikan jumlah penderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) sejak dari tahun 2015 dan 2016 mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Meski sudah dilakukan berbagai upaya dalam meminimalisir jumlah penderita di wilayah tersebut, namun dari 10 besar penyakit yang ter-

KETENAGAKERJAAN

ILUSTRASI/ISTIMEWA

Disnakertrans Jabar Catat 22.160 TKA

DINAS Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Barat mencatat total tenaga kerja asing yang terdaftar di Jawa Barat pada tahun 2015 adalah sebanyak 22.160 orang. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat Ferry Sofwan Arif, di Bandung, Selasa menuturkan mayoritas tenaga kerja asing legal di Provinsi Jawa Barat bekerja di sektor industri garmen, tekstil dan alas kaki. “Mereka bekerja menempati posisi seperti supervisor,” kata dia. Ferry menjelaskan kebijakan Pemprov Jabar dalam penanganan tenaga kerja asing mengacu kepada Permennakertrans Nomor 35 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permennakertrans Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Asing mencakup tiga aturan. “Ada tiga aturan main kalau menurut peraturan, untuk TKA atau tenaga kerja asing pada perusahaan yang terdapat di lebih dari satu provinsi, maka Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA) dikeluarkan oleh Direktur pada Kementerian Ketenagakerjaan RI,” kata dia.

Sedangkan untuk tenaga kerja asing pada perusahaan yang terdapat di lebih dari satu kabupaten/kota, lanjut dia, maka IMTA dikeluarkan oleh Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Barat, katanya. “Dan yang ketiga untuk tenaga kerja asing pada perusahaan yang ada di kabupaten/kota, IMTA dikeluarkan BPPT Kabupaten/ Kota masing-masing,” kata dia. Menurut dia, Pemprov Jawa Barat mencatat telah mengeluarkan IMTA TKA di tahun 2015 sebanyak 672 IMTA, sedangkan IMTA yang dikeluarkan oleh kbupaten/kota di Jawa Barat adalah sebanyak 21.488 IMTA. “Untuk tahun 2016 IMTA yang diterbitkan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat sebanyak 406 IMTA,” katanya. Ia mengatakan Pemprov Jabar menaruh perhatian khusus pada tenaga kerja asing ini agar tidak ada aturan yang dilanggar dan berusaha sebaik mungkin agar jumlahnya tidak mengancam tenaga kerja lokal agar tetap terserap oleh industri di negeri sendiri. (kb)

himpun Puskesmas Curug, rupanya penyakit ISPA masih menjadi jumlah tertinggi. “Penyakit ISPA masih berada di urutan ke satu dengan jumlah pada 2015 sebanyak 6363 penderita, dan 2016 mengalami kenaikan hingga 725 orang. Sehingga penyakit ini masih dalam urutan pertama dari 10 besar penyakit,” terang Kepala Puskesmas Curug, Asep Gunawan.

penderita ISPA di wilayah ini masih terus tinggi,” tuturnya. Meski berbagai upaya terus dilakukan pihak Puskesmas, ia mengaku hingga saat ini belum teratasi tingginya jumlah penderita penyakit tersebut. “Kami sudah lakukan berbagai pencegahan agar tidak terus tinggi tiap tahunnya. Tapi karena adanya perubahan musim dan juga sudah banyak industry, jadi mengalami kesulitan,” paparnya.

Menurutnya, keberadaan pelayanan yang sangat terbatas dikarenakan belum adanya gedung yang layak dalam melayani masayrakat saat berobat. “Kami tidak maksimal memang diakui, karena untuk ruang pelayanan juga kami meski bertumpuk dengan bidang lain,” katanya. Sehingga dia berharap agar apa yang telah dipastikan Dinas Kesehatan sebelumnya, dapat terealisasi se-

cepatnya. Karena keberadaan gedung yang menjadi pusat pelayanan sangat dibutuhkan warga agar mendapatkan pelayanan yang maksimal nantinya. “Semoga saja Dinas Kesehatan bisa benar merealisasikan perbaikan gedungnya. Karena selama ini pelayanan ketika tidak tertampung di tempat sementara puskesmas. Jadi kadang di balai desa,” pungkasnya. (ris/far)

Dua Pabrik Kimia Ingkar Janji? Soal Sanksi Relokasi SDN Anggadita 2 KEBERADAAN PT Timur Raya Tunggal dan PT DIC Graphic di Dusun Rumambe 2, Desa Anggadita, Kecamatan Klari dinilai sangat membahayakan siswa di SDN Anggadita 2. Pasalnya, kedua pabrik yang memproduksi bahan kimia tersebut ditengarai melakukan pencemaran udara yang berasal dari cerobong asap pabrik.

B

ahkan dua pabrik itu pernah mendapat sanksi dari BPLH (sekarang DPLH) Karawang dengan merekomendasikan agar merelokasi sekolah ke tempat yang le­bih aman. Namun sanksi kesepakatan tidak dapat dijalankan dengan baik oleh kedua pabrik tersebut. "Dua pabrik berproduksi bahan kimia di Dusun Rumambe 2, Desa Anggadita sudah sangat meresahkan di kalangan siswa SDN Anggadita 2. Pihak desa meminta BPLH agar dapat menagih janji atas sanksi yang diberikan pada dua tahun yang lalu atas kejadian gas beracun yang mengakibatkan puluhan siswa mengalami keracunan, untuk merelokasi SDN Anggadita 2 jauh dari pabrik," ujar Kades Anggadita, Agustia Mulyana kepada KORAN BERITA, di ruangan kerjanya, Selasa (17/1). Agustia mengatakan, keberadaan pabrik juga sempat membuat warga geram. Pasalnya, pada suatu ketika terjadi pencemaran udara yakni gas beracun menimbul-

LOWONGAN KERJA

MARKETING IKLAN l Pria/Wanita, usia maksimal 28 tahun l Pendidikan minimal S1 segala jurusan, IPK minimal 2.8

l Berpenampilan menarik l Komunikatif, percaya diri dan kreatif l Bersedia bekerja dengan waktu fleksibel l Memiliki kendaraan sendiri dan SIM Kirim Lamaran ke:

Semakin tingginya jumlah penderita ISPA dari tahun ke tahun, kata dia, tidak hanya diakibatkan perubahaan cuaca yang saat ini terus terjadi. Akan tetapi juga polusi udara dan keberadaan pabrik yang ada di wilayah ini sangat berpotensi besar menimbulkan penyakit tersebut. “Iya, bukan hanya cuaca dan polusi udara. Bisa saja dari adanya pabrik-pabrik yang berdiri. Jadi jumlah

Gedung Graha Berita Media Group, Jalan Ahmad Yani No. 19 Karawang Telp: 0267-8450-909 Email: koranberitaku@gmail.com

ILUSTRASI/ISTIMEWA

kan korban, baik bagi warga sekitar maupun siswa-siswi SDN Anggadita 2 beberapa tahun yang lalu. Sehingga BPLH memberikan sanki tegas kepada perusahaan agar kejadian ini tidak terlulang. Agustia meminta agar pemerintah menutup dua perusahaan yang memproduksi bahan kimia tersebut, karena peristiwa serupa pernah terjadi. Pihak desa khawatir ke depan akan menimbulkan korban jiwa. Apalagi perusahaan ini tidak memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar. Semisal para pekerja, didominasi tenaga dari luar. "Apakah pantas ada pabrik kimia di lingkungan dekat sekolah yang bisa menyebabkan pencemaran udara? Makanya kita sangat kecewa karena sampai saat ini tidak ada relokasi sekolah sesuai

rekomendasi BPLH Karawang," paparnya. Ia membeberkan, pembangunan pabrik pada 1990-an, ternyata warga dibohongi untuk meminta tandatangan izin berdirinya kedua perusahaan tersebut. Awalnya kedua perusahaan ini merupakan perusahaan sabun dan air minum. Akan tetapi pada kenyataannya memproduksi bahan kimia. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah pembohongan publik. "Memang bukan zaman kepala desa saya pada saat itu masalah perizinannya. Tapi mereka sudah membodohi masyarakat, dulu itu katanya pabrik sabun dan aqua. Ternyata berproduksi berbahan kimia yang bisa membahayakan warga sekitar dan sekolah," tuturnya. Demi dunia pendidikan, pihaknya berharap kedua perusahaan

tersebut menjalankan rekomendasi dari BPLH Karawang untuk merelokasi SDN Anggadita 2. Dengan adanya peristiwa pencemaran udara beberapa tahun lalu, menurutnya yang paling di rugikan adalah anak didik. Juga masyarakat sekitar yang mengalami sesak nafas jika terjadi pencemaran udara dengan bau menyengat terus berlanjut. “Seharusnya pabrik melakukan relokasi sekolah SDN Anggadita 2, sehingga anak-anak bisa kondusif dalam belajar. Karena pencemaran udara dalam setahun, dua tahun, lima tahun tidak terasa, nanti 10 tahun kedepan mungkin di lingkungan setempat dengan udara yang begitu bau, akan terjadi pencemaran udara yang menyesakkan saluran pernapasan,” pungkasnya. (ris/far)

SEPAKBOLA

Pertandingan Persahabatan untuk Jaring Bibit KLARI, KORAN BERITA- Sebagai upaya menjaring generasi muda di bidang olahraga sepak bola, pertandingan persahabatan dua keselebelasan di desa yang berbeda dilakukan. Pertandingan tersebut bertujuan mencari bibit muda unggulan dan mencetak pemain handal di Karawang. Selain itu juga untuk menyelematkan generasi muda dari pengaruh bahaya sosial media, seperti game online, playstation, facebook dan lainnya. Ketua Penyelenggara, Abunyamin Syam, sekaligus Ketua Karang Taruna Kecamatan Rengasdengklok sekaligus Ketua Apersi Karawang (Asosiasi Pengusaha Pengembang Perumahan), mengatakan, sparing partner yang dilakukan kedua team sepak bola Desa Anggadita dengan Club sepak bola Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok merupakan upaya menjaring bibit muda. Tujuannya agar di masa

ILUSTRASI/ISTIMEWA

FOTO bersama dua team Desa Anggadita, Kecamatan Klari dan Desa Kalangsari, Kecamatan rengasdengklok.

yang akan datang, para pemain tersebut dapat membawa nama baik daerahnya di ajang persepakbolaan di Indonesia. “Pertandingan persahabatan ini, bertujuan untuk mencari bibit unggul generasi muda di Karawang di bidang olahraga sepak bola,” ujarnya. Pihaknya tidak hanya mencari bibit unggul di usia dini, tetapi juga upaya dalam menyelematkan generasi muda dari pengaruh medsos. “Yang megikuti perandingan yakni para pemuda mulai dari usia 9 tahun hingga 17 tahun. Tujuan laiinya untuk meminimalisir aktifitas pemuda yang tercandu medsos, seperti facebook, PS, dan

lainnya,” paparnya. Dia menegaskan, agar pertandingan persahabatan dilakukan di setiap daerah. Karena selain dapat menjadi sarana silaturahmi antar pemuda , juga menghidupkan kembali olahraga persepakbolaan di Karawang. “Pengaruh medsos sangat besar sekali. Walaupun memang ada positifnya, tapi tetap saja, selalu disalahgunakan. Jadi dengan bidang ini kami berupaya untuk mencoba membenahi generasi muda di wilayah kami, agar tidak terpengaruh dari hal negatifnya,” ujarnya. Sementera itu, Kepala Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok, Teti Pird-

aos sekaligus Pembina Club sepak Bola Got Fc, memberikan dukungan penuh dalam melakukan pertandingan persahabatan dua desa di kecamatan yang berbeda. “Kelak generasi ini akan membawa nama baik karawang dalam sepak bola,” katanya. Oleh karenanya pembinaan generasi muda di bidang olahraga mesti dilakukan sejak usia dini. Karena selain mudah dalam mencetaknya juga memudahkan pembinaan generasi muda untuk selalu melakukan rutinitas yang positif. “Lebih mudah itu pas di usia produktif yaitu dari umur 9 hingga 17 tahun. Jadi pembinaannya pun lebih mudah,” ucapnya. Dia berharap berbagai elemen pemerintahan mendukung pertandingan tersebut. “Saya berharap semua elemen melakukan berbagai cara di wilayahnya untuk mengatasi kenakalan remaja nantinya, selain ini juga menjadi upaya penjaringan,” pungkasnya. (ris/far)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.