Kajian Lingkungan Hidup Strategis RTRW Magelang

Page 213

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) RTRW KABUPATEN MAGELANG

Kajian Analisis Dampak KRP di Rancangan RTRW (menurut PP No. 46 Tahun 2016) jasa ekosistem

KRP di Rancangan RTRW Kabupaten Magelang Program Penetapan Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan JED 2) dengan Program Penetapan Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (untuk hasil luasan dampak lebih lengkap dapat dilihat di lampiran) : Menurunnya ketersediaan air karena komoditas tanaman pangan yang termasuk tanaman semusim yang tidak menyerap air dengan baik, ditunjukan dari hasil JEP2 (Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih) sebagian besar di kelas tinggi sebesar 32.848,87 Ha (84,21%) dan JED 2 (Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Air) sebagian besar di kelas sedang seluas 32.821,73 Ha (84,14%) Menyebabkan banjir karena air limpasan yang meningkat dari komoditas tanaman pangan yang tidak menyerap air dengan baik, ditunjukkan dari hasil JER2 (Jasa Ekosistem Jasa Pengaturan Tata Air dan Banjir) di kelas tinggi sebesar 24.620,26 Ha (63,12%) Menurunnya kualitas air, ditinjau dari JEP 4 (jasa ekosistem pengaturan pemurnian air) sebagian besar di kelas sedang seluas 22.495,27 Ha (57,67%) dan JER 5 (jasa ekosistem pengolahan dan pengurai limbah) seluas 27.722,49 Ha (71,07%) Kualitas udara dan perubahan iklim : dari hasil overlay D3TLH (JER 1, JER 6, JED 3) dengan Program Penetapan Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (untuk hasil luasan dampak lebih lengkap dapat dilihat di lampiran) : Menurunkan produksi pertanian akibat curah hujan yang menurun sebagai salah satu dampak dari pemanasan global, yang ditunjukan dari hasil JER 1 (Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim) paling banyak di kelas sedang sebesar 30.708,46 Ha (78,73%) Menurunnya kualitas udara akibat penggunaan pupuk kandang dan pestisida yang berlebihan, ditunjukan dari hasil JER 6 (Jasa Ekosistem Pengaturan Pemelihara Kualitas Udara) paling banyak di kelas sedang sebesar 34.052,46 Ha (87,30%) dan JED 3 (Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer) paling banyak di kelas sedang sebesar 35.942,78 Ha (92,14%). Menurunnya Kualitas Tanah : dari hasil overlay D3TLH (JEP 1, JEP 3, JEP 4, JEP 5, JER 7, JED 1, JED 4, JEC 1, JEC 2, JEC 3) dengan Program Penetapan Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (untuk hasil luasan dampak lebih lengkap dapat dilihat di lampiran) : Penurunan kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk yang berlebihan dan komoditas tanaman pangan yang tidak menyerap air secara optimal. Contohnya terjadi pada petani di Gunung Sumbing yang mencari tanah baru untuk pertanian kentang karena lahan pertanian sebelumnya tidak subur lagi. Ditinjau dari hasil ekosistem JED 1 (Pendukung Pembentukan Lapisan dan Pemelihara) paling banyak di kelas sedang sebesar 27.531,21 Ha (70,58%). Menyebabkan banjir karena komoditas tanaman pangan yang tidak mengikat air sehingga air limpasan meningkat. Ditinjau dari hasil ekosistem JER 3 (Perlindungan Pencegahan Bencana) paling banyak di kelas sedang sebesar 16.607,53 Ha (42,58%). Menurunkan biodiversitas atau keanekaragaman hayati bergantung pada keberagaman vegetasi yang ditanam. Ditinjau dari hasil ekosistem JED 4 (Pendukung Biodiversitas) paling banyak di kelas tinggi sebesar 29.612,49 Ha (75,92%).

Efisiensi Pemanfaatan SDA

Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim

Rendahnya kualitas kesehatan masyarakat (JER 8), dari hasil overlay dengan D3TLH (JER 8) dengan Program Penetapan Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (untuk hasil luasan dampak lebih lengkap dapat dilihat di lampiran) : Rencana penetapan kawasan lahan pertanian menurunkan jasa ekosistem pengaturan pengendalian hama dan penyakit (JER 8) paling banyak di kelas sedang sebesar 30.231,03 Ha (77,50%). Ekosistem secara alami menyediakan sistem pengendalian hama dan penyakit melalui keberadaan habitat spesies trigger, pengendali hama dan penyakit, berarti dengan menurunnya jasa ekosistem pengaturan pengendalian hama dan penyakit maka pertanian di Kabupaten Magelang akan semakin rentan terkena hama dan penyakit. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam adalah upaya memanfaatkan sumber daya alam dalam tingkat optimal sehingga dapat tetap melestarikan sumber daya. Lahan pertanian di Kabupaten Magelang seluas 80.306, 17 Ha, lahan pertanian basah seluas 39.006,83 Ha dan lahan pertanian kering seluas 41.299,34 Ha. Efisiensi pemanfaatan SDA dengan menerapkan pertanian konservasi (memadukan penanaman tanaman pangan dan tanaman keras), peningkatan saluran irigasi, pembangunan embung. Perubahan iklim menyebakan terjadinya perubahan cuaca yaitu musim penghujan dengan curah hujan yang semakin meningkat dan musim kemarau yang semakin kering. Saat musim kemarau yang sangat kering sehingga dibutuhkan ketersediaan air untuk irigasi yaitu dengan pembangunan embung, penyediaan saluran irigasi. Saat musim penghujan dengan curah hujan yang meningkat akan menyebabkan lahan pertanian tergenang sehingga petani gagal panen.

PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MAGELANG

4-148


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.