1 minute read

Operasi Pasar Tak Efektif

Harga Sembako Meroket, Pedagang dan Pembeli Protes

Surabaya, Memorandum

Advertisement

Harga kebutuhan pokok di pasar-pasar tradisional Surabaya merangkak naik. Meski pemerintah kota (Pemkot) Surabaya sempat menggelontorkan Operasi Pasar namun efeknya tidak bisa dirasakan sepenuhnya oleh warga.

Kenaikan harga di pasar tradisonal juga dipengaruhi dengan kelangkaan bahan pokok dan jelang Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.

Di Pasar Pucang misalnya. Tak hanya beras, minyak goreng dan telur, harga sayur dan cabe juga ikut meroket. Kenaikan dan kelangkaan bahan pokok penting itu, tentu berdampak bagi masyarakat dan bagi para pedagang.

Siti, salah satu pemilik toko sembako Pasar Pucang mengaku, semenjak meroketnya harga sembako bulan lalu, ia merugi akibat turunnya daya beli masyarakat. “Sudah satu bulan ini sepi mas yang beli. Ya karena harganya naik,” kata Siti, Minggu (5/2).

Siti merinci, barang-barang dagangannya yang mengalami kenaikan signifikan yakni, beras, gula, telur hingga minyak goreng. Selain itu, kebutuhan lain yakni mie kering, sayur mayur hingga daging ayam potong juga turut mengalami kenaikan harga.

“Beras naik, gula, telur naik, minyak naik, mie juga naik. Sejak bulan lalu. Dulu beras harganya Rp 9 ribu, kalau sekarang sudah harga Rp 13 ribu. Kalau telur, dulu harga Rp 24 ribu, sekarang Rp 28 ribu. Juga ayam potong, dulu Rp 28 ribu, kalau sekarang Rp 32 ribu mas,” kata Siti, Minggu (5/2),pagi.

Harga minyak goreng curah, kata Siti, dulu hanya seharga Rp 12 Ribu. Namun, saat ini, bisa menembus har- ga Rp 17 ribu. Harga minyak goreng besutan pemerintah yakni MinyaKita, juga mengalami kenaikan. Dulu, pedagang cuma menjual Rp 12 ribu, namun sekarang mencapai Rp 15 ribu per pouch.

“Minyak goreng itu yang paling dikomplain pembeli. Dulu harganya saya jual seharga Rp 12 ribu. Sekarang tembus Rp 15 ribu. Apalagi, sekarang susah dapatnya. Banyak pembeli yang ngomel. Sekarang sudah jarang sekali ditemui,” aku Siti.

Siti berharap, pemerintah dan pihak terkait bisa membuat normal harga kebutuhan di pasar. “Harganya minimal ya seperti dulu mas. Normal. Tidak mahal kaya gini. Kita dikomplain pembeli kalau harganya mahal. Sepi sekali sekarang. Rugi mas,” keluh Siti. Dalam kesempatan yang sama, Mia, salah satu pembeli mengaku keberatan dengan harga sembako sekarang. Khususnya harga beras dan minyak goreng (migor). Apalagi, dua bahan itu menjadi kebutuhan tetap bagi Mia dan keluarganya. “Kebetulan saya juga kan jualan di sini.Jualan baju. Setiap hari saya juga belanja di sini. Sekarang apa-apa mahal. Beras, telur, minyak goreng. Tentu saya keberatan dengan harga ini. Ya mudah-mudahan pemerintah mengerti,” aku Mia. Mia mengaku, dua hari lalu, ia mengikuti operasi pasar oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov). Dalam kegiatan tersebut, Mia memperoleh dua karung beras dengan harga yang sangat murah. “Dapat dua, satu plastik 5 kilogram,” ucap Mia. Wanita berhijab itu berharap, pemerintah bisa kembali menggelar kegiatan serupa. “Kalau bisa ya seminggu sekali. Berasnya juga enak kok mas. Harganya juga sangat murah,” pungkas Mia.(fdn/ono)

Pedagang sembako dan sayur di Pasar Pucang, Surabaya.

This article is from: