Gen Z @Work, 40 Tips & Insight

Kesempatan Emas Merek Saat Ramadan | Diskon: Antara Mudarat dan Manfaat March 2020 issue Rp 50.000,-

GenZ@Work: 40 Tips & Insights March 2020 issue www.marketeers.com www.marketeers.com/tv

REG)_C-1+4.pdf1 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_C-4.PDF

2/20/2020 9:01:58 AM

GenZ Z @Work rk

Gen Z: The Born to Digital Generation By Hermawan Kartajaya

English & Chinese sections inside

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_C-1.PDF 1

2:49:35 PM 2/21/2020 2:04:48

Menangkan Hadiah Langsung Merchandise MyPertamina HADIAH KHUSUS HADIAH KHUSUS TRANSAKSI NON-TUNAI (CASHLESS) BAGI PELANGGAN PREMIUM, BAGI PELANGGAN BBM & LPG SUBSIDI LPG 3 KG & BIOSOLAR (B-30)

16 EMAS @5 Gram

(Diundi Tiap Bulan)

4 HONDA BEAT (Diundi Tiap Bulan)

Download Sekarang

SALDO LinkAja

(Diundi 80 Pemenang Setiap Minggu Hingga April 2020)

*Jumlah total hadiah emas dan motor.

Syarat dan ketentuan berlaku.

REG)_C-2+3.pdf1 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_C-2.PDF

2/20/2020 8:56:26 AM

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_C-3.PDF 1

2/21/2020 2/20/20202:50:31 8:56:27PM AM

Nikmati kemudahan menginap disemua hotel jaringan SAS Hospitality melalui direct booking

www.sas-hospitality.com

dengan kode promo

BEST RATE GUARANTED

Bandung - Jakarta - Yogyakarta - Balikpapan - Pekanbaru - Klaten

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-001.PDF 1

2/20/2020 8:56:27 AM

P R O

L O

G

U

E

002

Bagaimana Nanti

encari talenta-talenta baru untuk mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan semakin penuh tantangan. Terutama, ketika angkatan pekerja termuda, yakni generasi Z atau biasa dilafalkan dengan Gen Z, mulai masuk dunia kerja. Sebuah generasi yang juga mendapat julukan sebagai digital native pertama karena lahir dan tumbuh besar di era internet.

Cara menghadapi Gen Z di dunia kerja pun tidak bisa dipukul rata dengan generasi-generasi sebelumnya. Bahkan, dengan Gen Y sekalipun yang sama-sama sudah akrab dengan internet sejak usia muda. Kedua generasi ini memiliki perilaku, cara pandang, dan sikap yang berbeda dalam banyak hal yang didorong penggunaan teknologi dan internet.

Salah satu karakter yang menonjol dari generasi ini adalah dalam memegang etika dan nilai, termasuk ketika mereka berelasi dengan merek. Survei McKinsey bertajuk True Gen: Generation Z and its implications for companies menyebutkan, Gen Z menolak membeli barang dari perusahaan yang terlibat dalam skandal.

Ketika etika dalam memilih merek tersebut diproyeksikan ke dunia kerja, maka Gen Z pun memilih perusahaan yang memiliki citra positif dalam arti tidak pernah punya skandal. Lebih dari itu, mereka menginginkan bekerja di suatu tempat yang mengusung nilai-nilai, baik sosial hingga kemanusiaan.

Gen Z memiliki perilaku dan kebiasaan yang berbeda. Banyak hal dari mereka yang kurang dimengerti oleh generasi-generasi yang lebih tua. Latar belakang membuat Gen Z tampil lebih ekspresif, cerdas, termotivasi, pekerja keras, dan lebih berhati-hati. Paling tidak ini kentara ketika dibandingkan dengan Milenial.

Sederhananya, kalau Milenial memegang prinsip “bagaimana nanti”, Gen Z lebih memikirkan “nanti bagaimana.”

Edisi Marketeers kali ini mengurai sosok Gen Z yang didukung berbagai riset. Ada 40 tips & insights yang telah kami petakan untuk memudahkan pembaca mengenal generasi ini di dunia kerja.

Selamat membaca!

Publisher Hermawan Kartajaya Chief Executive Stephanie Hermawan - Chief Business Officer Ence - Editor In Chief Iwan Setiawan - Managing Editor Hendra Soeprajitno. hendra@marketeers.com - Editor Sigit Kurniawan. sigit@marketeers.com - Ign. Eko Adiwaluyo. eko@marketeers.com - Editorial Secretary redaksi@marketeers.com, info@marketeers.com - Reporter: M. Perkasa Al Hafiz. hafiz@marketeers.com - Ramadhan Triwijanarko. ardhan@ marketeers.com - Annisa Bella. abel@marketeers.com - Ellyta Rahma. ellyta@marketeers.com - Clara NT. clara@marketeers.com - Estu Dian Maranti. estu@marketeers.com - Illustration: Arif Priambudi - Bedoel Achmad - Photographer Rizky Priya - Layout: M. Ottyawan Firdaus Sanny Ismail - Advertisement: Nadia Indriani. nadia.indriani@markplusinc.com, +62 813 2464 6968, +62 21 5790 2338 - TV: Aji Radhyantomo. aji@marketeers.com - Nugraha Satia Permana. nugraha@marketeers.com - Online Activation: Widyamuktiwaskito - Offline Activation: Rachman Julistia. rachman.julistia@marketeers.com - +62 823 1616 5931 - M. Irvan Maulana. irvan.maulana@marketeers.com - +62 813 1550 9848 - Circulation: Taufik Abe. abe@marketeers.com +62 813 1555 6493 - Mulyadi. mulyadi@marketeers.com - P +62 852 9457 0003 +62 21 5790 2338 ext 409, F +62 21 5795 1103. - Printing: Gramedia Printing. Jl. Palmerah Selatan 22-28, Gelora, Jakarta 10270

Marketeers Magazine

EightyEight@Kasablanka 8th floor Jl. Casablanca Raya Kav. 88 Jakarta 12870 Toll Free: 0 800 188 1111

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-002_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:48 PM

Lebak

Bangkit

Bangun Kembali Asa Mereka Salurkan bantuan anda melalui:

BCA 237.334.5555 BNI SYARIAH 340.350.666.5 a.n Yayasan Dompet Dhuafa Republika Informasi & Konfirmasi:

08111 544 488 021-2787 4080

www.dompetdhuafa.org

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-003.PDF 1

2/20/2020 8:56:27 AM

R O A

D

M

Our contributor

A

P

02

Prologue

04

Roadmap

11

Discovery

23

Adventure

32

Navigator

39

Gen Z is coming! Generasi Z hadir dengan warna baru di dunia kerja. Mereka muncul dengan perilaku dan kebiasaan yang berbeda dengan generasi-generasi seniornya. Tak jarang, mereka membawa disrupsi di tengah kemapanan.

73

Momentum

77

Outlook

91

Maestro

97

Marketeers X

Ignatius Untung Lulusan MBA University of Liverpool bidang marketing ini berpengalaman dalam memegang beberapa posisi penting di perusahaan teknologi Indonesia. Untung terdaftar di dalam World’s Neuromarketing Science & Business Association.

Pada 2018 lalu, Untung terpilih sebagai Ketua Umum Indonesia E-Commerce Association (idEA).

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-004_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:48 PM

Buka Tabungan BRI BritAma Tingkatkan Saldonya Pilih Sendiri Hadiahmu

Periode program s.d. Juli 2020 *Syarat & ketentuan berlaku

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-005.PDF 1

2/20/2020 8:56:28 AM

8

8

C I T I E S

50

+ H O U R S

T

INVESTMENT:

AT TEN D EES

CONNECTOR:

a h u n 2 0 2 0 y a ng b a ru sa ja k ita ma suk i d i l i h a t o l e h ba ny a k p eb isnis d a n p enga ma t e ko n o m i se b a ga i ta hun y a ng mena nta ng.

J i ka d i t a h u n 2019 k ita ha rus mengha d a p i be r b a g a i u r u sa n d a la m negeri, ma k a ta hun 2020 k i t a h a r u s me mp erha tik a n b erb a ga i ma sa la h y a n g t e r j a d i d i p e rc a tura n inter na sio na l d enga n ad a n ya p e r a n g d a ga ng China d a n Amerik a S e r i ka t, p r o t e ksi o nisme, Brex it, k risis teluk , pe r l a m b a ta n e ko n omi. Sed a ngk a n d a ri d a la m n e g e r i , ki ta b a ka l meny a mb ut k emb a li P ilk a d a s e c a r a se r e n t a k pa d a Sep temb er 2020 na nti.

Wa l a u p u n d e m i ki an, d i ta hun 2020 p eb isnis Ind o n e si a d i h a r a p k a n d a p a t menemuk a n k emb a li m o m e n t u mn ya d enga n a d a ny a rek onsilia si pa sc a p e m i l u p l u s keha d ira n k a b inet b a ru y a ng di h a r a p ka n a ka n memb a w a a ngin sega r b a gi k i t a se m u a d i d u nia usa ha . Event IM F k a li ini be r t u j u a n u n tu k memb erik a n p ersp ek tif d a n insi g h t p a g i p a r a peb isnis untuk d a p a t menemuk a n m o m e n t u m d a n mengo p tima lk a n sa les, s e r v i c e , d a n p r omotio n a c tivity untuk terus be r t u mb u h d i ta h u n 2020 y a ng mena nta ng.

B e Op ti m i st i c i n 2 020!

Kartu Kredit BCA

5000

+ SPEAKERS

HERMAWAN KARTAJAYA CHAIRMAN, MARKPLUS, INC.

JACKY MUSSRY

DEPUTY CHAIRMAN, MARKPLUS, INC.

ROAD SHOW SCHEDULE SEMARANG

MEDAN

MAKASSAR

BALIKPAPAN

3 Maret

12 Maret

KARTU KREDIT

INDIVIDUAL

Rp. 1.000.000 / peserta Rp. 2.500.000 / 3 Peserta Rp. 3.750.000 / 5 Peserta

Online Registration

shop.marketeers.com

BANDUNG

SOLO

SURABAYA

DENPASAR

8 April

2 April

31 Maret

19 Maret

Rp 2,000,000/peserta

Reserved Seat, VIP Lunch, 1 Book (Momentum) and the latest Marketeers Magazine

21 April

23 April

marketeersfestival.com marketeersfestival.com #IMF20 Key Partner :

Partners :

Supported by :

Powered by :

Media Partner :

Strategic Partner : Organized by :

Advancing Competencies

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-006.PDF 1

2/20/2020 8:56:28 AM

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-007_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:49 PM

Marketeers + ASUS

ASUS ExpertBook P4550

Laptop Bisnis Dual Storage Paling Ringkas

SUS memperkenalkan laptop bisnis terbarunya, yaitu ExpertBook P5440 yang merupakan laptop bisnis dengan fitur dual storage paling ringkas dan ringan di dunia. Dengan memiliki bobot hanya 1,23 kilogram dan ketebalan 18,5mm, ExpertBook P5440 tetap dapat hadir dengan dua media penyimpanan di dalamnya. Penerapan fitur dual storage membuat ExpertBook P5440 dapat bekerja dengan cepat berkat penggunaan SSD, sekaligus memiliki penyimpanan ekstra lega berkat penggunaan HDD. “Memiliki kapasitas penyimpanan yang lebih besar tanpa mengorbankan performa secara keseluruhan adalah keunggulan utama dari ExpertBook P5440.

Laptop ini juga hadir dengan bentuk yang sangat ringkas serta bobot yang sangat ringan, membuat ExpertBook P4550 sangat tepat untuk memenuhi

kebutuhan para pebisnis yang semakin mobile,” ujar Jimmy Lin, Regional Director ASUS Southeast Asia.

Dirancang sebagai laptop untuk kebutuhan bisnis, ExpertBook P5440 dilengkapi dengan port yang lengkap sehingga pengguna tidak perlu membawa dongle. Menghubungkan monitor atau proyektor sangat mudah di ExpertBook P5440 berkat terdapatnya port HDMI. Pengguna juga dapat memanfaatkan fitur DisplayPort yang ada di port USB Type-C untuk menghubungkan laptop ini dengan monitor atau proyektor tambahan.

ExpertBook P5440 memiliki daya tahan baterai hingga 10 jam, membuatnya dapat diandalkan untuk bekerja seharian. Laptop ini telah memiliki fitur USB power delivery sehingga baterainya dapat diisi ulang menggunakan power bank khusus melalui port USB Type-C. Layarnya yang dapat dibuka hingga 180 derajat dapat memudahkan penggunanya untuk melakukan sharing dan berkolaborasi.

| March 2020

ASUS ADV.indd 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-008_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:4918.16 PM

ASUS Expert Series Why ASUS Expert Series Designed with ever – changing business needs and priorities in mind, the ASUS Expert Series blends the latest technologies with award-winning minimalist designs. ASUS recommends Windows 10 Pro for business to accompany every business activity.

The result: notebooks that are the lightest, yet toughest in the world, and desktop PCs with the greatest reliability and manageability. So whatever your business computing requirement, there is a perfect ExpertBook or ExpertPC to fill it.

ASUS recommends Windows 10 Pro for business.

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-009_ALT2.PDF 1

2/20/2020 8:56:29 AM

EXECUTIVE EDUCATION PROGRAM

THE NEW MAJOR: INTEGRATING MARKETING & FINANCE March 16 – 20, 2020 Philip Kotler Theater MarkPlus Main Campus EightyEight@Kasablanka, 8th Floor Jl. Casablanca Raya Kav.88 Jakarta 12870

Whatever the Challenge,

Be MARKPLUS READY. Perubahan dan dinamika lanskap bisnis secara eksternal dan internal, ditambah dengan semakin sengitnya kompetisi saat ini menjadi tatangan tersendiri bagi perusahaan dalam mencapai target pertumbuhan setiap tahunnya. Sehingga banyak perusahaan kesulitan dalam menyusun growth strategy yang dapat mencakup pertumbuhan baik dari sisi keuangan maupun market share. MarkPlus telah merancang pendekatan yang mengintegrasikan antara pemasaran dan performa keuangan untuk dapat menciptakan strategi untuk meningkatkan performa perusahaan.

Program workshop yang akan dipandu oleh Hermawan Kartajaya dan tim konsultan MarkPlus akan membahas berbagai pendekatan tersebut melalui metode Case Method and Participant-Centered Learning ala Business School.

PROGRAM FACULTY SPECIAL SESSION

WITH JACKY MUSSRY CEO, MarkPlus Institute. dengan pengalaman konsultansi 24 tahun.

IWAN SETIAWAN CEO, MarkPlus, Inc. dengan pengalaman konsultansi 16 tahun.

Doktor (Manajemen Stratejik), Universitas Indonesia.

MBA, Kellogg School of Management.

Designed for: • Marketing Manager • General Manager • Finance Manager • Brand Manager • Product Manager

• Individuals Who Plan and Implement Marketing & Finance Strategic Decisions with Minimum Five Years of Experience in Marketing or Finance

INFO: PARTICIPATION FEES: RP 12,000,000/PERSON RP 30,000,000/3 PERSON 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-010_R1.pdf 1

YOSANOVA SAVITRY Senior Vice President, MarkPlus Institute.

ARDHI RIDWANSYAH Senior Content Manager, MarkPlus, Inc.

MBA, Singapore Management University.

M.Si., Applied Psychology, Universitas Indonesia

Anggun +62 812 1233 6502

Founder & Chairman, MarkPlus, Inc. dengan pengalaman konsultansi 29 tahun.

Co-author 8 buku bersama bapak pemasaran modern dunia, Prof. Philip Kotler

Venty +62 812 1343 160

Get Your Best Deals Starts From Rp 4,000,000 - Rp 12,000,000

Only At:

HERMAWAN KARTAJAYA

Supported by

shop.marketeers.com

2/21/2020 2:04:49 PM

Discovery TRACY TARDIA

KOKUMI

TEGAS BATASI DIRI

MELAMPAUI BUBBLE

P. 012

P. 015

DISCOVERY MAR20.indd 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-011.PDF 1

WARUNG PINTAR

TUMBUH LEWAT TEKNOLOGI

P. 019

19/02/20 2/20/2020 8:56:2922.11 AM

D

I S C O V E R Y

Best & Worst 012

Tracy Tardia

Tegas Batasi Diri

| March 2020

DISCOVERY MAR20.indd 2 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-012.PDF 1

19/02/20 2/20/2020 9:58:2722.11 AM

D

I S C O V E R Y Best & Worst 013

Di era sekarang, tak gampang memisahkan urusan bisnis dengan urusan pribadi. Kalau tidak bisa mengelola urusan profesional dan personal, akibatnya bisa runyam.

Kemungkinan bisnis bisa terganggu dan kehidupan keluarga pun bisa terguncang. Paling tidak, ini yang dirasakan oleh Tracy Tardia, Founder dan CEO HiPajak.

Sebagai perempuan single yang bergulat dalam bisnis sejak belia, Tracy menemukan caranya sendiri untuk menghadapi tantangan tersebut. Ia pun blak-blakan tentang baik buruknya menjadi seorang profesional. Terlebih saat ia membesut usaha sendiri yang cukup menantang.

Berikut obrolan Tracy dan Ellyta Rahma dari Marketeers mengenai liku-liku sebagai perempuan kantoran yang banting setir menjadi seorang entrepreneur.

“SAYANGNYA,TAKSELAMANYA AJAKANMEETINGDARIKLIENINI MEMILIKIMAKNABISNIS.TIDAK JARANGSAYAMENDAPATKAN “TAWARANMEETINGYANGLEBIH PERSONAL”DARIMITRABISNIS.” Tracy Tardia Founder dan CEO HiPajak

MY BEST Saya mengakrabi bisnis sejak remaja. Di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) saja, saya sudah bermain saham. Kebiasaan ini berlanjut hingga di bangku kuliah di jurusan manajemen. Sampai akhirnya, saya menjadi bagian dari management trainee PT Toyota Astra Financial Services (TAF) pada tahun 2013.

Bagi saya, perjalanan karier menjadi perjalanan hidup yang pantas dinikmati. Meski tak semua berjalan sesuai rencana. Setelah lulus kuliah, misalnya, saya berencana mengambil master. Pada kenyataannya, saya terdorong bekerja lebih dulu.

Baru tiga tahun sesudahnya, saya memutuskan resign untuk sekolah. Lagi-lagi, rencana ini pun batal. Ada persyaratan kuliah yang tak bisa saya penuhi dalam waktu dekat.

Siapa sangka tertundanya rencana kuliah ini justru memberi kesempatan saya membangun usaha sendiri dengan mendirikan HiPajak. Ide usaha ini cukup unik. Pengalaman hilangnya bukti pajak klien dari bisnis keluarga menginspirasi saya untuk membuat pengelolaan pajak yang aman dan mudah. Caranya dengan platform digital.

Menggandeng agensi digital Suvarna.ID, saya mendirikan HiPajak pada tahun 2019. Ini merupakan sebuah platform konsultan pajak yang mendigitalisasi proses perpajakan. Ini sangat membahagiakan.

Saya memperlakukan HiPajak sebagai bayi kandung sendiri. Saya harus merawatnya agar bertumbuh kembang. Lebih bahagia lagi ketika kami bisa menciptakan sesuatu yang memiliki dampak baik bagi masyarakat.

MY WORST Menjadi karyawan di perusahaan besar dan memiliki bisnis sendiri memberi pelajaran berbeda bagi saya.

Saat di Toyota, saya hanya memikirkan bagaimana pekerjaan saya selesai dan mendapat gaji. Beda ketika saya membangun bisnis sendiri. Saya harus belajar lagi banyak hal. Termasuk mengatur kehidupan profesional dan personal.

Tantangan pertama sebagai pemimpin bisnis adalah bagaimana saya mampu mengelola emosi dengan baik. Stres dan selelah apa pun, anak buah tidak boleh mengetahuinya. Termasuk ketika perusahaan sedang mengalami masalah. Berdasarkan pengalaman saya, permasalahan perusahaan yang sampai ke telinga karyawan akan memengaruhi kinerja mereka.

Tantangan kedua, dan ini menjadi tantangan terbesar bagi saya, adalah membangun batasan antara kehidupan profesional dan personal. Sebagai perempuan, saya sering melakukan pertemuan untuk membangun dan memperkuat relasi bisnis.

Sayangnya, tak selamanya ajakan meeting dari klien ini memiliki makna bisnis. Tidak jarang saya mendapatkan “tawaran meeting yang lebih personal” dari mitra bisnis.

Itu bisa menjadi beban tersendiri bagi saya. Saya seperti telur di ujung tanduk. Saya memang tak bisa menolak demi bisnis profesional. Namun, saya juga tak mau kehidupan profesional tercampur aduk dengan yang personal. Solusinya, saya harus berani membangun batasan antarkeduanya.

Tantangan berikutnya ada pada diri saya sebagai perempuan. Masih ada mitra bisnis yang tidak menganggap serius karena saya perempuan. Saya sering merasa dianggap enteng. Saya menyadari, itu akibat dari konstruksi sosial di masyarakat. Saya tidak boleh kalah. Saya harus membuktikan bahwa perempuan mampu bekerja dan bertanggung jawab.

Banyak orang bilang, memiliki bisnis sendiri merupakan hal menyenangkan. Namun, tak segampang itu. Saya harus mampu mengelola waktu dengan bijak, networking, hingga menyelesaikan masalah yang tak bisa dikerjakan oleh anak buah.

Selain itu, saya harus memikirkan cara agar bisnis saya ini tetap bertahan di masa depan.

Intinya, saya harus menikmati pekerjaan. Stres, bosan, dan lelah pasti ada. Namun, saya harus tetap kreatif menyikapinya.

March 2020 |

DISCOVERY MAR20.indd 3 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-013.PDF 1

19/02/20 2/20/2020 9:58:2822.11 AM

08:00 - 17:00

Enabling Marketing Excellence

Ballroom The Ritz-Carlton Jakarta Pacific Place

The Inauguration of Brand for Good Club 2020

Awarding Ceremony

Hermawan Kartajaya

Angga Dwimas Sasongko

Founder & Chairman MarkPlus, inc.

Angga Anugrah Putra

Founder Visinema, Sutradara film NKCTHI

Iwan Setiawan

Head of Content and User Operations TikTok Indonesia

CEO MarkPlus, inc.

IT’S HUMAN EXPERIENCE! Presented by

300

1000 Participants

Brands

100 Industry categories

Speakers’ Themes HUMAN EXPERIENCE DESIGN FOR BRANDING

Di era pelanggan millennials dan centennials, brand dibangun dengan menciptakan customer experience

CREATING EXPERIENCE THROUGH INNOVATIVE SERVICE

(CX) yang WOW. Di sisi lain, dengan pesatnya digitalisasi, brand justru menjadi unik jika semakin

DRIVING GROWTH WITH EXPERIENCE AND ENGAGEMENT

manusiawi. Perpaduan CX dan human-centric brand WHEN BRANDS BECOME HUMANS IN MARKETING COMMUNICATIONS

inilah yang melahirkan Human Experience (HX), yang akan menjadi bahasan utama WOW Brand Festive

DIGITAL TRANSFORMATION: TECH AND CULTURE PERSPECTIVES

Day 2020. Jangan lewatkan pesta tahunan terbesar orang brand di Indonesia!

Ticket fee Regular 1 Person

IDR 1.500.000

QR TREASURE HUNT NETWORKING

Information :

HUMAN EXPERIENCE EXHIBITION

3 Persons

IDR 3.750.000

VIP GOLD IDR 5.000.000 (Reserved Seat, VIP Lunch, Book, and limited to 20 first participant)

Aya +62 821 1546 5583 | info@markplusinc.com Key Partner :

DISCOVERY MAR20.indd 4 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-014.PDF 1

Partners :

Corporate Table

Kartu Kredit BCA

KARTU KREDIT

8 Persons

IDR 6.500.000

indonesiawowbrand.com Powered by :

#WOWBrand20

Media Partners :

19/02/20 2/20/2020 8:56:3022.11 AM

D

I S C O V E R Y

015

Kokumi

Melampaui Bubble Kokumi hadir dengan brand identity yang tegas.

Menyasar segmen Milenial dan Gen Z, Kokumi menyuguhkan konsep kebahagiaan dalam minumannya. Dua tahun beroperasi, gerainya pun sudah menjamur di mana-mana.

Oleh Clara Ermaningtiastuti

March 2020 |

DISCOVERY MAR20.indd 5 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-015_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:4920.13 PM

D

I S C O V E R Y

016 isnis makanan dan minuman memang nggak ada matinya. Tren datang silih berganti, begitu pula para pemain yang ada di dalamnya.

Jacqueline Karina pun memilih terjun ke sektor ini dengan mendirikan merek minuman Kokumi. Banyak orang mengira Kokumi adalah merek yang sama seperti kebanyakan gerai minuman lain yang fokus pada boba atau bubble tea.

Namun, ia justru tak mau fokus pada apa yang dilakukan banyak orang. Produk yang ditawarkan Kokumi adalah minuman dengan tampilan unik, warna-warni, dan diklaim sehat.

Kokumi hadir pada tahun 2018. Ide awalnya adalah bisnis yang menghadirkan konsep kebahagiaan lewat minuman.

Mengapa kebahagiaan? Pasalnya, Jacqueline melihat permasalahan yang dialami orangorang di sekitarnya mulai dari rasa sakit hingga depresi. “Tujuan awal kami adalah berbagi kebahagiaan untuk orang lain,” ujar Jacqueline.

Saat pertama kali hadir, ia menarget konsumen Milenial dan Gen Z. Kokumi fokus pada kedua generasi tersebut dengan berdasar pada riset pasar yang dilakukan lebih dulu. Milenial dan Gen Z menguasai demografi terbesar di Indonesia. Mereka juga menjadi penggerak ekonomi potensial di masa sekarang dan masa depan.

“Melihat data tersebut, saya terdorong membangun bisnis yang bisa menyentuh hati generasi muda. Tidak hanya produk, saya meyakini harus ada hal lain yang bisa ditonjolkan. Karena itu, saya menekankan bisnis ini harus memiliki brand identity,” katanya.

Untuk mendapatkan brand identity sesuai dengan segmentasinya, Jacqueline melakukan survei pendukung. Mereka yang terlibat dalam survei diminta menuliskan kata yang berhubungan dengan kebahagiaan.

Banyak dari mereka menuliskan warna, unicorn, kesehatan, alam, dan pelangi.

Kesimpulannya adalah kebahagiaan dapat ditampilkan melalui warna-warni. Ini pun sejalan dengan karakter Milenial dan Gen Z yang beragam.

Kokumi juga mendapatkan ide ikon unicorn untuk identitas produk mereka.

Mengapa memilih unicorn? Jacqueline mengatakan, unicorn merupakan simbol harapan dan keajaiban. Mitosnya, hanya ada dua tipe orang yang bisa melihat makhluk ajaib ini, yakni mereka yang masih perawan atau yang memiliki hati murni. Kemurnian inilah yang kemudian menjadi pesan dari Kokumi.

Kokumi hadir membawa diferensiasi

minuman yang memiliki konsep kebahagiaan dan keajaiban. Soal keajaiban, Kokumi menawarkan berbagai macam warna dalam menu mereka. Pembeli disuguhi pengalaman berupa perubahan warna minuman secara alami. Kemampuan meracik komposisi minuman ini Jacqueline peroleh sejak mempelajari food science and technology.

Hingga Januari tahun 2020, Kokumi sudah memiliki 34 gerai di seluruh Indonesia. Terhitung sejak akhir Februari, gerai mereka bertambah menjadi 65 buah.

Pertumbuhan tersebut didorong oleh sistem waralaba yang ia sediakan. Kokumi menarget lebih banyak wilayah lagi untuk disasar.

Mereka terus berusaha berekspansi ke setiap pulau di Indonesia.

Boleh dibilang perkembangan Kokumi sejak dua tahun lalu berlangsung sangat pesat. Total pendapatan yang mereka peroleh mencapai 1.000%. Tak hanya diminati oleh masyarakat Indonesia, Kokumi pun mulai dilirik oleh konsumen dari negara-negara di Asia Tenggara.

Saat ini, sudah ada empat negara Asia Tenggara yang tertarik menghadirkan Kokumi. Namun, Jacqueline belum bisa menyebutkan negara mana saja. Pasalnya,

mereka masih dalam tahap diskusi. Meski peluang berekspansi ke luar Indonesia sudah ada, Jacqueline tidak ingin terburu-buru memutuskan.

Jika kesepakatan tersebut pada akhirnya terjadi, Kokumi diperkirakan tidak bisa melakukan ekspansi ke luar negeri pada tahun ini. “Produk kami dibuat dari bahan-bahan segar. Jadi, segala persiapan untuk mengembangkan bisnis di negara lain harus dimulai dari nol. Karena produk kami berbahan dasar buah, susu, dan krim, tak gampang bagi kami memastikan kesegarannya jika bahan-bahan tersebut harus dikirimkan dari Indonesia,” katanya.

Selain itu, perlu kontrol kualitas rasa jika mau menggunakan bahan-bahan dasar dari negara-negara lain. Konsistensi, bagi Jacqueline, menjadi salah satu hal yang ingin terus dijaga Kokumi.

“Sebagai pendiri, jujur saja saya tidak memiliki target kuantitas, seperti berapa outlet yang harus kami miliki dalam jangka waktu tertentu. Saya juga tidak mempunyai target untuk go international. Hal yang ingin saya fokuskan adalah konsistensi. Bagi saya, itu saja sudah sangat sulit untuk dilakukan,” tutup Jacqueline.

“SAYATERDORONGMEMBANGUNBISNISYANGBISA MENYENTUHHATIGENERASIMUDA.TIDAKHANYA PRODUK,SAYAMEYAKINIHARUSADAHALLAINYANGBISA DITONJOLKAN.KARENAITU,SAYAMENEKANKANBISNIS INIHARUSMEMILIKIBRANDIDENTITY.” Jacqueline Karina Founder Kokumi

| March 2020

DISCOVERY MAR20.indd 6 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-016_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:4920.13 PM

Percayakan urusan kendaraan Anda dengan berbagai layanan di

DISCOVERY MAR20.indd 7 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-017.PDF 1

19/02/20 2/20/2020 8:56:3022.11 AM

Persiapkan perlindunganmu untuk masa depan terbaiknya.

Beli asuransi online di

DISCOVERY MAR20.indd 8 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-018_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:4920.05 PM

D

I S C O V E R Y

019

Warung Pintar

Tumbuh Lewat Teknologi

Warung sebagai UKM penggerak perekonomian negara juga perlu melakukan transformasi digital untuk dapat bertumbuh menjadi bisnis yang berkelanjutan. Warung Pintar hadir untuk membantu dan memfasilitasi warung tradisional bertransformasi.

Oleh Estu Dian Maranti

CCTV

TV

Sistem Digital

Kompor dan Dispenser

Stop Kontak

Kulkas Kecil

Bangunan Warung

saha Mikro dan Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu roda pendorong perekenomian Indonesia.

Setiap tahunnya sektor UKM terus mengalami pertumbuhan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan UKM menyumbang 60% ke Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2018.

Sayangnya, warung sebagai masih kurang diapresiasi keberadaannya. Padahal, warung memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat selama berpuluh-puluh tahun, terutama bagi kalangan menengah bawah.

Data Nielsen menunjukkan pada tahun 2018 terdapat 3,5 juta warung. Jumlah yang begitu banyak membuat warung menjadi salah satu penggerak perekonomian negara.

Namun, warung masih kesulitan dalam mendapatkan kesempatan bertumbuh.

Hal ini dikarenakan makin menjamurnya

ritel-ritel modern. Di Indonesia, pertumbuham minimarket termasuk yang paling pesat. Warung Pintar pun melihat sebuah potensi dalam transformasi warung dengan teknologi.

“Kami melihat warung susah untuk bertumbuh dari segi bisnis. Mereka ini merupakan industri yang kurang terlayani.

Kami menganalisis ada halangan pada akses, seperti akses pada inventori, modal, dan produk keuangan. Itulah masalah awal yang kami lihat. Sebab itu, Warung Pintar dihadirkan untuk memperbaiki dan menyingkirkan halanganhalangan tersebut,” ujar Agung Berzharie Hadinegoro, CEO dan Founder Warung Pintar.

Warung Pintar berawal dari proyek khusus East Ventures, perusahaan investor tahap awal yang telah mendukung beberapa unicorn, seperti Tokopedia dan Traveloka.

Dimulai dengan dua warung yang bergabung pada Januari 2018, saat ini Warung Pintar

telah memiliki 6.000-an mitra yang tersebar di Jabodetabek, Surabaya, dan Banyuwangi.

Perkembangan pesat yang terjadi di Warung Pintar salah satunya dikarenakan bisnis mereka memiliki kapabilitas yang kuat dari segi distribusi dan logistik.

“Pertumbuhan bisnis warung terletak pada distribusi. Kami terus mengusahakan terjadinya pertumbuhan eksponensial yang juga berhubungan dengan kualitas produk dan pengantaran,” jelasnya.

Untuk mengembangkan ekosistem teknologi yang terintegrasi dari segi logistik dan distribusi, pada awal tahun 2019 Warung Pintar mengakuisisi Limakilo, platform yang menyederhanakan rantai pasokan makanan dengan menghubungkan petani ke warung dan penjual makanan.

Adanya akuisisi tersebut membuat ribuan mitra Warung Pintar yang disebut Juragan Pintar mendapatkan akses langsung untuk menjual komoditas bahan makanan pokok di warung.

March 2020 |

DISCOVERY MAR20.indd 9 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-019_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:5020.05 PM

D

I S C O V E R Y

020 Transformasi Melalui Warung Pintar, warung tradisional akan diubah secara digital. Tidak hanya dari segi rantai pasokan, tetapi secara keseluruhan. Maksudnya, pengelolaan warung akan menggunakan tiga landasan utama, yaitu Internet-of-Things (IoT), analisis big data, dan blockchain. Dengan memberikan akses teknologi kepada pemilik warung, mereka memiliki kesempatan yang besar dalam mengembangkan bisnisnya.

Warung Pintar berfokus pada mitra dalam transformasi tersebut. Artinya, setiap produk teknologi yang dihadirkan bertujuan memberikan manfaat berkelanjutan bagi Juragan Pintar. Berkelanjutan yang dimaksud tidak hanya dari segi bisnis, tetapi juga dari segi kehidupan yang lebih baik.

“Untuk menggaet lebih banyak mitra, caranya gampang, being user-centric as possible. Kita harus mengerti apa kebutuhan para mitra. Apakah mereka butuh bisnis yang berkelanjutan atau hanya bisnis yang stabil saja. Dari situ, kita bisa menentukan arah bisnis dari para mitra,” ujar Agung.

Untuk membuat bisnis para mitra terus bertumbuh, Warung Pintar memiliki tiga produk yang dapat menguntungkan Juragan Pintar. Pertama, product procurement,

yaitu dari segi rantai pasokan, bagaimana cara warung dapat membeli barang yang lebih murah dan lebih dapat diandalkan tanpa harus ke pasar atau agen. Kedua, produk keuangan berkaitan dengan infrastruktur yang didapat para mitra untuk mengembangkan bisnisnya, seperti Wi-Fi dan televisi. Ketiga, capacity building yang membantu mitra mengoperasikan bisnisnya dengan lebih baik melalui edukasi seperti online learning.

Ketiga produk tersebut pun diaplikasikan dalam bentuk teknologi yang dapat membantu proses bisnis dari warung tradisional. Seperti sistem poin penjualan terintegrasi yang dapat membantu warung mencatat transaksi secara akurat.

Adapula sistem yang bergerak pada rantai pasokan yang mampu menghasilkan data dan meningkatkan efisiensi. Terakhir, Juragan App, aplikasi terintegrasi yang memungkinkan pesanan dan pelacakan produk, juga untuk mempelajari pertumbuhan bisnis dan memahami kebutuhan pelanggan.

Tidak hanya berfokus pada mitra, Warung Pintar juga memberikan perhatiannya dalam pengembangan SDM internal untuk menciptakan organisasi yang dapat bekerja

secara maksimal. Agung mengatakan, transformasi tidak hanya dilakukan kepada para mitra, tetapi juga harus terjadi di dalam organisasi.

“Core Warung Pintar bisa dikatakan adalah transformasi. Transformasi di sini tidak hanya diaplikasikan kepada para mitra atau pemiliki warung, tetapi juga harus terjadi dalam organisasi internal.

Transformasi itu perubahan dan perubahan itu sebenarnya tidak nyaman. Karena itu, kita sebagai penyedia fasilitas transformasi juga perlu melihat dari sudut pandang pengguna atau mitra,” jelas Agung.

Pada awal tahun 2019, Warung Pintar berhasil mendapatkan pendanaan seri B sebesar US$ 27,5 juta atau setara dengan Rp 390 miliar. Pendanaan ini pun diperoleh dari kerja sama para investor, seperti SMDV, Vertex Ventures, LINE Ventures, dan Pavilion Capital. Pada tahun 2020, Warung Pintar menargetkan akan membuka 14 pusat distribusi yang tersebar di Pulau Jawa dan Bali sebagai bentuk dukungan terhadap pertumbuhan industri warung dalam negeri.

| March 2020

DISCOVERY MAR20.indd 10 2020 (COV REG)_T-020.PDF 1 20997800_MARKETEERS ED MARET

19/02/20 2/20/2020 8:56:3022.11 AM

DISCOVERY MAR20.indd 11 2020 (COV REG)_T-021.PDF 1 20997800_MARKETEERS ED MARET

19/02/20 2/20/2020 8:56:3122.11 AM

CRITICAL THINKING MAKES

YOUR BRAIN STRUCTURE 4 - 5 MARET 2020 Advancing Competencies

PUBLIC EDUCATION PROGRAM MarkPlus Main Campus EightyEight@Kasablanka, 8th Floor Jl. Casablanca Raya Kav. 88 Jakarta 12870

SALES SUPERVISOR DEVELOPMENT PROGRAM 10 - 11 MARET 2020

Participation Fees Rp 5,000,000/Person Rp 13,500,000/3 Persons

INFORMATION

HANDLING CUSTOMER’S COMPLAINT 12 - 13 MARET 2020

Aulia 085691700203

aulia.fasya@markplusinc.com

GET YOUR BEST DEALS STARTSMATION FROM Rp 1,500,000 - 5,000,000 ONLY AT

shop.marketeers.com

DEVELOP INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION THAT MAKES

PEOPLE ADVOCATE YOU 18 - 19 MARET 2020

@markplusinstitute

markplus institute

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-022.PDF 1

2/20/2020 8:56:31 AM

Adventure YANG TULUS ATAU YANG DOYAN FULUS?

SEPULUH TREN UKM TAHUN 2020

ANTARA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DAN EKONOMI

P. 024

P. 026

P. 029

ADVENTURE MAR2020_R.indd 1 (COV REG)_T-023.PDF 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020

19/02/20 2/20/2020 8:56:3123.29 AM

A

D V E N

T

U

R E

024

Yang Tulus atau yang Doyan Fulus?

Diskon bisa membuat hubungan merek dan konsumen sebatas transaksional dan matematis. Akhirnya loyalitas bergantung pada hitung-hitungan murah atau mahal. Padahal merek seharusnya bisa membangun engagement, kebanggaan, dan kenyamanan dengan para konsumennya.

i era hypercompetition seperti saat ini, para pebisnis dan pemasar dituntut untuk lebih kreatif untuk bisa memenangkan pasar. Persaingan menjadi semakin kompetitif dan rumit ketika para pendatang baru mulai menggunakan diskon sebagai senjata agar bisa ikut menikmati manisnya bisnis dan merebut konsumen dari para pendahulu.

Jika mengacu pada prinsip 7P marketing mix, maka tugas marketeer untuk bersaing adalah meningkatkan daya tawar dari tiap komponen dalam 7P marketing mix tersebut. Misalnya, product yang lebih kompetitif, promotion yang lebih agresif, channel distribusi yang lebih luas, people yang lebih reliable dan bersahabat, process yang lebih simpel, physical cues yang lebih menarik, dan tentu saja discount yang masuk ke dalam kategori price. Semakin banyak kita unggul dalam elemen 7P ini, maka semakin besar ‘amunisi’ kita untuk bersaing.

Sayangnya dari tujuh faktor tersebut, elemen price yang paling mudah dikontrol (baca: diturunkan dengan diskon). Untuk mendapatkan hasil yang relatif instan, maka diskon menjadi pilihan yang paling banyak dilakukan orang.

Secara psikologis, diskon dilihat sebagai pleasure atau setidaknya less pain karena kita tidak perlu membayar dengan harga seperti biasanya. Makanya, kita menyukainya karena sesuai dengan prinsip paling mendasar otak manusia untuk survive, yaitu seek pleasure dan avoid pain.

Tapi sadarkah Anda bahwa ada beberapa merek yang tidak pernah atau setidaknya jarang sekali memberi diskon? Louis Vuitton, Hermes, Nike dan Apple adalah sedikit dari jajaran merek yang tidak pernah sama sekali atau setidaknya sedikit memberikan diskon.

“Ya, jelas saja mereka nggak kasih diskon.

Mereka kan brand-brand besar,” begitu komentar spontan teman saya ketika kami membahas hal ini beberapa waktu lalu. Saya pun bertanya balik, “Yang benar, mereka nggak kasih diskon karena mereka merek besar atau sebaliknya. Mereka menjadi merek besar karena nggak kasih diskon?”

Dan pembicaraan santai itu pulalah yang menjadi awal dari pencarian panjang saya terhadap masalah ini.

Ketika ‘terjebak’ lebih dalam membahas ini, saya pun teringat tentang konsep besar ‘norma social’ vs ‘norma market’ yang diceritakan dengan sangat gamblang, jelas, dan menyenangkan oleh Prof. Dan Ariely melalui bukunya Amazing Decision.

Dalam buku itu, Ariely menyampaikan bahwa manusia hidup dan berinteraksi dengan lingkungannya dengan dua ‘topi’.

Yaitu ‘topi social’ dan ‘topi market’.

Topi social digunakan ketika kita berhubungan secara sosial dengan orangorang di sekeliling kita secara tulus.

Di sini, seluruh interaksi bebas dari hitung-hitungan matematis dan finansial.

Pertukaran atau apa pun yang bisa dinilai dengan uang dibebaskan dari hitungan moneter. Semuanya dilihat dari kacamata ‘membangun hubungan baik”. Sementara, topi market adalah ketika kita melakukan sesuatu dari perspektif hitung-hitungan matematis moneter. Kedua hal ini tidak bisa ditabrakkan satu dengan lainnya.

Sebagai contoh, betapa tidak pantas dan mengecewakannya, seorang pria yang makan malam di rumah calon mertuanya, menawarkan uang untuk membayar makanan setelah jamuan usai. Tentu saja, sang calon mertua akan tersinggung karena sajian makan malam mereka sediakan dengan tulus, seperti halnya topi social. Artinya bebas dari hitung-hitungan matematis.

Sebaliknya, kita kerap menyaksikan bagaimana hubungan pertemanan menjadi berantakan ketika dilanjutkan dengan kesepakatan berbisnis bersama. Ini disebabkan kegagalan untuk memisahkan topi social dan topi market. Di satu sisi, mereka berteman yang artinya topi social harus menjadi prioritas. Namun di sisi lain topi market tidak bisa dikesampingkan dalam berbisnis.

Dalam buku tersebut, Ariely juga menunjukkan eksperimennya tentang tiga grup yang diminta untuk menyelesaikan satu pekerjaan namun dengan insentif yang berbeda. Grup pertama dibayar cukup besar, grup kedua dibayar sangat kecil, dan grup ketiga tidak dibayar. Jika teori ekonomi berlaku, maka grup yang dibayar mahal akan punya produktivitas paling tinggi.

Sedangkan grup yang tidak dibayar akan

punya produktivitas paling rendah.

Namun fakta berbicara lain. Ternyata grup yang memiliki produktivitas paling tinggi adalah grup yang tidak dibayar.

Kemudian diikuti grup yang dibayar tinggi dan grup yang dibayar rendah. Namun, gap di antara keduanya tidak terlalu jauh. Pesan moral dari percobaan ini ternyata insentif tidak selalu berbanding lurus dengan produktivitas. Justru, faktor matematis cenderung membuat orang menjadi perhitungan. Hasilnya orang akan bekerja hanya senilai seberapa dia dibayar dan tidak mau walk extra mile untuk hal yang di luar job description-nya.

Lebih jauh lagi, insentif bisa berisiko menimbulkan efek samping ketika diberhentikan. Ketika insentif ditiadakan atau dikurangi, para pekerja memiliki tendensi merasa tidak dihargai seperti sebelumnya. Hasilnya produktivitas pun menurun.

Sebaliknya, ketika orang bekerja dengan non monetary motivation seperti kesempatan untuk belajar dan berkembang, aktualisasi diri, pengakuan pencapaian; produktivitas orang cenderung naik dan minim efek samping. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa pemberian insentif seringkali berhasil menunjukkan hasil yang jelas dan instan dalam jangka pendek.

Beberapa contoh itu menunjukkan bahwa manusia hidup dengan ‘topi’ yang sesuai dengan konteksnya. Risiko menjadi besar ketika kita gagal memisahkan kapan harus menggunakan topi social atau topi market.

Lantas apa hubungannya dengan konteks merek memberikan diskon atau tidak? Ketika kita membangun merek, penerapan diskon terutama jika dilakukan sebegitu sering akan menarik hubungan antara merek dan konsumen ke ranah topi

“SEBALIKNYA, KITA KERAP MENYAKSIKAN BAGAIMANA HUBUNGAN PERTEMANAN MENJADI BERANTAKAN KETIKA DILANJUTKAN DENGAN KESEPAKATAN BERBISNIS BERSAMA. INI DISEBABKAN KEGAGALAN UNTUK MEMISAHKAN TOPI SOCIAL DAN TOPI MARKET.”

| March 2020

ADVENTURE MAR2020_R.indd 2 (COV REG)_T-024.PDF 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020

19/02/20 2/20/2020 8:56:3123.29 AM

A

D V E N

T

U

R E

025 market. Artinya, konsumen hanya akan melihat pembelian produk kita dari sisi transaksional, kacamata untung rugi, serta matematis. Akhirnya, loyalitas bergantung pada hitung-hitungan murah atau mahal.

Semakin murah semakin digandrungi.

Ketika menemukan yang lebih murah, maka terpaksa beralih ke lain hati.

Karenanya, sales andal selalu menghindari diskusi soal harga di awal pembicaraan dengan konsumen. Mereka dilatih untuk fokus pada kelebihan produk dan value yang diberikan kepadanya. Ketika pembicaraan antara salesman dan pembeli dimulai dengan harga, maka diskusinya akan menjadi sempit. Keputusan pembelian pun akan didominasi oleh harga ketimbang value barang.

Topi market juga berakibat komplain yang lebih kejam dan amat sangat perhitungan jika konsumen menemukan kekecewaan terhadap produk atau layanan.

Biasanya komplainnya membawa kalimat, “Saya kan sudah bayar mahal”. Di era di mana konsumen bisa dengan mudah mendapatkan informasi harga melalui online, teori yang mengatakan bahwa discount create urgency to buy menjadi tidak relevan. Sebab, ketika kita masuk ke satu toko dan disuguhkan diskon, pikiran kita beralih dari value oriented menjadi price oriented. Hal yang terjadi kemudian adalah orang mulai browsing produk yang sama atau brand pesaing melalui online untuk membandingkan harganya. Discount create urgency to buy bisa saja terjadi.

Namun tidak ada jaminan bahwa pembelian akan dilakukan pada brand tersebut.

Merek yang menarik konsumennya ke topi market yang sangat perhitungan akan membuat layanan-layanan tambahan menjadi terpinggirkan dan tidak relevan.

Bahkan riset membuktikan, ketika sebuah merek menawarkan diskon plus hadiah langsung, maka tidak sedikit konsumen yang menolaknya. Kebanyakan dari mereka akan meminta diskon tambahan senilai hadiah langsung tersebut.

Satu hal yang harus diperhatikan dari pemberian diskon adalah, secara fisiologis dan psikologis, manusia adalah makhluk yang cepat sekali beradaptasi. Ketika kita bahagia maka hormon bahagia kita akan diproduksi. Ketika hormon tersebut mulai pudar, maka kita akan mendambakan untuk mendapatkan siraman hormon tersebut lagi.

Setelah prosesnya berulang-ulang, maka standar toleransi kita terhadap hormon tersebut meningkat.

Jika biasanya hormon kebahagiaan diproduksi sebesar 5 ml, maka lama kelamaan siraman hormon yang sama tidak lagi membuat kita cukup bahagia. Sehingga, kita membutuhkan besaran yang lebih.

Itulah mengapa manusia pada umumnya tidak pernah puas. Karenanya, jangan heran jika pemberian insentif yang awalnya cukup memotivasi, lama kelamaan tidak terasa spesial lagi. Begitu pula untuk urusan diskon. Besaran diskon yang sama tidak terasa sebegitu menarik dibanding waktu pertama kali kita mendapatkannya.

Sementara merek yang tidak atau jarang memberikan diskon mencoba mem-framing konsumen dalam topi social yang jauh dari hitung-hitungan untung rugi. Mereka coba membangun engagement, kebanggaan yang sulit dinilai dengan rupiah, kenyamanan, dan lain sebagainya. Merek-merek ini berusaha membuat diskusi seputar harga menjadi hal yang memalukan. “Ah, masa iya beli Louis Vuitton nanya dapet diskon berapa?” Begitu kira-kira ekspektasinya.

Merek-merek itu tetap laku keras bahkan ketika harganya naik. Itulah mengapa walau hanya menguasai kurang dari 20% pangsa pasar dunia dari sisi jumlah unit, Apple iPhone bisa menguasai lebih dari 50% profit industri smartphone. Kita bisa lihat bagaimana iPhone tidak pernah mengangkat technical specification, seperti besaran RAM, prosesor, dan lain sebagainya. Mereka lebih fokus pada benefit dari apa yang bisa dilakukan oleh produk mereka.

Pelajaran menarik juga bisa kita ambil dari Amazon. Walaupun masih memberi diskon, tapi Amazon tidak perhitungan dengan kepuasan pelanggan. Ketika buku yang Anda pesan meleset dari tanggal pengiriman, mereka segera mengirimkan buku yang sama pada hari itu dengan pengiriman kelas satu agar bisa tiba di esok hari tanpa biaya tambahan. Hal ini adalah strategi untuk menarik konsumen dari topi market ke topi social dengan menunjukkan betapa Amazon tidak pernah perhitungan dengan konsumennya. Kondisi itu sama persis ketika kita menolong sahabat tanpa perhitungan sama sekali.

Pada akhirnya, kembali kepada kita masing-masing untuk memilih jalan mana yang lebih tepat untuk merek kita. Memilih konsumen yang serba perhitungan atau yang sebegitu tulus menyayangi Anda tanpa perhitungan matematis. Sama seperti apakah Anda memilih tim yang money oriented dan hanya bekerja keras jika ada insentif, atau yang tidak pernah perhitungan dan selalu memberikan yang terbaik terlepas dari berapa Anda membayarnya.

Oleh Ignatius Untung Ketua umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA)

March 2020 |

ADVENTURE MAR2020_R.indd 3 (COV REG)_T-025.PDF 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020

19/02/20 2/20/2020 8:56:3123.29 AM

A

D V E N

T

U

R E

026

International Council for Small Business (ICSB)

Sepuluh Tren UKM Tahun 2020 Tahun 2020 diyakini menghadirkan banyak peluang baru bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM). Peran UKM makin diakui secara global karena kontribusi nyata pada inovasi dan penguatan ekonomi. UKM menjadi pencipta lapangan kerja nomor satu di dunia. Ada sepuluh tren yang patut diperhatikan oleh para pegiat UKM.

ahun lalu, ICSB menyatakan salah satu tantangan terbesar yang menghambat pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) bukanlah masalah teknologi atau isu di tingkat makro.

Tantangannya ada pada kekuatan keyakinan (power of believe) yang dimiliki oleh pelaku usaha.

Masalah besar pada tahun 2019 adalah perang dagang global oleh dua kekuatan ekonomi dunia, Amerika Serikat dan China.

Perang dagang ini berdampak pada UKM. Kebijakan tarif yang diberlakukan oleh dua negara ekonomi adidaya itu telah membuat ekonomi dunia mengalami kekacauan.

Pada tahun 2020, kami melihat harapan.

Paling tidak ada sepuluh tren yang bakal berdampak pada UKM selama setahun ke depan. Berikut sepuluh tren tersebut seperti yang dipaparkan oleh Dr. Ayman El Tarabishy, Profesor dari George Washington University dan ICSB Executive Director.

10. Kekuatan Keyakinan

Tren nomor satu pada tahun 2019 menjadi tren nomor sepuluh untuk tahun 2020.

Kekuatan keyakinan pengusaha UKM menjadi sangat penting dalam perekonomian dunia. Mereka harus yakin lebih dulu bahwa seseorang mampu menciptakan sesuatu yang bernilai ekonomi dan sosial.

Kewirausahaan bukan lagi untuk domain tertentu. Perempuan, orang muda, keluarga, dan penyandang disabilitas juga mampu

mengubah masyarakat dan komunitas mereka melalui kekuatan keyakinan tersebut.

Keyakinan bahwa mereka mampu memberi energi dan memperbaiki situasi ekonomi mereka.

Rekomendasi ICSB: Terus mendorong terciptanya usaha dan keberlanjutan UKM dengan kekuatan keyakinan. Tidak hanya untuk yang baru memulai bisnis, tetapi juga usaha yang telah menciptakan dan memelihara ekosistem ekonomi yang dapat beradaptasi lintas komunitas.

9. UKM Perlu Memenuhi Tujuan SDGs

Saat ini, banyak UKM yang telah memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals – SDG’s) walaupun mereka mungkin tidak menyadari hal tersebut.

Rekomendasi ICSB: UKM harus dididik tentang SDGs dan didorong untuk menjadikannya sebagai titik penjualan yang menonjol mengapa konsumen harus membeli dari mereka.

Konsumen perlu diberitahu tentang SDGs juga. Caranya bisa melalui inisiatif seperti membeli produk organik maupun daur ulang. UKM harus memikirkan satu usaha yang memungkinkan konsumen bisa berkontribusi pada pembangunan dunia yang berkelanjutan.

8. Akses Pada Opsi Permodalan

UKM saat ini akan memiliki lebih banyak pilihan permodalan daripada waktu sebelumnya. Selain produk perbankan, blockchain dan cryptocurrency juga menjadi opsi baru yang layak diperhitungkan. Media baru, seperti pinjaman peer-to-peer (P2P Lending), pendanaan atau berjamaah (crowdfunding) diharapkan dapat membantu peningkatan UKM dengan cepat. Ini merupakan peluang besar. Namun, kita harus memahami semua risikonya.

Rekomendasi ICSB: Munculnya fintech, termasuk crowdfunding dan pendanaan peer-to-peer, memungkinkan lebih luas ketersediaan dan pencairan dana lebih cepat untuk mendukung keuangan perusahaan yang sedang tumbuh.

7. UKM Go Digital

Teknologi digital memungkinkan pasar global saat ini bisa diakses hanya dengan sekali klik. Dunia konsumen lebih mudah diakses dari sebelumnya. UKM harus didorong untuk tidak membatasi basis pasar mereka dan mempertimbangkan memperluas jangkauan mereka terhadap pelanggan global.

Rekomendasi ICSB: Pola pikir digital harus menjadi pola pikir UKM. Pasar online global harus dilihat sebagai kesempatan. Namun, UKM harus menyadari bahwa menjalankan bisnis mereka secara online memerlukan logistik yang memadai dan perlu tahu peraturan perdagangan internasional. Kesederhanaan adalah kunci kesuksesan di pasar digital yang kompleks.

6. Meningkatnya Guru yang RUDE

Di era sekarang, perubahan terbilang supercepat. Tak heran disebut RUDE yang merupakan singkatan dari Rapidly Changing (cepat berubah), Uncertain (tidak pasti), Dynamic (dinamis), dan Engaging (Terlibat).

Itu dikarenakan oleh faktor demografi, ekonomi, teknologi, politik dan hukum, serta sosial dan budaya yang terus berubah.

ICSB mengembangkan konsep ini dengan mendefinisikan guru RUDE yang akan sangat diminati dan akan memiliki banyak pengikut. Mirip dengan superstar, penyanyi, dan bintang film. Mereka tidak akan memiliki afiliasi dengan pihak mana pun. Namun, kehadirannya ada di mana-mana. Contohnya, Anthony Robbins.

Rekomendasi ICSB: Reinvention pendidik/guru/dosen akan mengubah mereka dari sekadar pembawa informasi menjadi RUDE. Mereka akan mengubah basis pengetahuan untuk memahami teori-teori baru dengan cepat dan memikirkan aplikasinya. Akhirnya, guru RUDE akan menjadi master of engagement.

Mereka tak sebatas mengajar, menghibur, dan mendidik. Mereka juga melibatkan peserta didik dalam refleksi, pembelajaran

| March 2020

ADVENTURE MAR2020_R.indd 4 (COV REG)_T-026_R1.pdf 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020

20/02/20 2/21/2020 2:04:5018.57 PM

A

D V E N

T

U

R E

027 dua putaran, dan menjadi pribadi yang bertumbuh.

Saat ini, banyak bisnis yang sangat tidak manusiawi. Mereka digerakkan oleh industrialisasi, robot, maupun kecerdasan buatan. Tren seperti ini akan terus berlanjut. Namun, hati manusia akan selalu merindukan sentuhan dari sesamanya.

Rekomendasi ICSB: Teknologi menjadi alat yang diperlukan untuk meningkatkan operasi bisnis. Namun, unsur kemanusiaanlah yang membuat UKM unik dan tahan lama. Teknologi tetaplah mutlak. Namun, UKM tak boleh meninggalkan sentuhan manusia.

Revolusi industri ke-4 menyuguhkan realitas baru. Teknologi, misalnya, akan berinteraksi dengan tubuh manusia.

Konvergensi ini akan terjadi di seluruh dunia secara biologis dan fisik. Lalu, kondisi tersebut bakal memengaruhi relasi kerja antara karyawan dan majikan.

Masa depan dari apa yang disebut “work of employment” sedang mengalami perubahan paradigma. Penggunaan kecerdasan buatan berpotensi menghilangkan sebagian besar pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh manusia. Ada prediksi yang mengatakan pada tahun 2030, sebanyak 30% dari pekerjaan yang saat ini tersedia akan hilang.

Rekomendasi ICSB: Revolusi Industri ke-4 dan masa depan kerja perlu diseimbangkan. One-size solution tidak mungkin dilakukan secara global. Perlu fokus pada penyelesaian beberapa tantangan dan masalah masyarakat. Ini mendorong UKM berperan serta dan ini sejalan dengan agenda PBB 2030 terkait keberlanjutan.

4. UKM Menghadapi Perang Dagang

2. Meningkatnya Kota Wirausaha

5. Tak Melupakan Sentuhan Manusia

ICSB masih memprediksi perang dagang akan menjadi masalah besar yang memengaruhi UKM. Bukti adanya hal tersebut sudah terlihat. Meningkatnya pengenaan tarif oleh negara-negara utama telah menciptakan masalah dan kekhawatiran untuk ekonomi dunia.

Rekomendasi ICSB: UKM menyadari, mereka tidak dapat berbuat banyak untuk memengaruhi politik makro. Namun, ada langkah untuk meminimalisir dampak negatif. Pertama, meningkatkan komunikasi dengan para pemangku kepentingan, terutama karyawan, pelanggan, dan pemasok. Kedua, memahami dan terus mengikuti isu-isu perdagangan.

Ketiga, memahami rantai pasokan yang ada agar UKM dapat mengembangkan tindakan alternatif yang diperlukan bagi bisnis mereka.

3. Revolusi Industri ke-4 dan Pergeseran Keseimbangan

Kewirausahaan dan inovasi merupakan fenomena urban. Munculnya kota wirausaha akan menjadi gerakan global. Fenomena ini dipicu oleh telekomunikasi yang lebih baik, pemerintah kota yang berinvestasi dalam komunitas startup, dan hobi travelling kaum muda saat ini.

Selama beberapa dekade, modal ventura didominasi untuk perusahaan Amerika.

Hingga pertengahan tahun 1990-an, hampir semua investasi modal ventura global jatuh ke perusahaan Amerika Serikat. Namun, selama paruh kedua tahun 1990-an dan sepanjang tahun 2000-an, modal ventura perlahan mulai mengalir ke lokasi di luar Amerika Serikat. Lima tahun terakhir, modal ventura mengalir ke Eropa, Asia, dan tempat lain.

Rekomendasi ICSB: Pengusaha yang inovatif akan melihat dunia saat ini sebagai rumah baru. Rumah yang tidak terbatas. Sebab itu, di dunia tanpa batasan ini, mereka tidak perlu lagi datang ke Amerika hanya untuk meluncurkan, mencari dana, dan mengembangkan perusahaan mereka.

1.Berakhirnya Status Quo

Banyak kemapanan atau status quo yang terguncang selama dekade terakhir ini.

Disrupsi terjadi di mana-mana. Sementara, pemikiran manusia selalu mengalami kemajuan secara dinamis. Perubahan yang terjadi pun berlangsung cepat. Di sini, perlu dikembangkan ide-ide baru untuk masamasa selanjutnya.

Rekomendasi ICSB: Momentum ke depan tampak sangat jelas. Keberlanjutan sedang menjadi tren.

Wilayah Teluk misalnya, lebih terbuka untuk menyambut dunia. Kelas menengah di Afrika terus berkembang. Lalu, negara-negara mulai mengkaji ulang kontrak sosial dengan rakyatnya. Apakah itu sudah cukup?

UKM harus mendidik diri mereka sendiri untuk memahami rantai pasokan dan cara kerjanya. Termasuk, memahami dampak keduanya pada bisnis mereka. Penting juga bagi mereka untuk mengetahui dan memahami tindakan alternatif yang dapat diambil.

“TEKNOLOGIMENJADIALAT YANGDIPERLUKANUNTUK MENINGKATKANOPERASI BISNIS.NAMUN,UNSUR KEMANUSIAANLAHYANG MEMBUATUKMUNIKDAN TAHANLAMA.”

Oleh Diah Yusuf Vice President Community Empowerment ICSB Indonesia Vice President Affiliate and Chapter Engagement ICSB Global

March 2020 |

ADVENTURE MAR2020_R.indd 5 (COV REG)_T-027_R1.pdf 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020

20/02/20 2/21/2020 2:04:5018.58 PM

ADVENTURE MAR2020_R.indd 6 (COV REG)_T-028.PDF 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020

19/02/20 2/20/2020 8:56:3223.29 AM

A

D V E N

T

U

R E

029

Serial SDGs

Antara Kepemimpinan Perempuan dan Ekonomi Dari segi kepemimpinan, perempuan Indonesia telah menunjukkan kemampuan.

Namun, gerakan terpadu dari seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan agar kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dapat terwujud.

cKinsey Global Institute pernah merilis sebuah laporan pada akhir tahun 2015 yang berjudul “The Power Parity: How Advancing Women’s Equality Can Add US$ 12 Trillion to Global Growth”.

Laporan itu mengatakan, apabila kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dapat terwujud maka akan menciptakan tambahan nilai ekonomi sebesar US$ 12 triliun pada tahun 2025.

Semangat ini pun sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDG) ke-5.

Misinya adalah mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan.

Begitu juga TPB ke-8, yakni meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dan pekerjaan layak untuk semua.

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) dari Badan Pusat Statistik menyatakan hingga Februari 2019, di Indonesia, buruh laki-laki mendapatkan rata-rata Rp 3,05 juta per bulan dan buruh perempuan mendapatkan Rp 2,33 juta per bulan. Kesenjangan ini berimplikasi pada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).

Partisipasi laki-laki sebesar 83,18% dan partisipasi perempuan sebesar 55,5%.

Tanggap Kondisi Dari segi kepemimpinan, perempuan Indonesia telah menunjukkan kemampuan.

Mereka memiliki peran penting dalam mendukung akselerasi pencapaian TPB ke-5 tentang kesetaraan gender ini. Cukup banyak sosok perempuan Indonesia yang menduduki jabatan tinggi, baik di lembaga negara, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan dunia akademis. Untuk mencapainya, diperlukan gerakan terpadu dari seluruh pemangku kepentingan.

Komitmen pemerintah untuk meningkatkan pendidikan yang berkualitas dengan biaya terjangkau sangat diperlukan.

Tujuannya, mendorong penciptaan lapangan kerja bagi semua. Saat ini, dari 25% anak muda tidak sedang bekerja atau sekolah atau mengikuti pelatihan; dua pertiganya adalah anak perempuan (Vivi Alatas, Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class, World Bank).

Dunia usaha juga memiliki peran penting. Mereka membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan kompetitif. Saat ini, diperkirakan hanya 8% perusahaan yang menyediakan pelatihan. Dengan SDM yang tingkat pendidikannya rendah dan tanpa keterampilan, mana mungkin membangun ekonomi yang kompetitif dan berkelanjutan untuk masa depan?

Tak hanya itu, pernikahan dini juga merupakan masalah sosial yang laten.

Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2018, ada 31,6% perempuan Indonesia yang menikah muda. Sementara, 3,7% di antaranya berumur 15 tahun ke bawah dan 27,9% berumur 16-18 tahun. Pernikahan dini berdampak buruk karena ketidaksiapan fisik dan mental. Ini menyebabkan tingginya angka perceraian dan berdampak pada kesehatan ibu dan anak.

Bahkan, data menunjukkan 27% anak Indonesia terkena stunting (nomor lima

March 2020 |

ADVENTURE MAR2020_R.indd 7 (COV REG)_T-029.PDF 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020

19/02/20 2/20/2020 8:56:3223.29 AM

A

D V E N

T

U

R E

030 tertinggi di dunia). Dalam banyak kasus, pernikahan dini menyebabkan anak perempuan berhenti sekolah. Bayangkan, 30% anak perempuan tidak selesai sekolah menengah. Bukan hanya menjadi beban, namun juga menjadi penghalang kemajuan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Padahal, perempuan merupakan sumber daya potensial dalam pembangunan ekonomi.

Tidak hanya terhadap keluarga, tapi juga masyarakat dan negara.

Sebetulnya, cukup banyak yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan SDM dan memberdayakan perempuan.

Batas umum pernikahan untuk perempuan telah dinaikkan dari 16 tahun menjadi 19 tahun. Meski demikian, masih ada pengajuan dispensasi dengan berbagai alasan.

Ini memang masalah sosial.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia berkomitmen melalui gerakan Pengarusutamaan Gender (PUG) secara kolaboratif dengan partisipasi seluruh lembaga/badan pemerintah. Perjanjian tentang perumusan strategi nasional untuk mempercepat implementasi pengarusutamaan gender melalui perencanaan dan penganggaran responsif gender sudah ditandatangani. PUG mencakup pendidikan wajib di semua jenjang yang dilaksanakan pemerintah.

Namun, masih perlu gerakan terpadu dalam kebijakan dan pelaksanaannya secara konkret di lapangan.

Gerakan pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender juga banyak dilakukan oleh berbagai lembaga internasional maupun lembaga swadaya masyarakat di tingkat lokal.

Women Empowerment Principles (WEPs)

QUOTE

“SURVEI SAKERNAS DARI BPS MENYATAKAN HINGGA FEBRUARI 2019, DI INDONESIA, BURUH LAKI-LAKI MENDAPATKAN RATA-RATA RP 3,05 JUTA PER BULAN DAN BURUH PEREMPUAN MENDAPATKAN RP 2,33 JUTA PER BULAN.” Di dunia internasional, United Nations Global Compact (UNGC) dan UN Women membentuk seperangkat Prinsip-prinsip Pemberdayaan Perempuan atau Women’s Empowerment Principles (WEPs).

Berdasarkan data dari UNGC dan UN Women, hampir 2.000 pengusaha di dunia telah menunjukkan kepemimpinan mereka terkait “Kesetaraan Gender” melalui WEPs. Berikut adalah prinsip-prinsip tersebut.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Membentuk kepemimpinan di tingkat atas bagi kesetaraan gender pada perusahaan.

Memperlakukan seluruh perempuan dan laki-laki secara adil di tempat kerja. Menghormati dan mendukung hak asasi manusia dan nondiskriminasi.

Menjamin kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan seluruh pekerja perempuan dan laki-laki.

Mendorong pendidikan, pelatihan, dan pengembangan profesi bagi perempuan.

Menjalankan pengembangan usaha, rantai pasokan, dan praktik pemasaran yang memberdayakan perempuan.

Mempromosikan kesetaraan melalui inisiatif komunitas dan advokasi.

Mengukur dan melaporkan kemajuan yang diperoleh dalam mencapai kesetaraan gender.

Di Indonesia, Indonesia Global Compact Network (IGCN) berkolaborasi dengan International Finance Corporation (IFC) menyelenggarakan sebuah pelatihan dengan tema “Women on Boards and in Business Leadership: Igniting Change.”

Pelatihan ini membahas tentang dinamika gender dan strategi dalam mendukung keberagaman gender di sektor bisnis, serta komitmen kepemimpinan perusahaan dalam melaksanakan keberagaman gender.

Pelatihan yang diadakan Desember 2019 ini juga didukung Swiss State Secretariat for Economic Affairs (SECO), Pemerintah Kanada, dan Sustainable Development Goals (SDG) Fund, Youth-Women-Netizen Program Indonesia Marketing Association (IMA) selama beberapa tahun ini mempromosikan peran penting perempuan melalui program Youth-Women-Netizen dalam mengedepankan pemasar yang profesional dan inovatif. Youth (anak muda), Women (perempuan) dan Netizen (pengguna internet) merupakan komunitas yang sangat kuat dalam memengaruhi dinamika pasar.

Selain itu, perempuan juga menjadi salah satu pelaku strategis dalam menentukan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Bahkan, Asia Marketing Federation (AMF) telah mengadopsi program ini dan menyelenggarakan YWN Awards setiap tahun.

Tentu, kolaborasi antarpihak sangat diperlukan untuk memaksimalkan penerapan dari prinsip-prinsip ini serta dapat mengakselerasi pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya tujuan kelima, yaitu menjalankan pengembangan usaha, rantai pasokan, dan praktik pemasaran yang memberdayakan perempuan. Semuanya ini bisa kita awali dari perusahaan kita masing-masing.

Oleh Yaya Winarno Junardy Ketua Senat, Indonesia Marketing Association (IMA) President, Indonesia Global Compact Network (IGCN)

| March 2020

ADVENTURE MAR2020_R.indd 8 (COV REG)_T-030.PDF 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020

19/02/20 2/20/2020 8:56:3223.29 AM

Marketeers + Pemprov Jabar

ProgramJabar Future Leaders, Foto: Humas Jabar

Program Jabar untuk Milenial:

Dari Beasiswa hingga Jadi Ajudan Gubernur Berniat menjadi ajudan gubernur, orang nomor satu di sebuah provinsi? Atau bermimpi mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah? Jika kamu Milenial di Jawa Barat, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) punya jawabannya.

Oleh Hermansyah Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Setda Provinsi Jabar

ntuk Milenial alias generasi yang lahir antara 1980-an hingga 2000-an, Pemprov Jabar di bawah kepemimpinan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum menawarkan program Jabar Future Leaders (JFL).

JFL yang dirilis pada awal 2019 merupakan upaya Pemprov Jabar untuk membangun jejaring pemuda-pemudi Jabar yang tangguh dan visioner agar para milenial punya kualitas mumpuni sebagai calon pemimpin masa depan.

Salah satu anak programnya adalah Ajudan Gubernur. Untuk menjadi Ajudan Gubernur, syarat utama adalah seorang Warga Negara Indonesia (WNI) berusia 17-25 tahun. Selain itu, calon ajudan juga harus punya pengalaman organisasi atau pernah menjadi relawan.

Pada JFL 2019, peserta yang lulus seleksi diberi pembekalan selama tiga hari di boot camp sebelum meginjakkan kaki di Gedung Sate, pusat pemerintahan Jabar yang terletak di Ibu kota Bandung.

Selain pembekalan materi agar menguasai tugas sebagai Ajudan Gubernur, 30 peserta yang lolos juga mengikuti aktivitas olahraga, outbound, body rafting, hingga ditengok langsung oleh Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil. Seru, ‘kan?

Program JFL juga merangkul kawankawan disabilitas. Teman tuli bernama Khalil Ibrohim, salah satu alumnus Ajudan Gubernur 2019, mengatakan kesempatan berharga yang didapatnya itu membuatnya belajar untuk lebih gesit dan tepat waktu.

“Kita bisa meneladani bapak dan memotivasi diri dan belajar untuk lebih maju.

Kita juga harus tegas, tidak boleh malas, lebih aktif, dan kuat,” ujar Khalil dalam Bahasa Isyarat Indonesia.

Tahun ini, program kerja sama Humas Jabar, Dinas Pemuda dan Olahraga Jabar, serta Bank bjb ini membuka kesempatan yang sama bagi para Milenial juara yang memiliki mimpi untuk membangun Jabar dan Indonesia.

“Mari belajar kepemimpinan dengan ikut Jabar Future Leaders dengan terpilih menjadi ajudan mingguan Gubernur Jawa Barat,” tulis Kang Emil dalam akun Instagram @ridwankamil.

“Tahun lalu, ada ajudan yang masih SMA, ada yang sudah lulus, ada yang dari Jawa, ada juga dari Sumatera Kalimantan. Ada dua dari mereka yang teman tuli,” tambahnya.

Selain Ajudan Gubernur, JFL juga menawarkan beasiswa bagi mahasiswa KTP Jabar jenjang Strata 1 (S1), S1, dan S3.

Totalnya, Pemprov Jabar melalui Dinas Pendidikan Jabar menggelontorkan kurang

lebih Rp 50 miliar untuk Beasiswa JFL 2019 kepada 1.312 mahasiswa kategori beasiswa prestasi akademis dan 385 mahasiswa kuota prestasi non-akademis.

Berbagai perguruan tinggi ternama di Jabar terlibat dalam beasiswa JFL, seperti UI, ITB, Unpad, UPI, IPB, Universitas Pasundan, hingga Universitas Presiden.

Beasiswa JFL 2019 itu bertujuan melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) Jabar yang mandiri, produktif, dan memiliki kepedulian sosial. SDM unggulan ini diharapkan mampu berperan dalam upaya pemutusan mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat di Jabar.

Tak hanya Beasiswa JFL 2019, Jabar juga menyediakan berbagai beasiswa unggulan lainnya. Tahun ini, Dinas Pendidikan Jabar menawarkan kesempatan bagi siswi SMA dan SMK untuk mengikuti Program Sarjana Asian University for Women (AUW) Scholarship.

Asian University for Women Bangladesh ini memberikan metode pembelajaran yang relevan di berbagai bidang studi guna membentuk peserta didik yang berwawasan luas, berpikir kritis, komunikatif, dan inovatif. Beberapa program keahlian yang ditawarkan, antara lain bioinformatics, economics, environmental science, politics, philosophy, economics serta public health study.

Untuk mengikuti pendaftaran pada 17 Februari hingga 7 Maret mendatang, siswi harus memenuhi persyaratan, yaitu siswi SMA/SMK lulusan 2018-2020, menguasai bahasa Inggris aktif, berasal dari Provinsi Jawa Barat, lulus Ujian Nasional (UN).

Selanjutnya, mengisi form pendaftaran online serta melampirkan dokumen yang dibutuhkan.

Berbagai tawaran menarik bagi para milenial Jabar diharapkan menjadi bekal bagi Pemprov Jabar untuk membangun provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia ini.

Para Milenial juara yang cerdas, ramah, sigap, sehat, teliti, tangguh, dan taktis ini kelak menjadi pemimpin masa depan yang melahirkan program prioritas pembangunan.

Muaranya adalah Jabar yang juara lahir dan batin, untuk kemajuan bangsa Indonesia yang maju.

“Indonesia negara besar, punya syarat jadi negara maju. Pertama, ekonominya bagus.

Kedua, anak mudanya harus kompetitif, dan Ketiga, proses demokrasinya jangan sering berantem,” kata Kang Emil.

“Jadilah pemuda yang sering turun tangan. Yang selalu cari solusi karena masa depan Indonesia yang cemerlang ada di tangan Anda. Salah satunya, Jabar Future Leaders program menyiapkan pemuda untuk siap menyambut Indonesia negara adidaya 2045,” ujarnya.

March 2020 |

PEMPROV JABAR.inddED1MARET 2020 (COV REG)_T-031_R1.pdf 1 20997800_MARKETEERS

20/02/20 2/21/2020 2:04:5018.50 PM

N

A V I

G A T O

R

032

Gen Z: The Born to Digital Generation Z世代： 出生于数字世代 by: Oleh Hermawan Kartajaya 陈就学

Belum habis rasanya mengupas dan memahami Gen-Y, kita sudah mulai kedatangan Gen-Z yang sudah beranjak dewasa. Di tengah kebingungan menghadapi generasi Milenial yang kadang memusingkan. Kita pun harus menghadapi Zoomers (sebutan untuk Gen-Z) yang sudah mulai memasuki usia kerja.

Siapa sih memangnya Gen-Z ini? Yaitu, mereka-mereka yang lahir antara tahun 1997-2015, masa di mana inovasi teknologi digital memang sedang pesat-pesatnya.

Zoomers ini menjadi generasi pertama yang sejak lahir pun sudah familier dengan teknologi digital. Jadi, tidak heran, berbagai perangkat gawai dan berbagai platform digital sudah mereka kenal sejak dini.

Pengenalan gawai sejak kecil tentu memengaruhi diri dan kebiasaan mereka.

Tidak hanya untuk hiburan, tapi juga mendukung perkembangan mereka. Dalam pendidikan sekali pun, mereka sudah terbiasa sejak kecil untuk mencari berbagai informasi. Apalagi dalam komunikasi seharihari, Zoomers sudah tidak asing lagi bila terkoneksi dengan teman barunya yang tinggal di belahan dunia lain.

Tidak heran, sepertinya Zoomers benarbenar tidak bisa terlepas dari gawai setiap harinya. Mau tahu nonton film apa? Bukan bertanya pada temannya, tapi melihat review online. Cari jodoh dengan cepat?

Sudah ada aplikasi khusus untuk ini, tidak butuh lagi mak comblang. Mau tahu cara mengobati mimisan? Bukan tanya mamah atau teman, googling saja di internet.

WHY:

Zoomers’ Traits Kami pun telah mengadakan beberapa sesi in-depth interview dan survei dengan sejumlah Zoomers untuk lebih mengenal lebih dalam. Rupanya ada beberapa temuan menarik yang tidak ditemukan pada generasi-generasi sebelumnya. Jadi, sedini mungkin memahami Zoomers, semakin baik juga antisipasi kita untuk mengoptimalkan berbagai hal yang mereka miliki.

Di MarkPlus sendiri, jumlah Zoomers

It’s not yet finished understanding Gen-Y, we have begun the arrival of Gen-Z, which has become adult. In the midst of confusion facing millennial generation which is sometimes confusing. We also have to face Zoomers (the term for Gen-Z) which has begun to enter the working age.

Who is this Gen-Z? Those who were born between 1997-2015, a period where digital technology innovation was indeed booming.

These Zoomers also became the first generation who from birth were already familiar with digital technology. So it’s not surprising, they have known various devices and various digital platforms from an early age.

Their behavior which already recognize gadgets since childhood would certainly affect themselves and their habits. Not only for entertainment, but also to support their development. Even in education, they have been used since childhood to look for various information. Especially in everyday communication, Zoomers get used to be connected with his new friends who live in other parts of the world.

Not surprisingly, it seems like Zoomers really can’t be separated from the device every day. Want to know what movie to watch? Not asking friends, but looking at online reviews. Looking for a mate quickly? There is already a special application for this, no need for matchmakers. Want to know how to treat nosebleeds? Not asking mom or friend, just googling on the internet.

WHY:

Zoomers’ Traits We have also held several in-depth interview and survey sessions with a number of Zoomers to get to know more deeply. Apparently there are some interesting findings that were not found in previous generations. So as early as possible to understand Zoomers, the better our anticipation to optimize the various things they have.

In MarkPlus itself, the Zoomers number around 8 percent of the total employees. While Gen X is around 30 percent and Gen Y is around 60 percent.

While Baby Boomers are not only 1 percent. Why is it like this? Because of our tendency to always recruit young people in various positions.

So that MarkPlus will be encouraged to continue to renew themselves. Not only in terms

我们尚未完全了解Y世代，Z世代的人已经成年 了。 在千禧一代所面临的有时会令人困惑的混 乱之中，我们还必须面对已经进入工作年龄的 Zoomers（Z世代的术语）。 这个Z世代是谁？他们是那些出生于1997年 至2015年之间的人，当时数字技术创新确实 在蓬勃发展。 这些Zoomers也成为第一代对数 字技术非常熟悉的一代。 对此毫不奇怪，他们 从很小的时候就知道如何使用各种设备和数 字平台。 他们从小就已经认识到如何使用各种小插 件，这肯定会影响他们的习惯和行为。 不仅是 娱乐的行为，还是他们自己的发展。 即使在教 育中，他们从小就习惯于寻找各种信息。 特别 是在日常交流中，Zoomers早就习惯了与居住 在世界各地的新朋友建立联系。 毫不夸张的说，Zoomers几乎每天都无法与 设备分离。 看什么电影？不是问朋友，而是在看 在线评论。 快速寻找伴侣？已经有一个特殊的 应用程序，不需要媒人。 想知道如何治疗流鼻 血吗？不问妈妈或朋友，只需要在互联网上搜 索就可以了。

WHY:

Zoomers的特质 我们与许多Zoomers举行了多次深度的访 谈和研讨会，以更深入地了解他们。 显然，有 一些有趣的发现是前几代人所没有的。 尽早 了解Zoomers，我们对他们各种特点的预测 就越高。 在MarkPlus本身中，Zoomers约占员工总数 的8％。X世代约为30％，Y世代约为60％。 而婴 儿潮一代只有1％。 为什么会这样呢？因为我们 倾向于各种职位总是招聘年轻人。 MarkPlus会持续更新自己。 不仅在概念上， 而且在经营公司方面。 我们相信，这些年轻的 劳动力将继续使公司精神焕发，带来创新。 当然，做公司不必一定像我们一样，每个公 司都有自己的招募员工政策。 不过我们还是需 要正确理解每一代人的性格。 最终的目标是最 大程度的发挥公司每个人的潜力。 所以，Z世代 他们如何呢？ 经过调研，与其他世代相比，Zoomers有许 多独特的特性。 我们可以说，这种差异对他们 的观点、习惯和工作行为都产生很大影响。 为 了易于理解，我们区分了Zoomers的正反特 性。 Zoomers被称为直言不讳的世代。 与前几 代人相比，他们确实更容易表达自己的想法、

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-032_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:50 PM

N

A V I

G A T O

R

033 sekitar 8% dari total karyawan. Sementara, Gen X sekitar 30% dan Gen Y sekitar 60%.

Sedangkan Baby Boomers tidak lebih 1%.

Mengapa seperti ini? Karena kecenderungan kami untuk selalu merekrut kalangan muda dalam berbagai posisi.

MarkPlus pun terdorong memperbarui diri terus. Tidak hanya dari segi konsep saja, tapi juga praktik menjalankan perusahaan.

Kami percaya tenaga muda ini memang akan terus mendorong penyegaran dan sekaligus mendorong inovasi.

Tidak harus seperti kami, setiap perusahaan tentu memiliki kebijakannya tersendiri dalam perekrutan karyawan.

Namun, kita juga perlu memahami dengan benar karakter setiap generasi. Tujuannya agar dapat benar-benar mengoptimalkan potensi dari masing-masing orang. Jadi, bagaimana dengan Gen-Z? (image 1) Setelah diselisik, ada banyak sekali karakter unik Zoomers dibanding generasi lainnya. Bisa dibilang, perbedaan inilah yang akan berpengaruh banyak pada pola pandang, kebiasaan, sampai perilaku di tempat kerja. Agar mudah dipahami, kami membedakannya dalam dua hal, yakni ciri positif dan negatif dari Zoomers.

Zoomers dikenal sebagai generasi yang outspoken. Mereka memang lebih mudah mengutarakan pemikiran, perasaan, dan pendapatnya dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Mendebat untuk bertukar pikiran sudah menjadi keseharian mereka. Tidak hanya pada rekannya yang sepantaran atau lebih muda.

Bila diberikan kesempatan, mereka pun tidak segan mendebat atasannya atau orang yang lebih tua.

Karena ini pula, mereka cenderung memiliki pikiran yang lebih terbuka sekaligus fleksibel. Bila memang keliru dalam satu hal, mereka lebih cepat untuk beradaptasi dan berubah dalam memperbaiki diri. Dampak selanjutnya, mereka lebih mudah mengutarakan anxieties and desires. Bahkan, lebih blakblakan untuk membicarakan berbagai hal yang sebelumnya dianggap sensitif.

Namun, mereka cenderung short attention span. Perhatian mereka akan gampang sekali beralih, apalagi pada hal-hal yang dianggap tidak menarik. Karena itu pula, mereka kurang tertarik pada konten yang terlalu mendalam dan terlalu lama.

Apalagi tanpa variasi yang benar-benar menggugah rasa penasaran.

Gen-Z juga dikenal sebagai social activist. Mereka memiliki kepedulian lebih tinggi pada isu-isu yang ada di sekitarnya. Tidak hanya di waktu luang saja tapi juga sebisa mungkin dalam semua aktivitas. Termasuk dalam bekerja, Zoomers lebih menyukai pekerjaan yang memang

of concepts, but also in the practice of running a company. We believe that this young workforce will continue to encourage refreshment and at the same time encourage innovation.

Of course it doesn’t have to be like us, every company has its own policies for recruiting employees. But of course we also need to properly understand the character of each generation. The goal is to really be able to optimize the potential of each person, so what about Gen-Z? (image 1) After being examined, there are many unique characters from Zoomers compared to other generations. So you could say, this difference will have a lot of influence on perspectives, habits, to behavior at work. To be easily understood, we distinguish the positive and negative characteristics of Zoomers.

Zoomers are known as outspoken generations.

They are indeed easier to express their thoughts, feelings, and opinions compared to previous generations. Debating to exchange ideas has become their daily life. Not only with colleagues who are similar or younger. If given the opportunity, they would not hesitate to debate their superiors or older people.

Because of this, they do tend to have more open and flexible minds. If it is wrong in one thing, they are faster to adapt and change in improving themselves. The next impact, they are also easier to express anxieties and desires. Even more outspoken to talk about various things that were previously considered sensitive.

But they tend to have short attention span.

So that their attention will be very easy to switch, especially on things that are considered unattractive. Because of that, they are less interested in content that is too deep and too long. Moreover, without variations that really arouse curiosity.

Gen-Z is also known as a social activist. They have a higher concern for the issues around them. Not only in his spare time but also as much as possible in all his activities. Included in work, Zoomers prefers his work to have an impact. Not only for him, for the company, or even family. But also the impact on the surrounding environment.

But they also tend to be hyper sensitive.

Zoomers tend to be easier to feel offended and depressed when faced with various unpleasant situations. But the benefits, they also tend to be more easily motivated to do new things.

Another feature, Zoomers tend to be independence. So they tend to prefer working alone than in large groups. If they need teamwork?

The initial briefing was carried out together at the beginning. But then they work individually and then the results are collected later. If needed, at the end of the project they will gather again.

But they have also become more individualist than previous generations. If they really don’t feel comfortable with something in the organization, they don’t hesitate to leave. Because of that many also predict that the level of loyalty is relatively low compared to other generations.

感受和观点。 辩论交流已经成为他们的日常生 活。 不仅与年龄相近的同事，如果有机会，他们 会毫不犹豫地与自己的上级或长辈辩论。 因此，他们确实倾向于拥有更加开放和灵活 的思想。 如果一件事是错误的，他们会更快地 适应和改变自我。 在接下来的影响中，他们也 更容易表达焦虑和欲望。 更直言不讳地谈论以 前被认为敏感的各种事情。 但是他们往往注意力短暂。 他们很容易失去 注意力，尤其是在那些没有吸引力的事情上。 因此，他们对太深太长的内容不感兴趣。 更进 一步说，并没有什么变量能真正引起他们的 好奇。 Z世代也被称为社会活动家。 他们对周围的 问题有更高的关注。 不仅在业余时间，而且在 所有活动中，甚至工作中也是如此，他们希望 他们的工作能真正产生影响。 不仅是对他、对 公司、甚至对家庭，而且还对周围环境产生影 响。 但是他们也倾向于高度敏感。 面对各种不愉 快的情况时，Zoomers往往更容易感到冒犯和 沮丧。 但是，这些好处也往往更容易激发他们 去做新的事情。 Zoomers的另一个特性是独立。 与大团队相 比，他们更喜欢单独工作。 是否需要团队合作？ 如果最初的要求是在开始时一起合作，然后他 们就会开始分别工作，然后再收集结果。 如果 需要，他们将在项目结束时再聚一次。 但是他们也比前几代人更加个人主义。 如果 他们对组织中的某些事情真的不满意，那么他 们会毫不犹豫地离开。 因此，许多人还预测，与 其他世代相比，他们的忠诚度水平相对较低。 对于他们来说，一切都必须对他们有益。 需 要给予他们各种方式表达自己的意愿的自由。 他们工作不仅是为了赚钱，也是发展自己的 手段。 需要注意的他们的另一个特性是希望被听 到。 没错，他们总是觉得有必要听取自己的意 见。 因此，Zoomers会很高兴如果被认为是个 体，而不只是成为一个团队成员或一个小组。 如果他们觉得自己没有得到适当的照顾， 他们也容易感到焦虑和压力。 因为确实当前的 社会环境与过去有很大的不同。 举个小例子， 现在名牌大学的学历已经不再是一份好工作 的保证了。 知识不一定总是通过正规的教育或课程获 得。 现在，在线世界中还有很多内容可以鼓励 人们拥有某些专业知识。 使更多的人有机会学 习更多的专业领域。 反过来，这也将鼓励劳动 力中更激烈的竞争。 另一个特点是Zoomers的企业家精神也很 高。 在职业生涯中，他们不再优先考虑稳定的 工作。 他们希望找一份有挑战性的工作。 与前 几代人相比，他们企业家的野心更加明显。 与前几代人相比，Zoomers还更容易感到孤 独。 特别是这种孤独感每次都是由社交媒体触 发的。 与上一代人不同，上代人在等待医生时 仍然可能与陌生人闲聊，但Zoomes更喜欢花 时间在个人设备上。 这一代人与人之间的交流强度也大大降低， 当然，这不足为奇。 他们更不愿意加入离线社 区。 因此，与前几代人相比，离线社交活动相 对较少。 那么显然，他们确实可以说是技术土著。 如

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-033_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:50 PM

N

A V I

G A T O

R

034 membawa dampak. Tidak hanya untuk dirinya, perusahaan, ataupun keluarga. Tapi, juga dampak pada lingkungan sekitarnya.

Selain itu, mereka juga cenderung hyper sensitive. Zoomers cenderung lebih mudah untuk merasa tersinggung dan tertekan bila menghadapi berbagai situasi tidak enak.

Keuntungannya, mereka cenderung lebih mudah dimotivasi untuk melakukan hal-hal baru.

Ciri lainnya, Zoomers cenderung independence. Mereka cenderung lebih senang bekerja sendiri dibanding berkelompok besar. Bila membutuhkan teamwork? Briefing awal dilakukan bersama-sama pada awal. Namun, kemudian mereka bekerja individu yang hasilnya dikumpulkan. Bila dibutuhkan, di akhir proyek barulah mereka kumpul kembali.

Mereka pun menjadi lebih cenderung individualist dibandingkan generasigenerasi sebelumnya. Bila memang merasa tidak cocok dengan sesuatu dalam organisasi, mereka tidak segan untuk keluar.

Karena itu, banyak yang memprediksi kalau tingkat loyalitas mereka pun relatif rendah dibandingkan dengan generasi-generasi lainnya.

Bagi mereka, segala sesuatu harus dapat bermanfaat pada dirinya. Mereka perlu diberikan kebebasan untuk berekspresi dalam berbagai cara, bukan didikte sampai ke tingkat mikro. Bekerja bagi mereka tidak hanya untuk mencari uang, tapi juga benar-benar menjadi sarana untuk mengembangkan diri.

Ciri lain yang perlu diperhatikan adalah wants to be heard. Ya, benar, mereka selalu merasa perlu didengarkan opini dan pendapatnya. Karena itu, Zoomers memang lebih senang diperhatikan secara personal.

Bukan sekadar menjadi salah satu anggota tim saja atau suatu kelompok.

Bila merasa tidak diperhatikan dengan baik, mereka pun mudah merasa anxious dan stress. Karena memang keadaan lingkungan sosial saat ini yang sangat berbeda dibandingkan masa lalu. Contoh kecil saja, kuliah di universitas tinggi dan terkenal tidak lagi menjadi jaminan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik.

Ilmu pun tidak selalu harus didapatkan melalui pendidikan formal atau kursus.

Sekarang ini, sudah banyak juga konten di dunia online yang dapat mendorong seseorang memiliki keahlian tertentu. Ada semakin banyak orang yang diberikan kesempatan untuk mempelajari lebih banyak bidang keahlian. Pada gilirannya, hal ini akan mendorong kompetisi yang lebih sengit pula di dunia kerja.

Ciri lainnya, Zoomers memang cenderung lebih kuat jiwa entrepreneurial-

For them, everything must be of benefit to him. They need to be given freedom to express themselves in various ways, not dictated to the micro level. Work for them not only to earn money, but also really become a means to develop themselves.

Another feature that needs attention is wants to be heard. That’s right, they always feel the need to be heard by their opinions and opinions. Because of this, Zoomers was indeed more pleased to be considered personally. Not just just being one team member or a group.

If they feel that they have not been cared for properly, they also easily feel anxious and stressed.

Because indeed the current social environment is very different from the past. Just a small example, studying at high and famous universities is no longer a guarantee to get a good job.

Knowledge does not always have to be obtained through formal education or courses.

Now, there are also a lot of content in the online world that can encourage a person to have certain expertise. So that more people are given the opportunity to learn more areas of expertise.

In turn, this will also encourage more intense competition in the workforce.

Another feature is that Zoomers also tends to be stronger in its entrepreneurial spirit. In careers, they no longer prioritize stable jobs. But just looking for a job that gives a challenge. The ambition for entrepreneurship is even more visible compared to previous generations.

Compared to previous generations, Zoomers are also more prone to feel lonely. Especially because it is triggered by the use of social media every time. Unlike the previous generation of people who still might make small talk with strangers when waiting for a doctor for example.

Zoomers prefer to dwell on each device.

Because it is not surprising that the intensity of communication between people is also much reduced in this generation. They also tend to be more reluctant to join the offline community. So that offline socialization is relatively less compared to previous generations.

Then obviously they are indeed arguably tech natives. As discussed earlier, even from birth they are very familiar with the digital world. So that the adaptation of the use of the latest digital technology is much higher compared to previous generations.

But on the other hand, they become very screen dependent. So heavily rely on digital in any case. If they have trouble, zoomers usually try searching first in the online world before trying to ask a friend. Until someone says, it seems like the longer we trust Google more than you.

WHAT:

Gen Z @Work The various characteristics mentioned above certainly affect their preferences in the world of work. Because it is unique, we at MarkPlus also started to map out the attitude of everyone in the

前所述，即使从出生开始，他们对数字世界就 已经非常熟悉。 与前几代产品相比，他们对最 新数字技术的使用的适应性要高得多。 但是另一方面，他们变得非常依赖于屏 幕。 无论如何都严重依赖于网络。 如果遇到麻 烦，Zoomers通常会先尝试在网络世界中进行 搜索，然后再问朋友。 直到有人说，相对于你， 我们似乎更信任谷歌。

WHAT:

Z世代@Work 上述各种特征无疑会影响他们在工作环 境中的偏好。因为它的独特性，所以我们在 MarkPlus上也开始计划如果出现冲突时，公司 中每个人的态度如何。 包括最近在内，我们研究了Zoomers。目 的是真正了解Zoomers在处理困难工作情况 时的态度。我们希望知道他们正在使用什么 策略。 作为指导方向，我们使用Thomas-Kilmann 冲突样式模型，这个模型用于衡量自信的水平 以及遇到问题时人的合作能力。 因此，这里基 本上有五个大类。 首先是逃避。 此人倾向于避免辩论，倾向于 等待情况变得更好和更有利可图。 因此，他们 也采取顺应潮流的态度，既不试图满足个人需 求，又不与他人合作。 其次是适应。 他们倾向于服从他人的意愿。 甚至经常牺牲他自己的利益。 听起来确实是屈 从于他人的意愿。 自信的等级的趋势确实相对 较低，而合作的等级则倾向于较高。 第三是竞争。 这个群体具有较高的自信水 平，但合作水平相对较低。 因此，他们也倾向于 更加坚持解决问题的观点。 第四是合作。 这种态度，使人们能够找到能 够满足所有相关人员的最佳解决方案。 为了达 成协议，所有各方都准备开放思想并充分了解 另一方的情况。 鼓励各方长期深入合作。 第五是妥协。 这里的关键是要采取中间立 场。 他们愿意牺牲一些个人利益，但也要求其 他各方采取相同的态度。 这样各方都会继续 受益。 现在，通过一项小型调查，我们得出了一些 有意思的发现。 与上一代产品相比，被归类为“ 避免”和“合作”的Zoomer的百分比大大降低 了。 但其它组却没有什么太大的变化。 确实，Zoomers在遇到问题时确实不仅倾向 于避免这种情况。 他们的确倾向于回应那些和 自己内心不符的事情。 或者在，他们会让其他 人知道他们的不赞成。 而相对低水平的协作，则与Zoomer的特性 有关。 Zoomers的特性实际上往往更加个性 化。 独立的态度使他们不愿依赖他人。 他们想 自己解决任何问题。 有趣的是，很多的Zoomers处于两个组别的 交界处（例如，适应与协作之间，或适应与竞争 之间）。 这表明仍然有很多的Zoomers在处理 冲突时其实并没有真正的一致风格。 经过一段时间的努力，他们的态度可能会逐 渐形成。 特别是根据他在处理工作中冲突的经 验。 或者他对自己在组织中角色的态度。

HOW:

4种激情＆4种商

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-034_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:50 PM

N

A V I

G A T O

R

035 nya. Dalam karier, mereka tidak lagi mengutamakan pekerjaan yang stabil. Tapi, justru mencari pekerjaan yang memberi tantangan. Ambisi untuk berwiraswasta pun jauh lebih terlihat dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.

Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, Zoomers lebih rentan merasa lonely. Terutama karena dipicu penggunaan media sosial setiap waktunya.

Berbeda dengan orang generasi sebelumnya yang masih mungkin berbasa-basi dengan orang asing ketika menunggu dokter, misalnya. Zoomers lebih senang berkutat dengan gawainya masing-masing.

Karena itu, tidak heran bila intensitas komunikasi antarmanusia jauh berkurang pada generasi ini. Mereka cenderung lebih enggan untuk bergabung dalam komunitas offline. Sehingga sosialisasi secara offline pun relatif lebih sedikit dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.

Kemudian, jelas mereka memang bisa dibilang tech natives. Seperti yang dibahas sebelumnya, sejak lahir pun mereka sudah sangat familier dengan dunia digital.

Adaptasi penggunaan teknologi digital terbaru pun jauh lebih tinggi dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.

Namun di sisi lain, mereka menjadi sangat screen dependent. Jadi, sangat mengandalkan digital dalam hal apa pun.

Bila menemui kesulitan, zoomers biasanya mencoba mencari dulu di dunia online sebelum bertanya kepada temannya. Sampai ada yang bilang, sepertinya makin lama kita makin percaya Google dibanding saudara sendiri.

WHAT:

Gen Z @Work Berbagai ciri yang telah disebutkan di atas tentu berpengaruh pada preferensi mereka di dunia kerja. Karena unik, kami di MarkPlus sejak beberapa waktu lalu mulai memetakan bagaimana sikap setiap orang dalam perusahaan dalam menghadapi konflik.

Termasuk baru-baru ini kami melakukan pengukuran terhadap Zoomers. Tujuannya agar benar-benar lebih mengetahui bagaimana sikap Zoomers dalam menghadapi situasi kerja yang sulit. Kami pun mengetahui pendekatan seperti apa yang mereka gunakan. (image 2) Sebagai panduan, kami menggunakan model Thomas-Kilmann Conflict Style.

Model ini dipakai untuk mengukur seberapa tinggi tingkat asertif dan seberapa kooperatif seseorang ketika menemui masalah. Pada dasarnya, ada lima kelompok besar di sini.

Pertama adalah Avoiding. Jadi, orang tersebut cenderung menghindari perdebatan dan cenderung menunggu situasi agar lebih

company in the face of conflict.

Including recently we also measured Zoomers.

The goal is to really get to know how Zoomers’ attitude is in dealing with difficult work situations.

So we know what kind of approach they are using. (image 2)

As a guide, we use the Thomas-Kilmann Conflict Style model. Where measures the level of assertiveness and how cooperative a person is when encountering a problem. So basically there are five big groups here.

First is Avoiding. So the person tends to avoid debate and tends to wait for the situation to get better and more profitable. So they also take the attitude to go with the flow, not trying to meet personal needs but also not being cooperative with others.

Second is Accomodating. Where they tend to obey the will of others. Often even sacrificing his interests. It does sound like resignation to the wishes of others. But indeed the tendency of the assertive level is indeed relatively low, while the cooperative level tends to be high.

Third is Competing. This group tends to have a high assertiveness level, but with a relatively low cooperative level. Therefore they also tend to be more insistent on the views held in solving problems.

Fourth is Collaborating. Attitude where one is able to find the best solution that will satisfy all involved. In order to reach an agreement, all parties are prepared to be open-minded and fully aware of the other party’s situation. So that all parties are encouraged to work long and deep in cooperation.

Fifth is Comprimising. The point is the attitude of taking a middle ground. They are willing to sacrifice some personal interests, but also ask other parties to take the same attitude. So that all parties will continue to benefit.

Now through a our small survey, we have some findings. Interestingly compared to the previous generations added up, the percentage of

Zoomers classified as avoiding and collaborating is much reduced. While other groups the change is relatively not much different.

So indeed Zoomers really tend not to just avoid it when encountering problems. Because they do tend to be moved to respond to something that is not in accordance with the heart. Or at They let the others know about their disapproval.

Whereas regarding the low level of collaboration, it is related to the characteristics of the Zoomers which indeed tends to be more individual. The attitude of independence makes them reluctant to depend on others. They want to solve any problem by themself.

Interestingly, there are many zoomers who are joined between two criteria (for example, between comprimising and collaborating or between comprimising and competing). This shows that there are still many zoomers who do not really have a consistent style in dealing with conflict.

It could be that after some time working, their attitude will be increasingly formed. Especially in his experience dealing with conflict when handling work. Or his attitude to the role he is in an organization.

HOW:

4 Passions & 4 Intelligence In MarkPlus itself, we have a separate approach to managing MarkPlus-ers (our term for MarkPlus employees) from various generations. I think this method is still relevant to Zoomers. Because it is universal and applies in every generation.

The first element about Passion. So basically everyone at MarkPlus is encouraged to have four Passions namely Passion for Knowledge, Passion for Business, Passion for Service, and Passion for People. Also pay attention to 4 types of quotients.

What are the meanings?

Passion for Knowledge encourages us to continuously learn new things. The goal is that the competencies possessed will always be relevant to the times. But not only kept for yourself, but also

image 1

Zoomers' Traits

Positive Traits Outspoken Social Activist Independence Wants to be Heard Entrepreneurial Tech native

Negative Traits Short Attention Span Hyper Sensitive Individualist Easy to Feel Anxious and Stress Loneliest Generation Screen Dependent

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-035_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:50 PM

N

A V I

G A T O

R

036 membaik dan menguntungkan. Mereka pun mengambil sikap untuk mengikuti arus saja, tidak berupaya memenuhi kebutuhan pribadi tapi juga tidak bersikap kooperatif dengan orang lain.

Kedua adalah Accomodating. Mereka cenderung menuruti kehendak orang lain. Seringkali malah mengorbankan kepentingan dirinya. Memang terdengar seperti pasrah pada keinginan orang lain.

Memang, tingkat asertifnya relatif rendah.

Sementara, tingkat kooperatifnya cenderung tinggi.

Ketiga adalah Competing. Kelompok ini cenderung memiliki tingkat asertif tinggi, namun dengan tingkat kooperatif relatif rendah. Karena itu, mereka pun cenderung lebih ngotot pada pandangan yang dimiliki dalam penyelesaian masalah.

Keempat adalah Collaborating. Ini merupakan sikap seseorang berupaya mencari solusi terbaik yang dapat memuaskan semua pihak yang terlibat.

Agar dapat mencapai kesepakatan, semua pihak bersedia untuk sama-sama terbuka dan benar-benar memahami situasi yang dihadapi pihak lain. Semua pihak pun terdorong untuk menjalin kerja sama panjang dan juga mendalam.

Kelima adalah Comprimising. Intinya, merupakan sikap mengambil jalan tengah.

Mereka bersedia untuk mengorbankan sebagian kepentingan pribadi, namun juga meminta pihak lain untuk mengambil sikap yang sama. Semua pihak pun tetap mendapatkan keuntungan yang bermanfaat.

Nah, ada yang menarik dari survei kecil yang kami lakukan. Dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya yang dijumlahkan, persentase Zoomers yang tergolong avoiding dan collaborating jauh berkurang. Sementara, kelompok lainnya perubahannya relatif tidak berbeda jauh.

Jadi, Zoomers memang cenderung tidak mau menghindar begitu saja ketika menemui masalah. Karena mereka cenderung tergerak untuk menanggapi sesuatu yang memang tidak sesuai dengan hati. Atau, setidaknya menyuarakan ketidaksetujuan mereka.

Sedangkan tingkat kolaborasi yang rendah berhubungan dengan karakteristik Zoomers yang memang cenderung lebih individual.

Sikap kemandirian membuat mereka enggan untuk bergantung pada orang lain. Sedapat mungkin permasalahan diselesaikan sendiri.

Menariknya lagi, banyaknya Zoomers yang tergabung di antara dua kriteria.

Contohnya, seperti antara comprimising dan collaborating atau antara comprimising dan competing. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak Zoomers yang belum benar-benar memiliki gaya konsisten dalam menghadapi konflik.

distributed to others.

Passion for Business encourages us to always look at opportunities that can be utilized.

Especially to achieve the company’s growth target. Not only at the sales level but also up to profitability.

Passion for Service encourages us to serve others as well as we can. As far as possible do not just run the procedure. But truly serve from the heart. Therefore we also continue to try to truly understand the conditions faced by consumers.

Passion for People encourages us to build relationships even closer with others. Thus the social network is even better built on each of us.

Of course, ideally we need to have these four passions in high intensity. But as I have discussed in book Citizen 4.0: Menjejakkan Prinsip-prinsip Pemasaran Humanis di era digital. Not everyone can really run these four passions in a really balanced way.

Then what about Intelligence? We divide it into four types namely Physical Quotient (PQ), Intellectuality Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), and Spiritual Quotient (SQ).

Physical Quotient (PQ) here are all things that are directly related to our five senses. Starting from what looks, smells, sounds, and feels. So it’s automatic, related to our appearance, attitude, and what other people feel about us. These factors are most easily observed compared to other factors.

Intellectuality Quotient (IQ) relates to how we think logically, creatively, or practically. So it doesn’t have to mean having to produce something sophisticated. But it really can be implemented and helps the process.

Emotional Quotient (EQ) is divided into two namely socialability relating to our relationships with others and emotionality related to managing emotional self. Of course the two are related to each other because the emotional state of self is often influenced and also affects relationships with others, right?

While Spiritual Quotient (SQ) also consists of two namely personability and also morality.

Personability is related to awareness of self condition, self confidence, and self motivation.

Moralbility is related to integrity, responsibility and generosity.

Now at the age of 30 years, MarkPlus continues to innovate. Not only from the development of concepts and products. But also in managing MarkPlus-ers talent. Entering this new decade is indeed the right momentum for MarkPlus to renew itself. (image 3) To be more easily absorbed, we also abbreviate it to NEXT (Never Enough, EXtra Miles). Never Enough so that we are always encouraged to improve ourselves through Passion for Knowledge and Passion for Business. Of course this is very important because after all Knowledge is one of the main capital in the products offered.

While Business becomes very important to drive MarkPlus growth even further.

Extra Miles is primarily an initiative on Passion

在MarkPlus本身中，我们有一种单独的 方法来管理各代人的MarkPlus-ers（我们 对MarkPlus员工的称呼）。 此方法仍适用于 Zoomers。 其实它是通用的，适用于每一代。 首先是关于激情的要素。 基本上，我们鼓励 MarkPlus的每个人都拥有四种激情，即对知识 的激情，对商业的激情，对服务的激情和对人 的激情。 也要注意4种商。 什么意思呢？ 对知识的激情鼓励我们不断学习新事物。 目 标是让我们拥有的能力始终与时代同步。 这些 知识不仅为自己所有，而且还分享给他人。 商业的激情鼓励我们时刻关注可以利用的 机会。 特别是实现公司的增长目标。 不仅在销 售方面，而且在盈利能力上。 对服务的激情鼓励我们尽可能地为他人服 务。 尽可能不要只是流于表面，而是真正的发 自内心的服务。 我们将继续尝试真正了解消费 者所面临的状况。 对人的激情鼓励我们与他人建立更紧密的 关系。 我们每个人都可以更好地建立社交网 络。 当然，理想情况下，我们需要都具有这四种 激情。 但是，正如我在《公民4.0：数字时代的人 文精神》一书中所讨论的那样。 并非每个人都 能真正平衡地应对这四种激情。 那商呢？我们将其分为四种类型，即物理商 （PQ） ，智商（IQ） ，情商（EQ）和精神商（SQ）。 这里的物理商（PQ）是与我们的五种感觉直 接相关的所有事物。 从外观，气味，声音和感觉 开始。 因此它是自动的，与我们的外表，态度和 其他人对我们的感觉有关。 与其他因素相比， 这些因素最容易观察到。 智商（IQ）与我们在逻辑，创造力或实践上 的思维方式有关。 因此，这不必意味着必须生 产复杂的产品。 但是它确实可以实现并有助于 该过程。 情商（EQ）分为两类，即与我们与他人的关 系有关的社交性和与管理情绪上的自我有关 的情绪。 当然，两者是相互关联的，因为自我的 情感状态经常受到影响，并且还影响与他人的 关系，对吗？ 精神商（SQ）也包括两个方面，即人格和道 德。 个性化与对自我状况，自我信心和自我动 力的意识有关。 道德与正直，责任和慷慨相关。 如今30岁的MarkPlus不断创新。 不仅来自概 念和产品的发展。 而且还管理MarkPlus-ers的 人才。 进入了新的十年，确实是MarkPlus自我 革新的很大动力。 为了更容易理解，我们也将其缩写为NEXT（ 永不满足，额外里程 Never Enough, EXtra Miles）。 永不满足，我们总是被鼓励通过对知 识的热情和对业务的热情来改善自己。 这点非 常重要，毕竟，知识是所提供产品的主要资本 之一。 尽管业务对于进一步推动MarkPlus的增 长非常重要。 “额外里程”主要是关于“服务激情和人的 热情”的倡议。 为了鼓励MarkPlus-ers每次互 动时都要付出更多的努力，无论是在组织内部 还是外部。 但是要实现它，每个激情还需要至少两个商 来支持。 尽管其实需要所有的商的支持。 需要 IQ和SQ支持对知识的激情，是为了使知识的发 展始终是出于善良。 如果使用情报来欺骗或伤 害他人，那将是非常危险的。

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-036_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:50 PM

N

A V I

G A T O

R

037 Bisa jadi setelah beberapa lama bekerja, sikap mereka akan semakin terbentuk.

Terutama dalam pengalamannya menghadapi konflik saat menangani pekerjaan. Atau pun sikapnya terhadap peran yang ia jalani di suatu organisasi.

HOW:

4 Passions & 4 Intelligence Nah, di MarkPlus, kami memiliki pendekatan tersendiri untuk mengelola MarkPlusers (sebutan untuk karyawan MarkPlus) dari berbagai generasi. Rasanya, metode ini masih relevan dengan Zoomers karena memang sifatnya universal dan berlaku di setiap generasi.

Elemen pertama mengenai Passion.

Pada dasarnya, setiap orang di MarkPlus didorong untuk memiliki empat Passions, yaitu Passion for Knowledge, Passion for Business, Passion for Service, dan Passion for People. Juga memperhatikan empat jenis quotients. Apa saja pengertiannya?

Passion for Knowledge mendorong kita untuk terus menerus belajar hal baru.

Tujuannya agar kompetensi yang dimiliki akan selalu relevan dengan perkembangan zaman. Namun, pengetahuan ini tidak disimpan hanya untuk diri sendiri, tapi juga dibagikan ke sesamanya.

Passion for Business mendorong kita untuk selalu melihat peluang yang dapat dimanfaatkan. Terutama untuk mencapai

target pertumbuhan perusahaan. Tidak sekadar pada tingkat penjualan saja tapi juga sampai dengan profitabilitas.

Passion for Service mendorong kita untuk melayani orang lain sebaik-baiknya. Sedapat mungkin tidak hanya menjalankan prosedur saja. Namun, benar-benar melayani dari hati. Kita pun terus mencoba memahami kondisi yang dihadapi konsumen.

Passion for People mendorong kita untuk menjalin hubungan dengan lebih dekat lagi dengan orang lain. Dengan demikian, jaringan sosial pun terbangun lebih baik lagi pada masing-masing diri kita.

Tentu idealnya, kita perlu memiliki empat passions ini dalam intensitas tinggi.

Seperti yang pernah saya bahas dalam buku Citizen 4.0: Menjejakkan Prinsip-prinsip Pemasaran Humanis di era digital. Tidak semua orang benar-benar bisa menjalankan empat passions tersebut secara benar-benar berimbang.

Lalu bagaimana dengan Intelligence?

Kami membaginya menjadi empat tipe, yaitu Physical Quotient (PQ), Intellectuality Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Spiritual Quotient (SQ).

Physical Quotient (PQ) di sini menyinggung segala hal yang berhubungan langsung dengan panca indera kita. Mulai dari apa yang terlihat, tercium, terdengar, dan terasakan. Otomatis, terkait dengan penampilan diri, sikap, dan apa yang

for Service and Passion for People. To encourage MarkPlus-ers to always give more effort every time they interact. Both inside and outside the organization.

But for its realization, each Passion also needs to be supported by at least two quotients. Although certainly ideally supported by all quotients. Passion for Knowledge that needs to be supported by IQ and SQ. So that the development of Knowledge is always directed for good, it is very dangerous if intelligence is used to deceive or harm others.

Passion for Business needs to be supported

by PQ and EQ. Because indeed we should look attractive every time we serve customers. Must be smart to manage your emotions and also understand the mood that is being owned by the customer.

Passion for Service supported by IQ and PQ. Because we also have to understand the right technique every time we provide services. At the same time making customers well served by maintaining conditions as comfortable as possible.

Passion for People supported by SQ and EQ. So that every time we interact, we always pay attention to the emotional state of ourselves and others. Following also from the moral and ethical aspects in each of our actions.

This is the spirit of MarkPlus. Enabling Marketing Excellence.

image 2

Zoomers' Traits

High COMPETING (FORCING)

COLLABORATING (PROBLEM SOLVING)

“I’m not prepared to change my position” “My view is clearly the right one” “I know best, do as you’re told”

“Let’s work together on this” “Let’s find some common ground” “My position is ..., what’s yours?”

COMPROMISING (SHARING)

ASSERTIVE (TRYING TO SATISFY YOUR NEEDS)

“Let’s find a quick solution” “Meet half way” “I’m prepared to, if you will”

AVOIDING (WITHDRAWAL)

“I,d prefer not to discuss it” “That’s outside my brief” “Whatever you want...”

LOW

ACCOMODATING (SMOOTHING)

“I agree with you there” “I’m prepared to accept that” “What’s your preferred outcome?”

COOPERATIVE (TRYING TO SATISFY OTHERS NEEDS)

High

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-037_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:50 PM

N

A V I

G A T O

R

038

Agar lebih mudah diresapi, kami menyingkatnya menjadi NEXT (Never Enough, EXtra Miles). Never Enough agar kami selalu terdorong untuk memperbaiki diri melalui Passion for Knowledge dan Passion for Business. Tentu hal ini sangat penting karena biar bagaimana pun Knowledge adalah salah satu modal utama pada produk yang ditawarkan. Sementara, Business menjadi sangat penting untuk mendorong pertumbuhan MarkPlus lebih jauh lagi.

Extra Miles ini menjadi inisiatif pada Passion for Service dan Passion for People.

Tujuannya, untuk mendorong MarkPlusers selalu memberikan upaya lebih pada setiap kali berinteraksi. Baik ke dalam maupun luar organisasi.

Untuk realisasinya, setiap Passion perlu didukung setidaknya oleh dua quotients.

Meski tentu idealnya didukung oleh semua quotients. Passion for Knowledge perlu didukung oleh IQ dan SQ. Agar pengembangan Knowledge selalu diarahkan untuk kebaikan, berbahaya sekali bila kecerdasan digunakan untuk menipu atau merugikan orang lain.

Passion for Business perlu didukung oleh PQ dan EQ. Sebab, kita sebaiknya tampil menarik setiap kali melayani customer.

Harus pintar-pintar mengelola emosi diri

PQ和EQ需要支持商业的激情。 的确，每次为 客户提供服务时，我们都应该具有足够的吸引 力。 必须精明的管理您的情绪，并了解客户所 拥有的情绪。 IQ和PQ来支持的服务的激情。 我们每次提 供服务时也必须了解正确的方法，通过提供尽 可能舒适的条件来使客户得到良好的服务。 受SQ和EQ支持的是对人的激情。 每次我们 互动时，我们总是要注意自己和他人的情感状 态。 在我们的每项行动中，还应从道德和伦理 方面出发。 这就是MarkPlus的精神。 实现卓越的营销。

image 3

MP30: Never Enough – Extra Miles

NEXT 4P - 4I 4Passions

Knowledge

Business

Service

Never Enough

4 Intellectuals

People

Extra Miles

IQ

Passion for Knowledge

Type of Intelligence

IQ + SQ + EQ + PQ

SQ

NEVER ENOUGH

(image 3)

dan juga memahami mood yang sedang dimiliki customer.

Passion for Service didukung oleh IQ dan PQ. Kita harus memahami benar teknik yang tepat setiap kali memberikan pelayanan.

Sekaligus membuat customer terlayani baik dengan menjaga kondisi senyaman mungkin.

Passion for People yang didukung oleh SQ dan EQ. Setiap kali berinteraksi, kita selalu memperhatikan kondisi emosi diri dan juga orang lain. Berikut juga dari sisi moral dan etika dalam setiap tindakan kita.

Inilah yang menjadi semangat MarkPlus menuju usia 30 tahun: Enabling Marketing Excellence.

Passion for Service

EXTRA MILES

EXTRA MILES

Passion for People

NEVER ENOUGH

dirasakan orang lain mengenai kita. Faktorfaktor ini memang paling mudah diamati dibandingkan dengan faktor lainnya.

Sementara, Intellectuality Quotient (IQ) berkaitan dengan cara berpikir kita baik secara logis, kreatif, ataupun praktis.

Memang bukan berarti harus menghasilkan sesuatu yang canggih. Benar-benar dapat diimplementasikan dan membantu proses.

Sedangkan, Emotional Quotient (EQ) terbagi menjadi dua, yaitu socialability yang berkaitan dengan hubungan kita dengan orang lain dan emotionality yang berkaitan dengan pengelolaan emosi diri. Tentu keduanya terkait satu sama lain karena kondisi emosi diri seringkali dipengaruhi dan juga mempengaruhi hubungan dengan orang lain, kan?

Lalu Spiritual Quotient (SQ) yang juga terdiri dari dua, yaitu personability dan morality. Personability berkaitan dengan kesadaran pada kondisi diri, kepercayaan diri, dan motivasi diri. Moralbility yang berkaitan dengan integritas, tanggung jawab, dan kemurahan hati.

Nah, menginjak usia 30 tahun, MarkPlus pun terus berinovasi. Tidak hanya dari pengembangan konsep dan produk saja. Juga dalam pengelolaan talenta MarkPlusers. Memasuki dekade yang baru ini memang menjadi momentum tepat bagi MarkPlus untuk kembali memperbarui diri.

New Decade, New Momentum, New MarkPlus

PQ

Passion for Business

EQ

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-038_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:51 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights

40

GenZ@Work

48

40 Tips & Insights

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-039_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:51 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 040

GenZ@Work 40 Tips & Insights Gen Z is coming! Generasi Z hadir dengan warna baru di dunia kerja. Mereka muncul dengan perilaku dan kebiasaan yang berbeda dengan generasi-generasi seniornya. Tak jarang, mereka membawa disrupsi di tengah kemapanan.

Oleh Sigit Kurniawan

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-040_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:51 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 041 uforia Milenial tampaknya akan surut dalam beberapa waktu ke depan. Generasi Z – seterusnya disebut Gen Z – sebagai generasi baru perlahan tapi pasti akan menggeser posisi mereka. Jumlah Gen Z semakin banyak dan akan mendominasi aneka lini khususnya di dunia kerja. Yang layak menjadi perhatian bukan melulu jumlah mereka yang semakin banyak, tetapi perilaku unik mereka dan disrupsi yang dibawanya.

Definisi Gen Z terkait periode kelahiran cukup beragam. Marketeers mengambil jalan tengah dengan mengategorikan Gen Z ke dalam segmen yang lahir antara tahun 1997 hingga 2015. Artinya, usia paling tua saat ini dari angkatan Gen Z adalah 23 tahun dan termuda lima tahun. Angkatan pertama Gen Z sudah mulai memasuki dunia kerja sebagai first jobber.

Populasi Gen Z saat ini telah mencapai 29,23% dari total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini sudah mendekati angka populasi Milenial sebanyak 33,75% dan sudah mengungguli populasi Gen X

sebesar 25,74%. Angka ini mengacu dari laporan Alvara Research Center berjudul Indonesia Gen Z and Millennial Report 2020: The Battle of Our Generation.

Dalam lima tahun ke depan, menurut Laporan Rencanamu berjudul Indonesia’s Talent Insight: Gen Z, Industry Landscape, and The Future of Work (2019), Gen Z akan mendominasi angkatan kerja sektor formal. Pada tahun 2019, dari total 57 juta angkatan kerja, 15% atau 8,7 juta pekerja berasal dari Gen Z. Pada tahun 2024, diprediksi angka itu meningkat menjadi 31 juta angkatan kerja Gen Z atau 44% dari total angkatan kerja sebanyak 70 juta.

Gen Z memiliki beragam julukan. Ada yang menyebut Gen Z sebagai generasi Centennials, Founders, iGeneration, maupun Zoomers. Boleh dibilang Gen Z tidak mengenal masa yang mana teknologi masih ala kadarnya dan akses informasi yang terbatas. Sebab itu, Gen Z juga disebut sebagai warga digital asli (true digital natives). Kondisi ini membentuk karakter Gen Z yang lebih ekspresif dan terbuka. Ini berbeda dengan kaum Milenial (kelahiran

Baby Boomers

Gen X

Gen Y

Context

• Postwar • Dictatorship and repression in Brazil

• Political transition • Capitalism and meritocracy dominate

• Globalization • Economic stability • Emergence of internet

• Mobility and multiple realities • Social networks • Digital natives

Behavior

• Idealism • Revolutionary • Collectivist

• Materialistic • Competitive • Individualistic

• Globalist • Questioning • Oriented to self

• Undefined ID • “Communaholic” • “Dialoguer” • Realistic

• Status • Brands and cars • Luxury articles

• Experience • Uniqueness • Festivals and travel • Unlimited • Flagships • Ethical

Consumption • Ideology • Vinyl and movies

Gen Z

Sumber: McKinsey&Company, 2018, True Gen: Generation Z and its implications for companies

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-041_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:51 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 042

‘Undefined ID’ in only one way”

‘Communaholic’ “Be radically inclusive”

‘Dialoguer’ “Have fewer confrontations and more dialogue”

Realistic “Live life pragmatically”

Expressing individual truth

Connecting through different truths

Understanding different truths

Unveiling the truth behind all things

Sumber: McKinsey&Company, 2018, True Gen: Generation Z and its implications for companies

1984-1996) dan Gen X (kelahiran tahun 1961-1983) yang baru memakai teknologi ketika menginjak usia remaja dan dewasa.

Sebagai angkatan kerja baru, tentunya Gen Z bakal memengaruhi pendekatan dalam pengelolaan karyawan. Tak bisa perusahaan memakai sistem maupun pendekatan lama untuk mengelola karyawan yang berbeda karakter. Bahkan, berbeda karakter dengan kakak angkatannya, Milenial.

Rebut Hatinya

Cara terbaik merebut hati Gen Z adalah memahami perilaku dan karakternya. Asal tahu saja, Gen Z merupakan aset besar bagi dunia kerja. Hal ini bukan berarti generasi sebelumnya tidak becus bekerja, melainkan ada sikap-sikap umum yang dimiliki Gen Z yang bisa menjadi nilai tambah bagi perusahaan.

Mengelola generasi ini merupakan investasi, meski caranya kadang nyeleneh dan tak biasa seperti saat memperlakukan generasi-generasi sebelumnya.

Studi McKinsey tahun 2018 berjudul True Gen: Generation Z and its implications for companies, mengatakan bahwa dari sekian banyak sifat dan karakter, ada empat karakter dasar Gen Z yang semuanya berakar pada satu hal, yakni pencarian generasi akan kebenaran (search for truth). Studi ini dilakukan di Brazil karena dinilai cukup mewakili keadaan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Karakter dasar pertama Gen Z adalah identitas diri yang terus dicari. Generasi ini merasa nyaman ketika melihat identitas dirinya tidak dengan satu pandangan saja. Mereka merasa bebas mengekspresikan siapa dirinya tanpa terbeban pada satu identitas tunggal.

Dan, internet membuat mereka merasa jauh lebih bebas untuk mengatakan “ini gue banget!” Intinya, mereka suka mengekspresikan jati dirinya dengan beragam cara yang mendukung identitasnya.

Apa implikasinya? Cara mereka memandang diri berpengaruh pada cara memandang dunia sekitarnya.

Bagi mereka, perbedaan itu pantas dirayakan. Entah itu perbedaan keyakinan, gender, preferensi seksual, budaya, ras, dan sebagainya.

Karakter dasar kedua, Gen Z berpandangan inklusif. Mereka tidak suka hidup dalam silo-silo.

Mereka cenderung tak membeda-bedakan teman yang dijumpai di kanal online maupun dalam perjumpaan fisik. Orientasi mereka tertuju pada komunitas (communaholic). Di online, mereka senang terkoneksi dengan banyak orang dengan beragam latar dan kepentingan. Di sini, mereka terbuka pada hal-hal baru yang sifatnya futuristik.

Ketiga, Gen Z mengedepankan dialog. Generasi ini terbuka dengan pandangan berbeda. Mereka lebih memilih dialog ketimbang konfrontasi.

Termasuk dengan pihak-pihak yang tidak menyukai perilaku mereka atau tak sepaham dengan nilainilai personal yang mereka yakini. Entah lembaga agama maupun kelompok generasi yang lebih senior dengan pandangan yang sudah mapan. Mereka yakin perubahan bisa dibuat dengan berinteraksi dan dialog ini tanpa meninggalkan nilai-nilai yang mereka yakini sendiri.

Keempat, Gen Z bersikap realistis. Mereka terbuka dan menerima realitas apa adanya. Mereka cenderung membuat keputusan-keputusan yang pragmatis berdasarkan data dan pengetahuan. Mereka juga menjadi pembelajar mandiri yang merasa lebih nyaman belajar sendiri secara online ketimbang belajar di sekolah-sekolah konvensional.

Dari empat karakter utama itu diturunkan berbagai ciri dan perilaku Gen Z lainnya yang semuanya bisa Anda temukan di edisi kali ini. Ada beberapa temuan menarik yang kami peroleh dari banyak riset. Temuantemuan ini mematahkan asumsi atau prasangka yang ditujukan pada new kids on the blocks ini.

Asumsi yang mengatakan Gen Z itu antisosial, misalnya. Karena hidup serba gawai, anak-anak Gen Z dituduh sibuk dengan dirinya sendiri. Mereka diasumsikan sebagai generasi apatis, dan kurang peduli. Namun, riset mengatakan sebaliknya. Gen Z justru sangat terbuka, toleran, senang berkolaborasi, dan berorientasi pada nilai-nilai. Mereka cukup peduli pada perusahaan yang jujur, tidak merusak lingkungan, dan tidak melanggar etika. Apalagi, di dunia kerja, mereka lebih optimistis, ambisius, tahan

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-042_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:51 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 043

DALAM 5 TAHUN KE DEPAN, GEN Z HAMPIR MENDOMINASI ANGKATAN KERJA SEKTOR FORMAL

2019 - Total 57 Juta

2024 - Total 70 Juta

44% 15% Angkatan kerja Gen Z 8,7juta

Angkatan kerja Gen Z 31 juta

Total Pekerja Generasi Lainnya

Total Pekerja Gen Z

KARAKTERISTIK GEN Z Digital Innates Future-Oriented

Realistic

Entrepreneurial

Opinionated

Self-Aware

Collaborative

Connected

Inclusive

Impact Driven Adaptive

Sumber: Rencanamu, 2019, Indonesia's Talent Insight: Gen Z, Industry Landscape, and The Future of Work.

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-043_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:51 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 044 tekanan, dan memiliki jiwa entrepreneur.

Memang, tak mudah menerima sesuatu yang baru.

Butuh waktu untuk mengenalinya. Perilaku nyeleneh Gen Z memang kadang susah dimengerti oleh generasi-generasi lebih tua. Kehadiran mereka juga menimbulkan gap dan tak sedikit konflik di tempat kerja.

Dan, Gen Z pun menjadi The Lonely Generation – generasi sendirian. Padahal, Gen Z ini investasi besar bagi perusahaan di masa mendatang.

Sebab itu, edisi ini membantu Anda untuk mengenal

Gen Z berdasarkan informasi yang benar. Bukan sekadar asumsi-asumsi yang keliru. Asumsi yang keliru akan melahirkan pengelolaan karyawan Gen Z yang keliru juga. Nah, ada 40 tips sekaligus insights terkait Gen Z di Majalah Marketeers edisi kali ini.

Semua kami rangkum dari berbagai temuan lembagalembaga riset dan kami saripatikan untuk Anda.

Mau tidak mau, siap tidak siap, ruang-ruang kerja di perusahaan Anda akan makin dibanjiri oleh karyawankaryawan muda ini. Generasi lama makin lama akan tergeser. So, tunggu apa lagi. Gen Z is coming!

POPULASI GEN Z

29.23%

33.75%

25.74%

11.27%

Pasca Milenial (Gen Z)

Milenial (Gen Y)

Generasi X

Generasi Baby Boomers + Veteran (Tua)

TINGKAT KONSUMSI INTERNET

GEN Z

“Mobile Generation”

93.9%

connect to Internet

MILLENIAL

“Internet Generation”

88.4%

connect to Internet

Addicted User Heavy User Internet consumption Internet consumption more than 7 hours per day 4 - 6 hours per day

GEN X

“Digital Immigrant”

63.2%

connect to Internet Medium User Internet consumption 1 – 3 hours per day

Sumber: Alvara Research Center, Indonesia Gen Z and Millennial Report 2020: The Battle of Our Generation.

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-044_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:51 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 045

BIDANG MINAT KARIER GEN Z ENTREPRISING SOCIAL ARTISTIC INVESTIGATIVE CONVENTIONAL REALISTIC *) Berdasarkan 1,6 juta+ pengguna Rencanamu (2016-2019)

PROFESI YANG DIMINATI GEN Z SAAT INI Arsitek

Pengusaha

Psikolog

Desainer

Dokter

Diplomat

Pengacara

Sumber: Rencanamu, 2019, Indonesia's Talent Insight: Gen Z, Industry Landscape, and The Future of Work.

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-045_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:52 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 046

PRIORITAS UTAMA GEN Z? Apa yang menjadi prioritas dan perhatian utama anak muda Gen Z dalam kehidupan? Mandiri, karier dan masa depan serta stabilitas finansial adalah perhatian utama anak muda Gen Z berdasarkan 2 kelompok umur.

Remaja 16-19 tahun

Dewasa Muda 19-23 tahun

Karier dan masa depan

Karier dan masa depan

Mandiri, mendapatkan pekerjaan yang layak

Mandiri, mendapatkan pekerjaan yang layak

Akses dan sistem pendidikan

Stabilitas finansial

NILAI YANG DIINGINKAN GEN Z DI TEMPAT KERJA

34%

Kemandirian & Kebebasan

19% Lingkungan & Budaya

13%

8%

8%

6%

Kenyamanan

Kedekatan Personal

Tantangan & Pencapaian

Kepedulian Sosial

Sumber: Rencanamu, 2019, Indonesia's Talent Insight: Gen Z, Industry Landscape, and The Future of Work.

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-046_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:52 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 047

CLUSTER PROFESI YANG PALING DIINGINKAN GEN Z

21%

Manajemen Bisnis

21%

Kesehatan

20%

Konseling & Psikologi

20%

Ilmu Pengetahuan & Teknologi

18%

Sosial & Humaniora

16%

15%

Seni & Desain

Training & Pendidikan

13%

Media & Periklanan

13%

13%

Perbankan & Keuangan

Digital, Komputer & Informatika

Sumber: Rencanamu, 2019, Indonesia's Talent Insight: Gen Z, Industry Landscape, and The Future of Work.

#1 Individuality

(Staying true to myself)

Gen Z’s top stated values represent three defining characteristics of this generation: Values. Which of the follow ing values are most important to you? Please select your top 3.

“[I am] my own person , not worried about what others think.”

— Female ,18

#2

United States

Morality (Doing what’s right)

“Honesty is a fundamental pillar for anything regardless of the situation, as well as responsibility.”

— Male, 19

#3

Argentina

Flexibility (Being open -minded)

“If you go with the flow , whatever comes to your plate — you take that.”

— Male, 23

India 16

Sumber: Synchrony, 2018, Understanding Gen Z.

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-047_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:52 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 048

40 TIPS & INSIGHTS 02

01 Recruitment

Iklan Saja Tak Cukup Dunia digital adalah dunia Gen Z. Ketika mencari tempat kerja, generasi ini akan berselancar di internet untuk mencari informasi sebanyak mungkin tentang perusahaan yang mereka dambakan.

Internet memengaruhi perilaku Gen Z di dunia digital. Seperti halnya Gen Y, Gen Z pun memiliki media sosial, seperti Instagram.

Hanya saja, Gen Z lebih suka menggunakan aplikasi messaging untuk berinteraksi.

Generasi ini juga menyukai video streaming seperti YouTube serta doyan main games.

Modalku, sebagai salah satu financial technology (fintech) startup peer to peer (P2P) lending menggunakan berbagai pendekatan dalam menggaet pegawai dari Gen Z. Modalku tetap memasang informasi lowongan di berbagai situs lowongan kerja.

Prosesnya pun sudah tentu paperless.

Namun menurut Iwan Kurniawan, CoFounder & COO Modalku, Gen Z yang bekerja di Modalku sudah enggage dengan berbagai platform digital yang dipunyai Modalku, mulai dari website, Instagram, Linkedn, hingga YouTube. “Melalui konten-konten yang kami tampilkan di berbagai platform, para Gen Z akan bisa menilai apakah Modalku cocok untuk mereka atau tidak,” kata Iwan.

Sedangkan PT Amerta Indah Otsuka memiliki trik tersendiri. Produsen Pocari Sweat ini mengiklankan informasi lowongan kerja dengan cara menghadirkan visualisasi yang jelas hingga infografis. “Selain itu, kami lebih sering jemput bola. Kami sering blusukan ke kampus-kampus. Di sana, tak hanya promosi, tetapi juga melakukan semacam seminar bertajuk persiapan mencari kerja. Targetnya adalah mahasiswamahasiswa semester akhir,” kata Sudarmadi Widodo Human Capital & Corporate Affair Director PT Amerta Indah Otsuka.

Human Resources System

Semangat Get, Keep, and Grow

Sistem Human Resources (HR) memainkan peran penting dalam mengakomodasi kebutuhan karyawan. Sistem ini harus terus diperbarui agar tetap relevan dengan sumber daya manusianya.

Mengelola dan memperlakukan karyawan tidak ada bedanya dengan mengelola dan memperlakukan pelanggan. Sebab itu, minimal ada tiga semangat yang harus masuk dalam sistem Human Resources (HR) perusahaan, yakni semangat get, keep, dan grow.

Apa maksudnya? Sistem HR minimal mengusung kesinambungan dari proses rekrutmen, mempertahankan, hingga mengembangkan hidup karyawan. Gen Z sangat senang dengan pendekatan tersebut.

Itu pula yang membuat mereka betah di perusahaan tersebut.

McKinsey dalam risetnya yang berjudul True Gen: Generation Z and Its Implications for Companies menemukan,

71% Gen Z memandang penting memiliki pekerjaan formal dan terdaftar secara resmi.

Konsekuensinya, perusahaan tidak bisa sembarang memiliki sistem HR. “Sebagai perusahaan teknologi, sistem yang Bukalapak miliki memungkinkan para talent melakukan berbagai kegiatan secara online dan fleksibel. Misalnya, absensi online hingga kami bisa bekerja di mana saja. Termasuk flexible hour juga kami punya,” jelas Intan Wibisono, Head of Corporate Communications Bukalapak.

Intinya, sistem HR ini harus mengakomodasi semua kebutuhan karyawan lintas generasi. Dan, kehadiran Gen Z bisa menjadi trigger untuk membuat sistem HR yang inovatif dan kekinian.

Respondents who say that having formal or registered job is important, (%)

73

18 9

68

71

Agree

20

16

Indifferent

12

13

Disagree

Baby Boomer Gen Y and Gen X

Gen Z

Sumber: McKinsey&Company, 2018, True Gen: Generation Z and its implications for companies

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-048_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:52 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights

40 TIPS & INSIGHTS 03 High-touch, High-tech

Tetap Butuh Sentuhan Gen Z sudah terbiasa mengakses aneka informasi dengan gawai, termasuk melakukan pekerjaan dan aktivitas mereka. Meski canggih, mereka tetap mengutamakan sentuhan.

04 Entertainment

Bekerja Sambil Bermain Gen Z menginginkan suasana tempat kerja yang menyenangkan sekaligus menghibur.

Bagi mereka, bekerja dan bermain sudah tak terpisahkan lagi.

Saat ini, banyak perusahaan yang mulai mendesain kantor semenarik mungkin.

Kantor perusahaan teknologi global, seperti Google, Apple, maupun Amazon menjadi rujukan desain kantor kekinian. Konsep ruangannya terbuka dengan segudang fasilitas bermain, seperti game console, televisi, tempat tidur, coffee lounge, perangkat gym, dan sebagainya.

Fasilitas hiburan tersebut bukan sekadar untuk memberi kesegaran di ruang kerja, melainkan untuk mengakomodasi kebutuhan generasi kerja baru di perusahaan tersebut, khususnya Gen Z. Harapannya, produktivitas

Meskipun hidup mereka sangat high-tech, Gen Z tetap membutuhkan perjumpaan fisik. Menurut survei Institute for Corporate Productivity (i4CP) yang tertuang dalam laporan Generation Z: What Employers Need to Know, mayoritas Gen Z (78%) mengaku lebih suka komunikasi tatap muka di tempat kerja, terutama ketika menerima tanggapan dari bos mereka. Gen Z memang antusias bila pekerjaan mereka mendapat umpan balik – entah apresiasi maupun kritik.

Riset tersebut sedikit mengejutkan karena banyak orang berpandangan Gen Z suka dengan yang serba online. Tentu saja ini memiliki implikasi pada manajemen karyawan. Para manajer atau petinggi perusahaan harus memiliki kepiawaian komunikasi tatap muka dengan karyawan Gen Z. Tentunya tanpa meninggalkan komunikasi nirkabel yang menjadi bagian tak terpisah dari mereka.

Sebab itu, cara ampuh dalam

berkomunikasi dengan karyawan Gen Z adalah memadukan komunikasi hightech dengan menggunakan teknologi dan high-touch yang mengedepankan sentuhan manusia. Meski suka komunikasi tatap muka, platform yang digunakan bisa berbeda dengan yang biasa dilakukan oleh generasi sebelumnya. Misalnya, komunikasi tatap muka dengan bantuan teknologi live conference. Termasuk, video call melalui Skype, WhatsApp, dan sebagainya bisa dipakai untuk komunikasi terintegrasi tersebut.

Intinya, elemen manusia dalam relasi kerja menjadi sesuatu yang berharga bagi Gen Z. Perusahaan tidak perlu ragu untuk membangun relasi lebih mendalam dengan para karyawan Gen Z melalui teknologi.

Dengan engagement yang dibangun secara high-tech dan high-touch ini, perusahaan bisa membangun loyalitas Gen Z sekaligus produktivitas mereka.

karyawan juga ikut meningkat.

Bekerja dan bermain menjadi dua aktivitas yang tak lepas dari perilaku Gen Z. Sebagai generasi mobile, hiburan yang mereka cari tidak lepas dari ponsel pintar dan aneka gawai lainnya. Salah satu hiburan yang mereka minati adalah game online.

Menurut riset Alvara Strategic Research bertema Indonesia Gen Z and Millennial Report 2020: The Battle of Our Generation, pengguna game online lebih banyak berasal dari Gen Z (71,5%) dibanding Milenial muda (61,2 %) dan Gen X (42,4%). Demikian juga dengan layanan streaming video dan musik yang lebih banyak dinikmati oleh Gen Z. Termasuk video entertaintment, seperti

musik, komedi, dan animasi. Semuanya serba online.

Perusahaan bisa menyediakan fasilitas game tersebut. Tak hanya fasilitas, kalau perlu menggelar kompetisi game antarmereka. Jangan pernah menganggap ini sebagai beban dan gangguan. Sebaliknya, semua ini adalah investasi.“Belakangan, kami mulai membenahi beberapa ruang kantor kami dengan desain baru. Di sana, kami sediakan berbagai fasilitas, dari fasilitas hiburan maupun olahraga. Kami yakin, kenyamanan tempat kerja akan mendorong produktivitas,” kata kata Sudarmadi Widodo, Human Capital & Corporate Affair Director PT Amerta Indah Otsuka.

049

Aplikasi Yang Paling Banyak Diunduh By Generasi

APLIKASI YANG DOWNLOAD

Younger Millennial

Older Millennial

Younger Gen X

Older Gen X

TOTAL

Gen Z

Total Responden

1153

44.5

304

184

132

88

Games

58.6

71.5

61.2

48.4

42.4

30.7

Komunikasi (Instant, Messenger, Skype, SMS, dll)

48.9

43.6

51.3

54.9

55.3

45.5

Transportasi Online

47.4

41.3

50.0

50.0

55.3

52.3

Belanja Online

37.6

32.1

41.8

44.6

37.9

36.4

Sumber: Alvara Research Center, Indonesia Gen Z and Millennial Report 2020: The Battle of Our Generation.

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-049_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:52 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 050

40 TIPS & INSIGHTS 06 Environmental Aware

Tak Rela Bumi Hancur Sebagai generasi asli digital tidak membuat Gen Z acuh pada lingkungan hidup. Sebaliknya, kepedulian mereka justru lebih tinggi dibanding kakak generasi mereka.

05 Social Movement

Beramal, Tolok Ukur Sukses Gen Z punya dorongan untuk berperan dalam berbagai gerakan sosial. Bagi mereka, menjadi sukarelawan dan beramal adalah ukuran kesuksesan.

Gen Z memiliki dorongan besar untuk banyak terlibat di berbagai kegiatan sosial.

Dorongan untuk terjun dalam aksi-aksi sosial ini juga menjadi salah satu patokan mereka ketika mencari kerja. Apalagi, generasi ini memiliki cara pandang tersendiri ketika mencari kerja.

Selain itu, mereka juga melihat nilai apa yang diusung suatu perusahaan ketika akan mengajukan lamaran. Jelasnya, generasi ini ingin bekerja di suatu tempat yang bukan hanya mengejar keuntungan semata. Lebih dari itu, ada sebuah idealisme atau nilai yang bisa diwujudkan ketika bekerja di situ.

Ada sebuah kepercayaan diri yang kuat di kalangan generasi ini untuk bisa membuat sebuah perubahan.

Sebuah artikel di Forbes yang mengutip penelitian dari CASSANDRA menyebutkan, 49% remaja saat ini rata-rata menjadi relawan sebulan sekali. Lalu, sekitar 20% dari mereka sudah mempersiapkan rencana untuk melakukan kegiatan amal sendiri. Bahkan, sekitar 39% responden berpandangan bahwa menyediakan waktu dan beramal adalah ukuran kesuksesan.

Sebagai sebuah financial technology (fintech) startup peer-to-peer (P2P) lending, Modalku fokus menyalurkan pendanaan ke usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM).

Dus, selain berorientasi bisnis, Modalku juga punya misi sosial, yakni membantu membesarkan bisnis UKM. “Semakin banyak orang yang mencari kerja yang punya dampak sosial. Sehingga, ketika melakukan interview ke pelamar pun, kami menanyakan apa misi mereka dalam kehidupan sosial karena kami juga punya misi sosial ke UKM,” Iwan Kurniawan, CoFounder & COO Modalku.

Meskipun Gen Z lebih individual dibanding generasi lain, tapi ketika menyangkut isu besar yang menyangkut kepentingan bersama, mereka akan menunjukkan kepedulian. Termasuk, dalam isu lingkungan hidup.

Kepedulian generasi ini pada lingkungan hidup lantaran mereka hidup di era ketika dunia sedang menghadapi ketidakpastian (uncertainty) terkait kondisi bumi yang kian rusak.

Kepedulian mereka pada nasib planet ini terutama terjadi di anak-anak muda generasi ini yang tinggal di negara-negara maju, baik di Barat dan Timur. Namun begitu, di negara-negara berkembang kesadaran pada lingkungan hidup di generasi ini juga mulai muncul.

Sebuah riset berjudul The Gen Z Marketing Playbook oleh UNiDAYS x AdAge

menyebutkan bahwa terkait masa depan, lingkungan hidup berada di tiga besar isu yang paling penting bagi mereka setelah kesehatan dan biaya pendidikan. Dalam isu lingkungan ini ada lima topik utama yang paling mereka pedulikan, yakni perubahan iklim, polusi, daur ulang, hak-hak binatang, dan bencana alam. Survei ini dilakukan di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Selandia Baru.

Modalku, salah satu financial technology (fintech) startup peer to peer (P2P) lending sudah mengakomodasi kegelisahan generasi ini pada pelestarian alam. Kantor Modalku sudah mengajak pegawainya untuk mengurangi penggunaan plastik dalam keseharian. “Kami punya policy untuk operasional yang mendukung upaya perbaikan lingkungan hidup,” kata Iwan Kurniawan, Co-Founder & COO Modalku.

Top five environmental Issues Specific environmental issues are a major concern for Gen Z and an area in which they are far from ambivalent

Global warming/ climate change 87%

Pollution 85%

Animal rights 65%

Recycling 73%

Natural disasters 50%

Sumber: UNiDAYS x AdAge

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-050_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:52 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights

40 TIPS & INSIGHTS

051

07 Horizontal Communication

Egaliter

Gen Z menyukai komunikasi yang egaliter.

Semua itu mendukung tren karakter konsumen yang semakin horizontal dan ingin berelasi bak seorang teman dengan merek.

08 Lahir dan besar di era keterbukaan informasi, menjadikan karakter Gen Z cenderung memilih keterbukaan dalam berkomunikasi. Mereka suka dengan dialog yang bersifat sejajar alias tidak membedakan status, pangkat, dan identitas apa pun.

Dalam riset berjudul Generation Z Enters The Workforce oleh Deloitte, Gen Z yang sudah terjun di dunia profesional memilih mencari budaya kerja yang terbuka dan transparan. Keterbukaan yang mereka inginkan bisa jadi termasuk topik-topik sensitif yang di era-era sebelumnya sulit untuk dibuka, seperti penilaian kinerja hingga kompensasi.

Mereka juga ingin atau mengharapkan adanya dialog bebas dalam sebuah tim yang melibatkan atasan dari berbagai ranking jabatan untuk membahas tentang strategi dan keputusan bisnis. Termasuk, ketika menghadapi berita buruk, seperti kegagalan produk, atau ancaman persaingan.

Kesukaan generasi ini dalam berdialog dalam relasi yang egaliter sebenarnya menguntungkan perusahaan. Mengingat, saat ini konsumen pun menginginkan relasi yang horizontal. Konsumen sekarang tidak mau diperlakukan sebagai tuan atau bahkan raja. Konsumen ingin berelasi layaknya teman dengan sebuah merek.

Model komunikasi yang menjunjung kesejajaran dari Gen Z ini disukai konsumen zaman sekarang. Alhasil, efek berikutnya adalah lahirnya loyalitas konsumen pada merek berkat Gen Z yang tak suka hierarki dalam berkomunikasi.

Generation Gap

Bangun Jembatan

Beda generasi, beda perilaku. Perbedaan ini menimbulkan gap di tempat kerja kerap terjadi. Perusahaan pun bertugas membangun jembatan antargenerasi.

Setiap generasi memiliki ciri dan karakter masing-masing. Perbedaan karakter ini tak jarang menimbulkan kesenjangan antargenerasi. Tak hanya itu, perbedaan ini juga tak jarang menimbulkan konflik. Hal ini paling kentara terjadi di tempat kerja.

Di Indonesia, masih banyak perusahaan yang karyawannya terdiri dari lintas generasi. Dari Baby Boomers yang paling tua dan biasanya menempati posisi CEO atau direksi. Selanjutnya, terdapat Gen X, Gen Y atau milenial, hingga generasi termuda atau Gen Z. Tak gampang bagi perusahaan tersebut mengelola karyawan dengan beragam latar dan karakter itu.

Perbedaan antargenerasi ini terutama didorong oleh teknologi. Ini memengaruhi cara mereka berkomunikasi, cara bekerja, cara melontarkan pendapat, hingga cara menampilkan diri. Bahkan, perbedaan ekspektasi mereka dalam bekerja.

Merasa paling senior, baby boomers maupun Gen X cenderung memandang rendah generasi yang lebih muda. Tak jarang, mereka merasa risih dengan penampilan dan cara berkomunikasi mereka yang terkesan norak. Sebaliknya, generasi lebih muda memandang generasi lebih tua kolot, bertele-tele dalam bekerja, dan

gaptek.

Menurut survei EY tahun 2018, sebanyak 77% Gen Z memilih manajer dari Milenial sebagai preferensi mereka ketimbang Gen X atau Baby Boomers. Dibanding tahun 2017, angka ini meningkat dari sebelumnya 67%. Ini menandakan semakin lebar gap antargenerasi, semakin tidak nyaman bagi Gen Z. Gen Z lebih mudah menerima inisiatifinisiatif baru perusahaan. Bahkan ide tersebut banyak datang dari mereka.

Sementara, generasi lebih tua cenderung lebih resisten dengan inisiatif-inisiatif baru. Karena perilakunya kerap tidak bisa dipahami, Gen Z juga sering mendapat julukan the lonely generation.

“Sejak masuk ke segmen Business to Consumer (B2C), kami banyak mengangkat generasi muda. Mereka kami buatkan ruangan khusus seperti co-working space di lantai yang berbeda dengan para pekerja senior. Sudah satu tahun ini mereka kami inkubasi dan melahirkan banyak inovasi digital di sektor solusi industri. Setelah itu, kami apresiasi hasil kerja mereka dengan membuat semacam mini exhibition,” kata Suci Andirini, Senior Manager Corporate Communication Lintasarta.

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-051_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:52 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 052

40 TIPS & INSIGHTS

09 Self-Actualization

Bukan Mencari Tepuk Tangan Uang memang hal yang penting tapi bukanlah segalanya. Setidaknya inilah yang ada di pikiran Gen Z ketika mereka memasuki dunia kerja.

Rencanamu melalui risetnya Gen Z, Industry Landscape & Future of Works menyebutkan, 34% responden melihat ada nilai utama yang dinginkan Gen Z di tempat kerja, yaitu kemandirian dan kebebasan.

Bahkan, Gen Z melihat bekerja itu bukan sekadar mendapatkan uang dan memenuhi kebutuhan, tetapi juga sebagai cara untuk aktualisasi diri yang berorientasi pada dampak dan kontribusi sosial. “Work for a cause, not for an applause,” demikian ungkap riset Rencanamu.

Pada tahun 1940, Abraham Maslow membuat Hierarchy of Needs yang terdiri dari lima tingkatan. Yaitu Physiological Needs –seputar kebutuhan paling dasar seperti makanan, minuman, dan istirahat-, Safety Needs –kebutuhan tentang keamanan dan keselamatan-, Belongingness and Love Needs –diterima sebagai individu-, Esteem Needs –kemandirian dan kesuksesan personal, dan Self-Actualization.

Aktualisasi diri ini layaknya sebuah proses.

Yaitu menyadari potensi yang dimiliki, mencari pengalaman, dan menggapai pertumbuhan. Self-actualization juga berarti memenuhi salah satu kapasitas dengan memuaskan.

Tuntutan ini sangat terlihat dari Generasi Z di tempat kerja kami. Mereka paling berani mengekspresikan diri. Mereka ingin mengaktualisasikan diri lewat cara kerja yang mereka yakini,” kata Sudarmadi Widodo, Human Capital & Corporate Affair Director PT Amerta Indah Otsuka.

Salah satu hasrat dan kegalauan dari Gen Z itulah yang harus menjadi perhatian perusahaan. Sebab, meski penting, uang bukanlah segalanya bagi mereka. Justru, perusahaan harus bisa membantu karyawan dari Gen Z ini untuk menemukan apa talenta yang dimilikinya dan mengembangkannya.

Sehingga, mereka bisa mengaktualisasikan diri mereka sebagai individu.

MOTIVASI GEN Z DALAM BEKERJA

10 Self-Development

Bekerja=Belajar Jangan menempa Gen Z dengan aktivitas yang itu-itu saja. Perusahaan harus memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan diri.

Banyak alasan seorang Memahami aspirasi dan prioritas Gen Z dalam karier dan dunia kerja karyawan memutuskan keluar dari sebuah perusahaan. Meski hal yang jamak, sebenarnya hal itu bukanlah hal yang positif bagi perusahaan. CodeGround (CG), sebuah perusahaan penyedia sistem penilaian dan evaluasi online menyebutkan, ongkos untuk mengganti karyawan mencapai 20%-200% lebih tinggi dari gaji tahunan karyawan yang keluar. Semua itu tergantung dari posisi yang ditinggalkan oleh seorang karyawan.

7% Alasan karyawan memutuskan mundur tak melulu soal gaji.

6% Namun juga berbagai alasan lain, salah satunya pengembangan diri. Tentunya karyawan akan merasa jenuh jika hanya Kesempatan Belajar dan Mengembangkan Diri melakukan aktivitas yang itu-itu Budaya & Lingkungan Kerja Gaji dan Tunjangan saja. Kantor terkesan cuek dan Pekerjaan yang Bermakna tidak memberikan kesempatan Jenjang Karier bagi karyawan untuk belajar hal Dampak Sosial baru.

Hal itu semakin krusial jika Sumber: Rencanamu, Indonesia's Talent Insight: Gen Z, Industry Landscape, and The Future of Work kita bicara Gen Z. Rencanamu melalui risetnya Gen Z, Industry Landscape & Future of Works mengatakan, 44% diri karyawan, seperti training, mentoring, responden Gen Z menjadikan bekerja kebebasan berkreasi harus menjadi sebagai kesempatan belajar dan perhatian perusahaan. Ketika perusahaan mengembangkan diri. memberikan kesempatan bagi Gen Z ini Artinya perusahaan tidak boleh terpaku untuk berkembang lebih lanjut, niscaya dengan hubungan pemberi kerja dan mereka akan semakin loyal dengan pekerja saja, melainkan menjadikan mereka perusahaan Anda. partner. Berbagai fasilitas pengembangan

19%

12%

44%

12%

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-052_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:53 PM

N

A V I

G A T O

R

Work: 40 Tips & Insights

GHTS 11

12

Gender

Insurance

Bagi sebagian generasi, gender adalah isu yang kerap menjadi perbincangan. Tapi lain halnya bagi Gen Z. Jangan sampai perusahaan terjebak dengan isu gender dan melupakan kompetensi.

Gen Z adalah generasi yang membutuhkan kepastian. Bahkan ketika bekerja, mereka akan memilih bekerja di perusahaan yang memiliki masa depan dan berkelanjutan.

Kembali ke Kompetensi

Gender masih menjadi permasalahan di Indonesia. Riset Credit Suisse bertajuk The CS Gender 3000 in 2019: The changing face of companies menyebutkan, porsi kaum perempuan di Indonesia yang menduduki level direksi hanya berkisar 11,3% pada tahun 2019. Padahal rata-rata dunia berada di angka 20,6%. Jumlah perempuan dalam posisi manajemen di Indonesia ini lebih rendah ketimbang negara ASEAN lain, seperti Vietnam (29,7%), Malaysia (28,6%), Singapura (18,4%), atau Filipina (13,6%).

Meski gender telah menjadi masalah dunia, tak ada salahnya jika perusahaan mulai menyadari dan menyikapi hal ini.

Apalagi, jika mereka berurusan dengan Gen Z. Pasalnya, Gen Z adalah generasi yang cair dan fleksibel. Bahkan, Pew Research Center pernah melakukan studi di Amerika Serikat terkait isu transgender. Dan, hasilnya 60% Gen Z mengakui adanya gender selain pria dan perempuan di dunia ini. Angka pengakuan itu lebih besar ketimbang senior mereka, Gen X (40%) atau Gen Y (50%).

Sudarmadi Widodo, Human Capital & Corporate Affair Director PT Amerta Indah Otsuka mengatakan produsen Pocari Sweat ini telah menerapkan pentingnya keragaman gender di tempat bekerja. “Bahkan, kami tidak mempermasalahkan orientasi seksual seperti LGBT. Saat interview, kami tidak meributkan preferensi seksual calon karyawan. Sejauh memenuhi kriteria kompetensi, tetap akan kami rekrut,” katanya.

Bagaimana dengan perusahaan Anda?

053

Ingin Merasa Aman

Ketika menjadi karyawan, Gen Z menganggap fasilitas adalah hal yang sangat penting. Concordia University, St. Paul dalam risetnya menyebutkan, 70% Gen Z mengatakan bahwa mereka harus memiliki asuransi kesehatan ketika bekerja. Semua itu untuk memberikan rasa aman bagi mereka.

“Asuransi menjadi salah satu aspek pertimbangan apakah mereka akan menerima pekerjaan tersebut atau tidak.

Gen Z juga memiliki tendensi untuk memiliki asuransi karyawan yang dapat diakses secara digital mulai dari proses klaim hingga laporan kepada Divisi HR,” kata Karin Zulkarnaen, Chief Marketing Officer Allianz Indonesia.

Hal itu juga diperkuat oleh penelitian

Alvara Strategy Research dengan judul Indonesia Gen Z and Millennial Report 2020. Jika dilihat berdasarkan Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan berdasarkan Generasi, Gen Z menyisihkan sekitar 2,4% dari pendapatannya untuk produk asuransi. Meski tergolong berusia muda, alokasi pengeluaran ini hampir sebanding dengan porsi Gen X dan Y yang tergolong lebih tua.

Permintaan Gen Z terhadap apa saja yang masuk dalam cakupan asuransi juga terbilang luas, mulai dari perawatan gigi hingga mata. “Meski belum bisa dipenuhi, beberapa perusahaan mengatasinya dengan memasukkan hal ini ke dalam benefit karyawan di luar asuransi,” kata Karin.

Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan by Generasi Generation Alokasi Pengeluaran

Gen Z

Younger Millennial

Older Millennial

Younger Gen X

Older Gen X

TABUNGAN

6.3

8.5

9.2

8.3

7.4

INVESTASI

0.5

0.5

1.0

0.56

0.6

ASURANSI

2.4

2.5

2.4

2.2

2.4

CICILAN HUTANG

5.4

7.3

7.6

7.8

6.6

KEBUTUHAN RUTIN

59.9

57.3

57.5

58.4

61.4

ZIS (Zakat, Infaq, Sedekah)

4.2

4.1

4.1

5.2

5.4

TELEPON

7.2

6.8

6.1

6.0

6.2

INTERNET

7.3

7.1

6.1

5.5

4.5

HIBURAN/ENTERTAINMENT/LEISURE

6.8

6.0

6.0

6.1

5.6

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

TOTAL

Sumber: Alvara Research Center, Indonesia Gen Z and Millennial Report 2020: The Battle of Our Generation.

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-053_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:53 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 054

13 Career Path

Transparan dari Awal Sebagai generasi yang ambisius, Gen Z tahu betul apa yang mereka inginkan. Tapi, mereka tidak selalu ingin berada di level manajerial.

14 No Discrimination

Paling Toleran

Jutaan informasi yang diterima oleh Gen Z membentuk mereka sebagai generasi yang paling toleran terhadap perbedaan. Pastikan perusahaan memiliki fondasi dan tujuan jelas yang diketahui oleh seluruh karyawan, khususnya Gen Z.

Masih banyak orang tua yang berharap anak-anak mereka bisa bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Biasanya harapan ini diikuti dengan dua alasan utama. Yaitu jenjang karier yang jelas dan hari tua yang tenang karena mendapatkan dana pensiun.

Jenjang karier yang jelas sebenarnya tidak hanya terjadi pada institusi pemerintahan saja. Perusahaan-perusahaan BUMN atau swasta pun sudah memiliki jenjang karier masing-masing sesuai peraturan. Bahkan beberapa startup saat ini sudah mulai menerapkan pola karier yang jelas dan transparan. Walaupun belum semuanya melakukan hal seperti itu.

Pada dasarnya, Gen Z merupakan generasi yang memiliki tujuan dan keinginan kuat alias ambisius. Nah, ambisi kalangan Gen Z ini terbilang berbeda dibanding generasi sebelumnya. Tidak selalu, ambisi mereka adalah untuk maju dan naik di posisi level manajerial. Di kategori teknologi misalnya, banyak dijumpai karyawan yang hanya ingin melakukan coding dan programming.

Padahal mereka sudah mampu mengelola

sebuah tim jika dilihat dari kapasitasnya.

Jangan heran, jika banyak pekerja Gen Z yang memiliki keinginan untuk memberikan dampak pada hal yang ia yakini ketimbang meniti karier dari bawah hingga ke atas. Tujuan bekerja mereka di sebuah perusahaan adalah mengasah kemampuan dan pengetahuan agar bisa mencapai tujuannya.

“Kalau generasi terdahulu menyebutnya stabilitas karier. Punya dana pensiun dan lain-lain. Mereka tidak mau dapat pensiun tetapi harus ditukarkan dengan pekerjaan yang membosankan,” terang Nanang Chalid, Vice President People Tokopedia Walaupun Gen Z berbeda dengan generasi sebelumnya, bukan berarti perusahaan Anda bisa menutup pola jenjang karier. Dalam artian sejak awal sudah dikomunikasikan secara jelas dan transparan bahwa jenjang karier di perusahaan seperti apa. Perusahaan juga harus transparan bagaimana untuk mencapainya, indikator, serta periode yang jelas.

Sebagai generasi yang benar-benar digital native, Gen Z memiliki akses informasi yang luar biasa luas. Melalui teknologi digital dan Internet, banyak Gen Z yang memiliki akses pertemanan secara virtual dengan orangorang dari beragam latar belakang.

Hal ini menjadikan Gen Z sebagai generasi yang memiliki tingkat toleransi sangat tinggi. Masalah-masalah kesukuan, agama, ras, bahkan orientasi seksual bukanlah persoalan buat mereka. Tingkat toleransi yang tinggi ini juga mereka bawa ke dalam dunia kerja. Mereka bisa bekerja dengan siapa saja, terlepas dari masalahmasalah kesukuan dan segala macamnya.

Gen Z juga terbuka dengan isu-isu sosial, baik yang berbau agama dan politik. Namun, karena tingkat toleransi mereka tinggi,

mereka akan menganggap hal-hal seperti itu sebagai sebuah kewajaran dan dinamika dalam kehidupan. Tidak jarang dari isu-isu tersebut, mereka akan memiliki pandangan yang jauh lebih terbuka dan luas yang bisa mengasah mereka untuk terus mencapai tujuan.

Alhasil peran divisi Human Resource Department (HRD) sangat krusial. Mereka harus bisa mengawasi dengan ketat isu-isu apa yang saat ini banyak dibicarakan oleh para karyawan. Sekiranya bisa membangun budaya kerja yang lebih baik maka biarkan saja isu tersebut bergulir. Namun, bila isu itu berpotensi memecah kondisi internal hingga berpengaruh pada performa bisnis dan nama baik perusahaan, maka saatnya HR melakukan tindakan.

“Kami tidak melarang orang untuk bersuara, selama tidak berpengaruh pada bisnis. Semisal isu politik. Selama tidak membuat konflik internal, ya silakan bersuara. Namun, kalau sudah mengganggu, kami akan turun tangan,” kata Amelia Indra, Talent Acquisition Manager HappyFresh.

Jadi, ada baiknya perusahaan Anda memiliki fondasi dan tujuan yang jelas.

Sehingga, sejak awal para karyawan Gen Z ataupun yang bukan, bisa memahami tujuan perusahaan. Selain itu, pastikan bahwa perusahaan Anda adalah perusahaan yang merekrut karyawan berdasarkan kemampuan dan keahlian. Bukan karena masalah kesukuan dan kedekatan semata.

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-054_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:53 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights

40 TIPS & INSIGHTS 15 Wardrobe

Jadi Diri Sendiri Gaya berpakaian merupakan cermin identitas.

Ketika individu nyaman dengan apa yang dikenakan maka kreativitas akan datang.

Masalah kebebasan berbusana kerja sebenarnya sudah terjadi sejak era Gen Y. Kiblat utamanya adalah gaya berpakaian Mark Zuckerberg dengan t-shirt monokrom polos, celana jeans, dan sneakers.

Selain Mark Zuckerberg, beberapa role model dalam industri tech dan startup juga memiliki gaya pakaian yang serupa.

Mendiang Steve Jobs terkenal dengan turtleneck hitam, Levi’s 501 jeans, dan sneakers New Balance 992 berwarna abuabu. Sementara, Sheryl Sandberg, COO Facebook memiliki gaya pakaian business casual yang klasik namun tetap elegan.

Di perusahaan swasta, mayoritas gaya berbusana sudah lebih santai dan kasual.

Di perusahaan startup dan agency, gaya

16 No Seniority

Tidak Suka Hierarki Saat di dunia kerja, Gen Z ingin dilihat dari prestasi kemampuan kerjanya. Bagi mereka, lama kerja dan umur bukanlah ukuran senioritas.

Sebagai generasi yang paling muda, Gen Z mau tidak mau harus bekerja bersama dengan generasi-generasi sebelumnya, baik Gen Y dan Gen X. Dalam hal ini akan muncul istilah senior dan junior. Istilah senior dan junior tidak sebatas masalah umur. Dalam dunia kerja istilah senior dan junior merujuk pada tingkatan pengalaman kerja atau tingkatan posisi jabatan.

Namun, harus dipahami bahwa pencapaian kinerja bukan soal durasi pengabdian pada perusahaan ataupun faktor umur. Namun, pada kompetensi seseorang

055

berpakaian bukanlah hal yang diatur dengan ketat. Makanya, bila berkunjung ke kantor startup dan agency, kita akan amat mudah menemukan karyawan yang menggunakan t-shirt dan jeans.

Perusahaan yang lebih ketat dalam masalah busana, seperti BUMN atau institusi pemerintah pun mulai agak melunak terkait aturan busana ini. Biasanya mereka mengizinkan karyawannya menggunakan pakaian yang lebih santai dalam satu hari tertentu, seperti setiap Jumat.

“Penggunaan pakaian santai untuk bekerja nyatanya memiliki pengaruh psikologis terhadap karyawan dan berpengaruh juga terhadap kinerja mereka.

Pakaian yang santai menciptakan suasana yang lebih santai, sehingga karyawan tidak tertekan, pekerjaan lebih cepat dikerjakan, dan hasilnya pun dapat dikatakan lebih humanis,” ujar Karin Zulkarnaen, Chief Marketing Officer Allianz Indonesia.

Masalah pakaian sebenarnya bukanlah perkara yang harus dirumitkan. Selama mereka menjadi diri sendiri dan nyaman dengan dirinya serta menjaga aspek kesantunan, maka hal itu bisa menjadi sumber awal dari kreativitas.

dalam pengalaman, sikap, dan keahlian dalam memecahkan sebuah masalah.

Gen Z yang notabene adalah New Kids on the Block tentunya memerlukan panduan dalam dunia kerja. Rujukan utama Gen Z adalah para seniornya. Karenanya, senior harus bisa mengampu Gen Z sebaik mungkin tanpa merasa dirinya adalah yang paling benar.

Senioritas bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi bisa berbahaya, namun di satu sisi bisa tetap menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kuncinya harus ada rasa hormat dan saling menghargai satu sama lain. Terlebih bila perusahaan sudah menentukan tujuan bersama serta fondasi perusahaan yang kuat.

“Perusahaan harus memiliki DNA yang kuat. Di Tokopedia misalnya, ada tiga DNA utama, yakni Customer Focus, Growth Mindset, dan Make it Happen Make it Better. Tiga DNA ini adalah kompas untuk seluruh generasi. Tiga DNA ini juga yang menjadi dasar utama kami mengevaluasi performa karyawan,” jelas Nanang Chalid, Vice President People Tokopedia.

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-055_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:53 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 056

40 TIPS & INSIGHTS

17 Omni-Life

Enjoy Saja Gen Z tak mau memisahkan urusan pekerjaan dan personal. Tak ada pemisahan ketat. Semua mereka jalani dengan enjoy.

Hidup seimbang menjadi dambaan setiap orang yang bekerja. Selain bekerja, mereka juga ingin mendapatkan kesempatan untuk mengurus kehidupan pribadinya. Ada semacam pemisahan antara urusan kantor dengan urusan personal.

Namun, jangan salah sangka. Tidak semua generasi mendambakan dan menyikapi keseimbangan itu secara sama.

Gen Z cenderung tidak mempersoalkan urusan pekerjaan dengan urusan personal.

Toh, batas pemisah keduanya sangat tipis.

Rumah misalnya, tidak serta merta harus identik dengan urusan personal. Kantor pun demikian. Mereka juga bisa menggapai kesenangan-kesenangan personal di tempat itu.

Riset Accenture 2017 tentang Gen Z mengatakan batasan antara urusan pekerjaan dan personal, antara kantor dan rumah, bagi Gen Z sudah samar. Mereka tak lagi mengenal pemisahan antara dunia fisik dan digital. Semua terkoneksi satu sama lain. Gen Z peduli pada dua urusan itu dan tidak mau mengorbankan salah satu.

Berbeda dengan Gen X, Gen Z tidak terlalu ambisius untuk mengejar work life balance. Survei terbaru Korn Ferry Indonesia (Agustus 2019) menyebutkan,

ISSUE More stressed in the workplace More motivated overall Values work-life balance More optimistic about the future

Gen Z cenderung lebih ambisius dalam bekerja, memiliki banyak optimisme, dan lebih tahan tekanan/stres di tempat kerja dibanding milenial. Mereka cukup enjoy, baik dalam bekerja maupun waktu pribadi.

Survei tersebut bilang, 51% milenial mengejar hidup seimbang. Sementara, Gen Z hanya 49% yang menginginkan hal yang sama. Sementara, Work Life Balance Report (2019) menyatakan, Gen Z adalah generasi dengan work-life balance terburuk.

Menurutnya, sebanyak 24% Gen Z mengaku merasa bersalah ketika mengambil cuti kerja – diikuti milenial (19%), Gen X (16%), dan baby boomers (8%). Bahkan, saat mereka berlibur, sebanyak 47% Gen Z mengaku merasa harus membuka email untuk urusan pekerjaan. Dus, pada dasarnya, Gen Z sudah menerapkan omnilife. Yang penting enjoy!

GEN Y (%)

GEN Z (%)

67 47 51 40

33 53 49 60

Jumlah responden: 796 orang Sumber: Korn Ferry, 2019, Move Over Millennials.

18 Work from Home

Didamba, Tetap Ingin Bersua Tren perusahaan memberi keleluasaan bekerja di mana saja terus bergulir. Bagi Gen Z, work from home merupakan dambaan. Meski begitu, ketemu rekan kerja tetaplah penting.

Gen Z memang menuntut sebuah fleksibilitas dalam bekerja. Hal ini terungkap dari berbagai riset. Salah satu bentuk fleksibilitas bisa berupa kebijakan bekerja di rumah atau work from home. Meski begitu,

tidak serta-merta perusahaan memberikan coba. Para perempuan yang sudah memiliki fasilitas ini sepanjang minggu. anak, kami berikan fleksibilitas lebih besar,” Riset yang dilakukan The Workforce papar Sudarmadi Widodo, Human Capital & Institute tahun 2019 menemukan bahwa 44% Corporate Affair Director PT Amerta Indah Gen Z menginginkan interaksi tatap muka Otsuka. dengan rekan kerja mereka. Di sisi lain, 24% Di Otsuka, ada program Mom You Can – Gen Z mendambakan work from home. program untuk para ibu untuk bekerja dari “Meskipun kami punya opsi bekerja rumah sembari mengurus anak. Mereka bisa dari rumah, banyak dari talent kami yang melakukan itu sebulan dua kali. Dari sini, kemudian memilih untuk tetap datang bisa disimpulkan bahwa keinginan work ke kantor. Bekerja dari rumah memang from home tetap ada meski tidak menjadi tidak menutup kemungkinan seseorang syarat utama untuk Gen Z memilih tempat berkontribusi dalam suatu pekerjaan, tetapi kerja. Tidak heran, banyak pelaku bisnis Anda tidak bisa menggantikan interaksi yang menjadikan pendekatan ini hanya fisik,” ujar Vincent Iswara, CEO DANA. sebagai pelengkap untuk menjawab beberapa Selain DANA, brand asal Jepang, Otsuka kebutuhan. juga menerapkan hal serupa. Padahal, biasanya perusahaan Jepang begitu ketat soal jam kerja.

“Tapi, di sini kami mencoba mengakomodasi. Kami sedang mengembangkan Gen Z: Work from home Gen Z: Face-to-face interaction konsep work from with co-worker home yang sedang diuji

44% 24% Sumber: The Workforce Institute, 2019

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-056_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:53 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights

40 TIPS & INSIGHTS 19 Flexible

Yang Penting Selesai Jika perusahaan Anda telah melakukan transformasi demi menarik perhatian generasi Milenial, perubahan tersebut –kabar baiknyajuga diminati oleh Gen Z. Yup, dua generasi ini masih memiliki irisan nilai yang mereka cari, termasuk soal fleksibilitas kerja.

Bahkan, keduanya memandang fleksibilitas lebih penting ketimbang benefit kesehatan dari perusahaan. Hal ini dibuktikan melalui riset dari randstad yang bertajuk Gen Z & Millennials Collide @ Work report. Perusahaan SDM asal Belanda itu menyebutkan, 19% dari Gen Z memandang employee benefit paling penting adalah soal fleksibilitas kerja.

Gen Z melihat fleksibilitas di dunia kerja sebagai nilai yang penting. Mereka jengah melihat kondisi kerja yang dihalangi bilik dan bekerja di tempat yang sama dari pukul 09.00 hingga pukul 17.00. Mereka menginginkan jadwal yang fleksibel dan opsi bekerja secara remote atau di mana saja.

Kecenderungan ini bukan berarti mereka malas dan menginginkan pekerjaan yang mudah.

Riset bahkan menemukan temuan sebaliknya. Generasi yang lebih muda ini justru mengaburkan batas antara pekerjaan dan kehidupan rumah mereka dengan cukup mahir. Artinya, mereka cukup pandai memanfaatkan waktu dan situasi secara profesional. Mereka hanya ingin melakukannya secara fleksibel.

“Kami di Orami cukup fleksibel soal absensi karyawan. Kami melihat, anakanak muda sekarang berpikiran bahwa ‘yang penting kerjaan gue selesai’. Meski begitu, kami tetap memiliki sistem absensi.

Tidak ada hukuman untuk mereka yang tidak mengikuti jam kerja utama, namun ada reward bagi mereka yang mengikuti jam kerja standar dari kantor,” ujar Sarah Karinda, Sr. Public Relations Orami, platform parenting.

Begitu juga bagi Allianz sebagai perusahaan yang lebih lama hadir di Indonesia. “Allianz memandang waktu sebagai hal yang berharga,” papar Karin Zulkarnaen, Chief Marketing Officer Allianz Indonesia.

Perusahaan pun memodifikasi jam kerja dengan lebih fleksibel sesuai dengan permintaan karyawan generasi muda. Allianz mengizinkan karyawan bekerja setengah hari pada hari Jumat.

Konsekuensinya, jam kerja utama hari Senin-Kamis berubah dari pukul 09.0017.00 menjadi 09.00-18.00. “Mereka pun senang memiliki akhir pekan yang lebih panjang,” tutup Karin.

THEY DESIRE WORK FLEXIBILITY OVER HEALTHCARE

19% of both Gen Z and Millennials said that globally the most important employee benefit they expect from their employers is work flexibility

15% of Gen Z 19% of Millenials said that globally the most important employee benefit they expect from their employers is healthcare

057

20 Competition

Asal Sehat Semangat berkompetisi jamak dilakukan perusahaan di lingkungan kerja. Selain untuk memupuk semangat kerja, semangat berkompetisi diharapkan mampu melahirkan kreativitas dan ide segar.

Gen Z paham apa yang mereka inginkan dan akan bekerja keras untuk mendapatkan hal tersebut. Ketika Milenial sangat berorientasi pada kerja tim, Gen Z sedikit menyukai kompetisi yang sehat.

Kompetisi ini kerap mereka hadirkan bukan untuk mengejar gaji atau promosi, melainkan pengakuan. Sekitar 97% responden dalam riset EY Survey on Gen Z mengatakan bahwa mereka menerima semua masukan. Selanjutnya, mereka ingin tahu apa yang dapat mereka lakukan secara khusus untuk meningkatkan kinerja dan memajukan karier mereka.

Dalam menghadirkan semangat berkompetisi, perusahaan harus berhatihati. Jangan sampai, politik kantor terjadi dan malah memecah belah organisasi.

Seperti yang diyakini oleh Vincent Iswara, CEO DANA. Startup dompet digital ini mendorong setiap talenta muda untuk fokus pada target mereka yang memang mereka harus kejar.

Sumber: Gen Z & Millenials Collide @ Work Report

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-057_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:53 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 058

40 TIPS & INSIGHTS “Itu yang kami tegaskan pada mereka.

Jangan fokus untuk berkompetisi satu sama lain tetapi bagaimana setiap individu bisa menyelesaikan target. Individu justru bisa terlibat dalam kompetisi antartim untuk menentukan peringkat pencapaian. Tetapi kami tidak pernah meminta mereka untuk secara agresif berkompetisi satu sama lain,” tegas Vincent.

Begitu juga di Shopee. Semangat muda yang dihadirkan oleh Gen Z memang sekilas terlihat seperti kompetisi antarindividu. Di balik itu, mereka tahu kompetisi yang ada bukanlah cara untuk membuat orang lain gagal. Kompetisi justru untuk menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan bisa berkembang lebih baik lagi. Setelah hasil kerja keluar, mereka akan berbagi tentang bagaimana bisa mencapainya. Jadi, semua orang bisa belajar.

“Maka dari itu, kami mendorong karyawan untuk berkompetisi dengan berkolaborasi. Jadi, goal yang didorong untuk diraih itu akan diraih secara tim, bukan individual,” ujar Adi Rahardja, Head of Fashion and Lifestyle Shopee Indonesia.

97% Gen Z terbuka terhadap berbagai masukan secara langsung terhadap pekerjaan yang mereka lakukan

63% Gen Z lebih menerima masukan membangun yang tepat waktu sepanjang tahun ia bekerja Sumber: EY Survey on Gen Z, 2018

21 Communaholic

Senang Berkomunitas Gen Z senang berjejaring dalam komunitas dengan anggota dari berbagai ragam latar belakang.

Gen Z merupakan generasi yang cukup gemar bersosialisasi. Lahir di era keterbukaan teknologi dan informasi membuka banyak kesempatan bagi generasi ini untuk berkomunikasi dengan berbagai orang dari latar belakang berbeda. Tak heran, jika Gen Z banyak membentuk atau pun bergabung dengan berbagai komunitas.

Ya, generasi ini merupakan generasi “communaholic” alias suka berkomunitas.

Mereka tidak mempermasalahkan pertemuan secara fisik maupun daring.

Mereka menghargai keberadaan komunitas daring karena dianggap memungkinkan orang-orang dari latar belakang ekonomi berbeda untuk terhubung lantaran satu minat yang sama. Gen Z menghargai hal itu.

Survei McKinsey mengatakan, 65% Gen Z percaya, komunitas tercipta oleh suatu sebab dan kepentingan, bukan latar belakang ekonomi atau tingkat pendidikan.

Persentase ini jauh melampaui generasi terdahulu mereka, yakni Milenial, X, dan Baby Boomer. Sebanyak 52% Gen Z juga menganggap wajar jika individu ingin menjadi anggota kelompok yang berbeda. Mereka bukanlah generasi yang mempermasalahkan perpindahan antarkelompok. Laporan American University, Washington DC berjudul Engaging Gen Z on Social menemukan, Gen Z lebih liberal dalam memandang diversity and inclusion.

Membaca karakter communaholic Gen Z, perusahaan dapat menjadikan hal ini

sebagai momentum yang tepat untuk meretensi hingga meningkatkan loyalitas karyawan Gen Z mereka.

Perusahaan dapat memberikan wadah bagi karyawan Gen Z untuk bergabung dengan komunitas-komunitas yang mereka minati. Antara lain, dengan membentuk komunitas e-sports, olahraga, musik, dan berbagai bentuk komunitas lain bagi para karyawan. Selain itu, perusahaan juga bisa menciptakan ruang kerja open space yang memungkinkan karyawan lebih mudah dalam berinteraksi dan berkolaborasi.

Semua itu bisa menjembatani mereka pada komunitas-komunitas yang mereka sukai.

Upaya mengakomodir gaya communaholic Gen Z ini telah dilakukan oleh sejumlah operator co-working space, seperti WeWork dan JustCo. Mereka memiliki tim komunitas yang secara khusus bertugas untuk menghubungkan para karyawan dari tenant mereka untuk terhubung dan aktif bergabung bersama komunitas yang mereka minati. Bahkan, tim komunitas JustCo merancang hingga 700 jam program komunitas setiap tahun bagi anggota mereka.

“Menjadi bagian dari komunitas dapat menawarkan peluang untuk memanfaatkan jaringan profesional untuk berkolaborasi, mengungkap sinergi bisnis, berbagi wawasan, atau sekadar memperluas lingkaran profesional mereka,” imbuh Kong Wan Sing, Founder and CEO JustCo.

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-058_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:54 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights

40 TIPS & INSIGHTS

22 Coaching

Haus Bimbingan Gen Z merupakan generasi pembelajar. Di perusahaan, mereka dengan senang hati mengikuti bimbingan dengan model coaching.

Coaching merupakan salah satu cara efektif untuk mengelola Gen Z di dunia kerja. Pasalnya, generasi yang haus akan self-improvement ini terbukti gemar dengan model kerja berbasis coaching atau pun mentoring.

Ketika mampu memberikan coaching, maka perusahaan dapat menempatkan diri sebagai jembatan bagi Gen Z untuk berkembang. Bank Bukopin misalnya, tidak segan-segan membangun learning center sebagai pusat pemberian coaching kepada Gen Z maupun Milenial yang bergabung dengan perusahaan mereka.

Hal ini dilakukan oleh Bank Bukopin dengan menggandeng sejumlah partner.

Mulai dari lembaga pendidikan, seperti Universitas Bina Nusantara yang memberikan coaching soal koding dan teknologi kepada karyawan muda hingga membangun BNVLabs bersama PT Kibar Kreasi Indonesia.

“Kami biarkan anak-anak muda ini terjun langsung ke ruang inkubasi tersebut untuk mendapatkan coaching dari para ahli.

Hasilnya terukur, BNVLabs selalu mencetak agent of change bagi perusahaan kami. Anakanak muda ini bahkan menjadi jembatan transformasi bagi generasi-generasi di atas mereka yang ada di perusahaan,” ujar Adhi Brahmantya, Direktur Operasi dan Teknologi Informasi PT Bank Bukopin Tbk. Pengalaman Bank Bukopin sejalan dengan hasil studi yang ditemukan International Coach Federation (ICF) dalam studi bertajuk 2017 Global Consumer Awareness Study.

Menurut penelitian ini, Coaching pada Gen Z terbukti dapat meningkatkan kemampuan komunikasi (37%), produktivitas (36%), hingga menumbuhkan rasa kepercayaan diri (36%).

Jadi, bila ada Gen Z bekerja di perusahaan Anda, jangan sungkan-sungkan memberi mereka coaching. Mereka akan menyambutnya dengan senang hati.

23 Transparency

Butuh Bukti, Bukan Teori Tumbuh dan berkembang di era post-truth membuat Gen Z memiliki jiwa skeptis lebih tinggi dibandingkan senior mereka. Bahkan, Milenial sekali pun.

Bukan sekadar mendorong perusahaan untuk berperilaku etis, Gen Z menuntut perusahaan untuk membuktikan praktik perilaku etis. Studi The Consumer Goods Forum and Futerra terkait The Honest Product Guide pada 2018 menunjukkan, Gen Z merupakan generasi yang paling mengedepankan transparansi dan kejujuran dibandingkan generasi terdahulu mereka.

Dalam memilih brand misalnya, generasi ini jauh lebih skeptis. Mereka ingin

24 Feedback

Evaluasi Sesering Mungkin Karyawan Gen Z senang bila kinerjanya dievaluasi. Bahkan, kalau perlu dilakukan sesering mungkin.

Gen Z bukanlah generasi antikritik. Mereka merupakan generasi yang terbuka soal masukan. Generasi ini ingin memperoleh evaluasi atas hasil pekerjaan yang mereka lakukan. Bahkan, riset yang dilakukan ServiceNow menemukan, mayoritas Gen Z (57%) mengaku ingin menerima masukan beberapa kali dalam seminggu.

059

menemukan bukti akan nilai-nilai yang dianut oleh brand sebelum menjadikannya sebagai pilihan. Ketika 66% Milenial meyakini brand tidak cukup jujur mengenai isu lingkungan, Gen Z justru memiliki persentase lebih tinggi (79%).

Sementara, riset yang dilakukan The Center for Food Integrity (CFI) menunjukkan, ketika perusahaan dapat menunjukkan nilai-nilai mereka terhadap lingkungan, keamanan makanan, kepedulian terhadap hewan, dan manajemen tenaga kerja yang terbaik, maka kepercayaan dari Gen Z pun bisa didapatkan. Hal ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan oleh perusahaan dalam proses perekrutan. Saat menarik talenta-talenta terbaik dari Gen Z untuk bekerja, maka pastikan perusahaan Anda memiliki transparansi soal perilaku bisnis yang Anda lakukan.

“Kami sering mengadakan BOD Talks dengan karyawan secara reguler, Obrolan Bukalapak, Townhouse. Kami juga membuka akses internal chat dari level bawah sampai C-level. Platform ini menjadi upaya kami menciptakan transparansi di Bukalapak,” ungkap Intan Wibisono, Head of Corporate Communications Bukalapak.

Sayangnya, hanya 50% manajer mereka yang memberikan evaluasi sesering itu.

Riset ini juga menemukan kesalahan lain yang kerap dilakukan para manajer dalam memahami karyawan Gen Z di dunia kerja.

Sebanyak 82% manajer percaya, karyawan Gen Z lebih menyukai komunikasi melalui pesan instan. Padahal, 83% karyawan Gen Z mengaku lebih menyukai berkomunikasi secara langsung dengan manajer mereka.

Gen Z ingin memperoleh masukan secara langsung untuk mengetahui sejauh mana hasil kinerja mereka.

“Penilaian performa kerja generasi lama secara umum dilakukan setiap enam bulan sekali. Yang unik, Gen Z lebih senang bila sering diberi masukan. Bagi mereka, kalau bisa setiap minggu mendapatkan feedback.

Mereka adalah orang-orang kreatif dan kritis.

Cara mengelola Gen Z memang harus pas dengan karakter mereka,” kata Sudarmadi Widodo, Human Capital & Corporate Affair Director PT Amerta Indah Otsuka.

Mereka justru menganggap one on one session sebagai perhatian perusahaan dan momentum untuk memberikan ide-ide segar.

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-059_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:54 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 060

40 TIPS & INSIGHTS 25 Goal Oriented

Bukan Sekadar Pemimpi Gen Z hidup dengan berorientasi pada masa depan. Mereka memiliki mimpi-mimpi yang dikejarnya sejak memasuki dunia kerja.

26 Participation

Mitra Co-Creation Gen Z adalah gudangnya ide-ide kreatif.

Perusahaan perlu merangkul dan melibatkan mereka dalam menciptakan produk dan layanan.

Fakta menarik soal perilaku Gen Z terungkap dalam hasil riset yang dirilis American University, Washington DC dalam laporan berjudul Engaging Gen Z on Social.

Dalam riset ini, Gen Z disebut sebagai generasi yang lebih menghargai kerja keras dan berharap harus bekerja untuk mendapat apa yang mereka inginkan. Singkatnya, generasi ini merupakan generasi yang goal oriented.

Gen Z tahu apa yang mereka mau dan bersikukuh untuk memperoleh hal itu. Dalam mendefinisikan kesuksesan, keuangan, pendidikan, dan karier; riset ini menemukan pemikiran Gen Z justru lebih tradisional. Meski demikian, mereka lebih liberal dalam memandang keragaman.

Walau pekerja keras dan independen, bukan berarti Gen Z tidak ingin memperoleh dukungan atas apa yang mereka kerjakan. Gen Z juga haus akan pujian. Mereka bertekad untuk bisa sukses dan mendambakan authenticity.

Secara finansial, generasi ini lebih berhatihati karena merasa memiliki tanggung jawab. Prioritas utama mereka adalah mendapatkan pekerjaan, lulus dari universitas, dan menyimpan uang untuk masa depan.

Sisi gelapnya, bayang-bayang keinginan yang harus terpenuhi membuat Gen Z menjadi generasi yang penuh kekhawatiran dan ketakutan. Positifnya, hal ini menjadikan mereka sebagai generasi yang ekspresif, cerdas, termotivasi, pekerja keras, dan bahkan lebih berhati-hati dibandingkan

generasi senior mereka, Milenial.

Hal ini terpotret dalam riset Gen Z bertajuk Industry Landscape & Future of Works yang dilakukan pada tahun 2019 oleh Rencanamu. Jika generasi Milenial memegang prinsip “bagaimana nanti”, Gen Z justru lebih memikirkan “nanti bagaimana”.

“Mereka tahu apa yang mereka mau, dan memiliki inisiatif untuk meraih hal itu. Ini membuat kita tidak perlu melakukan banyak hal karena mereka sangat cerdas, dan tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,” ungkap Pathama Sirikul, President Director of PT SCG Indonesia.

Namun, perusahaan harus memahami hal apa yang menarik dan diinginkan oleh mereka. Sebab, ketika generasi ini tertarik, maka mereka dapat mencapai tujuan tersebut dengan sangat baik Korn Ferry juga mencoba memotret karakteristik Gen Z di dunia kerja. Mereka melakukan survei kepada para profesional dari segala usia untuk membandingkan perilaku Gen Z dengan Milenial.

Hasil survei menunjukkan, dua pertiga responden (60%) mengatakan, Gen Z lebih optimistis mengenai masa depan. Para responden juga meyakini Gen Z dapat membawa lebih banyak motivasi ke tempat kerja dibandingkan Milenial (53%), dan Gen Z diyakini akan lebih menekankan pada tujuan dari pekerjaan yang mereka lakukan (54%). Kembali lagi, mereka tahu apa yang mereka mau, dan tak segan berkorban untuk mencapai tujuan itu.

Setiap karyawan akan merasa senang bila dilibatkan dan diberi peran untuk membuat produk dan layanan di perusahaan. Kreasi bersama atau co-creation internal ini terbukti mampu membangun rasa memiliki di kalangan karyawan. Apalagi bagi Gen Z yang lincah dalam memberi insiatif-inisiatif baru.

Gen Z merasa menemukan jati dirinya dalam proyek-proyek co-creation.

Proyek co-creation ini tidak sebatas menarik ide-ide dari Gen Z, tetapi melibatkan mereka ke dalam seluruh proses penciptaan produk dan layanan. “Generasi-generasi muda inilah yang memiliki kecakapan digital terkini. Penting bagi mereka untuk mendapat tempat dan kesempatan untuk terlibat,” ungkap Agustina Samara, Chief People Officer DANA. Agar bisa berjalan efektif, perusahaan harus membangun lebih dulu iklim cocreation. Perusahaan bisa membuat kultur yang terbuka sehingga Gen Z ringan tangan memberi kontribusi. “Gen Z memiliki

semangat tinggi, kreativitas, inovasi, dan mampu beradaptasi dengan baik. Ideide yang mereka berikan unik dan tidak konvensional,” kata Head of Corporate Communications Bukalapak Intan Wibisono.

Tidak ada ruginya jika perusahaan mengembangkan proyek-proyek bersama ini dengan menggandeng Gen Z, baik dari kalangan karyawan mereka sendiri maupun kalangan pelanggan. Co-creation di era sekarang menjadi cara efektif dan low budget sehingga perusahaan bisa menciptakan produk secara kreatif dan relevan. Plus, mampu menumbuhkan sense of belonging di kalangan karyawan dan pelanggan.

Betul demikian?

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-060_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:54 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights

40 TIPS & INSIGHTS

061

27 Sustainable Company

Mengakomodasi Tujuan Terlepas dari usia muda, karakter Gen Z yang future-oriented membuat mereka memiliki target yang jelas ketika memilih suatu pekerjaan.

Pemerintahan dan BUMN pun menjadi tempat kerja idaman mereka.

Ketika bicara tentang generasi, karakter menjadi satu hal yang menonjol. Pasalnya, karakter menjadi faktor yang menunjukkan perbedaan yang terlihat cukup jelas antargenerasi. Perbedaan tersebut bisa memperlihatkan cara generasi-generasi yang ada menentukan pilihan penting. Satu di antaranya ketika mereka memutuskan untuk melamar pekerjaan.

Saat ini, startup dianggap sebagai perusahaan yang kian dilirik Gen Z untuk berkarier pascamenyelesaikan pendidikannya. Sistem dan lingkungan kerja ala startup membuat Gen Z lebih tertarik ketimbang bekerja di perusahaan konvensional. Namun, benarkah demikian?

Berdasarkan riset dari LifeWorks bertajuk The Financial Wellness of Gen Z: The Good, The Bad and The Ugly, sebanyak 71% Gen Z merasa cukup stres dengan kondisi keuangan mereka. Padahal generasi ini cenderung visioner dan memiliki outlook keuangan yang tinggi. Hal ini membuat mereka mempersiapkan target yang jelas untuk menghindari stres karena keuangan. Salah satu caranya menemukan pekerjaan yang bisa mengakomodasi tujuan mereka.

Survei yang dilakukan Rencanamu bertajuk Indonesia’s Talent Insight: Gen Z, Industry Landscape, and The Future of Work; pemerintahan dan BUMN justru menjadi pilihan teratas (32%) Gen Z sebagai tempat kerja mereka. Posisi kedua ditempati perusahaan swasta dan multinasional dengan 29%. Dan, sebanyak 20% Gen Z memilih startup untuk meniti karier mereka.

Gen Z melihat, pemerintahan atau BUMN dilihat sebagai tempat yang sustain. Sehingga mereka bisa mendapatkan jaminan keuangan yang jelas. “Semua sebenarnya bergantung dari selera masing-masing individu. Tetapi, karakter mereka dan latar belakang keluarga bisa memengaruhi keputusan Gen Z untuk memilih karier yang ingin dijalani mereka,” ujar Chief People Officer DANA Agustina Samara.

TEMPAT KERJA YANG DIINGINKAN GEN Z 32%

Pemerintah & BUMN Swasta & Multinasional

29%

Digital & Startup

20%

Lainnya

19%

Data di atas adalah gambaran aspirasi tempat kerja Gen Z secara umum. Namun, jika diuraikan lebih dalam berdasarkan segmentasi psikografi dan demografi siswa dan mahasiswa, urutan aspirasi tempat kerja dapat berbeda.

Sumber: Rencanamu, Indonesia's Talent Insight: Gen Z, Industry Landscape, and The Future of Work

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-061_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:54 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 062

40 TIPS & INSIGHTS 29 Corporate Image

Autentik Itu Keren 28 Multitasking

Banyak Kerjaan Tak Masalah Mengerjakan banyak hal dalam waktu bersamaan bukan halangan bagi Gen Z. Mereka juga bersahabat dengan berbagai layar dari beragam perangkat.

Gen Z merupakan pekerja multitasker yang efektif. Kemampuan ini dilatarbelakangi oleh kehidupan mereka yang terbiasa dengan aneka perangkat pintar. Mereka bisa mengerjakan banyak tugas dalam waktu bersamaan. Dan, semua cenderung bisa diselesaikan.

“Multitasking dapat diartikan do your things at one time. Namun, kami lebih menyarankan agar mereka menentukan skala prioritas untuk pekerjaan-pekerjaan mereka,” ujar CEO DANA Vincent Iswara.

Multitasking tidak selalu berhubungan dengan mengerjakan banyak tugas dalam satu waktu. Melainkan, Gen Z bisa mengerjakan sesuatu sembari mendengarkan musik, update berita, berselancar di internet, dan sebagainya.

Berdasarkan riset dari Media Kix, kebanyakan dari Gen Z menghabiskan setidaknya satu jam setiap harinya untuk online. Lebih hebatnya lagi, Gen Z menggunakan banyak layar terkadang dalam satu waktu untuk mengerjakan kegiatan.

Mulai dari menggunakan ponsel pintar sembari bekerja dengan laptop atau tablet.

Perkembangan teknologi yang cepat juga memengaruhi kebiasaan dan kemampuan dari Gen Z. Selain itu, penggunaan media sosial juga memengaruhi kecepatan mereka dalam bergerak dan melakukan multitasking menggunakan perangkat elektronik.

“Gen Z memiliki kecepatan pergantian fokus yang luar biasa. Contohnya, mereka memindahkan satu tab ke tab lainnya saat menggunakan perangkat elektronik. Akan terlihat perbedaannya ketika dibandingkan generasi sebelum mereka,” ungkap Chief People Officer DANA Agustina Samara.

Biasanya, brand image perusahaan menjadi salah satu motivasi Gen Z bekerja di sebuah perusahaan. Di sini, keautentikan harus dijaga dan dibuktikan perusahaan.

Bagi Gen Z, corporate image cukup menentukan apakah ia memilih sebuah perusahaan atau tidak. Termasuk mau bertahan di sana atau memilih keluar.

Meskipun realistis, Gen Z memiliki pegangan nilai yang kuat. Bila perusahaan memiliki corporate image kurang bagus karena diabaikannya nilai-nilai, Gen Z tak akan meliriknya.

Sebenarnya, pertimbangan pada corporate image ini lumrah dilakukan di kalangan calon pencari kerja. Ada sebagian orang yang mencari perusahaan karena image yang bagus. Bagus di sini bisa dimengerti sebagai perusahaan yang sudah mapan dan sustain, beroperasi di sektor teknologi, peduli pada lingkungan, memiliki sistem renumerasi yang

30 Ethics

Jadi Prioritas Utama Perusahaan yang memegang etik dalam berbisnis akan memiliki pelanggan setia. Di samping itu, mempunyai antrean panjang dari orang-orang yang begitu antusias untuk bergabung di dalamnya.

Meski merupakan generasi termuda dalam dunia kerja, Gen Z memiliki pemikiran dan pandangan yang cukup kritis.

Mereka juga punya prinsip yang dipegang, salah satunya dalam hal memilih tempat kerja.

bagus, dan sebagainya.

Bukalapak memiliki misi, yaitu hadir sebagai perusahaan yang mampu memiliki citra bagus sebagai tempat kerja idaman.

“Bukalapak ingin menjadi tempat kerja yang kompak. Kami wujudkan kesolidan supaya Bukalapak dapat menghasilkan dampak yang maksimal,” jelas Head of Corporate Communications Bukalapak Intan Wibisono.

Namun, sebagus-bagusnya image, kalau tidak autentik juga akan ketahuan. Keaslian atau keautentikan menjadi hal yang menarik bagi Gen Z. Berdasarkan survei dari Irregular Labs, 67% dari Gen Z setuju bahwa menjadi autentik merupakan hal yang keren dan bisa meningkatkan citra suatu brand atau perusahaan.

Meski sudah memiliki pandangan kritis, Gen Z biasanya tidak ingin melibatkan dirinya dalam hal-hal berbau politik. Hal tersebut terlihat dari riset Alvara bertajuk Indonesia Gen Z and Millenial Report 2020 yang mengungkapkan bahwa Gen Z dan Milenial malas dengan dunia politik. Karena, bagi mereka, politik merupakan dunia serius dan menjenuhkan. Meski bukan anti, mereka lebih memilih tidak terlibat jauh persoalan politik.

Kendati demikian, Gen Z cukup fokus pada hal-hal yang berbau etika dalam suatu perusahaan. Contohnya saja, mereka akan condong pada perusahaan atau merek yang transparan mengenai isu-isu tertentu.

Karena, mereka merupakan generasi yang teredukasi dengan baik serta memiliki keingintahuan tinggi mengenai suatu perusahaan dan realitas di belakangnya.

Survei McKinsey bertajuk True Gen: Generation Z and its implications for companies, bahkan menemukan para konsumen yang termasuk dalam Gen Z, membeli barang dari perusahaan yang mereka anggap beretika. Sebanyak 80% di antara responden menolak membeli barang dari perusahaan yang terlibat dalam skandal.

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-062_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:54 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights

40 TIPS & INSIGHTS 31

063

33

Entrepreneurial Spirit

Berani Coba Hal Baru

Benefit

Melampaui Gaji Bekerja bagi Gen Z bukan sebatas gaji. Gen Z mengejar benefit lain yang mampu mendongkrak nilai pekerjaan mereka.

Mental suka tantangan dan berani mencoba hal-hal baru harus menjadi pertimbangan perusahaan untuk berinvestasi serius pada Gen Z. Apalagi, generasi ini memiliki jiwa entrepreneur.

32 Challenge

Suka Tantangan Salah satu mental yang diunggulkan dari Gen Z adalah mental entreprenuer.

Kehidupan mereka yang dikelilingi dengan gawai, internet, dan aneka platform digital membuat Gen Z memiliki gen inovatif, kreatif, produktif, berorientasi pada tujuan, dan realistis. Selain itu, mereka juga pragmatis dan berani mengambil risiko.

Riset EY pernah menyebutkan, 89% Gen Z lebih suka menghabiskan waktu untuk halhal kreatif ketimbang hangout. Sementara, 62% generasi ini memilih untuk memulai usahanya sendiri ketimbang bekerja untuk perusahaan yang sudah mapan. Sebanyak 71% dari mereka mengetahui usaha mereka akan mengalami kegagalan. Namun, generasi ini melihat kegagalan sebagai kesempatan belajar.

Pada dasarnya, Gen Z lahir sebagai generasi yang menikmati active leisure.

Artinya, mereka senang bila bisa menghasilkan sesuatu dari kegiatan yang mereka anggap sebagai momen yang harus dinikmati.

“Karyawan Gen Z senang mencoba hal baru. Mereka gemar berinovasi dan memberi ide segar. Perusahaan harus bisa mengakomodasi ide-ide mereka dan menyesuaikan potensi ini dengan core identity perusahaan,” kata Sudarmadi Widodo, Human Capital & Corporate Affair Director PT Amerta Indah Otsuka.

Karakter Gen Z ini menjadi modal besar bagi perusahaan di masa depan. Sebab itu, memberdayakan mereka bukanlah upaya yang buang-buang duit dan energi.

Melainkan sebuah investasi besar demi kelangsungan bisnis perusahaan. Apalagi populasi Gen Z di dunia kerja makin bertambah dari tahun ke tahun.

Semakin menantang sebuah pekerjaan, semakin senang Gen Z menjalaninya. Tantangan menjadi pemicu Gen Z untuk bertindak lebih kreatif.

Bagaikan seorang peselancar yang menunggangi ombak, Gen Z sangat menyukai tantangan. Bahkan, ketika mereka mengalami kegagalan. Menurut studi EY tahun 2018, 80% Gen Z menjadikan pengalaman gagal sebagai pemicu untuk lebih inovatif.

Sementara, 17% Gen Z mengatakan kegagalan justru menjadi persiapan mereka menghadapi tantangan-tantangan baru.

Tentunya, dengan melihat karakter Gen Z yang seperti itu, perusahaan tidak perlu ragu memberi tugas-tugas yang menantang. Tugas-tugas tersebut justru akan membangkitkan adrenalin mereka untuk membuktikan kemampuan. Mereka senang dengan hal-hal yang ada di luar zona nyaman mereka. Selain itu, mereka juga berani mengambil risiko, mengejar karier, dan menjaga stabilitas keuangan.

Evan Januli, Head of Marketing EF Adults mengatakan, Gen Z ini sangat unik. Gen Z selalu mencari hal baru untuk menguji kemampuan mereka. Generasi ini memiliki pengenalan diri cukup bagus sekaligus optimisme untuk mencapai target-target yang menantang.

“Dengan menantang dirinya sendiri, Gen Z akan mengetahui kemampuan diri mereka yang sebenarnya. Semangat ini yang perlu dipupuk terus,” kata Evan.

Kebebasan mereka dari zona nyaman bisa menjadi modal besar bagi perusahaan untuk terus melakukan transformasi agar tetap relevan dengan kebutuhan zaman. Pasalnya, karyawan Gen Z itulah yang menjadi motormotor perubahan dalam perusahaan.

Jadi, bila ingin memenangkan hati karyawan Gen Z, beri mereka tantangan!

Laporan Perkbox berjudul 2018 Great Perk Search Report menyebutkan, lebih dari 36% Gen Z mengakui bahwa tawaran dari perusahaan menjadi faktor penting mengapa mereka bekerja di sana. Sebanyak 32% Gen Z memilih benefit kecil yang dapat mereka nikmati secara reguler. Contohnya, pesta cuti ulang tahun (86%), kopi dan minuman hangat gratis (85%), dan jam kerja yang fleksibel (83%).

Chieu Cao, CMO & Co-Founder Perkbox mengatakan, gelombang kedua Gen Z telah menyelesaikan pendidikan tinggi dan masuk ke dunia kerja pada tahun 2018.

Melihat hal ini, harusnya perusahaan mulai menyadari hal-hal yang diinginkan Gen Z di dunia kerja. “Penawaran benefit dengan mempertimbangkan keinginan Gen Z bisa menjadi cara untuk menarik talenta terbaik dari demografi ini,” kata Chieu.

Riset tersebut juga menyebut Gen Z senang dengan makan siang gratis di kantor (82%), perawatan kesehatan badan dan gigi pribadi (80%) sebagai keuntungan yang didapatkan ketika bekerja. Benefit terkait jaminan kesehatan menjadi hal utama yang diharapkan Gen Z. Shopee Indonesia misalnya, menerapkan pendekatan dengan benefit ini untuk menarik talenta muda Gen Z. Pemain e-commerce asal Singapura ini menyediakan makan pagi, siang, malam, dan kudapan gratis untuk semua karyawannya.

“Selain benefit, kami memberikan solusi agar karyawan tidak perlu mencari makan siang di luar sekaligus memaksimalkan kinerja dengan menjaga perut mereka terus terisi. Terbukti, sistem ini memberikan loyalitas yang cukup tinggi di kalangan karyawan terhadap Shopee,” kata Adi Rahardja, Head of Fashion and Lifestyle Shopee Indonesia.

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-063_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:55 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 064

40 TIPS & INSIGHTS

35 Update

34 Collaboration

Antikerja Sendiri Meski hidupnya melekat dengan perangkat pintar, Gen Z tidak antisosial. Mereka lebih senang berkolaborasi ketimbang bekerja sendiri.

Orang-orang mengira anak-anak muda yang kebanyakan main gawai adalah anak-anak yang antisosial. Mereka menjadi orang yang sibuk dan asyik sendiri dengan gawainya.

Sayangnya, asumsi tersebut keliru. Di tempat kerja, selain memilik passion tinggi dalam bekerja, Gen Z bukan tipe single fighter. Mereka lebih senang bekerja dalam tim. Sebab itu, mereka lebih senang memilih perusahaan yang memiliki lingkungan kerja yang terbuka, kolaboratif, sekaligus team-friendly. Mereka juga menyukai relasi positif dengan rekan kerja baik saat online maupun offline.

Riset yang dilakukan oleh EY (2016) mengatakan, lebih dari 90% Gen Z menginginkan tim yang mampu bekerja sama – baik kerja sama antarmanusia maupun manusia dengan robot.

Sementara itu, Workforce Institute melalui laporannya Generation Z in the Workplace (2019) mengatakan 44% dari 3.400 orang Gen Z secara global lebih memilih untuk bekerja secara langsung dengan rekan kerjanya. Sebanyak 39% di antaranya memilih berkomunikasi secara langsung dibandingkan lewat e-mail atau pesan teks (9%).

Manashi Guha, General Manager Consumer Products Division L’Oréal Indonesia, mengatakan bekerja secara kolaboratif nyatanya bisa meningkatkan fleksibilitas karyawan dalam bekerja.

“Kami membentuk lingkungan kantor yang lebih terbuka.

Iklim kondusif untuk berkolaborasi kami bangun. Kolaborasi memungkinkan pekerjaan bisa cepat selesai. Apalagi kolaborasi yang face-to-face. Anak-anak muda di L’Oréal lebih cenderung melakukannya. Sekat antardivisi pun kami hilangkan,” kata Guha.

Selain kolaborasi tatap muka, L’Oréal juga mengembangkan kolaborasi digital. Gen Z yang senang bekerja di mana saja dan kapan saja difasilitasi untuk membangun kolaborasi secara online.

FOMO Selalu update menjadi kebutuhan sekaligus keunggulan Gen Z. Akses internet tak terbatas melalui ponsel pintar membuat mereka tak ingin ketinggalan berita.

Salah satu ketakutan yang menghantui Gen Z adalah ketinggalan informasi terbaru. Mereka selalu memantau informasi maupun trentren baru terkait hal-hal yang mereka sukai. Entah itu gawai, berita, pakaian, gaya rambut, film, games, artis idola, dan sebagainya.

Riset berjudul We are Gen Z: Their Power and Their Paradox dari We Are Social pada tahun 2019 mengatakan hampir 64,5% Gen Z mendapatkan berita terkini dari media sosial. Sementara, laporan berjudul Gen Z Insight: Brands and Counterfeit Products dari INTA (2019) mengatakan tiga besar sumber informasi bagi Gen Z adalah online, YouTube, dan influencer di media sosial. Laporan ini menunjukkan Gen Z cenderung menginginkan sumber informasi yang cepat. Akibatnya, mereka memiliki tendensi FOMO (fear of missing out).

Gen Z yang FOMO ternyata berpengaruh pada tuntutan mereka terhadap perusahaan. Karin Zulkarnaen, Chief Marketing Officer Allianz Indonesia mengungkapkan, karyawan Gen Z menginginkan perusahaan untuk menyampaikan berbagai informasi dengan cepat.

Baik informasi dari lingkungan kantor atau luar kantor.

“Perusahaan harus terus update terhadap berbagai macam informasi untuk memenuhi tuntutan karyawan Gen Z yang haus dengan insight. Untuk itu, kami menggunakan berbagai jenis platform pesan dan media sosial, seperti LINE, Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, agar semua karyawan dapat bertukar informasi dan keep updated kapan pun dan di mana pun,” jelasnya.

Lebih lanjut, Karin mengakui tendensi FOMO yang dimiliki Gen Z memiliki sisi yang positif. Dengan adanya sikap selalu ingin tahu dan terus mencari tahu, anak-anak muda ini akan mendapatkan banyak informasi, inspirasi, dan pengetahuan. “Hasil dari FOMO adalah Gen Z yang kreatif dan ini tentu menjadi potensi bagus yang harus dikembangkan oleh perusahaan,” tutupnya.

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-064_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:55 PM

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-065_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:55 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 066

40 TIPS & INSIGHTS 36 Value Oriented

Nilai Lebih Berarti Gen Z lebih memprioritaskan nilai ketimbang gaji. Mereka mengharapkan kinerjanya memberi nilai bagi dunia.

Gen Z memang menginginkan keamanan finansial, tetapi mereka juga tidak mau mengorbankan idealisme mereka demi dunia yang lebih baik.

Riset Rencanamu (2019) berjudul Gen Z, Industry Landscape & Future of Works menunjukkan hanya 12% responden yang menjadikan gaji dan tunjangan sebagai motivasi dalam bekerja. Riset Korn Ferry yang dilakukan di Amerika juga memperlihatkan hal yang sama,

ketimbang Milenial (58%), Gen Z lebih tidak memprioritaskan gaji (42%).

Penelitian terbaru dari Girls With Impact Report 2019/2020 menunjukkan, 65% Gen Z ingin membuat perubahan dari isu yang mereka embuskan. Mereka bahkan tidak segan untuk berdonasi demi mewujudkan perubahan tersebut. Selain itu, 45% dari mereka ingin bekerja di perusahaan yang dapat membawa dampak positif bagi dunia.

“Kami melihat Gen Z bekerja bukan hanya untuk mencari uang. Mereka ingin menyumbangkan sesuatu yang berdampak baik untuk dunia dan sekitarnya melalui perusahaan. Soal ini, perusahaan harus mendukung penuh sikap mereka,” kata Suwandi Soh, CEO dan Founder Mekari.

Perusahaan perlu memfasilitasi para karyawan muda ini. Caranya dengan menghargai komitmen mereka, memberikan sentuhan filantropis, dan mengadakan kegiatan amal yang berarti. Selain itu, kiprah mereka juga perlu diapresiasi.

Gen Z benar-benar ingin membuat perbedaan bagi dunia. Jadi, mengapa perusahaan tidak membantu mereka?

How does Gen Z want to make an impact?

Respondents list their top 5 ways 65%

60% 45%

40%

39% 22%

18% 6%

M

ak ea

C H W M En Ot W in rea ch av w or do ak he ga or no te or k e a e n c ng h k ld fo r ge va s at m f i r o e di or e on ld tiv m ch in in t ffe a r h a e an no e/ et ac % y e en no re w hin w w gi va tiv to to nc n or g o n t h is rld o g. iv et p c ld m ha ro co e w -c o / f it ri ill a ha t ca y /N ng us in GO e g

4% Be

co m

e

a

po lit

ic

ia

n

Sumber: Girls With Impact Report 2019/2020, What's on the Minds of Gen Z

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-066_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:55 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights

40 TIPS & INSIGHTS

067

37 Tour of Duty

Haus Pengalaman Dikatakan jika Gen Z menyukai bekerja secara kolaboratif. Namun, mereka juga benci bekerja secara repetitif. Mereka selalu membutuhkan tantangan baru agar tidak jenuh.

Riset Deloitte (2017) berjudul Generation Z Enters the Workforce mengatakan, Gen Z lebih memilih pekerjaan yang dapat memperbanyak pengalaman mereka.

Perusahaan dapat membantu memenuhi kebutuhan tersebut melalui program rotasi terstruktur, baik secara tradisional (vertikal) maupun nontradisional (horizontal).

Untuk karyawan Gen Z, rotasi horizontal menjadi sangat tepat untuk dilakukan. Namun, perusahaan juga perlu memerhatikan pekerjaan seperti apa

yang diinginkan oleh karyawan mereka.

Melalui analisis data, perusahaan dapat memiliki pemahaman yang jelas mengenai kemampuan, pengalaman, dan perilaku individu sehingga peran baru yang diberikan dapat berhasil.

Mekari, perusahaan penyedia platform bisnis berbasis cloud, melihat pentingnya rotasi kerja bagi Gen Z. Perusahaan ini memandang rotasi pekerjaan dapat menumbuhkan ide-ide baru dan segar dalam pengembangan produk di Mekari. Hal itu

juga menguntungkan karyawan itu sendiri.

“Kami mengadakan rotasi pekerjaan, terutama pada beberapa proyek tertentu.

Kami mengerti kalau Gen Z menyukai tantangan baru. Di samping itu, rotasi pekerjaan juga dapat menambah portofolio hingga menjadi ruang bagi generasi ini untuk mengeksplorasi diri,” jelas Rieka Handayani, Head PR & Content Mekari.

Rotasi pekerjaan ini tentunya menjadi salah cara perusahaan menumbuhkan loyalitas karyawan Gen Z.

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-067_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:55 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 068

40 TIP 38 Financial Guide

Stres Urusan Duit Tumbuh di tengah ketidakstabilan ekonomi yang dialami oleh orang tuanya membuat Gen Z lebih memiliki kesadaran pada pengelolaan keuangan yang baik. Mereka pun berharap perusahaan bisa menghadirkan program pengelolaan keuangan.

Gen Z merupakan generasi yang pragmatis.

Mereka menyukai bila dapat rasa aman dan stabil secara finansial. Riset Rencanamu bertajuk Gen Z, Industry Landscape & Future of Works menyebutkan, salah satu prioritas Gen Z saat mencari kerja adalah ditawarkannya stabilitas finansial.

Riset yang dilakukan oleh Synchrony menunjukkan Gen Z lebih jarang memiliki kartu kredit (26%), dan lebih banyak menggunakan kartu debit (64%). Tetapi, bagi mereka yang memiliki kartu kredit dan sudah memiliki penghasilan sendiri, lebih mungkin memprioritaskan uang mereka untuk ditabung (23%).

Survei LifeWorks (2018) mengenai The Financial Wellness of Gen Z mengatakan, meski Gen Z telah sadar akan pentingnya pengelolaan keuangan, mereka masih mungkin mengalami stres secara finansial (71%). Untuk mengatasi hal tersebut, mayoritas Gen Z setuju jika perusahaan dapat menawarkan program mengenai financial wellness (84%).

Generasi Milenial mungkin disebut sebagai avocado toast, tetap Gen Z memiliki prioritas finansial yang sangat berbeda. Gen Z akan sangat mengapresiasi perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan dan kemampuan mereka, salah satunya dalam hal finansial melalui melalui program financial wellness.

Mereka juga menyukai berbagai metode untuk mendukung financial wellness, termasuk asuransi kesehatan dan program diskon.

Tokopedia menjadi salah satu perusahaan

yang melihat akan pentingnya program financial wellness bagi Gen Z. “Kami ada lima konsep wellbeing yang akan dikampanyekan tahun ini, salah satunya financial wellbeing.

Hal ini penting karena Gen Z memiliki banyak opsi dan informasi, apalagi kalau mereka sudah memiliki uang sendiri,” kata Nanang Chalid, Vice President People Tokopedia.

Most important aspect of the financial wellness program: 19% Financial management tools (for budgeting, spending tracking, etc.)

32% Financial education workshops and seminars

26% Financial coaching and counseling services

Sumber: LifeWorks, 2018, The Financial Wellness of Gen Z

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-068_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:55 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights

40 TIPS & INSIGHTS

069

39 Problem Solver

Pemecah Masalah Kekinian Literasi atau pengetahuan Gen Z yang terus diperbarui bisa membantu perusahaan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kekinian.

Gen Z dapat menjadi agen perubahan bagi perusahaan.

Menurut data dari LinkedIn pada tahun 2018, sebanyak 76% Gen Z merasa bahwa keterampilan yang diperlukan dalam dunia kerja saat ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Keterampilan baru tersebut lebih mengusung problem solving dan knowledge sharing.

Gen Z menjadi salah satu generasi yang memiliki penyelesaian masalah yang kuat. Lahir di era disrupsi mengajarkan generasi ini lincah menghadapi perubahan.

Mereka telah melihat dunia yang penuh kerusakan dan mengerti masalah apa yang harus diselesaikan dengan cepat. Gen Z pun diarahkan untuk dapat memperbaiki,

mengubah, dan menciptakan solusi, serta membuka peluang baru.

Perusahaan perlu melihat peluang dari kecakapan Gen Z tersebut. Dengan kemampuannya, Gen Z dapat menjadi aset yang berharga bagi perusahaan untuk ke arah perubahan, terutama untuk menyelesaikan masalah yang kekinian.

Lintasarta, perusahaan yang bergerak di bidang penyedia jasa komunikasi data pun mencoba memanfaatkan keterampilan Gen Z dalam menyelesaikan masalah.

Sebelumnya, perusahaan ini bergerak di bidang business-to-business (B2B).

Sedikitnya pertumbuhan mendorong

Lintasarta masuk ke segmen business-toconsumer (B2C) dan mulai menggandeng Gen Z. “Dengan memperkerjakan karyawan muda, terutama Gen Z, kami mampu memecahkan masalah dengan aneka solusi,” kata Suci Andrini, Senior Manager Corporate Communication Lintasarta.

Jadi, bila perusahaan Anda menghadapi persoalan-persoalan kekinian, ada baiknya mulai meminta bantuan dari Gen Z yang juga karyawan kekinian. Tak perlu meremehkan mereka karena usianya paling muda. Betul?

March 2020 |

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-069_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:56 PM

N

A V I

G A T O

R

GenZ@Work: 40 Tips & Insights 070

40 TIPS & INSIGHTS 40 Recognition

Jangan Lupa Hargai Mereka Pengakuan terhadap kinerja terbukti mampu meningkatkan motivasi dan loyalitas karyawan.

Gen Z juga membutuhkan apresiasi tersebut.

Pengakuan terhadap performa kinerja karyawan menjadi hal penting.

Pengakuan ini menjadi bukti bahwa perusahaan tersebut menghargai mereka yang telah bekerja dengan baik. Bentuk penghargaannya bisa beragam. Bisa berupa promosi jabatan atau sekadar pujian. Sekecil apa pun bentuknya, karyawan akan merasa dihargai.

Gen Z pun demikian. Mereka merasa dihargai ketika kerja keras mereka diapresiasi. Bahkan, jika apresiasi atau pengakuan itu dilakukan di depan publik di perusahaan tersebut. Misalnya, diumumkan pada saat acara kantor atau melalui email

blast ke seluruh karyawan.

Ingat, Gen Z sangat memegang teguh nilai profesionalitas dalam bekerja. Begitu profesionalitas ini diciderai dengan tiadanya penghargaan, mereka berpotensi keluar dari perusahaan tersebut.

Intan Wibisono, Head of Corporate Communications Bukalapak mengatakan, ada beberapa faktor yang memengaruhi motivasi karyawan dalam bekerja, yaitu peranan langsung manajer, employee recognition, serta pemberian peran untuk setiap karyawan.

“Hal-hal ini sangat penting karena bisa membuat karyawan merasa dipercaya dan

dihargai. Bahkan, mampu mendorong mereka untuk membuktikan potensi terbaiknya. Ujungnya, ini akan memberi kontribusi pada kemajuan perusahaan,” kata Intan.

Survei Society of Human Resource Management (SRHM) tahun 2019 mengatakan, sebanyak 79% responden akan lebih loyal pada perusahaan ketika mendapatkan pengakuan. Mereka kemudian berpotensi menjadi promotor perusahaan baik di internal maupun eksternal.

Jadi, sudahkah perusahaan Anda mengapresiasi karyawan-karyawan muda yang penuh dedikasi ini?

| March 2020

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-070_R1.pdf 1

2/21/2020 2:04:58 PM

MARKPLUS INSTITUTE CERTIFICATION PROGRAM

Enabling Marketing Excellence

SERVICE OPERATION

BRAND MANAGEMENT

Program Persiapan Menghadapi Sertifikasi Pemasaran di Bidang Service

Program Persiapan Menghadapi Sertifikasi Pemasaran di Bidang Brand

Jakarta | 3 - 6 Maret 2020 09.00 - 17.00 WIB

Jakarta | 10 - 13 Maret 2020 09.00 - 17.00 WIB

Service Certification Program adalah bagian dari MarkPlus Institute Certification Program (MICP) yang merupakan persiapan menghadapi sertifikasi pemasaran di bidang pelayanan. Materi pelatihan pada program ini:

Brand Certification Program adalah bagian dari MarkPlus Institute Certification Program (MICP) yang merupakan persiapan menghadapi sertifikasi pemasaran di bidang merek.

Materi pelatihan pada program ini:

• Sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasionat (SKKNI) No. 389/2013 untuk tenaga pemasaran • Dilengkapi dengan contoh penerapan unggulan serta tools yang aplikatif bagi dunia kerja dan terdapat sesi diskusi dan latihan bagi peserta.

• Materi yang disampaikan di kelas tutorial dan diujikan kepada peserta merupakan perpaduan antara konsep akademis dengan contoh praktis dari dunia bisnis.

• Dilengkapi dengan contoh penerapan unggulan serta tools yang aplikatif bagi dunia kerja dan terdapat sesi diskusi dan latihan bagi peserta.

• Materi yang disampaikan di kelas tutorial dan diujikan kepada peserta merupakan perpaduan antara konsep akademis dengan contoh praktis dari dunia bisnis.

Program MICP untuk topik brand dibagi ke dalam: Brand Operation, Brand Management, dan Brand Strategy.

Program MICP untuk topik service dibagi ke dalam: Service Operation, Service Management, dan Service Strategy

Tutorial Fee Per Program Rp 6,000,000 per person Rp 16,000,000 per 3 persons

Examination Fee Per Program Rp 1,700,000 per person Subject Exclude 10% VAT

Get Your Best Deals Starts From Rp 2,500,000 - Rp 7,500,000

Venue :

Information :

MarkPlus Main Campus EightyEight@Kasablanka, 8th Floor Jl. Casablanca Raya Kav. 88 Jakarta 12870

Gio 0823 6410 9559

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-071.PDF 1

Only at

shop.marketeers.com

maria.tumanggor@markplusinc.com

2/20/2020 8:56:39 AM

Enabling Marketing Excellence

Advancing Competencies

ACTION LEARNING PROGRAM

BUILDING OMNI SERVICE ORGANIZATION

10 – 12 Maret 2020 Philip Kotler Theater Markplus Main Campus Eightyeight@Kasablanka, 8th Floor Jl. Casablanca Raya Kav.88 Jakarta 12870

INFORMATION: SHIFA M: +62 878 7321 5112 P: +62 21 5790 2338 ext. 662 siti.patima@markplusinc.com

OVERVIEW Dalam perjalanannya, service/layanan selalu mengalami peruahan. Di era 1.0 berbasis produk, juara yang berkualitas kemungkinan akan muncul sebagai pemenang. Karena itu, semua orang akan fokus pada kontrol kualitas dan perbaikan atau 'Kaizen'. Di era 2.0 berbasis pelanggan, pelanggan menjadi "Pusat Definisi Kualitas", oleh karena itu layanan dan kepuasan pelanggan menjadi target utama. Dalam perjalanan ke era 3.0, layanan secara bertahap berubah menjadi CARE. Layanan pelanggan akhirnya berubah menjadi lebih horizontal, inklusif, dan sosial. Pelanggan tidak lagi dipandang sebagai 'Raja' tetapi 'Teman'. Sekarang, di era 4.0 atau apa yang bisa kita sebut digital era, pemenang akan menjadi orang yang bisa ‘Memberdayakan’ pelanggan melalui omni-channel dan service delivery secara real time. Action Learning Program (ALP) ini akan membahas bagaimana elemen-elemen service seperti physical evidence, process, dan people dapat disinergikan untuk dapat memberikan empowerment kepada pelanggan sehingga perusahaan mampu memberikan NOW service

WHO SHOULD ATTEND

OUTLINE

• • • • •

• Memahami anxieties & desires dari customer di era service 4.0 • Memahami customer journey untuk memperbaiki customer experience • Memahami cara untuk membangun service culture di perusahaan

Human Resource Manager Service Manager Strategic Planning Manager Organizational Development Specialist Individuals Who Plan and Implement Service Strategic Action

GET YOUR BEST DEALS STARTS FROM RP 2,000,000 - 7,000,000

PARTICIPATION FEES: RP 7,000,000/PERSON RP 18,000,000/3 PERSON markplusinstitute.com 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-072_R1.pdf 1

ONLY AT shop.marketeers.com

markplusinstitute

MarkPlus Institute 2/21/2020 2:04:58 PM

Momentum UBAH KETIDAKPASTIAN JADI MOMENTUM

P. 074

MOMENTUM MAR20.indd 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-073.PDF 1

19/02/20 2/20/2020 8:56:3922.15 AM

M

O

M

E N

T

U

M

019 074

Ubah Ketidakpastian Jadi Momentum Perekonomian tahun 2020 diprediksi masih kurang stabil. Beragam ketidakpastian akan menghantui para pelaku usaha. Namun, pelaku UKM harus tetap optimistis dengan mengubah ketidakpastian tersebut menjadi momentum usaha.

Oleh Andi Nur Baumassepe Dosen FEB Universitas Hasanuddin dan ICSB Indonesia Chapter Makassar

lasan Majalah Marketeers edisi November 2019 tentang outlook ekonomi dan bisnis tahun 2020 menarik. Dikatakan, sepanjang tahun 2020, dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) akan menghadapi kondisi eksternal yang berdampak pada bisnis mereka.

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China misalnya, yang kemudian diikuti oleh negara lainnya.

Ada pula kebijakan proteksionisme yang dilakukan beberapa negara untuk melindungi perdagangan internasional masing-masing.

Ditambah dengan kondisi perlambatan pertumbuhan global dan krisis Teluk yang makin nyata.

Pada September tahun ini, Indonesia akan kembali menghadapi perhelatan politik dalam pilkada serentak. Ada 270 daerah yang akan menggelar pemilihan kepala daerah – diperinci dengan sembilan pilkada tingkat provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota.

| March 2020

MOMENTUM MAR20.indd 2 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-074.PDF 1

19/02/20 2/20/2020 8:56:3922.15 AM

M

O

M

E N

T

U

M

075 Tentu saja, perhelatan ini akan memunculkan riak-riak yang diharapkan tidak mengancam ekonomi dan bisnis di daerah penyelenggara pilkada. Pelaku usaha harus bisa mencermati dan melihat tren isuisu tersebut.

Ada dua hal besar yang dihadapi pelaku UKM saat ini. Pertama, melemahnya daya beli konsumen yang akan berpengaruh terhadap sikap konsumen. Kedua, kenaikan biaya operasional usaha bagi pelaku UKM. Perubahan Sikap Konsumen Menghadapi kondisi tersebut, konsumen terpaksa mengetatkan sejumlah pos belanja mereka. Kalau perlu memotong sebagian anggaran belanja rumah tangga. Pada kondisi krisis, konsumen akan berperilaku lebih kritis, lebih rasional, dan berbelanja sesuai dengan kebutuhan.

Dalam kondisi normal, sikap konsumen pada pembelian produk atau jasa bisa diklasifikasi menjadi tiga jenis. Pertama, konsumen yang mempertimbangkan pentingnya relasi antara kualitas dan harga atau disebut value-oriented-customer.

Kedua, konsumen yang lebih mementingkan harga ketimbang kualitas atau priceoriented customer. Ketiga, konsumen yang menempatkan pentingnya membeli produk dengan merek terpercaya atau qualityoriented customer.

Kondisi ekonomi bisa mengubah sikap

konsumen. Saat perekonomian terganggu dan daya beli konsumen turun, sikap konsumen akan beralih yang biasanya menempatkan pentingnya merek yang terpercaya menjadi lebih mempertimbangkan hubungan kualitas dan harga.

Konsumen yang berada di segmen menengah bawah pilihannya akan cenderung price-oriented customer. Dengan kata lain, mereka akan membeli produk murah sesuai dengan kemampuannya tanpa menimbang kualitas. Ini dilakukan karena isi dompet terbatas.

Biaya Operasional Terus Meningkat Banyak perusahaan manufaktur saat ini menghadapi kenaikan biaya operasional.

Kenaikan harga bahan baku dan beban operasi menjadi momok perusahaanperusahaan besar tersebut, termasuk juga bagi pelaku UKM. Nilai tukar rupiah atas dolar AS misalnya, cukup berpengaruh.

Akhir tahun 2018, nilai tukarnya mencapai Rp 14.000 – meski awal tahun 2019 sudah berada lagi pada Rp 13.700. Namun, bila ditarik garis lima tahun ke belakang, telah terjadi kenaikan sekitar 8%-10%. Artinya perusahaan harus cukup kuat bertahan membeli bahan baku yang tiap tahun naik.

Belum lagi biaya tenaga kerja yang terus naik dengan adanya perubahan UMP (Upah Minimum Provinsi) yang di setiap daerah naik sekitar 8%-10 %. Tentunya, ini bakal berdampak pada tergerusnya laba usaha.

Entah disebabkan oleh naiknya biaya operasional hingga potensi pajak yang harus dibayarkan.

Menjaga harga jual tetap kompetitif di tengah kenaikan biaya produksi menjadi perhatian utama bagi pelaku usaha saat ini.

Modifikasi produk tanpa menghilangkan atribut produk menjadi solusi. Salah satu caranya dengan membuat kemasan yang ekonomis dan murah. Strategi diferensiasi agar produk kita memiliki nilai unik dibanding pesaing harus tetap dilakukan.

Tanpa kehilangan fokus pada produksi berbiaya murah.

Selain itu, kita perlu menyederhanakan rantai distribusi dan memotong biaya logistik. Kebijakan distribusi dengan memanfaatkan internet dapat kita lakukan.

Internet digunakan oleh pemasaran karena sifatnya low budget high impact. Apalagi masyarakat sudah terbiasa dengan belanja online. Tidak ada alasan lagi produk kita tidak bisa diakses secara online, baik melalui platform yang kita bikin sendiri atau memanfaatkan marketplace atau kanal intermediasi lain. Misalnya, bergabung dengan platform Blibli, Bukalapak, Shopee, Tokopedia, dan Lazada Indonesia.

Bagi UKM kuliner, kanal GoFood atau GrabFood bisa menjadi alternatif yang patut dipertimbangkan. GoFood mengklaim pada akhir tahun 2019 telah menembus 50 juta transaksi setiap bulan. Banyak UKM kuliner sukses mendongkrak omzet setelah bergabung dengan kedua platform tersebut.

Selain itu, konsumen saat ini lebih senang memesan makanan melalui aplikasi. Ini menjadi peluang yang harus ditangkap oleh pelaku UKM. Karenanya, mereka perlu belajar strategi pemasaran digital.

Pelaku UKM perlu berhati-hati dalam pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan. Investasi dalam bentuk diversifikasi usaha yang sifatnya masih coba-coba dan kurang studi kelayakan perlu dihindari. Perusahaan tidak perlu tergiur dengan fasilitas kredit murah yang terus menerus ditawarkan oleh bank ataupun fintech. Menjaga likuiditas keuangan dan memperkuat modal justru dibutuhkan saat ini. Bukan malah memperbanyak utang.

Semua itu bukan pekerjaan mudah.

Sebagai pelaku usaha, optimistis atau pesimistis adalah pilihan kita masingmasing. Bila kita optimistis, kondisi tadi bisa kita perlakukan sebagai tantangan dan momentum yang harus kita menangkan.

Intinya, menghadapi kelesuan ekonomi tersebut, perusahaan harus cerdas mengeksekusi kebijakannya. Entah dengan memangkas biaya operasional, membangun diferensiasi produk, mempelajari perilaku konsumen, hingga menjaga keuangan perusahaan tetap sehat.

March 2020 |

MOMENTUM MAR20.indd 3 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-075_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:5818.50 PM

Advancing Competencies

PUBLIC EDUCATION PROGRAM

REMARKABLE EFFECTIVE MANAGER/ LEADER

Enabling Marketing Excellence

HANDLING CUSTOMER’S COMPLAINT Taktik Jitu Mengatasi Keluhan dan Kekecewaan Customer

09.00 -12.00

14.00 -17.00 Kepemimpinan adalah sesuatu yang dibutuhkan semua orang yang dapat diterapkan untuk berbagai kebutuhan. Banyak orang berpikir bahwa kepemimpinan adalah bakat, sehingga tidak semua orang dapat menjadi pemimpin.

Program pelatihan Leadership 3.0 akan mengajak anda untuk membuktikan bahwa semua orang dapat menjadi pemimpin melalui peningkatan aspek-aspek kepemimpinan.

Pelatihan ini memberikan contoh, langkah, dan tips yang dapat diterapkan untuk meningkatkan leadership skill.

Dapatkan taktik jitu menangani kekecewaan maupun keluhan customer. Hati-hati jika anda menganggap remeh kekecewaan maupun keluhan customer. Pada masa sekarang, customer semakin terinformasi dan terkoneksi. Standar mereka terhadap kualitas pelayanan yang diberikan pun menjadi semakin tinggi. Kecenderungan untuk menyampaikan keluhan tidak hanya menyampaikannya ke perusahaan, namun juga ke teman, keluarga, juga kolega mereka. Kesalahan penanganan dapat mengakibatkan perusahaan kehilangan banyak customer. Ketahui cara-cara efeketif dalam penanganan keluhan secara tuntas dalam pelatihan kali ini.

WHO SHOULD ATTEND

WHO SHOULD ATTEND

Company officers, Team Leaders, Department Managers dan berbagai fungsi terkait lainnya

Customer Service Officers, Customer Relation Officers, Customer Care Officers Supervisors, Office Frontliners, Dan berbagai fungsi terkait lainnya.

17 Maret Medan

19 Maret Semarang, Makassar

31 Maret Bandung, Solo, Surabaya, Balikpapan

Investment/topic : Rp 750.000/person GET YOUR BEST DEALS STARTS FROM Rp 300,000 - Rp 750,000

ONLY AT

shop.marketeers.com

BANDUNG (+62 22 200 5335) Ina +62 812 2045 5958 Jihan +62 821 2665 9819

SOLO (+62 271 738 666) Tina +62 823 2970 0206

SEMARANG (+62 24 8640 0700) Rina +62 857 8655 7760

MAKASSAR (+62 411 3650 454) Dian +62 822 7243 2993

SURABAYA (+62 31 562 1314) Galuh +62 857 4807 2752

DENPASAR (+62 361 449 3656) Recca +62 857 1509 0744

MEDAN (+62 61 451 3196) Ade +62 812 2776 1242

BALIKPAPAN (+62 542 736980) Jane +62 852 4768 8818

markplusinstitute.com

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-076.PDF 1

@markplusinstitute

MarkPlus Institute

2/20/2020 8:56:40 AM

Outlook HADIR DAN MAKIN RELEVAN

LAMBATNYA LAJU REKRUTMEN

ADA KESENJANGAN DIGITAL, EKSPANSI JALAN TERUS

KECEMASAN DAN HASRAT WISATAWAN INDONESIA

WARNA-WARNI WAJAH 2020

P. 078

P. 082

P. 084

P. 086

P. 088

Dec 2017-Jan 2018 |

OUTLOOK MAR20.inddED31 20997800_MARKETEERS MARET 2020 (COV REG)_T-077_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:5820.02 PM

O

U

T

L O

O

K

019 078

Consumer Goods

Hadir dan Makin Relevan Bulan puasa menjadi momentum penting bagi merek untuk dekat dengan konsumennya. Merek pun perlu membangun strategi kampanye yang relevan.

Oleh Ramadhan Triwijanarko

kan ada ratusan juta umat Islam di Indonesia yang akan melaksanakan ibadah puasa selama Ramadan.

Bulan suci Ramadan dimaknai sebagai proses ketika umat Islam berlatih untuk menahan segala hawa nafsu semenjak matahari terbit hingga terbenam. Namun, di masa itu, tingkat konsumsi masyarakat juga meningkat.

Riset Facebook Indonesia yang berjudul The Makings of Meaningful Marketing: Ramadan 2020 menunjukan 69% responden setuju bahwa bulan puasa adalah waktunya untuk berbelanja. Bahkan, sebanyak 98% menilai bulan puasa merupakan momentum yang lebih penting dibandingkan dengan festival lainnya.

Meningkatnya minat berbelanja masyarakat itu menjadi momentum bagi merek. Merek bisa memanfaatkannya untuk membangun customer engagement lebih mendalam.

Sebelum memulai kampanye bulan puasa, merek perlu memahami beragam data dan kebiasaan konsumen saat ini. Apalagi kebiasaan mereka cenderung berubah di masa puasa ini, baik kebiasaan di kanal online maupun offline.

As Indonesians actively move into a more spiritual mindset, brands need to ensure that their values and messaging are aligned.

69%

Indonesians who agree Ramadan is a time to find the best deals

Growth in searches during Ramadan

“Doa”

2.1x

Sumber:

“Zakat”

Beauty

Experience

“simple, mudah, tutorial”

“terdekat”

1.5x

15x

1.7x

Cooking

“Donasi”

“simple, sederhana, praktis”

With more downtime, consumers are seeking entertainment online. Find seamless ways to integrate your brand through storytelling or interactive content.

Higher spending power drives more purchase intent. Make sure your brand and products are available and visible while utilizing channels that can drive action.

98%

of Indonesians who observe Ramadan think it’s more important than other festivals celebrated in the year

Lower energy levels during fasting makes convenience a priority for consumers. Focus your messaging on simplicity and efficiency.

2.2x

3x

Facebook Indonesia, The Makings of Meaningful Marketing: Ramadan 2020.

1.8x

growth for searches on internet packages

3.2x

growth in searches for “gaming vouchers”

408,559

Total volume of conversations about Ramadan-related* shopping

72%

Increase in conversation around “Belanja” during Ramadan period

Sumber: Google Indonesia, Winning Ramadan with Digital 2020

| March 2020

OUTLOOK MAR20.inddED32 20997800_MARKETEERS MARET 2020 (COV REG)_T-078_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:5820.02 PM

O

U

T

L O

O

K

079

SHOPPING STARTS EARLY Purchase planning by Ramadan shoppers before the start of the Holy month of Ramadan (Global average by vertical)

Food/groceries

54%

15%

48%

Household products

18%

39%

Clothing & Fashion

Computers/ laptops/tablets

29%

Mobile phones

30%

Smart technology

29%

29% 25% 25%

Travel

23%

Insurance/ Financial products

1-2 weeks

26%

32%

3-4 weeks

2 months+

21% 29% 33% 34%

23%

14% 14% 13% 11% 13%

40% 27%

23%

24%

35%

27%

21%

19%

20% 25%

26%

Cars

27%

21%

39%

Household appliances

15%

25%

35%

Cosmetics

12%

24%

30%

Jewellery

9%

11% 31%

10%

Do not plan in advance

Sumber: Facebook Indonesia, The Makings of Meaningful Marketing: Ramadan 2020.

Riset Winning Ramadan with Digital 2020 dari Google Indonesia menyebutkan bulan puasa bukan sekadar masa untuk refleksi diri. Melainkan juga masa untuk berkumpul dan silaturahmi dengan keluarga.

Peningkatan pola ibadah umat muslim selama bulan puasa juga diikuti dengan pertumbuhan pencarian kata kunci sebelum dan selama bulan puasa. Google mencatat adanya pertumbuhan kata-kata kunci, seperti doa, zakat, dan donasi. Kata kunci lain yang semakin dicari adalah mudah, tutorial, terdekat, dan praktis. Peningkatan pencarian ini terjadi karena orang-orang mencari sesuatu yang dianggap lebih penting selama puasa. Mereka cenderung mencari sesuatu yang mendukung aktivitas mereka selama masa itu.

Google mencatat, orang-orang yang berpuasa senang mencari hiburan secara online. Tak heran, bila kata kunci paket internet tumbuh 1,8 kali dan voucer game tumbuh 3,2 kali. Dan, kata kunci belanja meningkat 72% selama masa itu.

Sementara, riset InMobi menemukan 62% responden menyatakan sudah tahu barang dan jasa apa saja yang akan mereka beli selama bulan puasa nanti. Kalangan ini didominasi oleh konsumen Baby Boomers dan Gen Z. Hanya 38% yang mengaku belum

tahu barang dan jasa apa yang ingin mereka beli.

Belum tahu produk apa yang akan dibeli bukan berarti mereka tak bakal berbelanja. Angka 38% ini merujuk pada kalangan pembeli impulsif yang dalam hal ini didominasi kelas menengah.

Seperti apa alokasi belanja mereka? Sebanyak 85% responden berniat menghabiskan uang mereka untuk makanan, 65% untuk pakaian, 62% untuk perlengkapan rumah, dan 55% untuk kebutuhan travel.

Terkait pengeluaran, riset InMobi menunjukkan 47% responden berencana menghabiskan lebih dari setengah Tunjangan Hari Raya (THR). Kebanyakan responden ini tinggal di kota besar, seperti Jakarta dan Bandung.

Facebook menemukan fenomena lain. Masyarakat, katanya, sudah merencanakan kebutuhan bulan puasa sejak tiga minggu sebelum puasa dimulai.

Bahkan, untuk produk travel, keuangan, otomotif, dan elektronik sudah direncanakan dua bulan sebelumnya.

Produk makanan, rumah tangga, dan pakaian sudah direncanakan satu hingga dua minggu sebelum puasa.

InMobi menemukan hal yang sama. Sebanyak 67% respondennya berbelanja kebutuhan dua minggu sebelum puasa.

March 2020 |

OUTLOOK MAR20.inddED33 20997800_MARKETEERS MARET 2020 (COV REG)_T-079_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:5820.02 PM

O

U

T

L O

O

K

019 080 Selama puasa, situs marketplace biasanya ramai dikunjungi. Ini pula yang sikapi oleh Tokopedia dengan kampanye Ramadan Ekstra beberapa tahun ini. Tokopedia menggelar kampanye belanja besar-besaran tersebut karena ingin menyaingi kampanye belanja seperti 10.10 atau 11.11 yang populer di luar negeri.

Hasilnya cukup positif. Tokopedia mampu meningkatkan penjualan dua kali lipat. Angka basket size juga naik 70% dengan rata-rata 6.000 item terjual setiap menitnya. Ini mendongkrak peningkatan trafik ke situs Tokopedia sebesar 40%.

Tetap Relevan Berbekal data-data tersebut, merek bisa mulai merancang strategi kampanye yang tepat. Yang paling penting, merek harus hadir pada momen-momen yang relevan selama puasa. Sebut saja, momen sahur, buka bersama, ngabuburit, i’tikaf, tarawih, mudik, dan sebagainya.

Hilda Kitti selaku Kepala Pemasaran untuk Facebook di Indonesia menilai strategi marketing akan optimal selama puasa bila dijalankan secara bersamaan. Di sini, strategi kampanye yang holistik menjadi penting. Entah kampanye yang memberi inspirasi konsumen atau mendorong penjualan.

“Jangan batasi kampanye pemasaran untuk satu funnel saja. Rencanakan funnel yang paling atas dan paling bawah agar memberikan hasil yang lebih maksimal,” ujar Hilda.

Konsumen Indonesia, sambung Hilda, merupakan konsumen yang terbuka pada banyak opsi. Meskipun sudah ada beberapa merek pilihan konsumen, tetap terbuka kesempatan bagi merek kompetitor. Sebab itu, merek perlu memikirkan strategi full funnel.

Hilda menambahkan, saat ini ada banyak alat yang bisa dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kampanye.

Contohnya, automatic placement pada platform Facebook. Ia menyayangkan banyak merek yang memasang iklan hanya berdasar asumsi. Padahal, mereka bisa memanfaatkan automatic placement yang merupakan mesin yang mampu membantu mencarikan platform paling tepat untuk merek.

“Selain itu, banyak orang Indonesia yang mau terhubung dengan merek melalui messaging platform.

Merek perlu hadir di platform tersebut agar bisa bertemu dan memberi informasi lebih optimal pada calon konsumennya,” katanya.

Yang tak boleh dilupakan, merek perlu membangun percakapan selama puasa. Dwi Adriansah, Country Head Twitter Indonesia mengatakan, merek bisa membangun percakapan dengan topik-topik tertentu yang bakal ramai selama puasa. Menurutnya, ada empat topik di luar puasa yang bakal ramai, yakni gaming, entertainment, sport, dan environment.

“Merek masih bisa relevan dengan topik di luar bukber, sahur, dan mudik. Olahraga misalnya.

Topik ini bakal ramai karena di masa puasa akan ada final Liga Eropa dan final Piala Champion,” terang Adriansah.

Ia menegaskan, hadir secara relevan dengan konsumen dan membangun percakapan itu sangat penting. Dengan ini, konsumen juga merasakan kehadiran merek selama puasa. “Kesuksesan

What worked well?

Top 5 Ramadan themes across the most viewed organic content: % of videos with these themes

Togetherness

22%

Blessings

17%

Self-improvement

12%

Breaking fast

10%

Compassion

9%

Authentic content that focused on togetherness, blessings, and compassion resonated well with consumers.

Sumber: Google Indonesia, Winning Ramadan with Digital 2020

Decoding the Giving Sprit of Indonesia

54%

47%

of high - income groups will spend more than 25% of their bonus

of Indonesians will spend more than 50% of their bonus

Jakarta + Bandung

residents will spend more than 50% of their bonus

What are Indonesians planning to spend on?

85% Food and Groceries

67% 62% 55% Clothing

Home Appliances

Travel

What influences purchase decisions?

40% Personalization

33% Discount Coupons

19% Recent Brand Ad

8% Brand Loyalty

Sumber: InMobi Understanding the Mobile Ramadan Consumer, Ramadan Insights 2020

| March 2020

OUTLOOK MAR20.inddED34 20997800_MARKETEERS MARET 2020 (COV REG)_T-080_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:5820.02 PM

O

U

T

L O

O

K

081

Understanding Smartphone Impact on Users What are consumers using their Smartphones for?

What ad formats do consumers prefer?

50%

42%

Learn

40% 30%

48%

Explore

20%

0%

10%

20%

31%

10%

25%

Buy

51%

30%

40%

50%

18% Video

Interactive

Full Screen

Sumber: InMobi Understanding the Mobile Ramadan Consumer, Ramadan Insights 2020

40%

Ramadan observers who use mobile while watching TV

82%

Indonesia sale season shoppers who messaged a business

94%

Indonesian respondents who said they were more likely to buy from a business if they can contact them through an instant messaging service

+25%

Entertainment conversation during Ramadan 2019 vs. Avg. of previous 3 months

Sumber: Facebook Indonesia, The Makings of Meaningful Marketing: Ramadan 2020.

kampanye merek diukur dengan seberapa relevan konten yang mereka sampaikan. Plus, seberapa tertarik konsumen pada kampanye tersebut,” imbuhnya.

Ada kesalahan dasar yang sering dilakukan merek saat mau mempromosikan produk di platform marketplace. Kesalahan dasar ini terletak pada deskripsi produk, entah kurang lengkap atau tidak ada sama sekali. Ini yang dilihat oleh Edwin Chayadi, AVP of Advertising Solution Tokopedia. Menurutnya, 75% konsumen di Tokopedia mencari produk melalui kolom pencarian.

“Deskripsi dan kata kunci itu harus search friendly.

Misalnya, nama produk, nama merek, dan deskripsi singkat,” terangnya.

Demikian beberapa insight yang bisa dimanfaatkan oleh merek untuk menggelar kampanye pemasaran selama puasa. Jangan lupa untuk memosisikan merek sebagai teman yang autentik yang menghadirkan pesan-pesan relevan selama puasa. Tak lupa, merek perlu mengoptimalkan segala platform. Dan, ini merupakan momentum untuk melakukan banyak hal.

Sebab itu, merek tak perlu terjebak pada satu tujuan saja. Terakhir, merek perlu menentukan alat ukur untuk menilai kampanye tersebut sukses atau tidak.

Selamat mencoba!

+148% Increase in Twitter video Ramadan 2019 vs 2018 Source Internal data

Indonesians use Twitter to tweet while watching TV during Ramadan

46%

Use Twitter in peak TV hours (6PM-Midnight) Sumber: Twitter Indonesia #Ramadan2020

March 2020 |

OUTLOOK MAR20.inddED35 20997800_MARKETEERS MARET 2020 (COV REG)_T-081_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:5820.02 PM

O

U

T

L O

O

K

019 082

Human Resources

Lambatnya Laju Rekrutmen Tren perekrutan karyawan di Indonesia tahun 2020 diprediksi melambat. Prediksi pergerakan seputar dunia kepegawaian pun cukup banyak berubah tahun ini. Banyak hal yang memengaruhi. Apa pun itu, tim manajemen tidak bisa menutup mata.

Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz

eberapa waktu lalu, perusahaan teknologi Mercer mengeluarkan survei bertajuk Total Remuneration Survey 2019. Dalam survei itu, Mercer menemukan hanya 36% perusahaan yang berencana menambah jumlah karyawan.

Angka ini lebih sedikit dibanding tahun 2019 yang mencapai 43% dari total responden.

Dengan mempertimbangkan tingkat turnover dan ekspansi, diperkirakan akan ada 52.000 karyawan yang masuk dan keluar perusahaan. Industri yang paling banyak melakukan penambahan tenaga kerja adalah jasa keuangan dan teknologi.

“Indonesia memiliki sekitar 180 juta tenaga kerja pada tahun 2019, dengan 63 juta di antaranya berusia antara 20 hingga 35 tahun,” kata Astrid Suryapranata, Career Business Leader Mercer Indonesia.

Pada saat yang sama, ekonomi digital berkembang pesat di negara-negara Asia Tenggara. Dan, Indonesia dinilai tengah memimpin di antara negara-negara tersebut.

Tren-tren ini yang menurut Astrid akan membentuk ekonomi kita di masa depan.

Mercer menemukan beberapa pekerjaan baru di pasar, antara lain pemasaran digital/ internet, pemasaran e-commerce atau belanja online, analisis data dan intelijen bisnis, dan infrastruktur cloud (IAAS). “Ada pula teknik konfigurasi automasi proses robot dan pemrograman, analisis R&D, serta bio informatika,” tambahnya.

Hal ini juga diakui oleh perusahaan teknologi yang bergerak di bidang rekrutmen, Kalibrr. Menurut perusahaan asal Silicon Valley yang berkantor pusat di Filipina ini, tren rekrutmen saat ini sangat menarik karena perang talenta semakin memanas. Sepanjang tahun 2019, tampak perusahaan mulai berinvestasi pada teknologi HR, seperti applicant tracking system, resume search, atau teknologi automasi lainnya.

“Tahun ini, kami melihat adanya peningkatan aktivitas dalam hal employer branding. Perusahaan sudah mulai menggabungkan strategi marketing dengan nilai-nilai perusahaan atau employer value proposition,” ujar Derrel Jeremias, Talent Growth Partnership Kalibrr.

Selain itu, banyak kandidat dari luar Jakarta yang mulai dilirik oleh perusahaanperusahaan, khususnya yang berasal dari provinsi Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Ketiga provinsi ini menyumbang 15% keseluruhan pasokan kandidat. Dalam hal lowongan pekerjaan yang dibuka, pekerjaan di ranah digital seperti IT developer dan data, masih menjadi tren yang akan terus meningkat.

Terkhusus data, Kalibrr memproyeksikan rata-rata lowongan yang dibuka untuk pekerjaan business intelligence, business analyst, dan data analyst akan mencapai 2,34 per perusahaan.

Meski persaingan tengah memanas, perusahaan tidak bisa asal mengambil kucing dalam karung. Selain kemampuan teknis, perusahaan perlu melihat soft skill dari dalam diri seorang kandidat. Karena, penting untuk sebuah perusahaan memiliki kandidat yang mahir berkolaborasi, berkomunikasi, dan memecahkan masalah.

Perlu dipastikan juga bahwa perusahaan dapat benar-benar menyediakan value yang mereka tawarkan pada kandidat. Dalam hal employer branding, value perusahaan merupakan senjata utama dalam menarik kandidat. Jika perusahaan tidak mampu memberikan apa yang telah mereka tawarkan, citra negatif akan menempel pada perusahaan tersebut. Perlu diingat, karyawan merupakan brand ambassador bagi perusahaan.

Salah-salah, talenta terbaik Anda bisa mengundurkan diri. Studi yang dilakukan oleh Mercer pun mencatat tingkat karyawan yang mengundurkan diri secara

| March 2020

OUTLOOK MAR20.inddED 36 20997800_MARKETEERS MARET 2020 (COV REG)_T-082_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:5820.02 PM

O

U

T

L O

O

K

083

QUOTE

“KITAMEMASUKIDUNIABARUDALAMBEKERJA.PERUSAHAAN HARUSBERPIKIRULANGBAGAIMANABISAMENYESUAIKANDI MASADEPANDENGANMENARUHORANG-ORANGNYADALAMINTI PERUBAHAN.” Puneet Swani Senior Partner and Career Business Leader for the International Region Mercer

sukarela mencapai 7% pada tahun 2019 di keseluruhan industri. Industri jasa keuangan mengalami tingkat pengunduran diri terbesar, yaitu 14%. Pada tahun 2018, tingkat pengunduran diri berada pada 8%, dengan industri jasa keuangan juga sebagai industri dengan tingkat pengunduran diri terbesar sebesar 12%.

Alasan utama karyawan di Asia mengundurkan diri bervariasi. Namun, tiga alasan utama karyawan mengundurkan diri adalah gaji yang kurang kompetitif, hubungan dengan atasan, serta tidak adanya jenjang karier dan jaminan yang jelas.

“Para kandidat utamanya mencari sebuah rasa aman. Rasa aman tentang jenjang karier dan rasa aman tentang keuangan,” papar Derrel.

Data Kalibrr, menunjukkan adanya peningkatan jumlah lamaran pekerjaan Officer Development Program (ODP) atau program percepatan karier. Hal ini mengindikasikan, kandidat ingin memiliki jenjang karier yang jelas dan cepat dalam mencapai kesuksesan. “Jika dibandingkan dengan rata-rata Top 5 loker dengan lamaran terbanyak, ODP memiliki lamaran dua kali lebih banyak,” kata Derrel.

Selain rekrutmen, Mercer juga menemukan temuan menarik soal renumerasi dan membuat prediksi perekrutan dan kenaikan gaji karyawan untuk tahun 2020. Berdasarkan studi tersebut, kenaikan gaji karyawan di industriindustri utama pada tahun 2020 diprediksi sebesar 7,6%. Di sisi lain, tingkat inflasi juga diprediksi meningkat menjadi 3,3% (dari 2,9% pada tahun 2019).

Prediksi ini dibuat berdasarkan partisipasi 569 perusahaan lintas industri di Indonesia.

Jika prediksi ini benar, artinya peningkatan kemampuan konsumsi para pekerja di Indonesia masih lebih besar ketimbang kenaikan harga barang konsumsi secara rata-rata.

Kompensasi semakin kompleks Bukan tanpa alasan hal tersebut terjadi.

Seiring dengan munculnya posisi baru dan perubahan posisi yang sudah ada karena otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI), semakin sulit bagi perusahaan memenuhi ekspektasi gaji karyawan dan nilai pasar.

Berdasarkan Global Talent Trends Study 2019 dari Mercer, perusahaan akan menawarkan kompensasi yang lebih

bervariasi menjadi prioritas. Kabar baiknya adalah prioritas Human Resource (HR) sudah mencerminkan keinginan karyawan.

Selain itu, baik HR maupun karyawan setuju bahwa penawaran insentif yang lebih bervariasi dan kompensasi yang lebih beragam akan membuat perbedaan.

Untuk menyelaraskan dengan tujuan bisnis, investasi melalui kompensasi kepada karyawan harus menggambarkan fokus strategis perusahaan.

“Perusahaan harus berpikir ulang bagaimana bisa menyesuaikan di masa depan dengan menaruh orangorangnya dalam inti perubahan,” ujar Puneet Swani, Senior Partner and Career Business Leader for the International Region Mercer.

Inti perubahan itu adalah digitalisasi, membangun kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk berkompetisi di masa depan, hingga menciptakan lingkungan dan budaya kerja yang baik.

“Selain itu, perubahan dalam cara perusahaan berinvestasi kepada karyawannya akan memberikan imbal balik yang lebih besar kepada bisnis di masa mendatang,” jelas Puneet.

March 2020 |

OUTLOOK MAR20.inddED 37 20997800_MARKETEERS MARET 2020 (COV REG)_T-083_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:5920.02 PM

O

U

T

L O

O

K

019 084

Hi-Tech

Ada Kesenjangan Digital, Ekspansi Jalan Terus Perkembangan ekonomi digital menghadapi berbagai tantangan. Tapi, ada banyak pelaku digital yang tak surut dalam berekspansi. Di sisi lain, proses investasi pun sudah semakin ringkas dan jelas.

Oleh Ign. Eko Adiwaluyo

erkembangan teknologi digital di negara ini begitu pesat dalam satu dasawarsa terakhir. Salah satunya, berkat penetrasi smartphone yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Di sisi lain, perkembangan ini juga tidak lepas dari peran pemerintah dalam pengembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Bukti pertumbuhan teknologi ini bisa telihat dalam data peningkatan pengguna internet yang melonjak sejak tahun 2009.

Menurut data Internetworldstats, pada tahun 2009, penetrasi internet baru mencapai 12,5% dari 240 juta penduduk Indonesia atau ada sekitar 30 juta orang yang sudah mengakses internet saat itu.

Hingga tahun 2019, penetrasi internet di negara ini telah mencapai 63,5% dari sekitar 270 juta orang Indonesia. Artinya, dalam waktu kurang lebih sepuluh tahun, pengguna internet telah mencapai 172 juta orang.

Namun, ketika penetrasi internet sudah begitu melejit, apakah secara otomatis ada pemerataan dalam ekonomi digital di negara ini? East Ventures, investor startup tahap awal pertama di Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 2009, meluncurkan laporan yang berjudul East Ventures – Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2020. Laporan ini untuk memetakan perkembangan ekonomi digital di 34 provinsi dan 24 kota besar di Indonesia.

“Dengan adanya pemetaan yang jelas, terbentuklah gambaran lengkap dan langkah strategis yang bisa ditempuh untuk memeratakan akses digital and kapabilitas teknologi di seluruh Indonesia pada era knowledge based economy,” kata Cofounder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca, di acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE Katadata 2020), Kamis, (30/01/2020), di Jakarta.

Ia menambahkan, laporan ini merupakan alat yang digunakan untuk memetakan kondisi ekonomi digital di wilayah Indonesia berdasarkan sembilan pilar terkait

perekonomian digital serta aspek penunjang yang secara tidak langsung mendukung pengembangan ekonomi digital. Kesembilan pilar itu antara lain sumber daya manusia, penggunaan TIK, pengeluaran untuk TIK, perekonomian, kewirausahaan & produktivitas, ketenagakerjaan, infrastruktur, keuangan, dan regulasi & kapasitas pemda.

“Pemetaan EV-DCI ini bisa untuk membawa seluruh negara bersama-sama menikmati revolusi digital agar tidak ada seorang pun bangsa Indonesia yang tertinggal di belakang. Selain itu, juga bisa menjadi panduan bagi perusahaan-perusahaan raksasa seperti Gojek, Traveloka, dan Tokopedia untuk terus melebarkan sayapnya ke seluruh sudut Nusantara.

Sejauh ini, dalam laporan EV-DCI provinsi yang paling tinggi dalam adopsi digital adalah DKI Jakarta. Ibukota negara ini meraih skor 79,7 dan membuat selisih yang terpaut jauh dengan daerah-daerah lainnya. Pada posisi kedua, Provinsi Jawa Barat dengan skor 55,0, disusul oleh Jawa Timur 49,7, DI Yogyakarta 46,7, dan Banten 44,8.

“Daerah-daerah dengan skor EV-DCI

| Dec 2017-Jan March 2020 2018

OUTLOOK MAR20.inddED38 20997800_MARKETEERS MARET 2020 (COV REG)_T-084_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:5920.02 PM

O

U

T

L O

O

K

085 tertinggi adalah tempat terbaik untuk memulai bisnis-bisnis digital baru. Bisnis digital membutuhkan calon pengguna dengan kecepatan adopsi paling tinggi,” tambah Willson.

Namun di sisi lain, provinsi dengan skor EV-DCI paling tinggi seluruhnya berada di Pulau Jawa ini menggambarkan kesenjangan antara Pulau Jawa dengan wilayah lain di Indonesia. Ketimpangan juga ditunjukkan oleh skor EV-DCI DKI Jakarta yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain.

Meski begitu, adanya ketimpangan tersebut tidak mengganggu investasi dan penetrasi perusahaan-perusahaan digital ke berbagai daerah. Mengingat, sudah ada bukti terkait peran perusahaan digital dalam peningkatan perekonomian. Salah satunya, penyaluran pinjaman oleh financial techonology (fintech) startup yang bergerak dalam peer-to-peer (P2P) lending.

Produk dari fintech ini semakin berkembang cepat, mulai dari transaksi pembayaran, peningkatan modal, manajemen investasi, penggalangan dana, asuransi digital, crowdfunding, hingga pemberian pinjaman. Untuk fintech lending saja, hingga November 2019, di OJK telah terdaftar 144 fintech lending dan diperkirakan terus naik.

Secara akumulasi, pinjaman yang disalurkan melalui fintech lending hingga November 2019 telah mencapai Rp 75,5 triliun. Total penyaluran pinjaman terbesar berada di Jakarta, yakni mencapai Rp 23 triliun. Kemudian diikuti Jawa Barat senilai Rp 20,2 triliun, lalu Jawa Timur sebesar Rp 8,1 triliun.

Selain fintech, banyak startup yang bergerak di bidang lain yang terus mengembangkan layanannya ke berbagai daerah Indonesia lainnya meski masih ada ketimpangan digital. Sebagai contoh, platform pendidikan Ruangguru kini telah digunakan oleh pelajar di 34 provinsi.

Layanan aplikasi kasir yang disediakan Moka POS telah digunakan oleh UKM di Papua, sedangkan Sirclo mendukung penjual online yang berlokasi di Nusa Tenggara Timur. Sementara itu, Airy telah memiliki mitra properti di Bitung dan Samosir.

“Data yang dikumpulkan dalam EV-DCI ini bukan ditujukan sebagai sebuah kesimpulan, melainkan titik awal yang akan memulai fase berikut dari transformasi digital Indonesia.

Perusahaan ingin mendorong semua pemangku kepentingan untuk ikut terlibat dan seluruh rakyat dapat menikmati dampak positif ekonomi digital,” tambah Willson.

untuk menanamkan uang di sini. Gayung pun bersambut, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa sekarang ini BKPM sudah berubah. BKPM menggelar karpet merah pada para investor yang ingin masuk ke negara ini.

“Kalau dulu ketika ada investasi masuk, BKPM adalah yang menjadi awal perizinan.

Tapi, akhirnya di mana tidak ada yang tahu. Sekarang beda, BKPM yang mulai, BKPM pula yang mengakhiri,” kata Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, di acara yang sama.

Ia menambahkan, saat ini sebanyak 25 perwakilan kementerian/lembaga (K/L) berkantor di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Hal ini sejalan dengan dialihkannya kewenangan pemberian insentif pajak untuk investasi ke BKPM dari sebelummya Kementerian Keuangan (Kemkeu). Kehadiran perwakilan K/L ini diharapkan mempermudah pengurusan izin investasi.

“Tugas BKPM itu tidak cukup melakukan promosi saja tapi hingga mengawal perizinannya. Artinya, memastikan investasi tersebut benar-benar terealisasi di lapangan,” tegas Bahlil.

Memang, selain tantangan dalam mengembangkan ekonomi digital tidak hanya tentang tingkat kemelekan penduduk dan

infrastruktur TIK di suatu wilayah. Namun, juga terkait kemudahan investasi. Setelah sisi investasi dipermudah, harapannya upayaupaya menggenjot ekonomi digital semakin meningkat.

“DAERAH-DAERAH DENGAN SKOR EV-DCI TERTINGGI ADALAH TEMPAT TERBAIK UNTUK MEMULAI BISNISBISNIS DIGITAL BARU. BISNIS DIGITAL MEMBUTUHKAN CALON PENGGUNA DENGAN KECEPATAN ADOPSI PALING TINGGI.” Willson Cuaca Co-founder dan Managing Partner East Ventures

Investasi Mudah Potensi ekonomi digital di negeri ini sudah tentu menarik minat para investor

Dec 2017-Jan 2018 | March 2020

OUTLOOK MAR20.inddED39 20997800_MARKETEERS MARET 2020 (COV REG)_T-085_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:5920.02 PM

O

U

T

L O

O

K

019 086

Hospitality

Kecemasan dan Hasrat Wisatawan Indonesia Strategi pemasaran destinasi wisata tak akan efektif bila belum menjawab kecemasan (anxiety) dan hasrat (desire) wisatawan.

Upaya ini tak semudah membalik telapak tangan. Pemasar harus jeli melihat kebutuhan terdalam wisatawan tersebut.

Oleh Annisa Bella

emampuan memberikan efek berlipat mendorong sektor pariwisata menjadi primadona di Indonesia.

Pemerintah, investor, masyarakat, dan pemangku kepentingan lain menyadari besarnya nilai ekonomi sektor ini.

Namun, berbagai upaya memasarkan destinasi wisata tidak akan efektif jika strategi yang diciptakan tak mampu menjawab kecemasan dan hasrat wisatawan.

Menurut Travelport’s 2019 Global Digital Research, Marketeers menemukan terdapat tiga kecemasan dan hasrat wisatawan Indonesia. Survei ini dilakukan oleh Travelport terhadap lebih dari 23.000 wisatawan di 20 negara (termasuk Indonesia) dalam 12 bulan terakhir.

Pertama, Harga Urusan Kedua Pertumbuhan pendapatan di Indonesia mendorong tren perubahan konsumsi masyarakat ke arah leisure. Pendapatan yang terus meningkat mendorong masyarakat berkeinginan membelanjakan uang untuk berwisata. Soal harga, wisatawan Indonesia tampak tidak terlalu merisaukan.

Mereka lebih peduli pada nilai.

Survei Travelport menunjukkan, 88% wisatawan Indonesia memilih value for money sebagai prioritas utama.

Hanya 6% wisatawan yang memesan rencana perjalanan dengan hanya mempertimbangkan harga.

“Kenapa wisatawan mulai bergerak ke sisi value? Alasannya simpel. Mereka memiliki uang untuk belanja dan mereka membutuhkan sesuatu yang lebih,” ujar Royanto Handaya, Presiden Direktur PT Panorama Tours Indonesia.

Ada sejumlah cara yang ditempuh wisatawan agar memperoleh nilai lebih.

Sebanyak 24% wisatawan mengaku rela memberikan lebih banyak informasi pribadi kepada maskapai guna menerima penawaran yang dipersonalisasi.

Bentuk personalisasi yang mereka inginkan cukup variatif. Untuk urusan penerbangan misalnya, wisatawan ingin mempersonalisasi penerbangan mereka dengan pesanan layanan tambahan (addons) berupa ruang kaki yang lebih luas atau makanan ekstra.

Saat memilih maskapai, 91% wisatawan memilih maskapai yang dapat dipercaya, 88% rute dan jadwal yang ideal dan layanan pelanggan yang baik, serta 86% pengalaman yang menyenangkan selama penerbangan.

Potret ini menunjukkan, rata-rata wisatawan Indonesia saat ini lebih memilih nilai lebih dibandingkan harga.

“Ini menjadi peluang masif bagi travel agent di Indonesia. Mereka bisa memberikan opsi-opsi yang lebih relevan untuk wisatawan,” ujar Gary Harford, Direktur Regional Wilayah Operator APAC Travelport.

Kedua, Ekspektasi Tinggi pada Pengalaman Digital Indonesia menjadi salah satu negara dengan penetrasi ponsel pintar tertinggi di dunia. Tak heran jika wisatawan Indonesia

berekspektasi tinggi soal pengalaman digital saat melakukan perjalanan. Fakta menunjukkan, wisatawan Indonesia memiliki ekspektasi paling tinggi soal pengalaman digital (75%) dibandingkan rata-rata wisatawan global (48%).

Mereka menilai, pengalaman dengan Augmented Reality (AR) maupun Virtual Reality (VR) akan membantu mereka dalam merencanakan perjalanan wisata. Yang menarik, bukan hanya di antara generasi X dan Y, tren ini juga muncul di antara Baby Boomers.

“Gen Z lebih banyak menggunakan aplikasi. Namun, kebutuhan mereka lebih simpel. Mereka hanya ingin pergi dari satu titik ke titik lain dan menuntut personalisasi,” kata Raymond Setokusumo, Presiden Direktur Galileo Indonesia.

Hal tersebut berlaku juga dalam urusan memilih maskapai. Sebanyak 86% wisatawan Indonesia menganggap, pengalaman digital merupakan faktor penting dalam memilih maskapai.

Dalam perjalanan, 67% wisatawan merasa frustrasi jika tidak dapat mengakses informasi pemesanan melalui smartphone atau smartwatch. Rasa frustrasi ini paling banyak dirasakan oleh wisatawan Gen X (73%) dan Gen Y (67%).

Namun, bukan berarti ekspektasi tinggi soal pengalaman digital menghapuskan keinginan akan sentuhan manusia.

| Dec 2017-Jan March 2020 2018

OUTLOOK MAR20.inddED40 20997800_MARKETEERS MARET 2020 (COV REG)_T-086_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:04:5920.02 PM

O

Survei menunjukkan, teknologi tidak selalu menjadi jawaban yang diinginkan wisatawan.

Setengah wisatawan di Indonesia (52%) dan dua per lima bagian wisatawan global (42%) menganggap, tidak dapat berkomunikasi dengan sesama bisa menyebabkan mereka menjadi frustrasi.

Persentase ini meningkat bila dibandingkan tahun 2018 sebesar 38%.

Ketiga, Kredibilitas dan Transparansi Perusahaan Fakta menunjukkan, 59% wisatawan Indonesia merasa frustrasi ketika mencari perusahaan yang bisa dipercaya. Persentase ini meningkat 21% dari tahun 2018.

Sebanyak 53% wisatawan kian frustrasi lantaran tidak mengetahui secara pasti apakah ulasan online yang ditampilkan dapat dipercaya atau tidak.

Perusahaan perjalanan pun perlu memberikan informasi yang lengkap, terbuka, dan sejelas mungkin. Pasalnya, ketika berusaha mempersonalisasi pengalaman, 61% wisatawan merasa frustrasi karena tidak dapat memahami apa saja yang termasuk dalam penawaran standar. Persentase ini meningkat tajam mencapai 40% jika dibandingkan tahun 2018. Tak hanya itu, 63% wisatawan kecewa ketika tidak mengetahui adanya penawaran ekstra.

Raymond meyakini, bisnis pariwisata Indonesia tetap akan positif. Dengan catatan, para pemain harus mampu meracik strategi yang menjawab kecemasan dan hasrat wisatawan.

“Teknologi yang semakin maju mendorong tuntutan wisatawan yang kian tinggi. Bukan sebatas soal kemudahan dalam melakukan pemesanan. Kecepatan, akurasi, dan reliabilitas juga harus diperhatikan,” kata Raymond. “Ekosistem perjalanan dinamis dan inovatif. Masih banyak kesempatan untuk bertumbuh selama para pemain mau untuk berkolaborasi dan berinovasi.”

“SETENGAH WISATAWAN DI INDONESIA (52%) DAN DUA PER LIMA BAGIAN WISATAWAN GLOBAL (42%) MENGANGGAP, TIDAK DAPAT BERKOMUNIKASI DENGAN SESAMA BISA MENYEBABKAN MEREKA MENJADI FRUSTRASI.”

U

T

L O

O

087

Ketika memilih maskapai

88%

K

6%

% wisatawanyang memilih‘value for money ’ sebagai prioritas utama

% wisatawan yang memesan rencana perjalanan dengan hanya mempertimbangkan harga

Persentase rata-rata global: 86%

Persentase rata-rata global : 18%

Cara wisatawan di Indonesia mendapatkan nilai lebih Ketika memilih maskapai, para wisatawan menginginkan:

24% % wisatawan yang rela memberikan lebih banyak informasi pribadi kepada maskapai guna menerima penawaran yang dipersonalisasi

Persentase rata rata global : 17%

91%

Maskapai yang andal/ dapat dipercaya

88%

Rute dan jadwal ideal

88%

Layanan pelanggan yang baik

86%

Pengalaman menyenangkan selama penerbangan 35

Ekspektasi tinggi untuk pengalaman digital yang baik Ketika merencanakan perjalanan

75%

Memilih penerbangan

86%

Dalam perjalanan

67%

% wisatawan yang berpikir bahwa VR/AR % wisatawan yang menganggap bahwa % wisatawan yang frustrasi karena tidak akan membantu mereka dalam pengalaman digital yang baik adalah dapat mengakses informasi pemesanan merencanakan perjalanan mereka faktor penting ketika memilih maskapai perjalanan lewat perangkat mobile.

Persentase rata rata global: 45%

Persentase rata rata global: 17%

Persentase rata rata global: 45%

Sumber: Travelport’s 2019 Global Digital Research

Dec 2017-Jan 2018 | March 2020

OUTLOOK MAR20.inddED41 20997800_MARKETEERS MARET 2020 (COV REG)_T-087_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:05:0020.02 PM

O

U

T

L O

O

K

019 088

Beauty

Warna-warni Wajah 2020 Industri kecantikan terus bergerak, berputar, dan menuntut beragam hal baru untuk dihadirkan, termasuk warna. Dengan diluncurkannya lima tren warna tahun 2020, bagaimana industri kecantikan menyikapinya?

Oleh Ellyta Rahma

ada tahun 2019, tren makeup dunia dipenuhi warna earthy seperti cokelat muda, biru, dan hijau. Tidak ketinggalan juga, warna-warna cerah nan berani seperti merah, jingga, dan kuning terutama untuk hiasan mata dan bibir.

Bagaimana dengan tahun 2020? Warna apa yang akan banyak digunakan untuk menghias wajah?

Sebuah organisasi kreatif berizin dari Amerika Serikat WGSN, setiap tahunnya merilis laporan mengenai tren warna tahunan. Tren warna ini biasanya banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan kosmetik, arsitektur, hingga seni. Pada tahun 2020, WGSN kembali merilis laporannya yang berjudul 5 Key Colors For 2020. Dalam laporan tersebut, WGSN menyebutkan bahwa tren warna akan kembali hadir dari warna-warna khas alam yang earthy, cerah, dan mengandung pesan tersendiri bagi penggunanya. Di antaranya adalah neomint, purist blue, cassis, cantaloupe, dan mellow yellow.

Kunto W. Widarto, Managing Director PT Martina Berto sebagai anggota konsorsium ahli warna dunia Intercolor menginformasikan, lembaga ini sepakat jika neo mint dan cantaloupe akan memiliki peran yang besar terhadap industri kecantikan dunia. Kedua warna ini diperkirakan akan menjadi warna utama makeup look dari berbagai merek produk kecantikan. Neo mint dan cantaloupe dinilai memiliki sisi eksperimental dan cocok untuk digunakan untuk semua jenis kulit dan gender. Tentunya, hal ini sejalan dengan pesan kesetaraan yang banyak digaungkan saat ini.

Maybelline SuperStay Ink Crayon Sumber: L’Oréal

Makna tren warna tahun 2020 semakin diperkuat dengan laporan WGSN yang menyebutkan bahwa tren warna 2020 menjadi cermin dunia pada tahun shio tikus logam ini. Warna kunci (key color) pertama, neo mint merupakan jenis warna baru yang ada di antara hijau, putih, dan biru. Warna ini menggambarkan tahun 2020 sebagai awal dekade baru, serta memiliki arti optimisme di tengah perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Sementara, cantaloupe berada dalam range warna oranye dan merah muda.

Warna ini menggambarkan semangat jiwa muda dan kesan manis. Juga, menjadi cerminan toleransi dari jenis warna yang cocok untuk masyarakat dari semua umur, gender, dan warna kulit.

Salah satu merek produk kecantikan lokal Sari Ayu by Martha Tilaar menjadikan tren warna sebagai penanda kedinamisan industri kecantikan. “Tidak dapat ditawar lagi kalau produk kecantikan harus mengeluarkan hal baru tiap tahun. Sari Ayu melihat tren warna sebagai cara untuk berinovasi dan memenuhi demand ini,” kata Kunto.

Sejalan dengan kesepakatan Intercolor, Sari Ayu menjadikan neo mint dan cantaloupe sebagai Tren Warna 2020 Sari Ayu. Merek ini meluncurkan lini produk tren warna yang menghadirkan makeup look dengan warna-warna unik dengan nuansa budaya Indonesia yang kental.

Namun, Kunto menyebutkan bahwa kali ini mereknya tidak lagi menggunakan idealisme pemilihan warna berdasarkan tren, melainkan pada advokasi tinggi dan berumur panjang.

Sari Ayu akan menghadirkan warna neo mint dan cantaloupe pada produk pigmented makeupnya. Sebut saja lipstik, eyeshadow, highlighter dan countour, blush on, hingga pigmented foundation. Lini produk neo mint akan memberikan makeup look yang lembut dan natural sehingga cocok untuk penggunaan sehari-hari.

“Warna cantaloupe sendiri hadir untuk makeup look yang lebih tegas. Dengan warna khas senja seperti merah bata, oranye, hingga kuning. Jenis warna ini akan menitik beratkan tampilan wajah yang lebih terang seperti pada bagian mata, bibir, dan tulang pipi. Pun begitu, penggunaannya

| Dec 2017-Jan March 2020 2018

OUTLOOK MAR20.inddED42 20997800_MARKETEERS MARET 2020 (COV REG)_T-088_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:05:0020.02 PM

O

U

T

L O

O

K

089

Key Colour Evolution

Neo Mint

2020 Dazzling Blue

Rich Blue

Blue Flame

2016 Milkshake

2017 Orchid

Blue Lightning 2018

Mystic Violet

2016

Moonstone Violet 2018

2017 Solar Orange

Tren Warna Tahun 2020

Headlight Yellow

Beacon Glow

Sumber: WGSN 5 Key Colors For 2020

Lemon Fizz 2017

2020

Cassis departs from the sweet tones that have had such a huge impact across markets recently, offering a deeper fusion of pink and purple

Cassis

Cantaloupe

Cantaloupe

2019 Sunny Yellow

2018

2020

Blue’s transition from a core colour to a fashion colour evolves in a softer way for 2020, moving away from the strong cobalts of recent seasons

Cassis

2019

2018

Purist Blue

Purist Blue 2019

2020

Youthful oranges from the previous two years settle into a milkier, more subdued tone, which offers broader appeal across ages and categories

2020

Yellow will hit the mass market as it shifts to the deeper tone of Mellow Yellow, feeding into the ongoing popularity of earthy, baked hues.

Mellow Yellow

Mellow Yellow 2019

This new directional colour heralds the start of a new decade, embodying an optimistic mood when advances in tech and science will take hold.

“TIDAK DAPAT DITAWAR LAGI KALAU PRODUK KECANTIKAN HARUS MENGELUARKAN HAL BARU TIAP TAHUN. SARI AYU MELIHAT TREN WARNA SEBAGAI CARA UNTUK BERINOVASI DAN MEMENUHI DEMAND.” Kunto W. Widarto Managing Director PT Martina Berto

masih cocok untuk kegiatan harian, karena memang tidak menimbulkan kesan yang festive,” kata Kunto.

Momentum Menentukan Tren Sementara itu, perusahaan produk kecantikan dunia L’Oréal memiliki kepercayaan anomali di mana tren warna akan hadir sesuai dengan momentum.

Menurut Manashi Guha, General Manager Consumer Products Division PT L’Oréal Indonesia, perayaan-perayaan penting di Indonesia, bahkan dunia akan menghadirkan tren warnanya sendiri. Hal ini didorong dengan festivity yang timbul dari apa yang dirayakan oleh masyarakat “Tentu, kami akan mengikuti tren warna, apalagi di industri kecantikan yang demandnya bahkan bisa hadir dalam bentuk warna apa pun. Sebelumnya, L’Oréal akan fokus pada tren-tren warna sesuai dengan momentumnya,” jelas Manashi.

L’Oréal akan memulai tren warna tahun 2020 dengan warna merah pada awal tahun ini. Hal ini bertepatan dengan momen Tahun Baru Cina dan perayaan Valentine yang akan digelar sepanjang akhir Januari

hingga pertengahan Februari. L’Oréal melalui salah satu mereknya, Maybelline bersikap positif untuk menghadirkan varian Maybelline Superstay Ink Crayon dengan 10 shade warna merah pada momen ini.

“Setelah Tahun Baru Cina, Indonesia akan menghadapi momen Bulan Ramadan dan Lebaran. Kami yakin, key color tahun 2020, seperti hijau, biru, dan jingga akan memiliki panggung di industri kecantikan tanah air pada momen itu,” ungkap Manashi.

Sikap positif L’Oréal diamini oleh PT Paragon Innovation Technologies, perusahaan induk produk kecantikan Wardah, Emina, dan Make Over. Melalui merek riasan wajah premiumnya, Make Over, Paragon memanfaatkan momentum Jakarta Fashion Week 2020 yang digelar pada Oktober 2019 untuk mengeluarkan tren makeup yang warna-warni dan terkesan berani.

Colors Uncensored dari Make Over menghadirkan makeup look yang menitik beratkan warna-warna cerah, seperti kuning, merah, merah muda, oranye, hijau, dan biru pada bagian wajah yang tidak bisanya diberikan pigmentasi berwarna cerah. Sebut

saja alis, bulu mata, hingga bagian atas tulang pipi.

“Momen Jakarta Fashion Week 2020 banyak dimanfaatkan orang untuk menampilkan diri mereka. Lewat Colors Uncensored, Make Over memanfaatkan momentum ini untuk mengajak perempuan Indonesia untuk lebih berani menggunakan warna tanpa boundaries, berani bereksplorasi dengan diri mereka melalui makeup, dan tampil dengan percaya diri,” jelas Stephanie Lie, Brand Manager Make Over.

Demand warna pada produk makeup memiliki kedinamisan yang sama dengan permintaan pasar kecantikan yang terus bergerak. Tren menentukan ke mana arahnya style dan look riasan wajah pada tahun ini. Namun, momen-momen tertentu juga dapat menghadirkan tren tersendiri, sesuai dengan nilai dan makna yang dirayakan oleh masyarakat. Yang jelas, warna-warni wajah tahun 2020 akan mengusung banyak keunikan dan inovasi baru.

Dec 2017-Jan 2018 | March 2020

OUTLOOK MAR20.inddED43 20997800_MARKETEERS MARET 2020 (COV REG)_T-089_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:05:0020.02 PM

CERTIFIED PROFESSIONAL MARKETER (Asia) Certified Professional Marketer (Asia) atau CPM (Asia) adalah pengakuan yang diberikan oleh Asia Marketing Federation (AMF) kepada para profesional yang telah memiliki pemahaman tinggi dalam bidang pemasaran di kawasan Asia, baik secara konsep maupun praktik. Pengakuan status ini didukung oleh seluruh lembaga atau asosiasi pemasaran nasional dalam naungan AMF yang berada di 16 negara di kawasan Asia. Status CPM (Asia) dianugerahkan kepada kandidat yang memenuhi sejumlah kualifikasi sebagai berikut: 1. Memiliki pengalaman setidaknya selama 5 tahun di bidang pemasaran 2. Berhasil menyelesaikan Ujian Kualifikasi CPM (Asia) yang terdiri dari 5 modul 3. Terdaftar sebagai anggota AMF Apabila kandidat telah terdaftar sebagai anggota Indonesia Marketing Association (IMA) maka secara otomatis juga menjadi anggota AMF. Bagi yang belum terdaftar sebagai anggota IMA maka pendaftaran keanggotaannya dapat dibantu oleh MarkPlus Institute.

MarkPlus Institute membuka pendafataran bagi para profesional pemasaran di Indonesia untuk mengikuti program tutorial persiapan ujian CPM (Asia) dan dapat dilanjutkan dengan mengikuti ujian kualifikasi yang dijadwalkan sebagai berikut:

Senin, 13 April 2020 Modul 1- Asia Business Mempelajari praktik bisnis di Asia termasuk Australia, China, Hongkong, Indonesia, Jepang, Malaysia, Pakistan, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Vietnam Selasa, 14 April 2020 Modul 2 – Marketing Research Mempelajari sistem riset pemasaran yang sering digunakan dan diperlukan sebagai basis pengambilan keputusan dalam penyusunan strategi pemasaran, khususnya di pasar Asia Rabu, 15 April 2020 Modul 3 - Marketing Strategy Mempelajari proses penyusunan strategi pemasaran dan penerapannya di pasar Asia

JADWAL UJIAN 20 - 24 April 2020 Pendaftaran ujian paling lambat tanggal 20 Maret 2020 dengan menyertakan: Formulir Pendaftaran, Daftar Riwayat Hidup, Fotokopi KTP, Fotokopi Paspor BIAYA INVESTASI* Pelatihan 5 hari: Rp.12,500,000/peserta Ujian CPM (Asia): Rp. 5,800,000/peserta Keanggotaan IMA & AMF: Rp. 1.000.000/peserta *Harga belum termasuk PPN 10% **Untuk kelas pelatihan batch 1

Kamis, 16 April 2020 Modul 4 - Marketing Communications Mempelajari program komunikasi pemasaran yang terintegrasi dan memegang peranan penting dalam penyusunan strategi pemasaran khususnya di pasar Asia Jumat, 17 April 2020 Modul 5 - Asia Marketing Management Memahami dan mengintegrasikan konsep dan kerangka strategi yang telah dipelajari dengan menganalisa kasus-kasus

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-090_R1.pdf 1

INFORMASI & PENDAFTARAN Maria/Woro M: +62 823 6410 9559/+62 896 6961 0750 P: +62 21 5790 2338 ext 663/664 maria.tumanggor@markplusinc.com woro.waruju@markplusinc.com MarkPlus Institute EightyEight@Kasablanka 8th Floor Jl. Casablanca Raya Kav. 88 Jakarta 12870, Indonesia

2/21/2020 2:05:00 PM

MISSION

To Promote the Strategic Role of Marketing in Indonesia

VISION

To become the premiere community for Marketing Executives who have strong passion for Marketing in Indonesia

TRI-FOUNDERS OF PKCAM

Philip Kotler Hermawan Kartajaya Hooi Den Huan

MARCH 2020 www.marketeers.com Email: cmoclub@markplusinc.com www.jakartacmoclub.com

JAKARTA CHIEF MARKETING OFFICER CLUB

The Jakarta CMO Club was officiated by the Philip Kotler Center for ASEAN Marketing (PK-CAM) and was established as a platform to empower marketing to a higher level beyond function. Only highly regarded business and marketing leaders will be invited for its membership. The Jakarta CMO Club was launched on February 25, 2008

p. 092 Pathama Sirikul President Director of PT SCG Indonesia Build the Sustainable Growth

MAESTRO CMO MAR20.indd 20997800_MARKETEERS ED MARET1 2020 (COV REG)_T-091.PDF 1

19/02/20 2/20/2020 8:56:4222.16 AM

C

M

O

092

| March 2020

MAESTRO CMO MAR20.indd 20997800_MARKETEERS ED MARET2 2020 (COV REG)_T-092.PDF 1

19/02/20 2/20/2020 9:58:2922.16 AM

C

M

O

093

Pathama Sirikul President Director of PT SCG Indonesia

Build the Sustainable Growth

Conducting business in tune with the sustainable development approach makes SCG’s business survive to this day. With more than 300 companies under its umbrella that consist of more than 53,000 employees, SCG is dedicated to contributing to the sustainable growth and development of every community where SCG operates.

The acquisition is one of the strategies used by this company to control the upstream to downstream lines in Indonesia. Under the control of SCG Indonesia President Director Pathama Sirikul, SCG’s business in Indonesia, which includes Cement-Building Materials; Chemicals; and Packaging continues to grow progressively.

Not surprisingly, because the woman who graduated from Kasetsart University’s Master of Business Administration has been adventuring to lead the SCG business in various countries for more than 27 years, ranging from Thailand, Malaysia, Cambodia, Laos, Vietnam, to Indonesia. In short, she is willing to acknowledge the strengths and weaknesses of her company to be able to design the objective strategies that lead to support sustainable business growth.

Marketeers’ Annisa Bella interviewed Pathama Sirikul in her office in Jakarta, talking about SCG’s business strategies to build sustainable growth.

Please elaborate on SCG Indonesia’s brand portfolio. Are there any new business units being eyed?

SCG operates under three segments (CementBuilding Materials, Chemicals, Packaging) since 1995 in Indonesia. Now, we have 30 companies in the group, with a total asset of US$ 2.33 billion. In relation to the new products and services, we have ongoing research and development program to look for the new innovation of our products and services to address current customers’ needs.

Very interesting. As a player in the Cement Building Materials business, you certainly know that the domestic cement market in Indonesia is an oversupply. Still, the price of cement in retail continues to rise. Plus, we found that many cement players from china come to this market, and many second-class cement players have the potential to cause a price war. How do you deal with it?

Because the Indonesian market is attractive, everyone has an eye on this market. So, it’s normal.

For us, we can’t stop everyone from coming to be our competitor, but we know our strengths and weakness as well. We analyzed ourselves and also the market.

For example, our factory is now in Sukabumi.

Cement is a bulky product, also hefty. We can’t transport cement too far because logistics will queue up for us too. The first thing, we know where we are.

The area that we targeted as the market only DKI Jakarta and West Java, which is the area where we are.

So, we know where to play.

March 2020 |

MAESTRO CMO MAR20.indd 20997800_MARKETEERS ED MARET3 2020 (COV REG)_T-093.PDF 1

19/02/20 2/20/2020 9:58:2922.16 AM

C

M

O

094 If that were the case, how to win the market?

For how to win, what we think is that if we sell a commodity product, people might be able to do cheaper because when we talk about commodities, we talk about the only price. But for us, we didn’t aim to become the lowest price cement producer to win the game. Because with the limited capacity, we have to know what to do, how to differentiate our product from the competitor. We aren’t targeting the commodity; we try to do specialty and provide the solution rather than the product itself.

For example, we have the infrastructure solution that we supply to the toll in here.

To support the infrastructure, it means we have to use the excellent quality of cement.

They will not go with the lower quality of cement because it’s for the long term use, and the government can’t fit with that. The government tends to work with someone who’s a concern with the quality, and it’s us.

So, we have solutions that distinguish us from competitors in terms of targeting the market. Because we understand that if we only compete with the price, we won’t win the competition in this sector.

SCG was acquiring many companies. What made you do this?

Is that one of your strategies to make your business can control upstream to downstream in Indonesia?

We see it as a big opportunity. We see Indonesia as a big market with a vast population. Indonesia’s population is four times larger than Thailand. We are trying to analyze what can be done in Indonesia.

Acquiring a company is one of our strategies.

How about the new capital city? Do you get a slice of cake to work on the new capital city market in Indonesia?

That’s interesting because if we talk about the new capital city, we have to build a lot.

Build the whole thing. We need to develop the toll, earthquake resistance, and it’s related to us. So, we are trying to grab the opportunity for what we can do to provide solutions. We are trying to do something now.

Talking about Industry 4.0, Have you started going there? What kind of digital transformation that you do?

We are lucky to be here. We are in the country that we have five Unicorns. Much opportunity to find the right application to help the business become more efficient and economical. For SCG, we have been using many Apps here, and then we share back to another country as well.

We even have set up our digital team in every country to work together. We have our capital investor to invest in startups. We found that the problem of startups is that they don’t know how to skilled. They are useful in innovative, incubate, and a new initiative, but how to skill up is difficult for them. As a big conglomerate in Thailand and Asia as well, we can help them to skill up.

So, what we are trying to do right now is to capture the opportunity to grow together.

We invest in the startup here. For example, Dekoruma. We put some capital in there and other startups in Indonesia as well, mostly related to or business. Dekoruma has its showroom, and we can learn from them as well about how they do the business. Then, we got a win: win solutions.

SCG is a company that is active in promoting the Circular Economy concept. What is it? And what’s makes your company put more concerned about it? What benefits can be obtained from implementing that concept?

For SCG, we have been implementing this Circular Economy concept for long already for over ten years. We are the pioneer in promoting the Circular Economy concept in Thailand. Then, we arranged our Circular Economy and sustainable development symposium in Thailand for ten times already. What we think is that this year is our 25 years in Indonesia. So, we want to arrange that symposium here to promote the Circular Economy concept that

we are already implementing for more than a year here.

Starting from the design of the product, how we can make the product more durable, how we can utilize fewer materials to produce the same product, till how to use it and return the waste. This is how SCG has been doing in Thailand, and we implement the same concept here in Indonesia, which is Make, Use, Return.

The first thing that we did here is to educate the people for their awareness first. So, we set up the team to become the trainer; what is Passion for Better, what is Circular Economy, and we visit all of the factories to educate them. We also have an internal team to give information about the Circular Economy. After they are aware, we ask them to go to the community and school to educate them as well. Then, we do in our daily life as well. So, we try to start from our everyday life first from the stuff that easy to understand. After that, we come up with business practices. For example, right now, we have one zero-wasted factory. We have the plastic-road that we did in Thailand, and we bring that innovation to Cilegon, Indonesia.

The Circular Economy is a regenerative economic system applied across the value chain to increase management efficiency of waste, raw materials, endof-life products, and energy to circulate continuously in a proper closed loop system.

Through the concept of Circular Economics, we believe it can deliver sustainable growth for each business.

| March 2020

MAESTRO CMO MAR20.indd 20997800_MARKETEERS ED MARET4 2020 (COV REG)_T-094.PDF 1

19/02/20 2/20/2020 8:56:4222.17 AM

Advancing Competencies

ACTION LEARNING PROGRAM

MARKETING PLAN: FROM ZERO TO HERO 9-11 MARET MEDAN 16-18 MARET BANDUNG, BALIKPAPAN 10-12 MARET SEMARANG, MAKASSAR 17-19 MARET SOLO, SURABAYA

OVERVIEW Di era digital saat ini, digital marketing sudah sangat umum digunakan sebagai salah satu cara untuk membangun brand perusahaan. Namun di saat yang sama, perusahaan harus dapat menggunakan digital marketing tools yang tepat, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dari implementasi digital marketing nya. Melalui Action Learning Plan ini, peserta akan mendapatkan insight cara melakukan digital marketing secara taktis mulai dari desain strategi digital marketing, konten marketing hingga pemanfaatan digital channel untuk membangun brand.

WHO SHOULD ATTEND

OUTLINE

• • • • •

• Mendesain strategi digital marketing yang tepat untuk perusahaan • Menyusun konten marketing yang sesuai dengan strategi digital marketing perusahaan • Teknik implementasi melalui berbagai social media channel • Pemanfaatan search marketing untuk meningkatkan visibility • Membangun brand melalui video

Digital Marketing Manager Digital Product Manager Social Media Manager Brand Manager (Digital) Individuals Who Plan and Implement Digital Channel

GET YOUR BEST DEALS STARTS FROM RP 1,800,000 - 3,600,000

PARTICIPATION FEES:

RP 3,600,000/PERSON

ONLY AT shop.marketeers.com

BANDUNG (+62 22 200 5335) Ina +62 812 2045 5958 Jihan +62 821 2665 9819

SOLO (+62 271 738 666) Tina +62 823 2970 0206

SEMARANG (+62 24 8640 0700) Rina +62 857 8655 7760

MAKASSAR (+62 411 3650 454) Dian +62 822 7243 2993

SURABAYA (+62 31 562 1314) Galuh +62 857 4807 2752

DENPASAR (+62 361 449 3656) Recca +62 857 1509 0744

MEDAN (+62 61 451 3196) Ade +62 812 2776 1242

BALIKPAPAN (+62 542 736980) Jane +62 852 4768 8818

markplusinstitute.com 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-095_R1.pdf 1

markplusinstitute

MarkPlus Institute 2/21/2020 2:05:00 PM

GET YOURSELF READY TO BE MBA STUDENT! Prepare yourself to enroll in Executive MBA Program in Strategic Marketing in Indonesia.

EXECUT E MASTER EXECUTIVE S USI SS A A O OF BUSINESS ADMINISTRATION TE MA STRATEGIC MARKETING

ALLL IN S ENGLISH Endorsed by:

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-096.PDF 1

A prestigious collaboration of post-graduate program between SBM ITB & MarkPlus Institute More Info: smemba.markplusinc.com Naya +62812 1847 066

2/20/2020 8:56:42 AM

Marketeers GRAIN TRADERS

PRODUCT

MOVIE & MUSIC

P. 100

P. 102

MAKE YOUR OWN BOWL

P. 098

MARKETEERS X MAR20.indd 20997800_MARKETEERS ED MARET12020 (COV REG)_T-097.PDF 1

19/02/20 2/20/2020 8:56:4322.17 AM

M

A

R K

E

T

E E R S

X

Food 098

Grain Traders

Make Your Own Bowl

Selain menyuguhkan menu sehat, resto ini mempersilakan pengunjung meracik menunya sendiri. Mulai dari bahan gandum, protein, sayuran, dressing, hingga topping.

Oleh

Estu Dian Maranti

Menu makanan sehat dan seimbang menjadi salah satu kuliner yang diburu oleh orang-orang urban di Kota Jakarta.

Sementara, resto-resto yang menawarkan kuliner sehat ini makin banyak jumlahnya.

Salah satunya, Grain Traders yang berada di kawasan perkantoran World Trade Centre 5 dan beroperasi sejak tahun lalu. Resto ini pertama kali beroperasi pada tahun 2015 di Singapura.

Resto ini menghadirkan konsep make your own bowl. Artinya, pengunjung dapat berkreasi membuat makanan seimbang sesuai keinginannya dengan berbagai macam menu pilihan, seperti gandum, protein, sayuran, dressing, dan topping.

Mengutamakan penggunaan bahan-bahan segar dan premium, Grain Traders berupaya memenuhi kebutuhan pengunjungnya akan makanan yang lebih sehat dan lebih seimbang di tengah menjamurnya makanan cepat saji dan jajanan pinggir jalan.

“Grain Traders ingin berbagi interpretasi atas konsep conscious eating dan rasa cinta kami terhadap bahan-bahan yang segar dan proses memasak yang sarat dengan pemikiran,” jelas Javier Perez, Pendiri Grain Traders.

Concious eating merupakan gerakan yang mengutamakan sayuran dan konsep-konsep menu yang berbasis gandum. Sehingga, di Grain Traders, pengunjung akan ditawari berbagai jenis gandum sebagai dasar, seperti

| March 2020

MARKETEERS X MAR20.indd 2

19/02/20 22.17

M

A

R K

E

T

E E R S

X Food 099

mementingkan setiap keseimbangan antarmenu. Semua makanan dimasak secara langsung di depan pelanggan. Entah dengan cara dipanggang, dibakar, ditumis, maupun sous-vide di dapur yang berkonsep open-kitchen.

Ada juga menu yang disiapkan dengan konsep slow cooking. Konsep ini bertujuan untuk membangun citarasa yang khas, tanpa perasa buatan, dan tidak ada tambahan gula.

Ketika memasuki Grain Traders, pengunjung akan disambut dengan berbagai macam instalasi seni. Grain Traders memang ingin menciptakan ruangan yang hangat dengan berfokus pada materi-materi organik dan tekstur-tekstur bertema rumah.

Di salah satu dindingnya, ada instalasi berbahan metal besutan Brandon Breaux, seniman asal Amerika Serikat. Instalasi tersebut menampilkan seorang ibu yang sedang memanen gandum.

Tidak hanya instalasi seni, musik juga menjadi elemen penting Grain Traders.

Seluruh daftar lagunya telah dikurasi secara pribadi oleh sang pemilik. Musik-musik di sini merupakan buah perpaduan dari beragam budaya dan masa dengan lagu-lagu yang menjaga energi sepanjang hari.

Grain Traders World Trade Centre 5, Ground Floor, RT.8/RW.3, Kuningan, Karet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12920 PRICE Approx. IDR 250.000 for two People HOURS Monday - Friday

risotto, black rice, quino. Adapula nasi lemak brown rice sebagai menu khusus yang disesuaikan dengan lidah orang Indonesia.

Selain menu gandum, pengunjung juga dapat memilih menu protein hingga dressing yang beragam. Pada menu protein, terdapat sous-vide chicken breast, tuna tataki, donburi salmon, beef steak serta slow-cooked lamb shoulder. Pengunjung juga disuguhi 16 jenis menu sayuran yang bisa dipilih, seperti raw zucchini & pumpkin salad with broccoli pesto, bean sprout salad, cauliflower pickle, house-made pineapple kimchi, dan masih banyak lagi.

Berbagai jenis dressing juga disuguhkan untuk melengkapi setiap menu pilihan, seperti asian gravy, coconut curry, salsa

: 08.00-20.00

verde, basil & balsamic vinaigrette, serta wasabi mayo. Pengunjung juga ditawari berbagai macam topping yang menambah gurihnya makanan. Setiap menu dijamin memiliki nutrisi seimbang.

Jika pengunjung bingung memilih menu yang begitu banyak, Grain Traders juga menyiapkan menu reguler, seperti GT steak & egg, tuna tataki with black rice, salmon steak & GT nasi lemak, serta kimchi fried rice with beef brisket. Dan, untuk menu minuman, Grain Traders juga menyajikan kopi dan smoothies yang dapat memanjakan lidah pengunjung.

Setiap menu yang terdapat di Grain Traders dirancang khusus oleh Culinary Director Gisela Salazar Golding dengan

March 2020 |

MARKETEERS X MAR20.indd 20997800_MARKETEERS ED MARET32020 (COV REG)_T-099.PDF 1

19/02/20 2/20/2020 10:10:1822.17 AM

M

A

R K

E

T

E E R S

X

Pro oduct 100 0

2 Hyundai New Tucson Tersedia Dua Pilihan Mesin

1

New MINI Cooper S Clubman Makin Manis dan Eksotis

Mengawali tahun 2020, BMW Group Indonesia melalui brand MINI meluncurkan varian terbaru dari mobil lima pintunya yakni MINI Clubman. Untuk pasar Indonesia, MINI menghadirkan dua varian.

Salah satu yang menarik adalah varian MINI Cooper S Clubman. Sejumlah perbedaan baru yang meliputi eksterior hingga interior kian membuat Clubman tampak segar.

Dari bagian wajah, terlihat grill radiator baru, headlamp LED, foglamp dengan driving light ring. Sedangkan pada bagian samping MINI menyematkan velg berukuran 18-inchi melekat di Cooper S. Pada bagian buritan mobil, lampu LED dengan desain Union Jack terlihat

3

Suzuki XL7 Penantang Baru di Segmen LSUV

Pasar low sport utility vehicle (LSUV) semakin menarik perhatian para produsen mobil. Terlihat dengan masuknya pemain baru di segmen ini, yakni Suzuki Indomobil Sales (SIS) yang resmi mengenalkan Suzuki XL7. Bahkan, peluncuran di Indonesia ini disebut sebagai world premiere alias peluncuran global perdana.

mempermanis bagian ini. Warna Piano Black menghiasi sekeliling lampu belaka ang untuk varian Cooper S. Bagian kabin turut diperbarui yang makin membuat Clubman terlihat modern. Lebih dari itu, konsumen dapa at memilih interior sesuai seleranya dengan an adanya MINI Yours. Beralih ke bagian mesin, MINI mempercayakan mesin 1.500 cc 3 silinder turbo dengan tenaga 134 dk serta torsi 220 Nm untuk varian Cooper. Sedangkan varian Cooper S dipersenjatai dengan 2.000 cc 4 silinder turbo dengan tenaga 192 dk dan torsi 280 Nm. Persamaan antara keduanya terletak pada penggunaan transmisi Dual Clutch Transmission.

Soal harga, MINI Cooper S Clubman diberi banderol Rp 875 juta off the road.

“Mengusung The New Extraordinary SUV, XL7 memiliki tiga keunggulan, yakni desain yang bold, interior nyaman, dan d fitur-fitur canggih. Target dari XL7 adalah fi keluarga yang ingin mengganti mobil ke k model SUV untuk mendukung aktivitas m petualangan,” kata Donny Saputra, 4W p Marketing Director PT SIS. M Suzuki XL7 tampil dengan konfigurasi 7-seater, sesuai dengan preferensi k konsumen di Indonesia. Produk ini m menyasar peminat SUV yang umumnya p pemilik mobil kedua yang ingin berganti d dari semula city car atau low multipurpose vehicle (LMPV).

Suzuki XL7 memiliki mesin K15B dengan k kapasitas 1.462 cc yang bisa menghasilkan d daya hingga 104,7 PS pada putaran 6.000 rp pm dan torsi maksimal 138 Nm pada putaran 4.400 rpm. Memiliki ground clearance hingga 200 mm, mobil ini bisa melewati berbagai jenis jalan.

LSUV terbaru Suzuki ini memiliki tiga varian, yakni Zeta, Beta, dan Alpha. Untuk harga, XL7 dipatok dari kisaran RP 230 juta hingga Rp 267 juta on the road (OTR) Jakarta. Anda tertarik?

Mengawali tahun 2020, PT Hyundai Mobil Indonesia meluncurkan midsize SUV terbarunya, New Tucson. Beberapa penyegaran yang ditanamkan Hyundai di New Tucson meliputi tampilan eksterior, interior, fitur, hingga dapur pacu.

“Kini, Hyundai menggunakan desain ciri khasnya yang juga dipakai di Kona dan Santa Fe yakni Redesigned Radiator Grille. New Hyundai Tucson hadir untuk mengisi segmen di antara Hyundai Kona dan Santa Fe,” ucap Hendrik Wiradjaja, Deputy Marketing Director PT Hyundai Mobil Indonesia.

Perubahan wajah juga dibarengi dengan penggunaan LED pada DRL serta fog lamp.

Mundur ke buritan, Hyundai menanamkan LED Rear Lamp Combination yang membuat New Tucson semakin terlihat futuristis. Melirik ke dalam kabin, beberapa sentuhan baru sukses memberikan kesan elegan. Desain dashboard baru terlihat minimalis dengan headunit 7-inch display audio dengan konektivitas yang mendukung Android Autolink dan Apple Car Play™.

Kini, konsumen diberikan dua pilihan mesin untuk New Tucson. Kedua mesin tersebut adalah mesin bensin 2.0 liter NU MPi Atkinson dengan transmisi Automatic Shiftronic-6 Speed dan mesin CRDi EVGTurbo 2.000 cc (diesel) dengan transmisi Automatic Shiftronic 6 Speed.

New Tucson hadir dengan empat pilihan warna, yakni Phantom Black, Platinum Silver, Pepper Grey dan White Cream.

Dengan segala pembaruan itu, Hyundai membanderol New Tucson seharga Rp 464 juta (OTR Jakarta) untuk mesin bensin dan Rp 520 juta (OTR Jakarta) untuk mesin diesel.

| March 2020

MARKETEERS X MAR20.indd 20997800_MARKETEERS ED MARET42020 (COV REG)_T-100.PDF 1

19/02/20 2/20/2020 8:56:4322.17 AM

M

A

R K

E

T

E E R S

X

Product 101

4

Motor penjelajah j l j h tangguh t h akhirnya khi kembali diperkenalkan PT Astra Honda Motor (AHM) dengan membawa sejumlah penyegaran. Motor yang dikenal dengan nama Honda CRF1100L Africa Twin kini memiliki sejumlah fitur baru serta performa yang ditingkatkan.

Africa Twin diklaim makin canggih.

Pasalnya, Honda membekali motor ini dengan perangkat elektronik terbaru seperti penghangat grip, socket 12 volt, serta panel instrumen pada layar full TFT berukuran 6,5-inchi. Canggihnya, panel instrumen ini bisa terhubung langsung ke smartphone untuk mengakses navigasi hingga musik.

5

6

Honda CRF1100L Africa Twin H M Makin Tangguh untuk P Petualangan

New Civic Hatchback RS Siap Dongkrak Penjualan

Setelah varian hatchback pertama kali hadir pada tahun 2017, Honda Prospect Motor (HPM) mengeluarkan seri RS pada tahun ini. Kehadirannya pun digadanggadang akan melanjutkan kesuksesan bisnis HPM di pasar mobil hatchback, khususnya yang membawa karakter sporty. Mengikuti jejak Jazz RS, New Civic Hatchback RS rasanya disiapkan untuk menjadi tulang punggung baru penjualan Civic.

Melihat perjalanannya, Civic generasi pertama yang hadir pada tahun 1976 hingga kini menyandang status penjualan kumulatif tertinggi di Indonesia. Khusus di segmen hatchback yang hadir pada tahun 2017, Civic Hatchback telah terjual sebanyak 5.000 unit.

Segmen hatchback sendiri menyumbang sekitar 3% dari total penjualan mobil secara nasional.

“Di segmen ini, tipe RS seperti yang terjadi pada Honda Jazz menguasai penjualan hingga 97%. Kami melihat, karakter sporty yang hadir dari tipe RS mampu memenuhi hasrat konsumen Indonesia. Atas dasar ini, Civic Hatchback RS diluncurkan,” papar Yusak Billy,

Dari Honda D i segii performa, f H d ttetap t mengandalkan mesin berkonfigurasi dua silinder segaris. Namun, motor ini kini memiliki kenaikan kapasitas mesin menjadi 1.048 cc. Berkat rombakan mesinnya, Africa Twin generasi terbaru mengalami kenaikan tenaga menjadi 100,5 hp pada 7.500 rpm serta torsi 105Nm pada 6.250 rpm.

Honda CRF1100L Africa Twin diluncurkan dalam dua varian. Varian pertama yang diberi nama Africa Twin Adventure Sport dibanderol seharga Rp 559 juta (OTR) Jakarta. Sedangkan varian tertingginya yang mempunyai transmisi semi otomatis Dual Clutch Transmission (DCT) dibanderol seharga Rp 599 juta (OTR) Jakarta.

Kipling x PAC-MAN Kolaborasi Ulang Tahun

Kipling merilis lini koleksi kolaborasi dengan karakter game Pac-Man untuk mode tas musim semi/musim panas (S/S) tahun 2020. Kolaborasi berjudul Kipling x PAC-MAN ini sekaligus merayakan 40 tahun kedua merek yang jatuh pada tahun ini.

Dalam kolaborasi ini, Kipling menghadirkan tujuh seri. Di antaranya lini koper Curiousity S yang hadir dalam desain game layout PAC-MAN dengan warna khas biru tua dan titik-titik kuning. Kipling secara khusus menambahkan bonus stiker karakter PAC-MAN untuk setiap pembelian. Hal ini untuk mendukung kreativitas konsumen dalam mendekorasi koper PAC-MANnya.

Seri lainnya adalah tas jinjing seri Art M, tas ransel Delia dan Delia Compact, dan lini sling bag seri Zio, Hanga, dan Adria.

Semua hadir dalam desain layout penuh warna khas Kipling dan dilengkapi dengan desain karakter piksel dan game layout khas PAC-MAN. Koleksi Kipling x PAC-MAN bisa didapatkan di semua gerai Kipling di seluruh Indonesia. Koleksi ini dibanderol mulai Rp 3 juta untuk seri Curiousity S. Sementara, seri tas mulai dari Rp 2,9 juta hingga Rp 1 juta.

Koleksi ini juga hadir di platform online Mapemall.com.

Business Innovation and Sales & Marketing Director HPM. Berbagai perubahan pun hadir di mobil ini. Meski terbilang minor change, ada 12 perubahan, mulai dari eksterior, interior, hingga ke bagian jok dan steering. Tampilan yang semakin sporty pun berhasil dibawa oleh Civic Hatchback RS yang dibalut lima pilihan warna. Warna-warna tersebut meliputi, Brilliant Sporty Blue Metallic, Modern Steel Metallic, Rally Red, Crystal Black Pearl, dan Platinum White Pearl. New Honda Civic Hatchback RS hadir dengan harga Rp 499 juta.

March 2020 |

MARKETEERS X MAR20.indd 20997800_MARKETEERS ED MARET52020 (COV REG)_T-101_R1.pdf 1

20/02/20 2/21/2020 2:05:0118.17 PM

M

A

R K

E

T

E E R S

X

Movie & Music 102 Mulan

Oh Wonder

Setelah mendapatkan kritik dan harus melakukan syuting ulang, live-action dari animasi klasik Mulan akan tayang pada 25 Maret 2020. Sutradara Niki Caro menegaskan live-action kali ini akan sangat berbeda.

Mulan tidak akan menjadi film musikal seperti di animasi, tetapi merupakan film aksi yang berfokus pada legenda Hua Mulan, pahlawan China.

Deretan artis ternama asal China pun akan memeriahkan live-action Mulan. Liu Yifei akan berperan sebagai Mulan. Sementara, Donnie Yen akan hadir sebagai Komandan Tung. Adapula Jet Li, Jason Scott Lee, dan Gong Li. Film ini diharapkan dapat merepresentasikan cerita legenda Hua Mulan dengan baik.

Pada album ketiga mereka, Oh Wonder menghadirkan pesan berbeda dibandingkan albumalbum sebelumnya. Hasilnya, deretan lagu yang ada dalam No One Else Can Wear Your Crown terdengar lebih bersemangat, self-aware, dan inspiratif. Lagu Dust yang membuka album ini masih khas dengan nuansa pop elektrik dan mengusung pesan yang menghangatkan hati.

Legenda China

No One Else Can Wear Your Crown

Walls

Louis Tomlinson Louis Tomlinson makin yakin keluar dari zona nyamannya melalui album terbaru, Walls. Dalam album berisi 12 lagu ini, Tomlinson menghadirkan sisi lain dirinya dan melepas bayangan boyband One Direction yang membesarkan namanya. Berbeda dengan rekan-rekannya yang menjadi solois dengan genre pop, R&B dan musik eksentrik; Tomlinson lebih menonjolkan sisi emosional seperti lagu Habit.

Galantis

Church Galantis mengajak para pendengar bersenangsenang dengan 14 lagu yang terdapat dalam album terbaru mereka, Church. Lewat Church, mereka tidak menggambarkan church (gereja) sebagai tempat ibadah kepercayaan tertentu, tapi tempat bagi banyak orang yang memiliki kesamaan pemikiran untuk kemanusiaan yang lebih baik.

Kesha

High Road High Road bisa menjadi gambaran dari penerimaan diri Kesha dengan masa lalunya. Ada banyak beat asyik untuk berdansa. Kesha membawa banyak kesenangan lewat beragam jenis musik yang dia bawakan. Tidak hanya genre, Kesha juga menawarkan ragam penyampaian vokal unik di setiap lagu.

A Quiet Place 2

Bertahan Hidup

Oleh Clara Ermaningtiastuti & Estu Dian Maranti

Sukses memberikan ketegangan dalam film pertamanya, A Quiet Place akan kembali menghibur penggemar film thriller pada 18 Maret 2020.

Melanjutkan cerita setelah keluarga Abbot bertahan dari serangan alien di rumahnya, kini Evelyn Abbot (Emily Blunt) harus melindungi ketiga anaknya serta harus menemukan tempat baru yang lebih aman.

Berbeda dengan film pertama yang hening dan bisu, A Quiet Place 2 akan lebih berisik. Masih disutradarai dan ditulis oleh John Krasinski, cerita film akan lebih rumit dengan menampilkan ketegangan cara bertahan hidup. Selain menghadirkan para pemeran lama, seperti Noah Jupe dan Millicent Simmonds, juga akan ada tokoh baru yang diperankan oleh Cillian Murphy dan Djimon Hounsou.

| March 2020

MARKETEERS X MAR20.indd 20997800_MARKETEERS ED MARET62020 (COV REG)_T-102.PDF 1

19/02/20 2/20/2020 8:56:4322.18 AM

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-103.PDF 1

2/20/2020 8:56:43 AM

We are content-driven brand activators.

We blend together thought-provoking-speakers, immersive experiences & head-turning performances.

CORPORATE EVENT • CUSTOMER GATHERING • COMPETITION • AWARDING CEREMONIES CONFERENCE • GRAND OPENING • PRODUCT LAUNCHING • ROADSHOW GROUND BREAKING • EXHIBITION

EightyEight@Kasablanka, 8th Floor Jl. Casablanca Raya Kav. 88 Jakarta 12870, Indonesia Phone : +6221 579 023 38 Fax : +6221 579 023 39 marketeers.com/brandactivation

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_T-104.PDF 1

2/20/2020 8:56:44 AM

Menangkan Hadiah Langsung Merchandise MyPertamina HADIAH KHUSUS HADIAH KHUSUS TRANSAKSI NON-TUNAI (CASHLESS) BAGI PELANGGAN PREMIUM, BAGI PELANGGAN BBM & LPG SUBSIDI LPG 3 KG & BIOSOLAR (B-30)

16 EMAS @5 Gram

(Diundi Tiap Bulan)

4 HONDA BEAT (Diundi Tiap Bulan)

Download Sekarang

SALDO LinkAja

(Diundi 80 Pemenang Setiap Minggu Hingga April 2020)

*Jumlah total hadiah emas dan motor.

Syarat dan ketentuan berlaku.

REG)_C-2+3.pdf1 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_C-2.PDF

2/20/2020 8:56:26 AM

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_C-3.PDF 1

2/21/2020 2/20/20202:50:31 8:56:27PM AM

Kesempatan Emas Merek Saat Ramadan | Diskon: Antara Mudarat dan Manfaat March 2020 issue Rp 50.000,-

GenZ@Work: 40 Tips & Insights March 2020 issue www.marketeers.com www.marketeers.com/tv

REG)_C-1+4.pdf1 1 20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_C-4.PDF

2/20/2020 9:01:58 AM

GenZ Z @Work rk

Gen Z: The Born to Digital Generation By Hermawan Kartajaya

English & Chinese sections inside

20997800_MARKETEERS ED MARET 2020 (COV REG)_C-1.PDF 1

2:49:35 PM 2/21/2020 2:04:48