Malang ekspres ed selasa, 1 maret 2016

Page 9

X

MALANG E SPRES

-File

9 Selasa, 1 Maret 2016

Gapura Makam Batoro Katong

Napak Tilas Kangdjeng Batoro Katong (1)

Putra Brawijaya V ‘Setengah Dewa’ BICARA soal Mbah Honggo Koesoemo yang diulas dalam edisi X-File sebelumnya (29/2), rasanya tak afdol jika tak merunut akar sejarah generasi terdahulunya. Ditarik mundur ke belakang, sosok Mbah Honggo yang dimakamkan di kawasan Gang IV Kayutangan Kota Malang, masih berkaitan dengan adipati pertama di Ponorogo, Kangdjeng Batoro Katong. Dikisahkan bahwa Mbah Honggo Koesoemo memiliki garis kekerabatan dengan Raden Mas Soerohadimerto, seorang ulama yang juga dikenal dengan nama Kyai Ageng Peroet. Beliau tak lain adalah putra dari Adipati Ponororogo, B.R Soerodiningrat yang notabene cucu dari B.R Adipati Mertowongso ing Ponorogo.

Adipati Mertowongso sendiri adalah cicit dari Batoro Katong, adipati pertama Ponorogo yang sejatinya putra dari Prabu Brawijaya V dari seorang selir Putri Campa yang beragama Islam. Bernama lahir Lembu Kanigoro, Batoro Katong memiliki kakak tertua bernama Lembu Kenongo, yang ketika dewasa lebih dikenal sebagai Raden Fatah yang mendirikan Kasultanan Demak Bintoro. Lembu Kanigoro mengikuti jejak sang kakak, untuk berguru di bawah bimbingan Wali Songo di Demak. Dikisahkan sebelum kelahiran Lembu Kenongo mapun Lembu Kanigoro, para wali sengaja membujuk Prabu Brawijaya V agar masuk Islsam dengan

menawarakan seorang putri Campa muslim untuk menjadi istrinya. Walaupun kemudian Prabu Brawijaya sendiri gagal di-Islamkan, tetapi perkawinannya dengan putri Campa mengakibatkan konflik politik di Majapahit. Sebagaimana dilakukan oleh seorang penggawanya bernama Pujangga Anom Ketut Suryongalam. Seorang penganut Hindu, yang berasal dari Bali. Tokoh terakhir ini kemudian desersi untuk keluar dari Majapahit kemudian membangun peradaban baru di tenggara Gunung Lawu sampai lereng barat Gunung Wilis dan dikenal dengan nama Wengker (atau Ponorogo saat ini). Ki Ageng Ketut Suryangalam ini

kemudian dikenal sebagai Ki Ageng Kutu atau Demang Kutu. Daerah yang menjadi tempat tinggal Ki Ageng Kutu ini dinamakan Kutu, kini merupakan daerah yang terdiri dari beberapa desa di wilayah Kecamatan Jetis. Ki Ageng Kutu-lah yang kemudian menciptakan sebuah seni Barongan, yang kemudian disebut Reog. Reog sendiri merupakan artikulasi kritik simbolik Ki Ageng Kutu terhadap raja Majapahit (disimbolkan dengan kepala harimau), yang ditundukkan dengan rayuan seorang perempuan atau Putri Campa (disimbolkan dengan dadak merak). Ki Ageng Kutu sendiri disimbolkan sebagai Pujangga Anom atau sering disebut

sebagai Bujang Ganong, yang bijaksana walaupun buruk rupa. Ki Ageng Kutu berupaya untuk memperkuat basis di Ponorogo, inilah yang selanjutnya dianggap sebagai ancaman oleh kekuasaan Majapahit. Pandangan yang sama juga dimiliki Kasultanan Demak. Sunan Kalijaga bersama muridnya bernama Kiai Muslim alias Ki Ageng Mirah mencoba melakukan investigasi terhadap keadaan Ponorogo, dan mencermati kekuatan-kekuatan yang paling berpengaruh di Ponorogo. Mereka menemukan Demang Kutu sebagai penguasa paling berpengaruh saat itu. (*)

Kalahkan Ki Ageng Kutu, Kuasai Ponorogo DEMI kepentingan ekspansi kekuasaan dan Islamisasi, penguasa Demak mengirimkan seorang putra terbaiknya, yakni Batoro Katong dengan salah seorang santrinya bernama Selo Aji dan diikuti oleh 40 orang santri senior lain. Batoro Katong alias Lembu Kanigoro akhirnya sampai di wilayah Wengker, kemudian memilih tempat yang untuk pemukiman, yaitu Dusun Plampitan, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan. Saat Batoro Katong datang memasuki Ponorogo, kebanyakan masyarakat Ponorogo adalah penganut Budha, animisme dan dinamisme. Singkat cerita, terjadilah pertarungan antara Batoro Katong dengan Ki Ageng Kutu. Di tengah kondisi yang sama sama kuat, Batoro Katong nyaris kehabisan akal untuk menundukkan Ki Ageng Kutu. Kemudian dengan akal cerdasnya, Batoro Katong berusaha mendekati putri Ki Ageng Kutu yang bernama Niken Gandini, dengan diiming-imingi akan dijadikan istri. Kemudian Niken Gandini inilah yang dimanfaatkan Batoro Katong untuk mengambil pusaka Koro Welang, sebuah pusaka pamungkas dari Ki Ageng Kutu. Pertempuran

MAGIC BOX

125

135

35

05

Bagian dalam bangunan makam Batoro Katong

Mengenal Berbagai Jenis Khodam KHODAM adalah makhluk gaib atau makhluk halus (bisa berupa jin) yang konon diyakini bisa dimintai bantuannya atau diharapkan tuahnya oleh manusia. Biasanya, khodam menjadi sumber kekuatan dari benda-benda pusaka, batu-batu mustika, jimat, ilmu kanuragan dan olah batin lainnya. Berikut jenis-jenis khodam berdasarkan asal usul dan karakteristiknya.

11 58

berlanjut dan Ki Ageng Kutu menghilang, pada hari Jumat Wage di sebuah pegunungan di daerah Wringin Anom Sambit Ponorogo. Hari ini oleh para pengikut Kutu dan masyarakat Ponorogo (terutama dari abangan), menganggap hari itu sebagai hari naas-nya Ponorogo. Tempat menghilangnya Ki Ageng Kutu ini disebut sebagai Gunung Bacin, terletak di daerah Bungkal. Batoro Katong kemudian mengatakan bahwa Ki Ageng Kutu akan moksa dan terlahir kembali di kemudian hari. Hal ini dimungkinkan dilakukan untuk meredam kemarahan warga atas meninggalnya Ki Ageng Kutu. Setelah dihilangkannya Ki Ageng Kutu, Batoro Katong mengumpulkan rakyat Ponorogo dan berpidato bahwa dirinya tidak lain adalah Batoro, manusia setengah dewa. Hal ini dilakukan, karena Masyarakat Ponorogo masih mempercayai keberadaan dewa-dewa alias para batara. Dari pintu inilah Katong kukuh menjadi penguasa Ponorogo, mendirikan istana dan pusat kota lantas kemudian melakukan Islamisasi Ponorogo secara perlahan namun pasti. (*)

1. Khodam Leluhur (Roh Leluhur sebagai Khodam) Khodam jenis ini memempati urutan pertama karena memang khodam leluhur dipercaya memiliki tingkat kekuatan yang cukup tinggi. Tak hanya yang memiliki kedekatan emosional, khodam leluhur juga akan mendampingi keturunannya lintas generasi. Misalkan keturunan ke-4 atau ke-7. Khodam leluhur menjenguk dan juga mendekati anak-keturunan mereka, bahkan tak jarang membantu mereka ketika dalam kesulitan.

2. Khodam Pendamping Khodam pendamping adalah sejenis makhluk halus yang memang secara tidak sengaja maupun sengaja mengikuti seseorang, bisa mengikuti di sebelah kiri, kanan, belakang, atas atau pun disisi lainnya. Khodam pendamping umumnya berasal dari jenis jin dan keberadaan mereka dapat disadari atau bahkan tanpa disadari oleh orang yang didampinginya. 3. Khodam Ilmu Khodam yang ketiga adalah khodam ilmu. Khodam yang satu ini umumnya berasal dari ilmu yang diamalkan oleh seseorang. Khodam ini bersifat khusus, karena memang khodam ilmu hanya mau menjalankan tugas dari orang yang memiliki ilmu khodam tersebut. Khodam ilmu biasanya berasal dari makhluk halus jenis jin, genderuwo, kuntilanak, sukma atau arwah atau pun khodam pusaka yang memang tertarik dengan amalan sang pemilik ilmu.

4. Khodam Benda Pusaka Khodam benda pusaka, khususnya keris Jawa, merupakan khodam yang memang menghuni sebilah keris. Asal usul khodam keris adalah dari para pembuatnya. Pada zaman dahulu, para pembuat keris alias empu terkenal sangat sakti dan umumnya memasukanmakhlukgaibtertentukedalamkeris buatannya. Beberapa keris yang memiliki tingkat khodam cukup tinggi diantaranya Keris Empu Gandring, keris Nogo Sosro, Sabuk Inten, Keris Samber Nyowo, Keris Setan Kober, Keris Nogorunting dan juga beberapa keris lainnya. 5. Khodam Benda-benda Gaib Selain benda pusaka keris, khodam juga dipercaya menghuni benda-benda gaib yang lainnya seperti batu mustika seperti batu mustika merah delima, kecubung wulung, badar besi, batu mustika tapak jalak, batu mustika junjung drajat, batu mustika onix, batu mustika kol buntet, batu mustika sere, batu mustika getah katilayu dan juga jenis-jenis batu mustika lainnya. (*)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Malang ekspres ed selasa, 1 maret 2016 by Malang Ekspres - Koran Masa Kini - Issuu