Majalah mutualista edisi #5

Page 17

ISI INTI menjawab soal di lembar jawaban adalah lebih urgent daripada aktivitas membaca. Di sini kita telah lupa bahwa membaca adalah pintu gerbang menggali ilmu, yaitu sebuah proses yang sangat fundamental yang harus menjadi kebiasaan setiap orang, yang harus dilatih dan dimulai dari usia belia. Mempunyai habit (kebiasaan, kegemaran) membaca adalah bukan diperoleh secara tiba-tiba atau ujug-ujug. Tibatiba menjadi orang yang senang membaca, apa saja dibaca, dan di mana saja selalu membaca. Kegiatan membaca adalah kegiatan yang sangat membosankan untuk manusia yang belum terbiasa. Kalau dapat, kita harus pintar secepatnya tanpa membaca. Mencetak manusia yang secara tiba-tiba mempunyai habit membaca adalah seperti menunggu sebuah perahu gabus tenggelam atau menunggu besi baja pejal terapung di air. That mean is not easy, bukan pekerjaan mudah. Mempunyai habit membaca harus dimulai dari usia dini, terutama di sekolah dan juga di rumah. Saat para kepala sekolah Muhammadiyah berkunjung ke Hendersen Public School Singapore, mereka sangat kaget karena kegiatan awal sekolah adalah mengumpulkan semua siswa duduk rapi di lapangan terbuka hanya untuk aktivitas membaca dalam waktu sekitar 15 menit. Seorang guru di Koyamanishi Sogakko, Jepang, menjelaskan kepada para tamunya dari sekolah-sekolah Muhammadiyah di bulan Oktober 2013, bahwa kegagalan sebuah kurikulum adalah dapat dilihat dari persentase siswanya yang mempunyai kebiasaan membaca. Tidak sulit untuk mengukur keberhasilan sebuah kurikulum dari sebuah sekolah, survei saja dalam satu kelas berapa persen siswa yang mempunyai habit membaca. Survei seperti ini sudah banyak dilakukan oleh sekolahsekolah di tanah air, dan hasilnya sangat memprihatinkan, yaitu dapat mendekati angka nol persen. Ini mempunyai arti bahwa jika dalam satu kelas ada 40 siswa, maka hampir tidak ada satupun yang senang membaca. Walaupun data ini mungkin tidak valid, tetapi hasil survei ini dapat menjadi pengingat kita bahwa kebiasaan membaca untuk siswa masih belum tersentuh oleh kurikulum sekolah secara serius, ataupun belum tersentuh oleh kepedulian para wali murid di rumah.

Murid atau siswa sering menjadi objek yang sering terkena dampak "manusia kecil yang disalahkan akibat sistem". Siswa yang hebat (termasuk gemar membaca) adalah lahir dari lingkungan yang hebat. Lingkungan yang hebat di sekolah akan melahirkan guru yang hebat, yaitu guru yang dapat menjadi teladan atau guru yang selalu dapat dicontoh etos dan kepribadiaanya. Ingat, jumlah persentase siswa yang mempunyai kegemaran membaca tidak akan melebihi persentase kegemaran membaca para gurunya. Begitu juga rumus ini dapat berlaku saat di rumah, yang orang tua adalah guru, dan pada saat di sekolah guru adalah sebagai orang tua. Ping-pong keberhasilan di sekolah dan di rumah akan menjadi keberhasilan bersama anak-anak kita yang akan mewarnai masyarakat di masa yang akan datang. Mendesain sebuah iklim pendidikan anak yang harus beres di sekolah dan di rumah adalah pekerjaan yang tidak mudah, tetapi bukan berarti sulit. Hanya kemauan yang dapat mendobrak kebekuan ini, yang harus juga dimulai dari hari ini. Senang membaca adalah ciri-ciri orang cerdas dan ingin maju, maka berikhtiarlah maksimal, selama masih ada waktu. Good Luck.

Imam Robandi

Mewartakan Merekatkan Menginspirasi

No.5/Th.3/Ags-2015

15


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.