Landscape edisi januari 2014

Page 1

Landscape

Buletin Mahasiswa FTSP

Forum Aspirasi Mahasiswa FTSP

Pemilrek Butuh Tim Pengawas? ”Jalan-Jalan” Tanpa Verifikasi Evolusi Politik Sang Komandan SOLID / LANDSCAPE EDISI JANUARI 2014


SAPAAN REDAKSI

DAFTAR ISI

Allhamdulillah! Kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melancarkan kita dalam pembuatan produk LANDSCAPE Edisi Januari 2014 kali ini yang mengangkat permasalahan soal “Pemilihan Rektor UII”. Produk yang digarap dengan cita rasa penuh tanggung jawab ini kami buat untuk menunjukkan eksistensi SOLID kembali sebagai Lembaga Pers Mahasiswa FTSP. Meski jauh dari kesempurnaan, kami berusaha menyajikan tulisan yang dikemas sedemikian rupa agar tampil menarik dan memikat pembaca. Di satu sisi lain mengenai produk ini, kami menyadari bahwa masih banyak salah dalam penulisan dan kami mengharapkan kritik dan saran terkait itu. Walaupun demikian, tujuan utama bagi kami adalah dapat menyapa pembaca sekaligus mempererat tali silaturahmi melalui media ini. Salam PERSMAAA !!!

Cover ......................................................................................................1 Sapaan Redaksi ....................................................................................... 2 Daftar Isi ..................................................................................................2 Editorial..................................................................................................2 Penjelasan Struktur .................................................................................2 Alamat Redaksi .......................................................................................2 Surat dan Komentar Pembaca...............................................................3 Laporan Utama: Pemilrek Butuh Tim Pengawas....................................4 Laporan Khusus: ”Jalan-Jalan” Tanpa Verifikasi......................................6 Lensa : Warisan Budaya..........................................................................8 Cerpen: Ma, Pa, Aku Jenuh !!!...............................................................10 Opini: Pemilihan Tanpa Rakyat............................................................12 Resensi Film dan Buku.........................................................................13 Sastra ...................................................................................................14 Komik.......................................................................................15 Iklan Masyarakat.................................................................................. 16

EDITORIAL Pemilrek yang digelar empat tahun sekali ini bukan tanpa keanehan. Pasalnya, Pemilrek kali ini dijalankan tanpa ada “Sang Pengawas”. Yayasan Badan Wakaf UII sendiri sama sekali tidak berinisiatif untuk membuat Badan Pengawas untuk mengawasi Pemilihan tersebut. Alasannya yaitu karena Panitia Pemilihan dan pihak-pihak yang terlibat, sudah menganggap dan dianggap “dewasa”. Jadi tidak perlu main “pengawas-pengawasan”. Walhasil, mahasiswa turun tangan. Merasa sistem tersebut kurang baik, Dewan Permusyawaratan Mahasiswa UII membentuk Tim Monitoring untuk mencoba mengawasi Pemilrek tersebut.

Ilustrasi cover oleh Arifin Agus Setiawan

SUSUNAN REDAKSI Pemimpin Umum: Lukmanul Hakim |Biro Umum: Putri Sihospi Pemimpin Redaksi: Fathia R.N Husna |Redaktur Pelaksana: Andi Mufli M.M Redaktur Foto: Ahmad Farhan Habibie |Staff Redaktur Foto: Iqbal Ramadhan Layouter: Osi Novenda Saputra-Iqbal Ramadhan |Ilustrator: M.Arief G. - Arifin A.S Pimpinan Biro Litbang: Muhammad Arief G. |Staff Biro Litbang: Arya Praditya, Helmy Badar Nahdi, Arifin Agus Setiawan Reporter: Kru Solid ALAMAT REDAKSI: JALAN KALIURANG KM 14,5 KAMPUS TERPADU FTSP UII BASEMENT YOGYAKARTA 55581, TELP. (0274) 895042 , 895707 FAX (0274) 895330 E-MAIL: lpm_solidftsp33@yahoo.com / twitter @solidftspuii

2

LANDSCAPE


SURAT DAN KOMENTAR PEMBACA Dari

: Ilya Fadjar Maharika (Ketua Jurusan Arsitektur FTSP) Untuk : Lembaga Kemahasiswaan Kami (Jurusan) memandang Lembaga Kemahasiswaan itu sangat kaku. Birokrasi yang diciptakan di kemahasiswaan luar biasa kaku tidak tau kenapa, mungkin ini memang jadi tradisi di sana yang dalam banyak hal mungkin gini ya mbok yo di evaluasi diri. Lembaga Kemahasiswaan harus memulai dengan self evaluation, apakah memang sistem birokrasi sekarang ini sudah kompatibel dangan tujuan pendidikan? Saya kira mulai dengan self evaluation seperti halnya kalo jurusan mau ada akreditasi. Mulai dengan evaluasi diri, oh saya begini, kemudian baru dinilai oleh orang lain. Nanti besoknya kita bisa memperbaiki diri

L SLI eerima a aab Aas Segala lisa ag i a alam llei ami.

LANDSCAPE

3


LAPORAN UTAMA

Pemilrek Butuh Tim Pengawas ? Oleh; Putri Sihospi Reporter; Helmy B.N, Iqbal Ramadhan, Putri Sihospi | Foto; Iqbal Ramadhan

Menilai bahwa Pemilihan Rektor dibutuhkan pengawasan, sebagai wujud kepedulian serta partisipasi mahasiswa terhadap pemilihan orang yang akan memimpin di UII, Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPMU) membentuk tim khusus.

P

ada tahun 2014 ini, Indonesia nantinya akan melaksanakan PEMILU (Pemilihan Umum) dimana juga akan melakukan pemilihan Presiden sebagai kepala Negara secara langsung oleh setiap warga Negara, begitu pula dengan Universitas Islam Indonesia (UII), sekarang sedang melaksanakan pemilihan Rektor (Pemilrek) dan selanjutnya pemilihan Wakil Rektor (Pemilwarek) sebagai pimpinan Universitas. Bedasarkan Statuta Universitas Islam Indonesia Tahun 2009, Pasal 86 ayat (1), “Pemilihan Rektor dan Wakil Rektor diselenggarakan oleh panitia pemilihan yang diangkat oleh Pengurus Yayasan”. Pemilihan ini terdiri dari beberapa tahap, mulai dari pemilihan Bakal Calon Rektor oleh Tenaga Kependidikan Tetap UII dan beberapa perwakilan Lembaga Kemahasiswaan tingkat Universitas, kemudian pemilihan Calon Rektor oleh Senat Universitas, hingga terpilih satu orang Rektor Terpilih oleh Pengurus Yayasan Badan

4

LANDSCAPE

Wakaf Universitas Islam Indonesia. Pelaksanaan ini menghabiskan waktu kurang lebih lima bulan hingga pelantikan Rektor baru oleh Pengurus Yayasan pada 1 April 2014 mendatang. Akan tetapi, sekian banyaknya tahap Pemilrek ini, dalam kepanitiaannya tidak dibentuk panitia khusus yang bertugas untuk mengawasi jalannya proses pemilihan dari awal hingga mencapai target terpilihnya Rektor dan Wakil Rektor. “Jadi UII tidak membentuk Badan Pengawas Pemilu (red-Pemilrek) nah gitu kan karena dianggap kita sudah dewasa dan akademik. Kan gak mungkin ada hal-hal money politik dan sebagainya. ini frame filosofinya maka kenapa tidak membentuk itu,” tanggap Abdul Jamil selaku Ketua Panitia Pemilrek. Dia menambahkan bahwa dari tim panitia akan melaksanakan peninjauan lebih jauh jika terdapat data yang valid yang mengindikasikan ter-

jadinya pelanggaran. Terkait mengenai akan terjadinya pelanggaran dalam Pemilihan ini, belum ada peraturan tertulis yang mengatur, baik itu yang disebut dengan pelanggaran maupun mengenai sanksi-sanksi terhadap pelanggaran tersebut. Namun dari pihak Pengurus Yayasan Badan Wakaf mengatakan bahwa mereka akan membahas mengenai hal tersebut. “Jika terjadi pelanggaran akan dibahas dan diselesaikan oleh penyelenggaranya yaitu Pengurus Yayasan Badan Wakaf,” jawab singkat Luthfi Hasan selaku Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Waqaf Universitas Islam Indonesia melalui Electronic Mail (Email). Menurutnya, Panitia Pemilihan amanah dan terpercaya, serta tidak pernah terjadi masalah pada setiap pelaksanaan Pemilihan Rektor UII karena lingkungan kampus dinilai sangat kondusif sehingga tidak perlu adanya tim atau panitia khusus untuk


LAPORAN UTAMA mengawasi jalannya pemilihan. Menilai bahwa Pemilihan Rektor dibutuhkan pengawasan, sebagai wujud kepedulian serta partisipasi mahasiswa terhadap pemilihan orang yang akan memimpin di UII, Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPMU) membentuk tim khusus. Tim itu adalah Tim Monitoring yang merupakan inisiasi dari Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF) dengan tujuan untuk memantau jalannya Pemilihan Rektor dan Wakil Rektor serta melakukan pemantauan terhadap masing-masing calon. “Tim ini harus berpartisipasi, inilah mahasiswa gitu lho, menentukan siapa nanti pemimpin, kan gitu,” jelas Muhammad Alvy Pratama selaku Ketua Komisi 2 DPMU. Di samping itu, Tim Monitoring ini juga dibentuk untuk menunjukkan bahwa dari pihak mahasiswa tidak memihak pada salah satu calon, mengingat bahwa mahasiswa mempunyai hak suara yang diwakilkan oleh beberapa orang dari Lembaga Kemahasiswaan tingkat Universitas. “Memonitoring

apakah Pilrek (red-Pemilrek) ini sesuai aturan atau aturan ini tidak dijalankan atau ada data-data yang tidak sesuai dengan yang disesuaikan,” jelas Novriansyah, selaku Ketua Tim Monitoring. Mahasiswa angkatan 2010 yang juga menjabat sebagai Ketua DPM Fakultas Ekonomi ini menambahkan bahwa pemantauan terhadap masing-masing calon dilakukan pada persyaratan yang dikumpulkan kepada panitia dan dapat dilihat dari kode etiknya. Sementara dari Panitia Pemilihan sendiri tidak mempermasalahkan keberadaan Tim Monitoring ini. Abdul Jamil bersikap pro terhadap hal ini karena menurutnya Tim Monitoring dapat menjadi partner bagi mereka. “Silahkan kami diawasi, kami diinikan, bagaimana keterlibatkan, apakah ada kecurangan-kecurangan dan sebagainya,” tambahnya. Akan tetapi, Tim Monitoring ini tidak mempunyai kekuatan wewenang secara hukum. Mereka hanya bisa berkoordinasi sebatas dengan Panitia Pemilihan. “Kita hanya sebatas pada panitia, tidak menyentuh di

atasnya lagi. Jika ada pelanggaran oleh calon, selain menanyakan ke panitia, kita lakukan public punishment,” jelas Novriansyah. Novriansyah mengatakan bahwa mereka (Tim Monitoring) telah mempertanyakan kepada panitia terkait salah satu calon, Nandang Sutrisno, yang namanya juga tedaftar sebagai Pengarah dalam Panitia Pemilihan ini. “disetujui kepada kami terus akhirnya kami sampaikan kepada yayasan karna memang disitu tidak ada aturan yang konkrit bahwa kalau ada anggota panitia yang masuk sebagai kandidat atau yang menjadi balon itu bagaimana?” jelas Ketua Panitia Pemilihan. Dosen Ilmu Hukum ini juga menambahkan bahwa yang bersangkutan telah diminta untuk mengundurkan setelah mengoordinasikan dengan Pengurus Yayasan, dan sekarang sudah bukan Panitia Pemilihan. Hal ini menunjukkan bagaimana keefektifan dari eksistensi Tim Monitoring.

Lima Calon Rektor pada acara UII Mencari Pemimpin di GKU Pfor. Dr. Sardjito. Dari kiri ke kanan, Jawahir Thontowi (FH) - Nandang Sutrisno (FH) Sarwidi (FTSP) - Mochamad Teguh (FTSP) - Hadri Kusuma (FE)

LANDSCAPE

5


LAPORAN KHUSUS

"Jalan-Jalan" Tanpa Verifikasi Oleh; Andi Mufli M. Muthaher Reporter; Iqbal Ramadhan, Arifin Agus Setiawan, Andi Mufli M. Muthaher Menurut Rifky dan Siddiq, permasalahan ini akan ditindaklanjuti dan akan ada evaluasi besar-besaran di tubuh DPM FTSP maupun LEM FTSP. egiatan Ekskursi Arsitektural ke Hastoadinusa, dan Kepala Bagian Ek- ga menilai acara tersebut terkesan Wakatobi ditengarai salah secara skursi Panitia Pelaksana Ekskursi Arsi- mendadak dan tidak ada persiapan seprosedur kelembagaan. Pasalnya, tektural Amanda Rosetia. Sedangkan belumnya. Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas di pihak kampus yaitu Ketua Jurusan Ketua Himpunan Arsitekur “ MiTeknik Sipil dan Perencanaan (DPM Arsitektur FTSP Ilya Fadjar Maharika, mar” Danu memang mengakui kekuFTSP) dan Lembaga Eksekutif Maha- Dekan FTSP Mohammad Teguh, dan rangan kegiatan Ekskursi Arsitektural siswa Fakultas Teknik Sipil dan Peren- Doen Pembimbing Syarifah Ismailiyah yang terkesan terburu-buru itu. Danu canaan (LEM FTSP) tidak melakukan Al Athas. berpendapat bahwa segala sesuatu verifikasi dalam kegiatan itu. Surat dan proposal itu dituju- yang masuk ke dalam Program Kerja Firdanisa Juniar selaku Benda- kan oleh panitia Eksursi Arsitektural ke Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) hara LEM FTSP semula kaget ketika Firdanisa dengan maksud permintaan harus melakukan verifikasi kegiatan, menerima proposal dan surat kegiatan dana. Didalam proposal itu, dicantum- “Kemarin gak sempet ada verifikasi”. ”. tersebut. Proposal dan surat dengan kan anggaran dana dimana salah satu Ihwal verifikasi, Ketua Panitia format yang salah itu diterima Firdan- sumber pemasukan dana kegiatan itu Ekskursi Arsitektural Amanda, juga isa beberapa hari sebelum Hari H ke- adalah dari LEM FTSP sebesar Rp.2ju- mengakui bahwa verifikasi kegiatan tigiatan. “Gak tau, tiba-tiba tuh langsung ta. Tetapi, Firdanisa sebagai Bendahara dak dilakukan dengan LEM FTSP mauada proposal masuk , dengan format LEM FTSP hanya memberikan sebesar pun DPM FTSP. Tetapi, tidak adanya yang salah, dengan surat yang salah Rp.500ribu, “Itu termasuk gede ban- verifikasi, menurut Amanda, karena juga,” kata dia. get”. kepanitiaan Ekskursi tersebut bukanlah Beberapa persyaratan dalam Sumber pemasukan yang lain kepanitiaan baku, ”Kayak FKA (Forum pembuatan proposal dan surat seper- adalah dari jurusan Arsitekur, Dekanat Komunikasi Arsitekur), itu bukan”. Pasti tertera dalam Protokoler Peraturan FTSP, Dana Usaha (Danus) kegiatan dan alnya, lanjut Amanda, hal yang memDasar Keluarga Mahasiswa FTSP tidak 10 orang peserta kegiatan yang mas- buat kegiatan tersebut berbeda adalah terpenuhi, contohnya kop surat. ing-masingnya sebesar Rp.10juta, Rp. karena sifat kegiatan yang berupa peAnehnya lagi, Firdanisa menam- 2juta, Rp.4,93juta dan Rp. 15juta. nelitiian. bahkan, bahwa proposal itu sudah diKegiatan Ekskursi Arsitektural Ekskursi Arsitekural sendiri besahkan oleh berbagai pihak, “Kita lihat tersebut, memiliki dua sesi kegiatan. rada di naungan Bidang Keilmuan Himproposal itu sudah penuh tanda tan- Pertama, yaitu Ekskursi (penelitian ke punan Mahasiswa Arsitektur “Mimar” gan”. Wakatobi) yang sudah berlangsung yang dikepalai Amanda Rosetia. Sementara, menurut Firdanisa, tanggal 26-30 Desember 2013. SeDalam wawancara bersama KetKetua Lem FTSP Muhammad Mulya dangkan kedua, yaitu Exibition (Pam- ua DPM FTSP Rifki Adhi Prasojo, ia Siddiq yang juga ikut sebagai peserta eran) yang akan berlangsung 5 Maret memang mengakui bahwa pada saat kegiatan itu, tidak pernah membahas 2014 mendatang. pengesahan itu, ia tidak berkoordinasi kegiatan Ekskursi Arsitektural itu sebelSetali tiga uang dengan Firdani- dengan anggota DPM FTSP yang lainumnya. Anggota LEM FTSP juga tidak sa, Ketua Komisi 2 Keuangan DPM FTSP, ya. “Ya udah kutandatangan dulu, baru dilibatkan dalam pembahasan kegia- Muhammad Erlangga, juga tidak tau ngomongin sama teman-teman DPM tan tersebut. Firdanisa berpendapat ihwal proposal kegiatan Ekskursi Arsi- (red-DPM FTSP) yang lain”. bahwa di internal LEM FTSP, yang men- tektural yang telah disahkan berbagai Pertimbangan Rifky untuk getahui kegiatan tersebut hanyalah pihak, termasuk Ketua DPM FTSP-nya. mengesahkan kegiatan itu juga bermuKetua LEM FTSP sendiri. “Udah ada aja proposal itu masuk,” la dari pertemuan ia dengan Amanda Seharusnya, menurut Firdani- kata dia. Erlangga menambahkan bah- dan Herdanu. sa, segala bentuk acara kegiatan yang wa pembahasan sebelum disahkannya Rifky menanyakan soal kesiapan mengatasnamakan LEM FTSP, seti- kegiatan itu tidak dilakukan oleh inter- acara tersebut. Dari hasil pertemuan dak-tidaknya, harus diketahui oleh an- nal DPM FTSP sendiri. itu, Rifky berpendapat bahwa kesiaggota LEM FTSP sendiri, “Ya konfirmasIa mengakui bahwa verifikasi pan teknis kegiatan tersebut sudah ilah, kalo misalnya ada kegiatan kayak kegiatan oleh anggota DPM FTSP ti- lumayan, “Tinggal kekurangannya magitu”. dak dilakukan. “Kalo dari anggota sih salah dana”. Di Kelembagaan FTSP sendiri, gak, tapi gak tau kalo dari Bang Haji Panitia Ekskursi Arsitektural yang tertera di lembar pengesahan (panggilan akrab Rifky Adhi Prasojo) sendiri, menurut Rifky, terkesan terbukegiatan, dari dokumen proposal ke- ama Siddiq (Ketua LEM FTSP),”ujar ma- ru-buru ihwal dana. Rifky menilai bahgiatan yang diperoleh Tim Solid dari hasiswa Teknik Sipil angkatan 2010 ini. wa panitia Ekskursi Arsitektural sangat panitia kegiatan, disahkan oleh Ket- Tidak adanya pembahasan dan verifi- membutuhkan dana dari jurusan dan ua LEM FTSP Siddiq, Ketua DPM FTSP kasi, menurut Erlangga, karena kurang dekanat tersebut, “Karena mereka Rifky Adhi Prasojo, Ketua Himpunan adanya kordinasi di jajaran DPM FTSP, (Panitia Ekskursi Arsitektural) belum Arsitektur (HMA) “mimar” Herdanu “ya, seharusnya ada verifikasi”. Erlang- ada pegangan uang sampai waktu itu”.

K

6

LANDSCAPE


LAPORAN KHUSUS Jadi, menurut Rifky, pertimbangannya untuk mengesahkan kegiatan tersebut adalah kesiapan panitia dan himpitan dana yang didera Panitia. Ihwal tidak adanya pembahasan di LEM FTSP, Siddiq sendiri menjelaskan bahwa jarak seminggu sebelum keberangkatan (hari H) tidak mungkin untuk melakukan pembahasan proposal yang belum disahkan. Karena, ketika Siddiq sendiri memberikan arahan kepada panitia , ia mengatakan bahwa dalam waktu seminggu proposal kegiatan itu harus disetor untuk calon donatur kegiatan. “Kita kejar dulu untuk yang diluar,” jelas Siddiq. Selama proses itu berlangsung, Siddiq tidak memantau Panitia Ekskursi Arsitektural itu secara detil. Pasalnya, perannya dalam kegiatan itu hilang karena ia menjabat sebagai Ketua LEM FTSP. “Aku gak mungkin masuk ke kepanitiaan, sedangkan aku berada didalam birokrasi,” jelas mahasiswa asal Lampung ini. Siddiq sendiri mengakui bahwa arahannya itu salah karena sudah menjelang hari H kegiatan. Tetapi, lanjut Siddiq, lagi-lagi itu semua terbentur karena kepanitian yang terbentuk hanya dalam waktu seminggu sebelum keberangkatan (ke Wakatobi). Secara tidak langsung, tambah Siddiq, proposal selesai terbuat di rentang waktu itu. Saat Siddiq tidak memantau panitia tersebut, ia mengira, bahwasanya permintaan verifikasi oleh panitia berupa undangan untuk LEM FTSP dan DPM FTSP sudah masuk. Sayangnya, undangan itu nihil. Amanda sendiri, menurut Siddiq, justru datang dua hari sebelum kegiatan itu berlangsung untuk meminta pengesahan dari Ketua LEM FTSP. Siddiq sendiri mengakui kesalahannya karena tidak mengkordinasikan dengan anggota LEM FTSP sebelumnya terkait kegiatan itu dan juga tidak ikut mengkontrol kepanitiaan Ekskursi tersebut. Juga, ihwal melakukan pengesahan tanpa kordinasi sebelumnya di internal LEM FTSP maupun pengesahan tanpa adanya verifikasi kegiatan. Malahan, tambah Siddiq, ia sudah tau bahwa tindakannya akan menyalahi berbagai aturan Kelembagaan Mahasiswa. “Aku-pun salah, ketika aku menandatangani,” terang Siddiq. Tetapi, Siddiq beralasan bahwa tindakannya itu dilakukan karena takut tujuan baik dan kerja keras dari Panitia maupun HMA “mimar” bakalan tidak

Lembar pengesahan kegiatan didalam proposal kegiatan Ekskursi Arsitektural

terwujud dan akan menjadi sia-sia justru cuma karena masalah prosedural kelembagaan mahasiswa sendiri. Menurut Rifky dan Siddiq, permasalahan ini akan ditindaklanjuti dan akan ada evaluasi besar-besaran di tubuh DPM FTSP maupun LEM FTSP Dari Tugas Mata Kuliah, Menjadi Program Kerja Himpunan Dalam Rapat Kerja LEM FTSP periode ini, Ekskursi Arsitekural sama sekali tidak pernah dibahas dalam Raker tersebut. “Di hasil Raker kemarin itu emang ada Proker arsitek di bulan itu, namanya Archipelago,” kata Firdanisa. Belakangan Archipelago tersebut hanya berganti nama menjadi Ekskursi Arsitektural. Herdanu sendiri memang mengakui ihwal pergantian nama tersebut. Menurut Herdanu, alasan pergantian nama karena menyesuaikan dengan mata kuliah Ekskursi Arsitekural. Kegiatan Ekskursi Arsitektural sendiri, lanjut Danu, merupakan kerjasama antara Jurusan Arsitektur dengan Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar”. Kegiatan itu tidak lain merupakan tugas dari mata kuliah Ekskursi Arsitektural tersebut. Secara otomatis, peserta yang ikut dalam kegiatan itu juga mengambil mata kuliah itu. Sebelum kerjasama itu, Herdanu, membicarakan kepada Ketua Jurusan

Arsitektur Ilya Fadjar Maharika ihwal Proker Archipelago dari HMA “mimar”. Isi Proker tersebut merupakan kegiatan kunjungan untuk mendalami suatu daerah tertentu. “Akhirnya disuruh digabungin aja sama itu, sama mata kuliah itu,” kata Herdanu. Ilya sendiri saat ditemui oleh Tim Solid, di ruangannya, membenarkan hal itu. Mata kuliah itu sendiri, menurut Dosen mata kuliah Ekskursi Arsitekural Syarifah Ismailiyah Al Athas, termasuk mata kuliah baru di jurusan Arsitektur. Mata Kuliah itu, lanjut Syarifah, ada karena penerapan kurikulum baru oleh jurusan Arsitektur. Firdanisa sendiri tidak mempermasalahkan pergantian nama Archipelago menjadi Ekskursi Arsitektural. Tetapi yang menjadi permasalahan, menurut Firdanisa, ”Itu ternyata mata kuliah, kenapa nyangkut di kelembagaan ?”. Ihwal pendapat Firdanisa di atas, Ketua LEM FTSP Siddiq berpendapat bahwa momen kerjasama itu penting dan akan dimanfaatkan untuk memperbaiki hubungan kedua belah pihak: HMA “mimar” dan Jurusan Arsitektur. “Ayolah, kita (Jurusan Arsitektur dan HMA “mimar”) bisa jalan bareng-bareng lagi kok ,” kata Mahasiswa Arsitektur Angkatan 2010 ini.

LANDSCAPE

7


LENSA

warisan Foto : Iqbal Ramadhan Teks : Iqbal Ramadhan

Datangnya Werkudoro

Sang Pesinden dalam Balutan Cahaya 8

LANDSCAPE

Pertunjukan Wayang Kulit donesia yang berkembang di Jaw sebagai narator tokoh-tokoh waya pa unsur pendukung lain dalam P Panjak dan Pesinden. Panjak ada giringi pertunjukan Wayang Kulit pada bagian tertentu dibarengi sang Pesinden. Selain sebagai salah satu akui UNESCO (United Nations Ed Organization) dengan predikat M Heritage of Humanity. Wayang K if hiburan masyarakat Jawa. Sepe Girirejo, Kecamatatan Ngabalak d jukan Wayang Kulit menjadi agen hari jadi Dusun.


LENSA

n budaya

t, sebuah kesenian tradisional Inwa. Selain Dalang yang berperan ang yang di mainkan, ada beberaPertunjukan Wayang Kulit seperti alah mereka yang bertugas mendengan alat musik gamelan, dan dengan lantunan lagu jawa dari

u warisan budaya yang telah di ducational, Scientific and Cultural Masterpiece of Oral and Intangible Kulit juga masih menjadi alternaterti halnya di Dusun Gogik, Desa di Kabupaten Magelang. Pertunnda tahunan guna memperingati

Trio Bagong, Gareng dan Petruk

Sabetan Sang Maestro di Depan Kelir LANDSCAPE

9


CERPEN

a Pa ku Jenuh Oleh :Putri Sihospi

Hening, ruangan itu membisu mendadak. Suara sorak sorai penonton di acara talkshow komedi yang terdengar begitu jelas, rintik hujan menetes sayup terdengar. Tentu saja, bagaimana tidak, sesuatu yang dianggap tidak mungkin, tapi telah tertepis telak saat itu. Perbincangan di ruangan favorit, katanya, saat itu terhenti. “Kalian semua pasti tidak pernah tau kan tentang hidupku di sekolah seperti apa?”, suara Adin pelan tapi sangat melukai. “Apa kalian tau aku pernah punya masalah apa di sekolah? Tentu saja tidak, kalian hanya tau aku melakukan apa yang kalian selalu katakan, iya aku memang melakukan apa yang kalian katakana, aku patuh.” Mendengar perkataan dari sosok yang tak pernah diduga, semua orang di ruangan semi mewah yang tertata rapi itu merasakan hal sangat serius. *** Semua orang di dalam keluarganya mengetahui bahwa dia dan atau keluarganya mengaharapkan Adin bisa menjadi seorang dokter. Mungkin oleh karena itu Adin dituntut untuk selalu belajar, belajar, dan belajar. Keluarganya memandang bahwa menjadi seorang dokter, Adin akan membanggakan mereka, Adin akan mendapatkan masa depannya, akan hidup berkecukupan. Hidup mewah menjadi parameter sukses bagi keluarga Adin. Lembaga belajar dibayar dengan harga yang tidak murah dengan harapan bisa mengantarkan Adin menuju masa depan bagi mereka itu, ditambah lagi les privat di rumahnya di akhir pekan. Bagi keluarganya Adin sangat menginginkan dan membutuhkan hal itu, dapat dilihat pada respon Adin dengan semua itu. Adin, sekarang duduk di kelas 3 SMP. Semua orangtua menginginkan anaknya mendapatkan yang terbaik, tidak terkecuali bagi orangtua Adin. Tentu saja, Adin menerima tuntunan akademik yang ekstra lebih dengan harapan Adin akan mendapatkan sekolah yang bagus nantinya. Adin juga mengharapkan hal yang sama dengan orangtuanya. Adin anak yang patuh pada orangtua, baginya orangtua selalu benar sehingga dia tidak pernah berani menyanggah perkataan orangtuanya hampir dalam segala hal. “Ain, besok sabtu jam 4 sore jangan lupa jadwalmu privat matematika sama Mbak Nani ya.” Khotbah

10

LANDSCAPE


CERPEN menunggu sambil menonton tv, karena perawakan mereka tidak seperti sedang marah atau pun tidak marah. Adin melangkah berusaha tenang sambil menerka-nerka kalimat apa yang akan keluar, melewati selasar di belakang mama papanya. “Miss Mona dibayar bukan untuk duduk santai sambil minum teh di rumah ini.” Kalimat ketus papanya menghentikan langkah Adin. “darimana saja kamu?”, papanya berdiri dan mengarah ke Adin yang memaku. “papa bayar mahal untuk mendatangkan Miss Mona, kamu malah kabur, main gak jelas sampe jam segini. Kamu itu sudah kelas 3, mau seperti ini kamu menghadapi ujian nasional, seleksi masuk SMA favoritmu?”, Tanya papanya sedikit keras sementara Adin hanya merunduk. “Habis darimana kamu?” papanya bertanya lagi. “Dari nonton bareng temen-temen, Pa.” jawab Adin pelan sedikit tersendat. “Nonton? Sejak kapan kamu berani kabur dari privatmu cuma buat nonton?” emosi papa Adin mulai memuncak, tapi bergegas mamanya meredam dan menyuruh Adin untuk pergi dari hadapan papanya saat itu. Adin perlahan menuju ke kamarnya. Badannya gemetar. *** “Aku lakukan semua yang kalian suruh. Belajar, belajar, dan belajar. Privat, semua aku jalani tanpa berkomentar meskipun aku ingin sekali berkomentar. Tapi apa kalian semua tau aku capek, otakku jenuh.” Sekarang Adin berbicara dengan irama yang memberikan sedikit penekanan. “ya, aku tau aku punya mimpi yang sama seperti yang kalian harapkan. Tapi, aku jenuh. Rasanya ingin sekali aku membuang mimpi-mimpi itu sekarang.” Sekarang Adin terdiam merunduk, begitu pula dengan keluarganya. Adin, sejak kecil dia telah diajarkan untuk tekun belajar oleh keluarganya. Menurut keluarganya, itu yang dibutuhkan oleh Adin. Tapi tidak semua yang mereka rasa baik, belum tentu terjadi hal yang sama pada Adin, tidak selamanya baik.

Vektor ; http://www.bryllupsdekor.no

pagi jum’at mama Adin pengantar keberangkatan Adin ke sekolah. “Iya, Ma. Aku ingat kok. Aku pergi dulu ya, assalamu’alaikum.” Adin menuju mobil dimana kakak dan papanya menunggu. Di sekolah Adin dikenal sebagai anak yang fleksibel, dia bisa menempatkan sesuatu pada tempat dan waktunya. Cara belajarnya membuat teman-temannya segan padanya, entah itu karena dia kepintarannya menyelesaikan soal matematika atau karena Adin dianggap tidak asyik di ajak bergaul sehingga Adin menjadi seperti tersisihkan dalam hal ini. Di sekolah Adin lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kelas daripada bermain bersama teman-temannya di luar kelas. “Temen-temen, hari minggu besok pada jadi gak nih rencana mau nonton bareng?” teriak ketua kelas di tengah kebisingan saat jam kosong karena gurunya tidak datang. “kapan lagi nih kita bisa main bareng?” Adin mulai merasa tak nyaman dengan kondisinya di mata teman-temannya. Dia sangat ingin bisa seperti teman-temannya yang punya banyak sisa waktu untuk bermain. Dia mencoba untuk menepis persepsi teman-temannya selama ini, untuk pertama kalinya Adin mengikuti acara yang diadakan kelasnya, dia mengiyakan saat ditanyakan apakah dia bisa ikut atau tidak sementara dia sendiri menyadari bahwa hari minggu dia juga punya jadwal privat Bahasa Inggris di rumahnya. Adin ingin menunjukkan bahwa dia juga bisa bersenang-senang seperti teman-temannya. “gak apa-apa deh, sekali-kali. Mama papa gak akan marah kok.” Gumamnya. Waktu yang telah disepakati telah tiba, Adin datang lebih awal karena dia harus melarikan diri dari kedatangan Miss Mona jam 2 siang, dan kebetulan mama, papa, dan kakaknya sedang tidak berada di rumah. Di sana Adin benar-benar merasakan kesenangan bersama teman-temannya, sedikitpun dia tidak teringat dengan mama papanya, apalagi sama Miss Mona yang menunggu di rumah. Adin seperti tahanan yang baru saja bebas dari penjara, seperti ikan yang kembali ke dalam air setelah lama berada di daratan. Waktu menunjukkan jam setengah 6 sore, Adin membuka pintu rumah, sesuai dugaannya mama papanya sedang duduk di sofa ruang keluarga, entah sedang menonton tv sambil menunggu Adin pulang atau

LANDSCAPE

11


OPINI

Pemilihan Tanpa Rakyat Oleh :Helmy B.N

2

014 telah datang, sudah genap 365 hari kita melalui tahun 2013. Bagi bangsa Indonesia adalah tahun pesta demokrasi. Tidak hanya pesta demokrasi untuk rakyat Indonesia tapi juga tahun demokrasi untuk seluruh rakyat UII (Universitas Islam Indonesia). Kita Rakyat Indonesia nantinya akan memiih Presiden dan Wakil Presiden maupun para Calon Legistatif. Akan tetapi berbeda dengan pesta demokrasi di lingkungan kampus UII. Mungkin bisa dibilang pesta (bukan) demokrasi UII. Mahasiswa yang notabene rakyat atau warga UII yang dipimpin oleh Rektor beserta jajarannya tidak dapat mementukan hak suaranya sendiri. Hanya beberapa warga UII yang bisa melilih atau menyuarakan aspirasinya untuk menentukan siapa orang yang pantas untuk memimpin UII. Sungguh ini sangat jauh dari kesan demokrasi. Rakyat seharusnya memilih langsung presiden atau dalam ranah Universitas disebut rektor malah tidak dapat menentukan nasibyna sendiri Demokrasi berasal dari dua kata demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan. Ketika kita berbicara mengenai demokrasi, ada dua sistem yang bisa kita terapkan. Demokrsai langsung dan tak langsung. Berbicara mengenai pemilihan Rektor, para pejabat tinggi UII merasa bahwa Dewan Perwakilan Mahasiswa sama seperti dosen yang diwakili oleh senat. Memang ada benarnya ketika kita memakai sistem demokrasi tidak langsung. Akan tetapi, itu hanya beberapa tahap pemilihan dengan melibatkan mahasiswa atau perwakilan dan dosen. Apakah seperti itu masih bisa disebut demokrasi ? Atau mungkinkah keterlibatan mahasiswa dalam pemilihan Rektor kali ini hanya sebatas formalitas kepada mahasiswa dan kepada dunia luar? Ketika kita melihat beberapa Universitas lain, seperti Institut Sepuluh November (ITS), mahasiswa ikut dilibatkan dalam pemilihan Rektor. Sebagai bangsa yang menganut asas demokrasi sudah sewajarnya kita

12

LANDSCAPE

menerapkan sistem demokrasi dalam setiap kegiatan berbangsa dan bernegara. Hampir semua perguruan tinggi swasta di Indonesia dinaungi oleh yayasan. Bagi yayasan sendiri, perguruan tinggi adalah alat untuk mencapai tujuan yayasan dalam bidang sosial. Seperti yang disampaikan sebelumnya, UII merupakan suatu institusi pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan. Yaitu Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia. Yayasan yang memiliki hak penuh akan UII ini seolah tidak ingin diganggu kewenangannya dalam menentukan arah kebijakan UII. Bisa dilihat dalam agenda pemilihan reKtor . Dimana yang berhak mengetok palu siapa yang pantas mengemban amanah menjadi pemimimpin UII adalah yayasan itu sendiri. Hal-hal seperti diatas dapat dilihat melalui peraturan-peraturan yang dikeluarkan dari yayasan atau dari UII sendiri dimana cenderung sepihak. Melihat peraturan pemilihan Rektor tahun ini. Dari peraturan Yayasan Badan Wakaf UII tidak disebutkan ihwal panitia pengawas yang bertugas mengawal pemilu. Itu semua dengan dalih bahwa yayasan dan semua pihak yang terlibat dalam pemilihan rektor sudah dianggap “dewasa�, maka tidak perlu adanya tim pengawas pemilu karena ketika ada permasalahan dalam pemilihan

rektor, yayasan akan langsung menindak lanjuti. Lain lagi dengan peraturan statuta UII. Peraturan yang dibentuk oleh yayasan pada tahun ini memiliki kejanggalan. Pasal 40 butir 4 menyatakan bahwa Ketua Senat Universitas adalah Rektor. Sistem pemilihan seperti ini hanya akan membentuk sistem oligarki. Dimana kekuasaan hanya akan dipegang oleh orang-orang yang berada didalam kelompok elite. Masyarakat disini yaitu mahasiswa, dosen dan karyawan, tidak bisa menentukan secara langsung pemimpin bagi mereka. Hanya orangorang yang berada dilingkaran elite dan memiliki pemahamahan sama dengan Yayasan Badan Wakaf UII itu yang dapat memegang tampu kekuasaan di UII-1. Sungguh sangat utopis bagi kami, mahasiswa, untuk menyentuh kaum-kaum elite disana. Apakah kampus sudah dapat memberikan pelajaran demokrasi yang baik bagi mahasiswa? Ketika kampus ini ingin menciptakan pemimpin yang baik bagi nusa dan bangsa ini? Kampus sebagai tempat pembalajaran mahasiswa, seharusnya sudah mengerti akan permasalahan ini dan bukanya menutup mata. Inilah dampak dari suatu institusi yang dinaungi oleh sebuah yayasan. Bahwa institusi tidak dapat bergerak bebas dalam menetukan arah kebijakannya. Sudah saatnya institusi tersebut diberi kewenangan sendiri untuk menentukan nasibnya sendiri dan memilih pemimpinya sendiri yang sesuai dengan pilihan masyarakatnya. Semoga ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua baik petinggi-petinggi kampus ataupun mahasiswa. Mungkin kita perlu menengok lebih jauh tentang demokrasi yang sesungguhnya. Demokrasi yang bersal dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Atau pada kampus ini, bisa kita bilang dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa. Apa artinya kampus tanpa mahasiswa ? Ibarat rumah yang tak berpunghuni.


RESENSI BUKU & FILM

Tetap emangat Belaar

Oleh : Ahmad Farhan H

S

okola Rimba berkisah tentang seorang perempuan yang bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi bernama Butet Manurung (Prisia Nasution). Dia telah menemukan jalan hidup yang diinginkannya. Menjadi seorang pengajar di masyarakat suku Anak Dalam yang dikenal sebagai Orang Rimba, yang tinggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas. Pencapaian tertinggi Butet dalam Sokola Rimba adalah beberapa anak yang diajarinya bisa membaca. Tidak lebih, tidak kurang. Menariknya, justru karena penyikapan yang bersahaja ini, Sokola Rimba menjadi begitu mencuat. Dalam film ini, pendidikan tidak hadir sebagai batu loncatan atau solusi instan menuju kemakmuran. Ia hadir sebagai alat yang akan Orang Rimba sendiri pakai pada hari-hari mendatang untuk kebutuhan mereka. Hasil akhir itu masalah nanti. Yang penting prosesnya dulu. Penggambaran pendidikan ma-

cam ini yang kerap absen dalam sinema Indonesia belakangan. Semenjak Laskar Pelangi pada 2008 (yang kebetulan juga disutradarai Riri Riza), film-film bioskop kita giat menyiarkan iming-iming luar biasa yang menanti seseorang di ujung jenjang pendidikan—baik itu kekayaan maupun kesempatan ke luar negeri. Gambaran iming-iming semacam itu tertuturkan dalam Negeri 5 Menara, Semesta Mendukung, hingga 9 Summers 10 Autumns. Hingga suatu hari Butet terkena demam malaria di tengah hutan, seorang anak yang tak dia kenal datang menyelamatkannya. Nyungsang Bungo (Nyungsang Bungo) nama anak itu, berasal dari Hilir sungai Makekal, yang jaraknya sekitar 7 jam perjalanan untuk bisa mencapai hulu sungai, tempat Butet mengajar. Diam-diam Bungo telah lama memperhatikan Ibu guru Butet mengajar membaca. ``Ia membawa sebuah gulungan kertas perjanjian yang telah di “cap jempol” oleh kepala adatnya, sebuah

lusi Plitik ang manan Oleh : Arya Praditya Gunawan

Judul Buku Penulis Jumlah Hal Terbit Penerbit

R

afael Hugo Chavez Friaz adalah seorang presiden Venezuela. Seorang sosialis yang sangat dicintai oleh rakyatnya. Dengan segala pengorbanan yang banyak dilakukan demi membebaskan Venezuela dari cengkraman para kapitalis. Sumber daya minyak yang menjadi primadona ekonomi Venezuela menjadi incaran. Chavez adalah seorang yang cerdas. Pada awal pemerintahannya pada tahun 1998 dia mengambil keputusan untuk melunasi hutang Venezu-

: Hugo Chaves Malaikat dari Selatan : Tofik Pram : 334 : Mei 2013 : Imania

ela pada Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF). Mulai dari situlah perekonomian Venezuela mulai dibangun dengan minyak sebagai sumber penghasilan utamnya tanpa perlu hutang kepada IMF. Setelah lepas dari IMF, Chavez mulai mengajak negara-negara tetangga seperti Bolivia, Nikaragua, Kuba, dan Haiti agar tak terlalu lama terjerumus dalam ikatan IMF. Buku ini tidak melulu berisi tentang ideologi politik El Comandente

Judul Film Sutradara Produser Pemeran

: Sokola Rimba : Riri Riza : Mira Lesmana :Prisia Nasution

surat persetujuan orang desa yang mengeksploitasi tanah adat mereka. Bungo ingin belajar membaca pada Butet agar dapat membaca surat perjanjian itu. Pertemuan dengan Bungo menyadarkan Butet untuk memperluas wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal. Namun keinginannya itu tidak mendapatkan restu baik dari tempatnya bekerja, maupun dari kelompok Bungo yang masih percaya bahwa belajar baca tulis bisa membawa malapetaka bagi mereka. Namun melihat keteguhan hati Bungo dan kecerdasannya membuat Butet mencari segala cara agar ia bisa tetap mengajar Bungo, hingga malapetaka yang ditakuti oleh kelompok Bungo betul-betul terjadi. Butet terpisahkan dari masyarakat Rimba yang dicintainya. Dapatkah ia kembali? saja. Di sisi lain buku ini menceritakan tentang sifat flamboyan seorang Hugo Chavez. Sudah banyak sastra yang ia lahap dan diinterpretasikan dalam kehidupan selama ia menjabat sebagai presiden. “Jika kau bukanlah pecinta, maka jangan pandang hidupmu adalah hidup. Sebab, tanpa cinta, segala perbuatan tak akan dihitung pada masanya.” Kutipan itu menggambarkan bahwa Hugo Chavez melakukan segala sesuatu dengan cinta dan penuh kasih. Buku ini juga bisa dijadikan refleksi dari Negara kita sendiri yang sumber dayanya melimpah namun masih saja hidup dalam garis kemiskinan yang tinggi. setelah membaca buku ini Anda akan tersadar bahawa Negara yang luasnya tidak lebih besar dari Negara kita masih bisa bertahan hidup dalam kemakmuran. Hasta la victoria siempe el presidente Chavez!

LANDSCAPE

13


SASTRA

Syair,Untuk Calon Pemimpin Silahkan kalian teriakan semboyan-semboyan kalian. Hipokrisi-hipokrisi kalian. Mungkin itu cara kalian menjual diri. Bak lonte yang mencari pelanggan.

Teriakan lebih kencang! Agar kami dengar. Busakan mulutmu dengan kenyatan. Telinga ini selalu tuli mendengar bualan.

Teriaklah lagi... Walau kami tak butuh teriakan itu. Kami cuma butuh yang kalian katakan menjadi benar. Bukan sekedar suara yang keluar dari kerongkongan, kemudian sirna dilumat keserakahan.

big or small LIES Are LIES.

Iqbal Ramadhan

Tak Kulihat Mata Cinta Helmy B. N Lima orang duduk berjajar berceloteh layaknya burung Memamerkan betapa intelek mereka Audiens pun duduk termangap-mangap Tak mengerti apa yang mereka sampaikan

Mata melihat segalanya tanpa batas Tanpa pandang baik dan benar Polos tak berdosa seolah bayi baru lahir Mata penuh ambisi untuk memegang tampuk kepemimpinan

Cinta, rasa yang dapat merubah keadaan Buruk menjadi baik, kotor jadi bersih Tapi, tak kulihat mata cinta dari mereka Mata tanpa cinta bagai hidup tak bertujuan Vektor ; http://www.colourbox.de

14

LANDSCAPE


KOMIK

KEPEPET...!!!! Oleh : Arifin A. S

LANDSCAPE

15


EILE A AI AASISA A LE AASISA A A  AASISA...

Iklan Layanan Masyarakat ini dipersembahkan oleh LPM SOLID

Ilustrasi; http://suakaindonesia.blog.com


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.